jurnal eptm katarak

18
KATARAK SENILIS, RISIKO BAGI ORANG YANG BERUSIA LANJUT SENILE CATARACTS, RISK OF THE ELDERLY PEOPLE Amanda Nazira 1 , Rigen Adi Kowara 2 , Nuke Amalia 3 , Anik Yunaidah 4 , Rizky Ananda Putri 5 , Rahayuningtias 6 , Mariatul Fithriasari 7 S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C FKM UNAIR, Surabaya 60115 ABSTRAK Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka kebutaan di Indonesia yang mencapai 1,4% merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara. Menurut WHO pada tahun 2008, katarak menyebabkan kebutaan di dunia sebesar 48 % dari seluruh kebutaan yang ada. Di indonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan indera 2004-2005 oleh Depkes RI, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52 %. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa kristalina dan penyebab pada umumnya berkaitan dengan usia tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Salah satu jenis katarak adalah katarak senilis yang terbagi dalam empat tingkatan yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Katarak senilis (katarak pada orang tua) disebut juga katarak yang berhubungan dengan usia. Katarak jenis ini adalah katarak yang paling banyak menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun. Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. Selain umur atau usia ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, jenis kelamin, penyakit diabetes mellitus, paparan dengan radikal bebas, merokok, defisiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma pada mata, infeksi, dan lain-lain. Katarak sendiri juga memiliki gejala klinis, diantaranya adalah pandangan silau, penglihatan menurun tajam, titik hitam di depan mata, poliopia unikular dan gambaran berwarna. Kata Kunci : katarak senilis, faktor risiko, usia tua, jenis katarak, gejala klinis ABSTRACT 1

Upload: rigen-adi-kowara

Post on 25-Nov-2015

1.692 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Katarak Senilis

TRANSCRIPT

KATARAK SENILIS, RISIKO BAGI ORANG YANG BERUSIA LANJUTSENILE CATARACTS, RISK OF THE ELDERLY PEOPLE

Amanda Nazira1, Rigen Adi Kowara2, Nuke Amalia3, Anik Yunaidah4, Rizky Ananda Putri5, Rahayuningtias6, Mariatul Fithriasari7 S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas AirlanggaJl. Mulyorejo Kampus C FKM UNAIR, Surabaya 60115

ABSTRAK

Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka kebutaan di Indonesia yang mencapai 1,4% merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara. Menurut WHO pada tahun 2008, katarak menyebabkan kebutaan di dunia sebesar 48 % dari seluruh kebutaan yang ada. Di indonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan indera 2004-2005 oleh Depkes RI, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52 %. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa kristalina dan penyebab pada umumnya berkaitan dengan usia tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Salah satu jenis katarak adalah katarak senilis yang terbagi dalam empat tingkatan yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Katarak senilis (katarak pada orang tua) disebut juga katarak yang berhubungan dengan usia. Katarak jenis ini adalah katarak yang paling banyak menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun. Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. Selain umur atau usia ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, jenis kelamin, penyakit diabetes mellitus, paparan dengan radikal bebas, merokok, defisiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma pada mata, infeksi, dan lain-lain. Katarak sendiri juga memiliki gejala klinis, diantaranya adalah pandangan silau, penglihatan menurun tajam, titik hitam di depan mata, poliopia unikular dan gambaran berwarna.Kata Kunci : katarak senilis, faktor risiko, usia tua, jenis katarak, gejala klinis

ABSTRACT

Cataract is main cause of blindness in this world, especially developing country like Indonesia. The numbers of blindness in Indonesia that reached 1.4% is the highest in the region of southeast Asia. According to WHO in 2008, cataract cause most of blindness in the world with 48% number. In Indonesia itself, based on a survey of senses health 2004-2005 by RI Department of health, cataracts also causes most major blindness which amounted to 52% . Cataract is a cloudiness that occurs on kristalina lens and generally associated with age but a lot of other things that can get involved such as trauma, toxin, systemic diseases (such as diabetes), smoking and hereditary. One type of cataract is senile, this cataract classified in four stadium, namely incipient, immature, mature, and hypermature. Senile cataract, also called as age-related cataracts. This type of cataract mostly attacked person over the age of 50 years. Based on studies of the cataract, prevalence in the age of 65 years is 50% and it is increasing up to 70% on over 75 years of age. In addition to the ages, there are many factors that will increase the risk of cataracts. These factors include exposure to ultraviolet light, gender, diabetes mellitus, exposure to free radicals, smoking, vitamin deficiency (A, C, E, niacin, thiamine, riboflavin, and beta carotene), dehydration, trauma on the eye, infections, and others. Cataract also has clinical symptoms, such as glare, vision decreased, black dots in front of the eye, poliopia unicular and the colored image.Key Words : senile cataract, risk factor, senile, cataract stadium, clinical symptoms

PENDAHULUAN

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2008 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama didunia sebesar 48 % dari seluruh kebutaan yang ada di dunia. Di indonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan indera oleh Depkes RI tahun 2004-2005, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52 %. Kebutaanmerupakan bencana nasional, Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Perubahan pengelihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilia atau biasanya ditemukan pada lansia hingga sekarang sering disebut katarak sinilis.Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia adalah sebesar 0,9 % dengan penyebab utama katarak. Walaupun katarak sinilis adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20 % buta katarak telah dialami oleh penduduk indonesia pada usia 40-50 tahun, yang menurut kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) termasuk dalam kelompok usia produktif. Makin tingginya angka harapan hidup penduduk Indonesia maka jumlah penderita katarak sinilis makin meningkat, sehingga pelayanan bedah katarakpun makin bertambah.Masalah kebutaan di Indonesia yang sudah mencapai 40 % tidak hanya menjadi masalah kesehatan, namun sudah menjadi masalah sosial, swasta dan partisipasi aktif dari masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Sehingga perlu suatu usaha yang harus dilakukan untuk menetapkan suatu visi, yaitu gambaran prediksi atau keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang . Tanggal 18 februari 2008 WHO mencanangkan komitmen global vision 2020 : The Right to Sight. Beberapa upaya untuk mewujudkan hal itu adalah menanggulangi gangguan pengelihatan dan kebutaan di masyarakat, memfasilitasi pemerataan pelayanaan kesehatan mata yang bermutu dan terjangkau. Yang sebenarnya dapat dicegah melalui rehabilitasi. Pencanangan itu berarti pemberian hak bagi setiap penduduk didunia termasuk indonesia untuk mendapatkan penglihatan yang optimal 2020.Penyakit katarak Lansia (katarak sinilis) adalah masalah yang serius dan penyakit ini merupakan salah satu penyebab kebutaan terutama di negara Indonesia (Ilyas, 2007). Dari tahun ke tahun penyakit katarak sinilis selalu meningkat. Maka dari itu, perlu suatu tindakan pencegahan dan pengendalian supaya masalah katarak sinilis dapat ditangani. Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa tidak bisa menerima cahaya dari luar. lensa kristalina yang normalnya jernih biasanya terjadi akibat penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Donoghue, 2010). Lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Kejadian katarak Lansia lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena pada wanita terjadi monopause, saat itu biasanya ada gangguan hormonal sehingga ada jaringan tubuh yang mudah rusak (Nkumbe, 1999). Katarak sinilis merupakan penyakit tidak menular tapi dapat menyerang siapa saja, katarak sinilis banyak terjadi pada umur diatas 40 tahun, dan faktor resiko penyebab katarak sinilis adalah umur dan jenis kelamin. Katarak di Indonesia merupakan salah satu penyebab kebutaan di perkirakan setiap tahun meningkat 210. 000 orang. pada tahun 2009tercatat sekitar 40 % yang menderita penyakit katarak ( SKRT- SURKERNAS 2009 ). Penggunaan pelayanan kesehatan mata oleh masyarakat masih kurang. Penyebabnya dikarenakan sikap masyarakat yang tidak benar terhadap pelayanan kesehatan sebagai contoh berupa rasa takut terhadap pelayanan kesehatan dan merasa bahwa pemeriksaan kesehatan mata tidak penting. Beberapa paradigma itu muncul di kalangan masyarakat terutama para orang tua atau lansia yang cenderung tidak mengetahui tentang penyakit katarak. Sehingga semakin banyaknya penyakit katarak sinilis yang semakin lama kejadian kasus ini semakin banyak. Penyebab lainnya dapat dikarenakan biaya, jarak dan transportasi. Permasalahan di atas dapat ditangani dengan adanya sikap masyarakat yang benar terhadap pelayanan kesehatan mata serta adanya suatu pembrdayaan masyarakat atau konseling kepada para lansia agar mengetahui dan mampu mengetahui apa itu katarak sinilis dan bagaimana cara pencegahannya. Sikap itu sendiri memiliki berbagai faktor determinan yang berupa faktor internal dan faktor eksternal.Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas antara lain bagaimana gambaran kejadian katarak pada Lansia atau katarak sinilis, cara pencegahan katarak sinilis, dan upaya apa yang harus dilakukan agar meminimalisir jumlah penderita katarak sinilis. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian katarak pada Lansia (katarak sinilis) serta bagaimana cara pencegahan dan penanggulangannya. Selain itu, juga ingin mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak sinilis dan menghubungkannya dengan Segitiga Epidemiologi.Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian katarak Lansia ,serta mengetahui bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan katarak Lansia baik secara spesifik atau menyeluruh. Selain itu untuk mengetahui kejadian katarakLansia ditinjau darijenis kelamin penderitanya dan untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya pada katarak Lansia.

EPIDEMIOLOGI KATARAK SENILIS

Jika ditinjau dari asal kata, Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang terdiri dari 3 kata dasar, yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berati penduduk dan kata terakhir adalah logos yang berarti Ilmu pengetahuan. Jadi Epidemilogi adalah Ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang atau masyarakat serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut. Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi kajian epidemiologi adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa kristalina dan pada umumnya, penyebabnya adalah berkaitan dengan usia. Katarak senilis disebut juga katarak yang berhubungan dengan usia karena biasanya diderita oleh orang tua. Katarak jenis ini adalah katarak yang paling banyak menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan mendapat katarak (Katarak Senilis).

KATARAK SENILIS DI DUNIA

Katarak senilis adalah penyebab kebutaan di dunia sebesar 48% atau sekitar 18 juta orang. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan jumlah operasi katarak. Jumlah operasi katarak per 100.000 populasi per tahun disebut dengan Cataract Surgery Rate (CSR), digunakan sebagai indikator untuk menilai usaha pemberantasan kebutaan akibat katarak. Di Negara maju (Amerika Utara, Eropa Barat, Australia dan Selandia Baru) CSR lebih dari 4000. Dimana Australia paling tinggi di dunia, mencapai 6500. Di Afrika dan Cina CSR kurang dari 500. Di Amerika Tengah dan Selatan, Eropa Timur dan Timur Tengah CSR kurang dari 1000. Di India, lebih dari 4000. Kebutaan akibat katarak (