jurnal epidemiologi

Upload: yunie-aries-viftiani

Post on 06-Mar-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas riset epidemiologi

TRANSCRIPT

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    40

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP PROSES PENGOBATAN ANAK PENDERITA TB PARU DI BALAI

    PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) PURWOKERTO

    Eka Purwanti, Sodikin, Dyah Astorini Wulandari 1,2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan

    3Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    3Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan anak penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Purwokerto. Penelitian ini merupakan deskriptif korelasional. Populasi penelitian adalah orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, berjumlah 125 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah checklist, kuisioner pengetahuan tentang penyakit TB Paru Anak dan Self Reporting Quitionere (SRQ) untuk mengukur kecemasan. Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisa data bivariat melalui Chi Square Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status ekonomi dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p-value = 0,025 dan Odd Ratio (OR) sebesar 0,73. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p-value = 0,001 dan Odd Ratio (OR) sebesar 11,375. Berdasarkan temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan status ekonomi dan pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Purwokerto.

    Kata kunci : Kecemasan, Orang Tua, TB Paru anak, Status Ekonomi, Pengetahuan

    PENDAHULUAN

    TB Paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Bacil Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes, 2007). Penyakit ini telah dikenal satu abad yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab TB oleh Robert Koch tahun 1882, namun sampai saat ini penyakit TB tetap menjadi masalah kesehatan dan tantangan global di tingkat dunia maupun di Indonesia (Kemenkes, 2007). Pada tahun 2010, Word Health Organization (WHO) menyatakan estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insiden berjumlah 430.000 kasus baru per tahun (Kemenkes, 2010). Kemenkes melanjutkan pada tahun 2010, jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya.

    Hasil Survei TB paru di Indonesia tahun 2004, menunjukkan bahwa, setiap tahun ada 539.000

    kasus baru dan kematian 101.000 orang.Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.Mengacu pada hasil survei prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara nasional sebesar 3-4 % setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2007). Sedangkan berdasarkan Yanuar (2011) mengutip data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, hingga Maret tahun 2007 penderita TB di

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    41

    Jateng mencapai 6.446 orang, dari jumlah tersebut 16% kasus diderita oleh anak-anak. Berdasarkan data Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Purwokerto (2011), di kabupaten Banyumas dilaporkan terdapat 628 kasus TB Paru pada tahun 2010.

    Salah satu kelompok umur yang rentan terinfeksi TB paru adalah kelompok anak usia Balita.

    Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Rikesda) tahun 2007, sekitar 2,54% penderita TB paru di Indonesia merupakan kelompok usia Balita. Bahkan data BP4 Purwokerto manunjukkan jika terdapat 216 kasus TB paru pada anak di area Banyumas atau 34% dari keseluruhan kasus TB Paru di area Banyumas (Kemenkes, 2008). Berbagai masalah di masyarakat penderita TB anak tidak terdektesi atau terlambat diketahui, dan sulitnya dokter mendiagnosa kasus TB pada anak di samping masyarakat sendiri yang belum mengetahui epidemiologi penularan TB.Masih banyak orang yang tidak mengetahui secara benar bahwa penyakit TB dapat menular (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2011).

    Banyak studi yang secara konsisten mendokumentasikan stres dan beban-beban yang dihadapi

    keluarga, khususnya ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit kronis.Pemberian perawatan di rumah yang berkesinambungan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang serius bagi pemberi perawatan (Friedman, 1998).Dalam menjalankan peran yang dimiliki seringkali orang tua dihadapkan pada kondisi sulit yang dapat menyebabkan kecemasan.Konflik sering muncul, apakah berada di rumah atau menunggui anaknya yang sedang dirawat (Supartini, 2004). Pada pengobatan pasien TB Paru dalam jangka waktu yang panjang dan telah melebihi masa penyembuhan yang semestinya (6 sampai 9 bulan) akan memerlukan biaya yang lebih banyak selain itu akan meningkatkan kecemasan orang tua (Bahar, 2001).

    Timbulnya reaksi kecemasan orang tua ditandai dengan kewaspadaan yang meningkat berkaitan

    dengan proses pengobatan TB yang harus selalu minum obat dalam waktu yang lama. Kewaspadaan ini mengakibatkan orang tua merasakan kekhawatiran yang berlebih jika anak harus terus minum obat, maka akan terjadi kemalangan terkait kondisi kesehatan anaknya selanjutnya (Hawari, 2002). Hal ini mengakibatkan orang tua salah mengambil keputusan untuk tidak kembali datang membawa berobat kembali anaknya sehingga obat akan berhenti sebelum waktunya yang justru akan mengakibatkan komplikasi yang sebagian besar terjadi dalam 2-3 bulan setelah terjadinya penyakit dan merupakan fokus reaktivasi nantinya (Ngastiyah, 2003).

    Berdasarkan pendapat Ohio Development Disability Council(2010), pengetahuan merupakan

    salah satu faktor yang berhubungan/berpengaruh terhadap emosi orang tua. Notoadmojo (2007) mendefinisiskan pengetahuan sebagai hasil dari proses belajar/pengideraan terhadap suatu obyek tertentu, sehingga secara sederhana pengetahuan diartikan sebagai hasil dari pengalaman seseorang. Selain faktor pengetahuan, status ekonomi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi emosi orang tua. Status ekonomi menggambarkan tingkat pendapatan keluarga perbulan.Tingkat pengeluaran yang tinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kronis adalah hambatan yang paling sering dirasakan orang tua dalam merawat anaknya. Hasil survey Counting Cost (2010) juga mendapatkan bahwa kesulitan keuangan cenderung memiliki dampak yang negatif dalam kehidupan keluarga termasuk kondisi emosional keluarga dan meningkatkan isolasi sosial.

    Pada penelitian pendahuluan, peneliti melakukan wawancara kepada 15 orang tua anak dengan

    TB Paru. Hasil wawancara menunjukkan jika sebagian besar orang tua (10 orang tua) merasa khawatir terkait dengan status kesehatan anaknya, 7 orang tua diantaranya berpikiran jika anaknya akan mengalami gangguan kesehatan dalam waktu yang lama karena terus minum obat tanpa berhenti. Bahkan 3 orang tua melaporkan apakah setelah proses pengobatan selesai anaknya akan kembali terserang penyakit TB Paru, Sedangkan sebagian kecil (5 orang tua) merasa yakin dan percaya diri terkait dengan kesehatan anaknya.

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    42

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dan pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi. Rancangan

    penelitian melibatkan tiga variable yaitu pengetahuan tentang penyakit TB Paru Anak, status ekonomi dan kecemasan. Subyek penelitian adalah orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, sehingga jumlah Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini berjumlah 56 Responden. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari Responden melalui kuesioner yang meliputi pengukuran status ekonomi keluarga, pengetahuan, dan kecemasan orang tua.Instrument penelitian yang digunakan adalah Kuesioner dan checklist. Kuisioner digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kecemasan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Analisaunivariat, meliputi gambaran karakteristik Responden, status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru anak, dan kecemasan orang tua. 2) Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Parudalam skala ordinal denganmenggunakan uji Chi-square (x).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil analisa univariat, karakteristik responden dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 1.Gambaran Karakteristik Responden Variabel n % Kelompok usia

    - 20-30 tahun

    12

    21.4 - 31-40 tahun 24 42.9 - 41-50 tahun 16 28.6 - 51-60 tahun 4 7.1

    Pendidikan - SD

    4

    7.1

    - SMP 16 28.6 - SMA 32 57.1 - PT 4 7.1

    Variabel n % Pekerjaan

    - PNS

    7

    12.5 - TNI/Polri 1 1.8 - Buruh/Tani 14 25.0 - Wiraswasta 34 60.7

    Total 56 100 Sumber : Data primer, Juli 2014

    Berdasarkan Tabel 1, hampir sebagian besar responden berusia 31-40 tahun, sebesar42,9%,

    sedangkan kelompok usia yang paling sedikit adalah 51-60 tahun sebesar 9,78%. Tidak terdapat

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    43

    responden yang berusia >60 tahun. Gambaran tingkat pendidikan responden menunjukkansebagian besar responden adalah lulusan SMA atau sederajat, sebesar 57,1%, dan hanya sedikit yang memiliki tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggimasing-masing berjumlah 4 responden (7,1%). Berdasarkan Tabel 1, gambaran jenis pekerjaan kepala rumah tangga responden sebagian besar merupakan wiraswasta, sebesar 60,7%, dan yang paling sedikit berprofesi sebagai TNI/Polri, sebesar 1,8%.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan gambaran dari masing-masing

    variabel, yang terdiri dari status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru anak, dan tingkat kecemasan orang tua. Gambaran karakteristik dari masing-masing variabel dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut :

    Tabel 2.Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Variabel n % Status Ekonomi

    - Lebih

    3

    5.4 - Cukup 24 42.9 - Kurang 29 51.8

    Tingkat Pengetahuan TB Paru Anak

    - rendah

    13

    23.2

    - sedang 20 35.7 - tinggi 23 41.1

    Tingkat Kecemasan - sedang

    11

    19.6

    - ringan 32 57.1 - tidak ada 13 23.2

    Total 56 100.0 Sumber : Data primer, Juli 2014

    Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar status ekonomi responden adalah kurang berjumlah

    29 responden (51,8%). Sedangkan Responden yang paling sedikit adalah Responden yang memiliki status ekonomi lebih berjumlah 3 responden (5,4%). Distribusi frekuensi pengetahuan responden menunjukkan bahwa hampir sebagian besar Responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang TB Paru anak, berjumlah 23 Responden (41,11%). Sebagian kecil Responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang TB Paru anak, berjumlah 13 responden (23,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan, berjumlah 32 responden (57,1%). Sedangkan responden sebagian kecil responden mengalami kecemasan sedang, berjumlah 11 responden (19,6%). Tidak terdapat responden yang mengalami kecemasan berat.

    Hasil pengujian korelasi antara pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru menunjukkan nilai p-value = 0,001 (p< 0,05). Hasil pengujian menunjukkan Ha diterima, yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan TB Paru anak di BP4 Purwokerto dengan OR 11,347. Hasil perhitungan yang positif menunjukkan semakin baik pengetahuan maka gejala yang dialami semakin ringan.

    Berdasarkan nilai OR didapatkan nilai 11,345, yang berarti responden dengan pengetahuan yang

    baik/tinggi memiliki peluang 11 kali lebih besar untuk tidak mengalami kecemasan selama proses

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    44

    pengobatan TB Paru anak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang TB Paru.

    Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Hawari (2009), bahwa kecemasan dapat

    diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, kognitif, dan perilaku. Gejala kognitif dari kecemasan yang sering muncul diantaranya meliputi hambatan berpikir, perhatian terganggu, dan kehilangan minat. Berdasarkan Wilkinson (2005), faktor-faktor terkait kurangnya pengetahuan salah satunya adalah gangguan kognitif. Paul Elkman (dalam BKKBN, 2013), menjelaskan bahwa kecemasan merupakan salah satu bentuk dari emosi seseorang yang dapat muncul sebelum dan setelah terjadinya perilaku, termasuk pengalaman individu dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Pengalaman merupakan manifestasi pengetahuan individu terhadap suatu objek yang menjadi tujuannya, sehingga semakin panjang pengalaman yang individu terhadap suatu obyek maka pengetahuannya akan semakin meningkat.

    Kematangan intelektual individu berpengaruh pada wawasan dan berpikir seseorang, baikdalam

    tindakan yang dapat dilihat maupundalam cara pengambilan keputusan dan pola pikir, sehingga tingkat pengetahuan mempengaruhi persepsi individu terhadap kejadian krisis yang dialami individu (Notoadmodjo, 2003). Cobham (2010) membuktikan jika kecemasan yang dialami sebagian besar orang tua yang mengikuti pengobatan anaknya cenderung belum mengetahui prosedur pengobatan, dan karakteristik penyakit anak.

    Orang tua merupakan komponen penting dalam rumah tangga. Orang tua diharapkan mampu

    menjalankan fungsi keluarga dengan baik, termasuk fungsi perawatan keluarga. Fredman (1998), menjelaskan terdapat 5 fungsi perawatan keluarga, yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu menyediakan lingkungan sehat, dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.

    Kecemasan pada orang tua mendeskripsikan ketidakmampuan orang tua menjalankan fungsi

    perawatan keluarga dengan baik. Oleh karena itu kecemasan orang tua dapat menimbulkan terputusnya (drop out) pengobatan yang sedang berjalan. Hal ini dapat memperburuk kondisi anak, karena tanpa pengobatan yang tepat, kuman TBC dapat menginfeksi seluruh organ tubuh anak, sehingga proses penyembuhan akan semakin lama dan kompleks (Kemenkes, 2008). Pemberian tatalaksana yang tepat pada pengobatan TB Paru anak diharapkan mampu mencegah terjadinya kasus drop out.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hampir sebagian besar responden berusia 31-40 tahun sebesar 42,9%, lebih dari separuh jumlah

    responden berpendidikan SMA/sederajat sebesar 57,1%, sebagian besar kepala keluarga responden berprofesi sebagai wiraswasta 60,7%, dan seluruh responden telah memiliki/menjadi peserta Jaminan Kesehatan.

    2. Sebagian besar reponden memiliki status ekonomi rendah 51,8% dari jumlah responden. 3. Hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggi sebesar 41% dari jumlah responden. 4. Lebih dari separuh dari jumlah responden mengalami gejala kecemasan ringan sebesar 57,1% dari

    jumlah responden. 5. Terdapat hubungan antara Pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua terhadap proses

    pengobatan anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, dengan p-value 0,001 dan OR 11,375. 6. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan

    anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, dengan p-value 0,025 dan OR 0,73.

  • Prosiding Seminar Nasional Psikologi Indigenous UMP 2015 ISBN. 978-602-14930-4-5 Purwokerto, 6 Juni 2015

    45

    Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kecemasan

    orang tua dengan menggunakan variabel bebas lain seperti lama anak menderita TB Paru, ukuran keluarga, dan mekanisme koping yang digunakan. Disarankan menggunakan responden yang lebih banyak. Hal ini diharapkan dapat mengidentifikasi lebih dalam gambaran kecemasan orang tua anak dengan TB Paru. Selain itu disarankan untuk melakukan pengkajian lebih dalam tentang gejala kecemasan yang paling banyak dirasakan orang tua anak penderita TB Paru, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).(2013). Program Genre dalam penyiapan

    kehidupan berkeluarga bagi remaja.Semarang : Perwakilan BKKBN Jawa Tengah. Cobham, Dads, Spence, & Mc Dermott. (2010). Parental anxiety in the treatment of childhood anxiety:a

    different story three years later. Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology, 39(3),410420. Diakses tanggal 22 Juni 2014 dari situs :http://content.ebscohost.com/pdf/49707912

    Counting Cost. (2010). Contact a family-for pamilies with disabiled children struggle for food and

    heating. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013 dari situs: http://www.Cafamily.org.uk/index.php.

    Friedman. (1998). Keperawatan keluarga: teori dan praktek (Terjemahan Ina Debora R.L).Jakarta :

    EGC. Hawari, D. (2002).Stress, depresi dan cemas. Jakarta : EGC. ________.(2009). Psikometri alat ukur (skala) kesehatan jiwa. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Kementerian Kesehatan R. (2007).Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Gerdunas-TB.

    Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014 dari situs: http://www.ppid.depkes.go.id ________.(2008). Hasil-hasil riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta: Badan Litbangkes. Diakses pada

    tanggal 20 Oktober 2013 dari situs: http://www.ppid.depkes.go.id ________.(2008). Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta: Kemenkes RI.Diakses pada

    tanggal 20 Mei 2014 dari situs: http://www.ppid.depkes.go.id ________.(2010). Hasil-hasil riset kesehatan dasar tahun 2009. Jakarta: Badan Litbangkes. Diakses pada

    tanggal 20 Oktober 2013 dari situs: http://www.ppid.depkes.go.id Notoadmojo.(2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. WHO.(2010). Report of the expert consultation on the optimal duration of exclusive breastfeeding.

    Geneva, Switzerland.