jurnal bisnis&manajemen unila mei 2010

100
. Jurnal Jurnal Jurnal Jurnal BISNIS & MANAJEMEN Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 6 No.3, Mei 2010 CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA PENGUKURANNYA Roslina ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008 Dariyus STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH Rr. Erlina, E.Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA KONDISI PASAR BEARISH Ernie Hendrawaty PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK INDONESIA Zulkarnain PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA MENENGAH DI KOTA JAMBI Muazza JURNAL BISNIS dan MANAJEMEN Vol. 6 No.3 Hal. 333-429 Bandarlampung Mei 2010 ISSN 1411 - 9366

Upload: srizuliarniur

Post on 27-Jun-2015

272 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

.

JurnalJurnalJurnalJurnal

BISNIS & MANAJEMEN Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 6 No.3, Mei 2010

CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA PENGUKURANNYA

Roslina

ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008 Dariyus

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI

KAYU DI LAMPUNG TENGAH Rr. Erlina, E.Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud

EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA

KONDISI PASAR BEARISH Ernie Hendrawaty

PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH

LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK INDONESIA Zulkarnain

PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA

TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA

MENENGAH DI KOTA JAMBI Muazza

JURNAL BISNIS dan

MANAJEMEN Vol. 6 No.3 Hal. 333-429 Bandarlampung

Mei 2010 ISSN

1411 - 9366

Page 2: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. (Rektor Universitas Lampung)

Pembina : Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Sc. (Pembantu Rektor I Universitas Lampung) : Dr. Eng. Admi Syarif (Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung) : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. (Pj. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)

Pemimpin Umum : Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lampung

Dewan Editor Ketua : Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. Anggota : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. Dr. Sri Hasnawati, S.E.. M.M. Iban Sofyan, S.E., M.M. Aripin Ahmad, S.E., M.Si. Zulkarnain, S.E., M.B.A. Dariyus, S.E., M.M. Ribhan, S.E., M.Si. Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si.

Redaksi Pelaksana Ketua : Hj. Mahrinasari M.S., S.E., M.P.M. Wakil Ketua : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. Sekretaris : Prakarsa Pandjinegara, S.E., M.E. Bendahara : Hi. Habibullah Jimad, S.E., M.Si. Tata Usaha dan Kearsipan : Prayugo Distribusi dan Sirkulasi : Nasirudin Alamat Redaksi : Gedung A Lantai 2, Fakultas Ekonomi Unila Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1 Gedungmeneng - Bandarlampung, 35145 Telp. : (0721) 773465 Email : [email protected] Website : http://fe-manajemen.unila.ac.id/~jbm Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366

Page 3: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

DAFTAR ISI CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA PENGUKURANNYA Roslina .................................................................................................................... 333 ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008 Dariyus ................................................................................................................... 347 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH Rr. Erlina, E.Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud ................. 363 EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA KONDISI PASAR BEARISH Ernie Hendrawaty ................................................................................................. 385 PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK INDONESIA Zulkarnain .............................................................................................................. 401 PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA MENENGAH DI KOTA JAMBI Muazza ................................................................................................................... 419

Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366

Page 4: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA PENGUKURANNYA

Roslina 1

ABSTRAK

Citra merek (brand image) digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi suatu produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang suatu produk. Konsumen cenderung akan memilih produk yang telah terkenal dan digunakan oleh banyak orang daripada produk yang belum dikenalnya. Citra merek memiliki tiga dimensi, yaitu: citra perusahaan (corporate image), citra produk (product image) dan citra negara yang menghasilkan suatu produk (country of origin image). Ketika konsumen mengevaluasi citra merek suatu produk, konsumen juga mengevaluasi kualitas produk, perusahaan yang menghasilkan serta negara penghasil produk tersebut. Citra merek dibentuk oleh berbagai elemen identitas merek (brand identity) dengan iklan sebagai salah satu media terpenting untuk memberikan informasi kepada konsumen dan menempatkan merek di pikiran konsumen. Citra merek dapat diukur menggunakan atribut, manfaat, dan keseluruhan sikap konsumen terhadap merek. Manfaat yang dirasakan oleh konsumen merupakan elemen kunci yang menentukan citra merek. Manfaat ini terdiri dari manfaat fungsional, manfaat simbolis dan manfaat pengalaman.

Keywords : brand image, corporate image, product image, country of origin image.

Semakin banyak merek yang berada di pasar untuk satu jenis produk memberikan alternatif pilihan kepada konsumen. Konsumen pada umumnya akan mengevaluasi produk dengan membandingkan kualitas, harga, serta merek sebelum melakukan suatu pembelian. Pada umumnya konsumen akan memilih suatu produk yang telah mereka kenal daripada produk yang tidak pernah mereka ketahui.

1 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung

Page 5: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

334

Citra merek berfokus pada dua perspektif, yaitu perusahaan dan konsumen. Pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan berhubungan langsung dengan perbaikan aktivitas pemasaran serta strategi menempatkan (positioning) dan memelihara (retaining) citra merek yang positif.

Pendekatan konsumen didasarkan pada sikap konsumen dalam menginterpretasi citra merek dan ekuitas merek. Pentingnya suatu merek di pasar dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mengevaluasi fakta tentang bagaimana konsumen menginterpretasikan citra dari suatu merek dan kemampuan perusahaan untuk mengelola strategi penempatan merek, yang menyatakan ekuitas merek kepada konsumen.

Citra merek dapat dipersepsikan secara positif maupun negatif oleh konsumen. Hal ini tergantung dari memori serta pengalaman konsumen terhadap suatu merek. Jika konsumen memiliki pengalaman yang baik serta menyenangkan terhadap merek suatu produk maka hal tersebut akan terekan dalam memori dan konsumen akan mempersepsikan produk tersebut secara positif, demikian juga sebaiknya. Definisi Citra Merek

Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen. Sedangkan Aaker (1991:109) menyatakan bahwa citra merek merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti.

Citra merek berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk, sebagai akibat dari apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap merek tersebut. Perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu merek akan membentuk citra tersebut dan akan tersimpan dalam memori konsumen.

Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek.

Citra merek tersusun dari asosiasi merek. Aaker (1991:109) menyatakan bahwa asosiasi merek adalah apa saja yang terkait dengan memori terhadap suatu merek. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau penggalian informasi dan akan bertambah kuat jika didukung oleh jaringan lainnya. Citra merek dapat berdampak positif atau negatif, bergantung kepada

Page 6: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

335

bagaimana konsumen menafsirkan asosiasi tersebut. Asosiasi merek dan citra merek merupakan persepsi konsumen yang mungkin atau mungkin tidak merefleksikan realitas secara objektif.

Asosiasi merek dapat membantu meringkaskan fakta dan spesifikasi yang sulit diproses dan diakses oleh konsumen serta sangat mahal bagi perusahaan untuk mengomunikasikannya. Suatu asosiasi dapat menghasilkan informasi yang penting bagi konsumen dan memberikan cara untuk mendapatkannya. Asosiasi dapat pula menjadi dasar yang sangat penting untuk diferensiasi dan dapat menjadi kunci bagi keunggulan kompetitif.

Terdapat sebelas jenis asosiasi (Aaker, 1991:114-128), yaitu (1) Atribut produk (product attribute). Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk membeli atau tidak membeli suatu merek. (2) Atribut-atribut tak berwujud (intangibles). Faktor-faktor tak berwujud merupakan asosiasi yang lebih efektif untuk dikembangkan daripada atribut-atribut spesifik. Suatu faktor tak bewujud merupakan atribut umum, seperti kualitas yang dirasakan, kemajuan teknologi dan nilai yang dirasakan. (3) Manfaat bagi pelanggan (customer benefits), yang berguna untuk membedakan antara manfaat rasional dengan manfaat psikologis. (4) Harga relatif (relative price). (5) Penggunaan atau aplikasi (use/application). (6) Pengguna atau pelanggan (user/customer). (7) Orang tersohor atau khalayak (celebrity/person). (8) Gaya hidup atau kepribadian (life-style/personality). (9) Kelas produk (product class). (10) Para kompetitor (competitors), dan (11) Negara atau wilayah geografis (country or geographic area). Dimensi Citra Merek Citra Perusahaan (Corporate Image) Perasaan maupun pengalaman konsumen terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan suatu produk akan membentuk citra perusahaan tersebut. Pemahaman tentang citra perusahaan sangat penting bagi pemasar karena citra merek yang disukai untuk perusahaan dapat mempengaruhi dukungan konsumen dan pembuatan keputusan oleh konsumen, sedangkan citra yang tidak disukai memiliki pengaruh yang akan merugikan bagi pengambilan keputusan dan perilaku (Alwi & Da Silva, 2007:217). Broomley (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) menyatakan bahwa citra perusahaan adalah persepsi eksternal stakeholder berdasarkan akumulasi pengalaman terhadap organisasi. Sedangkan Rowley (1997:246) mengemukakan bahwa citra perusahaan merupakan persepsi dari konsumen, konsumen potensial ataupun target sasaran terhadap sebagian atau keseluruhan fitur perusahaan. Hal senada diungkapkan oleh Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) yang menyatakan bahwa citra merek perusahaan merupakan asosiasi yang ada pada pikiran konsumen terhadap suatu

Page 7: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

336

perusahaan yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk konsumen. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa citra perusahaan perusahaan dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan yang pada akhirnya akan menimbulkan keyakinan konsumen terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.

Citra juga perusahaan merujuk kepada asosiasi konsumen. Kontak konsumen dengan organisasi secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kekuatan atau eksistensi asosiasi tersebut.

Citra perusahaan dipersepsikan oleh eksternal stakeholder. Persepsi tersebut dapat positif maupun negatif, tergantung kepada pengalaman eksternal stakeholder tersebut dengan perusahaan. Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) menyatakan bahwa citra perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asosiasi antara produk dengan atribut atau manfaat (konsumen lebih menyukai kualitas atau inovasi dari produk), orang dan hubungan atau orientasi konsumen, program dan nilai (tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial), kredibilitas perusahaan (perusahan terlihat lebih ahli, dapat dipercaya, dan menyenangkan). Kontak yang terjadi antara konsumen dengan perusahaan secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi atau kekuatan asosiasi tersebut. Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) mengemukakan bahwa citra merek perusahaan (corporate brand image) tergantung pada beberapa faktor, yaitu; (1) produk yang dibuat oleh perusahaan, (2) kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, dan (3) cara perusahaan berkomunikasi dengan konsumen. Smith (1993) dalam Abratt dan Mofokeng (2001:369) menyatakan bahwa empat area yang membentuk citra perusahaan (corporate image), yaitu (1) produk atau jasa, termasuk kualitas produk dan keperdulian terhadap konsumen, (2) tanggung jawab sosial, kenggotaan perusahaan, perilaku etis, dan masalah kemasyarakatan, (3) lingkungan, termasuk kantor, showroom dan pabrik, dan (4) komunikasi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, komunikasi personal, brosur, dan program identitas perusahaan (corporate identity program). Citra merek perusahaan sangat penting dan berhubungan dengan reputasi perusahaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bergstrom et al dalam Alwi dan da Silva (2007:220) yang menyatakan bahwa merek perusahaan dan reputasi pada dasarnya merupakan aset tak berwujud dari suatu perusahaan dan memiliki hubungan yang dekat. Davis et al (2003) dalam artikel yang sama menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan mendorong kinerja dan mengubah citra sebagaimana digambarkan dalam rantai reputasi perusahaan (corporate reputation chain) pada gambar 1.

Page 8: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

337

Gambar 1 Rantai Reputasi Perusahaan (Corporate Reputation Chain) Sumber: Alwi dan Da Silva (2007:220)

Citra perusahaan atau citra merek perusahaan lebih bersifat emosional

dan afektif yang melibatkan perasaan dan reaksi yang merupakan akibat dari pengalaman mengonsumsi suatu produk atau merek. Citra merek perusahaan yang dinilai baik oleh konsumen bukan hanya akan membantu perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage), melalui kepuasan stakeholder diharapkan akan meningkatkan penjualan produk dan membuat performance perusahaan menjadi lebih baik. Schultz dan de Chernatony (2002) dalam Alwi dan Da Silva (2007:220) menyatakan bahwa strategi merek perusahaan yang sukses akan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang signifikan di masa yang akan datang. Citra Produk (Product Image) Mengembangkan citra produk dalam pikiran konsumen menjadi strategi yang sangat penting bagi perusahaan karena produk yang memiliki citra yang kuat dalam memori jangka panjang konsumen lebih disukai ketika akan membeli suatu produk pada saat produk tersebut dibutuhkan. Citra produk ditentukan oleh komunikasi yang dilakukan oleh pabrik maupun pengecer kepada konsumen. Komunikasi ini akan menjadi input stimulus ataupun petunjuk bagi konsumen. Beberapa penelitian yang dilakukan lebih menekankan pada citra toko serta pengukurannya, dan tidak ditemukan penelitian yang meneliti pengaruh citra produk terhadap perilaku konsumen (Yu & Kincade 2001:30).

Satisfaction

Employee

view

The Brand

Customer

view Satisfaction

Retention Identity Image

Loyalty

Sales

Page 9: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

338

Yu dan Kincade (2001:30) mendefinisikan citra produk sebagai kombinasi berbagai atribut seperti harga, nama toko, negara penghasil suatu produk dan produk. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa citra produk disebabkan oleh atribut-atribut yang dimiliki oleh produk dan dinilai serta diingat oleh konsumen. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa atribut produk atau kinerja informasi sangat penting dalam proses pembuatan keputusan oleh konsumen. Martin (1971) dalam Yu dan Kincade (2001:33) menemukan bahwa 67 persen partisipan mengindikasikan bahwa informasi tentang atribut produk merupakan faktor utama yang menentukan dalam pembelian produk pakaian. Citra Negara Penghasil Produk (Country of Origin Image) Han (1989) dalam Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:254) menjelaskan pengaruh citra merek pada evaluasi produk serta persepsi tentang citra negara yang mempengaruhi keseluruhan evaluasi secara tidak langsung melalui keyakinan konsumen ataupun secara langsung. Jika konsumen lebih familiar dengan produk yang dihasilkan oleh suatu negara, konsumen akan menyimpulkan informasi produk dan membentuk evaluasi secara langsung.

Kesan positif dari suatu merek yang dihasilkan oleh negara asal (country of origin) menghasilkan sikap positif terhadap merek tersebut dan akan diikuti oleh perilaku yang positif. Sedangkan konsumen yang memiliki citra negatif terhadap negara tertentu tidak akan mempertimbangkan untuk membeli merek yang berasal dari negara tersebut tanpa memperhatikan asosiasi merek tersebut. Proses Pengembangan Citra Merek

Dalam proses pengembangan citra merek, harus diketahui bahwa merek yang kuat memiliki identitas yang jelas. Konsumen umumnya menginginkan sesuatu yang unik dan khas yang berhubungan dengan merek. Ketidakcocokan citra merek dengan harapan konsumen akan memberikan kesempatan kepada pesaing.

Kapferer (1992:37) menyatakan bahwa konsumen membentuk citra melalui sintesis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan merek, seperti nama merek, simbol visual, produk, periklanan, sponsorship, artikel yang kemudian dikembangkan dan diinterpretasikan oleh konsumen. Sinyal tersebut dapat bersumber dari dari identitas merek, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 10: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

339

Gambar 2 Identitas dan Citra Sumber: Kapferer (1992:38) Identitas merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang menjadi tujuan

atau cita-cita dari strategi merek itu sendiri untuk menciptakan atau mempertahankan kelangsungan sebuah merek di pasar (Surachman, 2008:47). Identitas merek harus berbeda dari pesaing dan dikembangkan secara komprehensif untuk konsumen.

Park (1986) Park (1986) dalam Janonis, Dovalien÷, dan Virvilait÷ (2007:74) menyatakan bahwa kesuksesan suatu merek di pasar tergantung kepada pemilihan identitas merek, penggunaan identitas dalam mengembangkan citra, dan jaminan bahwa citra dapat mentransfer identitas merek yang dipilih oleh perusahaan, membedakannya dari pesaing dan merespon keinginan konsumen.. Sedangkan Kapferer (2003) dalam artikel yang sama menyatakan citra merek merupakan cara berkomunikasi dengan konsumen yang paling efisien dan secara signifikan berkaitan dengan identitas merek.

Doyle (1988) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007:79) menyatakan bahwa citra merek berasal dari berbagai elemen identitas merek dimana periklanan adalah salah satu elemen yang sangat penting yang memberitahukan kepada konsumen tentang manfaat suatu produk dan menempatkan suatu produk dalam pikiran konsumen. Pada tingkat yang lebih emosional atau simbolik, fungsi utama dari periklanan adalah menghasilkan kepribadian atau persepsi merek di pasar.

Brand identity

Brand Image

Other sources of inspiration: - Mimicry - Opportunism - Idealism

Signal transmitted

Competition and

Noise

Sending Media Receiving

Page 11: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

340

Pada berbagai tingkat yang menyangkut pemasaran citra, periklanan dikenal sebagai salah satu komponen utama yang menciptakan citra. Fungsi dari periklanan adalah untuk menciptakan simbol dan citra tentang suatu produk yang akan mengakibatkan adanya hubungan antara merek dengan konsumen.

Peran periklanan sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan karena periklanan membantu mengembangkan pengenalan merek, kesadaran dan citra yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan merek. Alba dan Marmorstein (1987) dalam Koubaa (2008:140) menyatakan bahwa frekuensi informasi atau informasi yang berulang akan mempengaruhi kebiasaan, kemudian akan mempengaruhi reputasi dan pada akhirnya mempengaruhi citra dalam pikiran konsumen. Aaker dan Joachimsthaler (2001) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007:81) menggambarkan proses pembentukan citra merek pada Gambar 3.

Gambar 3 menunjukkan bahwa identitas merek terbagi menjadi dua belas katagori yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu merek sebagai suatu barang ( batas suatu barang, fitur, kualitas/ekuitas, pengalaman, konsumen, negara pemroduksi), merek sebagai perusahaan (fitur perusahaan, orientasi lokal atau global), personality (kepribadian merek; hubungan merek dan konsumen), dan simbol (kumpulan asosiasi visual, kiasan merek).

Dalam proses pengembangan citra merek, pemosisian merek (brand positioning) adalah salah satu tahap yang sangat penting dalam proses pengembangan citra merek. Pemosisian merek mengacu pada tindakan untuk menempatkan merek suatu produk dalam pikiran pelanggan terhadap produk-produk lain dalam bentuk atribut dan keuntungan yang ditawarkan.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara identitas merek dengan citra merek didasarkan pada proses komunikasi, yaitu perusahaan sebagai pengirim serta konsumen sebagai penerima, dan citra merek terbentuk dalam pikiran konsumen sebagai akibat dari proses komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Pengukuran Citra Merek

Untuk menganalisa sifat dari citra merek maka harus ditentukan terlebih dahulu cara mengukur variabel citra merek. Beberapa literatur menyatakan bahwa citra merek adalah konsep yang multidimensional, tetapi tidak terdapat suatu konsensus tentang bagaimana cara mengukurnya. Keller (1993) dalam Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108) menyatakan bahwa citra merek berhubungan dengan asosiasi ( atribut, manfaat, dan sikap), kesukaan (favorability), kekuatan (strength) dan keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand associations).

Asosiasi citra merek diklasifikasikan ke dalam katagori yang konkret. Klasifikasi yang dibuat oleh Hankinson (2005) dalam Janonis dan Virvilaite�, (2007:79 ) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Page 12: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

341

Gambar 3. Modifikasi Proses Pengembangan Citra Merek Sumber: Aaker dan Joachimsthaler (2003) dalam Janonis,

Dovalien÷, Virvilait÷ (2007:74)

Brand identity

Extended identity

Principal identity

Brand essence

Brand as a good 1. Limit of a good 2. Features of a

good 3. Quality/Equity 4. Experience 5. Consumers 6. Country producer

Brand as a company 7. Features of a

company (novelty, care about consumers, reliability)

8. Local versus global

Brand as a personality

9. Personality

(sincere, active, reliable) 10. The relationship of brand and

consumers

Brand as a symbol 11. Visual associations

and a number of methapors 12. Brand inheritance

Brand positioning

Brand image

Page 13: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

342

Tabel 1 Model Citra Merek

Penulis Asosiasi Fungsional

Asosiasi Simbolis

Asosiasi Pengalaman

Konsepsi Merek

Hankinson & Cowking (1993) dalam Janonis & Virvilaite� (2007:79)

Atribut fungsional

Nilai simbolis - -

De Chernatony & Mc William (1989) dalam Janonis & Virvilaite� (2007:79)

Dimensi fungsional

Dimensi simbolis - -

Park (1986) dalam Janonis & Virvilaite� (2007:79)

Kepuasan dari manfaat fungsional

Kepuasan dari manfaat simbolis

Kepuasan dari manfaat

pengalaman

-

Keller (1998) dalam Janonis & Virvilaite�

(2007:79)

Manfaat fungsional

Manfaat simbolis Manfaat pengalaman

Konsepsi merek,

menunjukkan evaluasi

merek secara universal

Sumber : Hankinson, 2005 dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007:79).

Dari empat model yang terdapat pada tabel 1, tiga model ( Keller, 1998; Hankinson dan Cowking, 1993; de Chernatony, 1989) pada dasarnya asosiasi dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu asosiasi fungsional yang menunjukkan fitur yang berwujud dari suatu barang; dan emosional atau asosiasi simbolis yang menyatakan fitur yang tidak berwujud, menggambarkan efek persetujuan sosial dari konsumen, ekspresi diri atau penghargaan diri. Sedangkan penulis lainnya (Keller,1998 dan Park, 1986) menambahkan katagori yang ketiga, yaitu pengalaman (Janonis dan Virvilait÷, 2007:79).

Model citra merek yang dikemukakan oleh Keller (1993;1998) menambah satu katagori dari asosiasi, yaitu konsepsi merek yang menggabungkan segala evaluasi merek yang dilakukan oleh konsumen. Asosiasi merek mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan strategi merek.

Keller (1998) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007: 80) menyatakan suatu ide bahwa kesadaran merek terdiri dari pengenalan merek dan citra merek sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 14: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

343

Gambar 4. Model Citra Merek Keller Sumber: Janonis dan Virvilait÷ (2007: 80)

Citra merek merupakan akibat dari kecocokan/keserasian (suitability),

intensitas (intensity), keunikan (uniqueness) dan asosiasi merek yang khas bagi konsumen. Model ini juga menunjukkan berbagai jenis asosiasi, seperti atribut (attributes) yang terbagi menjadi asosiasi dan non asosiasi, manfaat (benefit) atau fungsional, pengalaman dan simbolis serta konsepsi merek.

Wilkie (1986) dalam Hsieh, Pan dan Setiono (2004:252) menyatakan bahwa asosiasi merek berdasarkan prinsip kognitif dan psikologikal Keller (1993) dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori berdasarkan tingkat abstraksinya, yaitu atribut (attribute), manfaat (benefit) dan sikap merek secara keseluruhan (overall brand attitude). Atribut (attribute) merujuk kepada fitur deskriptif yang menjadi ciri suatu produk atau jasa. Manfaat (benefit) adalah nilai personal yang konsumen dapatkan dari produk atau jasa. Sikap merek

Brand Image

Types of brand

association

Suitability of brand

association

Intensity of brand

association

Item non- associated

Benefit

Feelings and

experience

Brand

personality

Consumer

Image

Price

Item associated

Uniqueness of brand

association

Attributes

Conception

Symbolic

Experience

Functional

Page 15: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

344

secara keseluruhan (overall brand attribute) merupakan keseluruhan evaluasi konsumen terhadap produk.

Pada umumnya persepsi citra merek yang ada pada memori konsumen mencakup ketiga tipe asosiasi merek tersebut. Namun demikian Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:252) menyatakan karena terdapatnya kompleksitas yang tinggi apabila menggunakan semua jenis asosiasi, maka umumnya penelitian hanya memfokuskan pada asosiasi berdasarkan manfaat sebagai elemen kunci. Dobni dan Zinkham (1990) dalam Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:252) menyatakan bahwa manfaat (benefit) adalah jenis informasi yang dirasakan relevan dan berhubungan dengan dugaan bahwa persepsi citra merek sangat subjektif dan dibentuk berdasarkan interpretasi konsumen.

Asosiasi berdasarkan manfaat berhubungan dengan kebutuhan konsumen. Park, Jaworski dan MacInnis (1986) dalam Hsieh, Pan dan Setiono (2004:253) mengajukan tiga konsep, yaitu; (1) manfaat fungsional (functional benefit), yang didesain untuk memuaskan kebutuhan konsumen dalam rangka memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsumsi. (2) Manfaat simbolis (symbolic benefit) didesain untuk memenuhi keinginan konsumen untuk mempertinggi diri (self-enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan dalam suatu kelompok (group membership), atau identifikasi ego (ego identification). (3) Manfaat pengalaman (experiential benefit) yang didesain untuk memenuhi keinginan konsumen yang berkaitan dengan kesukaan sensori (sensory pleasure), keanekaragaman (variety), dan stimulasi kognitif (cognitive stimulation). Keller (2008:56) menyatakan bahwa citra merek berhubungan dengan; (1) Jenis asosiasi yang digunakan (types of brand association). Jenis asosiasi merek yang digunakan dalam model Keller adalah atribut-atribut merek (brand attributes), manfaat merek (brand benefit), dan konsepsi (conception). Atribut merek (brand attributs) adalah fitur deskriptif yang menjadi ciri suatu produk atau jasa. Sedangkan manfaat merek (brand benefit) adalah nilai personal dan arti yang diberikan oleh atribut produk atau jasa kepada konsumen. Manfaat merek terdiri dari manfaat fungsional, manfaat simbolis, dan manfaat pengalaman. Secara umum pengalaman secara langsung (direct experiences) menghasilkan atribut merek dan manfaat asosiasi merek yang lebih kuat. (2) Asosiasi merek harus disukai (favorability of brand association). Asosiasi yang disukai dapat terjadi jika perusahaan mampu menyampaikan asosiasi tersebut. Penyampaian tersebut ditentukan oleh tiga faktor yaitu kemampuan aktual atau potensial suatu produk, prospek saat ini atau di masa yang akan datang untuk mengkomunikasikan kinerja, dan keberlanjutan secara aktual dan kinerja yang dikomunikasikan. (3) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association). Keunikan dapat didasarkan pada atribut yang terkait dengan produk (product related) dan atribut yang tidak terkait dengan produk (non-product related) ataupun manfaat. (4) Asosiasi merek yang kuat (strength of brand association). Asosiasi merek yang kuat dapat dihasilkan oleh kedalaman berfikir seseorang

Page 16: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

345

tentang informasi produk dan dihubungkan dengan pengetahuan merek yang telah ada. Dua faktor yang yang dapat memperkuat asosiasi dengan informasi adalah hubungan personal dan konsistensi dari informasi yang disampaikan.

Untuk dapat menjadi posisi pertama yang diingat dalam benak konsumen (top of mind), produk atau jasa harus memiliki citra merek yang positif di benak konsumen, citra merek yang dapat dibentuk berdasarkan asosiasi-asosiasi merek yang dipilih dan dipersepsi positif oleh konsumen harus memberikan kesan positif.

Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108) mengutip Aaker (1996) yang merekomendasikan pengukuran citra merek menggunakan asosiasi atau diferensiasi yang diukur berdasarkan empat aspek, yaitu nilai yang dirasakan (perceived value), kepribadian merek (brand personality), asosiasi organisasi (organisational association) dan diferensiasi (differentiation). Aaker dan Blanco (1995) dalam Martinez dan Pina (2003:434) menyatakan bahwa nilai yang dirasakan meliputi manfaat fungsional dari produk yang diukur dari kesesuaian biaya yang dikeluarkan serta kinerja merek. Kepribadian merek merujuk kepada manfaat simbolis dan emosional yang berasal dari suatu merek produk. Garcia dan Bergantinos (2001) dalam Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108) menerapkan istilah citra merek umum (general brand image/GBI) untuk yang mencakup katagori produk yang berbeda untuk mengukurnya.

Low dan Lamb (2000) dalam artikel yang sama menyatakan bahwa dalam asosiasi merek terdapat tiga konsep yang multidimensional dan saling berhubungan, yaitu citra merek (brand image), kualitas yang dirasakan (perceived quality), dan sikap merek (brand attitude). Low dan Lambs (2000) mengukur citra merek berdasarkan produk katagori. Dalam studi terkini, pengukuran citra merek untuk produk bukan hanya berdasarkan atribut fisik dari produk tetapi juga manfaat fungsional, manfaat emosional, dan manfaat pernyataan diri (self-expressive benefit). Cara untuk mengukur citra merek seperti ini disebut sebagai citra merek produk (product brand image/PBI) yang berkaitan dengan atribut produk yang akan dijual (Martinez, Polo & Chernatony, 2008:108). Artikel Martinez, Polo dan Chernatony (2008:117) mengukur citra merek dengan dua cara yang berbeda, yaitu citra merek secara umum (GBI) menggunakan item pernyataan tentang merek yang dikemukakan oleh Aaker, yaitu: (1) merek memberikan nilai yang baik dari uang yang dikeluarkan, (2) terdapatnya suatu alasan membeli produk dibandingkan produk lainnya, (3) merek memiliki kepribadian, (4) merek yang dibeli menarik, (5) kesan yang diberikan oleh orang yang menggunakan produk, dan (6) merek tersebut berbeda daripada merek pesaing. Penelitian ini juga mengukur citra merek menggunakan citra merek produk (PBI) untuk produk sport dengan lima atribut, yaitu aktif (active), menyenangkan (comfortable), fungsional (functional), fleksibilitas (flexibility), dan sporty.

Page 17: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

346

DAFTAR PUSTAKA Aaker, D.A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand

Name. New York: The Free Press. Abratt, Russell & Mofokeng, T.N. 2001. Development and Management of Corporate

Image in South Africa. European Journal of Marketing. Vol 35. No.3/4. Page 368-386.

Alwi, S. F. S., & Da Silva, R. V. 2007. Online and Offline Corporate Brand Images: Do They Differ? Corporate Reputation Review. Vol 10. No.4. Page 217-244.

Hsieh, M. H., Pan, S. L., & Setiono, R. 2004. Product-, Corporate-, and Country-Image Dimensions and Purchase Behavior: A Multicountry Analysis. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol 32. No.3. Page 251-270.

Janonis, V., & Virvilait÷, R. 2007. Brand Image Formation. Engineering Economics. Vol 52. No.2. Page 78-90.

Janonis, V., Dovalien÷, A., & Virvilait÷, R. 2007. Engineering Economics. Vol 51. No.1. Page 69-79.

Kapferer, J. N. 1992. Strategic Brand Management: New Approaches to Creating and Evaluating Brand Equity. New York: The Free Press.

Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. USA: Pearson International Edition.

Koubaa, Y. 2008. Country of Origin, Brand Image Perception, and Brand Image Structure. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol.20. No.2. Page 139-155.

Martínez, E., & Pina, J. M. 2003. The Nehative Impact of Brand Extension on Parent Brand Image. Journal of Product & Brand Management. Vol 12. No.7. Page 432-448.

Martínez, E., Polo, Y., & De Chernatony, L. 2008. Effect of Brand Extension Strategies on Brand Image: A Comparative Study of the UK and Spanish Markets. International Marketing Review. Vol.25. No.1. Page 107-137.

Surachman SA. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang: Bayumedia Publishing.

Yu, H. J. C. & Kincade, D. H. 2001. Effects of Product Image at Three Stages of The Consumer Decision Process for Apparel Products: Alternative Evaluation, Purchase and Post Purchase. Journal of Fashion Marketing and Management. Vol 5. No.1. Page 29-43.

Page 18: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008

Dariyus 2

ABSTRAK

Bentuk setengah kuat dari hipotesis efisiensi pasar menjaga pasar secara seketika itu juga menyerap semua informasi yang relevan seperti itu yang sedang terjadi di depan umum. Oleh karena itu, harga saham harian seharusnya berfluktuasi secara random dan white noise. Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga 2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise. Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang akan datang.

Keywords: white noise, harga saham, saham LQ45

LATAR BELAKANG Efisiensi pasar secara langsung atau secara implisit jarang digunakan pada studi untuk mengidentifikasi reaksi harga saham untuk memastikan adanya pengumuman dividen (Bajaj dan Vijh 1995, 1990), pengumuman laba (Bamber 1987), pemecahan nilai nominal saham (Copeland 1979), transaksi blok yang besar (Hohhausen, Leftwich, dan Mayers 1987: Kraus dan Stoll 1972), hak membeli kembali penawaran dagang (Lakonishok dan Vermaelen 1990), dan pengumuman publik yang lain (Kim dan Verrechia 1991a,b).

2 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung

Page 19: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

348

Metodologi studi peristiwa digunakan untuk mengevaluasi reaksi pasar untuk meyakinkan peristiwa-peristiwa pada perusahaan. Studi-studi yang pada dasarnya bersifat spesifik adalah didesain untuk mengukur efisiensi pasar pada suatu batas keyakinan dan bersama dengan peristiwa yang mendasar. Evaluasi makro tentang efisiensi pasar dapat di bentuk dengan mencoba apakah harga saham pada pasar modal bersifat random walk pada jangka waktu periode tertentu. Teori keuangan memprediksikan bahwa harga saham berfluktuasi secara random pada jangka pendek jika pasar modal berada pada tingkat yang efisien. Bentuk setengah kuat dari hipotesis efisiensi pasar menjaga pasar secara seketika itu juga menyerap semua informasi yang relevan seperti itu yang sedang terjadi di depan umum. Oleh karena itu, harga saham harian seharusnya berfluktuasi secara random dan white noise. Hipotesis dalam penulisan ini adalah diduga terdapat perilaku harga saham LQ45 berdasarkan pada perilaku harga saham LQ45 sendiri pada periode Januari 2006 hingga Desember 2008. METODA PENELITIAN Metoda Analisis Data Model Dasar

Model dasar data yang digunakan adalah data time series. Data time series seringkali menunjukkan kondisi tidak stasioner pada tingkat level, namun seringkali menunjukkan stasioner melalui proses diferensi. Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA/Box-Jenkins) Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan model time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati (let the data speak for themselves). Model Box-Jenkins ini secara teknis dikenal sebagai model autoregressive integrated moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan model struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel ekonomi. Alasan utama penggunaan teknik Box-Jenkins karena gerakan harga saham seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori ekonomi. Teknik Box-Jenkins sebagai teknik peramalan berbeda dengan kebanyakan model peramalan yang ada. Di dalam model ini tidak ada asumsi khusus tentang data historis dari runtut waktu, tetapi menggunakan metode iteratif

Page 20: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

349

untuk menentukan model yang terbaik. Model yang terpilih kemudian akan dicek ulang dengan data historis apakah telah menggambarkan data dengan tepat. Model terbaik akan diperoleh jika residual antara model peramalan dan data historis kecil, didistribusikan secara random dan independen. Namun bila model yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari beberapa model yaitu: autoregressive (AR), moving average (MA), autoregressive-moving average ARMA) dan autoregressive integrated moving average (ARIMA). Model Autoregressive Model AR menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya merupakan fungsi linier dari sejumlah Yt aktual sebelumnya. Secara umum bentuk model umum Autoregressive (AR) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Yt = β0 + β1Yt-1 + β2Yt-2 + ... + βpYt-p + еt ............................ (1) Dimana: Y = variabel dependen Yt-1, Yt-2,Yt-p = kelambanan (lag) dari Y еt = residual (kesalahan pengganggu) p = tingkat AR Residual dalam persamaan diatas tersebut sebagaimana model OLS mempunyai karakteristik nilai rata-rata nol, varian konstan dan tidak saling berhubungan. Model AR dengan demikian menunjukkan bahwa nilai prediksi variabel dependen Yt hanya merupakan fungsi linier dari sejumlah Yt aktual sebelumnya. Model Moving Average Model MA ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya. Secara umum, bentuk model dari Moving Average dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Yt = α0 + α1еt + α2еt-1 + α3еt-2 + ... + αqеt-p ............................ (2) Dimana: еt = residual et-1, et-2, et-p = kelambanan (lag) dari residual q = tingkat MA

Page 21: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

350

Model Ma pada persamaan di atas seperti model AR kecuali bahwa variabel dependen Y tergantung dari nilai residual sebelumnya, tidak tergantung dari nilai variabel dependen sebelumnya. Model MA adalah model prediksi variabel dependen Y berdasarkan kombinasi linier dari residual sebelumnya sedangkan model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada nilai Y sebelumnya. Model Autoregressive-Moving Average Seringkali perilaku suatu data time series dapat dijelaskan dengan baik melalui penggabungan antara model AR dan model MA. Model gabungan ini disebut Autoregressive-Moving Average (ARMA). Secara umum, bentuk model dari ARMA dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Yt = β0+β1Yt-1+β2Yt-2+...+βpYt-p+α0еt+α1еt-1+α2еt-2+...+αqеt-p...... (3) Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata, varian dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi (difference). Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data satu periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan disebut data diferensi tingkat pertama. Jika dilakukan diferensi tingkat pertama maka akan menghasilkan data diferensi tingkat kedua dan seterusnya. Jika data time series yang digunakan tidak stasioner dalam level maka data tersebut kemungkinan menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan kata lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat stasioner pada tingkat diferensi (difference). Model dengan data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner pada proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q), maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR, d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q merupakan tingkat MA. Metodologi Box-Jenkin Langkah-langkah yang harus diambil di dalam menganalisis data dengan menggunakan teknik Box-Jenkin adalah sebagai berikut:

Page 22: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

351

Gambar 1. Diagram Metodologi Box-Jenkin

Identifikasi Model ARIMA Uji Stasioner Melalui Correlogram Metode sederhana yang dapat digunakan untuk menguji apakah data stasioner atau tidak dengan melihat correlogram melalui Autocorrelation Function (ACF). ACF menjelaskan seberapa besar korelasi data yang berurutan dalam runtut waktu. ACF dengan demikian adalah perbandingan antara kovarian pada kelambanan k dengan variannya. Jika ACF untuk populasi maka harus dilakukan estimasi ACF melalui Sample Autocorrelation Function (SACF). Jika nilai SACF pada setiap kelambanan sama dengan nol maka data adalah stasioner. Jika sebaliknya nilai koefisien SACF relatif tinggi maka data tidak stasioner. Sebagai aturan main kasar rule of thumb), panjangnya kelambanan adalah sepertiga atau seperempat dari data time series yang dianalisis. Secara formal, stasioner tidaknya suatu data time series dapat dilakukan melalui uji statistik berdasarkan standard error (Se). Menurut Barlett, jika data time series bersifat random sehingga bersifat stasioner maka koefisien SACF akan mengikuti distribusi sebagai berikut:

ρk ~ N (0,1/n)

Dalam sampel besar, maka koefisien SACF mempunyai distribusi normal dengan nilai rata-rata nol dan varian sebesar 1/n, dimana n adalah besarnya sampel. Dengan mengikuti standar distribusi normal, maka interval dengan keyakinan sebesar 95% atau α = 5% untuk ρk adalah:

Identifikasi Model Pemilihan p, d, q

secara tentatif

Estimasi parameter model

Uji Diagnosis

Prediksi

Tidak Ya

Page 23: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

352

ρk = ± 1,96 (Se)

Jika nilai koefisien ACF (ρk) terletak di dalam interval tersebut, maka menerima hipotesis nul (H0) bahwa ρk nilai sama dengan nol, berarti data stasioner. Tetapi jika nilai ρk terletak diluar interval maka menolak hipotesis H0 bahwa ρk sama dengan nol atau dengan kata lain data tidak stasioner.

Selain uji secara individual terhadap nilai koefisien ρk dapat dilakukan uji secara serentak terhadap semua koefisien ACF sampai pada kelambanan tertentu berdasarkan uji statistik yang dikembangkan oleh Box dan Pierce. Uji dari keduanya dikenal uji statistik Q. Dalam sampel besar, uji statistik Q ini akan mengikuti distribusi chi squares (χ2) dengan derajat kebebasan (df) sebesar m. Hipotesis nul (H0) untuk uji ini adalah nilai semua koefisien SACF sampai kelambanan tertentu sama dengan nol. Jika nilai statistik Q lebih kecil dari nilai Q yang diperoleh dari tabel distribusi chi square (χ2) pada tingkat signifikansi tertentu (α) maka diterima H0 yang berarti data time series adalah stasioner. Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai statistik Q lebih besar dari nilai tabel distribusi chi squares (χ2).

Alternatif lain uji stasioner berdasarkan nilai koefisien SACF dikembangkan oleh Ljung-Box dikenal dengan uji statistik Ljung-Box (LB). Untuk sampel besar, uji statistik LB ini sebagaimana uji statistik Q mengikuti distribusi chi squares (χ2) dengan derajat kebebasan (DF) sebesar m. Jika nilai statistik LB lebih kecil dari nilai kritis statistik dari tabel distribusi chi square (χ2) maka data menunjukkan stasioner. Sebaliknya jika nilai statistik LB lebih besar dari nilai kritis statistik dari tabel distribusi chi squares (χ2) maka data tidak stasioner. Identifikasi Model Metode baku yang digunakan untuk pemilihan model ARIMA melalui correlogram yaitu autocorrelation function (ACF) dan partial autocorrelation function (PACF). Partial autocorrelation function (ρkk) didefinisikan sebagai korelasi antara Yt dan Yt-k tersebut. Tabel 1. Pola ACF dan PACF Model Pola ACF Pola PACF

AR (p) Menurun secara eksponensial Menurun drastis pada lag tertentu

MA (p) Menurun drastis pada lag tertentu Menurun secara eksponensial

ARMA (p,q) Menurun secara eksponensial Menurun secara eksponensial

Page 24: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

353

Estimasi Model ARIMA Setelah diketahui model tentatif ARIMA maka selanjutnya dilakukan estimasi model tentatif persamaan tersebut. Pada tahap estimasi ini kemudian dilakukan pengujian kelayakan model dengan cara mencari model terbaik. Model terbaik didasarkan pada goodness of fit yaitu tingkat signifikansi variabel independen termasuk konstanta melalui uji t, uji F, maupun nilai koefisien determinasi (R2). Uji Diagnosis Model ARIMA Pada uji diagnosis, akan dipilih model yang baik dengan melihat apakah residual yang diperoleh relatif kecil karena bersifat random (white noise).

Gambar 2. Mekanisme Pemilihan Model ARIMA

Cara untuk melihat apakah residualnya bersifat random adalah dengan cara menganalisis residual dengan correlogram baik melalui ACF maupun PACF. Jika koefisien ACF maupun PACF secara individual tidak signifikan maka residual yang didapatkan adalah bersifat random. Dengan demikian tidak perlu lagi untuk mencari model alternatif ARIMA. Jika residual tidak bersifat white noise maka harus kembali memilih model lain. Signifikan tidaknya koefisien ACF dan PACF dapat dilihat melalui uji dari Barlett, Box dan Pierce maupun Ljung-Box. Prediksi Setelah mendapatkan model yang tepat, kemudian dilakukan uji prediksi. Dalam banyak kasus, prediksi jangka pendek dengan metode Box-Jenkin lebih baik daripada model prediksi ekonometrika tradisional. Sedangkan untuk mengevaluasi kesalahan peramalan digunakan Root Mean Squares Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Percentage Error (MAPE).

Model Tentatif Arima

Model Tentatif Arima

Model Tentatif Arima

Tidak signifikan

Jika signifikan

Page 25: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

354

Hasil Analisis Pengujian Stasionaritas Data Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut. Hasilnya ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Correlogram pada

Level

Sample: 1/02/2006 12/31/2008 Included observations: 726

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob

.|******** .|******** 1 0.980 0.980 699.83 0.000

.|*******| .|. | 2 0.959 -0.035 1370.6 0.000

.|*******| .|. | 3 0.939 0.025 2014.9 0.000

.|*******| .|. | 4 0.919 -0.017 2632.9 0.000

.|*******| .|. | 5 0.898 -0.027 3224.2 0.000

.|*******| .|. | 6 0.876 -0.043 3787.6 0.000

.|*******| .|. | 7 0.855 0.016 4325.3 0.000

.|****** | .|* | 8 0.840 0.128 4844.7 0.000

.|****** | .|. | 9 0.826 0.023 5347.8 0.000

.|****** | .|. | 10 0.812 -0.008 5834.5 0.000

.|****** | .|. | 11 0.797 -0.022 6304.4 0.000

.|****** | .|. | 12 0.783 0.000 6758.5 0.000

.|****** | .|. | 13 0.771 0.018 7198.6 0.000

.|****** | .|. | 14 0.756 -0.045 7623.1 0.000

.|****** | .|. | 15 0.741 -0.002 8031.4 0.000

.|****** | .|. | 16 0.726 -0.011 8423.5 0.000

.|***** | .|. | 17 0.710 -0.015 8799.6 0.000

.|***** | .|. | 18 0.694 -0.022 9159.5 0.000

.|***** | .|. | 19 0.679 0.014 9504.3 0.000

.|***** | .|. | 20 0.663 -0.014 9833.8 0.000

.|***** | .|. | 21 0.648 -0.009 10149. 0.000

.|***** | .|. | 22 0.633 -0.009 10449. 0.000

.|***** | .|. | 23 0.617 -0.027 10735. 0.000

.|***** | .|. | 24 0.600 -0.038 11007. 0.000

.|**** | .|. | 25 0.583 -0.009 11263. 0.000

.|**** | .|. | 26 0.566 -0.034 11505. 0.000

.|**** | .|. | 27 0.548 -0.012 11731. 0.000

.|**** | .|. | 28 0.531 0.007 11945. 0.000

.|**** | .|. | 29 0.514 0.002 12145. 0.000

.|**** | .|. | 30 0.497 -0.024 12332. 0.000

.|**** | .|. | 31 0.480 -0.008 12508. 0.000

.|**** | .|. | 32 0.464 -0.012 12671. 0.000

.|*** | .|. | 33 0.446 -0.030 12823. 0.000

Page 26: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

355

Sample: 1/02/2006 12/31/2008 Included observations: 726

.|*** | .|. | 34 0.430 -0.005 12964. 0.000

.|*** | .|. | 35 0.413 0.002 13095. 0.000

.|*** | .|. | 36 0.396 -0.041 13215. 0.000

Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 yang sangat mendekati nol, yang berarti lebih kecil dari α = 5%. Dengan kata lain, kita menolak hipotesis nol (bahwa data bersifat stasioner), sehingga kita simpulkan bahwa data tidak stasioner pada level. Tabel 3. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Correlogram pada

First difference

Sample: 1/02/2006 12/31/2008 Included observations: 725

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob

.|. | .|. | 1 0.032 0.032 0.7374 0.390

.|. | .|. | 2 -0.054 -0.056 2.9004 0.235

.|. | .|. | 3 0.007 0.010 2.9313 0.402

.|. | .|. | 4 0.020 0.017 3.2361 0.519

.|. | .|. | 5 0.018 0.018 3.4842 0.626

.|. | .|. | 6 -0.032 -0.031 4.2163 0.647

.|. | .|. | 7 -0.002 0.002 4.2181 0.754

.|. | .|. | 8 -0.016 -0.020 4.3987 0.819

.|. | .|. | 9 0.001 0.002 4.3996 0.883

.|. | .|. | 10 0.024 0.022 4.8094 0.904

.|. | .|. | 11 0.002 0.002 4.8135 0.940

.|. | .|. | 12 -0.006 -0.004 4.8426 0.963

.|. | .|. | 13 0.015 0.016 5.0113 0.975

.|. | .|. | 14 0.015 0.012 5.1877 0.983

.|. | .|. | 15 -0.008 -0.008 5.2332 0.990

.|. | .|. | 16 0.021 0.024 5.5615 0.992

.|. | .|. | 17 0.003 0.000 5.5664 0.996

.|. | .|. | 18 -0.023 -0.022 5.9753 0.996

.|. | .|. | 19 0.013 0.015 6.1072 0.998

.|. | .|. | 20 -0.014 -0.018 6.2625 0.998

.|. | .|. | 21 -0.012 -0.011 6.3780 0.999

.|. | .|. | 22 0.022 0.024 6.7461 0.999

.|. | .|. | 23 0.045 0.042 8.2403 0.998

.|. | .|. | 24 0.006 0.004 8.2670 0.999

.|. | .|. | 25 0.026 0.032 8.7618 0.999

.|. | .|. | 26 0.004 -0.002 8.7718 0.999

.|. | .|. | 27 -0.031 -0.032 9.5029 0.999

.|. | .|. | 28 -0.019 -0.017 9.7698 0.999

.|. | .|. | 29 0.011 0.010 9.8692 1.000

.|. | .|. | 30 -0.014 -0.017 10.022 1.000

Page 27: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

356

Sample: 1/02/2006 12/31/2008 Included observations: 725

.|. | .|. | 31 -0.004 0.005 10.034 1.000

.|. | .|. | 32 0.008 0.007 10.078 1.000

.|. | .|. | 33 -0.012 -0.016 10.189 1.000

.|. | .|. | 34 -0.018 -0.016 10.442 1.000

.|. | .|. | 35 0.041 0.040 11.729 1.000

.|. | .|. | 36 0.013 0.004 11.853 1.000

Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 lebih besar dari α = 5%. Dengan kata lain, kita menerima hipotesis nol (bahwa data bersifat stasioner), sehingga kita simpulkan bahwa data bersifat stasioner pada turunan pertama. Uji stasioenr juga dapat dilakukan dengan Uji akar unit. Hasil uji akar unit ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 4. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada Level

Null Hypothesis: AVERAGE has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=19)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.028573 0.0328

Test critical values: 1% level -3.439142

5% level -2.865310

10% level -2.568834

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(AVERAGE)

Method: Least Squares

Date: 05/23/09 Time: 18:59

Sample(adjusted): 1/03/2006 10/13/2008

Included observations: 725 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

AVERAGE(-1) -0.020210 0.006673 -3.028573 0.0025

C 78.65762 28.58255 2.751946 0.0061

R-squared 0.012527 Mean dependent var -4.196169

Adjusted R-squared 0.011162 S.D. dependent var 224.1643

S.E. of regression 222.9098 Akaike info criterion 13.65417

Sum squared resid 35924987 Schwarz criterion 13.66682

Log likelihood -4947.635 F-statistic 9.172253

Durbin-Watson stat 1.921684 Prob(F-statistic) 0.002545

Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439142 yang lebih besar daripada nilai statistik t yang sebesar -3,028573, menunjukkan bahwa data tidak

Page 28: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

357

stasioner pada tingkat level. Dan akan menjadi stasioner pada tingkat turunan pertama, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada First

Difference

Null Hypothesis: D(AVERAGE) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=19)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -26.02816 0.0000

Test critical values: 1% level -3.439155

5% level -2.865316

10% level -2.568837

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(AVERAGE,2)

Method: Least Squares

Date: 05/23/09 Time: 19:00

Sample(adjusted): 1/04/2006 10/13/2008

Included observations: 724 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(AVERAGE(-1)) -0.968174 0.037197 -26.02816 0.0000

C -4.036030 8.339735 -0.483952 0.6286

R-squared 0.484089 Mean dependent var 0.039779

Adjusted R-squared 0.483374 S.D. dependent var 312.1454

S.E. of regression 224.3598 Akaike info criterion 13.66714

Sum squared resid 36343536 Schwarz criterion 13.67980

Log likelihood -4945.504 F-statistic 677.4653

Durbin-Watson stat 1.995810 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439155 yang lebih kecil daripada nilai statistik t yang sebesar -26,02816, menunjukkan bahwa data stasioner pada tingkat turunan pertama. Identifikasi Model ARIMA DAVERAGE (rata-rata harga saham LQ45) Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata, varian dank ovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi (difference). Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data

Page 29: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

358

satu periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan disebut data diferensi tingkat pertama. Data time series yang dianalisis dalam penelitian ini tidak stasioner dalam level namun data tersebut menjadi stasioner melalui prosese diferensi. Model dengan data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner pada proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q), maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR, d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q merupakan tingkat MA. Tabel 6. Estimasi Model Tentatif ARIMA DAVERAGE (rata-rata harga

saham LQ45) Model Konstanta AR(1) MA(1) R2 F

ARIMA -4.168705 0.031826 0.001013 0.732068

(1,1,0) -0.484037 0.855610

ARIMA -4.196917 0.035789 0.001139 0.824270

(0,1,1) -0.486664 0.962924

ARIMA -4.243018 -0.802462 0.838344 0.006119 2.219655

(1,1,1) -0.499933 -5.083195 5.797064

Nilai kritis statistik t uji dua sisi pada α = 1%, α = 5% dan α = 10% dengan df 724 maupun 723 masing-masing adalah 2,576; 1,960 dan 1,645. Pada model ARIMA (1,1,0), konstanta signifikan sedangkan koefisien AR(1) tidak signifikan. Begitu pula pada model ARIMA (0,1,1), konstanta signifikan sedangkan koefisien MA(1) tidak signifikan. Pada model ARIMA (1,1,1) konstanta signifikan dan koefisien AR(1) dan MA(1) juga signifikan. Berdasarkan goodness of fit maka ada satu model yang lebih baik yaitu ARIMA (1,1,1). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai F maupun koefisien determinasi. Pada pemilihan model, ditemukan bahwa model tentatifnya adalah ARIMA (1,1,1). Kemudian estimator model ARIMA (1,1,1) tersebut harus dilihat residualnya, untuk memastikan bahwa model tersebut mampu menjelaskan data dengan baik.

Page 30: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

359

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

06:07 07:01 07:07 08:01 08:07

Residual Actual Fitted

Gambar 3. Grafik garis data residual ARIMA (1,1,1) menunjukkan data stasioner

Nilai ACF dan PACF dari residual model ARIMA (1,1,1) ditampilkan pada tabel 6 dengan panjang kelambanan 30. Tabel 7. Nilai ACF dan PACF Residual dari Model ARIMA (1,1,1)

Sample: 1/04/2006 10/13/2008 Included observations: 724

Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA

term(s)

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob

.|. | .|. | 1 0.001 0.001 0.0013

.|. | .|. | 2 -0.030 -0.030 0.6391

.|. | .|. | 3 -0.012 -0.012 0.7397 0.390

.|. | .|. | 4 0.032 0.032 1.5053 0.471

.|. | .|. | 5 0.010 0.009 1.5736 0.665

.|. | .|. | 6 -0.018 -0.016 1.8049 0.772

.|. | .|. | 7 -0.013 -0.012 1.9259 0.859

.|. | .|. | 8 -0.005 -0.007 1.9472 0.924

.|. | .|. | 9 -0.008 -0.009 1.9907 0.960

.|. | .|. | 10 0.032 0.033 2.7513 0.949

Page 31: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

360

Sample: 1/04/2006 10/13/2008 Included observations: 724

.|. | .|. | 11 -0.005 -0.005 2.7719 0.973

.|. | .|. | 12 -0.001 0.001 2.7724 0.986

.|. | .|. | 13 0.010 0.010 2.8417 0.993

.|. | .|. | 14 0.019 0.017 3.1048 0.995

.|. | .|. | 15 -0.010 -0.011 3.1834 0.997

.|. | .|. | 16 0.022 0.024 3.5418 0.998

.|. | .|. | 17 0.002 0.001 3.5436 0.999

.|. | .|. | 18 -0.023 -0.023 3.9222 0.999

.|. | .|. | 19 0.013 0.015 4.0474 0.999

.|. | .|. | 20 -0.014 -0.017 4.2029 1.000

.|. | .|. | 21 -0.011 -0.011 4.2968 1.000

.|. | .|. | 22 0.021 0.023 4.6220 1.000

.|. | .|. | 23 0.044 0.043 6.1012 0.999

.|. | .|. | 24 0.004 0.004 6.1141 1.000

.|. | .|. | 25 0.026 0.032 6.6376 1.000

.|. | .|. | 26 0.002 -0.001 6.6394 1.000

.|. | .|. | 27 -0.028 -0.031 7.2385 1.000

.|. | .|. | 28 -0.020 -0.019 7.5498 1.000

.|. | .|. | 29 0.013 0.010 7.6831 1.000

.|. | .|. | 30 -0.016 -0.017 7.8741 1.000

Uji secara serempak sampai pada kelambanan tertentu berdasarkan uji statistik Ljung-Box menunjukkan bahwa nilai statistik Ljung-Box sampai pada kelambanan 30 adalah 7,8741, hal ini terlihat pada nilai Q-Statistik pada kelambanan 30. Sedangkan nilai statistik χ2 dengan df sebesar 30 pada α = 5% adalah 43,7729. ketidaksignifikan semua nilai koefisien ACF pada kelambanan 30 dapat dilihat juga dari nilai probabilitas statistik Ljung-Box yakni sebesar 1,000 atau pada α = 100%. Kesimpulan dari analisis correlogram baik ACF dan PACF ini menunjukkan bahwa residual yang diestimasi dari persamaan model ARIMA (1,1,1) merupakan residual yang white noise dan random sehingga pada penelitian ini tidak perlu lagi untuk mencari model alternatif yang lain. Setelah mendapatkan model estimasi yang tepat, kemudian dilakukan analisis prediksi. Hasil estimasi yang telah didapatkan digunakan untuk prediksi perilaku harga saham LQ45. Hasil regresi dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:

D(Average) = -4,243018 + -0,802462 AR(1) + 0,838344 MA(1) F = (2,219655) R2 = 0,006119

Hasil prediksi rata-rata harga saham LQ45 ditunjukkan pada gambar 2. Sedangkan untuk mengevaluasi kesalahan peramalan menggunakan Root Mean

Page 32: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

361

Squares Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Percentage Error (MAPE).

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

06:07 07:01 07:07 08:01 08:07

AVERAGEF

Forecast: AVERAGEFActual: AVERAGEForecast sample: 1/02/2006 12/31/2008Adjusted sample: 1/04/2006 10/14/2008Included observations: 724

Root Mean Squared Error 223.4763Mean Absolute Error 76.03308Mean Abs. Percent Error 2.013299Theil Inequality Coefficient 0.026146 Bias Proportion 0.000000 Variance Proportion 0.000576 Covariance Proportion 0.999424

Gambar 4. Prediksi Harga Saham LQ45 dan Evaluasi Kesalahan Peramalan

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga 2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise. Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang akan datang. Saran Saran yang diberikan adalah sebaiknya peneliti selanjutnya mengganti variabel, sehingga membuktikan teori random walks tersebut.

Page 33: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

362

DAFTAR PUSTAKA Fama, Eugene F. Random Walk in Stock Market Prices, Financial Anaysts Journal,

January-February 1995; 51,1; ABI/INFORM Global. Seiler, Michael J and Rom Walter. A Historical Analysis Of Market Efficiency: Do

Historical Returns Follow A Random Walk?, Journal Of Finance and Strategic Decisions, Volume 10 Number 2 Summer 1997, USA.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis.

Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 34: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH

Rr. Erlina 3, E.Gumbira Sa’id 4, Machfud 5, Sukardi 6, Zainal Mahmud 7

ABSTRAK

To reduce dependence on imports and fuel oil (BBM), the government has tried to issue a policy development and use of alternative fuels. One alternative is to bioethanol fuel made from vegetable materials which can be updated. Lampung is the cassava producing provinces and Indonesia's largest sugar cane. To meet the needs of raw materials required ethanol agro-industry development strategy appropriate bioethanol, so that the raw materials used to bioethanol does not interfere with food security in Lampung in particular and Indonesia in general. Agroindustry bioethanol in Lampung feasible to be developed using the assumption economic life of the project that is 20 years and a production capacity of 33 thousand KL / year produced 20.83% IRR and NPV 223 062 309 381. The SWOT analysis indicates that the development of bioethanol industry is better done in a medium-scale industries that involve the community using simple technology assisted the government in terms of marketing and financing that is expected to increase the income of cassava farmers

Keywords : Bioetanol, SWOT Analysis

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak bumi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Hayun (2008), kebutuhan BBM pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 97.100.000 kiloliter dan yang harus diimpor sekitar 52.600.000 kiloliter, sementara produksi minyak dan gas dunia terus menurun (rata-rata 4-6% pertahun) (Lucas et al., 2007). Sejak tahun 2006 diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu 21 tahun

3 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung/mahasiswa S3 IPB 4 Guru Besar Teknologi Industri Pertanian, FATETA – IPB 5 Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB 6 Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB 7 Peneliti Senior dan Mantan Peneliti BALITRO

Page 35: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

364

kedepan (Yusgiantoro, 2006) dan bahkan menurut Said U (2006) hanya tinggal 12 tahun lagi jika tidak ditemukan sumber-sumber cadangan energi baru. Data BPS (2007) menunjukkan bahwa pada tahun 1996 konsumsi minyak tanah adalah 3,1 liter/bulan per kepala, tahun 1999 menjadi 3,5 liter/bulan per kepala, dan pada tahun 2008 konsumsi minyak tanah mencapai 3,75 liter/bulan per kepala. Peningkatan konsumsi minyak tanah menjadikan beban subsidi pemerintah untuk bahan bakar minyak bertambah, bersamaan meningkatnya harga minyak bumi dunia. Konsumsi, produksi, impor minyak dan proyeksi kebutuhan minyak tanah Indonesia tahun 1998 – 2008 disajikan pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Konsumsi, produksi, dan impor minyak tanah Indonesia tahun

1998 – 2008 (BPH Migas, 2009).

Penurunan subsidi minyak tanah dilakukan diantaranya dengan cara mengurangi penggunaan minyak tanah melalui penghematan atau menggunakan bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah. Salah satu upaya pemenuhan energi alternatif terbarukan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, adalah melalui pengembangan energi terbarukan berbasis sumber daya nabati. Untuk mengurangi impor dan ketergantungan terhadap BBM, pemerintah telah berupaya dengan mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Inpres No.1 tahun 2006, Inpres No. 2 tahun 2006 dan Perpres No. 5 tahun 2006. Inpres dan Perpres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan bahan bakar alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif adalah bioetanol yang dibuat dari bahan nabati yang bersifat dapat diperbaharui. Penggunaan bahan baku nabati yang dapat diperbaharui memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi mekanisme produksi yang ramah lingkungan dan sesuai

12,455 12,283

10,144 11,752 11,678 11,752 11,324

9,301 8,472

9,221 7,973

9,374 9,016 8,546 8,558 8,026

6,825

9,261 9,100 7,886

2,493 2,596 2,609

2,274

2,766 2,603

619 917

85 770

Page 36: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

365

dengan Protokol Kyoto dalam reduksi emisi gas rumah kaca ke atmosfir dan dalam upaya meningkatkan stabilitas iklim global (Hayun, 2008). Dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam hal energi, bagi Provinsi Lampung yang bukan penghasil minyak bumi utama, tetapi sebagai provinsi agraris, kondisi di atas dapat dijadikan momentum terbaik untuk mewujudkan propinsi Lampung sebagai lumbung energi terbarukan khususnya bioetanol. Lampung merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi bahan baku Bioetanol (Ubi kayu, Tebu dan Jagung) yang sangat baik, bahkan. Lampung merupakan propinsi penghasil ubi kayu dan tebu terbesar di Indonesia. Potensi tersebut meliputi ubi kayu dengan produksi pada tahun 2007 mencapai 6.394.906 ton, jagung 1.340.821 ton dan untuk produksi tebu pada tahunn 2007 mencapai 35.730 ton diproduksi oleh Perusahaan Negara dan 641.511 ton diproduksi oleh perkebunan swasta (BPS, 2008). Kelebihan tanaman sebagai sumber bahan bakar nabati dapat mengimbangi produksi rumah kaca, mengurangi pencemaran udara dan bahan bakar tersebut dapat diproduksi secara lokal sehingga diharapkan dapat memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan pertanian serta mengurangi potensi ketergantungan bahan bakar minyak bumi impor (Gumbira-Sa’id, 2007). Beberapa perusahaan di Lampung telah menanamkan investasinya untuk memproduksi bioetanol, baik dari bahan baku tetes tebu maupun ubikayu. Djatnika (2007) menyatakan bahwa Lampung berpotensi menjadi penghasil bioetanol terbesar di Indonesia dengan pabrik yang bersifat multi feed stock design dengan bahan baku tetes tebu, jagung dan ubikayu. Hasil penelitian BPPT tahun 2007 menunjukkan bahwa efisiensi produksi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya mencapai 400 liter per 1000 kilogram jagung, diikuti tetes yang mencapai 250 liter perkilogramnya dan ubikayu sejumlah 166,6 liter perkilogramnya. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku etanol diperlukan strategi pengembangan agroindustri bioetanol yang tepat agar bahan baku yang digunakan untuk bioetanol tidak menggangu ketahanan pangan di Lampung pada khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pendirian agroindustri bioetanol berbasis ubikayu pada skala usaha menengah. 2. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini akan dikaji peluang usaha pendirian pabrik bioetanol

dan strategi pengembangan bioetanol di Lampung pada skala usaha menengah ditinjau dari aspek penyediaan bahan baku, pemilihan teknologi, analisis investasi dan pemasaran.

Page 37: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

366

3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Bahan Bakar Minyak (BBM)

Bahan bakar minyak bumi (BBM) adalah jenis sumber energi yang

terbatas, tidak terbarukan, tidak stabil dan penuh ketidak pastian (Saputra, 2007). Jenis BBM meliputi minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri, pertamax, pertamax plus, premium (bensin), pertamina DEX, solar transportasi, solar industri, minyak diesel, dan minyak bakar (Pertamina, 2008).

Cadangan minyak bumi yang dimiliki oleh Indonesia terus menyusut. Pada Tahun 1974, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi 15.000 metrik barel (MB) dan menurun menjadi 5.123 MB pada tahun 2000, dan 4.301 MB pada tahun 2005 (OPEC annual Statistic Bulletin, 2005). Penurunan cadangan minyak bumi tersebut disebabkan oleh eksploitasi minyak bumi selama bertahun tahun dan minimnya eksplorasi atau survey geologi untuk menemukan cadangan minyak bumi terbaru. Tanpa ditemukan cadangan minyak baru, persediaan cadangan minyak Indonesia hanya dapat diekspoitasi sampai kira-kira tahun 2035 (Dartanto, 2005).

Kebutuhan/konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat. Peningkatan kunsumsi BBM disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Dartanto, 2005). Konsumsi BBM Indonesia meningkat dari 996.400 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.143.700 barel/hari pada tahun 2004 (OPEC Annual Statistic Bulletin, 2005). Sementara itu, produksi BBM Indonesia menurun dari 1.272.500 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.094.000 barel/hari. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan dan iklim investasi di sektor pertambangan minyak kurang kondusif sehingga tidak banyak perusahaan asing maupun nasional yang melakukan investasi di sektor perminyakan. Dengan demikian pada Tahun 2004 Indonesia kekurangan dan harus mengimpor BBM sebesar 49.300 barel/hari.

Untuk mengatasi menyusutnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, pemerintah melakukan beberapa upaya. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan yang dituangkan pada Impres Nomor.1 Tahun 2006, Inpres Nomor. 2 Tahun 2006, dan Perpres nomor 5 tahun 2006 (Hayun, 2008). Inpres dan perpres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan menggantikan BBM. Bahan bakar alternatif tersebut dapat berupa biofuel seperti bioetanol, biobutanol dan biodiesel yang diproduksi dengan menggunakan biomasa tanaman sebagai bahan bakunya. Penggunaan bahan bakar terbarukan di dunia baru mencapai 10,9% dari total penggunaan sumber energi dunia (Gumbira-Said, 2007). Penggunaan biofuel sebagai pengganti BBM juga dapat mengurangi

Page 38: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

367

dampak negatif penggunaan BBM terhadap lingkungan, yang dikenal dengan efek rumah kaca (Brown et al.,1998) 3.2 Keadaan Umum Wilayah Lampung Dan Potensi Bahan Baku

Provinsi Lampung terletak antara 105o 45' - 103o 48' Bujur Timur dan 3o 45' - 6o 45' Lintang Selatan, dengan batas wilayah adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda. - Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.

Luas wilayah Provinsi Lampung adalah sekitar 35.376,50 km² atau sekitar 1,86 % dari luas wilayah daratan Indonesia (1.904.556 km²). Propinsi Lampung merupakan salah satu penghasil ubi kayu terabesar di Indonesia. Produktivitas ubi kayu yang dicapai saat ini adalah sekitar 15-30 ton/hektar. Rendahnya produkstivitas di atas disebabkan pola pengusahaan ubi kayu yang masih dilakukan secara sederhana, belum menggunakan varietas unggul dan tanpa pemupukan yang tepat dan cukup dosis. 3.3 Produksi Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi oleh mikro organisme dengan

menggunakan bahan baku nabati seperti jagung, ubi jalar atau ubi kayu. Bioetanol yang telah dikembangkan di Indonesia adalah bioetanol generasi pertama. Bioetanol generasi pertama menggunakan substrat bahan baku nabati mengandung gula seperti molasses (tetes tebu) dan bahan nabati mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar atau jagung. Bahan baku jagung digiling, dipanaskan, dan kemudian ditambah enzim untuk mengubah pati menjadi glukosa, dan larutan glukosa yang dihasilkan ditambah ragi untuk mengubah glukosa menjadi etanol.

Teknologi produksi bioetanol pada umumnya dikembangkan berdasarkan jenis bahan baku yang digunakan yakni bahan dengan komponen utama pati, gula atau lignoselulosa. Walaupun demikian, saat ini baru dua jenis teknologi produksi bioetanol yang digunakan secara komersial dalam bisnis bioetanol dunia yaitu teknologi proses produksi berbasis bahan baku gula dan berbasis bahan baku pati.

Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat mengurangi pencemaran udara,termasuk emisi partikel dan karbon monoksida, dapat mengimbangi produksi gas rumah kaca karena berasal dari tanaman dan baha bakar tersebut dapat diproduksi secara lokal sehingga diharapkan dapat memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan pertanian serta mengurangi potensi ketergantungan minyak impor (Gumbira Said, 2007). Proyeksi

Page 39: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

368

konsumsi bioenergi di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).

Tabel 1 Proyeksi Konsumsi Bioenergi di Indonesia

Tahun Bioetanol (juta kL)

Biodiesel (juta kL)

Bio Oil (juta kL)

2006 1,71 1,19 0,37 2007 1,75 1,2 2,43 2008 1,78 1,22 4,71 2009 2,82 1,23 4,77 2010 1,85 1,24 4,82

Sumber: Gumbira Sa’id, 2007 Di Indonesia industri bioetanol sudah terdapat di beberapa tempat. Bahan

baku industri bioetanol berupa tetes tebu, ubi kayu dan jagung banyak terdapat diLampung Tahun 1986 pabrik etanol BPPT di Lampung mengubah bahan bakunya dari ubi jalar dan ubi kayu dengan mollase atau tetes (Wahid, 2008). Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan baku ubi jalar maupun ubi kayu , yang disebabkan oleh harga bahan baku yang tinggi dan persaingan dengan industri tepung. Di Indonesia potensi penggunaan ubikayu dan molase diperkirakan akan menyumbang 1, 85 juta KL bioetanol untuk bahan bakar (Gambar 2).

Di Indonesia pada saat ini etanol terbuat dari tetes untuk keperluan bahan farmasi oleh PTPN XI, PG Rajawali II, Molindo Raya Industrial, Indo Lampung Distilerry, Indo Acidatama, Aneka Kimia Nusantara, dan pabrik bioetanol yang lain. Dari tahun 1997 hingga tahun 2001, produksi etanol di Indonesia relatif konstan, yaitu sekitar 159.000 KL dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 174.000 KL. Sejumlah 26% dari total produksi pada tahun 2002 tersebut di produksi oleh Indo Acidatama, kemudian diikuti oleh PT Molindo Raya Industrial, dan Indo Lampung Distilerry yang masing-masing besarnya produksi 23 % dari total produksi pada saat itu. Pangsa produksi etanol tahun 2002 masing-masing pabrik etanol ditunjukkan pada Gambar 3.

Page 40: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

369

Gambar 2. Perkiraan kebutuhan dan potensi bioenergi untuk substitusi bahan bakar di Indonesia (Suriaatmaja, 2006)

Gambar 3. Pangsa Produksi Etanol tahun 2002 dari masing-masing pabrik Etanol (Wahid, 2008)

)

Bahan Bakar

Transportasi (31.7 juta kL)

Listrik (7.6 juta kL)

Kerosin (10 juta kL)

Premium (18.5 juta kL

Solar (12.4 juta kL)

Bioetanol Biodiesel Bio Oil

Ubi Kayu 11 juta ton

Molase 600 juta ton

Minyak Sawit 30.2 juta ton

Minyak Jarak 3.84 juta ton

1.85 juta kL 1.24 juta kL

3.8 juta kL 1 juta kL

4.8 juta kL

Bahan Baku

Page 41: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

370

3.4 Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha merupakan suatu pengkajian secara sistematis suatu gagasan atau rencana usaha, baik usaha baru maupun pengembangan usaha yang sudah ada, dari berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut. Kajian ini penting karena disadari bahwa setiap kegiatan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta tidk selalu sesuai dengan yang diharapkan. Kemungkinan gagalnya suatu usaha selalu ada karena melibatkan banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut. Tahapan studi kelayakan meliputi:

1. Tahapan identifikasi. Tahapan ini dimulai dengan penemuan ide yang didasarkan pada penemuan logis tentang adanya peluang usaha.

2. Tahapan seleksi pendahuluan. Tahap identifikai akan menghasilkan sejumlah alternatif usaha. Dari sejumlah alternatif usaha yang ada, selanjutnya akan dilakukan penilaian pendahuluan untuk menentukan usaha-usaha mana yang paling mungkin menjadi penghambat dan mendukung dipilihnya siatu usaha. Hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah: a. Jumlah modal dan sumbernya b. Ketersediaan bahan baku dari sisi kualitas, kuantitas dan

kontinuitas c. Ketersedian tenaga ahli d. Prospek pemasaran dan lain-lain

3. Tahap pengkajian. Tahap ini merupakan penilaian secara lebih mendalam terhadap beberpa aspek suatu usaha yang berhasil terpilih pada seleksi pendahuluan. Aspek kajiannya meliputi aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, aspk ekonomi dan finansial serta asepek manajerial dan yuridis.

4. Tahap penilaian. Tahapan ini merupakan tahapan akhir dlam penyusunan sutu rencana usaha yaitu mengimplementasikan segala sesuatu yang telah dirumuskan dalam rencana usaha.

5. Tahap evaluasi. Tahapan ini dilakukan melalui penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan usaha yang sedang atau sudah dijalankan. Hasil evaluasi akan menjadi masukan berharga bagi para pengusaha, pemlik modal dn pemerintah di dalam memilih usaha sejenis dimasa yang akan datang (Kusnadi, 1996).

Brown et al (1994) menyatakan bahwa untuk melakukan suatu studi

kelayakan harus memperhatikan beberapa aspek antara lain aspek pasar dan pemasaran, aspek ekonomi dan finansia , aspek teknis dan teknologi serta aspek managemen. Sedangkan menurut Sutojo (2000) menyatakan bahwa penelitian terhadap keadaan dan prosek suatu industri dilakukan atas criteria-kriteria tertentu. Criteria tersebut meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

Page 42: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

371

dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek yuridis dn ekonomi finansial. 1. Aspek produksi.

Aspek produksi sangat erat dengan tingkat ketersediaan bahn baku karena ketiadaan bahan baku membuat industri tidak berproduksi. Bahrens dan Hawranek (1991), hal yang perlu diperhatikan dalam maslah bahan baku adalah ciri bahan baku, pemakaian dan rencana persediaan.

2. Aspek pasar dan Pemasaran.

Aspek ini adalah aspek yang pertama kali harus dikaji karena merupakan aspek yang penting untuk menentukan permintaan pasar dan jumlahnya. Akhir dari analisis pasar yang terpenting adalah menentukan jumlah produk yang mampu terserap oleh pasar. Analisis pasar dan pemasaran dulakukan untuk mengetahui posisi produk di mata konsumen, jumlah permintaan masa lalu dan sekarang. Untuk dapat menentukan prosek pasar dilakukan dengan meliht kecenderungan tingkat permintan melalui metode peramalan.

3. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek yaitu penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang paling tepat untuk digunakan, penggunaan peralatan dan mesin, lokasi proyek dan tata letak yang baik. Dalam memilih lokasi proyek hal-hal yang perlu diketahui adalah bagaimana kemudahan salam memperoleh bahan baku, air, tenaga kerja, utilitas, sarana dan prasarana penunjang dan daerah pemaaran. Untuk menentukan lokasi proyek ini sebaiknya ada beberapa alternatif lokasi kemudian dilakukan perbandingan dengan menggunakan criteria factor-faktor pendukung lainnya.

4. Analisis Finansial

Analisis finansialakan memperhitungkan berapa jumlah dana yang diperlukan untuk membangun dan mengopeasikan proyek. Dari sisi finansial, proyek dikatakan sehat appabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi keajiban finansialnya. Analisis finansial meliputi hal-hal berikut:

a. Kebutuhan modal. Kebutuhan modal meliputi kebutuhan modal untuk asset tetap atau barang investasi berupa lahan, bangunan, kendaraan, mesin dan sebagainya. Kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan praopeasional seperti percobaan, survey, perijinan dan sebagainya. Selain itu ada kebutuhan modal kerja yaitu modal yang harus selalu ada di perusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat bseroperasi secara kontinyu.

Page 43: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

372

b. Biaya usaha, Biaya ini meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, biaya overheas pabrik), biaya administrasi (gaji dan alat tulis kantor), biaya penyusutan, asuransi dan bunga.

c. Rugi-laba perusahaan Pernyataan rugi laba suatu perusahaan menyatakan keadaan penerimaan, biaya dan rugi laba dlam periode tertentu. Pada aspek finansial ini dilakukan evaluasi terhadap criteria kelayakan investasi. Criteria investasi yang digunakan antara lain Break Event Point, Net Present value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay back Period dan analisis sensitive.

• Net Present value (NPV) NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya . Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut: NPV =Bt-Ct) / (1 + I)t………………………………………………(2) Dengan Bt = penerimaan kotor tahun ke-t Ct = biaya kotor tahun ke-t N = umur ekonomi I = tingkat suku bunga Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut layak untuk dilaksanakan sedngkan NPV yang negatif berarti proyek tidak layak (Brown, 1994).

• Payback Period (PBP) PBP merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal (Newman, 1990). Secara sederhana PBP dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol.

• Analisis Sensitivitas Analisis kepekaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai factor eksternal dan internal terhadap kemampuan proyek mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan.

4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai factor untuk membuat suatu keputusan yang akan membantu pengusaha untuk merencanakan pendirian industri bioetanol skala menengah ditinjau dari beberapa aspek.

Page 44: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

373

5. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Ubikayu merupakan salah satu komoditas ekspor yang menyumbang

devisa bagi Negara yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol Untuk mengetahui apakah peluang lebih besar dari hambatan yang ada maka perlu dilakukan pengkajian tentang pembangunan industri bioetanol yang terdiri dari pengkajian aspek finansial dan non finansial. Pada penelitian ini dikaji peluang usaha pendirian pabrik bioetanol di Lampung ditinjau dari aspek penyediaan bahan baku, pemilihan teknologi, analisa investasi dan pemasaran. Metode penelitian berdasarkan kajian pustaka, tinjauan lapang dan wawancara dengan pakar. Dalam penelitian ini dianalisis faktor-faktor kelayakan industri pengolahan bioetanol. Kerangka pikir tersebut tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka pikir penelitian Strategi Pengembangan Industri

Bioetanol

Metoda masalah

Pendekatan sistem Analisis Formulasi masalah

Regresi linier

Analisis

Mulai Analisis ketersediaan bahan baku

Lokasi agroindustri MPE

Kelayakan agroindustri B/C, NpV, IRR

Analisis dan PBP

Page 45: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

374

A. Sub model DSS 1 dengan metode Perbandingan Eksponensial untuk matriks kesesuaian

Sub model ini merupakan tahap pemodelan yang digunakan untuk memilih alternative lokasi. Berdasarkan lokasi ditinjau dari ketersediaan bahan baku. Pada tahap ini digunakan metode perbandingan eksponensial. Nilai yang diberikan berkisar 0 sampai 1. Penentuan bobot ditetapkan pada setiap parameter untuk menunjukkan tingkat kepentingan suatu parameter. Nilai tingkat kepentingan yang diberikan berkisar 0-1, semakin tinggi nilai tingkat kepentingan, maka criteria semakin penting. 6. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengadaan Bahan Baku

Berdasarkan bahan baku, Lampung merupakan sumber bahan baku ubi kayu, karena hampir semua kabupaten memiliki lahan untuk ubi kayu (Tabel 2).

Tabel 2. Produksi Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun 2006

No Kabupaten Luas araeal Jumlah (Ha) Produksi (Ton) 1 Lampung Selatan 22.436 234.877 2 Lampung Tengah 88.575 1.724.754 3 Lampung Timur 41.253 798.456 4 Lampung Utara 26.270 381.592 5 Way Kanan 17.690 341.635 6 Lampung Barat 427 7.649 7 Tulang Bawang 90.441 1.761.730 8 Tanggamus 2.296 42.444 9 Kota Bandar Lampung 181 3.428

Sumber: BPS (2007) b. Perkiraan bahan baku di Lampung Tengah Berdasarkan jumlah produktivitas bahan baku maka dapat diperkirakan bahwa bahan baku ubi kayu di Lampung tengah layak untuk industri pengolahan bioetanol. Produktivitas makin meningkatan dari tahun ke tahun selain disebabkan oleh peningkatan luas lahan juga karena adanya bibit unggul dan perbaikan proses pengolahan sehingga menyumbang terhadap peningkatan produktivitas ubi kayu. Dari data tersebut diharapkan pada tahun-tahun kedepan diproyeksikan bahwa bahan baku tetap akan meningkat seiring dengan peningkatan teknologi pengolahan lahan dan bibit unggul.

Page 46: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

375

0

200.000

400.000600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.0001.600.000

1.800.000

2.000.000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Pro

duks

i (ton)

Series1

Gambar 5. Peningkatan produksi ubi kayu di Lampung Tengah BPS Lampung Tengah, 2007 2. Penentuan Lokasi Pabrik

Dalam menentukan lokasi proyek perlu memperhatikan bagaimana kemudahan memperoleh bahan baku, air, tenaga kerja, utilitas, sarana dan prasarana penunjang dan daerah pemasaran. Untuk menentukan lokasi proyek sebaiknya ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi proyek. Untuk menentukan criteria lokasi proyek digunakan Metode Perbandingan Eksponensial. Tahap pemilihan lokasi dengan metode perbandingan meliputi: (1) Penyusunan calon lokasi, (2) Penyusunan criteria yang dikaji, (3) Penentuan tingkat kepentingan (rating criteria), (4) Penentuan skor setiap calon lokasi pada setiap criteria, dan (5) Perhitungan total skor setiap calon lokasi. Calon lokasi ditentukan dengan melihat penyebaran perkebunan rakyat dan potensi bahan baku (Tabel 3). Matriks kesesuaian lokasi proyek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis kriteria keputusan untuk penentuan lokasi

No Lokasi Kriteria Lampung Timur

Lampung Tengah

Tulang bawang

Lampung Utara

1 Ketersediaan dan kedekatan bahan baku 1 1 1 0

2 Kedekatan dengan daerah pemasaran 0 1 0 0

3 Kemudahan dalam memperoleh fasilitas produksi 1 1 1 0

4 Harga tanah 1 1 1 1

5 Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang

0 1 1 0

6 Kemudahan memperoleh tenaga kerja 1 1 1 1

7 Tingkat upah 1 1 1 1

8 Penerimaan masyarakat terhadap proyek 1 1 1 1

9 Persaingan dengan industri tapioca 0 0 0 1

Jumlah skor 6 8 7 5

Page 47: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

376

Dari empat kabupaten yang dipilih, berdasarkan matriks kriteria pemilihan lokasi maka yang terpilih adalah Lampung Tengah dengan luas areal kebun 88.575 ha dan produksi sebesar 1.724.754 ton pertahun, lokasi dekat dengan pemasaran yaitu pulau Jawa, sarana dan prasarana memadai dan ketersediaan tenaga kerja banyak dengan tingkat upah minimal regional (UMR) yang relatif rendah, serta kedekatan dengan ibu kota propinsi memudahkan untuk memperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. 3. Aspek Teknologi a. Proses Produksi Bioetanol Produksi bioetanol dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula glukosa) larut air. Bahan baku yang dapat digunakan pada pembuat etanol adalah (1) nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete, (2) bahan berpati: tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, ubi kayu/ gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dalia, dan (3) bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll. Saat ini bahan baku yang gunakan untuk pembuatan bio-etanol lebih banyak memakai ubi kayu (singkong),j agung, dan tetes tebu sedangkan tepung sagu masih jarang digunakan. Pada usaha skala rumah tangga, 6,5 kg ubi kayu dengan kandungan karbohidrat 24% akan dihasilkan 1 liter bio-etanol Bustaman, 2008). Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi bio-ethanol ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Konversi Bahan Baku Tanaman Yang Mengandung Pati Atau

Karbohidrat Dan Tetes Menjadi Bio-Ethanol

Bahan baku

Jenis Konsumsi

Kandungan gula dalam bahan baku (Kg)

Jumlah Hasil Konversi

Bioetanol (liter)

Perbandingan Bahan Baku & Bioetanol

Ubi kayu 1000 250-300 166,66 6,5:1 Ubi jalar 1000 150-200 125 8:1 Jagung 1000 600-700 200 5:1 Sagu 1000 120-160 90 12:1 Tetes 1000 500 250 4:1

Sumber: Wahono, 2006. Secara singkat teknologi proses produksi ethanol/bio-ethanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu gelatinasi, sakharifikasi, dan fermentasi

Page 48: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

377

b. Prosentase Penggunaan Energy

Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. Prosentase penggunaan Energi

Prosentase Penggunaan Energi

Identifikasi Proses Steam (%) Proses Listrik (%)

Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan 0 6.1

Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi 30. 2.6

Produksi Enzim Amilase 0.7 20.4

Fermentasi 0.2 4

Distilasi 58. 1.6

Etanol Dehidrasi (jika ada) 6.4 27.1

Penyimpanan Produk 0 0.7

Utilitas 2.7 27

Bangunan 1 0.5

TOTAL 100 100

Sumber: A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401

3. Analisis Finansial Bioethanol Ubi Kayu

Berdasarkan kajian beberapa pustaka, kelayakan bioindustri pengolahan bioetanol Dalam perhitungan analisis finansial bioethanol ubi kayu digunakan beberapa asumsi yaitu umur ekonomi proyek yaitu 20 tahun. Kapasitas produksi 33 ribu KL/tahun serta beberapa parameter lainnya yang disajikan pada Tabel 6.

Page 49: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010
Page 50: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Tabel 6. Kapasitas produksi Bioetanol

Asumsi Satuan Nilai

1 KAPASITAS PRODUKSI

Bio Etanol kilo liter/tahun 33.000

2 PEMBIAYAAN :

Debt Equity Ratio 65% 35%

Suku Bunga Bank

- Investasi p.a. 7,62%

- Modal Kerja p.a. 7,62%

Pengembalian

Investasi tahun 5

-Modal Kerja tahun 2

Penurunan harga (Depresiasi) tahun (straight line) 12

3 UTILITAS

Uap Panas (Steam) Rp/Ton 80.000

Air Rp/M3 285

Listrik Rp/KWh 570

4 Bahan baku

Singkong Rp/Ton 294.500

Total Kebutuhan Ton/ hari 526,45

Kandungan Pati % 29%

5 Bahan Kimia dan Bahan Tambahan

Asam Sulfat Rp/Kg 2.450

Asam Posfat Rp/Kg 5.250

NaOH Rp/Kg 1.750

Amoniak cair Rp/Kg 4.375

Zat antibusa Rp/Kg 21.000

Alfa Amylase Rp/Kg 70.000

Gluco Amylase Rp/Kg 87.500

Nutrient (Urea) Rp/Kg 2.600

6 Biaya Lain

Tenaga kerja Rp/TOK 54.000.000

Perbaikan dan Pemeliharaan biaya peralatan/tahun 2%

Pengeluaran perusahaan dan administrasi biaya tenaga kerja 60%

Asuransi biaya peralatan/tahun 0,7%

Pemasaran dari penjualan 0,5%

Laboratorium and R&D dari penjualan 0,5%

7 Harga Jual

Bio Etanol Rp/KL 3.990.000

8 Hari kerja per tahun hari 300

Dari perhitungan kriteria tersebut, terlihat bahwa usaha pendirian industri bioethanol ubi kayu layak dilakukan dan menguntungkan secara finansial. Dengan umur proyek 20 tahun, nilai NPV positif dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank (20.83 > 7,62%).

Page 51: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

380

a. Investasi

Biaya investasi untuk pendirian pabrik bioetanol singkong di Lampung Tengah terdiri dari biaya proyek, dan modal kerja. Biaya proyek merupakan seluruh modal awal yang diperlukan untuk pengadaan tanah, bangunan dan peralatan juga biaya IDC (Interest during construction). IDC adalah biaya bunga yang dihasilkan selama pendirian pabrik, sedangkan modal kerja adalah modal yang dikeluarkan untuk keperluan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan biaya operasional untuk menjalankan usaha untuk waktu tertentu.

Total investasi yang diperlukan sebesar Rp. 197,293,427,975,- dimana modal tersebut diperoleh dari pinjaman dan modal sendiri dengan Debt Equity Ratio (65:35). Rincian biaya investasi disajikan pada Tabel 6.. Modal kerja terdiri dari biaya variabel yang jumlahnya tergantung pada jumlah bioetanol yang dihasilkan dan biaya tetap yang nilainya tidak dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Modal kerja yang digunakan adalah modal kerja tertinggi yaitu pada saat pabrik telah beroperasi maksimal (100%) yaitu sebesar Rp.12,349,698,009,- yang merupakan biaya operasional bahan baku selama 30 hari dan inventory 15 hari. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku dan bahan tambahan, utilitas dan konsumsi serta transportasi produk. Rincian biaya operasional dengan kapasitas pabrik maksimal (100%) disajikan pada Tabel 7 Produksi dan Pendapatan Usaha

Dengan kapasitas produksi 110 KL bioetanol per hari, dan harga jual

Rp.3.990,- per liter maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 438.900.000,- per hari atau Rp. 10,972,000,000.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Kebun Penghasil Bensin–Bioetanol :

http://www.trubus.online.com Anonim. 2008. Apa itu Bioetanol? : http://www.siagronergi.com Aunudin 2005. Statistika: Rancangan dan Analisis Data. Bogor: IPB PRESS Barlas Y. 2002. System Dynamics: Systemic feedback modeling for policy

analysis. In Knowledge for Sustainnable Development- An Insight into the Encyclopedia of Life Support System. UNESCO-EOLSS: Paris and Oxford, pp. 1131-1175

Page 52: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

381

BPS. 2004. Volume dan Nilai Eksport Primer Perkebunan. Ditjen Bina Produksi Perkebunan. http://www.deptan.go.id/ditjenbun/

Brelin HK. Davenport KS. Jennings LP. Murphy PE 1997. Focused Quality.

Meningkatkan Mutu Produk dengan Hasil Nyata, Jakarta: PT Pustaka Binamas Pressindo.

Bustaman, S. 2008. Strategi Pengembangan Bio-etanol Berbasis Sagu di

Maluku. Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember 2008. Hlm 65 – 79. Chatab N. 1997. mendokumentasi Sistem Mutu ISO 9000. Yogyakarta: Penerbit

ANDI David FR. 2002. Concepts of Strategic Management. Edisi Bahasa Indonesia,

penerjemah: Alexander S. Jakarta: PT Prenhallindo dan Pearson Education Asia Pte. Ltd.

Dartanto , T. 2005. BBM, kebijakan energi subsidi, dan kemiskinan di Indonesia:

Inovasi online vol 5/XVII Nopember 2005 ( http: //io,ppi. Jepang. Org/article : php,? Id : 102); Diunduh pada tanggal 27 Desember 2008

DEPTAN. 2006. Statistik perkebunan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian

Direktorat jenderal Perkebunan. Djamin Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. FE-UI, Jakarta. Dowling ET. 2001. Introduction to Mathematical Economics. New York:

McGraw-HILL. Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem. Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.

Bogor: IPB Press Fauzi AM. 2003. Kelembagaan yang Handal Untuk Kemajuan Agroindustri di

Bogor. http://www.beritaiptek.com Gumbira Sa’id, E. 2007. Bisnis Global Bioenergi Versus Ketahanan Pangan dan

Energi Nasional Tantangan dalam Mengisi Visi Indonesia 2030. Materi Orasi Ilmiah pada Wisuda ke-7 Universitas Paramadina Jakarta, Minggu 9 September 2007.

Gumbira Sa’id E, Rachmayanti, MZ Muttaqin. 2001. Manajemen Teknologi

Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 53: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

382

Hansen RS dan Hansen K. 2005. Using Analysis SWOT in Your Career Planning. http://www.marketingteacher.com/Lessons/lesson_swot.htm

Hayun. A, 2008. Prioritas pengembangan energi alternative biofuel di Indonesia.

http: //mmt.its.ac.id/library/wp-content/uploads/2008/12/4-anggara-hayun-a.pdf, Diunduh pada tanggal 19 Desember 2008

Hitt MA, Ireland RD, Hoskisson RE. 2001 Strategic Management:

Competitiveness and Globalization. South-Western College Publishing. Jakarta: Edisi Bahasa Indonesia oleh Thomson Learning Asia dan PT Salemba Empat.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek: Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbit FE-UI. Kurniawan , Y, A. Susmiadi dan A.Toharisman. 2005. Potensi Pengembangan

Industri Gula Sebagai Penghasil Energi di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan.

Lampung Dalam Angka. 2008. Penerbit CU. Lima Saudara. Ma’arif M.S, Tanjung H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Machfud. 2001. Rekayasa Model Penunjang Keputusan Kelompok dengan

Fuzzy-logic untuk Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Manktelow J. 2004. SWOT Analysis. www.mindtools.com/pages/article/new Marimin. 2004. Penyelesaian Persoalan AHP dengan Criterium Decision Plus.

Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Marimin. 2002. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.

Bogor: IPB Press. Martani Huseini. 1999. Mencermati Misteri Globalisasi: Menata-Ulang Strategi

Pemasaran Internasional Indonesia Melalui Pendekatan Resource Based. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Marketing Internasional Universitas Indonesia. Depok: UI.

McNamee PB. 1992. Strategic Management. Oxford: Butterworth-Heinemann

Ltd.

Page 54: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

383

Miller A dan G.G. Dess. 1996. Strategic Management. New York: The McGraw

Hill Companies, Inc. Net MBA. com. 2006. Scenario Planning.

http://www.netmba.com/strategy/scenario/ Nickols F. 2000. Strategy: Definition and Meaning. http://home.att.net/-

nickols/strategy definition.htm Nurdyastuti, I. 2006. Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol. Prospek

Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak. Pearson S, Gotsch C, Bahri S. 2005. Aplikasi Policy Analysis Matrix pada

Pertanian Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rangkuti F. 2004. Anilisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utana. Saaty TL. 1996. Decision making with Dependence and Feedback. The Analytic

Network Process. Pittsburgh, USA: RWS Publications. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Strategic Management Society. 2002. http://www.smsweb.org/index.html Supriyanto dan B. Purnomo. 2008. Pengembangan Agroindustri Bioetanol

Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan. Umar H. 2002. Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. www.deptan.go.id/BPS.2004.

Page 55: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010
Page 56: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA KONDISI PASAR BEARISH

Ernie Hendrawaty8

ABSTRAK

Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Saat ini, dengan terjadinya krisis keuangan global dimana pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis maka terjadinya penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai portfolio reksadana saham dan campuran.

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai evaluasi kinerja reksa dana campuran Indonesia pada kondisi pasar bearish, maka diketahui bahwa kemampuan selection positif signifikan sedangkan kemampuan market timing positif namun tidak signifikan. Simpulannya adalah bahwa kemampuan manajer investasi selama tahun 2008 (pasar bearish) dalam mengelola reksadana campuran tampaknya memiliki kemampuan seleksi surat berharga yang superior namun dalam hal kemampuan market timing tidak superior. Implikasi temuan ini mendukung hasil observasi pada umumnya pada riset kinerja reksadana yang menunjukkan hubungan yang berlawanan antara kemampuan pemilihan surat berharga (security selection) dan kemampuan market timing.

Keywords: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Turunnya pasar modal Amerika Serikat menjadi pemicu turunnya pasar

modal di seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya, rata-rata hasil investasi

8 Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

Page 57: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

386

reksa dana saham turun 50 % bahkan lebih. Reksa dana merupakan instrumen investasi yang muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1976. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.” Terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksa dana yaitu:

1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi 2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah

terdiversifikasi; dan 3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat

investor.

Reksa dana bagi investor telah menggantikan investasi dalam bentuk kepemilikan langsung atas saham. Perusahaan-perusahaan dana ini dikatakan menawarkan keuntungan yang melebihi keuntungan yang ditawarkan oleh jenis investasi lainnya. Menurut Rao(2000, 75), tiga keuntungan tersebut adalah (1) Diversifikasi (2) Dikelola oleh manajemen profesional. (3) Likuiditas. Keuntungan lainnya adalah (1) Transparansi informasi. (2) Biaya Rendah.

Peristiwa krisis keuangan global pada tahun 2008 dimana pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis maka terjadinya penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai portfolio reksadana saham dan campuran. Hal ini tercermin dari return yang diperoleh oleh produk reksadana yang pada umumnya negatif. Sepanjang bulan Oktober 2008, dari 111 produk reksadana campuran, 104 produk mengalami return negatif, yang berarti hanya 7 produk reksadana yang memberikan return positif (Rahayuningsih, 2008: 4). Ketujuh reksadana tersebut adalah :

Tabel 1: Reksadana campuran dengan return tertinggi pada Oktober 2008

Reksa Dana Manajer Investasi Return (%)

Dana Kelolaan (Rp. Milliar)

AIM Trust Imperial PT AIM Trust 19.5 6.29

Mahanusa Dana Capital PT Mahanusa Invesment Management

4.43 3.88

Save-2-Prosper PT Corfina Capital 2.64 1.77

Danamas Fleksi PT Sinarmas Securitas 1.05 291.96

Dhanawibawa Progresif PT Dhanawibawa Artha Cemerlang 0.54 25.85

Phillip Rupiah Balanced Fund PT Philip Securities Indonesia 0.37 2.00

Harvestindo Asset Management PT Harvestindo Aset Management 0.35 244.27

Sumber : Harian Bisnis Indonesia, 4 November 2008

Page 58: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

387

Surat kabar yang sama diberitakan bahwa PT Sinar Mas Securities selaku Manajer Investasi Reksadana Danamas Fleksi mampu membukukan return positif karena memiliki portfolio di instrumen pasar uang dan obligasi sekitar 96%. Pihaknya telah mengalihkan portofolio aset produk investasi reksadana perusahaan dari saham dan obligasi ke instrumen pasar uang sejak pertengahan tahun hingga porsi obligasi jatuh tempo dan deposito cukup besar. Manajer Investasi Harvestindo mengatakan return produknya sampai saat ini masih positif karena selain saham dan obligasi, produk ini memiliki portofolio surat utang jangka pendek yang berinvestasi di sektor usaha mikro kecil dan menengah. Dengan demikian, kemampuan manajer investasi membukukan return positif pada saat krisis keuangan global ditentukan oleh keahlian yang dimiliki manajer investasi, yaitu keahlian dalam hal seleksi instrumen investasi dan market timing.

Komponen kinerja manajer investasi diartikan oleh Megginson (1996, 145) bahwa …that the most studies separate managerial investment performance into two components : selectivity ((stock picking ability) and timing- the ability to time market turns, getting in before upturns and getting out before chrashes. Rao (2000:75) menyebutkan bahwa keahlian seleksi saham melibatkan peramalan mikro, yang mana meramalkan pergerakan harga dari saham-saham perusahaan individual sehubungan dengan pergerakan saham pada umumnya. Keahlian market timing melibatkan peramalan makro yang meramalkan pergerakan harga dari harga saham di pasar pada umumnya sehubungan dengan surat-surat berharga bebas resiko dan memposisikan portofolio berdasarkan timing ini.

Para manajer dana ini secara aktif berupaya menggunakan keahlian dan gaya manajemennya untuk melebihi manajer dana lainnya dan selalu berusaha untuk mengungguli pasar. Evaluasi terhadap kinerja dari para manajer reksa dana ini menjadi penting bagi investor maupun bagi para akademisi.

Beragam metodologi telah digunakan dalam literatur keuangan untuk mengidentifikasi kinerja manajer dana secara relatif. Pembuktian kinerja manajer masih berbeda-beda (Lhabitant, 2001: 13). yaitu pada satu sisi ditemukan bahwa beberapa reksa dana menunjukkan kemampuan seleksi yang positif dan kemampuan market timing yang negatif. Pada sisi yang lain, penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti market timing dan kemampuan seleksi dalam return reksa dana. Menurut pendapat Lhabitant, 2001: 13, secara jelas hasil penelitian sangat tergantung baik pada metodologi yang digunakan maupun periode observasi yang digunakan. Selain itu, seluruh studi yang disebutkan merupakan kinerja reksa dana di pasar Amerika Serikat dan situasi yang terjadi dapat berbeda di tempat yang lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan fakta atau bukti empiris tersebut, maka isu atau masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “Apakah kemampuan seleksi

Page 59: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

388

instrumen investasi dan market timing manajer investasi Indonesia sukses pada kondisi pasar bearish? 1.3 Kontribusi Penelitian

Kontribusi teoritis penelitian ini akan memverifikasi hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara kemampuan seleksi instrumen investasi dengan kemampuan market timing yang secara umum ditemukan terbukti negatif.

Kontribusi metodologi penelitian ini adalah adanya wawasan baru tentang model pengukuran kinerja manajer investasi dan penelitian ini juga membandingkan kinerja manajer investasi dengan beberapa patok duga manajemen pasif.

Kontribusi kebijakan dari penelitian ini adalah bahwa dengan mengetahui kinerja manajer investasi, investor dapat menentukan dengan lebih baik dalam memilih manajer investasi. Bagi manajer investasi, informasi kinerja mereka dapat menjadikan mereka melakukan verifikasi atas dampak global dari ramalannya, merevisi keputusan alokasi assetnya dan dalam beberapa kasus informasi ini dapat mempengaruhi kompensasi yang akan diterimanya.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur kesuksesan manajer investasi Indonesia dalam kemampuan memilih saham dan market timing.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya adalah Lhabitant (2001) yang mengevaluasi market timing dan kemampuan seleksi pada reksadana Swiss. Lhabitant (2001) menemukan bahwa tidak ditemukan kemampuan market timing maupun kemampuan menyeleksi surat berharga yang sukses dari hampir semua return dana investasi. Sehingga kesimpulan secara umum adalah bahwa manajer investasi Swiss tidak memiliki kemampuan market timing maupun kemampuan menyeleksi surat berharga.

Penelitian yang lain adalah penelitian Christensen (2005) untuk menganalisis kemampuan seleksi dan market timing pada 47 reksa dana Denmark. Kesimpulannya, bahwa tidak satupun dari 47 reksa dana yang dapat melampaui kinerja dari patok duga passive management.

Penelitian Swinkels dan Rzeznickzak (2008) mengenai evaluasi kinerja reksa dana Polandia yang berjumlah 38 reksa dana selama 7 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa manajer investasi Polandia tidak memiliki kemampuan seleksi surat berharga dan market timing yang baik.

Hasil penelitian Coggin, Fabozzi dan Rahman (1993) pada reksa dana

Page 60: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

389

Amerika Serikat bertentangan dengan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian Coggin, Fabozzi dan Rahman (1993) menemukan bahwa beberapa reksa dana menampilkan ketrampilan seleksi yang positif dan kemampuan market timing yang negatif.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini terlihat bahwa evalusi terhadap kemampuan seleksi dan market timing manajer investasi di beberapa negara berbeda-beda. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa manajer investasi memiliki kemampuan seleksi dan market timing. Ada pula penelitian yang menyatakan bahwa manajer investasi memiliki kemampuan seleksi dan market timing. 2.2 Konsep Reksa Dana

Portofolio surat berharga dapat dikelola secara pasif, dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat return / risiko yang diinginkan, atau dapat dikelola secara aktif dengan tambahan tujuan untuk memperoleh tingkat return/risk yang superior. Manajer Investasi bertujuan yang kedua, sehingga ia harus mengembangkan kemampuan untuk mengungguli pasar dengan menyesuaikan risiko portfolionya untuk mengantisipasi goncangan pasar.

Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.” Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut.

Jenis-jenis Reksadana

1. Reksadana Pendapatan Tetap adalah Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat utang.

2. Reksadana Saham adalah Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas.

3. Reksadana Campuran adalah Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.

Page 61: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

390

4. Reksadana Pasar Uang adalah Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun.

Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu alternatif investasi yang menarik antara lain:

1. Dikelola oleh manajemen profesional Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.

2. Diversifikasi investasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu.

3. Transparansi informasi Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.

4. Likuiditas yang tinggi Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehinga sifatnya sangat likuid.

5. Biaya Rendah Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.

Page 62: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

391

Untuk melakukan investasi Reksadana, Investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.

1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya.

2. Risiko Likuiditas Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga mempengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut.

3. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.

4. Risiko Default Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.

Page 63: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

392

2.3 Konsep Evaluasi Kinerja Reksa Dana Sejak studi Fama (1972) dan dilanjutkan oleh Merton (1981), telah dilakukan praktek umum pengatribusian dua komponen kinerja manajer investasi dengan patok duganya. Dua komponen kinerja yaitu komponen peramalan perubahan harga dari saham yang terpilih (disebut juga micro-forecasting, security analysis, atau stock selectivity) dan peramalan pergerakan pasar secara menyeluruh (juga disebut macro-forecasting atau market timing) telah dilakukan. Merton (1981) dan Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan sebuah alternative model evaluasi kinerja yang mendekomposisi kemampuan kinerja keseluruhan dari seorang manajer portofolio kedalam suatu timing pasar (peramalan makro) dan suatu kemampuan seleksi saham (peramalan mikro). Manajer Investasi dengan kemampuan market timing yang superior harus dapat memprediksikan pergerakan pasar yang luas dan menyesuaikan portofolionya. Kao, Cheng dan Chan (1998, 129) secara jelas menyebutkan :

“Since high-risk securities tend to earn more than market average in an up market and suffer more in a down market, these managers will alter the risk of their portfolio by shifying their portfolio compositions to high-risk securities when predicting an up market, and switching to low-risk securities when a down marketis in the forecast”.

Bagi manajer investasi yang memliki kemampuan superior dalam

market timing akan merubah komposisi portfolionya ke surat berharga yang beresiko tinggi ketika ia memprediksikan pasar sedang naik atau sebaliknya.

Manajer investasi dengan kinerja seleksi yang baik jika manajer memilih saham-saham yang di-undervalue kedalam suatu kelas resiko tertentu secara konsisten. Ini disebut dengan kemampuan seleksi yang baik. 2.4. Metode penilaian kinerja Manajer Investasi

Terdapat beragam formula untuk mengidentifikasi kedua atribut tersebut, yaitu formula yang berasal dari model tradisional dan model inovatif.

1. Jensen Alpha

Jansen merumuskan model return untuk mengukur kinerja portfolio : RPt –Rft = P + P (RMt-Rft) + Pt (1)

Keterangan : P = indeks kinerja Jensen

Nilai P menunjukkan kemampuan peramalan-mikro yang superior,

sedangkan nilai negatif membuktikan adanya peramalan-mikro yang salah (atau biaya yang tinggi untuk mencapai peramalan mikro). Model ini dapat menghasilkan bias estimasi P, sehingga diperlukan

pengukuran secara simultan. Model ini mengasumsikan risiko

Page 64: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

393

sistimatis statis, sedangkan pada kenyataannya risiko sistimatis berubah-ubah.

2. Treynor-Mazuy Treynor dan Mazuy (1966) menggunakan model regresi kuadratik :

RPt = P + 1 (RMt-Rft) +2(RMt- Rft)2

+ Pt (2)

Keterangan : >0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability Grinbalt dan Titman (1994) menyatakan bahwa metodologi Treynor-Mazuy terkena bias estimasi beta yang dapat membawa pada pengukuran market timing yang salah. Dengan demikian model ini tidak akan diuji dalam penelitian ini.

3. Merton dan Henriksson dan Merton MERTON (1981) dan HENRIKSSON dan MERTON (1981) mengenalkan dua kerangka untuk mengevaluasi kinerja. Pada model mereka, manajer investasi berupaya untuk meramalkan apakah return pasar akan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat bunga bebas risiko. Selanjutnya, manajer investasi akan menyesuaikan alokasi assetnya sesuai ramalannya dengan menukar level risiko sistimatisnya : beta pasar yang naik ketika diramalkan pasar naik dan beta pasar turun ketika diramalkan pasar turun. HENRIKSSON dan MERTON (1981) menunjukkan bahwa dalam konteks ini, total return investasi merupakan penjumlahan return pasar dan put option pada pasar yang hanya bernilai, jika return pasar lebih rendah dari tingkat bunga bebas risiko. Persamaan regresi berikut ini memberikan estimasi timing dan seleksi yang konsisten : RPt -Rft -= P + 1 (RMt-Rft) + 2 Max (0, -(RMt--Rft) + Pt (3) Keterangan : RPt = return portofolio (reksa dana) RMt = return portfolio pasar (IHSG dan LQ45) Rft = return bebas risiko (SBI 1 bulan) P = konstanta (mengukur kemampuan seleksi manajer investasi) Max (0, -(RMt--Rft) = mengukur premi pasar turun

1 = perubahan level risiko portfolio ketika pasar berubah 2 Max (0, -(RMt--Rft) = mengukur kemampuan market timing

manajer investasi

Page 65: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

394

Pada persamaan 1 tingkat risiko pada dua kondisi pasar (pasar naik dan pasar turun) tidak teridentifikasi secara eksplisit, sehingga Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan persamaan 1 menjadi : RPt -Rft -= P + U Max(0, RMt-Rft) + D Min (0, RMt--Rft) + Pt (4) Keterangan :

Max(0, RMt-RftKondisi pasar sedang naik

Min(0, RMt-Rft = Kondisi pasar sedang turun

U = Beta pasar naik U = Beta pasar turun Beranjak dari pemaparan latar belakang dan tinjauan pustaka ini

penelitian ini akan mengevaluasi kembali kinerja manajer investasi untuk mengetahui apakah manajer investasi Indonesia memiliki kemampuan seleksi dan market timing yang sukses atau tidak, selanjutnya akan diteliti pengaruh beberapa karakteristik kualitatif reksa dana terhadap kinerja reksa dana Indonesia. 2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah:

Gambar 1 : Kerangka konseptual Penelitian

Kinerja Reksa Dana

Kinerja Pasar Patok Duga

Mengungguli (Outperform) Pasar

Seleksi dan Market Timing Manajer Investasi Sukses

Page 66: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

395

2. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho : Manajer Investasi Indonesia tidak sukses dalam kemampuan seleksi

instrumen investasi dan market timing. Ha : Manajer Investasi Indonesia sukses dalam kemampuan seleksi

instrumen investasi dan market timing.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Disain Pengambilan Sample / Data Populasi reksa dana adalah seluruh produk reksa dana terbuka Indonesia jenis reksa dana campuran yang berjumlah 111 reksadana. Sampel yang diambil dari populasi adalah reksa dana yang bertahan dan berhasil memenuhi kriteria dari segi ketersediaan data selama periode 2008 dan paling tidak telah diluncurkan selama 2 tahun pada periode pengamatan. Sampel reksa dana yang terpilih juga akan diidentifikasi dalam kelompok reksa dana yang berinvestasi di Indonesia saja (reksa dana domestik). Dari hasil pemilihan sampel diperoleh 30 reksadana yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu antara lain data Nilai Aktiva Bersih reksa dana yang diukur dengan secara bulanan. Return dimajemukkan secara kontinyu dengan asumsi pembagian dividen dan capital gain diinvestasikan dalam reksa dana pada bulan berikutnya. Untuk mendapatkan kekuatan penelitian, maka penelitian ini menggunakan dua buah patok duga portfolio pasif domestik. Patok duga portofolio pasif domestik adalah : Pertama adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan lebih dari 300 saham, sehingga dapat dijadikan sebagai proksi pasar dan meliputi periode 2008. Data bulanan dari kedua indeks tersebut diperoleh dari BEI. Proksi tingkat return bebas risiko domestik (risk-free rate) menggunakan SBI rate (Sertifikat Bank Indonesia) 1 bulan yang dikumpulkan dari situs Bank Indonesia.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel kinerja manajer investasi

Kinerja manajer investasi adalah suatu pengukuran kinerja yang akurat dalam mengidentifikasi ketrampilan market timing dan seleksi dari manajer investasi.

a. Seleksi (Stock Selectivity) adalah komponen kinerja berupa kemampuan manajer investasi untuk meramalkan perubahan harga dari saham yang terpilih (disebut juga micro-forecasting atau security analysis).

Page 67: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

396

b. Market timing adalah komponen kinerja berupa kemampuan manajer investasi untuk meramalkan pergerakan pasar secara menyeluruh (juga disebut macro-forecasting).

3.3 Alat Analisis 3.3.1 Uji kinerja Manajer Investasi

Treynor dan Mazuy (1966) menggunakan model regresi kuadratik untuk mengukur seleksi instrumen dan market timing ability :

RPt = P + 1 (RMt-Rft) +2(RMt- Rft)2

+ Pt (2)

Keterangan : >0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability

mengindikasikan kesuksesan dalam selectivity instrumen

Persamaan tersebut akan dihitung dengan metode Ordinary Least Square dengan bantuan software Eviews versi 4 untuk mengestimasi parameter persamaan-persamaan tersebut. Persamaaan tersebut akan diuji ada atau tidak pelanggaran terhadap asumsi klasik regresi, yaitu dengan Uji Normalitas, Uji Otokorelasi, Uji Heterokedastisitas dan Uji Multikolinierity.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Return Reksadana Campuran dan Return Portofolio Pasar Kinerja reksadana campuran berdasarkan tujuan khusus investasi yang dilakukan tertera pada Tabel 2. Return reksadana campuran selama kondisi pasar bearish (tahun 2008) ternyata mampu melampaui return rata-rata portofolio pasar. Tabel 2 : Tingkat return Reksadana dan Return Portofolio Pasar

No. Reksadana Rata-rata return

bulanan

1 2 3 4 5 6 7 8

AAA Amanah Syariah Fund AAA Balanced Fund Anam Pendapatan Kombinasi BNI Dana Plus Syariah Brent Dana Fleksi Capital Fleksi Capital Syariah Fleksi Danamas Fleksi

-0,0191 -0,0297 -0,0548 -0,0731 -0,0216 -0,0297 -0,0548 0,0101

Page 68: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

397

No. Reksadana Rata-rata return

bulanan

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Euro Peregrine Berimbang Plus Harvestindo Maxima Hpam Premium - 1 Jakarta Flexi Plus Jisawi Flexi Jisawi Mix Lautandhana Balanced Fund Makinta Fleksi Mega Dana Kombinasi Mega Dana Kombinasi Dua Portofolio Optimal Premier Optima Prospera Balance Reksadana Pg Synergy Reksadana Dana Fleksibel Dua Reksadana Gani Flexi Fund Sam Dana Berkembang Simas Satu Star Balanced Tiga Pilar Dana Fleksi Valbury Inklusi X-Tra Dana Dinamis Rata-rata reksadana campuran

-0,0482 -0,0470 -0,0344 -0,0422 -0,0393 -0,0292 -0,0526 -0,0568 -0,0648 -0,0562 -0,0313 -0,0590 -0,0585 -0,0054 -0,0788 -0,0275 -0,0282 -0,0494 -0,0297 -0,0323 -0,0309 -0,0374 -0,0404

IHSG (Portofolio Pasar) -0,0518

4.3. Pengukuran Kinerja Manajer Investasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program Eviews didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :

RPt - Rft -= αP + β1 (RMt-Rft) + β2 (RMt--Rft)

2 + Pt

RPt -Rft = 0,028955 + 0,276191 (RMt-Rft) + 0,531663 (RMt--Rft)

2

(0,085815) (0,763610)

4.3.1. Pengukuran Kinerja Market Timing Manajer Investasi

Dalam model Treynor dan Mazuy (TM), kemampuan market timing

dijelaskan oleh koefisien β2. Nilai koefisien market timing (β2 ) yang positif dan signifikan mengimplikasikan kemampuan market timing yang superior dari manajer investasi. Tabel 6 menyajikan ringkasan nilai dan signifikansi dari

koefisien β2 untuk reksadana campuran.

Page 69: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

398

Tabel 3 Kinerja Market Timing (β2) dari Manajer Investasi

Reksadana β2

Reksadana Campuran + 0,531663 (+0,696250)

Nilai koefisien β2 bagi reksadana campuran adalah positif menunjukkan kemampuan market timing manajer investasi, namun kemampuannya tidak

superior karena koefisien β2 tidak signifikan. Hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan market timing manajer invetasi Indonesia selama periode bearish pada tahun 2008 tidak superior tidaklah mengejutkan dan konsisten dengan penelitian sebelumnya di Indonesia (lihat Ekandini (2008)) dan di pasar internasional (lihat Grinblatt dan Titman (1989), Kao, et al (1998). 4.3.2. Kinerja Pemilihan Instrumen (Selection) Manajer Investasi

Berdasarkan model TM, nilai αP digunakan sebagai ukuran kemampuan

seleksi saham (selection). Model ini mengimplikasikan bahwa nilai αP akan positif dan signifikan jika manajer memiliki kemampuan pemilihan instrumen

yang tinggi. Tabel 7 memperlihatkan nilai αP bagi reksadana campuran. Tabel 4 Kinerja Selection dari Manajer Investasi

Reksadana αP

Reksadana Campuran + 0,028955 (+ 3,218454*))

*) Signifikan pada level 0.01

Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan manajer investasi dalam mengelola dana selama periode bearish (tahun 2008) menunjukkan kinerja kemampuan selection yang baik. Temuan ini konsisten dengan ekspektasi dan studi terdahulu dalam kasus di Indonesia dari Ekandini (2008). V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai evaluasi kinerja reksa dana campuran Indonesia pada kondisi pasar bearish, maka dapat disimpulkan bahwa: kemampuan selection positif signifikan dan kemampuan market timing yang positif namun tidak signifikan. Kemampuan manajer investasi selama tahun 2008 (pasar bearish) dalam mengelola reksadana campuran tampaknya memiliki kemampuan seleksi surat berharga yang superior namun dalam hal kemampuan market timing tidak superior. Implikasi temuan ini mendukung

Page 70: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

399

hasil observasi pada umumnya pada riset kinerja reksadana yang menunjukkan hubungan yang berlawanan antara kemampuan pemilihan surat berharga (security selection) dan kemampuan market timing. 5.2 Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil sampel reksadana

jenis lain, seperti reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap, sehingga dapat diketahui apakah kemampuan manajer investasi ditentukan oleh jenis reksadana atau tidak

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil rentang waktu penelitian yang lebih panjang untuk lebih enggambarkan kemampuan manajer investasi baik pada kondisi pasar bearish (pasar turun) maupun kondisi pasar bullish (pasar naik)

3. Bagi peneltian selanjutnya dapat menggunakan model pengukuran kinerja lainnya seperti Henriksson dan Merton (1981) dan Grinblatt dan Titman (1989) untuk menguji lebih lanjut kemampuan manajer reksadana di Indonesia dalam hal menyeleksi surat berharga dan market timing.

DAFTAR PUSTAKA Bhattacharya S, Pfleiderer (1983), “A note on performance evaluation”,

Technical report 714, Stanford University, Graduate School of Business Christensen, Michael (2005), “Danish Mutual Fund Performance : Selectivity,

Market Timing and Persistence”, Working Paper, Finance Research Group

Coggin TD, Fabozzi FJ, Rahman S. (1993), “ The invesment performance of US

Equity fund Managers : an empirical investigation”, Journal of Finance 48, hal 1039-1055

Connor G, Korajzcyk R. (1991), “The attribute, behavior and performance of

US mtual funds”, Review of Quantitative Finance and Accounting 1, pp. 5-26

Ekandini, Astrid Indraja (2008), “ Market Timing and Stock Selectivity Performance Analysis onEquity Mutual Fund in Indonesia: GARCH Model Application”, Master Theses MBIPB

Fama, E. (1972), “Components of investment performance”, Journal of Finance 27, pp.551-567

Grant, Dwight (1978), “ Market Timing and Portfolio Management”, The Journal

of Finance, Vol. XXXIII, No. 4, pp 1119-11131

Page 71: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

400

Grinblatt M, Titman S. (1989a), “Mutual fund performance: an analysis of quarterly portfolio holdings”, Journal of Business 62, 393-416

Grinblatt M, Titman S.(1989b), “Portfolio performance evaluation: old issues

and new insights”, The Review of Financial Studies 2, pp. 393-416 Grinblatt M, Titman S. (1994), “A study of monthly mutual fund returns and

performance evaluation techniques”, Journal of Financial and Quantitative Analysis 29, 419-444

Henriksson RD, Merton RC (1981), “On market timing and investment

performance of managed portfolios. II Statistical procedures for evaluating forecasting skills”, Journal of Business 54, pp. 513-533

Isaaac, Stephen dan Michael, WB ( 1990), Handbook in Research and

Evaluation”, EdITS Publishers, San Diego, California. Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund

selectivity and market timing during up and down market conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144

Lhabitant FS (2001), “On Swiss Timingand Selectivity in the Quest of Alpha”,

The FAME Research Paper Series, Juni Merton RC (1981), “On market timing and investment performance I: an

equilibrium theory of value for market forecasts”, Journal of Business 51, pp. 363-406

Rao, SP Umanaheswar (2000), “Market Timing and Mutual Fund Performance”,

American Business Review, Juni, hal 75-79. Rahayuningsih (2008), ” 7 Produk reksa dana campuran berikan return positif”,

Harian Bisnis Indonesia Swinkels, Laurens dan Pawel Rzeznickzak (2008), “Performance evaluation of

Polish mutual fund manager”, Working Paper, Netherlands Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,

Harvard Business Review 44, pp. 131-136 INVESTOR Tahun X/185 November 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Page 72: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK

INDONESIA

Zulkarnain9

ABSTRAK

Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu. Masa hidup warrant dimulai dari tanggal warrant tersebut diterbitkan di bursa efek sampai dengan tanggal terakhir pelaksanaan penebusan (redemption) warrant menjadi saham.. Perusahaan mengharapkan penerbitan warrant akan meningkatkan ketertarikan investor untuk berinvestasi pada saham yang menjadi aset dasarnya, sehingga akan meningkatkan kapitalisasi pasar. Dengan demikian, akan terjadi perubahan return saham antara sebelum dengan sesudah penerbitan warrant. Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung -1,878, sedangkan t tabel 2,571, dengan probabilitas 0,119. Karena t hitung < t tabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0,119 (> 0,05) maka Ho diterima, artinya rata-rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama dengan rata-rata return saham sebelum listing date. Implikasi hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terwujudnya harapan untuk memperoleh return saham yang signifikan sesudah listing date warrant disebabkan Warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya, sehingga tidak adanya pengaruh langsung terhadap fluktuasi harga saham perusahaan penerbit warrant.

Keywords : Warrant, return saham, fluktuasi I. LATAR BELAKANG Pasar modal Indonesia dibuka secara resmi pada tahun 1977. Sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah saham preferen (prefered stock), saham biasa (common stock), obligasi (bonds) dan turunan (derivatif)

9 Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

Page 73: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

402

yang terdiri dari rights, warrant dan options. Di antara sekuritas – sekuritas tersebut. yang paling banyak diperdagangkan adalah saham. Warrant merupakan derivatif (turunan) dari efek sebenarnya yaitu saham biasa. Masa hidup warrant adalah 6 bulan atau lebih. Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu. Masa hidup warrant dimulai dari tanggal warrant tersebut diterbitkan di bursa efek sampai dengan tanggal terakhir pelaksanaan penebusan (redemption) warrant. Warrant tidak memperoleh dividen dan tidak mempunyai hak suara pada perusahan publik karena pemiliknya bukan pemegang saham perusahaan (Anoraga dan Pakarti:2003) Sejak Januari 2004 sampai dengan Desember 2008 ada 53 buah perusahaan yang melakukan penerbitan warrant.(Tabel 1). Tabel 1. Perusahaan yang Menerbitkan Warrant periode 2004 – 2008

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date

1 AMAG-W Warrant Seri I Asuransi Multi Artha Guna Tbk

Asuransi Multi Artha Guna Tbk. Pt

23-Des-05

2 ASRI-W Warrant Seri I Alam Sutera Realty Tbk

Alam Sutera Realty Tbk. Pt 18-Des-07

3 ATPK-W Warrant Seri I Atpk Resources Tbk

Atpk Resources Tbk. Pt 13-Jul-07

4 BABP-W Warrant Seri I Bank Bumiputera Indonesia Tbk

Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Pt

2-Jan-06

5 BAPA-W Warrant Seri I Bekasi Asri Pemula Tbk

Bekasi Asri Pemula Tbk. Pt 14-Jan-08

6 BBLD-W Warrant Buana Finance Tbk Buana Finance Tbk. Pt 5-Feb-04

7 BKDP-W Warrant Seri I Bukit Darmo Property Tbk

Bukit Darmo Property Tbk. Pt

15-Jun-07

8 BMSR-W Warrant Seri I Bintang Mitra Semestaraya Tbk

Bintang Mitra Semestaraya Tbk. PT

7-Okt-08

9 BNBR-W Warrant Seri I Bakrie And Brothers Tbk

Bakrie & Brothers Tbk. Pt 2-Apr-08

10 BTEL-W Warrant Seri I Bakrie Telecom Tbk

Bakrie Telecom Tbk. Pt 3-Feb-06

11 BUDI-W Warrant Seri I Budi Acid Jaya Tbk

Budi Acid Jaya Tbk. Pt 11-Jul-007

12 BVIC-W Warrant Bank Victoria International Tbk Seri Iv

Bank Victoria International Tbk. Pt

26-Jun-06

13 BVIC-W2 Warrant Bank Victoria International Tbk Seri V

Bank Victoria International Tbk. Pt

11-Jul-08

Page 74: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

403

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date

14 CFIN-W Warrant Clipan Finance Indonesia Tbk Seri Iv

Clipan Finance Indonesia Tbk. Pt

13-Jul-07

15 CKRA-W Warrant Seri I Citra Kebun Raya Agri Tbk

Citra Kebun Raya Agri Tbk. Pt

17-Jan-08

16 COWL-W Warrant Seri I Cowell Development Tbk

Cowell Development Tbk. Pt 19-Des-07

17 CPRO-W Warrant Seri I Central Proteinaprima Tbk

Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06

18 CPRO-W2 Warrant Seri Ii Central Proteinaprima Tbk

Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06

19 CPRO-W3 Warrant Seri Iii Central Proteinaprima Tbk

Central Proteinaprima Tbk 15-Nov-06

20 CPRO-W4 Warrant Seri Iv Central Proteinaprima Tbk

Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06

21 CSAP-W Warrant Seri I Catur Sentosa Adiprana Tbk

Catur Sentosa Adiprana Tbk. Pt

12-Des-07

22 CTRA-W Warrant Seri I Ciputra Development Tbk

Ciputra Development Tbk. Pt 1-Des-06

23 DEWA-W Warrant Seri I Darma Henwa Tbk Darma Henwa Tbk. Pt 26-Sep-07

24 ELTY-W Warrant Seri I Bakrieland Development Tbk

Bakrieland Development Tbk. Pt

1-Mei-07

25 GPRA-W Warrant Seri I Perdana Gapuraprima Tbk

Perdana Gapuraprima Tbk. Pt

14-Jan-08

26 HOME-W Warrant Seri I Hotel Mandarine Regency Tbk

Hotel Mandarine Regency Tbk. Pt

16-Jul-08

27 KARK-W Warrant Seri Ii Dayaindo Resources International Tbk

Dayaindo Resources International Tbk. Pt

14-Apr-08

28 KBLV-W Warrant Seri I First Media Tbk First Media Tbk. Pt 15-Jan-07

29 KBRI-W Warrant Seri I Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk

Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. Pt

11-Jul-08

30 KOIN-W Warrant Seri I Kokoh Inti Arebama Tbk

Kokoh Inti Arebama Tbk. Pt 9-Apr-08

31 LAPD-W Warrant Seri Ii Leyand International Tbk

Leyand International Tbk. Pt 11-Apr-08

32 MASA-W Warrant Seri I Multistrada Arah Sarana Tbk

Multistrada Arah Sarana Tbk. Pt

5-Jun-07

33 MIRA-W Warrant Seri I Mitra Rajasa Tbk Mitra Rajasa Tbk. Pt 14-Nov-07

34 MIRA-W2 Warrant Seri Ii Mitra Rajasa Tbk Mitra Rajasa Tbk. Pt 27-Nov-08

35 MLPL-W Warrant Seri I Multipolar Tbk Multipolar Tbk. Pt 8-Des-06

36 MPPA-W Warrant Seri I Matahari Putra Prima Tbk

Matahari Putra Prima Tbk. Pt 11-Jan-07

37 PEGE-W Warrant Seri I Panca Global Securities Tbk

Panca Global Securities Tbk. Pt

24-Jun-05

Page 75: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

404

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date

38 PNBN-W Warrant Seri Iv Bank Pan Indonesia Tbk

Bank Pan Indonesia . Tbk . Pt

13-Jul-06

39 PNIN-W Warrant Seri Iv Panin Insurance Tbk

Panin Insurance Tbk. Pt 13-Jul-06

40 PNLF-W Warrant Seri Iv Panin Life Tbk Panin Life Tbk. Pt 13-Jul-06

41 RODA-W Warrant Seri Ii Royal Oak Development Asia Tbk

Royal Oak Development Asia Tbk. Pt

17-Jan-08

42 SMMA-W3 Warrant Sinar Mas Multiartha Tbk Seri Iii

Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 12-Jul-05

43 SMMA-W4 Warrant Sinar Mas Multiartha Tbk Seri Iv

Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 1-Jul-08

44 SMRA-W Warrant Seri I Summarecon Agung Tbk

Summarecon Agung Tbk. Pt 22-Jun-007

45 SULI-W Warrant Seri I Sumalindo Lestari Jaya Tbk

Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Pt

10-Jul-06

46 TBLA-W Warrant Seri I Tunas Baru Lampung Tbk

Tunas Baru Lampung Tbk. Pt

13-Jul-06

47 TMPI-W Warrant Seri Ii Agis Tbk Agis Tbk. Pt 13-Mar-08

48 TRAM-W Warrant Seri I Trada Maritime Tbk

Trada Maritime Tbk. Pt 10-Sep-08

49 TRUB-W Warrant Seri I Truba Alam Manunggal Engineering Tbk

Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. Pt

16-Okt-06

50 UNSP-W Warrant Seri I Bakrie Sumatera Plantations Tbk

Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Pt

12-Sep-07

51 VRNA-W Warrant Seri I Verena Oto Finance Tbk

Verena Oto Finance Tbk. Pt 25-Jun-08

52 WEHA-W Warrant Seri I Panorama Transportasi Tbk

Panorama Transportasi Tbk. Pt

31-Mei-07

53 YPAS-W Warrant Seri I Yanaprima Hastapersada Tbk

Yanaprima Hastapersada Tbk. Pt

5-Mar-08

www.ksei.co.id : Desember 2008 Dari 53 perusahaan penerbit warrant, dilakukan pengambilan sampel sebanyak 6 perusahaan yang memenuhi criteria, yaitu: PT BBL Leasing Indonesia Tbk (BBLD), PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA), PT Multipolar Tbk (MLPL), PT Royal Oak Development Asia Tbk (RODA), dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA). Harga saham perusahaan sampel ditunjukkan pada Tabel 2.

Page 76: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

405

Tabel 2. Harga Saham BBLD, CKRA, GPRA, MLPL, RODA, dan SMMA Selama Hari U ji

Tanggal Hari Uji

Harga Shm BBLD

IHSG Tanggal Hari Uji

Harga Shm CKRA

IHSG

15-Des-03 625 658.522 23-Nov-07 325 2.584.347

16-Des-03 H-30 600 656.740 26-Nov-07 H-30 350 2.648.044

17-Des-03 H-29 625 655.698 27-Nov-07 H-29 340 2.627.954

18-Des-03 H-28 625 664.877 28-Nov-07 H-28 330 2.671.895

19-Des-03 H-27 650 672.292 29-Nov-07 H-27 330 2.699.817

22-Des-03 H-26 650 674.395 30-Nov-07 H-26 305 2.688.332

23-Des-03 H-25 650 679.307 3-Dec-07 H-25 300 2.726.925

29-Des-03 H-24 625 693.033 4-Dec-07 H-24 295 2.752.943

30-Des-03 H-23 625 691.895 5-Dec-07 H-23 340 2.768.058

2-Jan-04 H-22 625 704.498 6-Dec-07 H-22 320 2.591.48

5-Jan-04 H-21 675 725.472 7-Dec-07 H-21 305 2.638.21

6-Jan-04 H-20 750 723.989 10-Dec-07 H-20 300 2.641.59

7-Jan-04 H-19 825 709.367 11-Dec-07 H-19 360 2.616.74

8-Jan-04 H-18 975 730.815 12-Dec-07 H-18 340 2.563.75

9-Jan-04 H-17 1050 753.692 13-Dec-07 H-17 325 2.453.21

12-Jan-04 H-16 1025 742.506 14-Dec-07 H-16 330 2.553.80

13-Jan-04 H-15 1000 743.143 17-Dec-07 H-15 305 2.524.98

14-Jan-04 H-14 1150 756.563 18-Dec-07 H-14 320 2.596.66

15-Jan-04 H-13 1075 763.453 19-Dec-07 H-13 280 2.624.43

16-Jan-04 H-12 1075 770.334 26-Dec-07 H-12 270 2.667.53

19-Jan-04 H-11 1050 766.483 27-Dec-07 H-11 270 2.662.92

20-Jan-04 H-10 1100 773.125 28-Dec-07 H-10 265 2.643.49

21-Jan-04 H-9 1075 776.301 2-Jan-08 H-9 255 2 .731.51

23-Jan-04 H-8 1075 785.879 3-Jan-08 H-8 250 2 .715.07

26-Jan-04 H-7 1150 786.874 4-Jan-08 H-7 255 2 .765.19

27-Jan-04 H-6 1100 772.494 7-Jan-08 H-6 265 2.776.410

28-Jan-04 H-5 1050 767.107 8-Jan-08 H-5 285 2 .785.63

29-Jan-04 H-4 1050 759.644 9-Jan-08 H-4 255 2 .830.26

30-Jan-04 H-3 1025 752.932 14-Jan-08 H-3 250 2 .810.37

3-Feb-4 H-2 1000 730.319 15-Jan-08 H-2 250 2 .730.03

4-Feb-04 H-1 1025 730.275 16-Jan-08 H-1 250 2 .592.31

5-Feb-04 H0 1025 736.468 17-Jan-08 H0 250 2 .649.28

6-Feb-04 H+1 1050 758.924 18-Jan-08 H+1 250 2 .611.13

9-Feb-04 H+2 1100 767.255 21-Jan-08 H+2 250 2 .485.88

10-Feb-04 H+3 1050 766.771 22-Jan-08 H+3 250 2 .294.52

11-Feb-04 H+4 1075 769.793 23-Jan-08 H+4 250 2 .476.28

Page 77: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

406

Tanggal Hari Uji

Harga Shm BBLD

IHSG Tanggal Hari Uji

Harga Shm CKRA

IHSG

12-Feb-04 H+5 1075 766.083 24-Jan-08 H+5 240 2 .516.70

13-Feb-04 H+6 1075 773.140 25-Jan-08 H+6 235 2 .620.49

16-Feb-04 H+7 1050 775.225 28-Jan-08 H+7 225 2 .582.05

17-Feb-04 H+8 1050 776.999 29-Jan-08 H+8 235 2 .607.84

18-Feb-04 H+9 1075 785.907 30-Jan-08 H+9 235 2 .610.36

19-Feb-04 H+10 1075 789.432 31-Jan-08 H+10

220 2 .627.25

20-Feb-04 H+11111

1050 794.467 1-Feb-08 H+11

210 2.646.821

24-Feb-04 H+12 1075 780.753 4-Feb-08 H+12

215 2.701.629

25-Feb-04 H+13 1125 777.053 5-Feb-08 H+13

245 2.704.247

26-Feb-04 H+14 1300 776.016 6-Feb-08 H+14

230 2.639.087

27-Feb-04 H+15 1200 761.081 11-Feb-08 H+15

225 2.589.382

1-Mar-04 H+16 1225 759.006 12-Feb-08 H+16

225 2.589.382

2-Mar-04 H+17 1225 779.746 13-Feb-08 H+17

225 2.610.781

3-Mar-04 H+18 1325 776.826 14-Feb-08 H+18

220 2.675.645

4-Mar-04 H+19 1350 774.768 15-Feb-08 H+19

235 2.688.191

5-Mar-04 H+20 1325 778.01 18-Feb-08 H+20

240 2.684.702

8-Mar-04 H+21 1325 772.868 19-Feb-08 H+21

260 2.711.872

9-Mar-04 H+22 1375 771.078 20-Feb-08 H+22

255 2.689.256

10-Mar-04 H+23 1.275 760.327 21-Feb-08 H+23

250 2.734.210

11-Mar-04 H+24 1.175 741.198 22-Feb-08 H+24

255 2.741.181

12-Mar-04 H+25 1.125 738.152 25-Feb-08 H+25

250 2.751.862

15-Mar-04 H+26 1.125 724.151 26-Feb-08 H+26

250 2.738.872

16-Mar-04 H+27 1.100 716.177 27-Feb-08 H+27

245 2.740.138

17-Mar-04 H+28 1.150 730.585 28-Feb-08 H+28

240 2.756.314

18-Mar-04 H+29 1.175 733.57 29-Feb-08 H+29

230 2.721.944

19-Mar-04 H+30 1.175 742.914 3-Mar-08 H+30

220 2.652.312

20-Nov-07 350 2.624.862 19-Oct-06 105 1.568.60

21-Nov-07 H-30 355 2.563.621 20-Oct-06 H-30 110 1.572.85

22-Nov-07 H-29 350 2.569.514 30-Oct-06 H-29 115 1.580.19

23-Nov-07 H-28 360 2.584.347 31-Oct-06 H-28 115 1.582.63

26-Nov-07 H-27 375 2.648.044 1-Nov-06 H-27 115 1.589.87

27-Nov-07 H-26 385 2.627.954 2-Nov-06 H-26 115 1.607.70

28-Nov-07 H-25 375 2.671.895 3-Nov-06 H-25 110 1.612.92

29-Nov-07 H-24 395 2.699.817 6-Nov-06 H-24 110 1.640.85

30-Nov-07 H-23 390 2.688.332 7-Nov-06 H-23 110 1.654.15

3-Dec-07 H-22 415 2.500.58 8-Nov-06 H-22 110 1.646.07

4-Dec-07 H-21 410 2.523.70 9-Nov-06 H-21 110 1.660.26

5-Dec-07 H-20 415 2.546.61 10-Nov-06 H-20 110 1.664.84

6-Dec-07 H-19 460 2.591.48 13-Nov-06 H-19 110 1.639.27

Page 78: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

407

Tanggal Hari Uji

Harga Shm BBLD

IHSG Tanggal Hari Uji

Harga Shm CKRA

IHSG

7-Dec-07 H-18 445 2.638.21 14-Nov-06 H-18 110 1.672.07

10-Dec-07 H-17 445 2.641.59 15-Nov-06 H-17 110 1.670.11

11-Dec-07 H-16 445 2.616.74 16-Nov-06 H-16 110 1.668.82

12-Dec-07 H-15 435 2.563.75 17-Nov-06 H-15 110 1.672.11

13-Dec-07 H-14 425 2.453.21 20-Nov-06 H-14 110 1.684.01

14-Dec-07 H-13 420 2.553.80 21-Nov-06 H-13 105 1.681.34

17-Dec-07 H-12 410 2.524.98 22-Nov-06 H-12 110 1.705.44

18-Dec-07 H-11 420 2.596.66 23-Nov-06 H-11 110 1.704.13

19-Dec-07 H-10 415 2.624.43 24-Nov-06 H-10 120 1.717.73

26-Dec-07 H-9 415 2.667.53 27-Nov-06 H-9 120 1.728.93

27-Dec-07 H-8 415 2.662.92 28-Nov-06 H-8 120 1.691.08

28-Dec-07 H-7 415 2.643.49 29-Nov-06 H-7 120 1.713.40

2-Jan-08 H-6 420 2 .731.507 30-Nov-06 H-6 115 1.718.96

3-Jan-08 H-5 415 2 .715.065 1-Dec-06 H-5 120 1.734.75

4-Jan-08 H-4 400 2 .765.190 4-Dec-06 H-4 115 1.731.24

7-Jan-08 H-3 395 2 .776.410 5-Dec-06 H-3 110 1.776.76

8-Jan-08 H-2 410 2 .785.625 6-Dec-06 H-2 115 1.784.43

9-Jan-08 H-1 400 2 .830.263 7-Dec-06 H-1 110 1.782.12

14-Jan-08 H0 380 2 .810.372 8-Dec-06 H0 115 1.775.29

15-Jan-08 H+1 375 2 .730.031 11-Dec-06 H+1 110 1.759.67

16-Jan-08 H+2 360 2 .592.311 12-Dec-06 H+2 110 1.754.58

17-Jan-08 H+3 380 2 .649.279 13-Dec-06 H+3 110 1.753.80

18-Jan-08 H+4 365 2 .611.132 14-Dec-06 H+4 110 1.767.80

21-Jan-08 H+5 365 2 .485.879 15-Dec-06 H+5 105 1.792.16

22-Jan-08 H+6 365 2 .294.524 18-Dec-06 H+6 110 1.787.62

23-Jan-08 H+7 375 2 .476.278 19-Dec-06 H+7 100 1.736.67

24-Jan-08 H+8 365 2 .516.701 20-Dec-06 H+8 105 1.766.80

25-Jan-08 H+9 380 2 .620.493 21-Dec-06 H+9 110 1.789.09

28-Jan-08 H+10 380 2 .582.049 22-Dec-06 H+10

110 1.785.76

29-Jan-08 H+11 385 2 .607.843 26-Dec-06 H+11

105 1.783.98

30-Jan-08 H+12 385 2 .610.359 27-Dec-06 H+12

110 1.803.26

31-Jan-08 H+13 385 2 .627.251 28-Dec-06 H+13

110 1.805.52

1-Feb-08 H+14 375 2 .646.821 2-Jan-07 H+14

121 1.836.52

4-Feb-08 H+15 380 2 .701.629 3-Jan-07 H+15

118 1.834.71

5-Feb-08 H+16 380 2 .704.247 4-Jan-07 H+16

117 1.824.10

6-Feb-08 H+17 380 2 .639.087 5-Jan-07 H+17

121 1.832.55

11-Feb-08 H+18 370 2 .589.382 8-Jan-07 H+18

127 1.813.39

12-Feb-08 H+19 380 2 .592.070 9-Jan-07 H+19

124 1.780.88

13-Feb-08 H+20 375 2 .610.781 10-Jan-07 H+20

119 1.710.37

Page 79: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

408

Tanggal Hari Uji

Harga Shm BBLD

IHSG Tanggal Hari Uji

Harga Shm CKRA

IHSG

14-Feb-08 H+21 375 2 .675.645 11-Jan-07 H+21

122 1.703.84

15-Feb-08 H+22 365 2 .688.191 12-Jan-07 H+22

120 1.678.04

18-Feb-08 H+23 360 2.684.702 15-Jan-07 H+23

123 1.730.48

19-Feb-08 H+24 360 2.711.872 16-Jan-07 H+24

120 1.754.29

20-Feb-08 H+25 360 2.689.256 17-Jan-07 H+25

120 1.758.48

21-Feb-08 H+26 365 2.734.210 18-Jan-07 H+26

123 1.777.71

22-Feb-08 H+27 365 2.741.181 19-Jan-07 H+27

133 1.795.56

25-Feb-08 H+28 375 2.751.862 22-Jan-07 H+28

139 1.817.41

26-Feb-08 H+29 375 2.738.872 23-Jan-07 H+29

134 1.808.58

27-Feb-08 H+30 380 2.740.138 24-Jan-07 H+30

132 1.805.69

2-Nov-07 141 2.710.617 27-Mei-05 385 1.061.50

5-Nov-07 H-30 141 2.652.478 30-Mei-05 H-30 385 1.062.96

6-Nov-07 H-29 141 2.681.902 31-Mei-05 H-29 385 1.088.17

7-Nov-07 H-28 141 2.713.978 1-Jun-05 H-28 385 1.082.94

8-Nov-07 H-27 141 2.678.224 2-Jun-05 H-27 385 1.091.47

9-Nov-07 H-26 141 2.707.667 5-Jun-05 H-26 385 1.092.50

12-Nov-07 H-25 141 2.671.902 6-Jun-05 H-25 385 1.096.83

13-Nov-07 H-24 141 2.654.208 7-Jun-05 H-24 385 1.092.81

14-Nov-07 H-23 141 2.691.871 8-Jun-05 H-23 550 1.095.51

15-Nov-07 H-22 141 2.591.48 9-Jun-05 H-22 550 1.094.19

16-Nov-07 H-21 141 2.638.21 10-Jun-05 H-21 540 1.096.93

19-Nov-07 H-20 141 2.641.59 13-Jun-05 H-20 540 1.100.88

20-Nov-07 H-19 141 2.616.74 14-Jun-05 H-19 540 1.105.89

21-Nov-07 H-18 141 2.563.75 15-Jun-05 H-18 540 1.119.58

22-Nov-07 H-17 141 2.453.21 16-Jun-05 H-17 530 1.125.76

23-Nov-07 H-16 190 2.553.80 17-Jun-05 H-16 530 1.141.82

26-Nov-07 H-15 256 2.524.98 20-Jun-05 H-15 530 1.147.71

27-Nov-07 H-14 256 2.596.66 21-Jun-05 H-14 530 1.133.33

28-Nov-07 H-13 256 2.624.43 22-Jun-05 H-13 530 1.134.70

29-Nov-07 H-12 256 2.667.53 23-Jun-05 H-12 530 1.137.42

30-Nov-07 H-11 256 2.662.92 24-Jun-05 H-11 530 1.135.67

3-Dec-07 H-10 260 2.643.49 27-Jun-05 H-10 520 1.119.90

4-Dec-07 H-9 260 2 .731.51 28-Jun-05 H-9 530 1.127.82

5-Dec-07 H-8 220 2 .715.07 29-Jun-05 H-8 530 1.126.86

6-Dec-07 H-7 190 2 .765.19 1-Jul-05 H-7 540 1.122.38

7-Dec-07 H-6 200 2 .776.410 4-Jul-05 H-6 540 1.138.99

10-Dec-07 H-5 225 2 .785.63 5-Jul-05 H-5 530 1.138.88

11-Dec-07 H-4 205 2 .830.26 6-Jul-05 H-4 425 1.131.17

12-Dec-07 H-3 200 2 .810.37 7-Jul-05 H-3 425 1.108.40

Page 80: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

409

Tanggal Hari Uji

Harga Shm BBLD

IHSG Tanggal Hari Uji

Harga Shm CKRA

IHSG

13-Dec-07 H-2 205 2 .730.03 8-Jul-05 H-2 430 1.110.56

14-Dec-07 H-1 170 2 .592.31 11-Jul-05 H-1 450 1.123.46

17-Dec-07 H0 200 2 .649.28 12-Jul-05 H0 430 1.129.12

18-Dec-07 H+1 200 2 .611.13 13-Jul-05 H+1 430 1.132.79

19-Dec-07 H+2 185 2 .485.88 14-Jul-05 H+2 445 1.136.57

26-Dec-07 H+3 170 2 .294.52 15-Jul-05 H+3 440 1.131.46

27-Dec-07 H+4 165 2 .476.28 18-Jul-05 H+4 475 1.128.44

28-Dec-07 H+5 170 2 .516.70 19-Jul-05 H+5 465 1.132.02

2-Jan-08 H+6 200 2 .620.49 20-Jul-05 H+6 450 1.140.66

3-Jan-08 H+7 195 2 .582.05 21-Jul-05 H+7 450 1.157.51

4-Jan-08 H+8 205 2 .607.84 22-Jul-05 H+8 440 1.172.24

7-Jan-08 H+9 205 2 .610.36 25-Jul-05 H+9 430 1.169.75

8-Jan-08 H+10 200 2 .627.25 26-Jul-05 H+10

440 1.178.00

9-Jan-08 H+11 103 2 .646.82 27-Jul-05 H+11

430 1.178.11

14-Jan-08 H+12 102 2 .701.63 28-Jul-05 H+12

425 1.186.61

15-Jan-08 H+13 100 2 .704.25 29-Jul-05 H+13

435 1.182.30

16-Jan-08 H+14 100 2 .639.09 1-Aug-05 H+14

430 1.178.22

17-Jan-08 H+15 103 2 .589.38 2-Aug-05 H+15

445 1.189.33

18-Jan-08 H+16 101 2 .592.07 3-Aug-05 H+16

445 1.192.20

21-Jan-08 H+17 101 2 .610.78 4-Aug-05 H+17

445 1.185.33

22-Jan-08 H+18 90 2 .675.65 5-Aug-05 H+18

445 1.174.09

23-Jan-08 H+19 97 2 .688.19 8-Aug-05 H+19

435 1.158.59

24-Jan-08 H+20 97 2 .684.70 9-Aug-05 H+20

440 1.162.80

25-Jan-08 H+21 97 2 .711.87 10-Aug-05 H+21

435 1.176.84

28-Jan-08 H+22 100 2 .689.26 11-Aug-05 H+22

425 1.167.97

29-Jan-08 H+23 99 2 .607.84 12-Aug-05 H+23

420 1.153.97

30-Jan-08 H+24 96 2 .610.36 15-Aug-05 H+24

405 1.118.27

31-Jan-08 H+25 95 2 .627.25 16-Aug-05 H+25

385 1.113.83

1-Feb-08 H+26 92 2.646.821 18-Aug-05 H+26

365 1.100.30

4-Feb-08 H+27 91 2.701.629 19-Aug-05 H+27

365 1.087.95

5-Feb-08 H+28 103 2.704.247 22-Aug-05 H+28

360 1.076.35

6-Feb-08 H+29 103 2.639.087 23-Aug-05 H+29

370 1.066.09

11-Feb-08 H+30 94 2.589.382 24-Aug-05 H+30

330 1.035.45

Data di atas menunjukkan harga yang cenderung menaik pada saham BBLD dimulai pada tanggal listing date (H0) sampai dengan hari terakhir hari uji yaitu hari uji ke-61. Pada hari uji terakhir tanggal 19/3/2004, harga saham BBLD

Page 81: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

410

mencapai level 1.175. Harga ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan harga saham BBLD pada hari uji pertama tanggal 16/12/2003 sebesar 600. Dari penjelasan diatas, argumentasi yang menjadi penting adalah bahwa penerbit warrant mengharapkan adanya kapitalisasi pasar yang meningkat dengan dilakukannya eksekusi warrant menjadi saham, sehingga meningkatkan return saham perusahaan penerbit warrant, namun pada kenyataannya dari data tabel 2 terlihat adanya fluktuasi pada harga saham perusahaan sampel dan adanya perbedaan harga saham antar sampel. Disaping itu, para penerbit warrant juga bervarisi dari mulai perusahaan yang sahamnya kurang gairah diperdagangkan atau yang lebih dikenal dengan saham-saham tidur, hingga perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar, mempunyai reputasi tinggi dan mempunyai frekuensi perdagangan yang besar atau yang termasuk ke dalam perhitungan index LQ 45 PERMASALAHAN Permasalahan penelitian ini adalah : “Apakah rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada sebelum listing date warrant.” TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata return saham sebelum dan sesudah listing date warrant pada Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2008. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi, serta sebagai bahan pertimbangan bagi emiten dalam mengambil kebijakan penerbitan warrant HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau

sama dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant. Ha : Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar

daripada rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Page 82: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

411

II. KAJI LITERATUR Setiastuti melakukan penelitian tentang warrant yang berjudul : “Dampak Pengumuman Warrant Terhadap Pendapatan Saham Perusahaan Manufaktur : (Perbandingan Antara Perusahaan Yang Mengumumkan Warrant dengan Perusahaan Yang Tidak Mengumumkan Warrant Pada PT. Bursa Efek Jakarta periode 1998-2001)” yang dilakukan pada tahun 1998 hingga 2001 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan 2 (dua) model analisis yaitu : event study dan perbandingan. Analisis event study digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pendapatan abnormal saham yang bermakna disekitar pengumuman warrant bagi perusahaan yang mengumumkan warrant dan perusahaan pembanding yang berada pada industri sejenis. Analisis perbandingan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan abnormal saham yang bermakna antara perusahaan yang mengumumkan warrant dengan perusahaan yang tidak mengumumkan warrant. Hasil penelitian Setiastuti menunjukkan bahwa bagi perusahaan yang mengumumkan warrant, dari 11 hari uji hanya terdapat AAR (Average Abnormal return) signifikan pada t+2. Sedangkan 10 hari lainnya tidak terdapat rata-rata pendapatan abnormal saham yang signifikan. Sedangkan bagi perusahaan yang tidak mengumumkan warrant, dari 11 hari uji tidak terdapat AAR yang signifikan. Berdasarkan uji perbandingan terhadap AAR, menunjukkan tidak ada perbedaan antara AAR kelompok perusahaan yang mengumumkan warrant dengan kelompok perusahaan yang tidak mengumumkan warrant. (Setiastuti, 2005). III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data skunder yaitu harga penutupan (closing price) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) selama hari uji yaitu 61 hari bursa dari H-30sampai dengan H + 30. H0 adalah harga penutupan (closing price) pada hari listing date / tanggal tercatat. Sumber Data Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia Situs internet : http//finance.yahoo.com. http//www.idx.co.id. http///www.ksei.co.id. http//www.e-bursa.com. http//www.pembelajar.co.id

Page 83: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

412

Metode Pengumpulan data 1. Penelitian Pustaka

Penelitian Pustaka dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan informasi dari berbagai literatur, jurnal, makalah, artikel dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. 2 .Penelitian Lapangan Penelitian Lapangan dilakukan dengan mengunjungi Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan adalah metode dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan dan pencatatan data yang diperlukan dalam tulisan ini. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah emiten yang melakukan penerbitan warrant pada periode 2004 – 2008 yaitu 53 perusahaan yang menerbitkan warrant pada tahun 2004 – 2008 (lihat Tabel 1). 2. Teknik Pengambilan Sampel Sampel dipilih secara purposive judgement sampling, yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan ( Indriantoro dan Supomo, 1999). Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan warrant pada periode 2004 - 2008 tetapi tidak melakukan corporate action lain selama hari uji. Corporate action yang dimaksud adalah kebijakan right issue, stock split, saham bonus, merger, dividen tunai dan dividen saham. Disamping itu, ada tanggal tercatat / listing date dan ada data harga / historical price selama 61 hari uji. Hasilnya, dari 53 populasi, hanya 6 perusahaan yang memiliki criteria tersebut (lihat Tabel 4).

Page 84: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

413

Tabel 4. Daftar Sampel Penelitian

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date

1 BBLD-W Warrant Buana Finance Tbk Buana Finance Tbk. Pt 05/2/2004

2 CKRA-W Warrant Seri I Citra Kebun Raya Agri Tbk

Citra Kebun Raya Agri Tbk. Pt

17/1/2008

3 GPRA-W Warrant Seri I Perdana Gapuraprima Tbk

Perdana Gapuraprima Tbk. Pt

14/1/2008

4 MLPL-W Warrant Seri I Multipolar Tbk Multipolar Tbk. Pt 08/12/2006

5 RODA-W Warrant Seri Ii Royal Oak Development Asia Tbk

Royal Oak Development Asia Tbk. Pt

17/1/2008

6 SMMA-W3 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 12/7/2005

ALAT ANALISIS 1. Uji asumsi normalitas

Uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data sudah tersebar secara normal. Untuk uji asumsi normalitas dapat dilihat melalui uji kolmogorov smirnov dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : Data bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

Asymp. Sig ≤ taraf signifikansi (α) = tolak Ho Asymp. Sig > taraf signifikansi (α) = terima Ho

Jika Ho ditolak berarti data tidak tersebar normal. Jika Ho diterima berarti data tersebar normal. 2. Perhitungan return saham sebelum dan sesudah listing date warrant a. Menghitung return saham per emiten dengan menggunakan persamaan :

Pit – Pit – 1 Rit = Pit – 1

Keterangan : Rit : Return sesungguhnya untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke–t Pit : Harga saham untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke-t

Page 85: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

414

Pit – 1 : Harga saham untuk sekuritas ke-I sebelum hari uji ke-t (Hartono. 2003:110) b. Menghitung rata – rata return saham per hari per emiten selama 30 hari .

sebelum dengan sesudah listing date warrant menggunakan persamaan :

Jumlah return saham i X Ri Hari pengamatan (Hartono. 2003:110)

c. Menghitung rata – rata return saham semua emiten sebelum dengan sesudah

listing date warrant menggunakan persamaan : Jumlah X Ri saham

rata – rata Ri = Jumlah sampel yang diteliti (n)

(Hartono. 2003:110) 3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda T test dengan sampel berhubungan (paired samples t test) karena data berdistribusi normal. Untuk mengetahui tingkat return saham digunakan pengujian hipotesis dua arah pada tingkat kepercayan 95 % dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : µ ses ≤ µ seb Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Ha : µ ses > µ seb Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada rata – rata return saham sebelum listing date warrant. Dasar pengambilan keputusan : Uji beda T test Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel :

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Page 86: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

415

Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

IV. PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas Hasil uji asumsi normalitas terhadap sebaran data return perusahaan penerbit warrant dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov untuk data return

saham sebelum dengan sesudah listing date warrant

Keterangan Data Asymp. Sig. K-S

Sebelum listing date warrant 1.000

Sesudah listing date warrant 0.997

Hasil uji normalitas rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date warrant diperoleh nilai signifikansi masing-masing 1.000 dan 0.997. Hal ini berarti nilai signifikansi > α (0.05) sehingga dapat disimpulkan Ho diterima atau data return saham tersebut berdistribusi normal. 4.2 Hasil perbandingan rata-rata return saham sebelum dengan sesudah

listing date warrant

Rata-rata return saham sebelum dengan sesudah listing date warrant berdistribusi normal sehingga digunakan uji paired sample t test untuk menguji hipotesis. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : µ ses ≤ µ seb Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant. Ha : µ ses > µ seb Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Tabel paired sample t test pada lampiran 14 menunjukkan bahwa rata-rata return sebelum listing date warrant adalah 0.006383. sedangkan rata-rata return sesudah listing date warrant adalah -0.008133.

Page 87: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

416

Berikut adalah hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date warrant. Tabel 4.2 Hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing

date Warrant Untuk keseluruhan emiten

Rata-rata return sebelum listing date warrant

Rata-rata return sesudah listing date warrant

T hitung Probabilitas T tabel

0.0064 -0.0081 -1.878 0.119 2.571

Sumber : Lampiran 7 Berdasarkan perhitungan uji paired sample t test secara dua arah diperoleh t hitung -1.878, t tabel 2.571 dan probabilitas 0.119. Maka dapat dirumuskan t hitung < t tabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0.119 (> 0.05) maka Ho diterima, artinya rata-rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama dengan rata-rata return saham sebelum listing date warrant. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiastuti (2005), dengan menggunakan uji perbandingan terhadap AAR diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ”tidak ada perbedaan antara AAR kelompok perusahaan yang mengumumkan warrant dengan kelompok perusahaan yang tidak mengumumkan warrant”. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, maka akan ditemukan kemiripan yang menjelaskan bahwa ” tidak ada perbedaan return yang signifikan yang ditimbulkan oleh suatu penerbitan warrant”. V. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harapan investor untuk memperoleh return saham yang besar sesudah listing date warrant tidak terwujud. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya rata-rata return saham sesudah listing date warrant secara statistik. Tidak terwujudnya harapan untuk memperoleh return saham yang signifikan sesudah listing date warrant disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu : 1. Warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya. Sehingga tidak adanya

pengaruh langsung terhadap fluktuasi harga saham perusahaan penerbit warrant menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata return sesudah listing date warrant dengan rata-rata return sebelum listing date warrant.

2. Dikarenakan warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya, investor lebih tertarik berinvestasi pada warrant daripada saham yang menjadi aset dasar

Page 88: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

417

warrant tersebut. Hal ini menyebabkan aksi jual dan beli saham tidak berimbang atau aksi jual lebih banyak daripada aksi beli sehingga penjualan saham yang dilakukan investor menurunkan harga saham setelah listing date warrant.

3. Harga warrant jauh lebih rendah daripada harga sahamnya sehingga investor lebih senang berinvestasi pada warrant yang harganya lebih rendah tetapi berfluktuasi tinggi.

4. Saham - saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini tidak termasuk dalam kategori saham blue – chips stocks, yaitu saham – saham yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di perusahaan sejenis, memiliki pendapatan stabil dan konsisten membayar dividen. Dengan kata lain, kinerja warrant yang seharusnya menjadi sweeteners tidak dapat mebantu kinerja saham perusahaan yang rendah.

5. Dari perusahaan – perusahaan yang menjadi sampel, tiga buah perusahaan bergerak di bidang property dan real estate, yaitu PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) dan PT Royal Oak Development Asia Tbk (RODA), dua buah perusahaan bergerak di bidang pembiayaan, yaitu PT BBL Leasing Indonesia Tbk (BBLD) dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), dan satu buah perusahaan bergerak di bidang jasa komputer dan perangkatnya, yaitu PT Multipolar Tbk (MLPL). Bila diamati lebih jauh, saham – saham perusahaan tersebut juga tidak termasuk dalam kategori saham counter cyclical stocks, yaitu saham – saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi maupun bisnis secara umum dikarenakan bergerak di bidang industri yang produknya selalu dibutuhkan dan berada dalam jangkauan masyarakat luas seperti bahan bakar dan kebutuhan sehari – hari.

SARAN Saran yang diajukan adalah hendaknya penelitian mendatang lebih melihat dampak penerbitan warrant dengan periode yang lebih panjang sampai dengan tanggal exercise (redemption). DAFTAR PUSTAKA Bhattacharya S, Pfleiderer (1983), “A note on performance evaluation”,

Technical report 714, Stanford University, Graduate School of Business Christensen, Michael (2005), “Danish Mutual Fund Performance : Selectivity,

Market Timing and Persistence”, Working Paper, Finance Research Group

Page 89: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

418

Connor G, Korajzcyk R. (1991), “The attribute, behavior and performance of US mtual funds”, Review of Quantitative Finance and Accounting 1, pp. 5-26

Ekandini, Astrid Indraja (2008), “ Market Timing and Stock Selectivity

Performance Analysis onEquity Mutual Fund in Indonesia: GARCH Model Application”, Master Theses MBIPB

Fama, E. (1972), “Components of investment performance”, Journal of

Finance 27, pp.551-567 Grinblatt M, Titman S. (1994), “A study of monthly mutual fund returns and

performance evaluation techniques”, Journal of Financial and Quantitative Analysis 29, 419-444

Isaaac, Stephen dan Michael, WB ( 1990), Handbook in Research and

Evaluation”, EdITS Publishers, San Diego, California. Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund

selectivity and market timing during up and down market conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144

Lhabitant FS (2001), “On Swiss Timingand Selectivity in the Quest of Alpha”,

The FAME Research Paper Series, Juni Merton RC (1981), “On market timing and investment performance I: an

equilibrium theory of value for market forecasts”, Journal of Business 51, pp. 363-406

Swinkels, Laurens dan Pawel Rzeznickzak (2008), “Performance evaluation of

Polish mutual fund manager”, Working Paper, Netherlands Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,

Harvard Business Review 44, pp. 131-136 http//finance.yahoo.com. http//www.idx.co.id. http///www.ksei.co.id. http//www.e-bursa.com. http//www.pembelajar.co.id

Page 90: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA MENENGAH

DI KOTA JAMBI

Muazza10

ABSTRACT

This research is based on the idea about monetary crisis in the reality small and medium enterprise can exist, even can permeating labor and as source earnings of area. Do this matter is caused by competence and value system of entrepreneur and implementation of human resources management strategy?. Therefore, the research done for medium enterprise town of Jambi this aims to know whether or not the competence and value system of enterpreneur have significant effect tewards performance of enterprise. The last aim is that the researcher wants to know whether or not the implementation of human resources management strategy have significant effect teward performance of enterprise. The result of analysis indicates that variable of competence and value system has significant influence tewards human resources management strategy and performance of enterprise the contribution of the effect can be seen bellow: (1) Competence and value system has effect to human resources management strategy with precentage 49.4%; (2) Entrepreneur’s competence and value system effect performance of enterpreise with precentage 51.9%. (3) The implementation og human resources management strategy has effect to performance of entreprise with precentage 74.5%. That other factors which have effect to human resources management strategy and performance of entreprise are entrepreneur’s training and goverment policy.

Keywords :, competence, value system of enterpreneur, implementation strategic

PENDAHULUAN

Dalam kondisi perekonomian yang sedang lesu dan kurang

menguntungkan sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak Juli 1997. Maka krisis yang bermula dari jatuhnya nilai tukar rupiah tersebut telah

10 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

Page 91: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

420

membawa dampak yang sangat luas terhadap seluruh sendi perekonomian di tanah air, sehingga berbagai bidang usaha mengalami persaingan yang semakin ketat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam konteks ini, setiap perusahaan baik besar, menengah maupun kecil harus mampu bersaing dalam “market power” dengan menciptakan berbagai keunggulannya (Porter, 1980).

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan daya saingnya, setiap perusahaan harus selalu meningkatkan profil diri (sebagai bagian dari corporate culture), diantaranya dengan meningkatkan kemampuan sumber daya internal perusahaan (Mohoney dan Pandian, 1992) yang makin kreatif dan produktif yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta berorientasi pada nilai corporate culture modern (Geoffrey G. Meredith, 1996:3).

Secara kualitatif, essensi dan eksistensi usaha menengah dalam perekonomian nasional tidak diragukan lagi. Apabila dikaitkan dengan peranannya selama masa krisis yaitu berfungsi sebagai penyangga terhadap ketahanan perekonomian masyarakat dan bahkan berfungsi juga sebagai ketahanan sosial, kerena melalui keberadaan usaha menengah inilah banyak harapan dibebankan terutama dalam masalah kegiatan perekonomian, khususnya sebagai sumber pendapatan.

Perkembangan usaha menengah di Kota Jambi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif cukup baik, bahkan sebagian besar pengusaha sudah berkompeten, dibidang teknik, pemasaran, dan keuangan serta hubungan antar pribadi. Namun fakta dilapangan juga menunjukkkan dibeberapa usaha memperlihatkan masih ada sebagian pengusaha belum memiliki pengetahuan atau keterampilan yang memadai dalam mengelola usahanya, seperti waktu yang lama dalam mendesain produk, identifikasi pelanggan, kesiapan menghadapi pesaig,pengarturan keuangan dan hubungan dengan karyawan, dan keadaan ini perlu diatasi agar usaha menengah di Kota Jambi tetap bisa bertahan, dan dapat berfungsi sebagai penyangga ekonomi masyarakat.

Kinerja usaha menengah di Kota Jambi selain dipengaruhi oleh kompetensi pengusaha yang tinggi, diduga juga didukung oleh sistem nilai pragmatik dari pengusaha Hal yang dicermati dari segi sistem nilai di beberapa usaha memperlihatkan kedewasaan pada diri pengusaha, ada beberapa pengusaha yang memulai usahanya tidak menguasai keterampilan dalam bidang usaha yang dilakukannya, pengusaha memulai usahanya hanya berbekal keberanian saja, dan ada juga beberapa pengusaha berdasarkan percaya pada nasib sehingga pengelolaannya tidak pada strategi bisnis yang cukup mapan

Usaha menengah di Kota Jambi sebagian besar pengusahanya kup memiliki jiwa kewirausahaan juga telah melaksanakan implementasi strategi manajemen sumber daya manusia secara efektif, namun masih terdapat beberapa pengusaha yang belum memahami implementasi strategi manajemen

Page 92: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

421

sumber daya manusia secara efektif, hal ini terlihat pada kemampuan pengusaha dalam melakukan perekrutan tenaga kerja berdasarkan sistem keluarga, fenomena lainnya terlihat dari segi strategi kompensasi masih terdapat pengusaha melakukan strategi kompensasi berdasarkan kebijakan pimpinan, fenomena lain terlihat pada hubungan dengan karyawan, dibeberapa perusahan terlihat keengganan pengusaha untuk membuat komitmen bersama dengan karyawan dalam aktivitas keseharian perusahaan. Ketidakmampuan mengimplementasikan strategi manajemen sumber daya manusia secara tepat dari beberapa pengusaha tersebut kerena kurangnya kemampuan sumber daya manusia atau keterampilan dan pengetahuan, hal ini disebabkan dibebarapa usaha terdapat pengusaha bersikap dan berperilaku kurang beorientasi bisnis, masih rendahnya pendidikan sebagian pengusaha, serta masih terdapatnya pengusaha yang belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan, kondisi demikian tentu tidak mendukung kemampuan berkompetisi.

Pengusaha yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengusaha yang terdapat pada usaha menengah. Penetapan pengusaha skala industri menengah sebagai unit observasi didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut; 1) lebih dari setengah perusahaan didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil (usaha kecil tangguh/mandiri); 2) kelompok usaha menengah ini sudah mampu menerima pekerjaan subkontrak dan eksport; 3) terbukti dapat mempertahankan usahanya dalam menghadapi krisis ekonomi sehingga mampu berfungsi sebagai ketahan sosial dan ketahan ekonomi yaitu mampu menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat dengan menyerap tenaga yang besar, dan memberikan kontribusi ke PAD Jambi; 4) sebagian besar pengusaha memiliki sikap kewirausahaan yang tinggi; 5) Skala industri menengah di Kota Jambi sebagai entitas bisnis dilihat dari kinerja usahanya merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang.

Atas dasar pertimbangan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema sentral sebagai berikut: “Kompetensi yang tinggi dimiliki oleh pengusaha (pengusaha yang berkompeten) disertai Sistem Nilai Pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan mempengaruhi Implementasi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan Kinerja Usaha”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memperoleh hasil kajian tentang kompetensi pengusaha menengah di

Kota Jambi 2. Memperoleh hasil kajian tentang sistem nilai pengusaha yang

terinternalisasi pada usaha menengah di Kota Jambi 3. Memperoleh hasil kajian tentang implementasi strategi manajemen sumber

daya manusia pada usaha menengah di Kota Jambi 4. Memperoleh hasil kajian tentang kinerja usaha menengah di Kota Jambi 5. Memperoleh hasil analisis tentang pengaruh kompetensi dan sistem nilai

pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap implemetasi

Page 93: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

422

strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha menengah di Kota Jambi baik secara simultan maupun parsial.

6. Memperoleh hasil anilisis pengaruh kompetensi dan sistem nilai pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap kinerja usaha menengah di Kota Jambi baik secara simultan maupun parsial.

7. Memperoleh hasil analisis pengaruh implementasi strategi manajemen sumberdaya manusia terhadap kinerja usaha pada usaha menengah di Kota Jambi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei penjelasan (explanatory survey method). Metode penelitian survei adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit observasi adalah pengusaha industri skala menengah di Kota Jambi yang berjumlah 242 perusahaan yang tersebar di 6 kecamatan, yang terdiri-dari kelompok industri: 1) makanan, minuman dan tembakau (IMTK); 2) tekstil, barang kulit dan alas kaki (ITBK); 3) penggergajian, kayu olahan, kayu lapis dan kerajinan (IPKK); 4) industri kimia, pupuk, dan sejenisnya); 5) industri logam dan barang dari logam (ILBL); 6) industri barang-barang dari bahan bukan logam (IBLK); 7) industri barang lainnya ( ILAK).

Penarikan sampel dalam penelitian ini digunakan rumus (Cochran, 1969) Agar diperoleh ukuran sampel yang minimal dan hasil yang maksimal, digunakan tebal Cochen (1969:98) dan tabel Cambel (1987:92). Dengan besarnya α = 0,05 (uji satu arah) dan kuasa uji β = 0,95 serta derajat korelasi ρ = 0,30, maka diperoleh ukuran sampel sebanyak 142 usaha skala menengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan menggunakan tabel acak, dan masing-masing strata diambil dengan alokasi proporsional berdasarkan jumlah populasinya tiap strata. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :1) Kuesioner; 2) Wawancara dan observasi; 3) Dokumnetasi

Metode Analisis

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan.Analisis jalur (path analysis) yaitu teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, dan juga digunakan untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel sebagai variabel penyebab terhadap seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Selanjutnya dilakukan uji secara simultan (uji F) dengan ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel dan sebaliknya terima Ho jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Dari tabel F

Page 94: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

423

untuk tingkat signifikansi 0.05 dan derajat bebas V1 = k dan = n-k-1. Serta uji secara parsial (uji t), kriteria pengujian adalah tolak Ho jika thitung lebih besar dari ttabel dan sebaliknya terima Ho jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel . HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan apakah

kompetensi (X1) dan sistem nilai pengusaha (X2) berpengaruh terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia (Y), pada usaha menengah di Kota Jambi digunakan analisis jalur. Hasil perhitungan koefisien jalur yang dilakukan menggunakan software SPSS ver 10 diperoleh sebagai berikut :

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) Dan Sistem Nilai Pengusaha (X2) terhadap Implementasi Strategi Manajemen (Y)

Coefficientsa

31.323 2.863 10.941 .000

.317 .033 .589 9.593 .000

.124 .026 .288 4.685 .000

(Constant)

Kompetensi (X1)

Sistem Nilai Pengusaha (X2)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Implementasi Strategi (Y)a.

Hasil perhitungan menunjukan adanya pengaruh positif dari kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen pada usaha menengah di Kota Jambi. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan koefisien jalur pada tabel di atas (kolom Standardized Coefficients/(Beta)) dimana diperoleh koefisien jalur untuk pengaruh kompetensi terhadap implementasi strategi manajemen (Pyx1) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,589 dan koefisien jalur untuk pengaruh sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen (Pyx2) bertanda positif dengan nilai sebesar sebesar 0,288. Selanjutnya untuk menguji apakah kompetensi dan sistem nilai pengusaha secara bersama-sama berpengaruh terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia dilakukan melalui statistik uji F. Hasil perhitungan statistik uji, nilai Fhitung diperoleh sebesar 67,928 dengan p-value (sig) sebesar 0,000. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (67,928 > 3,061) atau jika dilihat nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kekeliruan 5% (α = 0,05), maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0, dan menerima H1 artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan (nyata/bermakna) secara bersama-sama dari kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia.

Page 95: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

424

Hasil penelitian diatas, sejalan dengan pendapat syarifudin Alwi (2001:38) yang menyatakan untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai sumber keunggulan kompetitif organisasi tidak mudah, hal ini berkaitan dengan bukan saja faktor kemampuan dan keahlian melainkan pula berkaitan dengan faktor-faktor seperti sistem nilai, persepsi, sikap dan kemauan individual untuk maju. Sejalan dengan pernyataan di atas, hasil penelitian yang dilakukan The American Compensation 1996 pada 217 perusahaan di Amerika Serikat, diperoleh suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan kompetensi dalam perusahaan: (1) 88%digunakan sebagai dasar dalam kegiatan staffing pegawai, (2) 62% sebagai dasar dalam penetapan pendidikan dan pelatihan, (3) 90% digunakan sebagai dasar bagi penilaian kinerja, serta (4) 64% digunakan sebagai dasar penetapan kompensasi. Sama halnya oleh A. Usmara (2002:110) yang menyatakan bahwa penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat digunakan sebagai dasar bagi implementasi strategi manajemen sumber daya manusia yang meliputi strategi perencanaan, strategi evaluasi dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Hal senada didukung pula oleh pendapat Desler (1997:23) dan Greer (1995:49) yang menyatakan bahwa dalam sejumlah organisasi yang bertumbuh pada sumber daya manusia sekarang dilihat sebagai suatu sumber keunggulan bersaing, ada pengakuan yang besar bahwa kompetensi, kultur organisasi, proses manajemen dan angkatan kerja bermutu tinggi merupakan sumber organisasi untuk bersaing.

Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara parsial terhadap Y, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan statistik uji terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,593 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia. Untuk variabel X2 terlihat bahwa thitung = 4,685 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia.

Kontribusi variabel kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia diperoleh nilai R-square (R2) sebesar 0,494. Sedangkan 50,6% di pengaruhi faktor lain.

Selanjutnya untuk menjawab hipotesis penelitian mengenai pengaruh positif kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja pada usaha menengah di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 96: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

425

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) dan Sistem Nilai Pengusaha (X2) Terhadap Kinerja (Z)

Coefficientsa

-542.655 77.000 -7.047 .000

8.891 .889 .599 9.998 .000

3.593 .710 .303 5.058 .000

(Constant)

Kompetensi (X1)

Sistem Nilai Pengusaha (X2)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kinerja (Z)a.

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil penelitian yang menunjukan adanya pengaruh positif kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja pada usaha menengah di Kota Jambi. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan pada tabel di atas pada kolom Standardized Coefficients (Beta) dimana diperoleh koefisien jalur untuk pengaruh kompetensi pengusaha terhadap kinerja (Pzx1) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,599 dan koefisien jalur untuk pengaruh sistem nilai pengusaha terhadap kinerja (Pzx2) bertanda positif dengan nilai sebesar sebesar 0,303. Untuk menguji keberartian koefesien jalur berdasarkan teori bahwa ada pengaruh positif antara variable kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha, dilakukan melalui statistik uji F. Hasil perhitungan statistik uji diperoleh nilai Fhitung sebesar 75,044 dengan p-value (sig) sebesar 0,000. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (75,044 > 3,061) atau jika dilihat nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kekeliruan 5% (α = 0,05), maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0, dan menerima H1, artinya variabel X1 dan X2 mempengaruhi Z.

Secara simultan kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Spencer-Spencer (1993:9) dan Miranti, Delzier dan Fitt, serta Soejipto (2002:44) mengemukakan ada kaitan yang positif antara kompetensi dengan kinerja, sehingga diharapkan dengan memicu kompetensi maka kinerja dapat ditingkatkan. Selanjutnya Kumorotomo (1992:9) menyatakan bahwa nilai dapat dirumuskan sebagai objek dari keinginan manusia, nilai menjadi pendorong utama bagi tindakan manusia dan mempengaruhi kompleksitas tindakan manusia. Sementara itu Penelitian yang dilakukan oleh Birdir (2000:205) menunjukkan bahwa pengenalan secara baik pada kompetensi yang dibutuhkan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat sebagai titik sentral pengembangan perusahaan. Sehubungan dengan penelitian diatas, juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suryana (2000) mengungkapkan bahwa rata-rata perusahaan kecil unggulan cenderung beorientasi pada sistem nilai pragmatik dalam mencapai tujuan perusahaan.

Page 97: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

426

Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara parsial terhadap Z, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan statistik uji t terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,998 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima H1 yang artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi pengusaha terhadap kinerja usaha dan untuk variabel X2 terlihat bahwa thitung = 5,058 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, dan menerima H1 artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha.

Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan statistik besarnya kontribusi kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha ditunjukkan dengan nilai R-square (R2) sebesar 0,519. Dengan kata lain bahwa kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha memberikan kontibusi terhadap kinerja usaha sebesar 51,9% sedangkan 48,1% dipengaruhi faktor lain.

Implementasi strategi sumber daya manusia (Y) berpengaruh terhadap kinerja usaha (Z), digunakan analisis jalur dengan hasil sebagai berikut :

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Implementasi Strategi Manajemen (Y) Terhadap Kinerja (Z)

Coefficientsa

-931.049 100.062 -9.305 .000

20.562 1.554 .745 13.232 .000

(Constant)

Implementasi Strategi (Y)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kinerja (Z)a.

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan adanya pengaruh positif dari implementasi strategi manajemen sumber daya manusia terhadap kinerja usaha. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan pada tabel di atas pada kolom Standardized Coefficients (Beta) dimana diperoleh koefisien jalur untuk pengaruh implementasi strategi manajemen terhadap kinerja (Pzy) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,745.

Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa pengaruh implementasi strategi manajemen sumber daya manusia terhadap kinerja usaha sebesar 74,5%. Hal ini mencerminkan bahwa variabel implementasi strategi manajemen sumber daya manusia dapat dijadikan sebagai prediktor yang baik untuk meningkatkan kinerja usaha. Hal ini sejalan dengan pendapat Carrel et.al (1995:9) mengatakan bahwa strategi manajemen sumber daya manusia adalah rencana menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan strategi rekrutmen dan

Page 98: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

427

seleksi, strategi perencanaan sumber daya manusia, strategi pengembangan dan pelatihan, strategi penilaian kinerja, strategi kompensasi, strategi keamanan dan kesehatan dengan tantangan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai melalui palaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Hal senada juga diungkapkan oleh Amstrong (2003), Alwi (2001) menyimpulkan implementasi strategi manajemen sumber daya manusia adalah bertujuan untuk memastikan bahwa organisasi memiliki karyawan yang mempunyai komitmen, bertanggung jawab dan motivasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Desler (1997:23) dan Greer (1995:49) yang menyatakan bahwa dalam sejumlah organisasi yang bertumbuh pada sumber daya manusia sekarang dilihat sebagai suatu sumber keunggulan bersaing, ada pengakuan yang besar bahwa kompetensi, kultur organisasi, proses manajemen dan angkatan kerja bermutu tinggi merupakan sumber organisasi untuk bersaing.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kompetensi pengusaha di Kota Jambi menunjukkan pengusaha yang

berkompeten dalam mengelola usaha. 2. Sistem nilai pengusaha yang terinternalisasi pada usaha menengah di kota

Jambi adalah sistem nilai pragmatik yaitu sistem nilai yang berorientasi pada kecenderungan seseorang/pengusaha yang mengangap nilai tertentu sebagai penting dan tidak penting sebagai kerangka acuan “keberhasilan-kegagalan”

3. Impelementasi strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha menengah di Kota Jambi efektif (tepat) atau sesuai dengan tujuan

4. Kinerja usaha menengah di Kota Jambi merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang

5. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia baik secara simultan maupun secara parsial

6. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap kinerja baik secara simultan maupun parsial.

7. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja usaha.

Saran-saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian maka diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi pengusaha

Page 99: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

428

a. Sebagai usaha yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang maka perlunya pengusaha untuk lebih meningkatkan lagi kompetensi dan jiwa kewirausahan/profesionalisme dalam mengelola usaha agar bisa masuk ke tahap Fast Moving Entreprise (pengusaha yang berskala industri besar)

b. Masih lemahnya kompetensi dibidang identifikasi pelanggan dibeberapa perusahaan, disarankan pengusaha untuk lebih giat melakukan riset pasar

c. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia terutama strategi rekrutmen berdasarkan keluarga dan strategi kompensasi berdasarkan kebijakan pimpinan harus dipertimbangkan

d. Pihak perusahaan harus menjalin hubungan yang harmonis dengan karyawan dalam rangka menumbuhkan rasa empati karyawan terhadap perusahaan

e. Kompetensi, sistem nilai pengusaha, implementasi strategi manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan secara efektif mempengaruhi kinerja usaha, oleh karena itu disarankan kepada usaha-usaha yang belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk lebih giat mengikuti pendidikan dan pelatihan dibidang manajemen secara berkelanjutan.

2. Bagi Pemerintah

Usaha menengah di Kota Jambi memberikan kontribusi kepada Pendapatan Daerah, menyerap tenaga kerja yang besar serta investasi, maka diharap pemerintah memberikan dukungan berupa kebijakan regulasi dalam bidang keuangan, akses pasar, infrastuktur, jaringan usaha dan asosiasi sektoral yang mendorong kegiatan eksport bagi usaha menengah khususnya di Kota Jambi.

DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Michael. 2003. Strategic Human Resources Management A guide to

Action. Kagan Page Limited. London

A.Usmara. 2002. Pradigma Baru SDM. Edisis Kedua. Amara Books. Yogyakarta

Birdir, K, Thomas E. Pearson. 2000. Reseach Chefs Competencies: A Delphi Approach. International Journal of Contemporary Hospitality Management

Carrel, Michael R., Nobert F. Elbert and Robert D. 1995. Human Resource Management: Global Strategies for Managing a Diverse Workforce. 5th Edition. New Jersey. Prentice Hall International

Page 100: Jurnal Bisnis&Manajemen Unila Mei 2010

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

429

Cochen, J. and P. Cochen. 1969. Applied Multiple Regression/correlation Analysis for Behavior Sciences. Second Eddition. Lawrence Erlbaum Association Inc. New York

Cochran, William G. 1993. Sampling Technique. Third Edit. New York: Jhon Wiley & Sons

Dessler, Gary (Triyana. Iskandar), 1997. Human Resource Management. PT. Prenhallindo, Jakarta.

Geer Charles R. 1995. Strategi And Human Resouces. A General Managerial Perspective. Prentice Hall, Inc

Kumorotomo Wahyudin. 1992. Etika Administrasi Negara. Rajawali Press. Jakarta

Mahoney, J.T, JR. Pandian. 1992. The Resource Based View Within Conversation Of Strategic Management. Journal.

Meredith G. Geoffrey. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo

Porter, Micheael E. 1980. Competitve Strategy. New York: Pree Press

Soejipto Budi W. 2002. Semper Fidelis. Swa Sembada. No. 06/XII, 22 Maret-April

Spencer, M, Lyle, Jr & Signe M. Spencer, 1993. Competence at Work “ Models for Superior Performance”. Jhon Wiley & Sons Inc, New York

Suryana. 2000. Pengaruh Latar Belakang Profesional dan Sistem Nilai Serta Kemodernan Kewirausahaan terhadap Kinerja dan Daya Hidup Perusahan. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran

Syafarudin Alwi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan Kompetitif. BPFE. Yogyakarta