jurnal biology vol 2 no.1 2013 - universitas serambi · pdf filejurnal biology (sarana inform...

49
Volume 2 No Jurnal Biolog (Sarana Infor Implemen Pembelaja Oleh : Ja Penerapan Oleh : Bu Aktivitas Oleh : Sy Pengaruh Bermain Raudhatu Oleh: Jua Perbedaan Dengan M Konsep E Oleh : Ha Upaya M Lingkung Oleh : Az Penerbit Program Studi P o. 1, Oktober 2013 ISSN: l gy Education rmasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional) ntasi Pendekatan Science Technology Society aran Sains Sebagai Upaya Peningkatan Life Skil ailani, Ibrahim, Herman n Kalkulus Integral Pada Bidang Biologi urhanuddin AG Antibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex pinnata afruddin, Mutia, Lukmanul Hakim Penggunaan Media Balok Cuisenaire Den Terhadap Peningkatan Kecerdasan Matematik ul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh airiah n Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blen Metode Konvensional Dalam Pembelajaran Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2 Banda Aceh armaini, Jailani, Musriadi Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentan gan Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup zwir, Almukarramah Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Ace 2302-416X (STS) Dalam ll Siswa Linn) ngan Metode ka Pada Anak nded Learning Biologi Pada ng Pelestarian eh

Upload: trinhngoc

Post on 05-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Volume 2 No.

Jurnal Biology(Sarana Inform

• Implementa

Pembelajar

Oleh : Jail

• Penerapan

Oleh : Bur

• Aktivitas A

Oleh : Syaf

• Pengaruh

Bermain

Raudhatul A

Oleh: Juai

• Perbedaan

Dengan M

Konsep Ek

Oleh : Har

• Upaya M

Lingkunga

Oleh : Azw

Penerbit Program Studi P

No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2

urnal iology Education

Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

ementasi Pendekatan Science Technology Society

elajaran Sains Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill

Jailani, Ibrahim, Herman

rapan Kalkulus Integral Pada Bidang Biologi

Burhanuddin AG

itas Antibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex pinnata L

Syafruddin, Mutia, Lukmanul Hakim

aruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Deng

ain Terhadap Peningkatan Kecerdasan Matematika

hatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh

Juairiah

edaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blen

an Metode Konvensional Dalam Pembelajaran B

ep Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2 Banda Aceh

Harmaini, Jailani, Musriadi

ya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang

kungan Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup

: Azwir, Almukarramah

di Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

SN: 2302-416X

(STS) Dalam

Skill Siswa

nata Linn)

Dengan Metode

atika Pada Anak

Blended Learning

ran Biologi Pada

ntang Pelestarian

Aceh

Page 2: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

JURNAL BIOLOGY EDUCATION (Sarana Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

Dewan Redaksi

Ketua : Jailani

Sekretaris : Musriadi

Anggota Redaksi

Armi

M. Ridhwan

Evi Apriana

Jalaluddin

Erdi Surya

Mardiana

Rubiah

Burhanuddin AG

Tata Usaha

Ibrahim

Almukarramah

Azwir

Nurul Akmal

Mitra Bestari :

Prof. Aloius Duran Corebina, M.Pd (UM – Malang)

Prof. Jamaluddin Idris, M.Pd ( IAIN Ar Raniry)

Prof. Murniati AR, M.Pd (Unsyiah)

Prof. Dr. Albinus Silalahi, MS (Unimed)

Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd (Unimed)

Dr. Djufri, M.Si (Unsyiah)

Dr. Muhibuddin, M.Si (Unsyiah)

Dr. Abdullah, M.Si (Unsyiah)

Alamat Redaksi

Jln. T. Imeum Lueng Bata Universitas Serambi Mekkah

Email : [email protected]

Contat Person 08126941472/081360010330

Dicetak di Percetakan CV. Azzam Banda Aceh. Isi diluar tanggung jawab percetakan

Page 3: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

JURNAL BIOLOGY EDUCATION (Sarana Informasi Insan Akademis, Ilmiah dan Profesional)

Pedoman Penulisan

1. Artikel di tulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris, merupakan tulisan orisinil penulis

berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori serta tinjauan teoritis yang

belum pernah dikirim dan dipublikasi di jurnal lain

2. Artikel di ketik dengan program microsoft word pada kertas ukuran kwarto (A4) minimal 10

halaman dan maksimal 15 halaman dengan jarak baris 2 spasi

3. Abstrak di tulis dalam bahasa inggris atau bahasa indonesia. Panjang abstrak 100- 150 kata, di

tulis dalam satu paragraf dan diketik dalam spasi tunggal

4. Artikel hasil penelitian memuat : judul, nama pengarang ( tanpa gelar akademik). Abstrak

bahasa inggris atau bahasa indonesia, kata kunci, pendahuluan, tujuan, metode, hasil,

pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar rujukan, (berisi pustaka yang dirujuk dalam artikel)

5. Daftar pustaka di sajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan di urutkan secara

alfabetis dan kronologi

Champagne, A. B., Gunstone, R. F., & Klopfer (2003). Effecting changes in cognitive structures

among physics student. In: L.West & A. Pines (Eds.) Cognitive Structure and

Conceptual Change. Orlando: Academic Press. 163-188.

Cheng, K. K., Thacker, B. A., & Cardenas, R. L. (2004). “Using online homework system enhances

students learning of physics concepts in an introductory physics course”. American

Journal of Physics, 72(11): 1447-1453.

6. Naskah dikirim kealamat sekretariat redaksi Jurnal Biology Education Jln. Tgk. Imuem Lueng

Bata Batoh contant person 08126941472/081360010330 atau via internet melaui : email

[email protected]

7. Dewan Redaksi akan merespon semua naskah setelah mendapat jawaban dari Dewan Redaksi

dan Mitra Bestari

8. Penulis yang artikelnya di muat wajib menjadi pelanggan minimal selama satu tahun, dan

memberikan konstribusi biaya cetak catak minimal Rp. 250.000,- dilunasi setelah naskah

diperiksa dan di nyatakan publikasi oleh Dewan Redaksi serta Penulis yang artikelnya dimuat

akan mendapatkan imabalan berupa bukti pemuatan 2 eksampler dan surat keterangan

pemuatan yang di tanda tangani oleh Dewan Redaksi

Page 4: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, dengan Taufik dan hidayah-Nya sehingga Jurnal

Biology Education ini dapat terbit pada edisi Kedua. Kemudian Shalawat dan salam kita sampaikan

kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ummat manusia dari samudera

kebathilan menuju pantai ilmu pengetahuan serta yang menuntun hati manusia menuju jalan

kebenaran dan berakhlakul karimah.

Tulisan Ketiga ini memuat serangkaian artikel diantaranya “Implementasi Pendekatan Science

Technology Society (STS) Dalam Pembelajaran Sains Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Siswa,

Penerapan Kalkulus Integral Pada Bidang Biologi, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex

pinnata Linn), Pengaruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan Metode Bermain Terhadap

Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul Athfal AL-Ikhsan Kota Banda Aceh,

Perbedaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blended Learning Dengan Metode

Konvensional Dalam Pembelajaran Biologi Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2 Banda

Aceh”, Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Pelestarian Lingkungan Melalui

Pendidikan Lingkungan Hidup.

Jurnal Biology Education ini terbit melibatkan banyak pihak dalam memberi bimbingan,

motivasi, oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini Tim Dewan Redaksi

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah baik secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu proses pelaksanaan penerbitan kedua Jurnal Biology

Education ini. Semua pihak yang telah membantu Dewan Redaksi untuk menyelesaikan Jurnal

Biology Education ini

Demikian isi Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ini, dengan ucapan

terima kasih kepada penulis. Semoga dengan terbitnya edisi ini memacu para insan akademisi untuk

lebih kreatif dan mengungkapkan suatu ide dan pemikiran secara ilmiah dan profesional dalam

tulisan

Tim Redaksi

Page 5: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Educatio

(Sar

VOLU

FKIP Prog

Jurnal Biology Educatio

• Implementasi Pen

Sebagai Upaya Pe

Jailani, Ibrahim,

• Penerapan Kalkulu

Burhanuddin AG

• Aktivitas Antibakt

Syafruddin, Mutia

• Pengaruh Penggu

Peningkatan Kece

Aceh

Juairiah

• Perbedaan Hasil

Konvensional Dal

Banda Aceh

Harmaini, Jailani,

• Upaya Meningka

Pendidikan Lingku

Azwir, Almukarra

ucation Volume 2 N

Jurnal Biology Educati

(Sarana Informasi Insan Akademis, Ilmia

VOLUME 2

Diterbitkan Oleh:

Program Studi Pendidikan Biologi Univ

ducation Volume 2 Nomor 1 H

si Pendekatan Science Technology Societ

Peningkatan Life Skill Siswa

, Herman

alkulus integral Pada Bidang Biologi

AG

tibakteri Ekstrak Buah Laban (Vitex pinnat

utia, Lukmanul Hakim

enggunaan Media Balok Cuisenaire D

Kecerdasan Matematika Pada Anak Raud

Hasil Belajar Antara Penerapan Metode

al Dalam Pembelajaran Biologi Pada Konse

lani, Musriadi

ingkatkan Kesadaran Masyarakat tentan

Lingkungan Hidup

arramah

No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

ducation , Ilmiah dan Profesional)

OKTOBER 2013

leh:

i Universitas Serambi Mekkah

Hal 1-42 Banda Aceh Oktober 201

Society (STS) Dalam Pembelajaran Sains

(1-7)

(8-13)

pinnata Linn)

(14-19)

ire Dengan Metode Bermain Terhadap

Raudhatul Athfal AL-Ikhsan Kota Banda

(20-31)

etode Blended Learning Dengan Metode

Konsep Ekosistem Siswa Kelas X MAN 2

(32-36)

tentang Pelestarian Lingkungan Melalui

(37-42)

416X

2013

Sains

hadap

Banda

etode

AN 2

elalui

Page 6: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 1 Jurnal Biology Education

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY (STS) DALAM

PEMBELAJARAN SAINS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA

Jailani, Ibrahim, Herman

(Staf Pengajar Prodi Pendidikan biologi FKIP-USM Banda Aceh)

ABSTRAK

Pendekatan Science Technology Society merupakan salah satu pendekatan yang meng-hubungkan

antara pembelajaran sains di dalam kelas dengan kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat

yang ada disekitar siswa. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih untuk memadukan pemahamannya

tentang dunia alam (sains) dengan dunia buatan manusia (teknologi) dan dunia sosial melalui

pengalaman siswa sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan STS

tidak hanya menekankan pada penguasaan ranah konsep IPA, namun juga menekankan pada

penguasaan proses IPA, berpikir kreatif, dan pembentukan sikap ilmiah. Dengan penguasaan semua

ranah tersebut diharapkan terjadi peningkatan life skill siswa. Untuk memudahkan guru dalam

mengimplementasikan pendekatan STS, dapat disusun semacam modul pembelajaran yang

dikhusususkan untuk meteri tertentu dengan langkah-langkah yang ditentukan. Tahapan pembelajaran

STS dapat disesuaikan dengan materi ajar dan menekankan pada keterampilan proses. Pembelajaran

sains hendaknya mengajak siswa untuk menemukan dan menyikapi permasalahan yang terjadi di

masyarakat, dan menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan

Kata kunci: Science Technology Society, pendekatan pembelajaran, life skill.

1. Pendahuluan

Pendekatan Science Technology

Society (STS) dalam pembelajaran sains

merupakan perekat yang mempersatukan sains

(IPA), teknologi dan masyarakat. Ciri-ciri

pendekatan STS, antara lain (1) difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi di

masyarakat yang terkait dengan konsep atau

prinsip sains yang akan diajarkan; (2) di-arahkan pada peningkatan pengetahuan dan

keterampilan siswa dalam membuat keputusan

berdasarkan informasi ilmiah; (3) menjadikan

seseorang tanggap terhadap karir pada masa

depan; (4) menekankan evaluasi belajar pada

kemampuan siswa dalam memperoleh dan

menggunakan informasi ilmiah dalam me-mecahkan masalah (Hidayat,1991, dan Yager, 1992). Pembelajaran sains yang diajarkan

sesuai dengan hakikat sains yakni proses,

produk, sikap, dan teknologi akan menjadi

sarana untuk mengembangkan aspek kognitif,

afektif, dan keterampilan proses sains.

Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran

sains selama ini kurang mengajak siswa untuk

menemukan dan menyikapi permasalahan yang terjadi di masyarakat, akibatnya sikap

peduli lingkungan siswa terhadap lingkungan

kurang. Selain itu, hasil belajar yang diperoleh

mahasiswa juga rendah.

Kegiatan pembelajaran IPA dengan

menggunakan pendekatan STS diusahakan

agar materi yang diajarkan di dalam kelas

dapat dikaitkan dengan situasi dunia nyata di

luar kelas yang menyangkut perkembangan

teknologi dan situasi masyarakat. Hal ini

menggambarkan bahwa pendekatan STS

dijalankan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi masa depannya. Pendekatan STS

ini menuntut agar siswa diikutsertakan dalam

penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan,

cara mendapatkan informasi, dan evaluasi

pembelajaran. Adapun yang digunakan

sebagai penata (organizer) dalam pendekatan

STS adalah isu-isu dalam masyarakat yang ada

kaitannya dengan sains dan teknologi. STS

dipandang sebagai proses pembelajaran yang

senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman

manusia. Siswa dalam hal ini diajak untuk

meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, dengan

menggunakan konsep dan proses sains dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan

oleh Abdul Majid (2007) bahwa ”belajar

dengan melakukan (Learning by doing) men-jadikan proses belajar itu lebih menyenangkan.

Oleh karena itu, guru harus menyediakan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan

apa yang dipelajarinya, sehingga siswa mem-peroleh pengalaman nyata”.

Menurut Mardana, P. (2001) “Pem-belajaran sains dengan pendekatan STS akan

mengarahkan pada proses belajar sains yang

bermakna (Meaningfull Learning). Belajar

Page 7: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 2 Jurnal Biology Education

sains bagi siswa tidak saja bermanfaat bagi

perkembangan sains itu sendiri, tetapi

bagaimana sains itu dapat digunakan untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan

STS, siswa diarahkan untuk literasi sains dan

teknologi, artinya siswa dapat memahami dari

segi sains, teknologi, dan lingkungan sekitar-nya, yang penuh dengan produk teknologi

serta dampak-dampak yang ditimbulkannya.

Yager (1992) menyebutkan bahwa

orang yang memiliki literasi sains adalah

orang yang memiliki:

(1) Pengetahuan cukup tentang fakta,

konsep, teori sains dan kemampuan

untuk mengaplikasikannya.

(2) Pemahaman tentang sains dan

hakekat sains.

(3) Sikap positip terhadap sains dan

teknologi

(4) Apresiasi terhadap nilai sains dan

teknologi dalam masyarakat dan

pengetahuan tentang bagaimana

sains, teknologi dan masyarakat

saling mempengaruhi.

(5) Kemampuan menggunakan proses

sains untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan sehari-

hari.

(6) Kemampuan membuat keputusan

berdasarkan nilai tentang isu-isu

masyarakat.

(7) Kemampuan keterampilan proses

sains untuk dapat diaplikasikan dalam

bekerja dan dapat berperan dalam

masyarakat.

(8) Pandangan dan pemahaman yang

lebih baik terhadap lingkungan

karena adanya pembelajaran sains di

sekolah.

2. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan

STS

Yager (1992) menyebutkan NSTA

(National Science Teachers Associution)

mengajukan sebelas ciri-ciri dalam memerikan

pendekatan STS dalam mengajar, antara lain: (1) Siswa mengidentifikasi masalah-masalah

vang ada di daerahnya dan dampaknya.

(2) Menggunakan sumber-sumber setempat

(nara sumber dan bahan-bahan) untuk

memperoleh informasi yang dapat

digunakan dalam pemecahan masalah.

(3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam

mencari informasi yang dapat diterapkan

untuk memecahkan masalah-masalah

nyata dalam kehidupannya.

(4) Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas, dan sekolah.

(5) Memusatkan pada pengaruh sains dan

teknologi kepada individu siswa.

(6) Pandangan mengenai sains sebagai

content lebih dan sekedar yang hanya

berisi konsep-konsep dan untuk

menyelesaikan ujian.

(7) Penekanan keterampilan proses sains,

agar dapat digunakan oleh siswa dalam

mencari solusi terhadap masalahnya.

(8) Penekanan kepada kesadaran-kesadaran

mengenai karier, khususnya karier yang

berhubungan dengan sains dan teknologi.

(9) Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berperan dalam bermasyarakat se-

bagai usaha untuk memecahkan kembali

masalah-masalah yang diidentifikasikan-

nya.

(10) Menentukan proses (ways) sains dan

teknologi yang mempengaruhi masa depan.

(11) Sebagai perwujudan otonomi setiap

individu dalam proses belajar (sebagai

masalah individu). Pendekatan STS memberikan

alternatif pembelajaran IPA yang merupakan

kecenderungan baru dalam pendidikan IPA,

yang memungkinkan siswa belajar IPA lebih

baik dan dapat menggunakan IPA dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran STS

mengikuti model belajar konstruktivisme dan didukung dengan teori belajar Piaget, dan teori

belajar Gagne.

Menurut konstruktivisme, kegiatan

belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana

pebelajar membangun sendiri pengetahuannya,

belajar mencari arti sendiri dari yang mereka

pelajari, dan bertanggung jawab atas hasil

belajarnya. Mereka membawa pengertiannya

yang lama dalam situasi belajar yang baru.

Mereka sendiri yang membuat penalaran atas

apa yang dipelajarinya dengan cara mencari

makna, membandingkannya dengan apa yang

telah ia ketahuai serta menyelesaikan

ketegangan antara apa vang telah ia ketahuai

dengan apa yang ia perlukan dalam

pengalaman yang baru. Belajar juga

merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajari dengan pengertian yang sudah

Page 8: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 3 Jurnal Biology Education

dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan. Menurut Mackinnu, A. (2001)

proses tersebut antara lain bercirikan:

(1) Belajar berarti membentuk makna. Makna

diciptakan oleh siswa dan apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

Konsrtruksi arti itu dipengaruhi oleh

pengertian yang telah ia punyai.

(2) Konstruksi arti itu adalah proses yang

terus-menerus. Setiap kali berhadapan

dengan fenomena atau persoalan yang

baru, diadakan rekonstruksi, baik secara

kuat maupun lemah.

(3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan

fakta, melainkan lebih suatu pengembang-

an pemikiran dengan membuat pengertian

yang baru. Belajar bukanlah hasil per-

kembangan, melainkan merupakan per-

kembangan itu sendiri, suatu perkembang-

an yang menuntut penemuan dan peng-

aturan kembali pemikiran seseorang.

(4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi

pada waktu skema seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran

lebih lanjut. Situasi ketidak seimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik

untuk memacu belajar.

(5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman

pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan-

nya.

(6) Hasil belajar seseorang tergantung pada

apa yang telah diketahui si pebelajar:

konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang

mempengaruhi interaksi dengan bahan

yang dipelajari. Menyimak uraian tersebut di atas, maka

dapat disimpulkan beberapa keunggulan

proses pembelajaran melalui pendekatan STS

jika dibandingkan dengan proses pembelajaran

konvensional, antara lain;

(1) Masalah atau isu yang terkait dengan

konsep yang sedang dipelajari diidentifikasi

oleh siwa.

(2) Keterlibatan siswa lebih aktif, karena

mereka harus mencari informasi yang

berguna untuk memecahkan masalah.

(3) Proses belajar dapat melampaui apa yang

tertera dalam kurikulum.

(4) Proses pembelajaran dapat melampaui

batas waktu, ruang kelas, dan sekolah.

3. Hakikat Sains-Teknologi-Society (STS)

Sund (1991) menyatakan sains sebagai

bidang ilmu (body of knowledge) yang

dibentuk melalui proses inkuari yang terus

menerus, yang diarahkan oleh masyarakat

yang bergerak dalam bidang sains. Sains lebih

dari sekedar pengetahuan (knowledge). Sains

merupakan suatu upaya manusia yang meliputi

operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan

(curiosity), keteguhan hati (courage), ketekun-

an (persistence) yang dilakukan oleh individu

untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains

juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang

dilakukan oleh ahli sains ketika melakukan

kegiatan penyelidikan limiah.

Roy, R. (1995) menyatakan bahwa

sains (IPA) terdiri dan empat komponen yaitu:

sains sebagai produk, sains sebagai proses,

sains sebagai sikap, dan sains sebagai

teknologi. Diantaranya ada dua komponen

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya

yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai

proses. Sains merupakan kumpulan pengetahu-

an yamg meliputi fakta-fakta, konsep-konsep,

hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori

yang disebut produk sains, dan sains sebagai

keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahu-an disebut proses sains.

Teknologi adalah aplikasi dari prinsip-

prinsip sains sehingga menghasilkan suatu

yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi

prinsip-prinsip ini bisa terdapat dalam bidang

teknik maupun sosial. Melalui aplikasi ilmiah,

sains menemukan arti sosialnya, bukan hanya demi kepuasan intelektual ilmuawan semata-

mata. Dalam perkembangan selanjut-nya,

bukan hanya teknologi yang meng-gantungkan

diri pada penemuan-penemuan sains (IPA),

melainkan sebagai perkembang-an sains

mengikuti irama perkembangan teknologi.

Dengan memanfaatkan hasil-hasil inovasi

teknologi penelitian sains semakin ber-

kembang cepat, dan berbagai perspektif baru

semakin terbuka lebar. Interaksi dan

interdependensi antara sains dan teknologi

membuat keduanya tidak bisa dipisahkan.

Perkembangan sains dan teknologi baik

langsung maupun tidak langsung akan ber-

pengaruh terhadap masyarakat.

Masyarakat didefinisikan sebagai

kumpulan manusia yang berada pada suatu

tempat dengan berbagai fungsi dan peran

masing-masing serta mempunyai keter-gantungan satu sama lain.

Page 9: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 4 Jurnal Biology Education

4. Penerapan Pendekatan Pembelajaran

STS dalam Pembelajaran Sains

Menurut Sabar Nurohman (2007)

model atau strategi pembelajaran STS adalah

sebagai berikut:

(1) Dalam kegiatan program STS dimuncul-kan isu atau masalah lebih dahulu yang

digali dari pendapat peserta didik. Bila

terlatih dalam melakukan kegiatan ini

menyebabkan peserta didik lebih peduli

terhadap lingkungannya, sadar terhadap

dampak positip dan negatif suatu

teknologi, rnenyadari adanya nilai yang

dianut dalam masyarakat, kreatif dalam

mencari masalah dan penyelesaian

masalah. Kemampuan ini sering dikatakan

merupakan ef'ek dalam belajar sains.

(2) Selanjutnya dilakukan kegiatan

eksplorasi misalnya dengan mengumpul-

kan data, observasi, interpretasi, prediksi,

mengukur dan membuat model. Data

eksplorasi ini kemudian didiskusikan, Dari

diskusi dan pengenalan konsep atau

konsep-konsep lain yang berkaitan dengan fenomena yang diselidiki diperoleh ide

konsep yang dipelajari sehingga terjadi

pembentukan konsep pada peserta didik.

Mungkin juga terjadi perubahan konsepsi

apabila peserta didik sebelumnya telah

memiliki konsepsi tertentu atau terjadi

pembentukan konsep lain sebagai hasil

diskusi.

(3) Konsep yang telah terbentuk ini dapat

diaplikasi atau diekspansi pada situasi lain.

(4) Suatu hal penting yang tidak boleh

dilupakan oleh guru adalah sebelum

pertemuan berakhir, guru perlu memberi-

kan rangkuman atau ulasan tentang

konsep-konsep yang benar sehingga tidak

terjadi salah konsep di antara peserta

didik.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan

oleh guru mencakup evaluasi hasil belajar

dan evaluasi pembelajaran sekaligus.

Evaluasi hasil belajar menekankan kepada

diperolehnya informasi tentang seberapa-kah perolehan siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan.

Sedangkan evaluasi pembelajaran merupa-kan proses sistematis untuk memperoleh

informasi tentang keefektifan proses pem-

belajaran dalam membantu siswa men-capai tujuan pengajaran secara optimal.

5. Langkah-Langkah Pendekatan STS

Menurut Barba, R. (1995), Pendekatan

Science Technology Society (STS) meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap ke-1 (Inisiasi/Memulai), yaitu pada pendahuluan dikemukakan isu-

isu masalah yang ada dalam

masyarakat yang dapat digali dari

siswa, tetapi jika guru tidak berhasil

memperoleh tanggapan dari siswa

maka guru dapat langsung

mengemukakan sendiri.

2. Tahap ke-2 (Pembentukan Konsep),

yaitu dapat dilakukan melalui berbagai

pendekatan dan metode, misalnya

pendekatan ketrampilan proses, pen-dekatan sejarah, metode demonstrasi,

eksperimen, observasi lingkungan dan

lain-lain. Diharapkan pada akhir tahap

ke-2 ini siswa menemukan konsep-

konsep yang benar atau merupakan

konsep-konsep para ilmuan.

3. Tahap ke-3 (Aplikasi Konsep), yaitu

konsep-konsep yang telah dipahami

siswa dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Tahap ke-4 (Pemantapan Konsep),

yaitu selama proses pembentukan konsep dan aplikasi konsep, guru perlu

meluruskan dan mengarahkan jika

terjadi miskonsepsi selama kegiatan

berlajar berlangsung. Apabila tidak

terjadi miskonsepsi maka guru tetap

melakukan pemantapan konsep yaitu

berupa penekanan pada kata-kata

kunci yang penting diketahui siswa

dalam bahan kajian tertentu. Hal ini

dilakukan karena konsep-konsep kunci

yang ditekankan pada akhir pem-

belajaran akan meningkatkan daya

ingat siswa.

5. Tahap ke-5 (Penilaian), yaitu terdiri

dari enam ranah yang terlibat dalam

Pendekatan Science Technology

Society (STS) yang dapat dirinci

sebagai berikut:

a. Konsep, fakta, generalisasi yang

diambil dari bidang ilmu tertentu. b. Proses diartikan dengan bagaimana

proses memperoleh konsep.

c. Kreatifitas mencakup lima prilaku

individu, yaitu:

(1) Kelancaran merupakan ke-

mampuan seseorang dalam

Page 10: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 5 Jurnal Biology Education

menunjukkan banyak ide untuk

menyelesaikan masalah.

(2) Fleksibilitas yaitu kreatifitas

dan mampu menghasilkan ber-

bagai macam ide diluar ide yang biasa dilakukan orang.

(3) Orginilitas yaitu seseorang

yang memiliki orginilitas

dalam mencobakan suatu ide

dan memiliki kekhasan yang

berbeda dibandingkan dengan

individu lain.

(4) Elaborasi yaitu seseorang

memiliki kemampuan elaborasi

mampu menerapkan ide-ide

secara rinci.

(5) Sensitivitas yaitu kemampu-an

kreatif terakhir adalah peka

terhadap masalah atau situasi

yang ada di lingkungannya.

d. Aplikasi konsep dalam kehidup-an

sehari-hari.

e. Sikap yaitu mencakup menyadari

kebesaran Allah SWT, menghargai

hasil penemuan ilmuan dan penemu produk teknologi, juga

menyadari kemungkinan adanya

dampak produk teknologi, peduli

terhadap masyarakat yang kurang

beruntung dan memelihara

kelestarian lingkungan.

f. Cenderung untuk ikut melaksana-kan tindakan nyata apabila terjadi

sesuatu dalam lingkungannya yang

memerlukan peran sertanya

(Asiyah, 2010).

6. Karakteristik Pendekatan Science

Technology Society (STS) Menurut Yager dalam Keni Agustina

(2011), secara umum pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan STS memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat

yang memiliki kepentingan dan dampak

2. Penggunaan sumber daya setempat

(manusia, benda, lingkungan) untuk men-

cari informasi yang dapat digunakan dalam

memecahkan masalah.

3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam

mencari informasi yang dapat diterapkan

untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kesempatan bagi siswa untuk berperan

sebagai warga negara dimana ia mencoba

untuk memecahkan masalah-masalah yang

telah diidentifikasi.

5. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi

berdampak pada masyarakat di masa

depan. 6. Kebebasan atau otonomi dalam proses

belajar.

Pembelajaran sains dengan pendekat-

an STS yang dikembangkan tidak mengubah

pokok-pokok bahasan yang ada dalam

kurikulum, tetapi membantu mem-perjelas

pemahaman siswa terhadap pokok-pokok

bahasan yang harus dikuasai. Kelebihan

pendekatan STS dilihat dari tujuan yang

diungkapkan oleh Rumansyah (2006) yaitu

sebagai berikut:

1. Siswa mampu menghubungkan realitas

sosial dengan topik pembelajaran di

dalam kelas.

2. Siswa mampu menggunakan berbagai

jalan atau perspektif untuk mensikapi

berbagai isu atau situasi yang

berkembang di masyarakat berdasarkan

pandangan ilmiah.

3. Siswa mampu menjadikan dirinya se-

bagai warga masyarakat yang memiliki

tanggung jawab social (Sabar, 2007).

7. Pembelajaran Materi Lingkungan Hidup

Dengan Pendekatan STS

Pembelajaran materi lingkungan hidup

dengan pendekatan STS pada prinsipnya

berbeda dengan pendekatan belajar IPA secara

tradisional. Gerak STS tampaknya didorong

oleh rasa ingin tahu untuk mempelajari

lingkungan hidup melalui isu-isu sosial di

masyarakat (Sabar:2007).

Materi lingkungan hidup adalah materi

yang cakupannya sangat luas, sehingga siswa

cenderung menghafal konsep yang diberikan

oleh guru tanpa mengetahui prinsip dasar dari

materi lingkungan hidup tersebut. Pembelajar-

an materi lingkungan hidup dapat dimulai

dengan mengangkat isu-isu dalam kehidupan

sehari-hari yang menyangkut tentang

lingkungan hidup. Pembelajaran dengan

pendekatan STS ini adalah pendekatan

pembelajaran yang berusaha mengaitkan

pembelajaran dengan dunia nyata (Mackinnu,

A., 2001). Berusaha memadukan pemahaman

tentang dunia alam (sains) dengan dunia buatan manusia (teknologi) dan dunia sosial

dari pengalaman siswa sehari-hari dalam

lingkungan masyarakat.

Page 11: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 6 Jurnal Biology Education

Seorang guru diharapkan dapat

menerapkan tahap-tahap pendekatan STS

dalam pembelajaran materi lingkungan hidup

yaitu: tahap inisiasi/memulai, tahap pem-

bentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep dan tahap penilaian.

Tahap-tahap pendekatan STS pada

pembelajaran materi lingkungan hidup, yaitu

1. Tahap Inisiasi/Memulai, yang dimulai

dengan menyampaikan tujuan pem-

belajaran yaitu siswa dapat memahami

tentang lingkungan hidup secara

keseluruhan, mengangkat isu-isu

dalam masyarakat tentang lingkungan

hidup dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk membangkitkan

pengetahuan awal siswa. Misalnya

guru menanyakan, “Bagaimana keada-

an lingkungan hidup di lingkungan

kita sekarang ini?. Guru membantu

siswa mengidentifikasi masalah-

masalah dengan menjelaskan bahwa

berbagai fenomena alam yang terjadi

sekarang ini dapat merusak lingkung-

an hidup seperti banjir yang diakibat-kan lahan untuk penyerapan air se-

makin sempit akibat meluasnya peng-

gunaan lahan untuk pembangunan

seperti yang terjadi di kota-kota besar.

Kerusakan lingkungan hidup juga

disebabkan oleh kegiatan manusia

yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab seperti penebangan liar dan

pembakaran hutan.

2. Tahap Pembentukan Konsep, yaitu

pada tahap ini guru membantu siswa

untuk memilih masalah lingkungan

hidup yaitu penyebaran tumbuhan

tidak merata dalam pekarangan

sekolah, ada tempat-tempat yang

didominasi rumput dan ada tempat

yang populasi rumputnya sedikit.

Daerah yang terbuka lebih banyak

ditemukan rumput dari pada daerah

yang ternaung oleh tumbuhan lain.

Biasanya daerah yang ditumbuhi

banyak tumbuhan dan rumput jarang

tergenang air bila musim hujan karena

tumbuhan dapat menyerap dan

menyimpan air untuk kebutuhan

hidupnya. Siswa juga harus bisa

membedakan yang mana yang dikatakan populasi, komunitas,

lingkungan hidup, habitat dan relung,

dengan cara melakukan pengamatan di

lingkungan sekolah dan kemudian

mengisi LKS yang sudah dibagikan.

3. Tahap Aplikasi Konsep, yaitu pada

tahap ini guru mengarahkan siswa

untuk menganalisis dan mengaplikasi-kan materi lingkungan hidup yang

telah dipahami dengan lingkungan

hidupnya. Disini, siswa tidak hanya

mengamati lingkungan hidup yang ada

di lingkungan sekolah tetapi juga

dikaitkan dengan lingkungan hidup-

lingkungan hidup yang lain yang ada

di sekitar tempat tinggal siswa, seperti

lingkungan hidup sawah, sungai,

kebun, kolam, laut dan sebagainya.

Misalnya siswa menyebutkan

populasi-populasi apa saja yang

menyusun lingkungan hidup sawah,

yang tentunya berbeda dengan

populasi-populasi yang ada di

lingkungan hidup lingkungan sekolah.

Siswa juga diarahkan supaya lebih

menjaga dan memelihara lingkungan

hidup.

4. Tahap Pemantapan Konsep, yaitu pada

tahap ini guru memberi penjelasan

terhadap kata-kata kunci yang sulit

dipahami siswa seperti kata populasi, komunitas, lingkungan hidup, habitat

dan nisia. Guru melakukan

pemantapan konsep berupa penekanan

pada kata-kata kunci yang penting

diketahui siswa untuk meningkatkan

daya ingat siswa.

5. Tahap Penilaian, yaitu pada tahap ini

guru mengevaluasi pemahaman siswa

terhadap konsep lingkungan hidup dan

menilai perasaan siswa apakah peka

terhadap masalah atau situasi yang ada

di lingkungannya atau tidak dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Siswa dapat menyadari kebesaran

Allah SWT dan mengahargai hasil

produk teknologi dan menyadari

dampak dari kemajuan teknologi

Kesimpulan

Pembelajaran sains hendaknya lebih menekankan aplikasih sains dalam kontek

sahari-hari. Pembelajaran sains pada tingkat

SMP/MTs hendaknya didesain lebih inovatif,

kreatif, lebih aplikatif dan mendorong siswa

berfikir tingkat tinggi (higher order thinking).

Pendekatan Science Technology Society

merupakan salah satu pendekatan yang

Page 12: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 7 Jurnal Biology Education

menghubungkan antara pembelajaran sains di

dalam kelas dengan kemajuan teknologi dan

perkembangan masyarakat yang ada disekitar

siswa. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih

untuk memadukan pemahamannya tentang dunia alam (sains) dengan dunia buatan

manusia (teknologi) dan dunia sosial melalui

pengalaman siswa sehari-hari dalam

lingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan

pendekatan STS menekankan pada

penguasaan proses IPA, berpikir kreatif, dan

pembentukan sikap ilmiah. Dengan

penguasaan semua ranah tersebut diharapkan

terjadi peningkatan life skill siswa.

Pembelajaran sains dengan pendekat-

an STS akan mengarahkan pada proses belajar

sains yang bermakna (meaningfull learning).

Belajar sains bagi siswa tidak saja bermanfaat

bagi perkembangan sains itu sendiri, tetapi

bagaimana sains itu dapat digunakan untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari untuk meningkatkan kualitas hidup.

Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan

STS, siswa diarahkan untuk literasi sains dan

teknologi, artinya siswa dapat memahami dari segi sains, teknologi, dan lingkungan sekitar-

nya, yang penuh dengan produk teknologi

serta dampak-dampak yang ditimbulkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pem-

belajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Asiyah. 2010. Penerapan Metode Pem-belajaran

Portofolio dengan Pendekatan Science

Technology Society pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA

Negeri 15 Semarang, (online),diakses

dari: http://digilib.unnes.ac.id.

Barba, R. 1995. Science in the Multicultural

Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Hidayat, Eddy.M. 1996. Sains-Teknologi-

Masyarakat. Makalah disampaikan

dalam Seminar Literasi Sains dan

Teknologi Siswa Pendidikan Dasar,

tanggal 13 Agustus 1996 di Jakarta.

Jailani. 2007. Pengaruh Pendekatan Sains

Tecnology Society Terhadap Hasil

Belajar dan Aktifitas Belajar Sains

Siswa. Jurnal Giralda Vol.VII. No.2,

15-22.

Joyce, B., Weil, M. & Showers,. (1992).

Models of Teaching. London: Prentice-Hall

International.

Keni Agustina. 2011. Pendekatan Sain

Teknologi Masyarakat Dalam Pem-belajaran IPA di SD Charitas Pondok

Labu, (online), diakses dari:

http://lib.atmajaya.ac.id.

Mackinnu, A. 2001. Comparison of Learning

Outcomes Between Taught Class Whit

a STS Aproach and Textbook

Orientation. Unpublished Doctoral

Dissertation, University of Iowa.

Mardana Putu. 2001. Implementasi Model

Pengajaran Sains dengan Pen-dekatan

Generatif Berorientasi Science

Technology Society (STS) Dalam

Upaya Meningkatkan kualitas

pembelajaran Fisika di SMU. Jurnal

Pendidikan No. 0215-8250, 34. Bali:

Singaraja, 2001.

Roy, R. 1995. The Science/Technology/

Society Conection. Curriculum Review. 24(3)

Rumansyah. 2006. Pendekatan Sains

Teknologi Maysarakat (STS) Dalam

Pembelajaran Kimia di Kalimantan

Selatan. Balitbang: Depdiknas.

Sabar Nurohman. 2007. Penerapan Pendekat-an Science Technology Society (STS)

dalam Pembelajaran IPA Sebagai

Upaya Peningkatan Life Skills Siswa ,

(2007) (online), diakses dari http://

shobru.files.wordpress.com/2008/08/li

fe-skills.pdf.

Sund, R.B. (1981) Becoming a Seondary School Science Teacher. Colombus.

Ohio: Charles-E. Memil Publishing

Company.

Yager, R.E. 1992. The STS Aproach Parallels

Constructivist Practice. Science

Education International, Vol.3, No.

2. hal 1-13.

Page 13: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 8 Jurnal Biology Education

PENARAPAN KALKULUS INTEGRALPADA BIDANG BIOLOGI

Burhanuddin AG

(Staf Pengajar Prodi Pendidikan Matematika FKIP-USM Banda Aceh)

Abstrak: Kalkulus Integral banyak digunakan untuk bidang studi-bidang studi lainnya, seperti bidang

teknik, pertanian, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Isaac Newton dan Gottfried Leibniz di abad ke-

17 telah merumuskan prinsip-prinsip integrasi secara independen. Melalui teorema dasar kalkulus,

yang mereka kembangkan sendiri, integrasi terhubung dengan diferensiasi: jika f adalah fungsi

bernilai real yang kontinu didefinisikan pada interval tertutup [ ]ba, , maka sekali F antiturunan dari f

diketahui, integral tertentu dari f diberikan oleh

∫ −=b

aaFbFdxxf )()()( .

Selanjutnya, akan dibahas tentang penggunaan integral tentu pada bidang biologi.

Kata kunci: kalkulus integral, integral tentu, biologi.

Pendahuluan

Georg Friedrich Bernhard Riemann (1826-

1866) yang memberikan definisi modern untuk

integral tentu, yaitu: tentang jumlah Riemann

sebagai jumlah luas siku empat. Konsep dasar

integral berbatas (integral tentu) atau integral

Riemann sesungguhnya telah diperkenalkan oleh Archimedes dalam abad ketiga sebelum

Masehi dalam usahanya menghitung luas

daerah pada bidang datar yang dibatasi oleh

kurva-kurva kontinu. Namun, sebelum

Riemann memberikan definisi modern untuk

integral tentu pada abad ketujuhbelas Newton

dan Leibniz menemukan teorema yang dalam banyak hal mampu menghitung integral

tertentu dengan lebih ringkas tanpa melalui

pelimitan jumlah Riemann. Teorema ini diberi

nama Teorema Dasar Kalkulus (TDK) dan

berfungsi sebagai jembatan antara kalkulus

diferensial dengan kalkulus integral. Kita

ketahui bahwa kalkulus integral yang telah dikenal jauh lebih awal daripada kalkulus

diferensial. Selanjutnya, akan kita perkenalkan

teorema dasar kalkulus pertama dan kedua.

Teorema Dasar Kalkulus

Teorema Dasar Kalkulus Pertama yang di-

perkenalkan oleh Newton dan Leibniz. Kata

dasar yang terdapat dalam teorema ini yang

berarti menghubungkan antara turunan dan

integral tentu, jenis limit terpenting yang

sudah kita pelajari selama ini. Teorema Dasar

Kalkulus Pertama menurut Newton dan

Leibniz dalam Purcel (1984) sebagai berikut:

Teorema A (Pendiferensialan suatu Integral

Tentu) Purcell (1984)

Andaikan f kontinu pada interval tertutup

[ ]ba, dan andaikan x sebarang titik

(variabel) dalam [ ]ba, . Maka

)()(0

xfdttfDx

x =

Bukti:

Jika ,)()( ∫=x

adttfxF kita harus mem-

perlihatkan bahwa

)()()(

lim)(0

' xfh

xFhxFxF

h=

−+=

Sekarang, menurut Teorema 5.7A (sifat

pembatasan selang) dalam Purcell (1984)

diperoleh

∫ ∫ ∫+ +

=−=−+hx

a

x

a

hx

adttfdttfdttfxFhxF )()()()()(

Anggap untuk saat ini bahwa 0>h dan

andaikan m dan M masing-masing adalah nilai

minimum dan maksimum f pada selang

],[ hxx + (gambar 1). Menurut Teorema 5.7B

(sifat keterbatasan) dalam Purcell (1984),

Page 14: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 9 Jurnal Biology Education

Mhdttfmhhx

a≤≤ ∫

+)(

atau

MhxFhxFmh ≤−+≤ )()(

Dengan pembagian oleh h, kita peroleh

Mh

xFhxFm ≤

−+≤

)()(

Sekarang m dan M sebenarnya tergantung

kepada h. Lebih lanjut, karena f kontinu, maka

m dan M dua-duanya harus mendekati )(xf

bila 0→h . Sehingga, menurut Teorema

Jepit,

)()()(

lim0

xfh

xFhxF

h=

−+

→atau )()(' xfxF = .

Karena 0<h ditangani secara serupa.

Teorema B (Teorema Dasar Kalkulus

Kedua) Purcell (1984)

Misalkan f kontinu (karenanya ter-

integrasikan) pada ],[ ba dan misalkan F

sebarang anti turunan dari f pada ],[ ba .

Maka ).()()( aFbFdttfx

a−=∫

Bukti:

Misalkan bxxxxxaP nn =<<<<<= −1210 ...:

adalah partisi sebarang dari ],[ ba . Maka

operasi “kurangkan dan tambahkan” yang

baku memberikan

∑=

−−−

−=

−++−+−=−n

i

ii

nnnn

xFxF

xFxFxFxFxFxFaFbF

1

1

01211

)]()([

)()(...)()()()()()(

Menurut teorema nilai rata-rata untuk turunan

yang diterapkan di F pada selang ],[ 1 ii xx − ,

iiiiiii xxfxxxFxFxF ∆=−=− −− )())(()()( 11

untuk suatu pilihan ix dalam selang terbuka

),( 1 ii xx − .

Jadi, ∑=

∆=−n

i

ii xxfaFbF

1

)()()( .

Pada ruas kiri kita mempunyai sebuah

konstanta; pada ruas kanan kita mempunyai

jumlah Riemann untuk f pada ],[ ba . Bilamana

kedua ruas diambil limitnya untuk 0→P ,

kita peroleh

∫∑ =∆=−=

b

a

n

i

iiP

dxxfxxfaFbF )()(lim)()(

10

.

Penggunaan Integral Tentu Pada Bidang

Biologi

Sejauh ini belum banyak contoh peng-

gunaan integral tentu di bidang Biologi yang

dapat dibahas. Hal ini, mungkin karena jenis

fungsi yang banyak digunakan di bidang

biologi masih sedikit dibicarakan. Berikut ini

akan dibahas tentang penggunaan integral

tentu pada bidang biologi yang dapat kita

anggap cukup memadai.

Pengukuran keluaran darah dari jantung

Gentry, R.D (dalam Martono, 1993)

melaku-kan eksperimen pengukuran keluaran

darah dari jantung, salah satu cara yang dikenal sebagai metode pengenceran zat

warna, dilakukan sebagai berikut. Sejumlah

tertentu zat warna disuntikkan ke dalam suatu

pembuluh darah atau ke dalam jantung bagian

kanan. Selanjutnya, zat warna itu akan

mengalir bersama-sama dengan darah melalui

jantung terus ke paru-paru, kembali ke jantung, dan keseluruh sistem pembuluh darah.

Pada suatu pembuluh darah rambut tertentu

keadaan zat warna dipantau secara terus

menerus sampai 30 detik setelah penyuntikan

dilakukan. Konsentrasi zat warna yang melalui

pembuluh darah rambut yang dipantau itu

dianggap sebagai suatu fungsi dari waktu,

).(tC keluaran jantung didefinisikan sebagai

volume darah yang dipompa jantung per menit

dan besarnya adalah perbandingan antara dua

kali banyaknya zat warna yang disuntikkan

dengan konsentrasi rata-rata zat warna yang

dipantau itu selama periode waktu 30 detik,

yaitu:

tliter/meni

)(

n)disuntikka yang zat warna (banyaknya 2 darah Keluaran

30

030

1 ∫=

dttC

Integral ∫30

0)( dttC diperkirakan dengan meng-

gambarkan kurva konsentrasi zat warna dalam

periode waktu 30 detik pada kertas grafik

baku.

x hx +

)(xf

)(tfy =

x

m

M

1Gambar

y

Page 15: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 10 Jurnal Biology Education

Misalkan pada suatu percobaan seperti itu

telah disuntikkan 5 mg zat warna pada waktu

0=t , dan dari kurva konsentrasi diperoleh

<<−+−

≤≤≤≤= − 18t0untuk ,102645340

3018atau 3t0untuk ,0)( 323 ttt

ttC

Sketsa kurva )(tC dilakukan pada gambar 2.

Untuk menghitung keluaran jantung, kita

hitung nilai rata-rata

.)(30

1 30

0∫= dttCA

Karena 0)(3

0=∫ dttC dan juga 0)(

30

18=∫ dttC ,

maka nilai rata-rata A, menjadi

( )( )( )( )( )

( )[ ]

[ ]

[ ]1,59375

4.781,253

10

.

3

1.379,253.4023

310

1.379,253.4023

310

078.3)9(2

453)27(3

40)81(41

18.468)324(2

453)5.832(3

40)104.976(41

3

310

)3(026.12)3(2

4533)3(3

404)3(41

)18(026.12)18(2

4533)18(3

404)18(41

3

310

3

1810262

24533

3404

41

3

310

183 )026.14532403(

3

310

=

=

+−

=

−−−

=

−+−

−−+−−=

−+−

−−+−−=

−+−−

=

∫ −+−−

=

tttt

dttttA

Hasil pengintegralan ini dimasukkan pada

definisi keluaran jantung, yaitu:

n)(dibulatkak liter/deti 6,275

tliter/meni 39216,27450980

tliter/meni 59375,1

10

tliter/meni 59375,1

(5) 2 darah Keluaran

==

=

=

Jadi, keluaran darah dari jantung kira-kira

sebesar 6,275 liter/menit.

Mengubah energi menjadi gerak otot

Gentry, R.D (dalam Martono, 1993) Jika

se-seorang melakukan pekerjaan berat, maka energi yang diubah menjadi gerakan otot,

terutama diambil dari adenosin trifosfat

(ATP), kreatin fosfat (CP), dan Glikogen yang

disimpan di dalam jaringan otot. Zat-zat kimia

ini akan diganti kembali oleh tubuh ke dalam

bentuk semula dan disimpan kembali ke dalam jaringan otot. Proses pemulihan ini merupakan

suatu proses acrobik, yaitu suatu proses yang

memerlukan oksigen. Untuk mempertahankan

keseimbangan, tubuh harus menggantinya

sebanyak energi yang digunakan pada pe-

kerjaan itu. Karena energi dapat dipakai dalam

jangka waktu yang singkat dalam jumlah yang

besar, sedangkan pemasukan oksigen terbatas

akibat terbatasnya kapasitas paru-paru, maka

biasanya proses metabolisme oksidatif, yaitu

proses pemulihan energi tadi masih terus ber-

langsung walaupun pekerjaan yang memerlu-

kan energi itu sudah selesai. Keadaan ini

diperagakan pada gambar 3 yang meng-

gambarkan kurva laju pengeluaran energi, ,'E

dan metabolisme oksigen, 'O , pada suatu

interval yang memuat interval selama

pekerjaan dilakukan.

Pada gambar 3 tersebut dapat dilihat

bahwa laju pemakaian energi, )(' tE adalah

konstanta (normal) sampai waktu At = saat

pekerjaan mulai dilakukan. Kemudian )(' tE

bernilai lebih besar dari satu daripada interval

tertutup ],[ BA , yaitu interval waktu di-

lakukannya pekerjaan, dan kembali normal

lagi untuk Bt > . Laju metabolisme oksigen,

)(' tO , juga konstan (normal) At = .

Kemudian )(' tO naik selama waktu pekerjaan

dilakukan, ],[ BA , dan turun lagi pada interval

],[ CB .

Keseimbangan energi menghendaki

banyaknya energi yang dikeluarkan sama

dengan banyaknya energi yang dihasilkan dari

metabolisme oksigen. Banyaknya energi yang

dikeluarkan sama dengan

∫=B

AdttEE )('

sedangkan banyaknya energi yang dihasilkan

dari metabolisme oksigen sama dengan

∫=C

AdttOO )(

'

Sekarang timbul pertanyaan: Berapa

lamakah proses metabolisme oksigen

berlangsung sebagai akibat dari pekerjaan itu?

Atau dengan perkataan lain: Berapakah

panjang interval pemulihan ],[ CB ?

0 3 6 9 12 15 18

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

mlmg 100/C

)detik(T+ + + + + +

+

+

+

+

+

+

C(t)yGrafik Sketsa 2Gambar =

Page 16: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 11 Jurnal Biology Education

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus

membuat beberapa anggapan mengenai bentuk

fungsi 'E dan 'O . Misalnya, seseorang

dianggap bekerja selama 2 menit, dengan

,2=A ,4=B sedangkan )(' tE didefinisikan

sebagai:

≤≤−−

=lainnyauntuk t ,1

42untuk ,)3(45)(

2' tttE

Anggap pula C tidak diketahui dan fungsi

)(' tO didefinisikan sebagai:

≤≤

<≤−

<

=−

C untuk t ,1

C4untuk linear, fungsisuatu

4t2untuk ,3

2 untuk t ,1

)( 2

2)4('

ttO

t

Supaya fungsi )(' tO kontinu, kita definisikan

3)4(' =O dan .1)(' =CO Dengan demikian

pada interval ],4[ C fungsi )(' tO didefinisikan

sebagai fungsi linear:

3)4()4(

)13()(

' +−−

−= t

CtO .

Oleh karena itu, banyaknya energi yang

dikeluarkan adalah:

31

34

34

3

343

34

3

34

4

2

2

7

)10()20(

))32(10())34(20(

2

4))3(5(

))3(45(

=

+−−=

−−−−−=

−−=

−−= ∫

tt

dttE

sedangkan banyaknya energi yang dihasilkan

dari metabolisme oksigen adalah

∫∫∫ +==CC

dttOdttOdttOO4

'4

2

'

2

' )()()( ,

sedangkan

32

322

6

3)42(

6

3)44(

4

26

3)4(

4

2 2

2)4(4

2

'

4

12

2.34.3

3

3)(

=

−=

−−

−=

−=

−=

−−

−∫∫

t

t

t

dtdttO

dan

[ ] [ ]

)4(2

82

123)4(

4.33

3

3)(

2

2)44(

42

2

2)4(

42

42

2)4(

42

4 )4(

)4(2

4

'

−=−=

−+−−=

+−

+=

+=

+=

−−

−−

−−

−−

∫∫

C

C

CC

C

t

dtdttO

C

C

C

Ct

C

C

C

tC

Oleh karena itu, 3

1032 2)4(24 −=−+= CCO

Akibatnya keseimbangannya, maka haruslah E

= O atau 3

1031 27 −= C , sehingga

316=C .

Jadi, diperlukan waktu 80 detik untuk

memulihkan energi yang terpakai akibat

bekerja selama 2 menit itu jika fungsi E dan

fungsi O dianggap berbentuk seperti di atas.

Pengukuran volume darah yang mengalir

dalam pembuluh darah

Diambil dari Martono (1993) Kalau tidak

ada pengaruh faktor tertentu seperti tekanan

dan kekentalan, darah akan mengalir melalui

pembuluh darah yang berbentuk selinder

dengan kecepatan aliran, v, yang bernilai mulai

dari hampir nol di dekat dinding pembuluh darah sampai nilai maksimum di tengah-

tengah selinder. Pada gambar 4 tampak

penampang melintang pembuluh darah dengan

suatu cincin dengan lebar dr (sangat kecil)

yang berjarak r dari pusat. Jika dibuat

anggapan bahwa kecepatan aliran darah hanya

tergantung pada r, maka volume darah yang

mengalir melalui cincin tadi per satuan waktu,

dV, adalah: ), 2( drrvdV π= yaitu hasilkali

kecepatan dengan luas cincin. Jika jari-jari pembuluh darah disebut R, maka volume darah

yang mengalir di seluruh penampang pem-

buluh darah itu per satu satuan waktu adalah

∫∫ ===

=

RRr

rdrvrdVV

00 2 π

0+ + +

+

+

+

+

+

1

2

5

3

4

Y

normal

A B C

bekerja

periode

pemulihan

periode

)(' tO

)(' tE

)(menitt

(t)Odan (t)EGrafik Sketsa 3Gambar ''

Page 17: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 12 Jurnal Biology Education

Kalau dimisalkan cmR 25,0= dan

det,/cm 40 5,2 2rv −= maka volume darah

yang mengalir pada pembuluh darah itu per

satu satuan waktu adalah

.det/ 64/5

4

)0(40

2

)0(5,2

4

)25,0(40

2

)25,0(5,22

4

40

2

5,22

)405,2(2

))405,2((2

3

4242

25,0

0

42

25,0

0

3

25,0

0

2

cm

rr

drrr

drrrV

π

π

π

π

π

=

−−

−=

−=

−=

−=

∫∫

Pengukuran banyak polutan yang

memasuki ekosistem

Diambil dari Martono (1993) Banyaknya

polutan yang memasuki suatu ekosistem dapat

bervariasi menurut waktu tergantung pada

berbagai faktor. Misalkan, banyaknya limbah

suatu pabrik yang dialirkan ke Danau pem-buangan dapat bertambah jika produksi pabrik

meningkat atau alat penyaring limbah pabrik

menjadi tidak efisien. Jika banyaknya limbah

yang terkumpul di suatu ekosistem setelah

satuan waktu disebut t, maka laju populasi

pada ekosistem itu sama dengan dt

dx, sehingga

banyaknya limbah yang terkumpul di dalam

ekosistem itu dari waktu at = sampai bt =

menjadi

( )∫=

=

bt

atdt

dtdx .

Jika suatu pabrik mengganti saringan

udara setiap 90 hari dan t hari setelah peng-gantian saringan udara banyaknya sulfur

dioksida yang terlepas ke udara adalah 10

25 t

satuan berat per hari adalah

( )∫90

0 1025 dtt .

Jadi, dimisalkan 10tu = , maka dtdu =10

dan 90,0 == tt masing-masing 9,0 == uu

sehingga integral menjadi

( )

berat.satuan 4500

250

250 52

9

0

23

32

9

0

1/290

0 10t

=

=

= ∫∫u

duudt

Jadi, banyak limbah yang terkumpul

ekosistem adalah 4500 satuan berat.

Kesimpulan

Dari kajian-kajian di atas, dapat kita

simpulkan bahwa:

Kalkulus Integral, khususnya integral tentu:

Teorema Dasar Kalkulus Kedua yakni Misal-

kan f kontinu (karenanya terintegrasikan) pada

],[ ba dan misalkan F sebarang anti turunan

dari f pada ],[ ba . Maka )()()( aFbFdttfx

a−=∫

, dapat digunakan dalam bidang biologi seperti

pada (1) Pengukuran Keluaran Darah dari

Jantung, (2) Mengubah Energi Menjadi Gerak

Otot, (3) Pengukuran Volume Darah yang

Mengalir dalam Pembuluh Darah, dan (4)

Pengukuran Banyak Polutan yang Memasuki

Ekosistem

Daftar Pustaka

Anton, H. 1988. Calculus with Analytic

Geometry. 5th ed. John Wiley & Sons.

New York.

Bers, L. and K. Frank. 1976. Calculus. 2th ed.

Holt, Rinehart and Winston, Inc. New

York.

De Sapio, R. 1976. Calculus for The Live

Sciences. W. H. Freeman and Co, San

Fransisco.

Gentry, R. D. 1978. Introduction Calculus for

Biological and Health Sciences. Ad-

dison Wesley Pub.Co, Inc. New York.

Grossman, S. I. and J. E. Turner. 1974. Mathematics for the Biological

Sciences. Macmillan and Publishing

Co, ddison Wesley Pub. Co, Reading

Massachusetts.

Leithold, L. 1986. The Calculus with Analytic

Geometry. 5th ed. Happer & Row,

Publishers Inc., New York.

r

R

dr

darahpembuluh penampang 4Gambar

Page 18: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 13 Jurnal Biology Education

Mizrahi, A. and M. Sullivan. 1979. Finite

Mathematics with Applications for

Business and Social Sciences, John

Wiley & Sons. New York.

Munem, M. A. and D. J. Foulis. 1978.

Calculus with Analytic Geometry.

Worth Publishers Inc., New York.

Purcell, E.J and Varberg, D. 1987. Calculus

with Analytic Geometry. 5th edition.

Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs,

New Jersey.

Totong Martono dan Krisna Murti Hasibuan,

1993. Matematika 1 (Untuk Ilmu-Ilmu

Pertanian, Kehidupan, dan Perilaku).

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Varberg, Purcel, and Rigdon, 2007. Calculus.

9th Edition. Prentice Hall, Inc.

Englewood Cliffs, New Jersey.

Shockley, J. E. 1971. The Brief Calculus with

Application in the Social Sciences.

Holt Rinehart and Winston, Inc. New

York.

Page 19: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 14 Jurnal Biology Education

AKTIVITAS ANTIBAKTERI

EKSTRAK BUAH LABAN (VITEX PINNATA LINN.)

Syafruddin*, Mutia*, Lukmanul Hakim**

* Jurusan Kimia, FKIP, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

** Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP, Universitas Serambi Mekkah

Banda Aceh.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak aktif antibakteri dari buah Laban (V. pinnata).

Sehingga penggunaan buah V. pinnata sebagai obat demam dan bisul oleh masyarakat secara

tradisional selama ini dapat dibuktikan secara klinis. Dengan demikian diharapkan buah V. pinnata

dapat direkomendasikan sebagai bahan baku obat-obatan modern. Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka telah dilakukan penelitian sejak Tanggal 17 Juni sampai 31 Oktober 2013 dengan tahapan-

tahapan berikut : A. Ekstraksi 2 Kg serbuk kering buah V. pinnata secara berturut-turut dengan pelarut

n-heksan dan MeOH. Dari hasil ekstraksi diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 400 gram dan ekstrak

MeOH 300 gram. Terhadap kedua ekstrak tersebut dilakukan uji antibakteri. B. Uji aktivitas

antibakteri dilakukan menurut urutan kerja sebagai berikut: 1. Penyediaan Media Agar (MHA Oxoid

dan NB Oxoid). 2. Penyediaan Bakteri Uji (Staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa, dan

Escherichia coli). 3. Uji Konsentrasi Hambat Minimum dengan Metode Perforasi. 4. Uji Aktivitas

Antibakteri dengan Metode Perforasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak methanol

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas

aeruginosa, dan Escherichia coli. Adapaun daya hambat ektrak methanol terhadap ketiga bakteri

tersebut berturut-turut Staphylococcus aureus (11,33-12,67 mm), Pseudomonas aeruginosa (11,33-15

mm), dan Escherichia coli (8-9,33 mm). Terhadap ketiga bakteri tersebut, pada konsentrasi tinggi (75% dan 100%) ekstrak methanol memiliki daya hambat yang besar terhadap bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Eksrak n-heksan tidak memiliki daya hambat terhadap

aktivitas bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli.

Kata kunci: Laban, Vitex pinnata, senyawa aktif antibakteri.

PENDAHULUAN

Laban (Vitex pinnata Linn.) atau

sinonimnya Vitex pubescens Vahl. merupakan

salah satu tumbuhan tinggi famili Verbenaceae

yang banyak tersebar di Indonesia dan di be-

berapa negara Asia lainnya, seperti Malaysia,

India, Srilanka, Bangladesh, Burma, Indo-

China, Thailand, dan Philipina (Lemmens et

al., 1995).

V. pinnata adalah tumbuhan tropis Asia

yang sangat berpotensi sebagai tumbuhan

obat. Hampir semua bagian tumbuhan dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Daun-

nya digunakan sebagai obat demam, hilang

selera makan, dan luka. Kulit batang dilapor-

kan dapat menyembuhkan sakit perut dan luka,

sedangkan akar digunakan sebagai obat sakit

perut (Ogata et al., 1995). Selanjutnya, Burkill

(1966) menyatakan bahwa air rebusan kulit V.

pinnata dapat menghilangkan sakit perut, dan

daunnya digunakan sebagai obat demam dan luka. Sedangkan di provinsi Aceh, tumbuhan

V. pinnata yang dikenal dengan nama “mane”

buahnya digunakan oleh masyarakat sebagai

obat bisul dan demam. Pendekatan etnobotanik ini memberikan suatu asumsi

bahwa tumbuhan V. pinnata mengandung

senyawa aktif terhadap sakit perut, luka,

demam dan bisul.

Demam dan bisul biasanya muncul

karena adanya peradangan atau infeksi yang

disebabkan oleh bakteri, terutama oleh bakteri

Staphylococcus aureus. Adanya infeksi bakteri

ini akan memicu timbulnya peradangan. Se-

makin parah infeksi, semakin hebat peradang-

an yang terjadi. Akibatnya gejala klinik yang

timbul juga semakin parah. Banyak faktor

yang bisa memicu infeksi Staphylococcus

aureus. Faktor kebersihan memegang peran

penting, baik kebersihan lingkungan maupun

kebersihan perseorangan (personal hygiene).

Faktor lain adalah penurunan daya tahan tubuh

yang disebabkan oleh banyak hal, beberapa

diantaranya adalah kurang gizi, anemia,

diabetes, penyakit keganasan (kanker), dan penyakit lainnya. Biasanya, faktor-faktor

pemicu tidak berdiri sendiri, namun ber-

kombinasi satu sama lain. Misalnya, seseorang

Page 20: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 15 Jurnal Biology Education

mempunyai daya tahan tubuh rendah, juga

mempunyai gaya hidup yang kurang bersih,

serta asupan gizinya kurang (www.

mediamedica.com diakses tgl. 2 Maret 2012).

Penggunaan buah V. pinnata sebagai obat tradisional untuk mengobati, demam dan

bisul oleh masyarakat Aceh terutama yang

hidup di pedesaan selama ini tidak didukung

oleh uji klinis, tetapi hanya didasarkan pada

pengalaman empiris yang telah diwariskan

secara turun temurun. Hasil penelusuran

pustaka yang peneliti lakukan, belum ada

penelitian dan publikasi nasional maupun

internasional tentang uji aktivitas anti bakteri

terhadap buah V. Pinnata.

Berdasarkan uraian di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dalam lingkup isolasi dan penentuan struktur

senyawa aktif anti bakteri ekstrak buah Laban

(V. Pinnata). Adapun bakteri uji yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah

Staphylococcus aureus, pseudomonas aerugi-

nosa, dan Escherichia coli.

Suksamrarn dan Sommechai (1993) telah mengisolasi tiga jenis ekdisteroid dari

kulit batang V. Pinnata, yaitu pinnatasteron (1)

yang merupakan ekdisteroid baru. Sedangkan

dua lainnya, yaitu 20-hidroksiekdison (2) dan

turkesteron (3) merupakan ekdisteroid yang

sudah banyak ditemukan dalam V. rehmani, V.

sereti, V.madiensis, V.thyrsiflora, V.

megapotamica, V. Canescens (Suksamrarn, et

al., 1993, 1995, 1997), V. glabrata

(Werawattanametin, et al., 1986), dan V.

stricker (Zhang, et al., 1992). Douk (1967)

melaporkan bahwa pada daun V. Pinnata

mengandung senyawa sianogen dan flavonoid.

O

Me

Me

OH H OH

Me

Me

OH

OH

Me

H

HO

HO

O

OH

OH

H

HO

HO

OH R2

R3

R1

12

34

56 7

89

10

1112

13

14

15

16

17

18

19

20

2122

2324

2526

27

(1) (2) R1 = R

2 = R

3 = OH

(3) R1 = R3 = O H, R2 = H

Gambar 1. Senyawa Ekdisteroid yang sudah diisolasi dari kulit batang V. pinnata asal

Thailand (Suksamrarn dan Sommechai, 1993).

Dari telaah literatur yang telah peneliti lakukan

ternyata belum ada penelitian dan publikasi

tentang kandungan kimia buah laban (V.

pinnata). Hasil penapisan fitokimia dari buah

laban (V. pinnata) ternyata mengandung

senyawa golongan steroid, triterpen, flavonoid,

dan tanin. Senyawa yang akan diteliti lebih

lanjut adalah golongan flavonoid karena

berdasarkan hasil pengamatan (semi kuantitaf)

kandungannya terbanyak, dan senyawa

flavonoid pada umumnya mempunyai

spektrum aktivitas yang luas seperti

antibakteri, antitumor, atikanker, antialergi,

sitotoksit, dan antihipertensi (Nomura, et al.,

1998).

METODE

Umum. Untuk menentukan kemurnian

isolat dilakukan pengukuran titik leleh dengan

menggunakan alat penetapan titik leleh mikro

Fisher Johns Melting Point dan analisis

Kromatografi Cair Kineja Tinggi (C-18

dengan panjang kolom 12.50 mm, diameter

0,4 mm dan tekanan pompa 5,6 Kgf/cm2).

Spektrum UV dan IR diukur masing-masing

dengan menggunakan spektrometer UV-210 A

Shimadzu dan FTIR-8510 A Shimadzu.

Spektrum 13C NMR dan 1H NMR diukur

masing-masing dengan menggunakan

spektrometer Jeol JNM PNX 400 MHz dan

Unity Plus Varian 400 MHz, menggunakan

CDCl3 sebagai pelarut. Spektrum massa

diperoleh dengan meng-gunakan LC-MS

Mariner Biospectrometry Electrospray Ionisation. Kromatografi cair vakum (KCV) dilakukan

menggunakan silika gel 60 (230-400 mesh),

kromatografi gravitasi (KG) meng-gunakan

fasa diam silika gel 60 (70-230 mesh),

Page 21: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 16 Jurnal Biology Education

sedangkan kromatografi lapis tipis (KLT)

meng-gunakan silika gel GF254 (tebal 0,2 mm,

ukuran plat 10x20 cm, jarak elusi 8,5 cm).

Pengumpulan Bahan Tumbuhan.

Bahan tumbuhan berupa buah V. pinnata dikumpulkan dari Lamno Aceh Jaya,

Blangpidie Abdya, dan Sabang Provinsi Aceh.

Estraksi dan Isolasi. Serbuk kering

buah Buah laban (V. pinnata) sebanyak 2 Kg

secara berturut-turut dimaserasi dengan n-

heksan dan MeOH. Setelah pelarutnya

diuapkan diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak

400 g dan ekstrak MeOH 300 gram. Ekstrak n-

heksan dan MeOH di uji antibakteri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil uji aktivitas antibakteri ter-hadap

kedua ekstrak tersebut dipaparkan pada Tabel

berikut:

Tabel 5.1 Daya hambat ekstrak n-heksan dan metanol terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Data Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 3 kali

pengulangan, ekstrak metanol buah laban me-

miliki daya hambat terhadap bakteri Staphylo-

coccus aureus, dimana pada konsentrasi 25%

dan 50% menunjukkan daya hambat rata-rata

11,33 mm. Sedangkan pada konsentrasi 75%

menunjukkan daya hambat rata-rata 12,33

mm, bahkan pada konsentrasi 100% mem-berikan daya hambat yang lebih besar yaitu

rata-rata 12,67 mm.

Jika dibandingkan terhadap kontrol

positif yang digunakan, yaitu ciprofloxasin

(daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan

Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67

mm), ekstrak metanol pada konsentrasi 25%

dan 50% memiliki daya hambat intermediate

terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100%

ekstrak metanol memiliki daya hambat

susceptible terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak n-heksan pada berbagai

konsentrasi tidak memiliki daya hambat

terhadap bakteri Staphylococcus aureu

Tabel 5.2 Daya hambat ekstrak n-heksan dan methanol terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa

Konsentrasi

Ekstrak

Daya Hambat (mm)

Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

25%

1 11 18 6 17

2 11 20 6 18

3 12 18 6 18

Rata-rata 11,33 18,67 6 17,67

50%

1 11 18 7 17

2 12 20 7 18

3 11 18 7 18

Rata-rata 11,33 18,67 7 17,67

75%

1 12 18 7 17

2 13 20 7 18

3 12 18 7 18

Rata-rata 12,33 18,67 7 17,67

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

100%

1 13 18 8 17

2 12 20 8 18

3 13 18 8 18

Rata-rata 12,67 18,67 8 17,67

Konsentrasi

Ekstrak

Daya Hambat (mm)

Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin

25%

1 8 18 6 17

2 9 20 7 18

3 7 18 6 18

Rata-rata 8 18,67 6,33 17,67

Page 22: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 17 Jurnal Biology Education

Berdasarkan data Tabel 5.2 dapat dilihat

bahwa dari 3 (tiga) kali pengulangan, ekstrak metanol buah Laban memiliki daya hambat

terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa,

dimana pada konsentrasi 25% memiliki daya

hambat rata-rata yang sangat kecil, yaitu 8

mm. Pada konsentrasi 50% menunjukkan daya

hambat rata-rata 11,33 mm. Sedangkan pada

konsentrasi 75% menunjukkan daya hambat

rata-rata 12,67 mm, bahkan pada konsentrasi

100% memberikan daya hambat yang lebih

besar yaitu rata-rata 15 mm.

Jika dibandingkan terhadap kontrol

positif yang digunakan, yaitu ciprofloxasin (daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan

Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67 mm),

ekstrak metanol pada 50% memiliki daya

hambat intermediate terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa. Sedangkan pada konsentrasi 75%

dan 100% ekstrak metanol memiliki daya hambat

susceptible terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa. Ekstrak n-heksan pada berbagai

konsentrasi tidak memiliki daya hambat

terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Tabel 5.3 Daya hambat ekstrak n-heksan dan methanol terhadap bakteri Escherichia coli.

Data Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari

3 kali pengulangan, ekstrak metanol buah

Laban pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan

100% memiliki daya hambat yang sangat

kecil terhadap bakteri Escherichia coli, yaitu

berturut-turut 8 mm; 8,67 mm; 8,33 mm; dan

9,33 mm.

Jika dibandingkan terhadap kontrol

positif yang digunakan, yaitu Ciprofloxasin

(daya hambat rata-rata 18,67 mm) dan

Vancomycin (daya hambat rata-rata 17,67

mm), ekstrak metanol pada konsentrasi 100%

memiliki daya hambat resistant terhadap

bakteri Escherichia coli. Sedangkan ekstrak n-

heksan pada berbagai konsentrasi tidak

memiliki daya hambat terhadap bakteri

Escherichia coli.

Pembahasan Pada ketiga Tabel pengamatan di atas

terlihat bahwa kedua kontrol positif, yaitu

Ciprofloxasin dan Vancomycin masing-masing

50%

1 11 18 7 17

2 12 20 8 18

3 11 18 7 18

Rata-rata 11,33 18,67 7,33 17,67

75%

1 13 18 8 17

2 13 20 7 18

3 12 18 7 18

Rata-rata 12,67 18,67 7,33 17,67

100%

1 15 18 8 17

2 16 20 8 18

3 14 18 8 18

Rata-rata 15 18,67 8 17,67

Konsentrasi

Ekstrak

Daya Hambat (mm)

Ulangan Metanol Ciprofloxasin N-heksan Vancomicin

25%

1 8 18 6 17

2 9 20 6 18

3 7 18 7 18

Rata-rata 8 18,67 6,33 17,67

50%

1 9 18 7 17

2 9 20 8 18

3 8 18 7 18

Rata-rata 8,67 18,67 7,33 17,67

75%

1 8 18 8 17

2 8 20 7 18

3 9 18 7 18

Rata-rata 8,33 18,67 7,33 17,67

100%

1 10 18 7 17

2 9 20 8 18

3 9 18 8 18

Rata-rata 9,33 18,67 7,67 17,67

Page 23: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 18 Jurnal Biology Education

memiliki daya hambat rata-rata 18,67 mm dan

17,67 mm terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,

dan Escherichia coli.

Jika dibandingkan terhadap ke dua kontrol positif tersebut, ekstrak metanol pada

konsentrasi 25% dan 50% memiliki daya hambat

intermediate terhadap bakteri Staphylococcus

aureus. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan

100% ekstrak metanol memiliki daya hambat

susceptible terhadap bakteri Staphylococcus

aureus. Ini artinya pada konsentrasi rendah

(25% dan 50%) ekstrak methanol dapat meng-

hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dengan baik, dan pada konsentrasi yang

lebih besar (75% dan 100%) daya hambat

bakterinya lebih baik lagi.

Untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa,

ekstrak metanol pada konsentrasi 50% memiliki

daya hambat intermediate terhadap bakteri

tersebut. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan

100% ekstrak metanol memiliki daya hambat

susceptible terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa. Ini artinya pada konsentrasi rendah

(50%) ekstrak methanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa

dengan baik, dan pada konsentrasi yang lebih

tinggi (75% dan 100%) ekstrak metanol me-

miliki daya hambat yang sangat bagus ter-

hadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Sedangkan untuk bakteri Escherichia coli,

ekstrak metanol memiliki daya hambat yang sangat lemah terhadap bakteri tersebut. Bahkan

pada konsentrasi tinggi 100% daya hambatnya

resistant terhadap bakteri Escherichia coli.

Berdasarkan fakta di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa ekstrak methanol buah

Laban (Vitex pinnata Linn) memiliki aktivitas

antibakteri yang sangat baik terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa merupakan bakteri yang dapat me-

nyebabkan infeksi dan peradangan pada tubuh

manusia, terutama pada kulit manusia. Bahkan

Staphylococcus aureus dapat diisolasi dari

luka bernanah, selaput hidung, folikel rambut,

kulit dan perineum. Sedangkan Pseudomonas

aeruginosa dapat diisolasi dari air dan tanah

atau specimen klinik seperti luka dan urin.

Terdapat pada kulit manusia, pada lingkungan

basah, dan sedikit ditemukan dalam flora

normal usus. Jarang menimbulkan penyakit, hanya pathogen bila masuk dalam daerah yang

pertahanan normalnya tidak ada atau berperan

dalam infeksi campuran (Buchanan, 1974 dan

Jawetz, 1986).

Bisul terjadi karena adanya infeksi

kuman Staphylococcus aureus. Infeksi oleh kuman

ini akan memicu timbulnya peradangan. Semakin parah infeksi, semakin hebat

peradangan yang terjadi. Akibatnya gejala

klinik yang timbul juga semakin parah.

Banyak faktor yang bisa memicu infeksi

Staphylococcus aureus. Faktor kebersihan

memegang peran penting, baik kebersihan

lingkungan maupun kebersihan perseorangan

(personal hygiene). Faktor lain adalah penurunan

daya tahan tubuh yang disebabkan oleh be-

berapa faktor, diantaranya karena kurang gizi,

anemia, diabetes, penyakit keganasan (kanker)

dan penyakit lainnya. Biasanya, faktor-faktor

pemicu tidak berdiri sendiri, namun ber-

kombinasi satu sama lain. Misalnya, seseorang

mempunyai daya tahan tubuh rendah, juga

mempunyai gaya hidup yang kurang bersih,

serta asupan gizinya kurang (www.media

medica.com diakses tgl. 2 Maret 2012).

Buah Laban (Vitex pinnata Linn) yang

selama ini digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati dan mencegah penyakit bisul

ternyata memiliki aktivitas antibakteri ter-

hadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa, di mana kedua

bakteri tersebut berperan penting pada infeksi

dan peradangan di beberapa kasus, diantaranya

bisul. Berdasarkan uraian di atas, maka

ekstrak metanol akan diisolasi dan dimurnikan

pada tahun ke-2 sehingga diperoleh senyawa

dan struktur molekulnya.

Kesimpulan

1. Hasil maserasi terhadap 2 Kg serbuk kering

buah Laban (V. pinnata) diperoleh 400

gram ekstrak n-heksan dan 300 gram

ekstrak methanol.

2. Secara kualitatif ekstrak methanol memiliki

daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus

aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan

Escherichia coli.

3. Daya hambat ektrak methanol terhadap

bakteri Staphylococcus aureus 11,33-12,67

mm, terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa

11,33-15 mm, sedangkan terhadap bakteri

Escherichia coli 8-9,33 mm.

4. Ekstrakmethanol terutama pada konsentrasi tinggi(75% dan 100%) memiliki daya hambat

yang sangat besar terhadap aktivitas bakteri

Page 24: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 19 Jurnal Biology Education

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa.

5. Eksrak n-heksan tidak memiliki daya

hambat terhadap aktivitas bakteri Staphy-

lococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli.

Saran

1. Mengingat bahan-bahan kimia sangat

mahal dan biaya uji antibakteri yang sangat

tinggi, diharapkan untuk penelitian-

penelitian ilmu murni di masa-masa yang

akan datang disediakan dana yang lebih

besar dan sesuai dengan kenaikan harga

bahan-bahan kimia.

2. Semoga penelitian ini berkesinambung-an

dan dapat dilanjutkan ke tahun ke II dan

tahun-tahun berikutnya.

Daftar Pustaka

Backer, A. C. and R. C. Bakhuizen Van den

Brink Jr. (1963) Flora of Java, N. V. P.

Noordhoff N. V. Groningen, Vol. I, The

Netherlands.

Breitmair, E. (1993) Structure Elucidation by

NMR In Organic Chemistry, John

Willey & Sons, New York.

Burkill, I. H. (1966) A Dictionary of The

Economic Products of The Malay Penisula, Vol. II, Ministry of Agriculture

and Cooperative, Kuala Lumpur.

Chen, Chien – Chih., Yu – Lin., Sun, Chang-

Ming and Shen, Chien – Chang (1966)

New Prenylflavones from the Leaves of

Epedemedium sagittatum, J. Natural

Product, 59, 412 – 414.

Creswell, C. J., Runquist, O. A. and Campbell,

M. M. (1982) Analisis Spektrum

Senyawa Organik, alih bahasa: Kosasih

Padwawinata dan Iwang Soediro, ITB,

Bandung.

Douk, P. (1967) Chemical Abstrack, 66, 79512n.

Ferlinahayati, Hakim, E. H., Achmad, S. A.,

Aimi, N., Kitajima, M., dan Makmur, L.

(1999) Artonin E dan Norartokapetin

Dua Senyawa Fenol dari Tumbuhan

Artocarpus Scortechimi King. Prosiding

Seminar Nasional Kimia Bahan Alam

’99, UI-UNESCO, Jakarta.

Lemmens, R. H. M. J., Soerianegara, I. dan

Wong, W. C. (1995) Timber Tress:

Minor Commercial Timbers, Plant

Resources of South-East Asia, Bogor,

Indonesia.

Nomura, T., Hano, S., and Aida, M. (1998)

Isoprenoid Subtituted Flavonoid from

Artocarpus, Heterocycles, 47 (2), 1179-

1205.

Ogata, Y., Kasaharea, Y., and Iwasaki, T. (1995) Medicine Herb Index Indonesia, Second

edition, PT. Eisai Indonesia.

Seigler, D. S. (1975) Review: Isolation and

Characterization of Naturally Cyanogenic

Compound, Phytochemistry, 14: 9-29

Silverstein, R. M., Bassler, G. C., and Morill, T.

C., (1991) Spectrometric Identification of Organic Compounds, 5th ed., John

Wiley and Sons Inc, New York.

Suksamrarn, A., and Sommechai, C. (1993)

Ecdysteroids from Vitex pinnata,

Phytochemistry, 32 (2), 303-306

Suksamrarn, A., Sommechai, C., Charulpong, P., and Chitkul, B. (1995) Ecdysteroids

from Vitex canescens, Phytochemistry, 38

(2), 473-476

Suksamrarn, A., Promrangsan, N., Chitkul, B.,

Homvisasevongsa, S., and Sirikate, A.

(1997) Ecdysteroids of The Root Bark

of Vitex canescens, Phytochemistry, 45

(6), 1149-1152

Tarigan, Ponis (1997) Analisis Senyawa

Bioaktif Alami, Pengantar Praktikum,

Pascasarjana Universitas Padjadjaran,

Bandung.

Werawattanametin, K., Podimnang, V., and Suksamrarn, A. (1986) Ecdysteroids

from Vitex glabrata, J. Natural Product,

49, 365.

Zhang, M., Stout, M. J., and Kubo, I. (1992) Isolation of Ecdysteroids from Vitex

stickeri Using RLCC and Recycling

HPLC, Phytochemstry, 31 (1), 247-250

Page 25: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 20 Jurnal Biology Education

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BALOK CUISENAIRE DENGAN

METODE BERMAIN TERHADAP PENINGKATAN

KECERDASAN MATEMATIKA PADA ANAK

RAUDHATUL ATHFAL AL-IKHSAN

KOTA BANDA ACEH

Juairiah

Kepala RA Al-Ikhsan Kota Banda Aceh

Abstrak

Penelitian ini berjudul :“Pengaruh Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan Metode Bermain

Terhadap Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda

Aceh”. Rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh penggunaan media Balok Cuisenaire dengan

metode bermain terhadap peningkatan kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota

Banda Aceh? Populasi adalah seluruh anak kelompok B-2 di Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda

Aceh berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian dengan menggunakan lembar observasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode permainan media Balok Cuisenaire dapat

meningkatkan kecerdasan matematika anak kelompok B-2 Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda

Aceh. Hasil pengamatan awal sebelum menggunakan media Balok Cuisenaire kurang baik, yaitu

sebesar 31,1% (tidak baik). Hasil pengamatan menggunakan media Balok Cuisenaire pada siklus I,

nilai keberhasilan pertemuan I sebesar 46,6%, pertemuan II sebesar 51,5%, pertemuan III, dan

61,0%. Rata-rata keberhasilan pada siklus I adalah sebesar 53,0% (kurang baik). Nilai pada siklus I

masih belum memadai, maka dilaksanakan perlakuan pada siklus II. Hasil pengamatan kecerdasan

matematika dengan media Balok Cuisenaire pada siklus II keberhasilannya pada pertemuan I sebesar

56,6%, pertemuan II sebesar 73,2% , dan pertemuan III sebesar 94,3%. Rata-rata keberhasilan pada siklus II adalah 75,4% (baik). Dengan demikian peningkatan kecerdasan matematika anak

kelompok B-2 Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh dengan menggunakan Balok

Cuisenaire melalui metode bermain sangat signifikan dan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Peningkatan dari 53,0% pada siklus I menjadi 75,4% pada siklus II atau selisih antara siklus I dan II

sebesar 22,4%.

Kata kunci: Balok Cuisenaire, Metode Bermain, Kecerdasan Matematika

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu per-

ubahan sikap dan tingkah laku pada diri se-

seorang dari hasil pembelajaran yang dilaku-

kan oleh pendidik kepada anak didik. bertuju-

an untuk mendapatkan pengetahuan dan

merubah sikap yang lebih baik dalam kehidup-

annya, sehingga menjadi manusia Indonesia

cerdas, terampil, bermoral, berbudi luhur dan

cinta tanah air. Pendidikan sekarang ini men-

dapat perhatian dari semua pihak, baik dari hal

fasilitas dan sumber daya yang mendukung ke-

berhasilan suatu lembaga pendidikan dan men-

capai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Pendidikan yang berkualitas akan

tercipta generasi penerus bangsa yang ber-

pengetahuan luas dan dapat memecahkan ber-

bagai masalah dalam menghadapi tantangan zaman yang sangat komplek. Sesuai dengan

tujuan pembangunan Nasional dalam GBHN

No. II/MPR/1993, yaitu “Pendidikan Nasional

berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk me-

ningkatkan kualitas manusia Indonesia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadi-an,

berdisiplin, berkerja keras, tangguh, ber-

tanggungjawab, cerdas dan terampil serta sehat

jasmani dan rohani”.

Pendidikan di Raudhatul Athfal me-

rupakan salah satu bentuk satuan pendidikan

anak usia dini pada jalur lembaga pendidikan

formal dan memiliki karakteristik ke Islaman

serta pengelolaan dibawah Kantor Kementerian

Agama Kota Banda Aceh. Dengan pembelajar-

an yang mengacu pada kurikulum Pendidikan

Agama Islam dan Pendidikan Umum dan

sesuai dengan perkembangan anak usia dini.

Mulai dari umur 4 tahun untuk belajar di

kelompok A dan umur 5 tahun untuk belajar di

kelompok B. Raudhatul Athfal dipimpim oleh seorang kepala sekolah dan 6 orang tenaga

pendidik yang profesional.

Page 26: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 21 Jurnal Biology Education

Kegiatan pembelajaran di Raudhatul

Athfal selalu dilakukan dengan semboyan

“bermain sambil belajar dan belajar seraya

bermain”. Menggunakan lembar kerja, poster,

mewarnai, puzzel, alat peraga edukatif (APE), mengerjakan maze dan sebagainya. Hal ini

disebutkan dalam buku Kurikulum Raudhatul

Athfal kutipan dari isi PP Nomor 17 Tahun

2010 tentang pengelolaan dan penyelenggara-

an pendidikan di Raudhatul Athfal dapat

dikelompokkan terdiri dari : 1) Bermain dalam

pembelajaran agama dan akhlak mulia, 2)

Bermain dalam pembelajaran sosial dan

kepribadian, 3) Bermain dalam pembelajaran

orientasi, pengenalan pengetahuan dan

teknologi, 4) Bermain dalam pembelajaran

estetika, 5) Bermain dalam pembelajaran

jasmani, olahraga dan kesehatan.

Berdasarkan hasil pengamatan awal

kemampuan anak dalam pengembangan aspek

kognitif, terutama mengenal berhitung,

lambang bilangan, angka-angka, masih sangat

rendah. Maka suatu upaya pengembangan

potensi ini dapat dilakukan dengan suatu

permainan dalam pembelajaran, yaitu melalui bermain Balok Cuisenaire. Bermain Balok

Cuisenaire di Raudhatul Athfal diharapkan

anak didik berkemampuan pengembangan

kognitif, kesiapan mental, sosial dan

emosional. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan

pembelajarannya harus dilakukan secara

menarik dan bervariasi. Balok Cuisenaire merupakan bagian

dari media matematika, pengenalan konsep

bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk

dan posisi benda melalui berbagai bentuk alat

dan kegiatan bermain yang menyenangkan.

Dengan demikian, berdasarkan alasan

diatas dapat diidentifikasikan bahwa masih

kurangnya pengetahuan anak didik Raudhatul

Athfal dalam mengenal lambang bilangan atau

angka secara optimal. Hal ini merupakan salah

satu masalah yang dihadapi oleh guru RA Al-

Ikhsan Banda Aceh, maka penulis tertarik me-

lakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Media Balok Cuisenaire Dengan

Metode Bermain Terhadap Peningkatan Ke-

cerdasan Matematika Pada Anak Raudhatul

Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumus masalah dalam penelitian

ini adalah Bagaimana pengaruh penggunaan

media Balok Cuisenaire dengan metode

bermain terhadap peningkatan kecerdasan

Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan

Kota Banda Aceh?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penggunaan media

Balok Cuisenaire dengan metode bermain

terhadap peningkatan kecerdasan Matematika

anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Banda Aceh.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat ber-

manfaat untuk menjadi masukan bagi guru

Raudhatul Athfal dalam meningkatkan ke-

cerdasan matematika melalui permainan Balok

Cuisenaire.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

“Penggunaan media Balok Cuisenaire dengan

metode bermain dapat meningkatkan kecerdas-

an Matematika anak Raudhatul Athfal Al-

Ikhsan Kota Banda Aceh”.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecerdasan Matematika

Kecerdasan asal kata dari “cerdas”

artinya “sempurna perkembangan akal budi,

untuk berfikir, mengerti dan sebagainya”. Ke-

cerdasan merupakan salah satu anugerah besar

dari Allah SWT kepada manusia dan sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan

dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasan,

manusia secara terus menerus dapat memper-

tahankan dan meningkatkan kualitas hidup

yang semakin kompleks, melalui proses ber-

fikir dan belajar secara optimal. Sepantasnya

manusia ber-syukur, berkat kecerdasan yang

dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata

masih dapat mempertahankan kelangsungan

dan peradabannya.

Kecerdasan adalah kemampuan belajar

dan kecakapan untuk menyesuaikan diri

dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan

ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya

intelegensi dan menunjukkan kecakapan

sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ada

kalanya perkembangan ini ditandai oleh

kemanjuan-kemanjuan yang berbeda antara

satu anak dengan anak lainnya, sehingga

seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kawan sebayanya.

Page 27: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 22 Jurnal Biology Education

Kecerdasan berdasarkan tingkat per-

kembangannya ada beberapa macam. Salah

satunya adalah kecerdasan intelektual. Ke-

cerdasan intelektual adalah kemampuan

intelektual, analisa, logika dan rasional. Kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan

mengolah infomasi menjadi fakta. Kecerdasan

yang paling utama dimiliki manusia adalah

Kecerdasan Intelektual (IQ). Kecerdasan

intelektual atau inteligensi adalah kemampuan

potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu

dengan menggunakan alat-alat berpikir. Hal

ini dapat terlihat pada kemampuan atau ke-

cerdasan yang didapat dari hasil penyelesaian

soal-soal atau kemampuan untuk memecahkan

sebuah pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan

hal akademik seseorang.

Kecerdasan dapat memberikan gambar-

an yang jelas pada seseorang untuk berhitung,

beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya

kreasi serta inovasi. Orang yang kecerdasan

intelektualnya baik, maka baginya tidak ada

informasi yang sulit, semuanya dapat di-

simpan, diolah dan diinformasikan kembali

pada saat dibutuhkan. Proses menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi,

(baik informasi yang didapat lewat pendengar-

an, penglihatan atau penciuman) disebut

‘’berfikir’’.

Menurut Lwin dalam W. Sanjaya (2006)

menyebutkan bahwa “kecerdasan logika

matematika adalah kemampuan untuk me-mahami bilangan dan perhitungan, pola

memikiran logis dan ilmiah”. Hubungan antara

matematika dan logika sangat erat dan men-

dasar. Hukum logika menjelaskan berbagai

argumentasi, bukti, syarat yang dinyatakan dan

kesimpulan. Kecerdasan logika matematika

meliputi keterampilan berhitung dan berfikir

logis serta keterampilan pemecah-an masalah.

Komponen inti dari kecerdasan

matematika logis meliputi kepekaan pada

pola-pola dan hubungan logis, kepekaan

heuristic dan sebab akibat untuk memecah-

kan suatu masalah. Kecerdasan ini terdapat di

otak depan sebelah kiri dan parietal kanan.

Kecerdasan ini dilambangkan dengan angka-

angka dan lambang bilangan matematika

lainnya. Kecerdasan ini memuncak pada masa

remaja dan masa awal dewasa. Beberapa

kemampuan matematika tingkat tinggi akan

menurun setelah usia 40 tahun. Serta anak-anak yang kelebihan dalam kecerdasan

matematika tertarik memanipulasi lingkungan

serta cenderung menerapkan strategi coba-

coba salah. Anak-anak yang cerdas dalam

logika matematika menyukai kegiatan bermain

dengan bepikir logis, seperti dam-daman,

mencari jejak (maze), menghitung benda-

benda, timbang-menimbang dan permainan strategi. “Anak-anak yang cerdas dalam logika

matematika cenderung mudah menerima dan

memahami sebab-akibat, suka menyusun

sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti

urutan besar ke kecil, panjang ke pendek dan

mengklasifkasi benda-benda yang memiliki

sifat sama” (Tadkiroatun Musfiroh, 2005).

Kecerdasan ditinjau dari berbagai

macam karakteristik perkembangannya ada

beberapa macam kecerdasan yang saling

berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar

seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh

Gardner dalam E. Mulyasa kecerdasan bersifat

multipel inteligensi meliputi 9 (sembilan)

“kecerdasan yaitu 1) Kecerdasan verbal-

linguistik berkaitan dengan keterampilan dan

persepsi mengelola kata dan bahasa, 2)

Kecerdasan logika-matematika berkaitan

dengan keterampilan dan persepsi dalam

bidang angka dan berfikir logis, 3) Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan

keterampilan dan persepsi dalam bidang

permaian garis, warna, bentuk dan ruang, 4)

Kecerdasan musikal berkaitan dengan

keterampilan dan persepsi dalam bidang musik

dan suara, 5) Kecerdasan kinestetis berkaitan

dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang mengelola dan mengendalikan gerakan

anggota tubuh, 6) Kecerdasan interpersonal

berkaitan dengan keterampilan dan persepsi

dalam bidang membina hubungan dengan

orang lain, 7) Kecerdasan naturalis berkaitan

dengan keterampilan dan persepsi yang

berhubungan dengan lingkungan, 8)

Kecerdasan interpersoanal berkaitan dengan

keterampilan dan persepsi dalam bidang

kesadaran dan pengenalan terhadap diri

sendiri, dan 9) Kecerdasan eksitensial”.

Karakteristik Perkembangan Anak Usia

Dini

Karakteristik perkembangan anak usia

dini perlu dipahami oleh pendidik untuk

memudahkan dalam membina perkembangan

anak usia dini. Pada masa ini anak sudah

memiliki keterampilan, minat, bakat dan

potensi walaupun belum sempurna. Karakteristik masing-masing aspek per-

kembangan anak di Raudhatul Athfal adalah:

Page 28: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 23 Jurnal Biology Education

Perkembangan Fisik-Motorik

Anak usia di Raudhatul Athfal telah

tampak otot-otot tumbuh berkembang dengan

baik, sehingga memungkinkan anak melakuk-

an berbagai jenis keterampilan. Gerakan anak usia di Raudhatul Athfal lebih terkendali dan

terorganisasi dengan pola menegakan tubuh

dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai

dengan santai serta mampu melangkah dengan

mengerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola

tersebut memungkinkan anak untuk mem-

berikan respon dalam berbagai situasi yang

mereka hadapi. Pada masa ini keterampilan

motorik kasar dan halus terjadi perkembangan

pesat.

Pada umumnya anak usia di Raudhatul

Athfal sangat aktif. Anak memiliki penguasa-

an terhadap tubuhnya dan sangat menyukai

kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun

demikian anak tetap memerlukan istirahat

yang cukup. Masa kecil disebut sebagai masa

ideal untuk membentuk keterampilan motorik,

dengan alasan sebagai berikut:

• Tubuh anak lebih lentur ke timbang tubuh

orang dewasa sehingga anak lebih mudah

menguasai keterampilan motorik.

• Anak belum banyak memiliki keterampil-

an yang akan berbenturan dengan ke-

terampilan yang baru dipelajarinya,

sehingga anak akan mempelajari

keterampilan baru yang lebih mudah.

• Secara keseluruhan anak lebih berani pada

masa kecil ketimbang setelah besar. Oleh

karena itu, mereka berani mencoba sesuatu

yang baru.

• Anak-anak menyukai pengulangan,

sehingga mereka bersedia mengulangi

tindakan hingga otot terlatih untuk

melakukannya secara efektif.

• Anak memiliki waktu yang lebih banyak

untuk mempelajari keterampilan motorik.

Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Isjoni (2011) membagi

“tahapan perkembangan kognitif ke dalam

empat tahapan, yaitu: a) Tahapan 1 sensori

motor (0-2 tahun), b) Tahapan II Pra

Operasional (2-7 tahun), c) Tahapan III

Operasional Kongkrit (7-14 tahun), d)

Tahapan IV Formal Operasional (14 tahun-

dewasa)”.

Periode sensori motor (0-2 tahun)

merupakan periode pertama dari ke empat

periode. Tahapan ini ditandai dengan

perkembangan kemampuan dan pemahaman

penting dalam enam refleksi, yaitu sub tahapan

skema refleksi muncul saat lahir sampai usia

enam minggu dan berhubungan terutama

dengan refleksi. Sub tahapan fase reaksi sirkular primer dari usia enam minggu sampai

empat bulan dan berhubungan dengan muncul-

nya kebiasaan-kebiasaan. Sub tahapan fase

reaksi sirkular sekunder muncul dari usia

empat bulan sampai sembilan bulan dan

berhubunga dengan koordinasi antara

penglihatan dan pemaknaan. Sub tahapan

koordinasi reaksi sirkular sekunder muncul

dari usia sembilan sampai dua belas bulan,

saat berkembangnya kemampuan untuk

melihat objek sebagai sesuatu yang permanen

walau kelihatannya pada masa permulaan. Sub

tahapan fase reaksi sirkular tersier muncul dari

usia dua belas bulan sampai delapan belas

bulan dan berhubungan dengan penemuan

cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Sub

tahapan awal representasi simbolik ber-

hubungan dengan tahapan kreativitas.

Tahapan II pra operasional (2-7 tahun)

merupakan tahapan pra operasional yang mengikuti tahapan sensorimotorik dan muncul

antara usia dua sampai enam tahun. Dalam

tahapan ini anak mengembangkan keterampil-

an berbahasa yang lebih aktif.

Tahapan III operasional kongkrit (7-14

tahun) merupakan tahapan yang muncul antara

usia enam sampai dua belas tahun dan mem-punyai ciri berupa penggunaan logika yang

memadai.

Tahapan IV formal operasional (14

tahun dewasa) merupakan suatu tahapan mulai

dialami anak dalam usia sebelas tahun dan

terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik

tahapan ini pada kemampuan untuk berfikir

secara abstrak, bernalar secara logis dan

menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia.

Anak usia di Raudhatul Athfal berada

pada tahapan pra-operasional yaitu suatu

tahapan anak belum menguasai operasi mental

secara logis. Periode ini ditandai dengan

berkembangnya kemampuan menggunakan

sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain

dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui

kemampuan tersebut anak mampu ber-

imajinasi atau fantasi tentang berbagai hal.

Perkembangan kognitif anak masa pra sekolah

adalah:

Page 29: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 24 Jurnal Biology Education

• Mampu berfikir dengan meng-gunakan

simbol

• Berfikir masih dibatasi oleh persepsi,

menyakini sesuatu yang dilihat dan hanya

berfokus pada satu dimensi terhadap satu

objek dalam waktu yang sama.

• Berfikir masih kaku. Cara berfikirnya ter-

fokus pada keadaan awal atau akhir suatu

transformasi, bukan pada transformasi itu

sendiri.

• Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar

mengelompokkan sesuatu atas dasar satu

dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk

dan ukuran dan lainnya.

Perkembangan Emosional dan Kemandirian

Perkembangan emosi dan kemandirian

berhubungan dengan seluruh aspek per-

kembangan anak. Pada tahap ini, emosi dan

mandiri anak usia pra sekolah lebih rinci atau

terdiferensiasi. Anak cenderung mengekspresi-

kan emosin dengan bebas dan terbuka. Sikap

marah sering diperlihatkan dan sering mencari

perhatian guru. Pada masa ini anak menjadi

lebih mengerti dan mampu berinisiatif, tetapi

mungkin keinginannya tidak tercapai seluruh-

nya, sehingga timbul keinginan berupa ke-

marahan dan bersalah. Pada masa ini anak mampu melakukan

partisipasi dan mengambil inisiatif dalam

kegiatan fisik, tetapi ada beberapa kegiatan

yang dilarang oleh guru atau orang tua. Anak

sering memiliki keraguan untuk memilih

antara yang ingin dikerjakan dengan yang

harus ditinggalkan. Nampak bahwa pada usia

ini anak sudah memiliki inisiatif, tetapi sering

pula anak tidak bisa memutuskan sesuatu yang

akan dikerjakannya. Beberapa jenis emosi

yang berkembang pada anak di Raudhatul

Athfal adalah rasa takut, cemas, marah,

cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmat-

an, kasih sayang, phobia, ingin tahu, butuh

perhatian, pendiam, super aktif, pemalu, ceria,

ingin selalu dipuji, sedih, berani.

Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah perilaku

anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-

aturan yang berlaku di lingkungan anak itu

berada. Perkembangan sosial diperoleh anak

melalui kematangan, keadaan disekitarnya,

kesempatan belajar dari berbagai respon

terhadap dirinya. Bagi anak pra sekolah,

kegiatan bermain merupakan suatu modal

dasar dalam mencurahkan suatu ekspresi dan

keputusan dalam hidupnya, baik di rumah, di

sekolah maupun dilingkungan masyarakat

serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan-

nya. Hal ini Hurlock mengemukakan bahwa “mulai usia 2 sampai 6 tahun, anak mulai

belajar melakukan hubungan sosial bergaul

dengan orang-orang di luar lingkungan rumah,

terutama dengan anak-anak yang umurnya

sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan

berkerja sama dalam kegiatan bermain dan

belajar dengan baik di lingkungan anak

tersebut berada”.

Anak yang mengikuti pendidikan pra

sekolah melakukan penyesuaian sosial yang

lebih baik dibandingkan dengan anak-anak

yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.

Melalui kegiatan yang dirancang oleh guru,

dipersiapkan secara lebih baik untuk melakuk-

an partisipasi yang aktif dalam kelompok

dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas

sosialnya terbatas dengan anggota keluarga

dan anak-anak dari lingkungan keluarga ter-

dekat saja.

Perkembangan Bahasa

Anak Raudhatul Athfal biasanya telah

mampu mengembangkan keterampilan bicara

melalui percakapan dan berkomunikasi dengan

teman dan guru secara baik. Menggunakan

bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya,

berdialog, bercerita dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk

menyebutkan nama benda dan ingin tahu

sesuatu yang ada disekitarnya. Minat tersebut

terus berlangsung secara normal, sehingga

dapat menambah perbendaraan kata.

Pengalaman dan situasi yang dihadapi sangat

berarti, jika anak mampu menggunakan kata-

kata untuk menjelaskannya. Anak dapat

mengunakan bahasa dengan ungkapan yang

lain, misalnya bermain peran, isyarat yang

ekspresif, main boneka, masak-masakan,

main rumah-rumahan dan sebagainya.

Perkembangan usia dini dapat ber-

pengaruh terhadap perkembangan bahasa

seorang anak. Artinya semakin bertambah

usianya, maka perbendaharaan kata dan per-

cakapan menjadi lebih baik dalam berbicara

serta berkomunikasi dengan lingkunganya.

Kata-kata dan tata bahasa dipelajari oleh anak

sejalan dengan pencapaian keterampilan untuk mengungkapkan buah pikiran serta gagasan-

nya.

Page 30: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 25 Jurnal Biology Education

Karakteristik Perkembangan Kecerdasan

Matematika Anak Usia 5-6 tahun.

Anak di Raudhatul Athfal berada

pada tahap berfikir pra operasional, khususnya

pada tahap berfikir intuitif yaitu anak mampu membuat pengklasifikasian tentang sesuatu

benda, bentuk, keragaman dan keanekaragam-

an sesuatu, meskipun pada tahap pemula

dalam memahami tentang keadaan dirinya,

lingkungan belajar dan alam sekitarnya.

Menurut Sofia Hartati, (2005),

menyebutkan bahwa “kemampuan kognitif

anak usia 5 tahun adalah 1) Tertarik kepada

jam dan waktu, 2) Menggambar sesuatu yang

ada dalam benak, 3) Menyadari beberapa

angka dan huruf, 4) Mengemukakan urutan

angka 1 sampai 10, 5) Mendengarkan dan

bergantian bicara dalam diskusi kelompok, 6)

Bekerja dengan beberapa anak untuk membuat

peta sederhana dengan balok yang menunjuk-

kan jalan dan bangunan serta lokasinya, 7)

Belajar arah kekiri dari kanan, 8) Berbicara

dengan lancar dan benar, 9) Menyukai cerita

dan menyimpulkan isi cerita, 10) Menanyakan

arti kata-kata, 11) Menempatkan 10 buah potongan atau lebih untuk melengkapi teka-

teki, 12) Dapat menceritakan perbedaan dan

persamaan crayon dan pensil”.

Media Pembelajaran

Media adalah perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan. AECT (1979) mengartikan bahwa “media sebagai

salah satu bentuk dan saluran untuk proses

transmisi informasi / pesan”. Secara sederhana

media adalah segala yang dapat digunakan

untuk menyampaikan atau memperjelas pesan

pembelajaran. Media pembelajaran secara

umum adalah alat bantu proses belajar

mengajar. Segala sesuatu yang dapat

dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau

keterampilan pembelajaran, sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar secara

optimal

Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad,

(2005) mengemukakan bahwa ada empat

fungsi media pembelajaran yaitu:

a. Fungsi atensi, media visual merupakan

inti, yaitu menarik dan mengarahkan anak

untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

b. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan anak ketika belajar atau

membaca teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif, suatu media dapat terlihat

dari temuan-temuan penelitian yang meng-

gunakan bahwa lambang visual atau

gambar memperlancar pencapaian

informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, suatu media

pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media memberikan konteks untuk

memahami teks membantu anak yang

lemah dalam membaca atau meng-

organisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.

Manfaat dari menggunakan media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar

adalah untuk meningkatkan kualitas interaksi,

baik interaksi guru dengan anak, interaksi anak

dengan anak atau anak dengan pesan dan

membantu anak belajar secara optimal.

Menjadikan proses belajar mengajar menjadi

lebih menarik. Pengelolaan pembelajaran lebih

efektif dan efisien. Meningkatkan kualitas

belajar anak. Proses pembelajaran dapat di-

lakukan dimana dan kapan saja sesuai dengan

kondisi guru dan anak. Menumbuhkan sikap positif anak terhadap proses pembelajaran.

Penggunaan media dalam proses

pembelajaran harus adanya prinsip-prinsip

umum dalam pemilihan media, yaitu tidak ada

suatu media yang terbaik untuk mencapai

semua tujuan pembelajaran, penggunaan

media harus didasarkan pada tujuan pem-belajaran yang hendak dicapai penggunaan

media harus mempertimbangkan kecocokan

media dengan karakteristik materi pelajaran

yang disajikan, penggunaan media harus

disesuaikan dengan bentuk kegiatan pem-

belajaran, guru harus mempelajari

karakteristik alat yang akan digunakan, peng-

gunaan media harus melibatkan partisipasi

aktif peserta didik, media yang digunakan

hendaknya dipilih secara objektif, tidak

didasarkan atas kesenangan pribadi, media

yang beragam, praktis, mudah didapat,

konkrit, murah dan bermakna.

Pengertian Balok Cuisenaire

Balok Cuisenaire merupakan suatu jenis

balok yang digunakan untuk mengembangkan

kemampuan kecerdasan matematika,

berhitung, pengenalan bentuk lambang

bilangan, peningkatan keterampilan bernalar, penambahan dan pengurangan angka-angka

pada anak usia dini. Balok Cuisenaire

diciptakan oleh George Cuisenaire. Bentuk

Page 31: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 26 Jurnal Biology Education

balok terdiri dari balok-balok yang berukuran

sebagai berikut:

• 1 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua

• 2 x 1 x 1 cm berwarna merah

• 3 x 1 x 1 cm berwarna orange

• 4 x 1 x 1 cm berwarna hijau

• 5 x 1 x 1 cm berwarna biru

• 6 x 1 x 1 cm berwarna merah muda

• 7 x 1 x 1 cm berwarna hitam

• 8 x 1 x 1 cm berwarna pink

• 9 x 1 x 1 cm berwarna biru muda

• 10 x 1 x 1 cm berwarna ungu

Untuk lebih jelas gambar balok Cuisenaire ditunjukkan pada gambar 2.1

berikut ini.

Gambar 2.1 Bentuk Balok Cuisenaire

Balok Cuisenaire dikembangkan sebagai

salah satu jenis alat peraga edukatif (APE)

untuk anak usia dini, ukuran dan warna telah

dimodifikasi sedemikian rupa dan menjadi lebih menarik, efktif serta efisien. Sebenarnya

masih banyak jenis-jenis APE untuk anak

Raudhatul Athfal yang ada. Dengan kata lain,

media pembelajaran ini sangat berfungsi untuk

mengakomodasi anak menjadi lebih cepat

dalam menerima dan memahami isi pelajaran

yang disajikan dengan benda konkrit

dibandingkan dengan menggunakan teks yang

disajikan secara verbal.

Anak usia dini adalah masa yang sangat

strategis untuk mengenalkan berhitung

konsep-konsep dasar matematika, karena usia

dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu yang

tinggi dapat disalurkan apabila adanya

stimulus, rangsangan, motivasi yang sesuai

dengan tugas perkembangannya. Apabila

kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai

macam permainan tentunya akan lebih efektif, karena bermain sambil belajar dan belajar

seraya bermain bagi anak. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981)

bahwa “perkembangan intelektual pada anak

berkembang sangat pesat pada usia nol sampai

dengan pra sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab

itu, usia pra sekolah disebut sebagai masa

peka belajar, 50% dari potensi intelektual anak

sudah terbentuk di usia 4 tahun kemudian

mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun”.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah penelitian

tindakan kelas, yaitu guru mengajar dan

berkolaborasi dengan guru yang lain di dalam

kelasnya. Dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerja dan proses pembelajaran secara

optimal, sehingga adanya peningkatan hasil belajar pada anak. Penelitian tindakan kelas ini

terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

Perencanaan

Rencana penelitian merupakan tindakan

yang tersusun secara rinci mencakup secara

keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Tahap perencanaan adalah sebagai

berikut:

• Menetapkan materi yang diajarkan, yaitu

pengenalan konsep bilangan dari 1-10 melalui permainan Balok Cuisenaire.

• Menentukan siklus yang dilaksanakan

yaitu pelaksanaan pengamatan awal, siklus

I sampai Siklus selanjutnya.

• Menyusun Rincian Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rincian Kegiatan Harian

(RKH).

• Menyusun alat evaluasi. Teknik evaluasi

yang digunakan adalah non tes yaitu

berupa lembar observasi.

Tindakan

Tindakan merupakan suatu realisasi dari teknik mengajar yang telah disiapkan

sebelumnya. Pada tahap ini langkah awal yang

dilakukan adalah untuk mengetahui

kemampuan dasar anak melalui observasi

Page 32: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 27 Jurnal Biology Education

awal. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

• Memberi pemahaman kepada anak tentang

pembelajaran dengan menggunakan

metode permainan Balok Cuisenaire.

• Melakukan proses pembelajaran tentang

permainan Balok Cuisenaire.

• Pembelajaran ini diamati oleh 2 orang

pengamat.

• Melakukan pengamatan akhir untuk me-

ngetahui peningkatan hasil belajar anak.

Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses

pembelajaran menggunakan media Balok Cuisenaire dengan metode permainan.

Kegiatan pembelajaran yang diamati adalah

keaktifan, kerapian, menghitung angka-angka

dan sesuai dengan indikator yang sudah

disusun.

Refleksi

Refleksi merupakan tahapan untuk

mengetahui proses pembelajaran yang sudah

didapat dengan menggunakan Balok Cuisenaire

melalui metode permainan. Dalam penelitian

ini, refleksi dilakukan setelah proses kegiatan

pembelajaran dan berdiskusi bersama pengamat

terhadap pelaksanaan setiap siklus. Model

pembelajaran masing-masing tahapan dalam

penelitian ini adalah model Hopkin dalam

Igak, Kuswaya (2007) dengan skema berikut.

Desain Penelitian

Skema 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Tempat dan Waktu Penelitian

Bertempat di Raudhatul Athfal Al-

Ikhsan Banda Aceh. Penelitian dilaksanakan

mulai tanggal 10 Desember 2012 sampai

dengan 23 Pebruari 2013.

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah

anak kelompok B-2 yang berjumlah 15 orang,

terdiri dari 4 anak perempuan dan 11 laki-laki.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian adalah observasi lansung terhadap

proses pembelajaran dan kegiatan belajar anak

dengan menggunakan media Balok Cuisenaire.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian adalah:

Lembar Observasi

Lembar observasi berupa daftar cek-list

yang terdiri dari beberapa item yang

menyangkut dengan observasi aktifitas anak selama proses belajar mengajar berlangsung.

Rencana Kegiatan Harian (RKH)

Rencana Kegiatan Harian (RKH)

merupakan penjabaran dari Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM). RKH memuat kegiatan-

kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksana-

kan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari dan juga dilaksanakan

penilaian terhadap proses pembelajaran. RKH

terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti,

istirahat dan kegiatan akhir.

Kegiatan yang disusun untuk pem-

belajaran adalah membuka pelajaran,

menyebutkan kompetensi dasar, apersepsi dan

motivasi, membentuk 3 kelompok masing-

masing 5 orang, membagi Balok Cuisenaire,

mengarahkan anak-anak untuk mengenal balok

secara rinci, mengobservasi proses pem-

belajarannya, mencatat hasil keaktifan anak,

menyimpulkan tujuan belajar menggunakan

Balok Cuisenaire, membaca doa, menutup

pembelajaran.

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan setelah

satu paket pembelajaran selesai secara

keseluruhan. Direncanakan untuk tiga kali pertemuan setiap proses pembelajaran, maka

analisis data dilakukan setelah ke tiga kali

proses pembelajaran tuntas dilaksanakan.

Perencanaan

Tindakan Refleksi

Pengamatan

(Observasi

Perencanaan Observasi

Tindakan

Laporan Akhir Penelitian

Refleksi

SIKLUS

I

SIKLUS II

Page 33: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 28 Jurnal Biology Education

Dengan demikian, pada setiap pem-

belajaran terjadi interprestasi data yang

dimanfaatkan untuk dilakukan refleksi.

Akhirnya dilakukan perbaikan, kemudian

dianalisis dengan persentase. Data yang sudah dianalisis dengan

rumus persentase, dapat ditentukan kriteria

ketuntasan sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Subana, dkk. (2000) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria ketuntasan belajar anak

dari hasil penelitian

Kode

Nilai

Ketuntasan hasil

belajar Persentase

TB Tidak Baik ≤ 49 %

KB Kurang Baik 50 - 59 %

CB Cukup Baik 60 - 69 %

B Baik 70-79 %

SB Sangat Baik ≥ 80 %

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang disajikan dari

hasil observasi. Pengamatan awal dilaksanak-

an mulai tanggal 17 – 22 Desember 2012.

Kemudian dilanjutkan pelaksanaannya dalam

dua siklus, masing-masing Siklus I terdiri tiga

kali pertemuan. Yaitu selama 3 (tiga) hari,

pada hari Senin tanggal 14 Januari , hari Rabu tanggal 16 Januari dan hari Sabtu 19 Januari

2013 dengan tema diri sendiri. Siklus II

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4

Pebruari, Kamis tanggal 7 Pebruari dan Sabtu

tanggal 9 Pebruari 2013, juga pembelajaran

dengan tema diri sendiri.

Nilai hasil observasi awal

Nilai hasil observasi (pengamatan) awal

pada tema diri sendiri dalam meningkatkan

kecerdasan matematika dengan meng-gunakan

Balok Cuisenaire melalui metode bermain

pada anak kelompok B-2 di Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Banda Aceh, tercantum pada tabel

4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Nilai Hasil Observasi Awal

Aspek Pembelajaran

Pengamatan awal (tanggal 17-22 Desember 2012)

Tidak Baik Kurang

Baik

Cukup

Baik Baik

Sangat

Baik

f % f % f % f % f %

1. Menyebutkan urutan bilangan dari 1-5

dengan Balok Cuisenaire 6 40,0 5 33,3 1 6,6 2 13,3 1 6,6

2. Menunjukkan lambang bilangan dari 1-5

dengan Balok Cuisenaire 5 33,3 4 26,5 2 13,3 2 13,3 2 13,3

3. Mencocok angka dengan lambang Bilangan

1-5 dengan Balok Cuisenaire 5 33,3 4 26,5 2 13,3 4 26,5 0 0

4. Membuat urutan bilangan dari 1-5 dengan

Balok Cuisenaire 5 33,3 4 26,5 2 13,3 4 26,5 0 0

5. Mengenal lambang bilangan 1-10 dengan

balok Cuisenaire 4 26,5 4 26,5 2 13,3 2 13,3 3 20

6. Meniru Lambang bilangan dari 1-10 dengan

balok Cuisenaire 3 20 3 20 2 13,3 4 26,5 5 33,3

Jumlah 186,4 159,3 73,1 119,4 53,2

Rata-rata 31,1 26,6 12,2 19,9 13,3

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan

awal terhadap hasil belajar anak Raudhatul Athfal

dalam pembelajaran dengan menggunakan media

Balok Cuisenaire masih tidak baik, nilai rata-rata

yang tertinggi pada kriteria tidak baik yaitu

31,1%. Karena hasil analisis pada observasi awal masih tidak baik, maka untuk pemecahan masalah

dilaksanakan perlakuan siklus I.

a. Pelaksanaan Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini, siklus I

dilaksanakan selama tiga kali pertemuan,

masing-masing satu jam tatap muka selama 1

x 35 menit. Siklus I dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada hari Senin tanggal 14 Januari,

Rabu tanggal 16 Januari dan Sabtu tanggal 19

Januari 2013, pada tema diri sendiri. Dalam

pembelajaran guru melakukan langkah-

langkah sesuai dengan yang tertera dalam

rencana kegiatan harian. Kegiatan guru selain

menyajikan materi adalah melakukan

pengamatan terhadap aktivitas anak selama

proses pembelajaran. Hasil pengamatan proses

pembelajaran pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Page 34: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 29 Jurnal Biology Education

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil Observasi pada Siklus I

Aspek Perkembangan

Siklus I

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

TB KB CB B SB TB KB CB B SB TB KB CB B SB

1. Menyebutkan urutan

bilangan dari 1-5

dengan balok

Cuisenaire

6,5 33,3 13,3 6,5 40 13,3 26,5 13,3 33,3 13,3 13,3 13,3 20 26,5 26,5

2. Menunjukkan lambang

bilangan dari 1-5

dengan balok

Cuisenaire

13,3 26,5 13,3 13,3 33,3 6,5 26,5 13,3 33,3 20 6,5 13,3 20 33,3 26,5

3. Mencocokkan angka

dengan lambang

Bilang-an 1-5 meng-

gunakan balok

Cuisenaire

13,3 20 13,3 33,3 20 13,3 6,5 20 26,5 33,3

4. Membuat urutan

bilang-an dari 1-5 dengan Balok

Cuisenaire

20 13,3 13,3 26,5 26,5 6,5 20 20 26,5 33,3

5. Mengenal lambang

bilangan 1-5 dengan

balok Cuisenaire

6,5 13,3 13,3 26,5 40

6. Meniru Lambang

bilangan dari 1-5

dengan balok

Cuisenaire

6,5 13,3 13,3 33,3 33,3

Total Rata-rata 9,9 29,9 3,3 9,9 36,7 13,3 17,3 13,3 31,6 19,9 8,75 13,2 17,8 28,8 32,2

46,6 51,5 61,0

Rata-rta 53,0% (kurang baik)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata nilai

pengamatan pada kategori baik dan sangat

baik dengan penggunaan media Balok

Cuisenaire terhadap peningkatan kecerdasan

matematika selama kegiatan pada siklus I, maka nilainya masih belum memadai, yaitu

nilai indikator keberhasilan sebesar 46,6 %

dipertemuan I, 51,5% dipertemuan II dan

61,0% dipertemuan III. Rata-rata keberhasilan

pada hasil siklus I adalah sebesar 53,0%

(kurang baik).

Penelitian tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan

masing-masing satu jam tatap muka 1 x 35

menit. Siklus II dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 4 Pebruari, Kamis tanggal 7 Pebruari

dan Sabtu tanggal 9 Pebruari 2013,

pembelajaran dengan tema diri sendiri. Dalam

penyajian guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti tertera dalam rencana

pembelajaran. Kegiatan guru selain

menyajikan materi adalah melakukan

pengamatan terhadap aktivitas anak. Hasil

pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung untuk siklus II adalah sebagai

berikut.

Page 35: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 30 Jurnal Biology Education

b. Pelaksanaan Siklus II

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Observasi pada Siklus II

Aspek Perkembangan

Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

TB KB CB B SB TB KB CB B SB T

B KB CB B SB

1. Menyebutkan urutan

bilangan dari 1-10

dengan Balok

Cuisenaire

6,5 6,5 20 33,3 33,3 6,5 13,3 13,3 26,5 40 0 6,5 6,5 40 46,5

2. Menunjukkan

lambang bilangan

dari 1-10 dengan

Balok Cuisenaire

20 20 13,3 13,3 33,3 13,3 13,3 13,3 20 40 0 0 13,3 40 46,5

3. Mencocokkan angka

dengan lambang

Bilangan 1-10

menggunakan Balok

Cuisenaire

6,5 6,5 6,5 40 40 0 6,5 6,5 33,3 53,3

4. Membuat urutan

bilangan dari 1-10

dengan Balok

Cuisenaire

6,5 6,5 6,5 40 46,5 0 0 6,5 33,3 60

5. Mengenal lambang

bilangan 1-10

dengan Balok

Cuisenaire

0 0 0 46,5 60

6. Meniru Lambang

bilangan dari 1-10

dengan Balok

Cuisenaire

0 0 0 46,5 60

Total Rata-rata 13,2 13,2 16,7 23,3 33,3 8,2 9,8 9,8 31,6 41,6 0 2,1 5,5 39,9 54,4

56,6 73,2 94,3

Rata-rata 75,4% (baik).

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media Balok Cuisenaire

pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat

baik, jika dibandingkan dengan hasil observasi

pada siklus I. Keberhasilan yang dicapai pada kategori baik dan sangat baik, yaitu sebesar

56,6 % dipertemuan I, 73,2% dipertemuan II

dan 94,3% dipertemuan III. Keberhasilan rata-

rata pada siklus II sebesar 75,4% (baik).

Keberhasilan nilai rata-rata observasi

awal pada penggunaan media Balok

Cuisenaire dengan metode bermain,

keberhasilan tertinggi pada kategori tidak

baik yaitu sebesar 31,1%. Berdasarkan nilai keberhasilan ini masih sangat rendah, maka

perlu dilakukan perbaikan dan pemecahan

masalah dalam proses belajar mengajar di Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Banda Aceh.

Keberhasilan rata-rata perlakuan Siklus I pada

kategori baik dan sangat baik dengan menggunakan media Balok Cuisenaire melalui

metode bermain, yaitu sebesar 46,6%

dipertemuan I, 51,5% dipertemuan II, dan

61,0% dipertemuan III. Jadi rata-rata

keberhasilan yang dicapai pada Siklus I

sebesar 53,0% (kurang baik). Karena nilai

keberhasilan maksimal pada Siklus I masih belum tercapai, maka dilaksanakan Siklus II.

Keberhasilan yang dicapai pada kategori baik

dan sangat baik dengan perlakuan pada Siklus

II, yaitu sebesar 56,6% dipertemuan I,

73,2% dipertemuan II, dan 94,3% diper-

temuan III. Jadi total rata-rata keberhasilan

yang dicapai sebesar 75,4% (baik).

Pelaksanaan Siklus II ternyata adanya

peningkatan yang sangat signifikan terhadap peningkatan kecerdasan matematika anak RA

Al-Ikhsan Banda Aceh dengan menggunakan

Balok Cuisenaire melalui metode bermain. Rata-rata dari hasil Siklus I sebesar 53,0%

(kurang baik) dan hasil siklus II sebesar

75,4% (baik). Jadi selisih peningkatan antara siklus I dan siklus II adalah sebesar 22,45%.

Page 36: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 31 Jurnal Biology Education

Hasil rata-rata pada observasi awal, Siklus I

dan Siklus II terjadi peningkatan hasil belajar

anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan secara

signifikan, terutama peningkatan kecerdasan

matematika dengan menggunakan media Balok Cuisenaire melalui metode bermain.

Berdasarkan nilai rata-rata dari hasil

Siklus I sebesar 53,0% (kurang baik) dan hasil Siklus II sebesar 75,4% (baik) dengan

selisih sebesar 22,45%, pada penggunaan

media Balok Cuisenaire dengan metode

bermain terhadap peningkatan kecerdasan

Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan

Kota Banda Aceh. Maka hipotesis yang

berbunyi “Penggunaan media Balok

Cuisenaire dengan metode bermain dapat

meningkatkan kecerdasan Matematika anak

Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh, diterima. Pembelajaran dengan

menggunakan media Balok Cuisenaire dengan

metode bermain sangat berpengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar dan daya fikir anak

dalam proses belajar mengajar dalam

pengembangan tematik pada anak usia dini.

PENUTUP

Kesimpulan

Penggunaan media Balok Cuisenaire

dengan metode bermain terhadap peningkatan

kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal Al-Ikhsan Kota Banda Aceh sangat

berpengaruh yaitu terjadi peningkatan dari

nilai rata-rata hasil siklus I sebesar 53,0%

(kurang baik) dan hasil siklus II sebesar

75,4% (baik). Jadi selisih peningkatan

kecerdasan Matematika antara siklus I dan

siklus II adalah sebesar 22,45%.

Penggunaan media Balok Cuisenaire

dengan metode bermain dapat meningkatkan

kecerdasan Matematika anak Raudhatul Athfal

Al-Ikhsan Kota Banda Aceh secara maksimal

dalam pembelajaran. Sehingga anak-anak sangat menarik, menyenangkan, aktif, kreatif

dan inovatif dalam belajarnya.

Saran

Diharapkan kepada guru Raudhatul

Athfal Al-Ikhsan khususnya dan guru PAUD

pada umumnya dapat menerapkan model

pembelajaran yang bervariasi dalam pem-

belajaran, sehingga anak meningkatkan hasil

belajarnya yang optimal.

Diharapkan kepada pengelola pen-

didikan anak usia dini dapat memberikan

motivasi kepada guru PAUD untuk dapat

mengembangkan potensi-potensi anak didik

sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki-

nya.

DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono.(2005). Pengantar Statistika

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Azhar Arsyad,(2007). Media Pembelajaran.

Jakarta : Raja Grafindo Persada

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam direktorat Pen-

didikan Madrasah, (2011), Kurikulum

RA/BA/TA, Jakarta: Direktorat Pen-

didikan Islam Direktorat Pendidikan

Madrasah

E. Mulyasa, (2007). Menjadi Guru Profesional

Menciptakan Pem-belajaran Kreatif

dan Menyenangkan, Bandung: Remaja

Rosdakarya

GBHN No.II/MPR/1993 tentang Tujuan

Pendidikan Nasional.

Ipotes Wordpress, 2010. http://asahannew. com/konsep-kecerdasan-manajemuk-

menurut-gardner/2010 (20 Januari

2013)

Igak, Kuswaya.2007.Penelitian Tindakan

Kelas.Universitas Terbuka.Jakarta

Isjoni.(2011).Model Pembelajaran Anak Usia

Dini. Bandung. Alfabeta

Subana, dkk. 2000. Stastistik Pendidikan.

Pustaka Esa. Bandung

Sofia Hartati (2005). Perkembangan Belajar

Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti

Tadkiroatun Musfiroh.2005.Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan

(Stimulasi Multiple Intelligences Anak

Usia Taman Kanak-kanak) Jakarta:

Bina Ilmu

W. Sanjaya. (2005). Pendidikan Praktis Anak

Usia Dini. Bandung: Bina Aksara.

Page 37: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 32 Jurnal Biology Education

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENERAPAN METODE BLENDED LEARNING

DENGAN METODE KONVENSIONAL DALAM

PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA KONSEP EKOSISTEM

SISWA KELAS X MAN 2 BANDA ACEH

Harmaini1 Jailani

2 Musriadi

3

1Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah 2Dosen Pendidikan Biologi Universitas FKIP Serambi Mekkah

3Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah

Abstrak

Telah dilakukan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Antara Penerapan Metode Blended

Learning dengan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem Siswa

Kelas X MAN 2 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar siswa

antara kelas eksperimen yang diterapkan motode pembelajaran blended learning dengan kelas

kontrol yang diterapkan motode konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X MAN 2 Banda Aceh sebanyak 150 siswa yang terdiri dari 5 kelas. Sedangkan sampelnya

adalah siswa kelas X� (kelas eksperimen) dan kelas X� (kelas kontrol) dengan jumlah masing-masing

30 siswa. Data diperoleh dari hasil tes dengan soal yang sama bagi kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, dan diolah dengan menggunakan rumus uji-t. Dari hasil rata-rata N-Gain dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05 menunjukkan bahwa harga t-hitung = 4.301 > t-tabel

= 2.0017, dengan db = 58 diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan

metode blended learning kelas X� (kelompok eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang diajarkan dengan metode konvensional yaitu kelas X�(kelompok kontrol) pada konsep

ekosistem. Sehingga hipotesis berbunyi terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa

yang diajarkan dengan menggunakan metode blended learning diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa metode blended learning dapat digunakan dalam pembelajaran biologi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Blended Learning, Metode Konvensional dan Konsep

Ekosistem.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi berkembang begitu cepat, sehingga

menuntut sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan tersebut. Dalam

dunia pendidikan, perkembangan teknologi

sangat mempengaruhi akan sebuah model

pembelajaran yang berdasarkan teori-teori

belajar yang ada. Dalam proses pembelajaran,

guru sebagai salah satu sumber daya manusia

tentunya memegang peranan penting akan

keberhasilan dan keefektifan sebuah

pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam menyampai-kan suatu materi pelajaran, tidak

hanya dipengaruhi oleh kemampuannya

(komptensi guru) dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada

faktor-faktor lain yang harus dikuasainya

sehingga ia mampu menyampaikan materi

secara profesional dan efektif.

Faktor-faktor tersebut sudah diatur

dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.

14 Tahun 2005 Bab IV Bagian Kesatu Pasal

10 yakni, “Kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi”, Kompotensi-kompotensi tersebut dijabarkan

dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun

2007. Dalam kompetensi pedadogik, salah

satunya poinnya adalah seorang guru harus

menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik. Penguasaan

meliputi kompetensi guru dalam menerapkan

berbagai pendekatan, strategi, metode, dan

teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

Salah satu teori belajar dari aliran

kogntif yang menjadi terkenal saat ini untuk meng-hasilkan efektifitas dan keberhasilan

guru di kelas adalah teori belajar konstruktivis.

Menurut teori ini belajar bukanlah hanya

sekedar menghafal akan tetapi belajar sebagai

proses mengkonstruksi atau membangun

pengetahuan melalui pengalaman.

Construtivism is an approach to teching and

learning that acknowledge that information

Page 38: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 33 Jurnal Biology Education

can be conveyed but understanding is

dependent upon the learner (Casas, 2006).

Selain itu, Chang (2001) mengatakan bahwa,

“from the viewpoint of recently developed

constructivist learning theory, knowledge should not be accepted passively, it should be

actively construted by cognitio”.

Teori-teori belajar tersebut awalnya dilakukan dalam sebuah pembelajaran

langsung atau tradisional yang belum

menggunakan alat atau media pembelajaran

melalui aplikasi ICT (Information,

Comunication and Technology). Akan tetapi

dengan berkembangnya ICT me-munculkan

berbagai pembelajaran secara online atau web-

school atau cyber-school yang meng-gunakan

fasilitas internet mengundang banyak istilah

dalam pembelajaran. Pembelajaran blended learning berbasis

web berdampak pada motivasi siswa dalam

belajar, semangat untuk mencari dan

menemukan, berpikir kritis dan logis. Hal ini

dapat dijelaskan karena pembelajaran blended

learning berbasis web memberikan banyak

kelebihan terutama dalam hal meningkatkan

interaktivitas siswa dalam belajar dan

kemudahan dalam menjangkau informasi pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan

oleh Bates dan Wulf, (1996).

Dari uraian latar belakang terdapat per-

masalahan adalah ”Bagaimana perbedaan

hasil belajar siswa antara penerapan metode blended learning dengan metode konvensional

dalam pembelajaran biologi pada konsep

ekosistem siswa kelas X MAN 2 Banda

Aceh”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah

untuk Untuk mem-bedakan hasil belajar siswa

antara penerapan motode blended learning

dengan metode konvensional dalam

pembelajaran biologi pada konsep ekosistem

siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Banda Aceh, pada semester genap tahun ajaran

2012/2013, tepatnya pada bulan juni 2013.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X sebanyak 150 siswa, yang tersebar pada

lima kelas paralel, dengan rata-rata jumlah

siswa 30 siswa per kelas. Dari populasi ini,

diambil secara acak sebanyak 30 siswa yang

dijadikan sebagai kelas eksperimen

(pembelajaran dengan model pembelajaran

blended learning) dan 30 siswa sebagai kelas

kontrol (model pembelajaran konvensional). Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah

proses pembelajaran dan hasil belajar kognitif

berupa kemampuan awal dan kemampuan akhir selama proses pembelajaran berlangsung

menggunakan Blended Learning

Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen (Arifin, 2008), dengan desain

penelitian “Pretest-posttest Control Group

Design” yaitu penelitian yang dilaksanakan

pada dua kelas, kelas pertama sebagai kelas

eksperimen, yaitu kelas menggunakan metode

blended learning dan kelas kedua sebagai

kelas kontrol, yaitu model pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan penelitian,

dibuat perangkat atau instrument penelitian

diantaranya meliputi Rencana Program

Pembelajaran (RPP) dan perangkat tes.

Data yang telah dikumpulkan dianalisis

dan hasil analisis dibandingkan antara

kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol Data kemampuan penguasaan konsep

adalah skor pretest (kemampuan awal) dan skor post test (kemampuan akhir). Dari data

skor pretest dan post test tersebut selanjutnya

dihitung “gain” dengan cara mengurangi skor post test dengan pretest. Untuk menghindari

kesalahan dalam menginterpretasikan peroleh-

an gain masing-masing siswa, maka dilakukan normalisasi N-gain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan untuk menguji

hasil belajar siswa adalah data kemampuan

awal siswa. Data kemampuan awal siswa

berupa pretes yang dilakukan sebelum

penerapan metode blended learning dan

metode konvensional. Pretes yang digunakan merupa-kan soal pilihan berganda dengan

jumlah soal sebanyak 60 soal dan 4 pilihan

jawaban. Soal pretes di kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol merupakan soal yang sama.

Hasil analisis kemampuan pengetahuan awal

siswa menunjuk-kan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara siswa yang ada di Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah

dilakukan pretes (Tabel 4.1).

Page 39: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 34 Jurnal Biology Education

Tabel 4.1. Rata-Rata Nilai Pretes Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretes Kelas Normalitas Homogenitas

Signifikansi EXP KNTRL EXP KNTRL (EXP-KNTRL)

Rata-

Rata

Pretest

40.97

40.73 Normal

�2

Hitung =

0.6861

Normal

�2

Hitung =

2.2057

Homogen

Fhitung = 2.90

Signifikan

thitung = 0.406

thitung < ttabel

0.406 < 2.0017

�2

tabel (α = 0.05) dk (5-3=2) = 5.9915

Ftabel (α = 0.05) dk (58) = 3.6875 Ttabel (α = 0.05) dk (n1+n2-2 = 58) = 2.0017

Hasil analisis tabel 4.1 menunjukkan

bahwa siswa yang ada dikelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol memiliki kemampuan awal

yang sama, dan memiliki nilai pretes yang

sama terlihat dari nilai thitungnya kurang dari

ttabel. Uji normalitas menggunakan uji Chi-

Kuadrat sedangkan homogenitas sampel

digunakan uji F.

Hasil belajar siswa pada akhir pem-belajaran tentang ekosistem diukur melalui

postes. Soal postes yang diberikan pada kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah soal

yang sama sebanyak 60 soal. Postes

dilaksanakan setelah materi ekosistem

diajarkan dengan motode pembelajaran

blended learning di kelas X� dan motode

konvensional di kelas X�. Pada kedua terdapat

perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

yang tertera pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Rata-Rata N-Gain Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

N-Gain Kelas Normalitas Homogenitas

Signifikansi EXP KNTRL EXP KNTRL (EXP-KNTRL

Rata-Rata

N-Gain 71.32

54.02

Normal

�2

Hitung =

1.9162

Normal

�22

Hitung =

2.0758

Homogen

Fhitung = 2.14

Signifikan

thitung = 4.301

thitung > ttabel

4.301 > 2.0017

�2

tabel (α = 0.05) dk (5-3=2) = 5.9915 Ftabel (α = 0.05) dk (58) = 3.6875

Ttabel (α = 0.05) dk (n1+n2-2 = 58) = 2.0017

Setelah diperoleh nilai pretes dan postes

pada kedua kelas dilakukan uji signifikansi

perbedaan hasil belajar siswa. Untuk menguji

signifikansi perbedaan hasil belajar siswa

antara kelas eksperimen dan kelas control di

tempuh dengan menguji rata-rata pretes,

postes, skor gain dan N-gain pada kedua kelas

(Lampiran). Pada kedua kelas tampak ada

perbedaan seperti yang tertera pada gambar

4.1

Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa di Kelas Experimen dan Kelas Kontrol

51.03

40.97

10.07

71.32

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Postes Pretes Gain N-Gain

Kelas Experimen Kelas Kontrol

Page 40: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 35 Jurnal Biology Education

Gambar 4.1 tampak bahwa saat pretes

siswa di kelas eksperimen dan di kelas control

memiliki rata-rata skor yang tidak jauh ber-

beda, yaitu 40,97 untuk kelas eksperimen dan

40,73 di kelas kontrol. Setelah dilaksanakan proses belajar mengajar blended learning di

kelas eksperimen dan kontrol tampak terdapat

perbedaan peningkatan hasil belajar siswa baik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen rata-rata postes 51,03 dan kelas

kontrol 44,60 sedangkan rata-rata N-Gain kelas

eksperimen 71,32 dan kelas kontrol 54,02.

Perbedaan hasil belajar siswa di kelas

Eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t,

data uji t yang digunakan adalah data N-Gain

siswa pada kedua kelas. Diperoleh thitung

sebesar 4,301 dan ttabel , 2,0017 dengan asumsi

terima Ho bila thitung < ttabel dan tolak Ho bila thitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05. Hasil

penghitungan uji t diperoleh thitung > ttabel atau

4,301 > 2,0017 . Hipotesis yang menyatakan

ada perbedaan hasil belajar siswa yang

dibelajarkan dengan motode pembelajaran

blended learning dan motode konvensional

pada materi ekosistem diterima.

PEMBAHASAN

Blended learning adalah pembelajaran

yang berisi tatap muka, di mana beririsan

dengan Blended e-learning. Pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis

komputer yang berisisan dengan pembelajaran

online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berbasis Internet yang di

dalamnya ada pembelajaran berbasis web.

Dalam pembelajaran blended e-learning

fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri

pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab

untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran

‘blended e-learning’ akan memaksa pelajar

memainkan peranan yang lebih aktif dalam

pembelajarannya. Pelajar membuat perancang-an dan mencari materi dengan usaha, dan

inisiatif sendiri. (Khoe Yao Tung, 2000)

mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, Internet akan menjadi

suplemen dan komplemen dalam menjadikan

wakil guru yang mewakili sumber belajar yang

penting di dunia.

Perbedaan yang cukup mencolok dari

pembelajaran sebelumnya, adalah pada pem-

belajaran e-learning berbasis web kelihatan

siswa dalam proses pembelajaran lebih

seimbang dan merata, kemampuan berfikir

siswa dapat lebih dioptimalkan sesuai tingkat

kemampuan masing-masing peserta didik,

yang mana hal ini tidak terdapat pada

pembelajaran model konvensional. Hal ini me-

rupakan satu diantara beberapa kelebihan dari model pembelajaran e-learning berbasis web.

Pada penelitian ini terbukti dari hasil

pretes kelas kontrol dan eksperimen yang homogen dapat diasumsikan kemampuan

kedua kelas ini setara dan sama. Perlakuan

apapun yang diberikan kepada kelas

eksperimen nantinya akan memberikan hasil

seberapa besar pengaruh tindakan yang

dilakukan dan apakah bernilai positif atau

sebaliknya. Dari hasil penelitian, hasil belajar

kelas eksperimen terbukti lebih tinggi daripada

kelas kontrol dengan metode konvensional.

Data N-Gain penelitian menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh oleh 2 (dua) kelas

tersebut berbeda-beda, dengan rata-rata hasil

tertinggi berada pada kelas eksperimen.

Dengan demikian kelas eksperimen yang di-

terapkan pembelajaran metode blended learning

jauh lebih baik dibandingkan kelas kontrol

dengan menggunakan model konvensional.

Perbedaan hasil belajar siswa kelas

ekperimen tersebut tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam

kelasnya. Guru sendiri berperan sebagai pem-

bimbing mengawasi aktivitas belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil peneliti-an di atas dapat diketahui bahwa penerapan

metode pembelajaran blended learning ter-

dapat perbedaan hasil belajar siswa pada

materi ekosistem dengan kesimpulan:

1. Kemampuan hasil belajar siswa pada

materi ekosistem menggunakan motede

pembelajaran blended learning lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan hasil

belajar siswa pada materi ekosistem meng-gunakan model pembelajaran konvensional.

Dengan menggunakan pembelajaran blended

learning dapat menjadikan siswa lebih kreatif, berpikir tingkat tinggi dan aktif.

2. Pembelajaran dengan menggunakan metode

blended learning membantu siswa lebih

cepat memahami konsep dan mendapatkan

informasi baru yang langsung bisa diakses

melalui internet.

Hasil temuan penelitian menjelaskan

bahwa kelas siswa yang mendapat model

pembelajaran lended learning lebih baik dari

pada kelas siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran konvensional.

Page 41: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 36 Jurnal Biology Education

SARAN

Berdasarkan hasil dan kesimpulan

dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai

beberapa saran, yaitu sekolah diharapkan

dapat memfasilitasi terselenggaranya pem-belajaran berbasis TIK, mengoptimalkan

penggunaan fasilitas TIK dalam setiap

kegiatan pembelajaran dan memberikan akses komputer dan internet seluasnya kepada siswa,

guru juga diharapkan dapat menerapkan

blended learning sebagai salah satu alternatif

pembelajaran biologi berbasis TIK dan

membimbing siswa secara intensif untuk

berperan aktif dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. (2008). Metodologi Penelitian

Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia.

Bates,A.W. (1995). Technology Open

Learning and Distance

Education.London: Routiedge.

Casas, (2006). Technology Open Learning and Distance Education. London:

Routledge

Chang, (2001). Antibacterialactivity of leaf

essential oils and their constituents

from Cinnamomum osmophloeum.

Journal of Ethnopharmacology

Khoe yao tung, (2000). Pendidikan dan riset

internet. Jakarta: Dinastindo.

Wulf, K. (1996). Training via the Internet:

Where are We? Training and Development 50 No. 5.

Page 42: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 37 Jurnal Biology Education

UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PELESTARIAN

LINGKUNGAN MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Azwir dan Almukarramah

(Staf Pengajar FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh)

The living space management include a prevention tackling a destruction, pollution and recovery of an environment quality has demanded to be developed a variety of policy instruments program, and

activities supported by other environment management supporter system. In the course of its complex

of the living space management and inter sectoral problems and regional, so, in the implementation of

the development need to own a plenning and the implementation of the living space management that

suit to the principle of continued development namely economic development, sosial cultural,

balancid living space as interdependent pillart and strengthen one another. Hopefully, by existing

many sides participation and controling. Law supremacy must be absolutely established, it could be made as acommon pattern to manage the living space with a wise way. So the objective of the

continues development could be absolutely implemented in the area and it does not step hault at

amotto only. Never the los, the fact in the field it often contradict to what we hope. This case was prosed by the creasing its quality of the living space from time to time really, the problem of the

environment is the problem of haw characteristics and essences from humans who live in that

environment. The activity of quidance and education conducted by the goverment has to be directet to

the formation of attitude and behaviors to be couscious of the conservation and the increasing quality

of the environment health.

Keyword: Consciousness of community, conservation, education of living space.

Pendahuluan

Permasalahan lingkungan hidup se-

benarnya sudah ada sejak manusia ada di jagat

raya ini, berbagai macam permasalahan muncul disebabkan oleh karena manusia

menggunakan alam semesta ini sebagai

lingkungan hidupnya, sebagai sumberdayanya,

oleh karena itu kita melihat berbagai petunjuk

yang terjadi merupakan awal terjadinya

kerusakan lingkungan dimuka bumi ini, seperti

perubahan iklim, bencana alam, kepunahan

hewan dan tumbuhan serta berbagai pen-

cemaran lingkungan hidup. Selain itu, hubungan manusia dengan

lingkungannya juga merupakan suatu hal yang

tidak dapat dipisahkan. Apabila lingkungan kurang baik, maka kelangsungan hidup

manusia tidak dapat berlangsung secara baik.

Sebaliknya, lingkungan yang baik akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi

manusia yang hidup di lingkungan tersebut.

Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang

bersih dan sehat. Lingkungan hidup yang

bersih dan sehat itu tidak mungkin tercipta

dengan sendirinya tanpa diusahakan oleh

manusia. Lingkungan hidup yang sehat tersebut meliputi sanitasi dan hygiene.

Menurut Entjang (1998) bahwa: “Sanitasi dan

hygiene adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia“.

Tujuan pengelolaan lingkungan antara lain adalah untuk mencegah berbagai

pencemaran yang membahayakan. Penataan

lingkungan yang bersih dibutuhkan kesadaran

dan partisipasi masyarakat guna mewujudkan

lingkungan yang bersih dan sehat. Secara

umum faktor dominan yang menjadi hambatan

dalam pengelolaan kebersihan lingkungan

adalah masalah rendahnya kesadaran

masyarakat, tingkat pendidikan yang rendah, perilaku, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain

(Soerjani, 1997).

Pendidikan Lingkungan Hidup

Pengetahuan lingkungan, persepsi dan

sikap peduli dalam pengelolaan lingkungan diharapkan akan memotivasi minat yang dapat

diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan

menjadi budaya terhadap masyarakat dan

generasi manusia yang akan datang

(Suriaatmatja, R.E., 1991). Menumbuh-

kembangkan budaya cinta lingkungan, berarti

membentuk masyarakat yang merasa ber-tanggungjawab terhadap kesehatan lingkungan

dan peka terhadap kerusakan lingkungan.

Page 43: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 38 Jurnal Biology Education

Sampai saat ini pengetahuan lingkung-

an sudah lebih dari 25 tahun diterapkan pada

dunia pendidikan, dalam waktu ini diharapkan

para pendidik telah menguasai konsep

lingkungan, anak didik, dan masyarakat

sekolah dapat mengimplementasikannya

dalam kehidupan yang berwawasan dan

kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan. Ilmu lingkungan hidup bisa dipelajari

secara obyektif dan subyektif atau secara

antroposentris, untuk kepentingan manusia. Tidak dapat disangkal, bahwa manusia

berperan sebagai obyek tetapi pada waktu

yang sama bisa juga berperan sebagai subyek.

Pembinaan untuk ini dilakukan oleh Menteti

Negara yang mengurusi kependudukan dan

lingkungan hidup. Mengupaya kelestarian

lingkungan yang sehat, meningkatkan

kesejahteraan kehidupan bangsa, baik material

maupun spiritual, memacu tiap warga negara untuk turut berperan aktif dalam menjaga

kelestarian lingkungan (Kaligis, 1993).

Bagi manusia lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik

berupa benda hidup, benda mati, benda nyata

ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya

interaksi diantara elemen-elemen di alam

tersebut (Slamet, 2004).

Pendidikan lingkungan hidup pada

dasarnya adalah pendidikan tentang, di dalam

dan untuk lingkungan, yaitu:

1. Merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, ketrampilan subjek

belajar, yang di dalamnya tercakup

kesadaran, nilai-nilai, dan kemampuan berfikir tentang lingkungan.

2. Lingkungan yang dipelajari merupakan

sesuatu yang kompleks, yang

mengandung permasalahan politik,

ekonomi, hubungan antara manusia

dengan kebudayaan dan lingkungan biofisik disekitarnya.

3. Pendidikan lingkungan bukan merupakan

disiplin ilmu, akan tetapi hendaknya merupakan bagian dari pendidikan

seumur hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup yang diartikan sebagai upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang

mencakup kebijaksanaan penataan ,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan dan pengendalian

lingkungan hidup (Pasal 1 angka 2 Undang-

undang No.23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup). Amanat

pasal tersebut memiliki makna terdapat

korelasi antara Negara (state), wujud

perbuatan hukumnya berupa kebijakan (policy

making) serta sistem tata kelola lingkungan

yang bertanggung jawab.

Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan termasuk

pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas

lingkungan telah menuntut dikembangkannya

berbagai perangkat kebijaksanaan dan program

serta kegiatan yang didukung oleh sistem

pendukung pengelolaan lingkungan lainnya.

Sistem tersebut mencakup kemantapan

kelembagaan, sumberdaya manusia dan

kemitraan lingkungan, disamping perangkat

hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi)

dan keseluruhan (holistik) dari esensi

lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk

sistem pendukungnya tidak dapat berdiri

sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh

pelaksanaan pembangunan sektor dan wilayah.

Mengingat kompleksnya pengelolaan

lingkungan hidup dan permasalahan yang

bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalam

pelaksanaan pembangunan diperlukan

perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan yaitu

pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai

pilar-pilar yang saling tergantung dan saling

memperkuat satu sama lain (Kaligis, 1993). Di

dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai

pihak, serta ketegasan dalam penataan hukum

lingkungan. Diharapkan dengan adanya partisipasi barbagai pihak dan pengawasan

serta penaatan hukum yang betul-betul dapat

ditegakkan, dapat dijadikan acuan bersama untuk mengelola lingkungan hidup dengan

cara yang bijaksana sehingga tujuan

pembangunan berkelanjutan betul-betul dapat diimplementasikan di lapangan dan tidak

berhenti pada slogan semata. Namun demikian

fakta di lapangan seringkali bertentangan

dengan apa yang diharapkan. Hal ini terbukti

dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup

Page 44: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 39 Jurnal Biology Education

dari waktu ke waktu, ditunjukkan beberapa

fakta di lapangan yang dapat diamati.

Pengelolaan lingkungan hidup dapat

juga dikatakan dengan upaya menjaga

kebersihan dan kesehatan lingkungan, karena

lingkungan hidup sehat adalah lingkungan

hidup yang memberikan pengaruh baik

terhadap kehidupan..

KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Kebersihan lingkungan adalah suatu kondisi yang bersih yang dapat menimbulkan

keindahan sehingga manusia yang berada di

dalamnya akan merasakan nyaman dan

senang. Warsito (2001), menjelaskan bahwa

“Lingkungan hidup sehat tentu lingkungan

hidup yang memberikan pengaruh baik pada

perkembangan kehidupan manusia secara

fisik, mental, maupun sosialnya dan tidak

hanya bebas dari penyakit dan kelemahannya”. Untuk menempatkan dan

mempertahankan lingkungan hidup sehat

diperlukan konsep tentang sanitasi lingkungan. Sanitasi merupakan usaha pembinaan

kebersihan dan kesehatan lingkungan guna

menunjang pemeliharaan dan pembinaan kesehatan manusia. Apabila keadaan sanitasi

tidak baik, maka akan mengakibatkan tingkat

kesehatan yang rendah. Menurut Warsito

(2001), bahwa : “sanitasi adalah usaha untuk

mengubah lingkungan sedemikian rupa

sehingga manusia dapat terjamin hidupnya

secara nyaman, bergairah dan sejahtera”. Sedangkan menurut Entjang (1998), bahwa:

“Sanitasi lingkungan adalah pengawasan

lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomis yang mempengaruhi kesehatan manusia

dimana kesehatan yang berguna ditingkatkan

dan diperbanyak. Sedangkan yang merugikan

diperbaiki atau dihilangkan”.

Sanitasi lingkungan sangatlah penting

bagi masyarakat terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantas-

an nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan

penyakit menular. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Entjang (1986:75),

menjelaskan:

Usaha sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi:

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik,

cukup kualitas maupun kuantitasnya.

b. Mengatur pembuangan kotoran

c. Mendirikan rumah-rumah sehat,

menambah jumlah rumah agar rumah

tersebut menjadi pusat kesenangan rumah

tangga yang sehat

d. Pembasmian serangga penyebar penyakit

seperti lalat, nyamuk, kutu-kutu serta

binatang reservoir penyakit

e. Pengawasan terhadap bahaya pengotoran

udara (Air Pollition)

f. Pengawasan terhadap bahaya radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif sesuai dengan

perkembangan Negara

Dengan demikian kebersihan lingkungan mempunyai berbagai fungsi yang

dapat menciptakan keindahan dan memberikan

manfaat bagi kesehatan secara keseluruhan

bagi penghuninya.

Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan

Lingkungan

Banyak faktor yang mempengaruhi

kebersihan lingkungan antara lain faktor pendidikan, ekonomi, kependudukan dan

sosial budaya.

1. Faktor Pendidikan

Upaya penyehatan lingkungan

dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam rangka mengurangi

resiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Upaya tersebut berhubungan erat dengan

faktor pendidikan masyarakat yang tinggal

dilingkungan tersebut. Pendidikan yang

dimaksud adalah pengetahuan yang dapat

mendorong kemampuan bertindak sesuai dengan kondisinya dalam memecahkan

masalah kebersiham lingkungan hidup,

masyarakat yang berpendidikan akan menyadari arti pentingnya lingkungan

dalam menunjang kesehatannya, sebaliknya

tingkat pendidikan yang rendah dan

ketidaktahuan masyarakat tentang

lingkungan juga akan menyebabakan

malapetaka bagi mereka. Notoatmojo (2003), menjelaskan bahwa “Salah satu hal

yang paling berbahaya yang mengancam

manusia adalah ketidakpengertiannya”. Dalam hubungan dengan kebersihan

lingkungan, setiap individu harus mem-punyai konsep tentang cara pengelolaan

dan pemanfaatan lingkungannya. Pendidikan yang mereka miliki harus dapat

membantu mereka dalam menjaga

keseimbangan dan kesehatan pribadi

mereka. Entjang (1998), menjelaskan

bahwa: “Pendidikan harus membuat

Page 45: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 40 Jurnal Biology Education

perorangan dan masyarakat bebas dari

ketidak pengertian sehingga mereka

menyadari bahwa pemeliharaan lingkungan

dan kebersihan diri merupakan usaha

pencegahan berbagai masalah diantaranya

kesehatan pribadi”.

Perkembangan teknologi tidak hanya

meningkatkan taraf hidup, juga dapat merusak lingkungan yang sehat. Oleh

karena itu, perkembangan ilmu pengetahu-an dan teknologi yang tidak diimbangi oleh

keterampilan yang dapat memanfaatkan limbah-limbah buangan tersebut yang akan

menyebabkan berbagai masalah diantara-nya polusi udara dan tanah.

Tanggung jawab dalam menyelamat-kan kebersihan lingkungan adalah

masyarakat yang hidup di lingkungan

tersebut. Hal ini berarti bahwa pencegahan

masalah lingkungan seperti pencemaran

harus datang dari masyarakat. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

2. Faktor Ekonomi

Kemiskinan merupakan suatu hal

yang memiliki suatu dampak negatif

terhadap lingkungan. Soerjani, dkk (1997),

menyatakan bahwa : “Dampak negatif

kemiskinan terhadap lingkungan alam

demikian besarnya sehingga dikatakan

bahwa masalah lingkungan alam di

Indonesia ini adalah kemiskinan”, Lebih lanjut Seragih (2002), menjelaskan bahwa :

“Kemiskinan merupakan lingkungan yang

membahayakan kesehatan manusia

(Jasmani, Rohani dan Sosial), karena tidak

dapat memenuhi kebutuhan makanan yang

sehat, yang melemahkan daya tahan tubuh

sehingga mudah terserang suatu penyakit”.

Jadi kemiskinan merupakan faktor yang

dapat menyebabkan seseorang tidak dapat

memenuhi kebutuhan hidup baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

Dampak kemiskinan dapat berpengaruh

terhadap keluarga sendiri, masyarakat, maupun negara.

Masalah lingkungan yang dihadapi

oleh negara-negara yang sedang ber-kembang pada umumnya akibat dari

masalah ekonomi itu sendiri. Menurut

Salim (1986), “Masalah lingkungan hidup

yang dihadapi oleh negara-negara yang

sedang berkembang banyak ditimbulkan

oleh kemiskinan yang memaksa rakyat

merusak lingkungan alam”. Selanjutnya

Srimulyani (2000), menjelaskan bahwa

kemiskinan memaksa rakyat untuk

membakar hutan untuk pemukiman dan

bertani, kotoran dan sampah manusia

kurang terurus sehingga kesehatan

lingkungan menjadi rendah mudah terjangkit penyakit kulit, infeksi saluran

pencernaan, cacingan dan infeksi mata.

Perubahan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sehat sangatlah

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi

masyarakat. Masyarakat yang tingkat

perekonomiannya tinggi makin besar

kepeduliaannya terhadap lingkungan.

Sebaliknya makin rendah tingkat per-ekonomian masyarakat kemungkinan

pengrusakan lingkungan semakin besar

pula. Achmad (1989), menjelaskan bahwa :

“Tingkat pendapatan keluarga merupakan

salah satu landasan pokok bagi upaya meningkatkan kesehatan lingkungan secara

tidak langsung, karena upaya tersebut

adalah upaya partisipatif”.

3. Faktor kependudukan

Masalah kependudukan dewasa ini

telah dipandang sebagai masalah dunia

yang mendasar. Hal ini disebabkan,

masalah tersebut menyentuh hal-hal yang bersifat asasi bagi manusia, yaitu

kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Beban kependudukan lebih berat dirasakan

oleh negara-negara yang sedang ber-kembang dan Indonesia merupakan salah

satu negara yang sedang berkembang saat

ini, juga menghadapi masalah tersebut. Ledakan pertumbukan penduduk

menjadi masalah yang dapat menimbulkan

persoalan kebersihan lingkungan, baik dari

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Wardhana (2001), menjelaskan bahwa :

“Lingkungan pemukiman yang padat penduduknya, pada umumnya telah

mengalami pencemaran karena masalah

pembuangan sampah menjadi sangat sulit”.

Selama jumlah penduduk kian

bertambah, maka permintaan pangan dan

barang juga semakin meningkat, sehingga

semakin banyak masalah pencemaran yang

dihadapi. Wardhana (2001), menjelaskan

bahwa faktor pertumbuhan penduduk dan

penyebarannya sebagai sub variabel yang

Page 46: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 41 Jurnal Biology Education

menentukan perkembangan kesehatan

lingkungan di suatu tempat. Oleh karena

itu, masalah pertambahan penduduk yang

cepat merupakan persoalan yang memerlu-kan penanganan serius, sehingga tidak

menimbulkan dampak terhadap kebersihan

lingkungan yang pada akhirnya juga ber-pengaruh terhadap kesehatan masyarakat

yang terdapat dilingkungan tersebut.

4. Faktor Sosial Budaya

Pola sosial budaya masyarakat men-

cerminkan tingkah laku sosial dalam ke-

hidupan sehari-hari. Apabila keseimbang-

an lingkungan hidup terganggu, maka

timbullah reaksi dari alam yang akan me-

lahirkan bencana. Menurut Salim (1986),

bahwa: “Keseimbangan dalam alam

lingkungan hidup sosial ini terganggu oleh

ulah manusia, yaitu pertama penggandaan

diri manusia sehinga berjumlah banyak dalam waktu singkat pada tempat terbatas,

kedua karena kemampuan manusia

merubah lingkungan dengan ilmu dan

tehnologi”.

Hakikat pokok dalam pengembangan

kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup

adalah terpeliharanya keseimbangan alam

dan lingkungan hidup sosial. Hal ini dapat

tercapai jika manusia dapat mengendalikan dirinya dan mengindahkan asas sosial

budaya. Dalam masalah sosial, pemerintah

harus menanggulangi dan mencegah timbul komplik sosial yang serius dalam

masyarakat, sehingga dapat diterima oleh

berbagai pihak di masyarakat, agar tidak timbul kecemasan yang bisa mengganggu

lingkungan hidup.

Jadi faktor sosial budaya merupakan

faktor yang penting dalam menjaga

kebersihan lingkungan seperti membuang

sampah disembarang tempat dapat

membuat pandangan yang tidak enak dan

merusak kesehatan. Dengan demikian

faktor budaya yang tidak baik itu perlu dihilangkan dengan membiasakan menjaga

kebersihan sehingga kebiasaan tersebut

menjadi bagian dari budaya masyarakat sehari-hari.

Hubungan Kebersihan Lingkungan Dengan

Kesehatan Manusia

Kehidupan manusia tidak terlepas dari

pengaruh lingkungan. Hubungan yang erat

diantaranya manusia dengan lingkungan

membawa kenyataan bahwa hidup manusia

sangat ditentukan oleh kebersihan lingkungan.

Menurut Engger (1995), bahwa: “Faktor lingkungan merupakan yang paling ber-

pengaruh terhadap derajat kesehatan, oleh

karena itu peningkatan kesehatan lingkungan merupakan salah satu upaya pokok kesehatan

dalam pembangunan kesehatan jangka

panjang”.

Manusia untuk hidup sehat memerlu-

kan berbagai persyaratan seperti udara yang

bebas dari polusi. Lingkungan yang bersih,

makanan yang mengandung gizi cukup, tempat

tinggal yang bersih dan teratur. Namun dalam

kanyataannya tidak semua persyaratan tersebut dapat dipenuhi apabila hal ini dapat ber-

langsung lama maka akan dapat menimbulkan

bermacam-macam penyakit. Keberadaan manusia yang semakin

padat dalam alam yang semakin sempit

menyebabkan pemanfaatan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya dan kesehatan

lingkungan menjadi lebih parah. Oleh karena

itu, masalah lingkungan sebenarnya adalah

masalah bagaimana sifat dan hakikat dari

manusia yang tinggal di lingkungan tersebut.

Penyuluhan dan pendidikan yang dilakukan

oleh pemerintah harus diarahkan kepada pembentukan sikap dan perilaku sadar akan

kelestarian dan peningkatan kualitas kesehatan

lingkungan. Abdullah (1991), menjelaskan bahwa: “Kesadaran lingkungan hidup sehat

bukan hanya soal pengertian dan tidak

mungkin hanya diajarkan secara teoritis tetapi

merupakan soal kegiatan praktek. Cara

mengajarkannya adalah dengan menjalankan

dan perlu diikuti pula dengan contoh hidup, taat kepada suara hati tentang apa yang terpuji

atau tercela, serta mengenal manfaat dan

mudharatnya bedasarkan ukuran semua manusia”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan ahwa kebersihan dan kesehatan lingkungan sangatlah mempengaruhi ke-

langsungan hidup manusia yang berada di

dalamnya. Pengelolaan lingkungan berdasar-

kan undang-undang yang telah ditetapkan

sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya

alam agar lingkungan tetap lestari harus

Page 47: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 42 Jurnal Biology Education

diperhatikan tata cara lingkungan itu sendiri.

Dalam hal ini manusialah yang paling tepat

sebagai pengelolanya karena manusia

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

dengan organisme lain. Manusia mampu

merombak, memperbaiki dan mengkondisikan

lingkungan seperti yang dikehendakinya.

Kesimpulan

Secara ekologis manusia adalah

bagian dari lingkungan hidupnya Manusia mendapatkan segala sumber daya dari

lingkungannya. Hubungan manusia dengan

lingkungan tidak hanya satu arah melainkan

timbal balik. Manusia tidak saja mendapatkan

makanan dari lingkungannya, tetapi juga

memberikan makanan bagi lingkungannya.

Masalah lingkungan adalah masalah

bagaimana sifat dan hakekat manusia terhadap

lingkungan hidupnya. Sampai sekarang, pada umumnya baru pada taraf kognitif, artinya

manusia baru mengetahui, memahami gejala

kerusakan oleh tingkah laku keliru pada masa lalu. Namun sebagian besar sikap manusia

dibumi belum menunjukkan kearah perbaikan.

Dari tahap sikap ke tahap psikomotor sebagai pengelola, masih memerlukan kondisi dan

situasi tertentu agar terlaksana pelestarian

kemampuan lingkunga hidup manusia. Mereka

yang sekarang masih merusak lingkungan

dapat disebut “salah didik”. Pendidikan

sekarang harus diarahkan kepada pembentukan

sikap dan prilaku sadar akan kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup demi

kelangsungan hidup manusia dan alam

lingkungannya. Pengelolaan lingkungan hidup adalah

upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,

pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,

pemulihan dan pengembangan lingkungan

hidup. Pengelolaan ini mempunyai tujuan

sebagai berikut : a. Mencapai kelestarian hubungan

manusia dengan lingkungan hidup

sebagai tujuan membangun manusia yang seutuhnya.

b. Mengendalikan pemanfaatan sumber

daya secara bijaksana. c. Mewujudkan manusia sebagai

pembina lingkungan hidup.

d. Melaksanakan pembangunan

berwawasan lingkungan untuk

kepentingan generasi sekarang dan

masa yang akan datang.

e. Melindungi negara terhadap dampak

kegiatan diluar wilayah negara yang

menyebabkan kerusakan dan

pencemaran lingkungan.

Untuk mencegah dan menghindari

tindakan yang bersifat kontradiksi dari hal-hal

tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan

kebijakan melalui undang-undang lingkungan hidup.

Pembangunan yang dilaksanakan tidak

hanya menghasilkan manfaat, tetapi juga membawa resiko bagi lingkungan. peranan

manusia adalah mengusahakan pembangunan

tetap berjalan dan lingkungan pun tidak rusak

karena pengaruh dari pembangunan tersebut.

Memang dalam pengelolaan lingkungan selalu

ada terdapat manfaat dan resiko sekaligus,

sulit untuk mendapat manfaat lingkungan yang

sebesar-besarnya, dan resiko yang sekecil-

kecilnya. Tetapi bukan berarti manusia tidak perlu berbuat sesuatu, karena ini juga akan

menimbulkan resiko lingkungan. Resiko

memang tidak dapat ditiadakan, manusia berusaha agar resiko yang timbul dapat

dikelola dan resiko itu dapat diperhitungkan

sekecil mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 1991. Pendidikandan Kesadaran

Berlingkungan Hidup. Sinar Darussalam.

No. 195/196, YPSD. Unsyiah. IAIN

Ar-Raniry. Banda Aceh.

Achmad.F. 1989. Prakondisi Untuk Mem-

bangun Kampung Sehat Di perkotaan Sanitas, Vol. 1 No. 3 Agustus 1989.

Entjang I. 1986. Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI. Jakarta.

Entjang I.1998. Ilmu Kesehatan Masyarakat. ALUMNI. Bandung.

Kaligis, J.R.E. Samidjo Broto K. dan Meke, M. (1993). Pendidikan Lingkungan

Hidup. Dirjen dikdas-men Prohyek

Peningkatan Mutu Pengajar SLTP Setara D-III, Jakarta.

Notoatmodjo, S 2003. Pendidikan dan Prilaku

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Page 48: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 43 Jurnal Biology Education

Putrawan, I. M. 1990. Pengujian hipotesis

dalam kajian social. Rineka Cipta.

Jakarta.

Salim E. 1986. Lingkungan Hidup dan Pem-

bangunan Mutiara. Jakarta.

Sarwono, Solita, 1999. Sosiologi Kesehatan,

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Slamet, Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Soerjani M, Rafiq A danRozy M, (1987),

Lingkungan Sumber Daya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan,

UI, Press, Jakarta.

Seragih, R.F. 2002. Pendidikan Mengenai Lingkungan dalam Rangka Pem-

bangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmu

Pendidikan 9(2) Juni 2002.

Srimulyani, E.S. 2000. Hubungan Antara

Latar Belakang Pendidikan Formal,

Pengetahuan Lingkungan dan Peran

Serta Wanita dalam Usaha

Pelestarian Lingkungan. Jurnal Ilmu

Pendidikan 7(2). Mei 2000.

Suriaatmadja, R.E. 1991. Satuan Acuan Per-kuliahan Pengetahuan Lingkungan.

Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bandung.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor–Faktor

yang Mempengaruhinya. Bina Aksara.

Jakarta.

Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran

Lingkungan. Edisi Revisi. Andi.

Yogyakarta.

Warsito. 2001. Kesehatan Lingkungan. FKM-

UGM. Yogyakarta.

Page 49: Jurnal biology vol 2 no.1 2013 - Universitas Serambi · PDF fileJurnal Biology (Sarana Inform • Implementa Pembelajar Oleh : Jail ... Peningkatan Kecerdasan Matematika Pada Anak

Jurnal Biology Education Volume 2 No. 1, Oktober 2013 ISSN: 2302-416X

Page 2 Jurnal Biology Education