jurnal bedah thorax cardio vascular

Upload: vistaririn

Post on 02-Jun-2018

282 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    1/14

    BAGIAN ILMU BEDAH JOURNAL

    FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2014

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    FAKTOR RESIKO

    YANG MEMPENGARUHI

    TINGKAT

    KELANGSUNGAN HIDUPPADA PASIEN DENGAN GEJALA EFUSI

    PERIKARDIAL YANG MENJALANI INTERVENSI BEDAH

    Seyed Mohsen Mirhosseinia, Mohammad Fakhrib,*, Amirhossein Mozaffaryb, Mojtaba Lotfalianyb, Neda Behzadniac, ZahraAnsari Avald, Seyed Mohammad Saeed Ghiasie, Mohammad Reza Boloursazf and Mohammad Reza Masjedia

    Oleh :

    VISTA RIRIN SITO

    C 111 09 350

    Supervisor :

    dr.MUHAMMAD NURALIM MALLAPASI,Sp.B Sp.BTKV

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU KESEHATAN BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2014

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    2/14

    LEMBAR PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

    Nama : VISTA RIRIN SITO

    Stambuk : C 111 09 350

    Judul Jurnal : Faktor Resiko yang Mempengaruhi Tingkat Kelangsungan

    Hidup pada Pasien Dengan Gejala Efusi Perikardial

    Yang Menjalani Intervensi Bedah

    Telah menyelesaikan jurnal reading ini sebagai tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

    Bedah Thorax Kardiovaskular Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

    Makassar, Oktober 2014

    Supervisor Coass

    dr.Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.B. Sp.BTKV Vista Ririn Sito

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    3/14

    FAKTOR RESIKOYANG MEMPENGARUHITINGKAT

    KELANGSUNGAN HI DUPPADA PASIEN DENGAN GEJALA EFUSI

    PERIKARDIAL YANG MENJALANI INTERVENSI BEDAH

    Seyed Mohsen Mirhosseinia, Mohammad Fakhrib,*, Amirhossein Mozaffaryb, MojtabaLotfalianyb, Neda Behzadniac, Zahra Ansari Avald, Seyed Mohammad Saeed Ghiasie,

    Mohammad Reza Boloursazf and Mohammad Reza Masjedia

    a Chronic Respiratory Disease Research Center, National Research Institute of Tuberculosis andLung Diseases, Shahid Beheshti University of Medical Sciences,Tehran, Iran

    b School of Medicine, Shahid Beheshti University of Medical Sciences, Tehran, Iran

    c Tobacco Prevention and Control Research Center, National Research Institute of Tuberculosis andLung Diseases, Shahid Beheshti University of Medical Sciences, Tehran, Iran

    d Lung Transplantation Research Center, National Research Institute of Tuberculosis and LungDisease, Shahid Beheshti University of Medical Sciences, Tehran,Iran

    e Department of Cardiovascular Anesthesiology, Jamaran Medical Center, Tehran, Iran

    f Pediatrics Respiratory Disease Research Center, National Research Institute of Tuberculosis andLung Disease, Shahid Beheshti University of Medical Sciences,Tehran, Iran

    Received 24 June 2012; received in revised form 30 September 2012; accepted 22 October 2012

    ABSTRAK

    TUJUAN: Manajemen optimal dan pengobatan efusi perikardium masih kontroversial. Ada

    data terbatas terkait dengan faktor risiko yang mempengaruhi kelangsungan hidup pada

    pasien ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang

    mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien dengan gejala efusi perikardial yang

    menjalani intervensi bedah.

    METODE: Dari 2004-2011, kami menganalisis secara retrospektif 153 pasien yang

    menjalani subxiphoid pericardial window sebagai intervensi bedah mereka untuk

    mengeluarkan efusi perikardial di National Research Institute of Tuberculosis and Lung

    Disease (NRITLD) untuk menentukan efek dari faktor risiko pada tingkat kelangsungan

    hidup, data demografi, catatan klinis, data ekokardiografi, CT-Scan dan hasil sitopatologi,

    dan juga informasi operasi pasien. Pasien diikuti setiap tahun sampai follow-up klinis terakhir

    (Agustus 2011). Untuk menentukan prognosis faktor yang mempengaruhi kelangsungan

    hidup, baik analisis univariabel dan multivariabel digunakan metode Cox proporsional hazard

    model.

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    4/14

    HASIL: Ada 89 pria dan 64 wanita dengan usia rata-rata 50,3 15,5 tahun. Gejala yang

    paling umum adalah dispneu. Keganas bersamaan hadir di 66 pasien. Paru-paru adalah

    tempat utama yang paling umum untuk keganasan. Durasi rata-rata follow-up adalah 15

    (dengan rentang 1-85 bulan). Enam bulan, 1 tahun dan 18 bulan tingkat kelangsungan hidup

    secara berurutan adalah 85.6, 61.4 dan 36.6%, . dalam analisis multivariabel, riwayat positif

    kanker paru-paru (rasio hazard [HR] 2,894, 95% confidence interval [CI] 1,362-6,147, P =

    0,006) atau keganasan organ lainnya (HR 2,315, 95% CI 1,009-50311, P = 0.048), adanya

    massa pada CT-Scan (HR 1,985, 95% CI 1,100-3,581, P = 0.023), dan temuan ekokardiografi

    yang sesuai dengan tamponade (HR 1,745, 95% CI 1,048-2,90 P = 0.032) adalah tiga

    prediktor independen dari kematian pasca operasi.

    KESIMPULAN: Dalam manajemen operasi efusi perikardium, pasien dengan penyakit

    ganas yang mendasari, terutama dengan kanker paru-paru, pasien dengan terdeteksi invasi

    dari thorax di CT-Scan dan orang-orang dengan temuan ekokardiografi positif sesuai dengan

    tamponade memiliki kelangsungan hidup yang buruk. Oleh karena itu, terapi minimal invasif

    dapat dianggap sebagai alternatif yang lebih dapat diterima untuk pasien berisiko tinggi ini.

    PENDAHULUAN

    Efusi perikard adalah akumulasi patologis dari cairan di dalam rongga perikard. Keadaan

    patologis ini biasanya terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi cairan dan

    kemampuan penyerapan. Penyebab paling banyak dari efusi perikard masif adalah keganasan,

    infeksi, penyakit vaskular kolagen dan radiasi dada. Pada rangkaian autopsi ditemukan

    insidensi efusi perikard. Manajemen dan penanganan optimal efusi perikard masih menjadi

    kontroversi. Telah banyak pendekatan yang dikemukakan dan dipraktekkan untuk melakukan

    drainase cairan. Perikardiosintesis merupakan teknik yang tidak terlalu invasif yang

    dilakukan dengan pemberian anestesi lokal dan sangat berguna pada situasi emergensi untuk

    meredakan gejala; namun, banyak pasien yang kembali mengalami reakumulasi cairan

    beberapa saat setelah drainase. Pericardial window subxifoid merupakan teknik yang lebih

    invasif dan memerlukan anestesi general, namun memiliki tingkat rekurensi yang rendah.

    Angka harapan hidup juga harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang penting

    dalam menangani efusi perikard. Terdapat data dimana dapat disimpulkan bahwa faktor

    resiko yang menyertai efusi perikard menentukan angka harapan hidup pasien. Telah banyak

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    5/14

    penelitian yang dilakukan dalam mempelajari angka harapan hidup pasien-pasien dengan

    efusi perikard, namun hanya sebatas pada kelompok-kelompok tertentu, seperti pada pasien-

    pasien kanker. Angka harapan hidup pasien-pasien dengan penyakit penyerta lain, seperti

    tuberkulosis, acquired immunodeficiency syndrome(AIDS) dan penyakit jaringan ikat belum

    terlalu banyak diteliti.

    Terlebih lagi, terdapat inkonsistensi hasil dari penelitian tentang faktor yang mempengaruhi

    prognosis pasca operasi. Beberapa penelitian telah menemukan penyakit-penyakit dasar yang

    mempengaruhi perkiraan tentang hasil operasi, dimana ada pula yang mengatakan bahwa

    komplikasi pasca operatif itu sendiri yang menyebabkan rendahnya angka harapan hidup.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menerangkan faktor-faktor resiko yang mempengaruhi

    angka harapan hidup pada pasien dengan efusi perikard simptomatik yang mendapatkan

    intervensi pembedahan.

    BAHAN DAN METODE

    Populasi Penelitian

    Dari Januari 2004 hingga Agustus 2011, kami melihat kembali secara retrospektif perjalanan

    pasien-pasien dengan efusi perikard yang menjalani pembedahan di National ResearchInstitute of Tuberculosis and Lung Diseases (NRITLD); Masih Daneshvari Medical Center

    and Jamaran Medical Center, Tehran, Iran.Informasi pada 153 pasien yang kami temukan,

    kami pelajari kembali dan kami rangkum secara retrospektif. Pada pasien-pasien ini, 116 di

    antaranya berasal dari Masih Daneshvari Hospital dan 37 sisanya berasal dari Jamaran

    Medical Center. Teknik pembedahan, peralatan, dan ahli bedah dari kedua institusi yang

    ditinjau memiliki banyak kesamaan. Mengingat kedua institusi pada penelitian ini merupakan

    rumah sakit rujukan, sebagian besar pasien bukan berasal dari Tehran dan oleh sebab itu,

    sampel kami merupakan sampel yang didapatkan dari beberapa negara tetangga. Seluruh

    protokol penelitian telah disetujui oleh Medical Ethics Department of Shahid Beheshti

    University of Medical Science.Permintaan persetujuan tertulis telah diberikan kepada seluruh

    pasien.

    Efusi perikard didefinisikan berdasarkan temuan klinis seperti sesak nafas, hipotensi, pulsus

    paradoxus, peningkatan tekanan jugular, serta takikardi, dan/atau penemuan ekokardiografi

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    6/14

    atau computed tomography yang sesuai dengan adanya akumulasi cairan pada rongga

    perikard.

    Karakteristik pasien diabstrakkan berdasarkan rekam medis. Penemuan yang berpotensi

    menjadi faktor resiko dikumpulkan dalam lima kategori: (i) data klinis dan demografi; (ii)

    fitur ekokardiografi; (iii) hasil CT Scan; (iv) laporan sitopatologis dan (v) data pembedahan.

    Data demografis dan temuan klinis mencakup umur, jenis kelamin, sesak nafas, peningkatan

    tekanan jugular, pulsus paradoxus, dan hipotensi. Penemuan ekokardiografi seperti kolaps

    atrium kanan dan kiri, kolaps ventrikel kanan, dan fraksi ejeksi juga dicatat. Temuan CT scan

    mencakup penebalan perikard, kalsifikasi perikard, cairan atau massa. Temuan sitopatologis

    mencakup diagnosis utama, analisa sitologis efusi, dan hasil biopsi perikard juga

    dikumpulkan. Penampakan dan volume dari cairan yang dikeluarkan juga dicatat.

    Metode Pembedahan

    Pada semua pasien, prosedur pembedahan yang digunakan adalah pericardial window

    subxiphoid. Sebuah irisan dilakukan pada garis tengah prosesus xiphoid dan diikuti dengan

    retraksi ke arah atas. Setelah insisi langsung pada perikard, sebuah penghisap dimasukkan ke

    dalam rongga perikard untuk mengaspirasi cairan. Spesimen biopsi juga diambil dari seksi

    permukaan anterior perikardium.

    Pada anestesi, digunakan fentanyl, etmoidate, dan rekoronium. Setelah itu, diberikan

    isofluran atau sevofluran untuk pemeliharaan anestetik. Rata-rata durasi operasi yang

    dilakukan adalah 30-45 menit.

    Follow-up. Pada bulan pertama setelah operasi, peninjauan ketat telah direncanakan oleh

    para kardiolog. Kemudian, kunjungan bulanan oleh dokter keluarga juga telah direncanakan.

    Kemudian dilakukan follow up melalui telepon setelah satu tahun. Survei melalui telepon

    tetap dilakukan secara berkala pada pasien yang bertahan hidup. Telah diungkapkan

    sebelumnya bahwa akurasifollow updengan metode kuesioner konvensional tidak memiliki

    perbedaan denganfollow upmelalui telepon pada pasien bedah. Pada 11 pasien (7,2%), kami

    tidak dapat melakukan kontak melalui telepon; oleh karena itu kami mengajukan permintaan

    untuk melakukan pencarian pada pusat kesehatan lokal. Dengan metode ini, kami dapat

    menghubungi 8 pasien, dan pada akhirnya, hanya 3 (2%) dari pasien yang kami masukkan ke

    dalam kelompok yang tidak dapat dilakukanfollow up.

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    7/14

    Tujuan follow up yakni untuk mengukur lama bertahan hidup sejak dilakukannya operasi

    hingga kegagalan dilakukannya penanganan (meninggal) atau hingga selesai masa penelitian

    (Agustus 2011). Dengan memilih bulan Agustus 2011, kami menjamin bahwa telah

    dilakukan follow up selama minimal 12 bulan. Informasi pada pasien yang bertahan hidup,

    penyebab kematian, dan tanggal terjadinya kematian dihitung semenjak dilakukannya

    operasi.

    Anali sa Statistik. Data kuantitatif ditampilkan dalam angka rata-rata standar deviasi (SD),

    dan dan kualitatif dipresentasikan sebagai frekuensi dan persentase. Pasien yang bertahan

    hidup secara keseluruhan dikalkulasi dari tanggal dilakukannya operasi hingga kematian atau

    follow up terakhir. Pada analisis dengan variabel tunggal, baik t-test dan 2 testdigunakan

    untuk melaporkan apabila terdapat perbedaan antara pasien yang bertahan hidup dan pasien

    yang meninggal selama periodefollow up.U

    Analisis bahaya proporsional cox multivariabel digunakan untuk memprediksikan faktor

    prognostik yang mempengaruhi kemungkinan bertahan hidup pasien. Faktor resiko yang

    menunjukkan efek signifikan pada analisa multivariabel dilaporkan dalam hazard ratio(HR)

    dengan interval keyakinan 95%. Kurva bertahan hidup dipresentasikan menggunakan metode

    Kaplan-Meier.Seluruh analisis statistik dilakukan dengan perangkat lunak SPSS. Perbedaan

    statistikal dianggap signifikan apabila P

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    8/14

    tidak diketahui asalnya (n=1). Karakteristik klinis dan demografik pasien berdasarkan status

    bertahan hidup dimuat dalam tabel 1.

    Pada 45 (30%) pasien, pembedahan segera dilakukan tanpa dilakukan investigasi mendalam

    terlebih dahulu. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis atau temuan

    ekokardiografik positif. Pemeriksaan Computed Tomographyjuga dilakukan pada 105 (70%)

    pasien. Pada pasien-pasien ini, 83 di antaranya menunjukkan hasil yang mendukung. Temuan

    tersebut meliputi efusi perikard (n=62), efusi pleura (n=60), dan massa paru atau perikard

    (n=28). Data ekokardiografik didapatkan pada 146 (97,3%) pasien. Temuan paling sering

    pada ekokardiografi adalah efusi masif pada rongga perikard (n=92), diikuti oleh kolaps

    ruang jantung (n=61), dan temuan yang sesuai dengan tamponade (n=55). Angka rata-rata

    ejeksi fraksi adalah 51,6 8,2%.

    Rata-rata volume cairan yang dikeluarkan pada saat pembedahan adalah 752 429 mL. Efusi

    pada pasien yang bercampur darah ditemukan pada 69 (46%) pasien dan yang berwarna

    kekuningan pada 53 (35,3%) pasien. Pada pasien lainnya, cairan yang ditemukan bersifat

    purulen, keruh, dan tidak teridentifikasi.

    Sampel cairan pada 113 (75,3%) pasien kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan

    pemeriksaan sitologis. Temuan sitologis pada 50 (33,3%) pasien menunjukkan keganasan.Pada 137 (91,3%) pasien, biopsi perikard dilakukan dan hasilnya dikirim ke laboratorium

    untuk dilakukan pemeriksaan patologis. Temuan patologis pada 38 (25,3%) pasien

    menunjukkan keganasan. Pada 30 (20%) pasien, baik pada pemeriksaan sitologis maupun

    patologisnya menunjukkan keganasan. Data pemeriksaan pencitraan, sitopatologis, dan efusi

    yang berkaitan dengan status kemampuan bertahan hidup pasien dirangkum dalam tabel 2.

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    9/14

    Hasil Follow-up

    Angka rata-rata lama bertahan hidup pada seluruh partisipan adalah 15 bulan (dengan rentang

    1-89 bulan). Pasien yang meninggal setelah menjalani operasi memiliki rata-rata lamabertahan hidup 8,5 bulan. Pada follow-up terakhir, persentase bertahan hidup adalah 49,3%.

    Persentase bertahan hidup pasien dengan kanker paru adalah 13,8%, pada pasien dengan

    keganasan lain 30%, dan pasien-pasien dengan penyakit jinak sebesar 69%. Hasil yang kami

    dapatkan menunjukkan persentase bertahan hidup pasien pada 6 bulan, 12 bulan, dan 18

    bulan secara berurutan adalah 85,6%, 61,4%, dan 36,6%.

    Analisis univariabel

    Analisis univariabel (tes 2 untuk variabel nominal dan tes t untuk variabel interval)

    digunakan untuk menemukan hubungan antara faktor resiko potensial dengan angka bertahan

    hidup. Untuk 3 pasien, data follow-up tidak dapat diselesaikan dan mengakibatkan analisis

    data hanya dilakukan pada 150 pasien. Faktor resiko potensial yang dihubungkan dengan

    status bertahan hidup pasien dirangkumkan dalam tabel 1 dan tabel 2. Seperti yang terlihat

    pada tabel 1, diantara variabel-variabel klinis, penurunan berat badan merupakan satu-satunya

    variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan antara pasien yang bertahan hidup dengan

    pasien yang meninggal (P=0,003). Kami juga menemukan bahwa riwayat beberapa penyakit

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    10/14

    terdahulu juga dapat mempengaruhi hasil akhir. Proporsi pasien dengan kanker paru-paru dan

    kanker organ lainnya secara terlihat dengan jelas memiliki jumlah yang lebih sedikit pada

    kelompok yang bertahan hidup dibandingkan dengan yang meninggal (P

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    11/14

    pada pasien dengan keganasan. Sebagian besar publikasi terdahulu menyarankan pericardial

    window subxiphoid sebagai prosedur yang tepat, mudah, dan tidak mahal yang dapat

    diterapkan pada sebagian besar efusi dengan berbagai macam etiologi. Perbandingan antara

    penanganan bedah dan non-bedah pada pasien sulit dievaluasi akibat keberagaman dari

    populasi studi. Pada penelitian ini, pericardial window subxiphoid dilakukan pada seluruh

    pasien. Penelitian kami mencakup 66 pasien dengan riwayat keganasan dan 87 pasien dengan

    riwayat penyakit jinak. Kanker paru-paru, keganasan hematologis, dan kanker payudara

    merupakan keganasan penyebab efusi perikard paling umum pada penelitian ini.Distribusi

    dari penyakit keganasan telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya.

    Pada penelitian kami, persentase bertahan hidup adalah 49,3%. Persentase bertahan hidup

    paling buruk adalah 13,8% yang ditemukan pada pasien dengan kanker paru-paru. Persentase

    bertahan hidup justru meningkat dua kali lipat pada pasien dengan penyakit keganasan lain.

    Buruknya kemungkinan bertahan hidup pasien denfgan efusi perikard yang menjalani operasi

    dengan riwayat keganasan telah dilaporkan sebelumnya. Pada peninjauan kembali 20 pasien

    dengan kanker paru-paru yang disertai efusi perikard yang dilakukan oleh Edoute dkk,

    seluruh pasien meninggal dalam jangka waktu 7 bulan setelah diagnosis efusi perikard

    ditegakkan. Dimana 17 pasien meninggal dalam waktu 3 bulan. Pada penelitian lain, Wagner

    dkk. meninjau kembali 179 pasien yang telah menjalani operasi pericardial window.Keseluruhan kemungkinan bertahan hidup pada kelompok pasien kanker paru-paru tergolong

    buruk (rata-rata bertahan hidup 5 bulan). Pada penelitian kami, karena angka kasus pada

    setiap jenis kanker tidak cukup, kami menggolongkan keganasan menjadi kanker paru-paru

    dan keganasan lainnya. Sejalan dengan penemuan kami, Wang dkk. menunjukkan bahwa

    adanya hasil positif keganasan pada pemeriksaan sitologis berpotensi memiliki prognosis

    yang buruk. Pada penelitian ini, 50 pasien dengan keganasan (rata-rata kanker payudara dan

    kanker paru-paru) masuk ke dalam unit perawatan khusus karena gejala efusi perikard yang

    berat. Tingginya kadar kalsium serum dan rendahnya kadar albumin globulin juga

    dipertimbangkan sebagai faktor prognostik yang berkaitan dengan rendahnya kemungkinan

    bertahan hidup.

    Menariknya, hasil penelitian lain oleh Dosios dkk. bertentangan dengan laporan Wang dan

    penelitian kami, yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kemungkinan

    bertahan hidup antara kelompok pasien dengan hasil pemeriksaan sitologis dan histologis

    yang menunjukkan keganasan dengan kelompok pasien yang tidak memiliki etiologi

    keganasan pada efusi perikard. Penelitian ini dilakukan pada 104 pasien dan menyimpulkan

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    12/14

    sindrom output jantung rendah pasca operasi sebagai penanda mortalitas dini. Tampaknya

    penelitian Dosios merupakan salah satu laporan awal yang menyatakan bahwa ada tidaknya

    keganasan tidak mempengaruhi kemungkinan bertahan hidup pasien. Namun sebagian besar

    penelitian terdahulu justru menunjukkan keterkaitan yang kuat antara efusi perikard yang

    disebabkan oleh keganasan dengan buruknya kemungkinan bertahan hidup.

    Penelitian ini juga memeriksa potensi temuan pencitraan pada efusi perikard sebagai penentu

    kemungkinan bertahan hidup. Namun, penyakit penyebab yang mendasari efusi perikard juga

    perlu dipertimbangkan sebagai faktor resiko kemungkinan bertahan hidup pasien yang

    menjalani prosedur pembedahan untuk mengeluarkan cairan pada rongga perikard. Hingga

    saat ini masih sedikit penelitian mengenai hasil pemeriksaan pencitraan sebagai faktor yang

    mempengaruhi kemungkinan bertahan hidup pasien dengan efusi perikard.

    Menurut pendapat kami, terdapat kesesuaian data mengenai peran CT Scan pada prediksi

    kemungkinan bertahan hidup pasien dengan efusi perikard. Penelitian kami menunjukkan

    bahwa deteksi massa paru-paru atau perikard karena keganasan dengan CT Scan, dapat

    dipertimbangkan sebagai faktor yang menentukan prognosis. Pada kasus kami, kemungkinan

    bertahan hidup pasien dengan invasi keganasan mikroskopik pada jantung, perikard, atau

    mediastinum dan deteksi massa pada CT Scan lebih buruk dibandingkan dengan pasien lain.

    Ekokardiografi juga diterima dan diaplikasikan secara luas sebagai alat diagnosis dan

    evaluasi non-invasif pada efusi perikard. Penelitian kami mengilustrasikan korelasi antara

    temuan ekokardiografik, terutama pada pasien yang memiliki gambaran tamponade dan

    kolaps ruang jantung, dengan kemungkinan bertahan hidup. Sejauh ini, Wagner dkk.

    menunjukkan bahwa efusi karena keganasan, jumlah cairan yang dihisap, dan adanya

    tamponade pada ekokardiogram adalah tiga prediktor independen atas rendahnya

    kemungkinan bertahan hidup bahkan setelah mempertimbangkan umur, jenis kelamin, dan

    karakteristik histologis. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian kami sehubungan

    dengan adanya gambaran tamponade pada ekokardiogram.

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    13/14

    Gambar 1: kurva tingkat kelangsungan hidup Pasien. (A) kelangsungan hidup secara keseluruhan dari

    pasien yang telah menjalani pericardial window dengan dan tanpa riwayat keganasan. (B) Kelangsungan

    hidup secara keseluruhan dari pasien dengan presentasi temuan ekokardiografi kompatibel dengan

    tamponade dan adanya massa pada Computed Tomography

    Di sisi lain, pada penelitian kami, meskipun volume cairan yang dihisap lebih banyak pada

    kelompok yang tidak bertahan hidup, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.

    Inkonsistensi ini mungkin berhubungan dengan efek akumulasi cairan pada lapisan-lapisan

    perikard. Pada akumulasi cairan kronik, ada rentang waktu bagi perikard untuk meregang;

    dengan begitu, mekanisme kompensasi lebih mungkin terjadi pada rentang waktu ini. Pada

    akumulasi cairan akut, peningkatan volume secara tiba-tiba langsung mengisi ambang

    maksimum volume rongga perikard dan mengisi secara terus menerus melampaui batas

    regangan perikard. Setelah keadaan ini, peningkatan tekanan perikard yang tidak proporsional

    pun tidak terelakkan. Akibat remodelling lapisan-lapisan perikard dan mekanisme

    kompensasi untuk menuju fase kronik akumulasi cairan, laju akumulasi cairan lebih berarti

    dibandingkan dengan volume cairan dalam menentukan presentasi klinis tamponade.

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Desain retrospektif dan multicenter, tidak

    adanya temuan CT Scan pada sejumlah besar pasien dan follow up melalui telepon

    merupakan hambatan yang bermakna pada penelitian ini. Untuk memperoleh jumlah sampel

    yang ideal, kami perlu melakukan penelitian multicenter. Untuk meminimalisir faktor

  • 8/10/2019 Jurnal Bedah Thorax Cardio Vascular

    14/14

    perancu, kedua rumah sakit yang kami pilih memiliki kesamaan baik dari tim bedah dan

    peralatan. Follow up melalui telepon kami pilih karena tersebarnya partisipan penelitian di

    seluruh penjuru negara. Dengan metode ini, follow up yang kami lakukan terkesan tidak

    masuk akal dan tidak mungkin dilakukan. Kami juga berusaha mengumpulkan seluruh

    dokumen pencitraan, namun pada 45 kasus, operasi urgensi perlu dilakukan; sehingga

    diagnosis hanya ditarik berdasarkan klinis atau temuan ekokardiografi saja. Oleh karena itu,

    pemeriksaan CT Scan hanya terdapat pada 72% pasien kami.

    Sebagai kesimpulannya, temuan kami pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien

    dengan efusi perikard yang menjalani pembedahan untuk mengeluarkan cairan, keganasan

    yang mendasari, adanya gambaran massa pada pemeriksaan CT Scan dan gambaran

    tamponade pada ekokardiografi merupakan tiga prediktor kematian pasca operasi. Penelitian

    ini mengilustrasikan bahwa pasien dengan keganasan yang mendasari, terutama kanker paru

    atau terdeteksinya invasi toraks pada CT Scan, memiliki kemungkinan bertahan hidup yang

    buruk.Terapi minimal invasif perlu dipertimbangakn sebagai alternatif yang lebih baik pada

    pasien-pasien dengan resiko tinggi. Sebagai tambahan, tidak terdapat informasi klinis

    maupun demografik tunggal yang dapat memprediksi kemungkinan hidup pasien.

    Tidak seperti literatur-literatur lain saat ini yang banyak menyebutkan ekokardiografik

    sebagai faktor yang dapat memprediksi kemungkinan bertahan hidup pasien pasca operasi,

    peran CT Scan dalam memprediksi kemungkinan bertahan hidup pasien tidak dapat

    ditemukan. Dengan demikian, kami menganjurkan melakukan penelitian terbaru untuk

    menggambarkan kapabilitas dari teknik pencitraan dalam memprediksi kemungkinan

    bertahan hidup pasien dengan efusi perikardium.