jurnal bang wan

12
KETERKAITAN ANTARA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN LAMUN DENGAN SUMBERDAYA IKAN DINGKIS (Siganus canaliculatus) DI PERAIRAN PULAU ABANG. KOTA BATAM. (Correlation among Coral Reef, Seagrass, and Ikan Dingkis (Siganus canaliculatus) Resources in Pulau Abang, Batam 1 ) Wan Irham 2 , Sulistiono 2 Zairion 2 ABSTRACT Ikan Dingkis (Siganus canaliculatus) is an associated fish live with coral reefs and seagrass For the people, S.canaliculatus is a target fish and drilled during Lunar New Year Season because of high price due mainly containing eggs. Excessive exploitation of resources and unfriendly environment tthreaten the existence of such S.canaliculatus. Research goal is to know the condition of coral reefs, seagrass and S.canaliculatus, where the results of this study can be used as an input of the management of this fish resources. The data was collected in May and June 2009. Transect square method is used to see the condition of coral reefs and seagrass and analyzed using Image J, for the abundance of fish is used Under Water Visual Census. Furthermore, food habits is analyzed using the Preponderance Index. Clustering analysis using the Bray Curtis Index and to see their relevance using Pearson correlation (r). The results obtained are: (1) The condition of coral cover is in poor to moderate category between 23.90% - 62.60%, while for the algae varied between 6.50% - 52.58%, (2) The condition of seagrass cover is varied between 20.78% - 59.67%. Based on Pearson correlation analysis (r). showed that S.canaliculatus has significant relevance to the percentage of algae cover with the correlation (r) of 0.99 or 98.29% determination level (t test: t calculated> t table; sig. p <0.1) with model equation Y = 0.04187 + 0.00089 X . Management alternatives are to increase public knowledge, conduct and rehabilitation of mangrove, forests and optimal wood utilization, catching prohibition at certain times, cultivation activities, involving stakeholders and enhancing the supervision. Keywords: Coral reefs, seagrass bed, Siganus canaliculatus and Management alternative. 1) Makalah ini adalah bagian dari tesis yang disampaikan pada seminar SPs-IPB 2) Mahasiswa S2 Program Study Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan 3) Berturut-turut Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan ekosistem yang terdapat di perairan pantai yang memegang peranan sangat penting dalam menunjang kelangsungan populasi ikan di perairan tersebut. Peranan tersebut antara lain yaitu daerah terumbu karang

Upload: budyhartono

Post on 19-Jun-2015

472 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Bang Wan

KETERKAITAN ANTARA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN LAMUNDENGAN SUMBERDAYA IKAN DINGKIS (Siganus canaliculatus) DI PERAIRAN

PULAU ABANG. KOTA BATAM.

(Correlation among Coral Reef, Seagrass, and Ikan Dingkis (Siganus canaliculatus)

Resources in Pulau Abang, Batam1)

Wan Irham2, Sulistiono2 Zairion2

ABSTRACT

Ikan Dingkis (Siganus canaliculatus) is an associated fish live with coral reefs and seagrassFor the people, S.canaliculatus is a target fish and drilled during Lunar New Year Seasonbecause of high price due mainly containing eggs. Excessive exploitation of resources andunfriendly environment tthreaten the existence of such S.canaliculatus. Research goal is toknow the condition of coral reefs, seagrass and S.canaliculatus, where the results of thisstudy can be used as an input of the management of this fish resources. The data wascollected in May and June 2009. Transect square method is used to see the condition ofcoral reefs and seagrass and analyzed using Image J, for the abundance of fish is usedUnder Water Visual Census. Furthermore, food habits is analyzed using the PreponderanceIndex. Clustering analysis using the Bray Curtis Index and to see their relevance usingPearson correlation (r). The results obtained are: (1) The condition of coral cover is in poorto moderate category between 23.90% - 62.60%, while for the algae varied between 6.50%- 52.58%, (2) The condition of seagrass cover is varied between 20.78% - 59.67%. Basedon Pearson correlation analysis (r). showed that S.canaliculatus has significant relevance tothe percentage of algae cover with the correlation (r) of 0.99 or 98.29% determination level(t test: t calculated> t table; sig. p <0.1) with model equation Y = 0.04187 + 0.00089 X .Management alternatives are to increase public knowledge, conduct and rehabilitation ofmangrove, forests and optimal wood utilization, catching prohibition at certain times,cultivation activities, involving stakeholders and enhancing the supervision.

Keywords: Coral reefs, seagrass bed, Siganus canaliculatus and Management alternative.

1) Makalah ini adalah bagian dari tesis yang disampaikan pada seminar SPs-IPB2) Mahasiswa S2 Program Study Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan3) Berturut-turut Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing

PENDAHULUAN

Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan ekosistem yang terdapatdi perairan pantai yang memegang peranan sangat penting dalam menunjang kelangsunganpopulasi ikan di perairan tersebut. Peranan tersebut antara lain yaitu daerah terumbu karang

Page 2: Jurnal Bang Wan

2

dan padang lamun merupakan tempat mencari makan, mengasuh anak, memijah danberlindung dari pemangsaan.

Makalah ini adalah bagian dari tesis yang disampaikan pada seminar SPs-IPB

4) Mahasiswa S2 Program Study Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan5) Berturut-turut Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mendeskripsikan kondisi terumbu karangdan lamun seperti persentase tutupan karang, dan persentase tutupan lamun. (2)Mendeskripsikan kondisi ikan Dingkis seperti kondisi kelimpahan, Keanekaragaman,Keseragaman dan Dominasi. (3) Menganalisis keterkaitan antara terumbu karang danlamun dengan sumberdaya ikan Dingkis sebagai dasar pengelolaan secara ekologis.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan WaktuPenelitian ini dilakukan di Perairan Pulau Abang Kecil Kelurahan Pulau Abang

dilaksanakan pada bulan Mei 2009 s/d Juni 2009.

Metode Pengumpulan DataMetode pengumpuan data yang dilakukan dengan metode survey untuk

mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kondisi terumbukarang, kondisi lamun dan kondisi ikan Dingkis. Data sekunder diperoleh dari Instansiyang terkait.

Kondisi Terumbu KarangMetode yang digunakan untuk penentuan kondisi terumbu karang adalah Metode

Transek Kuadrat 1 m x 1 m dengan luasan areal pengamatan secara permanen yaitu 10 m x10 m Pada masing-masing stasiun, petakan di letakkan sejajar dengan bentangan garistransek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m sebagai bagian dari ulangan sebanyak 3 (tiga) kali.Pengamatan didukung dengan underwater photo. Hasil yang diperoleh dari metode iniadalah persentase tutupan relative (English et al. 1997).

Kondisi LamunMetode yang digunakan yakni transek kuadrat 50x50 cm, dengan interval 5 meter

sepanjang titik terakhir ditemukan lamun. Pengamatan didukung dengan underwater photountuk melihat persentase tutupan lamun. Pembagian stasiun tiap lokasi dibagi menjadi 3stasiun dengan jarak interval 15 meter antar stasiun pengamatan, dengan penarikan garistransek tegak lurus dengan garis pantai.

Kondisi Ikan DingkisMetode yang digunakan untuk melihat jumlah ikan Dingkis adalah metode Sensus

Visual Ikan Karang (Coral Reef Fish Visual Sensus) yang dikemukan oleh English et al.(1994). Metode ini didukung oleh metode transek kuadrat 10 x 10 m , setelah transek

Page 3: Jurnal Bang Wan

3

diletakkan dan dibiarkan selama 25-30 menit kemudian dilanjutkan dengan pengamatandan pendataan ikan Dingkis. Untuk melihat komposisi makan dan TKG, dimana ikan hasiltangkapan diawetkan dengan formalin 4 %.dan diamati di laboratorium.

Parameter LingkunganPengambilan data parameter lingkungan dilakukan secara in-situ di lokasi

penelitian, data yang diukur adalah suhu, salinitas, kecepatan arus dan kecerahan. Datasedimentasi di analisa di laboratorium Produktivitas dan Lingkuangan Perairan (Proling)Departemen Managemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB Bogor.

Analisis Data.

Persentasi Penutupan Karang dan LamunAnalisis yang digunakan untuk penentuan kondisi terumbu karang dan lamun

adalah persentase tutupan karang. Dari data yang diperoleh berdasarkan metode transekkuadrat dengan menggunakan underwater photo, kemudian dilakukan analisis persentasetutupan menggunakan program Image-J

Kelimpahan Ikan DingkisAnalisis Kelimpahan ikan Dingkis menggunakan rumus yang dikemukan oleh

Odum (1994), begitu juga dengan Keanekaragaaman (H’), Keseragaman (E) danDominansi (C).

Analisa makananMakanan ikan di identifikasi dengan cara lambung dibuka, isi lambung dipisahkan

kemudian dilihat frekuensi kehadirannya dalam satu lambung. Metode ini merupakan hasilgabungan frekuensi kejadian dan volumetrik yang dikenal dengan Indeks Preponderance(Effendie, 1979).

Pengelompokkan Antara Kondisi Terumbu Karang dan Lamun dengan KondisiIkan Dingkis

Untuk melihat ciri khas keberadaan masing-masing kriteria dari terumbu karang,lamun dan ikan Dingkis dilakukan pengelompokan dengan menggunakan indeks BrayCurtis.menggunakan program MVSP 3.13. Kemudian untuk melihat keterkaitan terumbukarang, lamun dan ikan Dingkis dilakukan analisis Korelasi Pearson (r).

Pengelolaan Terumbu Karang, dan Lamun dengan Sumberdaya Ikan DingkisUntuk mengkaji arah pengelolaan terumbu karang, lamun dan ikan Dingkis

berdasarkan hasil analisis penutupan karang, tutupan lamun dan kelimpahan ikan Dingkis,dilakukan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Perairan Pulau Abang Kecil

Hasil Pengukuran kondisi perairan Pulau Abang Kecil pada tiga stasiun penelitian,dimana suhu dan salinitas secara berturut-turut berkisar antara 30.2o C – 30.8o C dansalinitas antara 29o/oo-30o/oo. Kecerahan berkisar antara 3 – 7 m serta kecepatan arus

Page 4: Jurnal Bang Wan

4

berkisar antara 0.10m/det – 0.12 m/det, sementara itu laju sedimentasi berkisar antara 3.87 -11.32 mg/cm2/hari.

Kondisi Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Abang dan sekitarnya umumnyaditemukan pada bagian lereng terumbu (tubir) sedangkan bagian paparannya ditutupi olehalga dan padang lamun.

Gambar 1: Persentase Penutupan Substrat Dasar

Kondisi tutupan karang pada masing-masing stasiun pengamatan bervariasi berkisarantara 23.90% – 62.60 % Karang keras yang ditemukan pada tiga stasiun pengamatan yaknididominasi oleh bentuk pertumbuhan coral encrusting, acropora tabulate dan coralmassive. Alga yang ditemukan tertinggi pada Pulau Hantu, yakni 52.58% dan terendah diTeluk Elong, yakni 6.50% (Gambar1).

Kondisi Lamun

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 5 spesies lamun, seperti yang

terlihat pada Table 1, Kategori tutupan baik terdapat di Pulau Hantu denganprosentase penutupan sebesar 59.67%; kategori tutupan sedang di Pulau Rano dengan36.81%; dan tutupan buruk di Teluk Elong dengan prosentase penutupan 20.78%. Lokasipengamatan penelitian lamun ini dapat digolongkan sebagai padang lamun dengan tipevegetasi campuran, karena susunan vegetasi padang lamunnya terdiri lebih dari 1 spesies (Brouns dan Heijs. 1991).

Page 5: Jurnal Bang Wan

Tabel 1. Persentase Penutupan Lamun pada lokasi PengamatanSpesies Teluk Elong Pulau Rano Pulau Hantu

Thalassia hemprichii 5.50 18.81 37.86

Enhalus Accoroidess 3.47 13.97 3.33

Halodule pinifolia 10.42 0.00 7.64

Cymodocea rotundata 0.00 4.03 10.83

Halophila ovalis 1.39 0.000 0.00

Total Penutupan 20.78 36.81 59.67

Page 6: Jurnal Bang Wan

2

Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Ikan Karang

Berdasarkan pengamatan pada masing-masing stasiun seperti terlihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Kelimpahan, Famili, Indeks Keanekaragaman (H), Keseragaman (E) dan IndeksDominansi (C) di tiga Stasiun Pengamatan

INDEKS

STASIUN PENGAMATAN

TelukElong

Pulau Hantu Pulau Rano

Kelimpahan individu (ind) 138 51 108

Σ Family 9 9 10

Indeks Keanekaragaman (H') 2.65 2.62 2.73

Indeks Keseragaman (E) 0.86 0.93 0.86

Indeks Dominansi (C) 0.16 0.09 0.1

Sumber: Data Pengamatan Juni 2009

Pengelompokan Habitat Terhadap Tutupan DasarPemotongan skala dendrogram berdasarkan indeks dissimilaritas Bray-Curtis pada

taraf 35% (indeks similaritas 65%), maka diperoleh 2 kelompok habitat. Taraf pemotongandendogram ini lebih besar dari nilai rata-rata indeks similaritas antar stasiun. Keduakelompok tersebut terdiri dari kelompok habitat I (Teluk Elong & Pulau Rano) dankelompok habitat 2 yaitu Pulau Hantu.

Gambar 2 : Dendrogram Berdasarkan Persentase Tutupan Dasar

Lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2. Kelompok Habitat I merupakan daerahdengan kategori penutupan karang batu yang tergolong baik-sedang. Kedekatan TelukElong dengan Pulau Rano dapat juga dilihat dari persentase penutupan alga, dimanapersentase alga lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase alga pada Pulau Hantu.

Page 7: Jurnal Bang Wan

2

Pengelompokan Habitat Terhadap Ekosistem Padang Lamun

Hasil Analisa Bray Curtis mengelompokkan habitat lamun menjadi dua kelompok.Kelompok 1 terdiri dari stasiun pulau Rano dan pulau Hantu yang memiliki kondisi tutupanlamun berkisar 36.81% - 59.67%, kondisi substrat dasarnya mayoritas pasir berlumpur.Kondisi lamun pada kelompok 1 dicirikan oleh spesies Thalassia hemprichii, Enhalusaccoroidess, Halodule pinifolia dan Cymodocea rotundata. Persentase penutupan spesieslamun tertinggi pada Pulau Rano dan Pulau Hantu yakni jenis Thalassia hemprichii yaituberkisar 18,81% - 37,86%.

Gambar 3 : Dendrogram Berdasarkan Persentase Tutupan Lamun

Pada kelompok 2 hanya terdiri satu stasiun yakni Teluk Elong yang memilikiperairan yang cukup tenang dengan substrat pasir berlumpur yang mendominasi. Jenisspesies lamun yang terdapat pada kelompok 2 yakni Halodule pinifolia Thalassiahemprichii, Enhalus Accoroidess, dan Halophila ovalis.

Pengelompokan Habitat Terhadap Kelimpahan Ikan Dingkis

Penskalaan atau pemotongan skala dendrogram berdasarkan indeks dissimilaritasBray-Curtis pada taraf 30% (indeks similaritas 70%), maka 4 kelompok stasiun memilikikesamaan yang cukup baik.

Tabel 3 Kelimpahan Ikan Dingkis pada masing-masing stasiun pengamatan.

STASIUN PENGAMATAN

KELIMPAHAN IKAN Siganus Canaliculatus(INDIVIDU/100M2)

PADANG LAMUN TERUMBU KARANG

TELUK ELONG 0.04 0.01

PULAU HANTU 0,07 0,02

PULAU RANO 0.04 0.01

Sumber: Data Pengamatan Juni 2009

Page 8: Jurnal Bang Wan

Hasil pengelompokkan menunjukkan bahwa pada Teluk Elong yang memilikikondisi tutupan lamun yang cukup rendah tetapi memiliki kondisi persentase tutupankarang yang baik. Hasil pengamatan ikan Dingkis pada Teluk Elong memiliki kelimpahansebesar 0,04 individu/m2 pada lamun dan 0,01 individu/m2 (Tabel 3) Hasil tersebut, dapatdianalisa keberadaan ikan Dingkis pada

Keterangan:LE = Lamun Teluk Elong TKE = Terumbu Karang Teluk ElongLR = Lamun Pulau Rano TKR = Terumbu Karang Pulau RanoLH = Lamun Pulau Hantu TKH = Terumbu Karang Pulau Hantu

Gambar 4 : Dendrogram Berdasarkan kelimpahan Ikan Dingkis

.

Berbeda hal dengan stasiun pengamatan pada Pulau Hantu, dimana kondisi terumbukarangnya yang dikategorikan buruk yakni (23.90%) dengan tutupan padang lamun sebesar59.67%. Pada tabel 3 diatas menjelaskan bahwa keberadaan dan kelimpahan ikan dingkispada Pulau Hantu yakni 0.07 ind/m2 pada padang lamun dan 0.02 ind/m2 pada terumbukarang, kondisi tersebut menujukkan kelimpahan ikan Dingkis pada Pulau Hantudikategorikan tinggi.

Keterkaitan Terumbu Karang, Lamun dan Sumberdaya Ikan Dingkis

Ketertarikan ikan Dingkis dengan terumbu karang dan lamun dianalisa denganKorelasi Pearson (r). didapatkan hasil seperti pada Tabel 4 di bawah ini :

Page 9: Jurnal Bang Wan

Tabel 4. Keterkaitan Terumbu Karang, Lamun dan Sumberdaya Ikan Dingkis

KeterkaitanKorelasi

(r) t hitt tab

(α=5%)t tab

(α=10%)

Dingkis vs Karang -0.9380-

2.7050 12.7060 6.3140

Dingkis vs Alga 0.9914 7.5869

Dingkis vs Lamun 0.9602 3.4390

Tabel 4 menunjukan bahwa ikan Dingkis memiliki keterkaitan yang sangat kuatterhadap persentase penutupan alga dengan korelasi (r) sebesar 0.9914 atau tingkatdeterminansi 98.29% (Uji t: t hitung > t table; sig. p<0.1) Hal ini sesuai dengan yangdikemukakan oleh Galzin (1995) dalam Chabanet et al. (1997) bahwa herbivore dijumpaidalam jumlah yang lebih tinggi pada lingkungan yang kaya alga. Keberadaan alga didugamemberikan gambaran yang sama seperti habitatnya di terumbu karang. Ditambahkan lagioleh White (1987) bahwa komponen alga di terumbu karang mendukung kehidupan ikan-ikan herbivore seperti Siganidae. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukanLON-LIPI. (1983) yang menyatakan bahwa ikan Dingkis merupakan ikan terumbu karang.

Model matematika keterkaitan antara sumberdaya ikan Dingkis dengan persentasetutupan alga diperoleh berdasarkan dari hasil analisis regresi dengan persamaan :

Y = 0.04187 + 0.00089 X, Dimana X = persentase penutupan alga

Interpretasinya adalah setiap terjadi penambahan satu satuan unit penutupan algasebesar 0.00089 satu satuan, akan mengakibatkan meningkatnya kelimpahan ikan Dingkissebesar 0.04187. Hubungan ini memiliki hubungan yang sangat erat (0.99).

Gambar 5 Hubungan Keimpahan Ikan Dingkis dengan Alga.

Page 10: Jurnal Bang Wan

Berdasarkan kelompok makanan yang diperoleh dengan melakukan pengamatanpada lambung ikan, rerata kelompok makanan pada setiap stasiun tersebut didapat tigakelompok makanan utama secara berturut-turut adalah detritus sebesar 35.02%, potonganlamun sebesar 31.70% di ikuti oleh alga sebesar 18.05 % Detritus yang dimaksudkan di sinimenurut Gerking (1994) adalah bahan organik yang mati (sisa tumbuhan, alga atau hewanyang hancur) dalam berbagai bentuk yang terakumulasi di dasar perairan. Persentasekelompok makanan utama ini memberikan indikasi bahwa keberadaan ikan Dingkisdipadang lamun adalah untuk mencari makan. Menurut Woodland (1990) makanan utamaikan dingkis adalah alga dan lamun, namun dalam penelitian ini terlihat kelompok makananseperti detritus di temukan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok makanan utamalainnya, namun detritus yang didapat berwarna kecoklatan diduga detritus ini merupakanalga yang tidak dapat di identifikasi lagi. Menurut Wootoon (1994) dalam Supratomo(2006) menyatakan bahwa pada beberapa jenis ikan terjadi perubahan jenis makananutama. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas ikan dalam mencari makan. Fleksibilitas inidikarenakan oleh tersedianya jenis makanan yang lebih menguntungkan seiring denganperubahan kelimpahan dari tipe makanan tersebut

Alternatif Pengelolaan Terumbu Karang, Lamun dan Sumberdaya Ikan Dingkis

Mengingat ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun mempunyaihubungan yang erat, maka apabila terjadi kerusakan pada salah satu maka akanmemberikan akibat pada ekosistem lainnya, dan akhirnya akan mempengaruhi sumberdayaikan Dingkis. Untuk itu penulis memberikan beberapa alternatif yang saling terkait danmerupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga pengelolaan sumberdaya ikanDingkis dapat memberikan manfaat dan berkelanjutan.1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peranan terumbu karang dan padang

lamun dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan Dingkis.2. Melakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan mangrove di sekitar bangunan kelong dan

memanfatkan kayu secara optimal.3. Pelarangan penangkapan pada waktu-waktu tertentu.4. Melakukan kegiatan budidaya5. Melibatkan Stakeholder.6. Meningkatkan Pengawasan.

5. SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat diambil

simpulan adalah sebagai berikut.1. Kondisi tutupan karang keras (HC) pada tiga stasiun di Perairan Pulau Abang berada

pada kategori buruk sampai kategori baik dengan variasinya berkisar 23.90 – 62.60 %Tutupan karang keras atau hard coral (HC) terendah terdapat pada stasiun pengamatandi Pulau Hantu (23.90%), Pulau Rano (44.26%) dan yang terbesar yakni Teluk Elong(62.60%). Namun hal berbanding terbalik dengan kondisi alga dimana pada stasiun

Page 11: Jurnal Bang Wan

2

Pulau Hantu didapat kelimpahan Alga sebesar 52.58% di ikuti dengan yang terkecil padaTeluk Elong sebesar 6.50%

2. Kondisi tutupan lamun pada tiga lokasi penelitian juga bervariasi antara lamun buruksampai baik dengan rincian kategori cukup baik berada di Pulau Hantu denganpersentase penutupan 59.67%; kategori sedang di Pulau Rano dengan 36.81%; danburuk di Teluk Elong dengan persentase penutupan 20.78%.

3. Terdapat perbedaan kelimpahan ikan Dingkis pada masing-masing stasiun pengamatan.Kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun Pulau Hantu, yakni 0.07 individu/100 m2 dihabitat padang lamun dan 0.02 individu/100 m2 di habitat terumbu karang. Sedangkanterendah terdapat di Teluk Elong yakni 0.04 individu/100 m2 di padang lamun dan 0.01di terumbu karang.

4. Berdasarkan analisa Korelasi Pearson (r) didapat hasil analisis bahwa ikan Dingkismemiliki keterkaitan yang signifikan terhadap persentase penutupan alga dengankorelasi (r) sebesar 0.99 atau tingkat determinansi 98.29% (Uji t: t. hitung > t. table; sig.p<0.1) dengan persamaan modelnya adalah :Y = 0.04187 + 0.00089 X

Saran1. Perlu dilakukan penelitian pada saat puncak pemijahan yakni pada bulan Januari sampai

April,2. Monitoring secara berkala terhadap terumbu karang dan padang lamun3. Penerapan aturan yang jelas terhadap pemanfaatan kawasan pesisir sehingga tidak

merusak sumberdaya yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Brouns JJWM and Heijs FAMI. 1991. Seagrass ekosistem in the tropical West Pacipic,dalam Mathieson and Nienhuis (eds). Intertidal and Litoral ecosystem. SeriEcosystem of the world no. 24. Elsevier Science Pub. New York. Pp. 371-390.

Chabanet P, Ralambondrainy H, Amanieu M, Faure G, and Gaizin R. 1997. Relationshipbetween coral reef substrat and fish. Coral Reef (16). Pp.93-102.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 112 hlm.

English SC, Wilkinson, Baker V. 1997. Survey Manual for tropical Marine Resources.ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources, AustralianInstitut of Marine Science.

Gerking SD. 1994. Feeding Ecology of Fish. Academic Press. San Diego USA.

LON LIPI. 1983. Ikan Baronang ; Biologi, Potensi dan Pengelolaan, Jakarta ; LIPI 43 hal.

Odum EP. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan. Gajahmada UniversityPress. Yogyakarta.

Page 12: Jurnal Bang Wan

3

Supratomo. RT. 2000 Fungsi Padang Lamun (Seagrass) sebagai Area Mencari Makandengan Indikator Migrasi Ikan Terumbu Karang. Thesis Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor, Bogor. hal. 15-16.

White AT, Hale LZ, Renard and Cortesi. 1994. Collaborative and Community basedmanagement of Coral Reefs; Lesson from Experience. Kumarian Press. WestHarvard.

Woodland. DJ 1990 Revision of the fish family Siganidae with descriptions of two newspecies and comments on distribution and biology. Indo-Pacific Fishes (19):136 p.(Ref.1419).