jurnal air (wawan)
DESCRIPTION
MIKROBORGANISME AIRTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN BAKTERI Escherichia coli PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG DI DESA KOPELMA KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA
BANDA ACEH
GunawanFakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh
ABSTRAK
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan, tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang
tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif
anaerob, kemoorganotropik yang sering menginfeksi melalui minuman dan makanan yang tidak
dimasak dengan temperature tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan
bakteri Escherichia coli pada depo air minum isi ulang di desa Kopelma kecamatan Syiah Kuala
kota Banda Aceh. Subyek penelitian adalah air minum isi ulang pada depo yang terdapat di desa
Kopelma kecamatan Syiah Kuala. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dekskriptif observatif.
Key word: Air minum isi ulang, Bakteri Escherichia coli
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumber
daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan
manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan
modal dasar pembangunan dan komponen
lingkungan hidup yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup. Menurut Departemen
Kesehatan (1994), di Indonesia rata-rata
keperluan air adalah 60 liter per kapita,
meliputi : 30 liter untuk keperluan mandi, 15
liter untuk keperluan minum dan sisanya
untuk keperluan lainnya. Untuk negara-
negara yang sudah maju, ternyata jumlah
tersebut sangat tinggi.
Tantangan yang sangat berat
dihadapi dalam masalah mengolah air
adalah karena semakin meningkat dan
tingginya pencemaran yang memasuki
badan air. Pencemaran tersebut dapat berasal
dari Sumber domestik (terdiri dari rumah
tangga) dan sumber non-domestik (terdiri
dari kegiatan pabrik, industri, pertanian).
Air minum isi ulang (AMIU)
menjadi solusinya. Air minum yang bisa
diperoleh di depo-depo tersebut harganya
bisa sepertiga dari produk air minum dalam
kemasan yang bermerek. Karena itu banyak
rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal
inilah yang menyebabkan depo-depo air
minum isi ulang bermunculan. Keberadaan
depo air minum isi ulang terus meningkat
sejalan dengan dinamika keperluan
masyarakat terhadap air minum yang
bermutu dan aman serta layak untuk
dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua
depo air minum isi ulang terjamin keamanan
produknya. Hasil pengujian laboratorium
yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (POM) atas kualitas depo air
minum isi ulang di Jakarta (Kompas, 2009)
menunjukkan adanya cemaran mikroba.
Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No.1997/2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
pengawasan mutu air pada depo air minum
menjadi tugas dan tanggung jawab dinas
kesehatan kabupaten/kota. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002,
bahwa air minum yang dikonsumsi
masyarakat harus memenuhi persyaratan
kesehatan kualitas air minum. Persyaratan
kualitas air minum yang dimaksud meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi,
radioaktif dan fisik.
Bakteri coliform adalah bakteri
indikator keberadaan bakteri patogenik lain.
Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal
adalah bakteri indikator adanya pencemaran
bakteri patogen. Penentuan coliform fekal
menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif
dengan keberadaan bakteri patogen. Selain
itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah,
cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
bakteri patogenik lain. Contoh bakteri
coliform adalah, Esherichia coli dan
Entereobacter aerogenes. Coliform adalah
indikator kualitas air. Makin sedikit
kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik. Standar Air Minum, menurut
standar WHO semua sampel tidak boleh
mengandung E. coli dan sebaiknya juga
bebas dari bakteri coliform. Standar WHO,
dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel
tidak boleh mengandung coliform dalam
100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung
E. coli dalam 100 ml.
E. coli jika masuk ke dalam saluran
pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli
merupakan bagian dari mikroba normal
saluran pencernaan, tapi saat ini telah
terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu
menyebabkan gastroeritris taraf sedang
hingga parah pada manusia dan hewan.
Sehingga, air yang akan digunakan untuk
keperluan sehari-hari dapat menimbulkan
penyakit infeksius.
Di daerah Darussalam tepatnya Desa
Kopelma, terdapat Universitas Syiah Kuala
yang terkenal dengan semboyan Jantong
Hatee Rakyat Atjeh. Di kawasan tersebut
banyak terdapat rumah-rumah sewa ataupun
asrama-asrama mahasiswa serta masyarakat
yang bermukim tersebut yang setiap harinya
mengkonsumsi air minum isi ulang yang
diperoleh dari depo-depo pengisian air
minum isi ulang di kawasan tersebut. untuk
mendapat gambaran yang jelas mengenai
kualitas air minum khususnya kandungan
bakteri Escherichia coli (fecal coli) dalam
air minum dari depo air minum yang telah
tersedia, maka perlu dilakukan suatu
penelitian tentang kualitas air minum yang
berasal dari depo air minum isi ulang di
kawasan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Air
Definisi Air
Air merupakan kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia. Air menjadikan
manusia sehat, namun air juga dapat
berpotensi sebagai media penularan
penyakit, keracunan, dan hal lain
sebagainya. Menurut Raini (2004), air
merupakan salah satu materi alam yang
sangat vital dalam kehidupan manusia dan
digunakan masyarakat dalam berbagai
kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan
rekreasi, olahraga, industri, perikanan,
peternakan, pertania, pertambangan, dan
lainnya. Pertambahan jumlah penduduk
pada umumnya mengakibatkan kenaikan
dalam kebutuhan air bersih.
Permasalahan air
Banyak negara saat ini menghadapi
masalah kesehatan masyarakat yang terkait
dengan degradasi kualitas air. Berkurangnya
penyediaan air bersih disebabkan buruknya
sistem drainase dan sanitasi, serta kurang
memadainya pengelolaan sumber daya air
dan lingkungan. Saat ini sungai-sungai yang
mengalir menjadi tempat pembuangan
sampah, limbah industri, serta limbah rumah
tangga. Beberapa sungai telah mengalami
pendangkalan dan penyempitan, disamping
itu bantaran sungai sudah penuh dengan
pemukiman sehingga sungai tidak dapat lagi
diandalkan sebagai sumber air bersih. Di
kota-kota besar pasokan air bersih berkurang
sampai 40% oleh berbagai sebab, mulai dari
pencemaran sampai kurang baiknya fasilitas
air yang tersedia. Mahalnya air bersih
menyebabkan banyak penduduk sulit
memenuhi kebutuhan air bersih.
Menurunnya kualitas air dapat menyebabkan
penyebaran berbagai penyakit baik yang
menular maupun tidak menular.
Kontaminasi Air
Sumber air untuk keperluan rumah
tangga khususnya sebagai air minum,
memasak, mandi dan mencuci biasanya
dipergunakan air yang berasal dari PDAM,
sumur pompa, sumur terbuka, sumur artesis,
kolam, mata air, dan lain-lain. agar aman
dan bebas dari bakteri patogen, air untuk
minum harus dimasak sampai mendidih.
Dalam era globalisasisaat ini dimana ibu-ibu
rumah tangga yang bekerja di luar rumah
terutama mahasiswa kost ingin mencari
lebih praktis dengan menggunakan air
minum tanpa dimasak. Di Indonesia sebagai
akhibat penggunaan air minum yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, tiap tahun
diperkirakan lebih dari 3,5 juta anak di
bawah usia tiga tahun terserang penyakit
saluran pencernaan dan diare dengan jumlah
kematian 3% atau 105.000 jiwa.
Semua sumber air secara alami telah
terkontaminasi karena air merupakan pelarut
yang universal. Sumber kontaminasi air
yang bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit infeksi yang paling
sering adalah feses manusia. Banyaknya
kontaminan dalam air memrlukan standar
tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air
yang terkontaminasi oleh bakteri patogen
saluran pencernaan sangat berbahaya untuk
diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan
penemuan mikroorganisme yang ada dalam
feses manusia atau hewan. Ada beberapa
organisme yang termasuk kategori ini, yaitu
bakteri E.coli, Coliform, Enterococcus
faecalis, clostridium sp.
Indikator Sanitasi
Salah satu indikator sanitasi air dan
makanan adalah bakteri coliform. Salah
satunya adalah E.coli. Bakteri yang
keberadaannya dalam pangan menunjukkan
bahwa air atau makanan tersebut pernah
tercemar oleh feses manusia atau hewan
berdarah panas. Bakteri-bakteri indikator
sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim
terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi,
adanya keberadaan bakteri tersebut pada air
atau makanan menunjukkan bahwa dalam
satu atau lebih tahap pengolahan air atau
makanan pernah mengalami kontak dengan
feses yang berasal dari usus manusia
atauhewan berdarah panas. Coliform
merupakan suatu grup bakteri yang
digunakan sebagai indikator adanya polusi
kotoran dan kondisi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu, dan produk-
produk susu, adanya bakteri coliform di
dalam makanan atau minuman menunjukkan
adanya mikroba ikutan yang bersifat
enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI), syarat
tidak boleh terdapat coliform dalam 100 ml
air minum. Pada air bukan untuk minum
umumnya terdapat perbedaan persyaratan
coliform dan E.coli. syarat untuk air kolam
renang (Primary Contact Water) dengan
kandungan coliform < 2,4 x 103, tetapi
syarat E.coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x
103 dalam 100 ml air.
Air minum isi ulang
Perkembangan bisnis air minum isi
ulang menciptakan peluang bisnis bagi
pengusaha kecil dan menengah, namun
dengan adanya temuan bakteri, aspek
regulasi dan penerapannya menjadi isu yang
kritikal. Depo-depo air minum isi ulang
yang tidak memenuhi persyaratan kualitas
harus memperbaiki proses produksi dan
kondisi sanitasinya. Dari hasil studi
diketahui bahwa 16 persen dari sampel air
depo isi ulang yang diperiksa tidak
memenuhi persyaratan SNI 01-3553-1996
tentang bakteri E.coli. Temuan ini
berdasarkan pada hasil analisis laboratorium
ditemukan 16 % dari 120 sampel air minum
isi ulang di 10 kota besar Indonesia (Jakarta,
Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek,
Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang,
dan Surabaya) terkontaminasi bakteri
coliform diantaranya E.coli. Meski jenis
bakteri ini tidak menimbulkan penyakit
tertentu secara langsung, tetapi
keberadaannya di dalam air minum
menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah.
Proses Pengolahan Air
Proses pengolahan air bersih menjadi
air minum pada prinsipnya adalah proses
pengendapan, filtrasi (penyaringan) dan
disinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan
selain untuk memisahkan kontaminan
tersuspensi yang memisahkan campuran
yang berbentuk koloid termasuk
mikroorganisme dari dalam air sedangkan
disinfeksi dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme yang tidak tersaring
sebelumnya. Proses pengendapan dimana air
yang di proses ini terlebih dahulu ditampung
di wadah sementara berupa tangki atau bak,
kemudian untuk beberapa waktu tertentu di
diamkan sampai terbentuk endapan.
Sehingga air dapat diambil tanpa diikuti
dengan endapan.
Proses menghilangkan atau
mengurangi kandungan bakteri pada air
minum isi ulang ada beberapa tahap
penyaringan. Air baku (air bersih)
dilewatkan melalui tabung yang berisi pasir
silika (Si), Karbon (C), Mangan (Mn) dan
Kalsium (Ca), penyaringan selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan mikro filter
dengan berbagai ukuran mulai dari 10 µm
sampai 0,1 µm. Proses penyaringan ini
dilakukan selain untuk menghilangkan
bakteri, juga untuk menghilangkan logam
berat. Michael, dkk. (1988) menyatakan
bahwa setelah pengendapan dan filtrasi air
tersebut diklorinisasi untuk mematikan
mikroorganisme yang masih tertinggal.
Dosis klor yang digunakan sebanyak 0,2
sampai 1,0 mg klor bebas per liter.
Depo Air Minum Isi Ulang
Depo air minum isi ulang sebenarnya
tidak ada bedanya sedikitpun dengan usaha
lain dalam hal kewajiban perizinan. Tidak
ada pengecualian dan keistimewaan bagi
pengusaha depo air minum isi ulang di
hadapan pemerintah daerah, semua usaha
apapun wajib memiliki perizinan. Perizinan
yang dimaksud antara lain adalah memiliki
hasil test laboratorium, izizn operasional
dari dinas kesehatan kota, izin gangguan dan
mempunyai tanda daftar industri.
2. Escherichia coli
Sejarah
Escherichia coli pertama kali
diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman,
Theodor Escherich dalam studinya
mengenai sistem pencernaan pada bayi
hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan
organisme ini sebagai komunitas bakteri coli
dengan membangun segala perlengkapan
patogenitasnya di infeksi saluran
pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering
digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika
Castellani dan Chalames menemukan genus
Escherichia dan menyusun tipe spesies E.
coli. Bakteri ini termasuk ke dalam family
Enterobacteriaceae.
Morfologi E. coli
Escherichia coli merupakan bakteri
fakultatif anaerob, kemoorganotropik,
mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan
respirasi tetapi pertumbuhannya paling
sedikit banyak di bawah keadaan anaerob.
Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal
37°C pada media yang mengandung 1%
peptone sebagai sumber karbon dan
nitrogen. Escherichia coli
memfermentasikan laktosa dan
memproduksi indol yang digunakan untuk
mengidentifikasikan bakteri pada makanan
dan air. Escherichia coli berbentuk besar (2-
3 mm), circular, konveks dan koloni tidak
berpigmen pada nutrient dan media darah.
Escherichia coli dapat bertahan hingga suhu
60°C selama 15 menit atau pada 55°C
selama 60 menit.
Pada uji indol bereaksi positif, tidak
tumbuh pada media yang mengandung
citrate, biasanya tidak menghasilkan H2S
dan pada uji Voges-Proskauer hasilnya
negatif. Pada uji merah metal hasilnya
positif karena bakteri ini mampu
menurunkan pH perbenihan sampai 4,5.
Bakteri ini dapat tumbuh pada temperatur 8
ºC - 48 ºC, tergantung pada strain dan media
yang digunakan.
Infeksi
Infeksi E. coli sering terjadi biasanya
melalui minuman dan makanan yang tidak
dimasak dengan temperature tinggi. E. coli
merupakan flora normal dalam usus seluruh
hewan termasuk manusia. Dalam keadaan
aerob, E. coli merupakan jenis dominan
yang ditemukan di dalam feses. Dalam
keadaan normal E. coli memiliki fungsi
yang sangat penting dalam tubuh seperti
menekan pertumbuhan dari beberapa bakteri
patogen dan mensintesis sejumlah vitamin.
Metabolisme
Dalam proses metabolisme, E. coli
menguraikan laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa dengan bantuan enzim β-
galaktosidase, β-galaktosidase selanjutnya
menguraikan etanol dan karbondioksida.
Laktosa broth merupakan suatu media yang
digunakan untuk mendeteksi kehadiran
Coliform dalam air, makanan dan produk
susu. Laktosa menyediakan sumber
karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
pertumbuhan bakteri E. coli. Pembentukan
gas dalam media laktosa broth yang
tertampung dalam tabung Durham dijadikan
indikator adanya pertumbuhan bakteri dapat
dilihat dari kekeruhan pada media laktosa
broth tersebut.
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah air minum
isi ulang pada depo yang terdapat di desa
Kopelma kecamatan Syiah Kuala.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kota
Banda Aceh. Tahap observasi dari segi
bakteriologi dilaksanakan di laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Waktu penelitian Juni-Agustus 2011.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan : autoclav,
incubator, laminar air flow, tabung reaksi,
tabung Durcham, kawat inokulasi,
erlenmeyer, spuit, mikroskop stereo, Rak
Tabung, Spirtus, Cawan Petri. Bahan yang
digunakan : Alkohol, Media Brilliant Green
Lactase Bilebroth (BGBL), Media Eosin
Methilen Blue (EMB), kapas dan sampel air.
Pelaksanaan
a. Pengambilan sampel pada tiga depo yaitu
depo X, Y dan Z.
b. Pengujian Laboratorium
Uji Pendugaan (Presumtive test)
1. Menyiapkan 9 tabung kultur yang masing-
masing berisi 10 ml media cair kaldu
laktose steril yang sudah dilengkapi
dengan tabung Durham. Aturlah letaknya
pada rak tabung dengan memberi kode
(A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3)
2. Menuangkan air sampel menggunakan
pipet steril masing-masing sebanyak 10
ml ke dalam tabung kultur yang berkode
A1, A2, A3.
3. Menuangkan air sampel menggunakan
pipet steril masing-masing sebanyak 10
ml ke dalam tabung kultur yang berkode
B1, B2, B3.
4. Menuangkan air sampel menggunakan
pipet steril masing-masing sebanyak 10
ml ke dalam tabung kultur yang berkode
C1, C2, C3.
5. Menginkubasikasikan 9 tabung kultur
yang sudah diperlakukan pada suhu 370o
C selama 1 x 24 jam.
6. Kemudian mengamati adanya gelembung
udara di dalam tabung Durham. Mencatat
kode tabung yang positif mengeluarkan
gas. Mikroba penghasil gas yang tumbuh
pada tabung adalah kelompok mikroba
yang mampu menfermentasikan laktosa.
Uji penegasan (Comfirmed test)
1. Menyiapkan tabung kultur yang masing-
masing berisi 10 ml media cair BGLB
steril yang sudah dilengkapi dengan
tabung Durham.
2. Mengatur letaknya pada rak dan masing-
msaing dengan diberi kode yang sesuai
dengan kode tabung positif pada uji
pendugaan misalnya: A1, A2, A3, B1,
B2, B3, C1, C2, C3, sehingga jumlahnya
sama dengan jumlah tabung yang positif
saja.
3. Menuangkan air sampel yang sudah
diinkubasikan dalam media kultur
laktosa dengan menggunakan pipet steril
masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam
tabung yang positif.
4. Menginkubasikan tabung kultur yang
sudah diperlakukan pada suhu 450o C
selama 1x24 jam.
5. Mengamati adanya gelembung udara di
dalam tabung Durham. Mencatat kode
tabung yang positif mengeluarkan gas.
Mikroba penghasil gas yang tumbuh
pada tabung adalah kelompok mikroba
yang mampu memfermentasikan laktosa
dan tahan terhadap suhu tinggi (450o C),
bakteri ini disebut kelompok bakteri
coliform fekal.
Uji Pelengkap (Completed test)
Uji penguat dapat dilakukan dengan mendeteksi
adanya bakteri E. coli, caranya ialah:
1. Menginokulasikan sample perlakuan dari
tabung positif pada uji penegasan
sebanyak satu ose kepermukaan media
EMB secara zig zag. Menginkubasikan
pada suhu 3700 C selama 1x24 jam.
2. Mengamati pertumbuhan koloni pada
media EMB. Koloni yang menampakkan
adanya kilau metalik adalah koloni bakteri
E. coli.
3. Selanjutnya dapat dipastikan lagi dengan
cara mengamati inokulum dari koloni
tersebut secara langsung dengan
menggunakan mikroskop.
4. Membuat sediaan yang diwarnai secara
gram, kemudian amati di bawah
mikroskop. Bakteri E. coli
memperlihatkan sebagai bakteri berbentuk
batang, gram negatif.
c. Wawancara dengan pengelola depo air
minum isi ulang tentang sumber air baku
yang digunakan dan pemprosesan air minum
isi ulang.
d. Pengumpulan dokumen.
KESIMPULAN
1. memenuhi syarat mutu Permenkes No.
416/Menkes/Per/IX/1990.
2. E. Coli adalah flora normal dalam saluran
pencernaan, namun kadar E.coli yang tinggi
dalam makanan dapat mengganggu
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Persyaratan Sementara Cemaran Mikroba Dalam Makanan. Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan. Dirjen POM Dep. Kes R.I.
Boyd, R. F. 1995. Basic Medical Microbiology, fifth edition, Little brown Company, Boston.
Dirjen POM, Depkes R.I 1994. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Makanan, Bhakti Husada.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU. IPB
Jawetz, Melnick & Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
Kompas. 2009. Mengamankan Air Minum Isi Ulang, Kamis 23 Mei 2009, Jakarta.
Pudjarwoto, Nurindah P. 1993. Kualitas air minum di Jakarta Ditinjau dari Sudut Mikrobiologi. Sanitas Vil.II (3) : 121-123.
Todar, Kenneth. 1998. Bacteriology at UW-Madison. http://www.bact.wisc.edu/bact330/lecturestaph.
Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum, Penerbit Angkasa, Bandung.