junal gilut

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defense Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, yang dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah interproximal) meluas kearah pulpa. Karies merupakan suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organic yang akhirnya terjadi kavitas. Proses ini akan berjalan terus menerus ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk kavitas atau lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, kabohidrat yang sesuai dengan bentuk gigi dan waktu. Tanda-tanda karies adalah keretakan pada email atau kavitas gigi, dentin didalam kavitas lebih lunak daripada dentin sekelilingnya, dan daerah email yang berwarna berbeda dengan email sekelilingnya. 1.2 Etiologi Karies Gigi

Upload: dewa-ayu-ratna-mahaprawitasari

Post on 26-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: junal gilut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Defense Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, yang dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah

interproximal) meluas kearah pulpa. Karies merupakan suatu proses kronis

regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya

keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan

asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen

organic yang akhirnya terjadi kavitas. Proses ini akan berjalan terus menerus ke

bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk kavitas atau lubang yang

tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada

proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman,

kabohidrat yang sesuai dengan bentuk gigi dan waktu. Tanda-tanda karies adalah

keretakan pada email atau kavitas gigi, dentin didalam kavitas lebih lunak

daripada dentin sekelilingnya, dan daerah email yang berwarna berbeda dengan

email sekelilingnya.

1.2 Etiologi Karies Gigi

Etiologi atau penyebab karies atas faktor waktu penyebab primer yang

langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang

berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi

biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti faktor

host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor

waktu, tetapi merupakan interaksi dari faktor - faktor tersebut.

Page 2: junal gilut

Gambar : Faktor – factor yang mempengaruhi terjadinya karies.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies:

1. Keturunan

2. Ras

Ras tertentu dengan mempunyai rahang yang sempit, menyebabkan gigi

tumbuh tidak teratur sehingga menyembabkan sukar untuk membersihkan

gigi dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.

3. Jenis kelamin

Volker. Dkk mengatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih

tnggi dibandingkan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi

karies gigi sulung anak wanita lebih tinggi di bandingkan anak-anak laki-

laki.

4. Usia

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun bertambah.

Hal ini jelas karena factor resiko terjadinya karies akan lebih lama

berpengaruh terhadap gigi.

5. Vitamin

Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi. Terutama pada

periode pembentukan gigi. Kekurangan vitamin A dapat merusak

pembentukan email dan dentin. Kekurangan vitamin B menyebabkan

terjadinya perubahan pada lidah, bibir dan gusi. Kekurangan vitamin C

mengakibatkan kerusakan periodonsium, degenerasi odontoblas dan

Page 3: junal gilut

stomatitis. Kekurangan vitamin d mengakibatkan terjadinya hipoplasia

enamel dan dentin.

6. Unsur kimia

Unsur kimia yang menghambat karies adalah : flour, berilium, aurum,

cuprum, magnesium, strontium, dan zinn.

Unsure kimia yang menunjang terjadinya kasries adalah : cadmium,

platina dan selenium.

8. Air ludah

Enzim-enzim yang terdapat dalam air ludah berperan dalam pemecahan

unsure makanan, enzim mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam

air ludah mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat beberapa

bakteri mulut menjadi tidak berbahaya.

9. Plak

Plak adalah lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat

erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak mula-mula

berbentuk cair, yang lama kelamaan akan berubah menjadi padat dan

menjadi tempat pertumbuhan bakteri.

1.4 Gejala Karies Gigi

Gejala karies gigi bukan hanya satu gejala saja, adapun gejala –gejalanya sebagai

berikut :

1. Gigi sangat sensitif terhadap panas,dingin, manis. Gigi terasa sangant

sensitive terhadap panas, dingin, manis dan asam menandakan karies gigi

sudah sampai bagian dentin

2. Jika suatu kavitasi dekat atau telah mencapai pulpa maka nyeri akan

bersifat menetap bahkan nyeri yang dirasakan bersifat sepontan, meski

tidak ada rangsangan.

3. Jika bakteri telah mencapai pulpa. Dan pulpa mati maka nyeri untuk

sementara akan hilang lalu akan timbul lagi dalam beberapa jam atau hari

Page 4: junal gilut

dan gigi akan menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar

keluar dan menyebabkan abses.

1.5 Klasifikasi Karies

1. Bentuk-bentuk Karies:

A. Dalamnya karies

B. Lokasi karies

C. Berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya

Gambar : Dalamnya karies karies

A. Berdasarkan dalamnya karies

a. Karies Superfisialis

Karies yang baru mengenai lapisan email, tidak sampai dentin

b. Karies Media

Karies yang sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah

dentin

c. Karies Profunda

Dimana karies sudah mengenai lebih setengahnya dentin dan kadang -

kadang sudah mengenai pulpa

Page 5: junal gilut

B. Berdasarkan Lokasi Karies (Olah G Black)

a. Karies kelas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure ) dari gigi

premolar dan molar. Dapat juga terdapa ada anterior di foramen

caecum.

b. Karies kelas II

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar atau

premolar yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.

c. Karies kelas III

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapi

belum mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).

d. Karies kelas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan

sudah mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi )

e. Karies kelas V

Karies yang terletak di cerviks gigi anterior maupun posterior.

C. Berdasarkan Keparahan/ Kecepatan Berkembangnya

a. Karies ringan

Karies ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan

seperti fit dan fissure sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai

lapisan email.

b. Karies sedang

Karies sedang bila serangan karies meliputi permukaan oklusal atau

proksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan

dentin.

c. Karies berat / parah

Kasus dikatakan berat jika meliputi gigi anterior, kedalaman karies

sudah mengenai pulpa.

Page 6: junal gilut

1.6 Pencegahan Karies

Metode yang dapat digunakan untuk mengurangi aktivitas karies bisa dibuat

secara sistematis berdasarkan gangguan terhadap kerja bakteri dalam fermentasi

karbohidrat. Dibagi atas 4 golongan kerja :

1. Pengaturan diet

Selama karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri

yang melalui proses sintesa akan dirubah menjadi asam dan polisakarida.

Karbohidrat dengan molekul rendah seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan

maltose akan segera dirubah menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut.

Resiko kerusakan jaringan mulut yang berkaitan dengan karbohidrat akan

sangat berkurang bila secara teratur permukaan gigi dibersihkan dari plak

dan bakteri setiap kali selesai mengkonsumsi karbohidrat.

2. Plak control

Penyikatan gigi dengan sikat dan pasta gigi terbukti merupakan teknik anti

kariogenik yang efektif, penelitian menunjukkan bahwa pembentukana

asam maksimal pada permukaan gigi yang mengikuti proses dicernanya

gula terjadi sesudah 20-30 menit setelah gula dikonsumsi. Karena itu

menikat gigi setiap kali sesudah makan bisa mengurangi terjadinya

pembentukan asam dan mengurangi terjadinya karies.

3. Penggunaan fluor

Cara penggunaan fluor dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu :

a. Sistemik

Fluoridasi air minum, konsumsi tablet hisap fluor, fluoridasi garam

dapur.

b. Local

Topical aplikasi dengan larutan fluor (dilakukan oleh dokter gigi),

menyikat gigi dengan pasta gigi ataupun berkumur dengan obat kumur

yang mengandung fluor.

4. Penggunaan zat-zat anti enzymatic dan antibacterial

Banyak penelitian dilakukan untuk meneliti zat-zat yang dapat

menghambat reaksi enzim sehingga dapat mengurangi terjadinya

pembentukan asam pada permukaan gigi dan juga zat antibacterial yang

Page 7: junal gilut

bisa mengurangi daya kerja bakteri. Diharapkan adanya suatu inhibitor

enzim yang non toksin yang dapat ditambahkan pada asupan gula yang

dapat mencegah terjadinya dekalsifikasi.

Page 8: junal gilut

BAB II

PEMBAHASAN

Bahan alam, telah lama digunakan di bidang kesehatan untuk keperluan preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Pengobatan atau perawatan pilihan dengan menggunakan

tanaman obat di Indonesia saat ini lebih digalakkan, baik di bidang kedokteran

maupun kedokteran gigi.

Telah banyak dilakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan alam karena hal

ini dianggap sangat bermanfaat di mana sejak dahulu kala masyarakat kita telah

percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai macam penyakit dan

jarang menimbulkan efek samping yang merugikan dibandingkan obat yang

terbuat dari bahan sintetis.

Saat ini, bidang kedokteran gigi telah memanfaatkan bahan alam sebagai material

klinis. Sebagian dari kita sudah mengenal tanaman kakao atau biasa disebut

dengan cokelat. Beberapa tahun terakhir ini terjadi peningkatan ketertarikan pada

kakao, di mana telah ditunjukkan adanya efek anti kariogenik dari percobaan in

vivo dan in vitro dari tanaman tersebut. Kakao (Theobroma cacao) adalah anggota

dari Bromeliaceae yang berasal dari hutan di Amerika Tengah dan Amerika

Selatan. Dua subspesies yang ditanam adalah calabacillo (T. Cacao L. subsp.

sphaerocarpum) yang berasal dari Amerika Selatan dan criollo (T. Cacao L.

subsp. cacao) dari Meksiko.

Biji kakao mempunyai beberapa komponen aktif yang salah satunya adalah

polifenol, kandungan polifenol pada biji kakao didominasi oleh katekin dan

epillogalokatekin. Polifenol merupakan suatu senyawa yang bersifat antibakteri

dan polifenol yang dikandung biji kakao ini dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans, yang merupakan bakteri utama penyebab karies

gigi.

Page 9: junal gilut

Sebagai material alam, biji kakao mempunyai sifat sebagai agen antibakteri, tetapi

di sisi lain diperlukan penelitian untuk mempersiapkan konsentrasi dari ekstrak

biji kakao yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dalam rongga

mulut.

Peranan mikroorganisme sangat penting terhadap proses terjadinya karies gigi.

Awal terjadinya proses karies gigi yang nyata adalah peningkatan aktivitas

mikroorganisme dalam rongga mulut. Streptococcus mutans adalah

mikroorganisme penyebab karies gigi yang sangat berperan pada permulaan

terjadinya karies gigi. Streptococcus mutans mampu mensintesis polisakarida

ekstraselular glukan, dapat memproduksi asam laktat melalui proses

homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat dengan permukaan gigi,

dan lebih bersifat asidogenik daripada spesies Streptococcus lainnya. Oleh karena

itu Streptococcus mutans telah menjadi target utama dalam upaya mencegah

terjadinya karies gigi.

Uji antibakteri Streptococcus mutans dilakukan dengan menggunakan ekstrak biji

kakao yang diencerkan dalam berbagai konsentrasi, yaitu untuk melihat adanya

MIC ekstrak biji kakao terhadap koloni bakteri Streptococcus mutans. Sebagai

kontrol positif yaitu berupa suspensi bakteri dalam media Brain Heart Infusion.

Kulit biji kakao merupakan limbah dalam industri cokelat yang diketahui

mengandung sejumlah besar polifenol dan serat makanan, seperti selulosa, pektin,

dan lignin. Ekstrak kulit biji kakao telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri

dan antiglukosiltransferase melalui asam lemak tak jenuh dan polimer epikatekin.

Aktivitas antibakteri dari ektrak kulit biji kakao diuji secara in vitro dan in vivo.

Ekstrak kulit biji kakao tersebut dapat menghambat perlekatan Streptococcus

mutans pada saliva dan mengurangi akumulasi artificial dental plaque oleh

Streptococcus mutans.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dianalisa dengan uji normalitas data

dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Di mana didapatkan data

berdistribusi normal yang kemudian dilakukan uji homogenitas varians antar

Page 10: junal gilut

kelompok. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene diperoleh nilai

signifikasi 0,001. Oleh karena signifikasinya kurang dari 0,05 maka varians data

tidak homogen. Namun walaupun varians data tidak homogen, hal tersebut

diabaikan dan dapat diolah dengan uji One Way Anova yang kemudian

dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD).

Hasil uji LSD, jumlah koloni Streptococcus mutans yang telah diberi ekstrak biji

kakao dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% dibandingkan dengan konsentrasi

12,5% terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai p = 0,384. Dan

jumlah koloni rata-rata pada konsentrasi 12,5% adalah 0,33, di mana pada

konsentrasi 100%, 50%, 25% tidak ada pertumbuhan koloni. Hal ini menunjukkan

bahwa mulai konsentrasi 12,5% sudah dapat menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans.

Pertumbuhan Streptococcus mutans tersebut dihamba oleh adanya kandungan

polifenol, polifenol adalah komponen aktif yang ada di dalam biji kakao yang

berkhasiat sebagai antibakteri. Polifenol mampu merusak dinding sel bakteri yang

memiliki kandungan peptidoglikan dan menghambat sintesis protein sel dengan

cara bereaksi dengan enzim glukosiltransferase sehingga menyebabkan

pertumbuhan sel terhambat.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentarasi ekstrak biji kakao yang

efektif dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans adalah 12,5%.

Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa uji panel dan uji klinis lain yang dapat

mendukung ekstrak biji kakao sebagai obat kumur, dengan polifenol yang

terkandung sebagai bahan aktif.

Page 11: junal gilut

BAB III

KESIMPULAN

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, yang dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah

interproximal) meluas kearah pulpa.

Etiologi atau penyebab kesatuan dari empat factor yaitu : host, agen atau

mikroorganisme, substrat, waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

karies : Keturunan, ras, jenis kelamin, usia, vitamin, unsur kimia, air ludah, plak.

Peranan mikroorganisme sangat penting terhadap proses terjadinya karies gigi.

Awal terjadinya proses karies gigi yang nyata adalah peningkatan aktivitas

mikroorganisme dalam rongga mulut. Streptococcus mutans adalah

mikroorganisme penyebab karies gigi yang sangat berperan pada permulaan

terjadinya karies gigi. Streptococcus mutans mampu mensintesis polisakarida

ekstraselular glukan, dapat memproduksi asam laktat melalui proses

homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat dengan permukaan gigi,

dan lebih bersifat asidogenik daripada spesies Streptococcus lainnya. Oleh karena

itu Streptococcus mutans telah menjadi target utama dalam upaya mencegah

terjadinya karies gigi.

Kulit biji kakao merupakan limbah dalam industri cokelat yang diketahui

mengandung sejumlah besar polifenol dan serat makanan, seperti selulosa, pektin,

dan lignin. Ekstrak kulit biji kakao telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri

dan antiglukosiltransferase melalui asam lemak tak jenuh dan polimer epikatekin.

Aktivitas antibakteri dari ektrak kulit biji kakao diuji secara in vitro dan in vivo.

Ekstrak kulit biji kakao tersebut dapat menghambat perlekatan Streptococcus

mutans pada saliva dan mengurangi akumulasi artificial dental plaque oleh

Streptococcus mutans.

Page 12: junal gilut

Pertumbuhan Streptococcus mutans tersebut dihamba oleh adanya kandungan

polifenol, polifenol adalah komponen aktif yang ada di dalam biji kakao yang

berkhasiat sebagai antibakteri. Polifenol mampu merusak dinding sel bakteri yang

memiliki kandungan peptidoglikan dan menghambat sintesis protein sel dengan

cara bereaksi dengan enzim glukosiltransferase sehingga menyebabkan

pertumbuhan sel terhambat.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentarasi ekstrak biji kakao yang

efektif dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans adalah 12,5%.

Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa uji panel dan uji klinis lain yang dapat

mendukung ekstrak biji kakao sebagai obat kumur, dengan polifenol yang

terkandung sebagai bahan aktif.

Page 13: junal gilut

DAFTAR PUSTAKA

Hanifatunnissa. Penybab gejala pencegahan dan pengobatan karies. 2012 http://hanifatunnisaa.wordpress.com/2012/07/12/penyebab-gejala-pencegahan-dan-pengobatan-karies-gigi/ diunduh 5 Mei 2013 pukul 14.00

Anonym. Pemgertian dan konsep karies gigi. 2011. http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/pengertian-dan-konsep-karies-gigi.html diunduh 5 Mei 2013 pukul 14.30

Anonym. Karies gigi kavitasi. http://medicastore.com/penyakit/140/Karies_Gigi_Kavitasi.html diunduh tanggal 5 Mei 2013 pukul 16.00