jumartono 40100115052

5
SISTEM RELIGI DAN KEYAKINAN MASYARAKAT PESISIR Konsep sistem kepercayaan berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional (Mitcheli, 1997). Sistem kepercayaan didasarkan atas beberapa karakter penggunaan sumber daya (Matowanyika, 1991), ialah: 1. Sepenuhnya pedesaan 2. Sepenuhnya didasarkan atas produksi lingkungan fisik setempat 3. Integrasi nilai ekonomi, sosial, budaya serta institusi dengan hubungan keluarga sebagai kunci sistem distribusi dan keluarga sebagai dasar pembagian kerja 4. Sistem distribusi yang mendorong adanya kerjasama\ 5. Sistem pemilikan sumber daya yang beragam, tetapi selalu terdapat sistem pemilikan bersama 6. Sepenuhnya tergantung pada pengetahuan dan pengalaman lokal. Pada esensinya, unsur religi (sistem kepercayaan/keyakinan dengan praktik seremonial ) dari suatu kebudayaan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan hubungan atau kesatuannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta dengan segala isinya. Berikut, agama secara ideal dipahami sebagai yang berfungsi regulasi berkehidupan bersesama, berhubungan dengan dan pengelolaan (pemeliharaan) pemanfaatan sumber daya alam sebagai berkah dari-Nya. Agama dengan demkian, dipahami sebagai pedoman kehidupan masyarakat manusia untuk selamat dunia dan akhirat.

Upload: jumartono

Post on 08-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JUMARTONO 40100115052

TRANSCRIPT

Page 1: JUMARTONO 40100115052

SISTEM RELIGI DAN KEYAKINAN MASYARAKAT

PESISIR

Konsep sistem kepercayaan berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional (Mitcheli, 1997).

Sistem kepercayaan didasarkan atas beberapa karakter penggunaan sumber daya (Matowanyika, 1991), ialah:

1.    Sepenuhnya pedesaan

2.    Sepenuhnya didasarkan atas produksi lingkungan fisik setempat

3.    Integrasi nilai ekonomi, sosial, budaya serta institusi dengan hubungan keluarga sebagai kunci sistem distribusi dan keluarga

sebagai dasar pembagian kerja

4.    Sistem distribusi yang mendorong adanya kerjasama\

5.  Sistem pemilikan sumber daya yang beragam, tetapi selalu terdapat sistem pemilikan bersama

6.    Sepenuhnya tergantung pada pengetahuan dan pengalaman lokal.

Pada esensinya, unsur religi (sistem kepercayaan/keyakinan dengan praktik seremonial ) dari suatu kebudayaan berfungsi

untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan hubungan atau kesatuannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta alam

semesta dengan segala isinya. Berikut, agama secara ideal dipahami sebagai yang berfungsi regulasi berkehidupan bersesama,

berhubungan dengan dan pengelolaan (pemeliharaan) pemanfaatan sumber daya alam sebagai berkah dari-Nya. Agama

dengan demkian, dipahami sebagai pedoman kehidupan masyarakat manusia untuk selamat dunia dan akhirat.

Pada kebanyakan kelompok dan komunitas nelayan dan pelayar di dunia, agama lebih difungsikan dalam urusan duniawi

yang pragmatis dari pada pemungsiannya secara ideal atau esensialnya, yakni sebagai mekanisme pemecahan persoalan-

persoalan lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang dihadapinya di laut sehari-hari. Sama halnya kepercayaan pada ilmu

magic dan praktik sihir yang digunakan oleh masyarakat nelayan atau pelayar (secara individual atau kelompok) untuk

memecahkan berbagai masalah seperti itu karena tidak dapat diatasi dengan akal sehat dan praktik biasa. Contohnya :

Page 2: JUMARTONO 40100115052

Nelayan Urk (Belanda) meyakini sumber daya dan hasil laut sebagai berkah dari Tuhan yang harus diusahakan dengan kerja

keras disertai doa. Bahkan, mesin raksasa 3000 PK yang menggerakkan kapal berbobot ratusan ton diyakini sebagai nakhoda

yang digerakkan oleh pneggerak utama, yaitu Tuhan. Keyakinan religius terkait kehidupan ekonomi dan kecanggihan iptek ini

terwujud dalam pelaksanaan ibadah gereja setiap hari minggu (Heilig dag), mengharamkan pembatasan kelahiran karena anak

adalah berkah dari Tuhan (Zegen Van God) yang kelak menjadi awak kapal yang terampil dan produktif. Dan, tidak boleh

menggunakan kendaraan bermotor/mesin pada hari minggu sebagai penghargaan pada Tuhan penggera mekanik yang utama

(Lampe,1986).

Nelayan Islandia hingga sekarang masih banyak yang percaya bahkan mengandalkan kekuatan bisikan mahluk halus dan roh

nenek moyang, petunjuk mimpi dan firasat serta feeling dan intuisi yang dikombinasikan dengan sistem manajemen formal

ekonomi yang modern dan rasional sebagai model untuk sikses dan selamat (model for success and model for safety)

(Palsson, 2001).

Kebanyakan nelayan Bugis, Bajo, Makassar dan Madura yang beragama Islam sangat percaya pada kekuasaan Allah dan

takdir-Nya. Sedikit banyaknya hasil yang diperoleh senantiasa dikembalikan pada ketentuan takdir. Rintangan arus dan ombak

besar yang diarungi ; dalamnya laut yang diselami pencari teripang, berbahaya dan angkernya berbagai tempat yang justru

kaya sumberdayanya. Dan ancaman raksasa laut (gurita, hiu dan paus) semuanya dihadapi dan dilawan atau dihindari dengan

keyakinan religius dan praktik ritual (doa dan penyembahan sesaji). Keberanian pelaut dari sulawesi selatan dan Tenggara

menjelajahi perairan Nusantara ini sebagian besar dilandasi keyakinan agama, bukan atas modal pengetahuan dan

keterampilan berlayar serta etos ekonomi yang tinggi semata.

Kebanyakan nelayan suku bangsa Fanti-Ghana (Afrika Barat) dan komunitas-komunitas nelayan dan pelayar di negara-negara

kepulauan pasifik, termasuk kepulauan Trobriand, percaya dan melakukan praktik magic untuk menjaga keselamatan mereka

dari gangguan hantu-hantu laut. Bahkan nelayan melakukan persaingan memperebutkan sumber daya laut dengan

menggunakan kekuatan supranatural / jimat dan praktik sihir.

Sistem kepercayaan dalam memanfaatkan sumber daya laut masyarakat pesisir selalu mengikuti kebiasaan yang sudah

menjadi tradisi adat bahkan ada yang melakukannya dengan suatu acara dalam bentuk ritual yang menurut sistem kepercayaan

dan pengetahuan masyarakat setempat ritual tersebut dapat memberikan mereka hasil usaha sebagai nelayan maupun

keselamatan selama melaut.

Page 3: JUMARTONO 40100115052

Di lain pihak mereka juga percaya bahwa pada kondisi tertentu, ketika penghuni alam ini, maksudnya manusia

serakah dan bertindak dalam memanfaatkan sumberdaya alam laut dan pesisir tidak sesuai dengan sistem nilai, hukum adat

dan tradisi budaya yang dianut, maka alam akan bertindak sebaliknya yakni memberi sanksi dan hukuman kepada manusia.

Menurut sistem kepercayaan masyarakat setempat bentuk hukuman yang alam berikan kepada mereka dalam memanfaatkan

sumberdaya alam laut dan pesisir yang tidak sesuai dengan kesepakatan adat dan tradisi masyarakat setempat, dapat berupa

bencana alam, sakit yang tidak dapat diobati secara medis, kecelakaan baik di laut dan di darat (tenggelam, digigit ikan hiu,

paus, ular atau jatuh dari pohon).

Resiko dan hukuman alam ini dapat dialami secara fatal yakni menimbulkan kematian dan/atau hanya menimbulkan

kecelakaan seperti luka, patah, hilang beberapa organ tubuh dan dapat juga menimbulkan kelumpuhan serta mempengaruhi

gangguan kejiwaan (gila). Mereka sangat menyadari bahwa nilai-nilai tersebut merupakan warisan leluhur yang perlu

ditumbuh-kembangkan kembali agar menjadi penuntun moral dan pranata untuk mengatur masyarakat dalam menfaatkan

sumberdaya pesisir dan laut secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan sistem

kepercayaan yang  berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, juga disebabkan oleh adanya kekewatiran akan

pudarnya atau hilangnya nilai-nilai sistem kepercayaan . Fenomena lainnya adalah dewasa ini di mana-mana terjadi perilaku

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut cenderung bersifat destruktif dan tidak ramah lingkungan.

Selain itu masyarakat pesisir umumnya merasa pesimis dan meragukan implementasi hukum-hukum positif termasuk

aparat penegak hukum. Respons masyarakat terhadap hukum-hukum positif yang ada dan berlaku sangat rendah.   Hal ini

disebabkan karena adanya kenyataan bahwa para pelaku perusakan lingkungan yang ditangkap, tidak jelas penyesaiannya dan

tidak membuat jera terhadap para pelaku pengrusak lingkungan.