judul penelitian pasir besi
TRANSCRIPT
A. JUDUL PENELITIAN
Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Permanen Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe2O3)
dengan Metode Koopresipitasi dengan Bahan Pasir Besi
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian dari penelitian ini adalah Fisika Material dan Biofisika
C. LATAR BELAKANG
Teknologi nano merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan raw
material masa kini dan masa depan. Teknologi nano meliputi: partikel, struktur dan
device yang berukuran kecil, yaitu dalam orde 10-9 meter. Teknologi nano mancakup
bidang yang sangat luas, antara lain diantaranya adalah material magnet. Material
magnet ditinjau dari sifatnya ada dua macam, yaitu: magnet lunak (soft magnetic)
dan magnet keras (hard magnetic) [Masno G, dkk, 2006]. Magnet lunak merupakan
suatu sifat bahan yang tidak permanen, dimana bahan akan berubah menjadi magnet
apabila ada arus yang diberikan dan sifat magnetnya akan hilang bila arus
dilepaskan. Sedangkan pada bahan magnet keras merupakan suatu bahan yang
sengaja dibuat bersifat magnet secara permanen[Moulson A.J, dan J.M. Habert,
1985]. Teknologi material magnet sudah dikenal sejak lama, yaitu: magnet
permanen yang pada awalnya dibuat dari paduan logam seperti SmCo-
magnet,AlNiCo-magnet, dan kemudian berkembang ke arah material oksida atau
material keramik, misalnya feroxdure SrO.6Fe2O3, PbO.6Fe2O3 dan hexagonal
femite BaO.6Fe2O3, serta berbasis logam tanah jarang, contohnya Nd-Fe-B magent.
Bahan-bahan magnet dari keramik tersebut memiliki kemampuan untuk
menghasilkan remanensi magnet (BH) max sampai 3-20 MGOe dan medan magnet
koersifnya (Hc) sekitar 120-270 (KAM-1) [Martirosyan K.S., et.all, 2003]. Magnet
permanen femite berbasis oksida-oksida BaO dan Fe2O3 sangat banyak digunakan
sebagai komponen elektromotor, seal, filter, dan sebagainya. Kebutuhan magnet
permanen untuk industri di Indonesia masih 100% import dari Jepang dan Cina.
Bahan baku di Indonesia cukup melimpah sebagai contoh pasir besi banyak
depositnya di Indonesia. Magnet permanen berbasis BaO.6Fe2O3 dibuat dengan
ukuran butiran sekitar 1-2 µm dan dibakar pada suhu sintering sekitar 1250-13000C
[A. ATAIE, et.all,2002, Martirosyan K. S., et all, 2003]. Dari tabel 1, ditunjukkan
sifat-sifat magnetik dari beberapa bahan magnetik permanen.
Tabel 1. Beberapa dari Sifat magnet permanen [Moulson A.J., Herbert
J.M.,1985]
Perbandingan sifat magnetnya dari beberapa material dapat diperhatikan pada gambar 1.
Gambar 1. Kurva yang menunjukkan perbandingan sifat magnet dari
Beberapa jenis magnet permanen
Dari gambar 1 diperlihatkan bahwa ferrite merupakan jenis magnet permanen yang
tergolong sebagai material keramik dan hanya memiliki remanensi magnet maksimal
sekitar 0.2 - 0.6 T dan koersivitansta relatif rendah sekitar 100-400 kA/m. Memang
dibandingkan dengan magnet dari bahan logam / alloy (SmCo, dan NdFeB) memang
jauh perbedaanya, tetapi produksi magnet ferrite di dunia masih cukup besar, karena
bahan bakunya lebih murang dibandingkan dengan magnet dari jenis logam. Jadi
kebutuhan pasar akan magnet permanen ferrite masih tinggi. Keunggulan lainnya
dari magnet ferrite adalah memiliki suhu kritis (Tc) relatif tinggi dan lebih tahan
korosi.
Tahapan proses pada pembuatan magnet permanent ferrite dapat memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap sifat-sifat magnet yang dihasilkan. Pada
umumnya tahapan proses yang sering dilakukan adalah meliputi: preparasi serbuk,
pencetakan untuk menghasilkan green body, pemadatan pada suhu tinggi (sintering),
dan magnetisasi. Suhu sintering sangat tergantung pada jenis material yang
digunakan (komposisi dan ukuran serbuk), sedangkan suhu sintering yang
dibutuhkan adalah mendekati titik lebur capuran bahan baku (raw material) dan juga
sangat tergantung pada besarnya ukuran partikel [Masno G, dkk, 2006]. Pada proses
pembuatan magnet permanen ferrite, suhu sintering dapat diturunkan melalui
pendekatan penggunaan bahan baku yang lebih halus dengan ukuran sampai orde
nano, karena luas kontak antara partikelnya akan menjadi lebih besar. Efek ini akan
berdampak pada energi yang dibutuhkan untuk proses sintering, akan semakin
menjadi rendah dan dapat memberikan peningkatan sifat magnetnya. Karena partikel
dalam orde nano akan mendekati ke sifat single domain. Berdasarkan referensi untuk
barium hexa ferrite BaO.6Fe2O3 yang disentering pada suhu tinggi 13000C dan
ukuran partikel sekitar 1-2 µm, menghasilkan kekuatan maksimum 2000 sampai
3000 Gauss [Moulson A.J., and J.M. herbert, 1985]. Sedangkan magnet permanen
BaO.6Fe2O3 dengan ukuran partikel sekitar 80-100 nm dapat disinter pada suhu
10000C serta memiliki kekuatanmagnet bisa mencapai 4000 Gauss [Bahadur D., et,
All., 2006]. Dalam pembuatan nano partikel BaO.6Fe2O3 melalui proses kimia basah
atau koopresipitasi dengan menggunakan bahan baku FeCl3 dan BaCl2, dan media
pelarut aquades. Kemudian melalui teknik metalurgi serbuk yaitu dengan proses
pencetakan dan sintering, serta magnetisasi untuk dihasilkan magnet permanen
dengan kekuatan magnet 3000-4000 Gauss.
D. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Magnet Permanen dan sifat-sifatnya
Magnet keras atau hard ferrite merupakan magnet permanen yang memiliki
kurva histeresis yang lebar dan memiliki nilai koersivitas Hc yang tinggi. Hard
ferrite adalah material yang memiliki struktur heksagonal dengan formula
MO.6Fe2O3 dan M adalah unsur-unsur dari : Ba, Sr, dan Pb, dan jenis dari magnet ini
dikenal sebagai keramik magnet [Martirosyan K. S., et.all, 2003]. Keramik magnet
yang merupakan magnet permanen mempunyai struktur Hexagonal close-packed.
Yang paling banyak digunakan adalah jenis Barium heksa ferrit BaO.6Fe2O3 yang
memiliki parameter kisi a = 5,8920 angstrom, dan c = 23,1830 angstrom. Gambar
struktur kristal barium heksa ferrite BaO.6Fe2O3 diperlihatkan pada gambar 2.
Gambar 2. Struktur kristal BaO.6Fe2O3 [Moulson A.J, et.All., 1985]
Sifat-sifat kemagnetan suatu bahan dapat diperlihatkan dalam kurva histerisis yaitu
kurva hubungan intensitas magnet (H) terhadap medan magnet (B). Seperti
ditunjukkan pada gambar 3 merupakan kurva histeresis pada saat magnetisasi
Gambar 3. Kurva saat proses magnetisasi [Moulson A.J,et all., 1985]
Pada gambar 3 diatas tampak bahwa kurva tidak terbentuk garis lurus sehingga dapat
dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak linear. Dengan kenaikan harga H,
mula-mula B turut naik cukup besar, tetapi mulai dari H tertentu terjadi kenaikan
nilai B yang kecil dan makin lama nilai B akan konstan. Harga medan magnet untuk
keadaan saturasi disebut dengan Bs atau medan magnet saturasi. Bahan yang
mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang
ditunjukkan kurva (a). Sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H yang
tinggi disebut magnet keras seperti yang ditunjukkan kurva (c). Sesudah mencapai
saturasi ketika instensitas magnet H diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata
kurva B tidak melewati jalur kurva semula. Pada harga H = 0, medan magnet atau
rapat fluks B mempunyai harga Br ≠ 0 seperti ditunjukkan pada kurva histerisis pada
gambar 4. Jadi apabila arus pada toroida dimatikan (i=0) maka dalam bahan masih
tersimpan fluks induksi. Harga Br ini disebut dengan induksi remanen atau
remanensi bahan. Pada gambar 4 tampak bahwa setelah harga intensitas magnet
H = 0 atau dibuat negatif (dengan membali arus lilitan), kurva B(H) akan memotong
sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk membuat rapat
fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan, intensitas magnet Hc ini disebut
koersivitas bahan. Bila selanjutnya harga diperbesar pada harga negatif sampai
mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol, berbalik arah dan terus diperbesar
pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva B(H) akan membentuk
satu lintasan tertutup yang disebut kurva histeresis. Bahan yang mempunyai
koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah hilang. Bahan seperti itu baik untuk
membuat magnet permanen.
Gambar 4. Kurva histerisis material magnet [Moulson A.J, et all., 1985]
Produk magnet permanen ada dua macam berdasarkan teknik pembuatannya yaitu
magnet permanen isotropi dan magnet permanen anisotropi. Magnet permanen
isotropi magnet dimana pada proses pembentukkan arahdomain magnet partikel-
partikelnya masih acak, sedangkan yang anistropi pada pembentukkan dilakukan di
dalam medan magnet sehingga arah dommain magnet partikel-partikelnya mengarah
pada ara tertentu seperti ditunjukkan pada gambar 5 untuk membedakan isotropi dan
anisotropi.
Gambar 5. Arah partikel pada magnet isotropi dan anisotropi [Masno G, dkk, 2006]
Magnet permanen isotropi memiliki sifat magnet atau remanensi magnet yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan magnet permanen anisotropi. Perbandingan sifat-
sifat magnet permanen isotropi dan anisotropi dapat dilihat pada tabel 1. Beberapa
(a)
Arah partikel acak
(isotropi)
(b)
Arah partikel searah
(anisotropi)
aplikasi dari magnet permanen antara lain sebagai sealer, holder, komponen speaker,
komponen motor listrik, komponen generator listrik, dan dipergunakan dalam alat-
alat kesehatan pada gambar 6 diperlihatkan beberapa contoh aplikasi magnet
permanen [Moulson A.J, et all., 1985].
Gambar 6. Contoh Aplikasi Magnet permanen
2.2 Keramik Magnet
Keramik adalah bahan-bahan yang tersusun dari senyawa anorganik bukan
logam yang pengolahannya melalui perlakuan dengan temperatur tinggi.
Kegunaanya adalah untuk dibuat berbagai keperluan desain teknis khususnya
dibidang kelistrikan, elektronika, mekanik denngan memanfaatkan magnet keramik
sebagai magnet permanen, dimana material ini dapat menghasilkan medan magnet
tanpa harus diberi arus listrik yang mengalir dalam sebuah kumparan atau solenoida
untuk mempertahankan medan magnet yang dimilikinya. Disamping itu, magnet
permanen juga dapat memberikanmedan yang konstan tanpa meneluarkan daya yang
konitnyu [Moulson A.J, et all., 1985].
Bahan keramik yang bersifat magnetik umumnya merupakan golongan ferit,
yang merupakan oksida yang disusun oleh hematit (a-Fe2O3) sebagai komponen
utama. Bahan ini menunjukkan induksi magnetik spontan meskipun medanmagnet
dihilangkan. Material ferit juga dikenal sebagai magnet keramik, bahan itu tidak lain
adalah oksida be3si yang disebut ferit besi (ferrous ferrite) dengan rumus kimia MO.
(Fe2O3)6, dimana M adalah Ba, Sr atau Pb [A, ATAIE, et.all, 2002, Martirosyan
K.S., et.all,2003]
6Fe2O3 + BaCO3 BaO.6Fe2O3 + CO2
Pada umumnya ferrit dibagi menjadi tiga kelas:
1. Ferrit lunak, ferrit ini mempunyai formula Mfe2O4, dimana M = Cu, Zn, Ni,
Co, Fe, Mn dengan struktur kristal seperti mineral spinel. Sifat bahan
inimempunyai permeabilitas dan hambatan jenis yang tinggi, koersivitas yang
rendah
2. Ferrit keras, ferrit jenis ini adalah turunan dari struktur magneto plumbit yang
dapat ditulis sebagai Mfe12O19, dimana M = Ba, Sr, Pb. Bahan ini mempunyai
gagya koersivitas dan remanen yang tinggi dan mempunyai struktur kristal
heksagonal dengan momen-momen magnetik yang sejajar dengan sumbu c
3. Ferrit berstruktur Garnet, magnet ini mempunyai magnetisasi spontan yang
bergantung pada suhu secara khas. Strukturnya sangat rumit, berbentuk kubik
dengan sel satuan disusun tidak kurang dari 160 atom [idayanti, dkk,2002]
Magnet keramik yang merupakan magnet permanen mempunyai sturuktur hexagonal
close-pakced. Dalam hal ini bahan yang sering digunakan adalah Barrium Ferrite
(BaO.6Fe2O3). Dapat juga barium digantikan bahan yang menyerupai (segolongan)
denganya, yaitu seperti Strontium [Martirosyan K. S., et.all, 2003]. Material
magnetik ferit yang memiliki sifat-sifat campuran beberapa oksida logam valensi II,
dimana oksida besi valensi III (Fe2O3) merupakan komponen yang utama. Ferit keras
banyak digunakan dalam komponen elektronik, diantaranya motor-motor DC kecil,
pengeras suara (loud speaker), meteran air, KWH-meter, telephone receiver,
circulator, dan rice cooker. Kerapatan dari bahan ferit lebih rendah dibandingkan
logam-logam lain dengan ukuran yang sama. Oleh karenanya nilai saturasi dari
bahan ferit relatif rendah. Nilai kerapatan ferit dapat dilihat dalam daftar tabel 2, dan
nilai perbandingan denganmaterial magnetik yang lain. Ternyata berdasarkan tabel 2
nilai densitas dari BaO.6Fe2O3 adalah sebesar 5,3 g/cm3
Tabel 2. Nilai kerapatan dari berbagai jenis ferrite [Prihatin, Sujito. 2005]
E. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan dari penelitian adalah:
Membuat partikel nano Barium hexa Ferrite [BaO.6Fe2O3] melalui metoda
koopresipitasi dari bahhan baku BaCl2 dan FeCl3
Membuat sinter pellet magnet permanen dari bahan serbuk nano partikel
melalui proses metalurgi serbuk untuk menghasilkan magnet permanen
dengan kekuatan magnet mencapai 3000-4000 Gauss
2. Manfaat dari penelitian adalah:
Mampu memberikan peningkatan skill dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya bidang material magnet dan mampu bersaing dan
berkompetisi dengan negara lain.
Dapat dikuasai teknologi pembuatan magnet permanen BaO.6Fe2O3
diharapkan dapat menjadi pemicu munculnya industri magnet permanen
sehigga tidak perlu mengimport lagi material magnet.
F. METODOLOGI
Penelitian ini meliputi kegiatan di laboratorium untuk pembuatan nano partikel
BaO.6Fe2O3 melalui proses kimia basah (koopresipitasi) agar diperoleh serbuk
BaO.6Fe2O3 dengan ukuran partikel nano serta membuat pellet magnet permanen
BaO.6Fe2O3 melalui proses metalurgi serbuk.
Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Membuat serbuk nano partikel BaO.6Fe2O3 melalui proses kimia basah
(koopresipitasi) dengan bahan baku : FeCl3 dan BaCl2. Untuk dapat
menghasilkan struktur fasa hexagonal ferrite BaO.6Fe2O3 faktor komposisi
pencampuran akan menentukan sekali. Variasi komposisi yaitu: komposisi
stokiometri BaO : Fe2O3 = 1 : 6 (mole ratio), dan komposisi non stokiometri
juga yaitu BaO : Fe2O3 = 1 : 6,2 (mole ratio), dan BaO : Fe2O3 = 1 : 5,8 (mole
ratio). Dilakukan karakterisasi serbuk nano partikel BaO.6Fe2O3 yang meliputi:
pengukuran ukuran partikel dengan menggunakan SEM, analisa mikrostruktur
dengan XRD, dan analisa DTA/TG
2. Membuat sinter magnet permanen BaO.6Fe2O3 melalui solid sintering
(metalurgi serbuk) dengan bahan baku serbuk nano partijkel BaO.6Fe2O3.
Serbuk nano partikel BaO.6Fe2O3 diperolah kemudian dicampur dengan perekat
(PVA) untuk dilakukan pembentukan pellet dengan tekanan 3 Ton. Pellet
berupa green body disintering dengan variasi suhu sintering: 900, 950, 1000,
1050, dan 1100 0C menggunakan tungku listrik dengan waktu penahan 2 jam.
Sampel yang telah di bakar / sinter selanjutnya dikarakterisasi meliputi
pengukuran, densitas, porositas, XRD, dan SEM. Sebagian sampel yang telah
disinter dimagnetisasi dengan energi sebesar 5 – 10 kGaus. Karakterisasi yang
dilakukan meliputi pengukuran; kurva histerisis, dan pengukuran temperatur
curie
Diagram alir pembuatan magnet permanen diperlihatkan pada gambar 6 sebagai
berikut:
Gambar 7. Diagram alir pembuatan magnet permanen BaO.6Fe2O3
Pada tabel 3 diperlihatkan komposisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Tabel 3. Komposisi (mole ratio) dari BaO terhadap Fe2O3