eksplorasi umum pasir besi jeneponto

15
  PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI EKSPLORASI UMUM PASIR BESI DI DAERAH KABUPATEN JENEPONTO, PROVINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Moe’tamar Kelompok Program Penelitian Mineral SARI  Lokasi penyelidikan dilakukan di sepanjang pantai Desa Bulo-bulo, Kecamatan  Arungkeke dan Kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi, secara geografis terletak diantara 5 0 38’ 42” – 5 0  42’ 20” Lintang Selatan dan 119 0  42’ 16” – 119 0  50’ 35” Bujur Timur Pelaksanaan penyelidikan dilakukan dengan metoda pemetaaan endapan di  permukaan, dan pengeboran dengan menggunakan bor tangan tipe “Dormer” dengan interval 400 meter arah base line dan 25 meter arah cross line guna mengetahui ketebalan lapisan pasir besinya.  Morfologi wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari Perbukitan terjal menempati bagian utara, Perbukitan bergelombang menempati bagian tengah dan  pedataran menempat bagian selatan hingga pantai. Stratigrafi daerah penyelidikan dari tua ke muda disusun oleh: Batu gamping, Tuf berlapis, Batuan gunungapi (Breksi dengan fragmen andesit-Basalt dan Lahar) mendominasi daerah penyelidikan >50%, batuan termuda adalah endapan permukaan  yang menempati pedataran pantai dan sungai.  Daerah penyelidikan terbagi dalam 4 sektor mulai dari utara ke barat daya yai tu sektor Punagaya, Bulo-Bulo, Kampala dan Pabaringa, secara visual kandungan pasir besi tertinggi di sektor bulo—bulo ditandai dengan meningkatnya perbandingan pasir besi berwarna abu-abu kehitaman sedangkan kearah barat daya(sektor kampala,Pabiringa) dan utara (sektor Punagaya)kandungan pasir besi relatif menurun hal ini ditandai oleh meningkatnya perbandingan pasir gamping berwarna putih kecoklatan  Berdasarkan hasil perhitungan, sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi : Sektor Punagaya adalah 20.101,40 ton dengan MD rata-rata = 0,781 %, SG rata-rata = 2,516 ton/m 3 dan  kandungan Fe Totalrata-rata = 45,23 %., Sektor Bulo-bulo1 63.509,79 ton MD rata-rata = 2,972 %, SG rata-rata = 2,767 ton/m 3  dan kandungan Fe Totalrata-rata = 47,29 % . Sektor Bulo-bulo2 9.202,71 ton dengan MD rata-rata = 2,672 % SG rata-rata = 2,639 ton/m 3  dan kandungan Fe Total rata-rata = 45,74 %. Sektor Kampala adalah 19.693,13 ton dengan MD rata-rata = 1,922 %, SG rata-rata = 2,326 ton/m 3  dan kandungan Fe Total rata-rata = 45,57 %. Sektor Pabiringa adalah 8.047,31 ton MD rata-rata = 1,127  %, SG rata-rata = 2,326 ton/m 3  dan kandungan Fe Totalrata-rata = 43,05 %. Total sumber daya konsentrat pasir besi di empat daerah tersebut adalah : 120.554,36  Ton.Dengan potensi yang tidak begitu besar, maka penyelidikan endapan pasir besi ini tidak perlu dilanjutkan

Upload: dwi-darmawan

Post on 21-Jul-2015

195 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

EKSPLORASI UMUM PASIR BESI DI DAERAH KABUPATEN JENEPONTO, PROVINSI SULAWESI SELATANOleh : Moetamar Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Lokasi penyelidikan dilakukan di sepanjang pantai Desa Bulo-bulo, Kecamatan Arungkeke dan Kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi, secara geografis terletak diantara 50 38 42 50 42 20 Lintang Selatan dan 1190 42 16 1190 50 35 Bujur Timur Pelaksanaan penyelidikan dilakukan dengan metoda pemetaaan endapan di permukaan, dan pengeboran dengan menggunakan bor tangan tipe Dormer dengan interval 400 meter arah base line dan 25 meter arah cross line guna mengetahui ketebalan lapisan pasir besinya. Morfologi wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari Perbukitan terjal menempati bagian utara, Perbukitan bergelombang menempati bagian tengah dan pedataran menempat bagian selatan hingga pantai. Stratigrafi daerah penyelidikan dari tua ke muda disusun oleh: Batu gamping, Tuf berlapis, Batuan gunungapi (Breksi dengan fragmen andesit-Basalt dan Lahar) mendominasi daerah penyelidikan >50%, batuan termuda adalah endapan permukaan yang menempati pedataran pantai dan sungai. Daerah penyelidikan terbagi dalam 4 sektor mulai dari utara ke barat daya yaitu sektor Punagaya, Bulo-Bulo, Kampala dan Pabaringa, secara visual kandungan pasir besi tertinggi di sektor bulobulo ditandai dengan meningkatnya perbandingan pasir besi berwarna abu-abu kehitaman sedangkan kearah barat daya(sektor kampala,Pabiringa) dan utara (sektor Punagaya)kandungan pasir besi relatif menurun hal ini ditandai oleh meningkatnya perbandingan pasir gamping berwarna putih kecoklatan Berdasarkan hasil perhitungan, sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi : Sektor Punagaya adalah 20.101,40 ton dengan MD rata-rata = 0,781 %, SG rata-rata = 2,516 ton/m3 dan kandungan Fe Totalrata-rata = 45,23 %., Sektor Bulo-bulo1 63.509,79 ton MD rata-rata = 2,972 %, SG rata-rata = 2,767 ton/m3 dan kandungan Fe Totalrata-rata = 47,29 % . Sektor Bulo-bulo2 9.202,71 ton dengan MD rata-rata = 2,672 % SG rata-rata = 2,639 ton/m3 dan kandungan Fe Total rata-rata = 45,74 %. Sektor Kampala adalah 19.693,13 ton dengan MD rata-rata = 1,922 %, SG rata-rata = 2,326 ton/m3 dan kandungan Fe Total rata-rata = 45,57 %. Sektor Pabiringa adalah 8.047,31 ton MD rata-rata = 1,127 %, SG rata-rata = 2,326 ton/m3 dan kandungan Fe Totalrata-rata = 43,05 %. Total sumber daya konsentrat pasir besi di empat daerah tersebut adalah : 120.554,36 Ton.Dengan potensi yang tidak begitu besar, maka penyelidikan endapan pasir besi ini tidak perlu dilanjutkan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENDAHULUAN Latar Belakang Besi diperlukan dalam industri berat, kendaraan bermotor dan bahan konstruksi, yang mana pemakaiannya akhir-akhir ini semakin meningkat, sehingga dalam jangka waktu tertentu kemungkinan bahan baku besi untuk kebutuhan industri tersebut akan habis. Untuk menjaga kesinambungan industriindustri tersebut diperlukan pencarian bahan baku besi, dimana pasir besi merupakan salah satu sumber daya yang potensial. Berkenaan dengan salah satu tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi, maka pada Tahun Anggaran 2008, Kelompok Program Penelitian Mineral melakukan eksplorasi umum pasir besi di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer tentang potensi sumber daya pasir besi yang terdapat di daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan yang akan bermanfaat bagi pengembangan daerah. Tujuan kegiatan ini adalah dapat membantu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Jeneponto dalam merencanakan pengembangan wilayah guna menggali dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Lokasi Penyelidikan Lokasi penyelidikan dilakukan di sepanjang pantai Desa Bulo-bulo, Kecamatan Arungkeke dan Kelurahan Pabiringa, Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi, secara geografis terletak diantara 50 38 42 50 42 20 Lintang Selatan dan 1190 42 16 1190 50 35 Bujur Timur (Gambar 1). Metoda Pelaksanaan penyelidikan di daerah ini dilakukan dengan metoda pemetaan endapan di permukaan, pengukuran topografi, pemboran, sumur uji, dan analisis laboratorium.

Pemetaan ini dimulai dengan orientasi lapangan dan pengeplotan lokasi obyek pengamatan ke dalam peta. Pengamatan singkapan batuan untuk mengetahui kondisi geologi daerah tersebut dari segala aspek termasuk genetiknya. Pemetaan geologi dilakukan di daerah sepanjang pantai timur Jeneponto. Pengukuran topografi dengan menggunakan T0, untuk menentukan titik ikat pemboran berkaitan dengan pengambilan conto pasir besinya secara kuantitatif. Sedangkan untuk titik ikat global mengunakan koordinat GPS. Untuk pengambilan conto pasir besi menggunakan alat bor (hand auger) dengan interval baseline (garis sejajar pantai) 400 m dan cross line sekitar 25m. Hand auger yang dipakai jenis Doormer yang dilengkapi dengan casing berdiameter 2,5 inchi. Conto-conto pasir besi di atas permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir (sand auger) jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan conto pasir yang terletak di bawah permukaan air tanah diambil dengan bailer. Conto-conto diambil untuk setiap kedalaman satu meter atau lebih dan dibedakan antara conto dari horizon A (diatas permukaan air tanah), conto horizon B (antara permukaan air tanah dan air laut) dan conto dari horizon C (yang terletak di bawah permukaan air laut). Pengurangan berat conto dikerjakan di lapangan dengan cara increment berdasarkan J.I.S. (Japanese Industrial Standard), yaitu dengan jalan menampung conto asli ke dalam baki kayu berukuran 90 cm x 60 cm x 2 cm. Pemisahan fraksi magnetit dari non magnetit menggunakan magnet batang 300 gaus secara berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan conto konsentrat yang cukup bersih. Kosentrat yang diperoleh dari pemisahan magnet ditimbang dalam satuan gram. Nilai MD (Magnetic Degree) diperoleh dengan membandingkan berat konsentrat dan berat asal, dengan rumus :

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Berat konsentrat M.D. = ------------------------- --- X 100 % Berat asal

Sinjai, Maros, Bone dan Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan GEOLOGI DAN INDIKASI MINERALISASI (BAHAN GALIAN) Tatanan Tektonik P. Sulawesi Secara regional Pulau Sulawesi terletak di antara lempeng-lempeng benua Eurasia, Indian-Australia dan Pasifik yang saling bertabrakan, dan terletak serta merupakan pinggiran lempeng aktif Pasifik bagian barat. (Gambar 2) Proses geologi yang rumit di Sulawesi telah menghasilkan perubahan bermacam-macam daerah tektonik seperti struktur busur kepulauan yang normal sampai ke suatu deformasi jalur tektonik yang sekarang ada, penggabungan dari fragmen terhadap bagian daerah lain, sesar sungkup dari lempeng samudra dan mantel ke atas busur kepulauan, tertutupnya cekungan laut dalam di belakang busur, pembentukan tepi cekungan akibat terjadinya pemekaran dasar samudra di belakang busur, pengembangan zona subduksi kecil dengan polarisasi yang berlawanan, dll. Pola tektonik Pulau Sulawesi dapat disimpulkan terdiri dari dua zona busur tektonik. Salah satunya adalah busur tektonik bagian barat yang terdiri dari lengan selatan, lengan utara dan bagian tengah Pulau Sulawesi. Busur tektonik yang lainnya adalah busur tektonik bagian timur yang terdiri dari lengan tenggara dan timur Pulau Sulawesi. Menurut beberapa penulis terdahulu, evolusi Sulawesi dimulai dari Miosen atau bahkan lebih awal, ketika terbentuknya 800 km busur kepulauan di bagian timur Kalimantan yang berarah utara selatan, menghadap ke timur, sebagai akibat adanya suatu pemekaran dasar samudera di Pasifik. Kemudian terjadi volkanisma dan plutonisma setelah proses subduksi ini. Selanjutnya tumbukan Lempeng Sulawesi dan Lempeng Australia-New Guinea pada Pliosen Awal telah merubah bentuk Sulawesi menjadi sebuah pulau

Sedangkan untuk mengetahui komposisi dan kadarnya dilakukan analisis kimia yang meliputi SiO2, Al2O3, Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, terhadap conto komposit. Selain itu analisis fisika mineral juga dilakukan untuk conto pasir besi meliputi , analisis butir . Untuk mengetahui sumber daya adalah dengan rumus : C = (L X t ) X MD X SG Dimana : C = Sumber daya dalam ton L = Luas daerah pengambilan bor dalam m t = Tebal endapan dalam meter MD = Kadar magnetik dalam % SG = Berat Jenis Penyelidik Terdahulu Data mengenai sumber daya pasir besi di daerah Kabupaten Jeneponto dan sekitarnya telah dicantumkan dalam Neraca Sumber Daya Mineral Logam Tahun 2007, yaitu di daerah Kelara, Parapungta dan Tanah Jampea namun tidak disebutkan sumber datanya. Berbagai penyelidik terdahulu terkait dengan kondisi geologi dan geokimia daerah penyelidikan yang juga menjadi acuan dalam kegiatan penyelidikan ini antara lain: Rab Sukamto dan Sam Supriatna (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi) pada tahun 1982 telah menyusun Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Bantaeng dan Sinjai, Sulawesi sekala 1: 250.000 M. Bagdja, S. Kamal, dan Wawan Suherman (Direktorat Sumberdaya Mineral) pada tahun 1995 menyusun, Laporan Penyelidikan Geokimia Regional Bersistim Daerah Kabupaten Bulukumba,

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

melengkung ke arah benua, dan pada saat yang sama terbentuk pula obduksi ofiolit di busur bagian timur pulau tersebut. Pada akhir Paleosen, pergerakan Lempeng Pasifik berlanjut dan perlahanlahan mendorong Sulawesi ke arah Benua Asia, menyebabkan tertutupnya laut antara Sulawesi dan Kalimantan. Kemudian terjadi tumbukan antara bagian barat Busur Sulawesi dan bagian timur Busur Kalimantan, menyebabkan terbentuknya obduksi ofiolit di Pegunungan Meratus dan sedikit deformasi batuan sedimen di cekungan minyak Kalimantan Timur. Pada Kuarter, selama terjadinya proses patahan geser Palu-Koro, Selat Makassar menjadi terbuka. Gerakan ke timur Sulawesi ini dapat dibuktikan dengan terjadinya patahan geser PaluKoro yang baru. Gerakan ini mungkin menyebabkan terjadinya patahanpatahan di lengan Sulawesi bagian selatan. Daerah penyelidikan terletak di daerah busur tektonik bagian barat. Secara umum busur ini terdiri dari batuan gunungapi dan batuan plutonik, sedangkan busur tektonik bagian timur terdiri dari jalur batuan metamorfik, fragmen ofiolit dan komplek subduksi. Di busur tektonik bagian barat, komplek subduksi Kapur ditutupi oleh batuan sedimen. Di atasnya terletak lapisan paparan benua Paleogen Atas, yang kemudian ditutupi oleh batuan volkanik dan sedimen Neogen dan diintrusi oleh batuan granitik Neogen. Busur tektonik bagian timur, nampaknya secara umum menjadi lebih muda ke arah timur hingga mendekati Miosen Akhir. Urut-urutan lapisan batuan yang luas di busur tektonik bagian barat dan timur ini diinterpretasikan dari pergerakan kearah timur busur magmatiknya, akibat dari pemekaran tektonik melalui proses subduksi. Mungkin pola tumpang tindih demikian ini adalah pengaruh dari rifting Sulawesi dari Kalimantan, yaitu akibat suatu pemisahan dan distorsi lengan-lengan serta peregangan

memanjang progresif dari zona subduksi muda di sepanjang sisi utara lengan utara Pulau Sulawesi. Stratigrafi Geologi umum daerah penyelidikan termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Lembar Ujungpandang sekala 1 : 250.000 (Sukamto, 1982). (Gambar 3). Kelompok batuan tua yang umumnya belum diketahui umurnya, terdiri dari batuan ultrabasa, batuan malihan dan batuan melange. Batuan tua ini tertindih secara tidak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru (Kb) yang berumur Kapur Akhir. Ciri litologinya hampir sama dengan Formasi Marada di daerah Kahu, terdiri dari serpih dan batusabak. Batuan gunungapi Paleosen (Tpv) terpropilitkan, menutup tidak selaras di atas batuan tersebut. Batuan gunungapi ini telah mengalami ubahan berkomposisi andesit hingga basal, terdiri dari tufa, breksi dan lava, berwarna kelabu tua hingga kehijauan, kadang dengan kekar-kekar yang terisi mineral kontak epidot yang sangat intensif, sehingga pada beberapa tempat kadang membentuk lensa atau diisi oleh urat kuarsa. Batuan breksinya, pada beberapa tempat disusun dari komponen aneka bahan, berukuran lapili hingga 50 cm. Di atas batuan serpih dan batuan gunungapi Paleosen tersebut diendapkan batuan sedimen darat dengan sisipan batubara Formasi Mallawa (Tem). Secara berangsur ke atasnya beralih menjadi endapan karbonat (batugamping) yang diperkirakan dari Formasi Tonasa (Temt). Formasi ini sebagian memperlihatkan batugamping padat kristalin berlapis dan sebagian merupakan batugamping koral, tersebar luas di bagian barat menempati topografi tinggi membentuk bukit-bukit, diperkirakan berumur Miosen Tengah. Di sebagian bagian tengah dan utara daerah Blok Camba, tidak selaras di atas batugamping Formasi Tonasa ini terendapkan batuan sedimen berselingan dengan batuan gunungapi berumur

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Miosen Tengah hingga Pliosen, yang secara bersamaan membentuk Formasi Camba (Tmc). Kegiatan gunungapi masih terjadi selama Pliosen menghasilkan batuan gunungapi Baturappe-Cindako. Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas bersusunan mulai dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. Indikasi Mineralisasi Berdasarkan data-data yang diperoleh dari basis data yang ada di Pusat Sumber Daya Geologi maupun data-data laporan yang ada di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan, kebanyakan mineralisasi logam yang terdapat di daerah ini berupa mineralisasi logam dasar (Cu, Pb, Zn) dan logam besi dan paduan besi (Fe, Mn). Dari data yang ada (PT. Mintek Dendrill Indonesia, 2006), logam besi primer terdapat di daerah Tanjung dan Pakke, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone yang mempunyai sumber daya tertunjuk 8.171.060 ton bijih yang berupa bijih besi deluvial dan besi primer tipe skarn. Sedang lokasi untuk pasir besi ditemukan pada beberapa tempat yakni di daerah Parapungta, BatubatuBontosunggu dan BontokonanBantomanu kesemuanya di Kabupaten Takalar. Sesuai dengan genesa pasir besi yakni adanya batuan gunungapi diorit basal yang ditoreh/dipotong oleh aliran sungai dan diendapkan di pantai maka diharapkan pantai di wilayah Kabupaten Jeneponto mempunyai prospek endapan pasir besi yang cukup besar. HASIL PENYELIDIKAN Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Bentang alam wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya memiliki permukaan yang sifatnya bervariasi. Bagian utaranya terdiri dari

dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari barat ke timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas permukaan laut. Di bagian tengah meliputi wilayah-wilayah dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut, dan bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukan laut. (Gambar 4)

Gambar 4. Morfologi daerah penyelidikan dan sekitarnyaLitologi Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi daerah penyelidikan secara berurutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut (Gambar 5) : 1. Batugamping Batuan ini dijumpai di sebelah barat daerah penyelidikan, berwarna putih kotor hingga kuning muda, berlapis, pada beberapa tempat tersesarkan, terlihat adanya zona hancuran. Satuan batuan ini termasuk ke dalam Formasi Tonasa (Rab Sukamto dan Sam Supriatna, 1982). 2. Tufa berlapis Satuan ini mempunyai kontak struktur dengan satuan batugamping, tersebar di bagian timur-utara daerah penyelidikan. Secara megaskopis teramati tufa berlapis, berukuran halus, kedudukan perlapisan relatif mendatar. Secara fisik karakteristik batuan ini memperlihatkan kesamaan dengan Formasi Camba (Rab Sukamto dan Sam Supriatna,1982). 3. Batuan Gunungapi

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Satuan batuan ini terdiri dari breksi dan lahar, tersingkap baik di Kecamatan Batang bagian utara penyelidikan. Penyebaran batuan ini mendominasi daerah penyelidikan (> 50%). Secara megaskopik batuan berwarna abu-abu terdiri dari kepingankepingan andesitbasalt berdiameter dari 1 cm hingga 100 cm, satuan batuan ini termasuk ke dalam satuan gunungapi Lompobatang diduga berumur Plistosen (Rab Sukamto dan Sam Supriatna, 1982 4. Aluvium Penyebaran endapan permukaan ini mendominasi daerah pantai dan sungai terdiri dari lempung, lumpur, pasir kerikil dan kerakal. Khususnya endapan pantai terdiri dari pasir lempungan dan pasir yang mengandung magnetit (pasir besi) ( Foto 1)

seterusnya hingga mencapai keadaan seperti sekarang ini. Proses pengendapan pasir besi di daerah BuloBulo dan sekitarnya. Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral magnetit, ilmenit, hematit, titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut. Data Lapangan dan Interpretasi Model Endapan 1. Data Lapangan Data lapangan yang diperoleh terdiri dari : Pengukuran titik bor dan daerah pengeboran total 79 titik bor dari empat lokasi yaitu Punagaya 19 titik bor, Bulo-bulo 31 titik bor, Kampala 18 titik dan Pabiringa 11 titik bor. Pengambilan conto pasir besi dari 4 sektor lubang bor adalah 259 contoh dan 69 conto komposit Pemerian lubang bor sebanyak 79 log bor 2. Pengolahan Data Penggambaran Penampang Tegak Pengeboran Sejajar Pantai Tujuannya adalah untuk mengetahui sebaran pasir besi sejajar pantai dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6. Penggambaran Penampang Tegak Pengeboran Tegak Lurus Pantai Tujuannya adalah untuk mengetahui sebaran pasir besi tegak lurus pantai dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 7. Penentuan Derajat Kemagnetan (MD) Derajat kemagnetan ditentukan dengan rumuss sebagai berikut :

Foto 1. Sebaran lateral pasir besi di daerah penyelidikan Mineralisasi Pasir Besi Secara umum endapan pasir besi yang terdapat di desa-desa Punagaya, Bulo-Bulo, Kampala dan Pabiringa berasal dari hasil rombakan batuan gunungapi berupa lava, breksi, endapan lahar sisipan tufa yang bersusunan andesitik hingga basaltik dari hasil erupsi Gunungapi Lompobatang yang disebut Formasi Lompompobatang kemudian terbawa oleh aliran Sungai Jeneponto sampai mencapai muara sungai, kemudian oleh kinerja gelombang laut mineral-mineral yang mengandung besi terakumulasi oleh perbedaan berat jenis, demikian

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

MD = Berat Konsentrat / Berat conto hasil reduksi x 100 %. Sebaran derajat kemagnetan dapat dilihat pada Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11. Hasil analisis kimia Conto-conto yang dianalisis kimia adalah conto individu maupun komposit yang mewakili dari empat sektor. Senyawa kimia yang dianalisis adalah SiO2, Al2O3, Fetotal, Fe2O3, CaO, MgO, TiO2, K2O dan H2O. Hasil analisis kimia dalam satuan persen (%) dari conto komposit untuk masing-masing senyawa adalah sebagai berikut : SiO2 berkisar antara 1,4417.01%; Al2O3 antara 3,91% 11,79%; Fetotalantara 24,71% 51,48%; Fe2O3 antara 35,33% -73,60%; CaO antara 0,31% - 12,32%; MgO antara 2,31% - 4,64%; TiO2 antara 5,70% - 13,62%, K2O antara 0,15% 3,97%. dan H2O antara 0,13% 1,31%. Hasil analisis mineralogi butir Hasil analisis mineral butir terhadap conto komposit di empat sektor penyelidikan teridentifikasi mineral sebagai berikut : piroksen, Magnetit Kuarsa ilmenit, oksida besi, karbonat, biotit, hematite kadangkadang hadir dan zirkon sama sekali tidak hadir PEMBAHASAN Permintaan pasar untuk komoditi pasir besi dalam perdagangan internasional konsumen sangat tergantung dari mutu pasir besi dengan kandungan Fe total dan TiO2. Secara keseluruhan kandungan Fetotal daerah Jeneponto tidak terlalu tinggi dengan kisaran antara 43,05% - 47,29%, dengan variasi yang hampir merata pada setiap lubang. Sedangkan untuk kandungan TiO2 dalam kisaran 5,70% hingga 13,62% diatas angka 10%, dengan kandungan tersebut diatas maka lebih cocok untuk konsumsi pabrik semen. Umumnya untuk pabrik besi baja kadar besi minimal 63% Fe, sehingga untuk memenuhi ini kadar besi harus ditingkatkan dengan pengolahan (dibuat konsentrat) di tempat, atau dengan penambangan secara selektif. Selain itu kebutuhan bijih besi untuk pabrik baja harus berbentuk pelet.

Sumber Daya Konsentrat Pasir Besi Penentuan sumber daya konsentrat endapan pasir besi dilakukan dengan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan rumus C = (L x t) x MD x SG C = sumber daya dalam ton L = luas daerah pengaruh dalam m2 t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter MD = persentase kemagnetan dalam persen (%) SG = Berat jenis dalam ton/m3 Berdasarkan perhitungan sementara diperoleh sumber daya konsentrat pasir besi di sektor Punagaya, Bulo-Bulo, Kampala dan Pabiringa sebagai berikut : Sektor Punagaya Luas daerah pengeboran = 444.800,.00 m2 Tebal rata-rata endapan pasir = 2,30 m MD rata-rata = 0,781 % SG rata-rata = 2,516 ton/m3 Jadi sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi sektor Punagaya adalah C = 444.800,00 m2 x 2,30 m x 0,781 /100 x 2,516 ton/m3 = 20.101,406 ton, dengan kandungan Fe Total rata-rata = 45,23 %. Sektor Bulo-Bulo 1 Luas daerah pengeboran (Bulo-Bulo 1) = 216.700,00 m2 Tebal rata-rata endapan pasir = 3,564 m MD rata-rata = 2,972 % SG rata-rata = 2,767 ton/m3 Jadi sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi sektor Bulo-Bulo 1 adalah C = 216.700,00 m2 x 3,564 m x 2,972 /100 x 2.767 ton/m3 = 63.509,799 ton, dengan kandungan Fe Total rata-rata = 47,29 %. Sektor Bulo-Bulo 2. Luas daerah pengeboran (Bulo-Bulo 2) = 53.400,00 m2 Tebal rata-rata endapan pasir = 2,444 m MD rata-rata = 2,672 % SG rata-rata = 2,639 ton/m3 Jadi sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi sektor Bulo-Bulo 2 adalah C = 53.400,00m2 x 2,444 m x 2,672 /100 x

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

2,639 ton/m3 = 9.202,713 ton, dengan kandungan Fe Total rata-rata = 45,74 %. Daerah Kampala Luas daerah pengeboran = 115.600,00 m Tebal rata-rata endapan pasir = 3,811 m MD rata-rata = 1,922 % SG rata-rata = 2,326 ton/m3 Jadi sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi sektor Kampala adalah C = 115.600,00 m2 x 3,811 m x 1,922/100 x 2,326 ton/m3 = 19.693,131 ton, dengan kandungan Fe Total rata-rata = 45,57 %. Daerah Pabiringa Luas daerah pengeboran = 82.030,00 m Tebal rata-rata endapan pasir = 3,741 m MD rata-rata = 1,127% SG rata-rata = 2,326 ton/m3 Jadi sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi sektor Pabiringa adalah C = 82.030,00 m2 x 3,741 m x 1,127/100 x 2,326ton/m3 = 8.047,316 ton, dengan kandungan Fe Total rata-rata = 43,05 %. Total sumber daya konsentrat pasir besi di empat sektor tersebut adalah : 120.554,36 Ton dan klasifikasi sumber daya ini adalah tertunjuk. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis MD, sumber daya tertunjuk konsentrat pasir besi daerah Punagaya adalah 20.102 ton, sektor Bulo-bulo-1 69.465 ton, sektor Bulobulo-2 9.202 ton sektor Kampala adalah 19.695 ton dan sektor Pabiringa adalah 8.047 ton, sehingga total sumber daya tertunjuk pasir besi keempat sektor tersebut sebesar 120.554 ton. Dengan potensi yang tidak begitu besar ini, maka kegiatan penambangan ini menjadi tidak layak untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA Bagdja, M, Kamal, S. dan Suherman, W., 1995, Laporan Penyelidikan Geokimia Regional Bersistim Daerah Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Maros, Bone dan Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Soleh, A., Ramli, Y.R., 1995, Laporan Penyelidikan Geokimia Regional Bersistim Daerah Kabupaten Bone dan Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Sukamto, R., Supriatna, S., 1982, Geologi Lembar Ujung Pandang, Bantaeng dan Sinjai, Sulawesi sekala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sukamto, R., 1982, Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sukamto, R., and Simanjuntak, R.O.,1983. Tectonic Relationship Between Geologic Provinces of Western Sulawesi, Eastern Sulawesi and Banggai-Sula in the Light of Sedimentological Aspect. Bull. Geol. Res and Dev. Centre, No. 7. Sukamto, Rab, 1990, Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, sekala 1 : 1000.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. http://sulsel.bps.go.id/gov/gov_1.html

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan

Gambar 2. Peta Tektonik P. Sulawesi

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Makassar dan sekitarnya

Gambar 5. Peta Geologi Daerah Penyelidikan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 6. Penampang tegak endapan pasir besi sejajar pantai daerah BuloBulo

Gambar 7. Penampang tegak endapan pasir besi tegak lurus pantai daerah Bulo-Bulo

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 8. Peta Geologi dan Sebaran Isograde (Level 0-1 m) daerah Punagaya

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 9. Peta Geologi dan Sebaran Isograde (Level 0-1 m) daerah Bulo-bulo

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 10. Peta Geologi dan Sebaran Isograde (Level 0-1 m) daerah Kampala

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 11. Peta Geologi dan Sebaran Isograde (Level 0-1 m) daerah Pabiringa