jtptunimus gdl sitimaemun 5502 3 babii
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes mellitus
1. Pengertian diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah dalam darah atau
hiperglikemia ( Brunner, 2001 ).
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua – duanya (Association Nursing America, 1998).
Kesimpulan dari pengertian diatas adalah diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan
kadar glukosa darah dalam darah atau hipenglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-keduanya
2. Tanda dan gejala
Menurut Tjokprawiro ( 2002 ) gejala dan tanda diabetes mellitus
dapat dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik.
a. Gejala akut
Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya
tidak selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada
umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya
variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes mellitus yang
tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu.
Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu
polifagia ( banyak makan ), polidipsi ( banyak minum ) dan poliuria
( sering kencing ). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat
badan yang terus bertambah ( gemuk ) karena pada saat ini jumlah
insulin masih mencukupi.
5
6
b. Gejala kronik
Penderita diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut (
mendadak ) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan
atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus.
Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa
panas, tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal
disekitar kemaluan, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten
sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
3. Terapi diit
Pengaturan makan ( diit ) merupakan kunci pengendalian diabetes
mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan
seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau
sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas.
Dengan pengaturan makan dapat diupayakan demikian rupa
sehingga kegamukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel
terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam
waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala – gejala meskipun berat
badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya
kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi menahun.
Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
a. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 – 70 % dari
karbohidrat, 10 – 15 % dari protein dan 20 – 25 % dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah dengan
memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 –
30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi tergantung dari
beberapa faktor yaitu :
7
1) Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk itu
dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan angka 30 kal
/ kg BB untuk pria.
2) Umur
Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5 %
untuk tiap dekade antara 40 – 59 tahun, sedangkan antara 60 – 69
tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %.
3) Aktifitas fisik
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda
pula.
4) Kehamilan atau laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori / hari
dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350 kalori / hari.
Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori / hari.
5) Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan 1
derajat celcius.
6) Berat badan
Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar
20 – 30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusan.
b. Daftar bahan makanan penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan
makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan
kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok
bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih
sama.
Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu :
Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat
Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani
8
Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati
Golongan 4 : sayuran
Golongan 5 : buah – buahan
Golongan 6 : minyak
Golongan 7 : makanan tanpa kalori
c. Pola diet
Menurut vitahealth ( 2004 ) pola diet pada pasien diabetes
mellitus yaitu :
a) Kurang energi
Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
b) Kurangi lemak
Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan
membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA atau
EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 % dan
kolesterol kurang dari 300 mg/hari.
c) Karbohidrat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus makin
meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu cara
hidup kebarat – baratan yaitu dengan meningkatnya refined
carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat
pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan
meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan diet tinggi karbohidrat
dan tinggi serat kadar kolesterol dan trigliserida akan menjadi baik.
d) Pemanis
Makanan yang manis dan bahan tidak seluruhnya dari gula pasir
atau gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein,
lemak dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula
sederhana.
9
e) Serat
Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi seratnya
30 – 40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih banyak
berasal dari sayur – sayuran yang mengandung lebih banyak serat
tak larut dibanding serat yang berasal dari buah – buahan.
d. Olah raga
Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar
glukosa darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan – keadaan ini dapat
mengurangi resiko penyakit jantung koroner ( PJK ) dan meningkatkan
kualitas hidup diabetesi serta memberikan keuntungan secara
psikologis ( Ilyas, 1996 ).
Menurut Chaveau dan Kaufman ( 1989 ) dikutip oleh Ilyas (
1996 ) olah raga pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung
olah raga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Dan
hasil penelitian Allen bahwa olah raga aerobik yang teratur akan
mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30 – 50 % pada diabetes melitus
tipe 1 yang terkontrol dengan baik. Pada diabetes mellitus tipe 2 yang
dikombinasikan dengan penurunan berat badan akan mengurangi
kebutuhan insulin hingga 100 %. Prinsip olah raga pada diabetesi sama
saja dengan prinsip olah raga secara umum yaitu frekuensi, time (
durasi ) dan tipe ( jenis ).
e. Obat antidiabetika oral
Menurut Tjokprawiro ( 2002 ) ada 3 obat anti diabetes yang ada
di Indonesia yaitu :
a) Tipe 1 ( Short Acting )
Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat,
diberikan 1 – 3 kali sehari ( pagi – siang – sore ). Yang termasuk
kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan, dymelors.
10
b) Tipe 2 ( Intermediate Acting )
Memilih paruh waktu antara 5 – 8 jam, diberikan 1 – 2 kali sehari (
pagi dan siang jangan pagi dan sore ) apabila diberikan cukup
sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk golongan
ini adalah golongan glibenclamid ( euglukon, daonil ), golongan
gliclazide ( diamicron ), golongan gliquidone ( glurenorm ) dan
golongan glipizide ( minidiab ).
c) Tipe 3
Mempunyai paruh waktu antara 24 – 36 jam, diberikan sekali saja
setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru.
4. Pemeriksaan
Menurut Margatan ( 1996 ) pemeriksaan atau check up yang harus
dilakukan oleh diabetes ada 3, yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti berat
badan, tekanan darah dan sebagainya.
b. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah
puasa, pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap,
lemak ( kolesterol HDL, LDL dan trigliserida ), ureum dan kreatinin.
c. Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan
jantung.
B. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus
Kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Menurut
Safarino ( 1990 ) Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan perawatan,
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Safarino yang mengutip dari Becker ( 1979 ) dalam
perilaku kepatuhan yang berhubungan dengan kesehatan adalah :
a Perilaku sehat yaitu tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatanya yaitu pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, olah raga dan pengaturan makan. Hal ini diharapkan pada
pasien diabetes mellitus dituntut untuk mematuhi peraturan dalam
11
memelihara kesehatannya agar tidak terjadi komplikasi yang
berkelanjutan.
b Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang
sedang sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya,
termasuk juga kemampuan individu untuk mengidentifikasi sakit,
penyebab penyakit serta usaha – usaha mencegah penyakit tersebut.
Apabila pasien diabetes mellitus mengetahui cara perilaku sakit, maka
pasien dapat melakukan tindakan sesuai dengan penyakitnya, serta
mengetahui keadaan dalam diri pasien sendiri.
c Perilaku peranan sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor utama
yang mempengaruhi perilaku yaitu persepsi individu tentang penyakitnya,
faktor intensitas gejala, motivasi untuk menghilangkan gejala dan faktor
sosial psikologis yang mempengaruhi respon sakit. Menurut Kelman ada
tiga cara perubahan perilaku, yaitu faktor terpaksa, karena ingin meniru (
identification ), karena menghayati manfaatnya ( internalization ). Hal ini
perlu dilakukan pada pasien diabetes mellitus agar tercapai kesembuhan
salah satunya dengan kepatuhan dalam menjalankan terapi diit selama
sakit dan setelah sembuh agar terjaga kesehatannya.
Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin, perubahan
perilaku melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan
kembali. Pada tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan
alternative penyelesaian masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat
untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena
telah cukup mempunyai informasi serta data.
Pada tahap ini akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong
lebih kuat dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan
terjadi perilaku baru dan keseimbangan. Pada tahap ini perlu adanya
penguatan. Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin perilaku
kepatuhan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
12
a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku
seseorang. Pengetahuan pasien yang rendah tentang pengobatan dapat
menimbulkan kesadaran yang rendah yang akan berdampak dan
berpengaruh pada pasien dalam mengikuti cara pengobatan, kedisiplinan
pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut. Upaya
pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus akan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut Redhead ( 1993 )
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien
diabetes mellitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik
dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan
pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus.
b. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek.
c. Ciri – ciri individu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
status sosial ekonomi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu
pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Sikap pasien diabetes mellitus tehadap penyakit yang dideritanya akan
meningkat cukup berarti setelah pemberian intervensi pendidikan kesehatan
yang berpengaruh pada program untuk menjalankan terapi diit. Pasien
diabetes mellitus pada saat berinteraksi dengan orang lain selalu ada
mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku terhadap dirinya (
Anwar, 2002 ). Pandangan dan perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh
ingatannya pada masa lalu, tentang apa yang diketahui dan kesannya terhadap
apa yang sedang dihadapi saat ini. Pengalaman seseorang pada masa lalu
membawa sikap dan perilaku terbuka dan tertutup terhadap dorongan diri
orang lain ( Nurjanah, 2001 ).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diit, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
13
berobat. Sarwono menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai
dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa kerelaan untuk
memberikan tindakan dan sering menghindar, hukuman jika pasien tidak
patuh. Kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam melaksanakan program
pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti cara sehat yang berkaitan
dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal
pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan ( Murphy, 1997 ).
Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang
pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan oleh
tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit
diabetes mellitus yang dideritanya. Terbentuknya perilaku kepatuhan
ditentukan pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai – nilai yang dimiliki pasien
diabetes mellitus serta ketersediaan atau keterjangkauan fasilitas kesehatan
dan dorongan dari petugas atau dari keluarga pasien.
Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kepatuhan penderita diabetes
Mellitus merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh penderita diabetes
mellitus untuk melaksanakan terapi terapi diit diabetes mellitus yang
dianjurkan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai
dengan penyakit yang dideritanya antara lain dengan penendalian asupan
nutrisi / diit dan berolahraga secara teratur.
C. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2003 ).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
14
a Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat – tingkat ini
adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, contohnya
menyebutkan cara untuk menjalankan terapi diit pada penderita diabetes
mellitus.
b Memahami ( Comperehension )
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang
dipelajari, contohnya dapat menjelaskan mengapa harus menjalankan
terapi diit.
c Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum – hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e Sintesis ( synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi yang ada.
f Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –
15
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan – tingkatan diatas.
Menurut Nasution ( 1993 ) pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal – hal
baru dan mudah menyesuaikan dengan hal – hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan seseorang
karena informasi – informasi baru akan disaring kira – kira susuai atau
tidak dengan budaya yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan
lebih luas dan umur yang semakin banyak pengalamannya juga akan
semakin banyak.
e. Sosial ekonomi
Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. Pengetahuan tentang diabetes mellitus
pengetahuan diabetes mellitus merupakan suatu pengetahuan yang
dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai pengertian diabetes
mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus, terapi diit diabetes mellitus
dan pemeriksaan diabetes mellitus.
16
3. Pengetahuan tentang diit diabetes mellitus
Pengetahuan diit diabetes mellitus merupakan pengetahuan yang
dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai diit diabetes mellitus yang
meliputi kebutuhan kalori, daftar bahan makanan penukar. Pola diit dan olah
raga. Dengan penderita mellitus mempunyai pengetahuan diit diabetes
mellitus maka akan dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang
dideritanya.
D. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ( Notoatmodjo, 2003 ).
Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan ( keyakinan ) ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak ( trend to behave ).
Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) sikap mempunyai empat tingkatan,
yaitu :
a. Menerima ( receiving )
Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) memperhatikan stimulus yang
diberikan ( subjek ).
b. Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima
ide tersebut.
c. Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
17
d. Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab antar segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan – pernyataan hipotesa, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Menurut Soetarno ( 1993 ) ada dua faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap yaitu :
1. Faktor intern
Manusia senantiasa memilih jika dihadapkan pada beberapa
perangsang yang ada diluar dirinya. Pilihan tersebut berhubungan erat
dengan motivasi dan sikap yang sedang bekerja didalam dirinya dan yang
mengarahkan perhatiannya kepada objek – objek tertentu diantara seluruh
objek yang memungkinkan ada pada waktu itu. Pilihan yang sama kepada
semua perangsang yang dating dari luar.
2. Faktor ekstern
Pembentukan dan perubahan sikap ditentukan pula oleh faktor –
faktor ekstern, misalnya : sifat, isi dan orang – orang yang menyokong
pandangan baru itu. Cara pandangan itu diterangkan dan situasi tempat
sikap itu diperbincangkan.
18
E. Kerangka Teori
(Sumber : Notoatmodjo,2003 dan Nasution,1993)
Pengaruh kepatuhan terhadap
diit diabetes mellitus :
1. Pendidikan
2. Status sosial ekonomi
3. Pengetahuan
4. Sikap
5. Partisipasi keluarga
Faktor pemungkin :
1. Informasi
2. Budaya
3. pengalaman
Faktor penguat :
Sikap dan perilaku penderita
diabetes melitus
Kepatuhan menjalankan terapi diit
pada penderita Diabetes melitus
19
F. Kerangka Konsep
Variable Independent Variabel Dependent
G. Variabel penelitian
1. Variabel Independent ( bebas ) : pengetahuan
2. Variabel Dependent ( terkait ) : kepatuhan menjalankan terapi diit pada
penderita Diabetes mellitus
3. Hipotesis
Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan
terapi diit pada penderita Diabetes mellitus di Puskesmas Mranggen 1
Kabupaten Demak.
Pengetahuan penderita
Diabetes melitus
Kepatuhan menjalankan terapi diit
pada penderita Diabetes melitus