jp kim ia211

10

Click here to load reader

Upload: iwayanredhana

Post on 21-May-2015

1.031 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jp kim ia211

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

I Wayan Redhana, I Wayan Subagia, dan Purnama Dewi Jalan Udayana Singaraja-Bali

Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh model pembelajaran berbasis projek terhadap hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan pretest-posttest control group design. Popu-lasi penelitian adalah siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sawan dengan jumlah siswa sebanyak 121 orang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa di dua kelas XI, yaitu kelas XI IPA dan XI IPA dengan jumlah siswa masing-masing sebanyak 40 orang. Kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pengundian adalah siswa kelas XI IPA sebagai ke-lompok eksperimen dan siswa kelas XI IPA sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing diajar dengan model pembelajaran ber-basis projek dan model pengajaran konvensional. Data yang diperoleh pada pe-nelitian ini berupa skor hasil belajar siswa yang dikumpulkan melalui tes hasil bela-jar. Data dianalisis dengan statistik inferensial t-test pada taraf signifikansi 5%. Ha-sil penelitian menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar siswa pada kelompok ek-sperimen lebih tinggi daripada perolehan hasil belajar siswa pada kelompok kon-trol. Simpulan yang dapat ditarik adalah model pembelajaran berbasis projek lebih baik daripada model pengajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata-kata kunci: model pembelajaran berbasis projek, hasil belajar

ABSTRACT: This study aimed at explaining the effect of project-based learning model toward students’ learning achievement. The type of the study was quasi ex-periment with pretest-posttest control group design. The population of the study was the eleventh grade students of science of SMA Negeri 1 Sawan with the total number of students were 121 people. The sample of the study was students of class XI IPA and XI IPA with the number of students were 40 students, res-pectively. An experiment and a control group were determined by lottery toward both classes. The experimental group was the students of class XI IPA and the control group was students of class XI IPA . The experimental and control group were taught project-based learning model and conventional teaching model, res-pecttively. The data obtained in the study were scores of students’ learning achie-vement collected by achievement test. The data were analyzed by inferential sta-tistic t-test at significance level of 5%. The result of study showed that the students’ learning achievement on the experimental group was higher than that on the control group. It could be concluded that project-based learning model was better than conventional teaching model in increasing students’ learning achievement.

Keywords: project-based learning model, learning achievement

Pendahuluan Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan penentu maju mundurnya per-

kembangan suatu negara. SDM yang berkualitas merupakan sebuah senjata bagi sua-tu negara agar mampu bertahan dan bersaing dalam era globalisasi saat ini, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menyebabkan penyiapan SDM yang berkualitas menjadi sebuah kebutuhan mutlak bagi suatu negara dan pendidikan

Page 2: Jp kim ia211

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 2, Nomor 1- April-Oktober 2012 -

merupakan senjata jitu untuk menciptakan SDM yang berkualitas (Mulyasa, 2004). Namun saat ini, masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan, terutama kualitas hasil belajar (Nurhadi & Senduk, 2004).

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan eks-ternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri siswa (kondisi fisik dan panca indra), sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (faktor sosial, kurikulum, sarana dan prasarana, serta guru) (Su-djana, 2004). Salah satu faktor yang diduga sangat mempengaruhi hasil belajar adalah variabel guru karena guru mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas pembela-jaran.

Dari temuan-temuan penelitian yang dilakukan di beberapa SMA tampak bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih perlu ditingkatkan lagi (Redha-na et al., 2008). Temuantemuan penelitian menunjukkan bahwa guruguru dalam meng-ajar masih menganut “teori tabula rasa,” yaitu guru menuangkan pengetahuan seba-nyak-banyaknya ke dalam kepala siswa. Dalam pembelajaran, guru-guru kimia lebih banyak menggunakan model pengajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab, serta diskusi dengan frekuensi yang terbatas.

Pengajaran konvensional sering disebut pengajaran secara tradisional yang umumnya didominasi oleh ceramah. Pengajaran ceramah menitikberatkan penyajian bahan atau materi dari guru kepada siswa dan juga pada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa (Subana & Sunarti, 2005). Proses penga-jarannya lebih berpusat pada guru (teacher-centered). Pada proses pengajaran ini, gu-ru menjadi sumber dan pemberi informasi utama.

Sistem koloid merupakan salah satu materi pokok kimia yang mengkaji tentang sifat kinetik, optik, dan listrik yang melibatkan aspek makroskopis dan microskopis. Sistem koloid adalah suatu sistem yang terdiri atas fase terdispersi dan medium pen-dispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi dan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang diajarkan di kelas XI IPA pada semester dua. Standar Kompe-tensi untuk topik sistem koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta pene-rapannya dalam kehidupan sehari-hari. Standar Kompetensi ini memiliki dua kompe-tensi dasar, yaitu sebagai berikut. a) Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. b) Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara garis besar, topik sistem koloid mempelajari tentang cara pembuatan ko-loid dan sifat-sifat koloid. Pembuatan koloid dapat dilakukan melalui cara kondensasi dan cara dispersi. Cara kondensasi dapat dilakukan secara kimia maupun secara fisi-ka. Sementara itu, cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, dan busur Bredig. Sifat-sifat koloid meliputi: efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, kestabilan ko-loid, elektroforesis, koloid pelindung, dialisis, koloid liofil dan liofob.

Sistem koloid merupakan materi kimia yang berhubungan dengan kehidupan se-hari-hari siswa sehingga materi ini sangat relevan apabila diajarkan dengan menun-jukkan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Namun, materi ini masih sering dia-jarkan dengan metode ceramah dan tidak jarang siswa hanya diberi tugas merangkum sendiri materi tersebut. Dengan demikian, materi ini cukup menjadi beban bagi siswa. Hal ini menyebabkan materi pokok sistem koloid menjadi materi yang menjemukan dan tidak menarik untuk dipelajari. Padahal, sistem koloid merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, baik karena gejalanya maupun penerap-annya.

Bertitik tolak dari kesenjangan yang telah diuraikan di atas, perlu adanya pe-nyempurnaan proses pembelajaran, baik itu menyangkut proses penilaian maupun mo-del pembelajaran yang lebih inovatif yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 3: Jp kim ia211

Redhana et al., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek…

Terdapat salah satu model pembelajaran yang cukup inovatif, yaitu model pem-belajaran berbasis projek.

Model pembelajaran berbasis projek merupakan model pembelajaran yang mengacu pada filosofi konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan meru-pakan hasil konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui pengalaman yang nyata. Melalui projek yang dikerjakan oleh siswa, secara tidak langsung aktivitas siswa meningkat karena mereka bebas mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Model pem-belajaran berbasis projek ini lebih berfokus pada konsep-konsep yang melibatkan sis-wa dalam kegiatan pemecahan masalah, memberi peluang siswa bekerja secara oto-nom, mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk nyata (Liu, 2007). Pembelajaran berbasis projek dalam penerapannya berfokus pada keterlibatan siswa dalam menemukan, merancang, dan memecahkan masalah dengan usaha sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dan diakhiri dengan me-nyusun suatu projek yang realistik sehingga menghasilkan produk.

Pembelajaran berbasis projek memiliki ciri khas, yaitu melibatkan para siswa da-lam desain projek, penyelidikan pemecahan masalah, atau pengalaman yang memberi perluasan waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonom. Pembelajaran ber-basis projek juga dapat menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan baru, eksplorasi, praktek, dan manajemen projek. Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Doppelt (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis projek mempunyai ni-lai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing siswa membuat ren-cana, melaksanakan penelitian, dan menyajikan hasil dari projek yang dilakukan. Pe-ran guru seyogyanya membantu siswa mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan disi-plin ilmu lainnya ke dalam proses desain.

Pembelajaran berbasis projek adalah pembelajaran yang ideal untuk membentuk sekolah pemikir, objektif dalam belajar karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan pemikiran yang kritis dan kreatif. Selain itu, de-ngan pembelajaran berbasis projek dapat mengembangkan bakat siswa dalam berko-laborasi untuk mengumpulkan hasil akhir. Dengan demikian siswa dapat membangun keterampilan berbicara atau berkomunikasi selama mereka bekerja sama dalam ke-lompok kecil dan menyajikan ide-ide mereka secara lisan di depan kelas (Cheong & Christine, 2002).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa perlu untuk menyelidiki efek-tivitas model pembelajaran berbasis projek dibandingkan dengan model pengajaran konvensional. Pengujian efektivitas model pembelajaran berbasis projek dan model pengajaran konvensional diukur dari pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar me-rupakan suatu tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Suatu pembelajaran yang baik adalah apabila proses pembelajaran itu menggunakan waktu yang efisien dan sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian kompetensi yang diinginkan) se-cara tepat, cermat, dan optimal. Untuk mengetahui pencapaian tujuan yang diinginkan, maka dilakukan pengukuran terhadap penguasaan siswa pada materi pelajaran de-ngan menggunakan tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk me-ngetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah diten-tukan (Arikunto, 2002).

Penerapan model pembelajaran berbasis projek diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran konvensional. Dengan demikian, pertanyaan yang perlu dijawab pada penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis projek lebih ting-gi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan model pengajaran konvensional?

Page 4: Jp kim ia211

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 2, Nomor 1- April-Oktober 2012 -

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Pene-

litian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sawan pada semester genap tahun ajaran 2009/ 2010. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sawan yang terdiri atas tiga kelas. Sampel dipilih dengan cluster sampling technique. Dua ke-las paralel berhasil dipilih dengan teknik sampling ini, yaitu kelas XI IPA dan XI IPA . Kedua kelas ini kemudian diundi untuk menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Pengundian menghasilkan kelas XI IPA sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPA sebagai kelompok eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group.

Penelitian ini menyelidiki pengaruh variabel bebas (independent) terhadap varia-bel terikat (dependent). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri atas dua level, yaitu model pembelajaran berbasis projek dan model peng-ajaran konvensional. Model pembelajaran berbasis projek diterapkan pada kelompok eksperimen, sedangkan model pengajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel terikat yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

Pada penelitian ini dibuat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar siswa yang berbentuk tes esai. RPP dan tes hasil belajar yang sudah dirancang selanjutnya divalidasi oleh ahli dan praktisi, kemudian dilanjutkan dengan revisi RPP dan tes hasil belajar. Masukan-masukan yang diberikan oleh para ahli digunakan untuk menyem-purnakan RPP dan tes hasil belajar. Sebelum digunakan pada penelitian, tes hasil bel-ajar diuji keterbacaannya kepada 10 orang siswa SMA untuk mengetahui apakah tes hasil belajar tersebut sudah dapat dipahami maknanya oleh siswa. Siswa diminta memberikan interpretasi makna terhadap butir soal pada tes hasil belajar. Hasil uji ke-terbacaan menunjukkan bahwa butir-butir tes dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Selanjutnya, tes hasil belajar diuji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda tes. Uji coba ini dilaksanakan di kelas XII IPA SMA Negeri 2 Singaraja dengan jumlah siswa 40 orang. Analisis butir tes dilakukan dengan meng-gunakan program Microsoft Office Excel 2007 for Windows. Hasil uji coba tes me-nunjukkan bahwa ketujuh butir soal uraian dapat diterima dan digunakan dalam pene-litian ini. Validitas butir tes berkisar antara 0,391 dan 0,780; tingkat kesukaran butir so-al berkisar antara 0,274 dan 0,648, daya beda butir soal berkisar antara 0,182 dan 0,614; dan reliabilitas tes sebesar 0,680.

Sebelum penerapan model pembelajaran, tes (pretes) diberikan kepada kedua kelompok. Selanjutnya, model pembelajaran berbasis projek diterapkan di kelompok eksperimen dan model pengajaran konvensional diterapkan di kelompok kontrol. Im-plementasi model pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelom-pok kontrol memerlukan waktu yang sama, yaitu lima kali pertemuan dan keluasan ma-teri pelajaran yang sama, tetapi kedua kelompok tersebut memperoleh perlakuan ber-beda, dalam hal model pembelajaran yang diterapkan. Setelah itu, tes hasil belajar (postes) diberikan kepada kedua kelompok. Tes ini adalah tes yang sama dengan tes yang diberikan sebelum perlakuan.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data skor hasil belajar siswa. Data ini dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menghitung rata-rata skor pretes, postes, dan gain score ternormalisasi (g) siswa.

Analisis statistik inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis. Data yang digu-nakan adalah gain score ternormalisasi (g) siswa. Data ini terlebih dahulu diuji nor-malitas dan homogenitasnya. Jika g pada masing-masing kelompok berdistribusi nor-mal dan varians kedua kelompok homogen, maka uji beda g dilakukan dengan meng-gunakan independent sample t-test. Sebaliknya, jika g pada masing-masing kelompok berdistribusi tidak normal dan/atau varians kedua kelompok tidak homogen, maka uji

Page 5: Jp kim ia211

Redhana et al., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek…

beda g dilakukan dengan uji Mann Whitney. Uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15 pada taraf signifikansi 5%. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho dilakukan dengan membandingkan nilai p (p-value) ter-

hadap (taraf signifikansi). Jika p-value (significance) ≤ α (0 05) maka Ho ditolak dan jika p-value (significance) > α (0 05) maka Ho diterima. Gain score ternormalisasi sis-wa pada penelitian ini dianalisis secara keseluruhan maupun untuk setiap indikator pencapaian kompetensi.

Hasil Penelitian Data skor rata-rata pretes, postes, dan gain score ternormalisasi (g) secara kese-

luruhan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh dari hasil analisis jawaban siswa terhadap ketujuh butir tes hasil belajar. Ringkasan skor pretes, postes, dan gain score ternormalisasi (g) disajikan pada Tabel 0 .

Tabel 0 . Rata-rata skor pretest, posttest, dan gain score ternormalisasi

Model pembelajaran N Pretest Posttest g

Berbasis projek 0 0 Konvensional 0 0

Skor pretes siswa pada kelompok eksperimen berkisar antara 2,86 sampai 20,00

dengan rata-rata sebesar 12,64. Sementara itu, skor pretes siswa pada kelompok kon-trol berkisar antara 5,71 sampai 22,86 dengan rata-rata sebesar 13,21. Skor postes siswa pada kelompok eksperimen berkisar antara 68,57 sampai 88,57 dengan rata-rata sebesar 79,93. Sementara itu, skor postes siswa pada kelompok kontrol berkisar antara 60,00 sampai 85,71 dengan rata-rata sebesar 73,36.

Gain score ternormalisasi (g) siswa pada kelompok eksperimen berkisar antara 0,69 sampai 0,87 dengan rata-rata sebesar 0,77, sedangkan gain score ternormalisasi (g) siswa pada kelompok kontrol berkisar antara 0,56 sampai 0,85 dengan rata-rata se-besar 0,69.

Hasil Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian pra-syarat yang diperlukan terhadap sebaran data dan varians antarkelompok. Uji prasya-rat meliputi 2 hal, yaitu (1) uji normalitas dan (2) uji homogenitas varians antarkelom-pok.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada keseluruhan kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas sebaran data menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Jika nilai signifikansi yang diperoleh pada salah satu uji statistik lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal, sebaliknya data tidak berdis-tribusi normal. Tabel 0 menunjukkan bahwa nilai signifikansi statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lebih dari 0,05. Jadi, secara keseluruhan g pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing berdistribusi normal.

Tabel 0 . Ringkasan hasil uji normalitas

Kelompok kontrol-eksperimen

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

G kontrol 0 0 0 0 00 0 0 0

eksperimen 0 0 0 0 5 0 0

Page 6: Jp kim ia211

0 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 2, Nomor 1- April-Oktober 2012 -

Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians antarkelompok menggunakan Levene’s test of equalitiy of error variance. Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05, maka varians antarkelompok homogen. Tabel 0 menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi pada statistik Levene lebih dari 0 05. Ini berarti bahwa varians antarkelompok adalah ho-mogen.

Tabel 0 . Ringkasan hasil uji homogenitas varians

Levene Statistic df1 df2 Sig.

g Based on Mean 0 0 0 0

Based on Median 0 0 0 0

Based on Median and with adjusted df 0 0 0 5 0

Based on trimmed mean 0 0 0

Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang bela-jar dengan model pembelajaran berbasis projek lebih tinggi daripada hasil belajar sis-wa yang belajar dengan model pengajaran konvensional. Uji hipotesis ini menggu-nakan independent sample t-test. Ringkasan hasil uji independent sample t-test disa-jikan pada Tabel 0 .

Tabel 0 . Ringkasan hasil uji independent sample t-test

F Sig. t Df Sig.

Mean Difference

Std. Error Difference

Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

g Equal variances assumed

0 0 0 -5 0

0 00 -0 0 0 0 -0 0 -0 05

Equal variances not assumed

-5 0 0 00 -0 0 0 0 -0 0 -0 05

Ringkasan uji independent sample t-test menghasilkan nilai signifikansi 0,000. Ni-lai signifikansi tersebut kurang dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan: Ho: μ ≤ μ , bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran ber-

basis projek lebih rendah atau sama dengan hasil belajar siswa yang belajar de-ngan model pengajaran konvensional ditolak,

atau Ha: μ >μ , bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran ber-

basis projek lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan model pengajaran konvensional diterima.

Ringkasan hasil uji beda gain score ternormalisasi (g) antara kelompok ekspe-rimen dan kelompok kontrol pada masing-masing indikator pencapaian kompetensi disajikan pada Tabel 05.

Page 7: Jp kim ia211

Redhana et al., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek…

Tabel 0 . Hasil uji beda Gain Score Ternormalisasi (g) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada masing-masing indikator pencapaian kompetensi

Ind. Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

Var. P Xpre

Xpos

G Dist. Xpre Xpo

s g Dist.

0 0 0 N 0 55 0 N H 0,000 (Sig) 5 5 0 TN 0 0 TN TH 0,004 (Sig) 0 0 0 0 TN 0 0 TN H 0,019 (Sig) 0 0 N 0 5 5 0 N H 0,005 (Sig)

Catatan: 1) Ind= indikator; Xpre = rata-rata pretest; Xpos = rata-rata posttest; g = rata-rata gain

score ternormalisasi; Dist = distribusi; Var = varians; TN = tidak normal; N = nor-mal; H = homogen; TH = tidak homogen; Sig = signifikan.

) Indikator 1 = merancang percobaan untuk membuat beberapa jenis koloid; 2 = menjelaskan proses pembuatan beberapa jenis koloid; 3 = mengidentifikasi sifat-si-fat koloid yang telah dibuat; 4 = menjelaskan peranan koloid dalam kehidupan se-hari-hari.

Berdasarkan Tabel 05 simpulan yang dapat ditarik adalah model pembelajaran

berbasis projek lebih baik daripada model pengajaran konvensional untuk setiap indi-kator pencapaian kompetensi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembahasan Model pembelajaran berbasis projek dan model pengajaran konvensional yang

diterapkan pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan dalam upaya mening-katkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis projek memberikan peluang yang lebih banyak kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pe-ngetahuan awal yang dimilikinya. Dalam model pengajaran konvensional peluang ter-sebut lebih kecil, terbukti melalui proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis projek pada kelompok eksperimen mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan gain score ternormalisasi rata-rata sebesar 0,77 dan melalui model pengajaran konvensional pada kelompok kontrol mampu meningkatkan hasil belajar dengan gain score ternormalisasi rata-rata sebesar 0,69. Gain score ternormalisasi pada kelompok eksperimen tergolong kategori baik, sedangkan gain score ternormalisasi pada kelompok kontrol tergolong kategori sedang.

Keefektifan model pembelajaran berbasis projek dibandingkan model pembela-jaran konvensional secara lebih terperinci dapat dicermati pada masing-masing indika-tor pencapaian kompetensi. Sesuai dengan hasil analisis pada Tabel 0 , dapat diketa-hui bahwa keempat indikator pencapaian kompetensi menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada indi-kator pencapaian kompetensi merancang percobaan untuk membuat beberapa jenis koloid, g rata-rata siswa pada kelompok eksperimen sebesar 0,79 dan g rata-rata sis-wa pada kelompok kontrol sebesar 0,46. Pada indikator pencapaian kompetensi men-jelaskan proses pembuatan beberapa jenis koloid, g rata-rata siswa pada kelompok eksperimen sebesar 0,86 dan g rata-rata siswa pada kelompok kontrol sebesar 0,63. Pada indikator pencapaian kompetensi mengidentifikasi sifat-sifat koloid yang telah di-buat, g rata-rata siswa pada kelompok eksperimen sebesar 0,80 dan g rata-rata siswa pada kelompok kontrol sebesar 0,73. Pada indikator pencapaian kompetensi men-jelaskan peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari, g rata-rata siswa pada kelompok eksperimen sebesar 0,82 dan g rata-rata siswa pada kelompok kontrol sebesar 0,74. Berdasarkan hasil ini, tampak bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok kon-

Page 8: Jp kim ia211

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 2, Nomor 1- April-Oktober 2012 -

trol baik untuk keseluruhan maupun untuk masing-masing indikator pencapaian kom-petensi.

Hasil uji independent sample t-test menghasilkan nilai signifikansi 0,000 yang le-bih kecil daripada taraf signifikansi 0,05. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis projek lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan model pengajaran konvensional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis projek le-bih baik daripada model pengajaran konvensional dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model pembelajaran ber-basis projek berfokus pada konsep-konsep yang melibatkan siswa dalam kegiatan me-mecahkan masalah, memberi peluang siswa bekerja secara otonom, mengondisikan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang dipelajari, dan puncaknya menghasilkan karya atau produk dan hasilnya kemudian dipresentasikan (Doppelt, 2005). Pada model pembelajaran berbasis projek, siswa melakukan aktivitas-aktivitas untuk me-nyelesaikan projeknya. Melalui suatu aktivitas tersebut, siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri secara bermakna melalui pengalaman nyata. Pengalaman ter-sebut memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya dalam rangka meningkatkan hasil belajar mereka.

Model pembelajaran berbasis projek memiliki lima langkah, yaitu: (1) penetapan tema projek, (2) penetapan konteks belajar, (3) perencanaan aktivitas, (4) penerapan aktivitas, dan (5) presentasi projek. Pada langkah penetapan tema projek, guru mem-berikan tema projek yang dikerjakan oleh siswa. Konteks belajar menuntun siswa be-kerja secara otonom dan melakukan inquiri berdasarkan tema projek yang telah dite-tapkan. Perencanaan aktivitas menuntun siswa mencari sumber-sumber yang berka-itan dengan tema projek dan merancang projek yang dilakukan. Penerapan aktivitas menuntun siswa memulai mengerjakan projek berdasarkan rancangan yang telah di-tetapkan dan membuat laporan terkait dengan projek. Presentasi projek menuntun sis-wa mempresentasikan projek yang telah dihasilkan. Penerapan kelima tahapan model pembelajaran ini dalam proses pembelajaran kimia dapat mengoptimalkan pemaham-an konsep, keterampilan berpikir, keterampilan proses sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dilihat dari sintaks atau tahapan-tahapan pembelajarannya, model pembelajaran berbasis projek lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan mengembangkan pola pikirnya secara optimal melalui ta-hapan pembelajaran. Jika tahapan-tahapan pembelajaran dilaksanakan dengan baik, maka proses belajar yang dialami siswa akan menjadi kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan me-diator pembelajaran yang memberikan kesempatan dan tanggung jawab kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan-kegiatan, dalam hal ini mengerjakan projek. Siswa ak-tif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri serta dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam aktivitas nyata sehingga proses pembelajaran menjadi le-bih bermakna.

Pengalaman nyata yang dilakukan, misalnya dalam melakukan praktikum, mem-berikan pengalaman belajar dan peluang bagi siswa untuk berkreasi sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan pengalaman tersebut, aktivitas dan kete-rampilan siswa menuju pada hasil belajar yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis projek berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu, model pembelajaran berbasis projek tidak hanya mementingkan akti-vitas siswa secara individu, tetapi juga kontribusi anggota kelompok sehingga dapat mengoptimalkan kerja sama antaranggota kelompok. Hal ini dapat melatih siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Tanggung ja-

5

Page 9: Jp kim ia211

Redhana et al., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek…

wab dan kerja sama ini mempengaruhi proses belajar dan pada akhirnya bermuara pa-da peningkatan hasil belajar siswa.

Suasana yang tercipta darii kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis projek sangat menarik dan mampu mengarahkan siswa berino-vasi secara aktif dalam memahami materi yang dipelajari. Hal ini pada akhirnya ber-dampak pada tingginya penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari dan me-ningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Pada model pengajaran konvensional, pelaksanaan pembelajaran mengutama-kan penyampaian dan latihan-latihan soal. Keadaan kelas yang demikian, secara tidak langsung mengurangi keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga aktivitas siswa sangat terbatas. Dalam pengajaran konvensional, siswa dipandang sebagai individu pasif yang mendengarkan, mencatat dan mengingat langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yang meliputi pemberian informasi, tanya ja-wab, demonstrasi, dan latihan soal. Pembelajaran seperti ini dapat mengabaikan minat siswa, dan menyebabkan siswa belajar dengan menghafal materi sehingga siswa ke-sulitan menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa (Nasution, 00 ).

Langkah-langkah model pengajaran konvensional adalah: (1) apersepsi, (2) pre-sentasi, (3) asosiasi dan komparasi, (4) generalisasi, dan (5) aplikasi. Berdasarkan sin-taks model pengajaran konvensional, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Guru bertanggung jawab penuh menyampaikan informasi kepada siswa. Penyampaian infor-masi dilakukan secara verbal atau teks bahan ajar. Siswa cenderung hanya menunggu penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Pengajaran yang dila-kukan tidak mampu mengaktifkan siswa secara optimal. Keaktifan siswa hanya cen-derung pada saat melakukan latihan soal atau penugasan.

Berdasarkan temuan mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis projek dan model pengajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa dapat diklarifikasi bahwa model pembelajaran berbasis projek lebih efektif dalam meningkatan hasil bela-jar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menerapkan model pembelajaran berbasis projek. Penelitian Yesildere dan Turnuklu (2006), Kenneth (2007), Cahyadi (2008), Atmidha (2008), dan Hadi (2008) menunjuk-kan hasil bahwa pmodel embelajaran berbasis projek dapat meningkatkan keterampil-an berpikir kritis, pemahaman konsep, dan hasil belajar siswa.

Namun, ada beberapa hambatan yang dihadapi dalam menerapkan model pem-belajaran berbasis projek pada penelitian ini. Pertama, ketersediaan alat dan bahan praktikum yang cukup terbatas menyebabkan kegiatan praktikum tidak dapat dilakukan secara perseorangan atau individu. Kedua, pada saat pembelajaran berlangsung be-berapa siswa kurang aktif mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan oleh siswa belum terbiasa beradaptasi dengan model pembelajaran berbasis projek yang diterapkan. Un-tuk mengatasi hambatan tersebut, hal-hal sebagai berikut ditempuh. Pertama, prak-tikum dilakukan secara berkelompok sehingga dalam mengerjakan projek siswa beker-ja dalam tim. Kedua, kegiatan presentasi dimanfaatkan untuk mengaktifkan beberapa siswa yang kurang aktif, misalnya dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa ter-sebut.

Simpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan, simpulan yang dapat di-

tarik adalah: ( ) hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis projek lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan model pengajaran konvensional dan ( ) peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan model pem-belajaran berbasis projek tergolong kategori tinggi, namun peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan model pengajaran konvensional tergolong kategori sedang.

Page 10: Jp kim ia211

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 2, Nomor 1- April-Oktober 2012 -

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran dapat diajukan untuk pembela-jaran dan saran untuk penelitian lebih lanjut. Pertama, model pembelajaran berbasis projek dapat diterapkan oleh guru-guru di sekolah, khususnya pada topik sistem koloid guna mengoptimalkan perolehan hasil belajar siswa. Kedua, pada penelitian ini materi pembelajaran yang diteliti terbatas pada topik sistem koloid. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengkaji topik berbeda sehingga dapat diketahui kon-sistensi hasil penelitian ini.

Daftar Rujukan Arikunto, S. ( 00 ). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Cheong, A.C.S., & Christine, C.M.G. ( 00 ). Teachers’ Handbook on Teaching Gene-

ric Thinking Skills. New York: Prentice Hall. Doppelt, Y. ( 005). Assessment of Project-Based Learning in A Mechatronics Context.

International Journal of Technology Education, ( ). Diakses18 Oktober 2009, dari http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.

Mulyasa, E. ( 00 ). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Ban-dung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. ( 00 ). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nurhadi & Senduk. ( 00 ). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang. Ratumanan, T. G., & Laurens, T. ( 00 ). Evaluasi Hasil Belajar. Semarang: Unesa

University Press. Redhana, I W., Suardana, I N., dan Maryam, S. ( 00 ). Model Perubahan Konseptual

pada Pembelajaran Kimia di SMAN 4 Singaraja. Laporan Penelitian tidak diterbit-kan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Savinainen, A., & Scott, P. ( 00 ). The Force Concept Inventory: A Tool for Monitoring Student Learning. Physics Education, ( ).

Subana, M., & Sunarti. ( 005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana, N. ( 00 ). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.