joko mogoginta made in indonesia · banyak negara di keempat benua asia, australia, amerika dan...

4
Terlena Pasar Domestik Indonesia Pasar makanan dan minuman kemasan bermerk Indonesia sebesar 700 triliun rupiah dan berkembang setiap tahun sekitar 6%. Besarnya industri kita ini kira- kira sebesar industri confectionery negara Jepang yang besarnya 15% dari total pasar makanan dan minuman kemasan bermerk negara Jepang, atau sekitar 5.000 triliun rupiah dengan jumlah penduduk sebanyak setengahnya Indonesia. Jika nanti, pada tahun 2030, kita Saya mendirikan sekaligus memimpin perusahaan TPS Food sejak 22 tahun silam atau tepatnya pada tahun 1992. Saya memiliki hobby dibidang food, apapun bentuk dan jenisnya; serta membaca yang diminati sesaat, dan bersantai dengan keluarga dengan cara yang membawa kami menikmati dunia lain. Oleh karena it,u saya sendiri maupun bersama keluarga, rekan kerja, staff perusahaan, dan tidak jarang pula dengan kolega, telah banyak melakukan kunjungan di banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri dan prihatin, serta “gregetan”, melihat bahwa jarang sekali dan hampir tidak ada produk- produk Branded Food Packs Made In Indonesia yang terpampang di toko atau supermarket atau pasar tradisional. Rasanya miris sekali hati ini ketika yang saya jumpai produk-produk dari negara- negara tetangga atau negara- negara berkembang lainnya dengan kemasan yang outstanding, kualitas produk yang baik, dan hargapun tidak lebih murah dibawah produk lokal negara itu. Hal ini sangat bertolak belakang kalau kita melihat di supermarket kita yang banyak dibanjiri produk-produk negara lain. Pada tahun 1997, ada pertanyaan yang sering muncul di benak saya setelah 5 tahun bekerja: Apakah kita bangsa Indonesia tidak bisa memproduksi produk-produk makanan yang bagus kualitasnya; khususnya rasanya, menarik design kemasannya, dan menawarkan harga yang affordable agar konsumen memperoleh Value and Quality yang tinggi atau maksimal. Produk kita yang mampu merambah dimana- mana di negara di dunia ini, serta menjadi salah satu pilihan konsumen dimanapun berada di muka bumi kita ini. Produk yang dibuat dari sumber daya asli Indonesia, khususnya Bahan -bahan bakunya, seperti: Beras, Singkong, Sagu, Tapioka, dan Jagung. Pada kesempatan ini saya ingin memaparkan beberapa hal tentang dorongan saya untuk ingin tahu, pemikiran, dan ide-ide saya. Yang saya sorotin didalam tulisan saya ini adalah kondisi food industry Indonesia dan pasar domestik kita, serta keprihatinan yang muncul di industri makanan kita. Pada bagian akhir tulisan ini saya berpendapat sudah saatnya industri makanan kita melakukan transformasi agar bisa Go to the Global Market and Feed the World (memasuki pasar dunia dan memberi makanan kepads aeluruh dunia). Joko Mogoginta Made in Indonesia “ Saya selalu bergumam sendiri dan prihatin serta “gregetan” melihat produk- produk Food Pack Branded yang terpampang di took atau supermarket atau pasar tra- disional, sangat sulit atau jarang sekali dan hamper tidak ada yang Made in Indonesia”

Upload: lylien

Post on 03-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Joko Mogoginta Made in Indonesia · banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri ... kita harus pilih

Terlena Pasar Domestik Indonesia Pasar makanan dan minuman kemasan bermerk Indonesia sebesar 700 triliun rupiah dan berkembang setiap tahun sekitar 6%. Besarnya industri kita ini kira-kira sebesar industri confectionery negara Jepang yang besarnya 15% dari total pasar makanan dan minuman kemasan bermerk negara Jepang, atau sekitar 5.000 triliun rupiah dengan jumlah penduduk sebanyak setengahnya Indonesia. Jika nanti, pada tahun 2030, kita

Saya mendirikan sekaligus memimpin perusahaan TPS Food sejak 22 tahun silam atau tepatnya pada tahun 1992. Saya memiliki hobby dibidang food, apapun bentuk dan jenisnya; serta membaca yang diminati sesaat, dan bersantai dengan keluarga dengan cara yang membawa kami menikmati dunia lain. Oleh karena it,u saya sendiri maupun bersama keluarga, rekan kerja, staff perusahaan, dan tidak jarang pula dengan kolega, telah banyak melakukan kunjungan di banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri dan prihatin, serta “gregetan”, melihat bahwa jarang sekali dan hampir tidak ada produk-produk Branded Food Packs Made In Indonesia yang terpampang di toko atau supermarket atau pasar tradisional. Rasanya miris sekali hati ini ketika yang saya jumpai produk-produk dari negara-negara tetangga atau negara-negara berkembang lainnya dengan kemasan yang outstanding, kualitas produk yang baik, dan hargapun tidak lebih murah dibawah produk lokal negara itu. Hal ini sangat bertolak belakang kalau kita melihat di supermarket kita

yang banyak dibanjiri produk-produk negara lain. Pada tahun 1997, ada pertanyaan yang sering muncul di benak saya setelah 5 tahun bekerja: Apakah kita bangsa Indonesia tidak bisa memproduksi produk-produk makanan yang bagus kualitasnya; khususnya rasanya, menarik design kemasannya, dan menawarkan harga yang affordable agar konsumen memperoleh Value and Quality yang tinggi atau maksimal. Produk kita yang mampu merambah dimana-mana di negara di dunia ini, serta menjadi salah satu pilihan konsumen dimanapun berada di muka bumi kita ini. Produk yang dibuat dari sumber daya asli Indonesia, khususnya Bahan-bahan bakunya, seperti: Beras, Singkong, Sagu, Tapioka, dan Jagung. Pada kesempatan ini saya ingin memaparkan beberapa hal tentang dorongan saya untuk ingin tahu, pemikiran, dan ide-ide saya. Yang saya sorotin didalam tulisan saya ini adalah kondisi food industry Indonesia dan pasar domestik kita, serta keprihatinan yang muncul di industri makanan kita. Pada bagian akhir tulisan ini saya berpendapat sudah saatnya industri makanan kita melakukan transformasi agar bisa Go to the Global Market and Feed the World (memasuki pasar dunia dan memberi makanan kepads aeluruh dunia).

Joko Mogoginta

Made in Indonesia

“ Saya selalu bergumam

sendiri dan prihatin serta

“gregetan” melihat produk-

produk Food Pack Branded

yang terpampang di took atau

supermarket atau pasar tra-

disional, sangat sulit atau

jarang sekali dan hamper tidak

ada yang Made in Indonesia”

Page 2: Joko Mogoginta Made in Indonesia · banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri ... kita harus pilih

Page 2

Made in Indonesia

perkembangan ekonomi (economic growth) kita sekitar 6%. Maka setiap hari ada peluang sekitar Rp. 2 triliun untuk produk apa saja yang dihasilkan (termasuk makanan dan hasil pertanian lain). Ingat, pada saat ini,sektor pangan dan pertanian (agriculture) ini merupakan sektor ke 2 terbesar,dengan kontribusi sekitar 23% dari GDP kita. Bisa dibayangkan besarnya kan?! Kalau kita tidak bisa tumbuh dengan benar dan tepat, maka sangat sayang sekali karena yang akan maju cepat ke depan adalah perusahaan asing yang sudah masuk dan akan berbondong-bondong dengan lebih banyak lagi, seperti badai Tsunami menghantam pasar kita. Jadi, kita semua akhirnya menjadi penonton dan bangsa konsumen.

Transformasi Total Industri Pangan Indo-nesia Waktunya telah tiba bagi kita semua untuk berubah, namun pertanyaannya bagaimana? Kita harus memperbaiki kualitas produk makanan dan minuman kita secara menyeluruh tidak hanya oleh perusahaan yang besar, tetapi sampai ke perusahaan sedang, menengah dan kecil. Semua persyaratan di BPOM, Halal, HACCP, SNI, Merek, dan aturan lainnya harus benar-benar diikuti tanpa terkecuali dengan menerapkan Good Managing Practices (GMP), atau praktek pengelolaan yang baik dan benar. Kita harus siap-siap dengan segala aturan yang bersifat internasional, baik FDA dan BRIC atau lainnya, yang berlaku di negara maju dan berkembang. Termasuk didalamnya masuk ke premium product, atau produk unggulan, dengan kemasan dan design kemasan yang unggul, dan tentunya brand design yang bagus. Juga, kita harus mulai masuk dengan tidak ragu-ragu ke produk-produk berbasis protein mulai dari susu, telor, ayam, sapi, kambing dan ikan yang melimpah, serta lainnya yang intinya harus mengandalkan sumber daya dan bahan yang kita miliki. Bila saat ini kita sangat tergantung dengan bahan-bahan dari luar negeri, sudah selayaknya bila kita, pemain dalam bidang makanan menuntut ketersediaan, kesinambungan persediaan. Saya yakin bahwa pemain makanan di bagian hulu

menjadi negara dengan GDP nomor 6 di dunia, bisa dibayangkan potensi pasar makanan dan minuman kita. Penduduk kita berkembang seperti “baby boomers”, dan saat ini sebanyak 50 juta dari penduduk kita mampu menguluarkan/membelanjakan lebih dari USD 3.000 setahun. Demografi 50 juta orang dengan penghasilannya ini mirip dengan negara Italia saat ini. Apabila kita akan tetap terlena dan jago kandang terus. Kalau demikian, maka jangan heran nanti bila banyak industri makanan dan minuman didominasi oleh asing yang memiliki pabrik-pabriknya di Indonesia.

Prihatin Industri Makanan Indonesia Saya melihat bahwa pemain di industri ini di comfort zone selama ini. Baik pemain yang bermerk, apalagi yang abal-abal atau non-branded, tidak memiliki standar kualitas, dan masih banyak yang bermain dengan pricing strategy saja agar produknya dibeli oleh konsumen. Ini menunjukkan kelemahan-kelemahan pemain industri ini, yang biasanya juga tidak menuruti peraturan

yang ada. Ditambah lagi dengan lemahnya kontrol oleh pemerintah yang berwenang dibidang makanan dan minuman. Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus pasti cepat atau lambat produk-produk kita akan mati; apalagi yang abal-abal,atau produk lokal lainnya yang saat ini asal laku saja.

Indonesia Mampu Bersaing Regional dan Global Didepan mata, yaitu Desember tahun 2015, akan diterapkan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ini bisa menjadi mimpi buruk bagi industri makanan dan minuman kita bila tidak bersiap-siap --sejak kemarin-kemarin seharusnya -- karena 60% pasar di ASEAN adalah Indonesia. Bagi saya, seharusnya kita tidak samasekali takut untuk bangkit dan bersaing dengan produk makanan darimanapun juga, karena kita

mempunyai ketrampilan dan pengetahuan (skill and knowledge) yang selama ini belum kita optimalkan. Kita masih bertarung sesama produsen tanpa berpikir panjang untuk mengantisipasi produk global yang masuk pasar Indonesia, atau bahkan kemungkinan untuk “boro-boro” menyerbu keluar negara, atau export,untuk merebut dan bersaing di negara lain. Dengan ditambah manajemen yang bagus dan disiapkan dengan baik, serta semua rencana dan eksekusi yang kuat dan tepat, saya sangat yakin kita bisa mengantisipasi produk global sebelum mereka menyerang kita. Ingat, saat ini sudah banyak yang berada ditengah-tengah pasar kita. Kita harus sadar bahwa dengan kompetensi kita saat ini didalam menghasilkan produk bagus dan affordable, pastilah mudah masuk ke negara lain. Yang terpenting adalah tahu taste and requirement, atau selera dan syarat, di negara tujuan baik regional maupun global.

Ciri Khas Pebisnis Food Indonessia IPebisnis di bidang makanan dan minumnan kita adalah para jagoan didalam memproduksi bahan makanan berdasarkan hydrat arang, sesuai jamannya dan permintaan pasar. Juga jago dalam hal kualitas, harga dan kreativitas, tetapi kurang sekali dalam hal inovasi. Hanya para pemain besar saja, yang mempunyai revenue lebih dari Rp. 1 triliun, yang sudah bicara mengenai “innovation”, sementara sebagian besar pengusaha lain adalah pengikut saja. Kita semua harus ingat bahwa GDP (hasil kotor nasional) kita saat ini sekitar Rp. 10.000 Triliun, dan

Page 3: Joko Mogoginta Made in Indonesia · banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri ... kita harus pilih

Page 3

Made in Indonesia—Joko Mogoginta

industri kita, yaitu pertanian, peternakan dan perikanan, akan mulai sadar. Kita harus benar-benar menjaga usah membangun produk-produk protein kita agar tidak ketergantungan dengan impor. Hal ini juga berlaku dengan makanan yang berdasarkan karbohidrat, dimana, sejak awal negera ini berdiri, kita tergantung terhadap persediaan dari luar negeri, atau import. Maka, perlahan dan pasti, kita juga harus berpaling ke bahan karbohidrat asli Indonesia, bagi saya tidak elok kalau kita dijajah tidak langsung oleh negara asing lewat pasokan isi perut kita. Indonesia masih memiliki potensi besar pada bahan-bahan asli seperti: Sagu, Singkong, Beras, Jagung, Cantel dan lainnya.

Go Global Indonesia Bagi saya, di dunia ini ada 4 pasar besar, yaitu wilayah Asia dan Australia; Eropa dan Timur Tengah; Amerika, termasuk Utara dan Selatan; dan Afrika. Sangat menarik bila dapat masuk lebih jauh ke dalam pasar dunia dengan produk makanan Indonesia melalui ekspor. Berhubungan dengan persiapan kita untuk melakukan perubahan, yang dibahas diatas, judul ini membawa kita lebih jauh ke pasar dunia. Pertama, kita harus pilih 5-10 negara maju di masing-masing wilayah besar tersebut untuk melakukan uji pasar. Baru setelah data kita peroleh, kita bisa utamakan negara yang sudah ada produk-produk kita, yang dibawa oleh para pedagang negara tersebut. Tentunya semua pengetahuan terhadap selera dan perundang-undangan terkait makanan harus sudah di tangan kita sebelum melangkah. Saya melihat banyak negara tetangga kita, atau negara berkembang mirip kita, yang sudah jauh-jauh hari masuk ke negara-negara maju; banyak kalangan menengah ke bawah dari negara maju yang mengkonsumsi produk-produk mereka. Salah satu

langkah lain yang bisa kita tempuh adalah pilih-pilih negara tujuan ekspor kita yang sedang berkembang yang mirip Indonesia tahun 1980-1990an. Saya melihat peluang ini sangat besar. Bila kita jeli, kita pasti akan mudah masuk pasar mereka dan menang karena kita memang jagonya bikin produk yang cukup berkualitas dengan harga terjangkau. TPSF sudah mampu memasok WFP dengan tujuan-tujuan negara di dunia yang sangat ketat aturannya, dan kita bisa mengalahkan beberapa negara peserta tender WFP yang bermarkas di Roma, Italia. Saya juga melihat kemungkinan besar pada pasar wilayah kecil ASEAN. Banyak produk Indonesia, seperti mie instan Indofood, permen Kopiko, wafer Richeese, dan lainnya, mendominasi dan menjadi pemimpin pasar di Negara-negara ASEAN.

Pemangku Kepentingan Industri Makanan Indonesia Selain para pebisnis dan pihak-pihak terkait dengan industri makanan, semua pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, akademisi dan masyarakat Indonesia yang tercinta, harus ikut serta berperan. Pemerintah diharapkan bukan untuk melakukan yang susah-susah, melainkan memberi akses dan kepastian terhadap semua aturan pangan di setiap bagian industi makanan, dan benar-benar melaksanakan tugas ini dengan baik, benar dan tepat. Tidak ada perkecualian terhadap apapun dan siapapun pebisnis makanan kita. Sedangkan untuk mendukung ekspor kita harus disediakan kemudahan bagi perusahaan yang getol dan niat melakukan ekspor atas produknya, yaitu membantu atau bahkan menyediakan semua aturan lengkap, atau food requirement and regulation, di negara tujuan ekspor. Akan lebih cantik lagi bila pemerintah turut membantu menentukan 5-10 negara maju tujuan ekspor disetiap wilayah besar dunia, dan negara berkembang

yang mirip 1980-1990 Indonesia. Seharusnya, semua kedutaan besar memiliki website tentang informasi terkait dengan pasaran agar pemain bisnis makanan kita mudah mengaksesnya. Juga, setiap hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus, sebaiknya melakukkan promosi Makanan Indonesia, yang didukung oleh Departemen Industri dan Perdagangan. di semua kedutaan besar. Akademisi dapat melakukan Meet, Link and Match, atau bertemu, berhubungan, dan menyesuaikan. Pendekatan ini sangat penting bagi perusahaan menengah dan kecil agar terbantu didalam melakukan inovasi di riset dan pengembangan. Disamping itu, dengan bantuan para akademisi di GMP, SNI, HACCP, dan Halal, serta menerapkan beberapa ilmu dan pengetahuan fungsional di bidang pembuatan , maka industri pangan kita akan maju serentak. Bila dilakukan secara komprehensif dan simultan dalam jangka panjang, maka bisa dibayangkan dampak dari dukungan dan bantuan para akademisi dibidang pangan ini. Pasti akan luar biasa memajukan industri pangan Indonesia. Membayangkan manfaat yang dapat diperoleh ketika seorang dosen food science and technology membimbing perusahaan

“Industri pangan Indo-nesia harus melalui

transformasi untuk da-pat go to global market

dan feed the world”

Page 4: Joko Mogoginta Made in Indonesia · banyak negara di keempat benua Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan seperti ini, saya selalu berguman sendiri ... kita harus pilih

Saat ini sudah waktunya kita sadar dan melakukan transformasi di

industri makanan dan minuman kita.

Joko Mogoginta

menengah atau kecil, yang biaya asistensi ini ditanggung bersama-sama dengan pemerintah melalui program product improvement and food science knowledge untuk industri pangan Indonesia. Masyarakat dapat digerakkan dengan program CINTA PRODUK INDONESIA seperti yang sudah dilakukan oleh Departemen Perdagangan beberapa saat lalu hingga kini, dengan eskalasi yang lebih besar dan menyeluruh bagi masyarakat Indonesia khusus untuk Food Made in Indonesia, atau makanan yang dibuat di Indonesia. Kampanye ini benar-benar terarah dan terukur dengan program jangka pendek, menengah dan panjang. Bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri dimanapun berada, harus menjadi DUTA BANGSA INDONESIA didalam mengkampanyekan produk pangan Indonesia. Program ini bisa bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Luar Negeri.

Transformasi dengan Perubahan Sikap di Industri Pangan Indonesia Saat ini sudah waktunya kita sadar dan melakukan transformasi di industri

makanan dan minuman kita. Kita sudah saatnya memikirkan produk-produk yang bernilai, atau lebih baik kualitas, termasuk kemasan dengan desain yang unggul, dengan menghentikan cara berpikir dan berbisnis dengan mindset, atau sikap “yang penting laku”, sehingga menghalalkan praktek-praktek yang “murahan”. Semua pemain di industri ini harus berani keluar dari comfort zone, atau zona nyaman, dan bersama-sama melakukan promosi produk yang unggul dengan rasa yang bisa diterima oleh masyarakat dunia. Sehingga kita akan menjadi “macan dunia” baru yang merambah dimana-mana dan menjadi tuan rumah sendiri di pasar domestik kita. Perubahan sikap semua pemangku kepentingan industri makanan dan minuman di negara tercinta Indonesia ini adalah modal atau cara yang sangat mendasar untuk melakukan transformasi

yang bertujuan menjadikan Indonesia sebuah negara dengan produk-produk Branded Food Pack yang diperhitungan di kancah pasar global.