i bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah - unairrepository.unair.ac.id/104790/4/4. bab i...

62
IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA I-1 SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia merupakan negara dengan posisi berada di antara Benua Australia dan Benua Asia, selain itu juga berada di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan posisi seperti itu, wilayah Indonesia tepat berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan iklim. Indonesia menjadi titik bertemunya dua rangkaian jalur pegunungan muda dunia, yaitu antara Sirkum Pasifik (pegunungan lipatan yang mengelilingi Samudera Pasifik) dan Sirkum Mediteran (pegunungan lipatan yang dimulai dari pegunungan Atlas di Afrika Utara hingga Nikobar dan masuk Indonesia) (Warto, Agus T, Sunit. dan Nugroho P, 2002) 1 , maka dari itu Indonesia memiliki banyak keuntungan berupa anugerah pesona keindahan alam. Mulai dari pegunungan yang berjajar di sisi barat hingga selatan pulau pulau Indonesia, berupa lembah, tebing terjal, ngarai, kepulauan dan sebagainya. Disamping itu, Indonesia memiliki bahan mineral tambang yang melimpah akibat dari posisi geologis nya. Gambar 1.1 Peta sebaran jalur gunungapi Asia-Pasifik (ring of fire) Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2018 1 Warto, Agus T, Sunit. & Nugroho P, P. (2002). Pengkajian Manajemen Penanggulangan Korban Bencana pada Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Alam dalam Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Departemen Sosial RI.

Upload: others

Post on 25-Jul-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-1

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

I BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia merupakan negara dengan posisi

berada di antara Benua Australia dan Benua Asia, selain itu juga berada di antara

dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan posisi seperti

itu, wilayah Indonesia tepat berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting

dalam hubungannya dengan iklim. Indonesia menjadi titik bertemunya dua

rangkaian jalur pegunungan muda dunia, yaitu antara Sirkum Pasifik (pegunungan

lipatan yang mengelilingi Samudera Pasifik) dan Sirkum Mediteran (pegunungan

lipatan yang dimulai dari pegunungan Atlas di Afrika Utara hingga Nikobar dan

masuk Indonesia) (Warto, Agus T, Sunit. dan Nugroho P, 2002)1, maka dari itu

Indonesia memiliki banyak keuntungan berupa anugerah pesona keindahan alam.

Mulai dari pegunungan yang berjajar di sisi barat hingga selatan pulau – pulau

Indonesia, berupa lembah, tebing terjal, ngarai, kepulauan dan sebagainya.

Disamping itu, Indonesia memiliki bahan mineral tambang yang melimpah akibat

dari posisi geologis nya.

Gambar 1.1 Peta sebaran jalur gunungapi Asia-Pasifik (ring of fire)

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2018

1 Warto, Agus T, Sunit. & Nugroho P, P. (2002). Pengkajian Manajemen Penanggulangan Korban

Bencana pada Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Alam dalam Era Otonomi Daerah.

Yogyakarta: Departemen Sosial RI.

Page 2: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-2

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Anugerah yang dimiliki tentu tidak terlepas dari resiko yang akan diterima,

karena jika ditinjau dari segi geologi, sebagian wilayah Indonesia merupakan

daerah yang rawan terhadap bencana alam. Selain bencana alam, dalam Undang –

Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana juga disebutkan

bahwasannya Indonesia juga memiliki potensi terjadi nya bencana non alam dan

bencana sosial.2

Bencana alam menurut pengertian yang dijabarkan dalam Undang – Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, merupakan bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, dan tanah longsor. Sementara bencana non alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Selain

bencana alam dan bencana non alam, potensi bencana sosial juga terus mengintai

Indonesia. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial

antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror (UU, 2007). Bencana

sosial selain dapat terjadi dalam bentuk konflik sosial juga dapat terjadi dalam

bentuk pencemaran lingkungan (polusi udara dan limbah industri).

Gambar 1.2. Peta kejadian bencana tahun 2015

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2015

2 Undang - Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Page 3: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-3

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Bencana secara keseluruhan diungkapkan oleh International Strategy for

Disaster Reduction yang berarti bencana sebagai suatu gangguan serius terhadap

keberfungsian suatu masyarakat yang menyebabkan kerugian luas dan berdampak

pada materi, ekonomi atau lingkungan (ISDR, 2004).3 Peristiwa terjadinya bencana

akan berpengaruh besar terhadap pembangunan dan perekonomian negara.

Sedangkan bencana menurut UU 24/2007 adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.4 Sedangkan menurut

ISDR tahun 2004 (International Strategy for Disaster Reduction) lembaga

dibawah PBB arti bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian

suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan

manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui

kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan

sumberdaya mereka sendiri.

Gambar 1.3. Grafik Kejadian Bencana Selama 10 tahun terakhir

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2019

3 ISDR. (2004). International Strategy for Disaster Reduction. 4 Undang - Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Page 4: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-4

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Hingga saat ini, resiko terjadinya bencana terus meningkat di berbagai

belahan dunia, termasuk di Indonesia yang mengalami peningkatan kejadian

bencana secara terus menerus hingga tahun 2019 mencapai 3.622 bencana (BNPB,

2019).5 Hal tersebut mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan negara. Baik fisik yang ditandai dengan rusaknya infrastruktur dan

aset negara, maupun sosial, terutama aspek emosional dan kerugian ekonomi.

Bencana menjadi semakin meluas di mana-mana sehingga perlu tindakan yang

dilakukan secara komprehensif untuk mengurangi risiko bencana dan risiko

perubahan iklim dengan melaksanakan manajemen bencana dan rencana aksi

pengurangan risiko bencana.

Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar

apabila terjadi bencana, masyarakat yang menjadi korban berhak mendapat

pelayanan dan perlindungan berdasarkan standar pelayanan mulai dari pencarian,

penyelamatan, evakuasi, pertolongan darurat, adanya pemenuhan kebutuhan dasar.

Maka dari itu perlu kegiatan pengkajian atau penilaian cepat terhadap korban

meninggal dunia, luka-luka, pengungsi, kerusakan perumahan/kantor/sarana

ibadah/sarana pendidikan, sarana dan prasarana vital lainnya.

Bencana yang terjadi akan memiliki dampak yang lebih besar jika terjadi di

kota besar, hal ini karena kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan juga adanya

dampak kerugian dibidang perekonomian dengan efek yang besar. Menurut

Rogelio, F. & Sanahuj (2012:10) menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk dan

aktivitasnya sudah diakui secara luas sebagai penggerak dari meningkatnya

kerentanan terhadap bencana. Oleh karena itu, hal ini menjadi elemen penting

dalam perlakuan dan analisis risiko bencana.6 Selain itu, Gencer (2013:7) yang

menyatakan potensi terbesar bencana ada di kota-kota terpadat sebab konsentrasi

penduduk terdapat di wilayah-wilayah tersebut. Di wilayah perkotaan lebih sering

terpapar bencana alam, khususnya banjir (Gencer, 2013:8).7 Hal ini tidak lepas dari

5 Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2019). Grafik Kejadian Bencana Selama 10 tahun

terakhir. 6 Rogelio, F. & Sanahuj, H. (2012). Linkages between population dynamics, urbanization processes

and disaster risks: A regional vision of Latin America. Diakses dari

https://www.unisdr.org/files/31104_ linkagesbetween populationdynamicsur.pdf 7 Gencer, E. A. (2013). The interplay between urban development, vulnerability, and risk

management: A case study of the Istanbul metropolitan area. New York: Springer-Verlag Berlin

Heidelberg

Page 5: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-5

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

lokasi kota-kota besar yang umumnya berada di tepi pantai atau terhubung langsung

dengan sungai.

Gambar 1.4. Peta tematik 2020

Sumber : Data dan Informasi Bencana Indonesia

Dalam peta tersebut tergambarkan hingga saat ini pulau jawa masih

memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, ketika terjadi bencana maka

akan menimbulkan dampak yang bedar pula. Sebagai representasi kota besar di

Indonesia, Kota Surabaya dan Kota Semarang dipilih karena merupakan dua kota

yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kota Surabaya dalam Angka

(Surabaya Municipality in figures 2020) dapat diketahui bahwasannya Kota

Surabaya memiliki luas 326.81 hektar, dengan jumlah penduduk pada tahun 2020

yakni 2.896.195, dengan sebagian besar letak geografisnya berasal dari daerah tepi

pantai dan didominasi kegiatan ekonomi dengan perdagangan dan industry.8

Sedangkan data dari Kota Semarang dalam Angka (Semarang Municipality in

figures 2020) menyebutkan bahwasannya Kota Semarang memiliki luas 373.70

hektar, dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 yakni 1.814.110, dengan

sebagian besar letak geografisnya berasal dari daerah tepi pantai dan didominasi

kegiatan ekonomi dengan perdagangan dan industry.9 Sehingga dari pemaparan

penjelasan Kota Surabaya dan Kota Semarang. Maka didapatkan komparasi kondisi

kedua kota, sebagai berikut :

8 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. (2020). Kota Surabaya Dalam Angka Semarang

Municipality in Figures. Surabaya. 9 Badan Pusat Statistik Kota Semarang. (2020). Kota Semarang Dalam Angka Semarang

Municipality in Figures. Semarang.

Page 6: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-6

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Tabel 1.1 Komparasi Kondisi Kota Surabaya dan Kota Semarang

No. Aspek/Karakterisitik Surabaya Semarang

1. Luas wilayah (ha) 326.81 373.70

2. Jumlah Penduduk (2020) 2.896.195 1.814.110

3. Kepadatan penduduk per km2 8.707 4.854

4. Letak Geografis Pantai Pantai

5. Karakter Awal Kota Modern Kota Modern

6. Dominasi Kegiatan Ekonomi Perdagangan,

industri

Perdagangan,

industri

7. Status Administratif Kota Kota

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2020 dan Badan Pusat

Statistik Kota Semarang, 2020

Dari komparasi kondisi Kota Surabaya dan Kota Semarang diatas, dapat

diketahui bahwasannya Kota Surabaya dan Kota Semarang memiliki luas wilayah

yang hampir sama, namun mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

sedikit berbeda mengingat Kota Surabaya merupakan kota metropolitan kedua

setlah ibu kota Jakarta. Kota Surabaya dan Kota Semarang memiliki letak geografis,

karakter awal kota, dominasi kegiatan ekonomi, dan status administratif yang sama.

Selain itu terkait kondisi kota, kedua kota juga memiliki kesamaan dalam

hal bencana yang sering terjadi, dampak, dan tantangan yang dihadapi.

Tabel 1.2 Komparasi Bencana Kota Surabaya dan Kota Semarang

No. Aspek Surabaya Semarang

1. Jenis Bencana

Bencana alam, bencana

non alam, dan bencana

sosial

Bencana alam, bencana

non alam, dan bencana

sosial

2.

Bencana yang

Paling Sering

Terjadi

Banjir dan genangan air

banjir, tanah longsor,

kekeringan, abrasi,

kebakaran lahan

3. Dampak

Korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan

dampak psikologis

Infrastruktur, harta benda,

korban jiwa maupun

kerugian dan kerusakan

asset masyarakat yang lain

4. Daerah Rawan

Bencana Masih cukup tinggi Masih cukup tinggi

5. Tantangan

Mengubah paradigma

penanggulangan bencana

dari responsif ke preventif

yaitu manajemen risiko

bencana

Belum optimalnya

Hardware dan software

teknologi kebencanaan

Sumber data : Renstra BPB Linmas Kota Surabaya 2016-2021 dan Renstra

BPBD Kota Semarang 2016-2021

Page 7: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-7

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Data komparasi bencana Kota Surabaya dan Kota Semarang diatas

menunjukkan bahwa kedua kota memiliki kesamaan akan jenis bencana, yakni

bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Namun memiliki sedikit

perbedaan dalam hal bencana yang sering terjadi sesuai dengan yang ada pada

Renstra BPB Linmas Kota Surabaya 2016-2021, Kota Surabaya bencana yang

sering terjadi banjir dan genangan air dengan daerah rawan bencana yang cukup

tinggi dan tantangan yang dimiliki yakni mengubah paradigma penanggulangan

bencana dari responsif ke preventif yaitu manajemen risiko bencana.10 Sedangkan

Kota Semarang menurut Renstra BPBD Kota Semarang 2016-2021, terdapat

beberapa bencana yang sering terjadi yakni banjir, tanah longsor, kekeringan,

abrasi, kebakaran lahan dengan sebuah tantangan Belum optimalnya Hardware dan

software teknologi kebencanaan.11

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian komparasi terkait

penanganan darurat bencana di kedua kota tersebut khususnya terkait kinerja Tim

Reaksi Cepat kedua kota, dengan karakteristik kota yang hampir sama namun

pelaksanaan Tim Reaksi Cepat berbeda. Hal ini diwujudkan oleh Kota Surabaya

dan Kota Semarang dalam beberapa kebijakan dan strategi yang digunakan. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 9

Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional

Penanggulangan Bencana yang terkait perlunya untuk melaksanakan ketentuan

Pasal 22.12 Serta Pasal 51 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Tabel 1.3 Komparasi Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang

No. Aspek/

Karakterisitik

Surabaya Semarang

1. Dinaungi BPBLinmas BPBD Kota Semarang

2. Jumlah Instansi

yang Terlibat 8 7

3. Landasan

Kebijakan

Keputusan Walikota

Nomor:

188.45/104/436.1.2/2014

Peraturan Daerah Nomor

12 Tahun 2010 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja

10 Renstra BPB Linmas Kota Surabaya 2016-2021 11 Renstra BPBD Kota Semarang 2016-2021 12 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 9 Tahun 2008 tentang Prosedur

Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Page 8: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-8

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

yang terdiri dari beberapa

perangkat daerah yang

bertugas untuk

memberikan perlindungan

serta rasa aman yang layak

dan bermartabat kepada

masyarakat

Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kota

Semarang

4. Tugas dan

fungsi

Merespon dengan segera

ketika terjadi bencana

Merespon dengan segera

ketika terjadi bencana

5.

Penanganan

Tanggap

Darurat

Bencana

Memiliki sistem integrasi

yang baik, kerjasama

dengan command center

Belum optimalnya Tim

Reaksi Cepat dalam

penanggulangan bencana

Sumber data : Keputusan Walikota Surabaya, Perda Kota Semarang, Renstra

BPBD Kota Semarang 2016 – 2021, Edwin (2019)

Hal tersebut diterapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan membentuk

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) dan Satuan Tugas Satuan

Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satgas Satlak PB) Kota Surabaya sesuai

dengan Keputusan Walikota Nomor: 188.45/104/436.1.2/2014 yang terdiri dari

beberapa perangkat daerah yang bertugas untuk memberikan perlindungan serta

rasa aman yang layak dan bermartabat kepada masyarakat (RPJMD Kota Surabaya

2016-2021, 2016:12).13

Sementara pelaksanaan penyelenggaraan bencana di Kota Semarang sendiri

diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang. Yang mana

mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang

meliputi, penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Tugas BPBD

tersebut diselenggarakan berdasarkan pada fungsinya sebagaimana yang tercantum

dalam Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2010 yaitu,

perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan

pengungsi dengan bertindak cepat, tepat dan efektif, serta efisien.14

13 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surabaya, Pub. L. No. 2016–2021, 12

(2016). Kota Surabaya. 14 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang

Page 9: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-9

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Kedua kota memanfaatkan kerja dari Tim Reaksi Cepat dalam manajemen

penaggulangan bencana, baik bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

Hal tersebut menarik untuk diteliti sesuai dengan keilmuwan yang dimiliki adalah

bagaimana peran Tim Reaksi Cepat dalam penanganan darurat bencana di kedua

kota. Karena dalam penanganan darurat bencana dibutuhkan tools dalam proses

penyelenggaraan penanganan bencana. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin

menganalisis bagaimana penanganan darurat bencana di Kota Surabaya dan Kota

Semarang yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dengan Kota

Semarang.

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, Tim Reaksi Cepat BNPB merupakan suatu tim yang

dibentuk oleh Kepala BNPB, yang terdiri dari instansi/lembaga teknis/non teknis

terkait yang memiliki tugas untuk melaksanakan kegiatan reaksi cepat bencana dan

dampak bencana pada saat tanggap darurat meliputi penilaian kebutuhan (Needs

Assessment), penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and Loses

Assessment) serta memberikan dukungan pendampingan (membantu

SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/ SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota) dalam

penanganan darurat bencana.15

Pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang

Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana

disebutkan bahwa, proses tanggap darurat bencana terdapat permasalahan antara

lain waktu yang sangat singkat, kebutuhan yang mendesak dan berbagai kesulitan

koordinasi antara lain yang disebabkan karena banyaknya institusi yang terlibat

dalam penanganan darurat bencana, kompetisi dalam pengerahan sumber daya,

otonomi yang berlebihan dan ketidakpercayaan kepada instansi pemerintah. Hal ini

perlu dilakukan koordinasi yang lebih intensif dalam rangka memperlancar

penyelenggaraan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh Tim Reaksi

Cepat.

15 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 9 Tahun 2008 tentang Prosedur

Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Page 10: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-10

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Dalam pelaksanaannnya Tim Reaksi Cepat bekerja berdasarkan penilaian

kebutuhan (Needs Assessment), penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and

Loses Assessment) serta memberikan dukungan pendampingan (membantu

SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/ SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota).

Penilaian kebutuhan (Needs Assessment) adalah serangkaian kegiatan untuk

menentukan jumlah dan jenis bantuan yang diperlukan dalam upaya penyelamatan

korban bencana meliputi SAR, bantuan medis, penyediaan pangan, penyiapan

penampungan sementara, penyediaan air bersih dan sanitasi. Sementara Penilaian

kerusakan dan kerugian (Damage and Loses Assessment) adalah serangkaian

kegiatan untuk pengumpulan data primer dan sekunder tentang jenis, waktu, lokasi

dan penyebab bencana serta kondisi mutakhir (korban, kerusakan dan kerugian

serta dampak bencana). Terakhir yakni Mengaktivasi Posko adalah serangkaian

kegiatan untuk meningkatkan kemampuan personil, sarana dan prasarana Pusdalops

menjadi posko dalam rangka efektifitas penanganan darurat bencana.

Hal yang paling penting yakni terkait tugas Tim Reaksi Cepat yaitu

melaksanakan pengkajian secara cepat dan tepat di lokasi bencana dalam waktu

tertentu. Dalam rangka mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban,

kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan

pemerintahan serta kemampuan sumber daya alam maupun buatan. Serta

memberikan saran yang tepat dalam upaya penanganan bencana dengan tugas

tambahan membantu SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/ SATLAK PB/BPBD

Kabupaten/Kota untuk mengkoordinasikan sektor yang terkait dalam penanganan

darurat bencana.

Tim Reaksi Cepat di Kota Surabaya berada dibawah naungan BPBLinmas.

Hal tersebut karena pemerintah Kota Surabaya tidak memiliki lembaga

penanggulangan bencana daerah (BPBD) yang berdiri sendiri, akan tetapi menjadi

salah-satu bagian dari Linmas. Berdasarkan studi pra lapangan, memiliki aplikasi

smartphone yang digunakan sebagai penunjang kinerja untuk memberikan layanan

yang tepat, cepat, dan efektif. Layanan tersebut juga terhubung kepada command

center, sehingga masyarakat dapat melakukan laporan dengan cepat. Tim Reaksi

Cepat Kota Surabaya melibatkan 8 instansi lain dalam melaksanakan penanganan

tanggap darurat bencana. Penanganan tanggap darurat bencana di Kota Surabaya

Page 11: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-11

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

dilaksanakan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) yang

terdiri dari bidang - bidang yang menangani urusan yang telah ditetapkan dalam

Keputusan Walikota Surabaya tentang Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana

(Satlak PB), yaitu :

1. Bidang Bantuan Sosial dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Sosial Kota

Surabaya;

2. Bidang Kesehatan dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota

Surabaya;

3. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dikoordinasikan oleh Kepala Dinas

Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya;

4. Bidang Komunikasi dan Informatika dikoordinasikan oleh Kepala Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya;

5. Bidang Transportasi dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota

Surabaya;

6. Bidang Penampungan dan Dapur Umum dikoordinasikan oleh Kepala Dinas

Sosial Kota Surabaya;

7. Bidang Keamanan dikoordinasikan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Surabaya;

8. Bidang Operasional dikoordinasikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa,

Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya.

Sedangkan, Tim Reaksi Cepat di Kota Semarang dinaungi oleh BPBD Kota

Semarang, dalam penangan tanggap darurat bencana saat ini belum optimalnya

satgas/ Tim Reaksi Cepat penanggulangan bencana, dibuktikan dengan data yang

tercantum dalam Renstra BPBD Kota Semarang 2016 – 2021.16 Di dalam Renstra

BPBD Kota Semarang 2016 – 2021 juga dijelaskan bahwa berdasarkan standar UU

No. 24 Tahun 2007 dan PP No. 21 Tahun 2008 belum memenuhi standar. Selain itu

masalah internal yang terjadi juga karena BPBD yang ada tidak mencukupi untuk

secara cepat menangani tanggap darurat bencana, sehingga dibutuhkannya

penanganan tanggap darurat secara cepat dan akurat. Tim Reaksi Cepat yang berada

di Semarang memiliki program terkait penanggulangan dan evakuasi korban

bencana dibawah naungan kepala seksi kedaruratan sebagai bentuk pelaksanaan

16 Renstra BPBD Kota Semarang 2016 – 2021

Page 12: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-12

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

program penanganan bencana. Di Kota Semarang yang memegang kenadali Tim

Reaksi Cepat adalah Ketua BPBD dengan ketua pelaksana Kepala Bidang

Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kota Semarang. Selanjutnya bekerja sama

dengan 7 instansi lain, yakni :

1. Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Kesatuan Bangsa, Politik, dan

Perlindungan Masyarakat;

2. Kepala Bidang Keselamatan dan Sarana Prasarana pada Dinas

Perhubungan, Komunikasi, Dan Informatika;

3. Kepala Bidang Opsidal dan Dinas Kebakaran;

4. Kepala Bidang Peralatan dan Pompa Pengelolaan Sumberdaya Air dan

Energi Sumberdaya Mineral;

5. Kepala Bidang Peralatan dan Pembekalan pada Dinas Bina Marga;

6. Kepala Bidang Penerangan Jalan Umum pada Dinas Perangan Jalan dan

Pengelolaan Reklame;

7. Unsur BASARNAS.

Dari adanya struktur Tim Reaksi Cepat antara Kota Surabaya dan Kota

Semarang mengalami perbedaan, hal ini juga terjadi dipelbagai aspek lain. Dari

uraian urgensitas permasalahan yang telah dipaparkan, permasalahan tersebut

menjadi penting untuk diteliti agar dapat diketahui bahwasannya sebagai

representasi kota besar dengan karakteristik yang hampir sama, penanganan darurat

bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya memiliki perbandingan

dengan penanganan darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang.

Sebagai landasan penentuan state of the art, berikut pemaparan penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel 1.4 Pemaparan Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Judul dan Author Metodelogi Tujuan Penelitian Hasil/Kesimpulan

1. Pengembangan

Sistem Komunikasi

Seluler Darat Serta

Aplikasi Kaji Cepat

untuk Mendukung

Pelaksanaan Tugas

Tim Reaksi Cepat

Pada Situasi Bencana

Metode yang

digunakan

adalah studi

literatur dalam

melihat

praktik

manajemen

bencana yang

diterapkan

Tujuan dari jurnal ini

yakni untuk

mengidentifikasi proses

pelaksanaan kinerja

Tim Reaksi Cepat

dengan menggunakan

aplikasi kaji cepat yang

meurpakan inovasi dari

penulis.

Jurnal ini menjelaskan

bahwasannya Tim Reaksi

Cepat merupakan ujung

tombak dari terlaksananya fase

tanggap darurat bencana. Hasil

kerja Tim Reaksi Cepat

menjadi acuan untuk

melakukan tanggap darurat

dan pemulihan darurat

prasarana dan sarana vital.

Page 13: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-13

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Tutun Juhana, Jason

Widagdo, Ririn Nur

Widyani

Jurnal

Penanggulangan

Bencana Volume 3

Nomor 2, Tahun

2012, hal 1-13, 1

tabel.

ISSN 2087636X

oleh Tim

Reaksi Cepat

Fokus jurnal ini yakni

memberikan gambaran terkait

proses kinera Tim Reaksi

Cepat dan juga membahas

terkait perancangan aplikasi

kaji cepat yang dapat

digunakan oleh Tim Reaksi

Cepat dalam mendata korban

bencana dan mendata

kerusakan bangunan serta

kerugian lain, sehingga Tim

Reaksi Cepat dapat bekerja

dengan cepat dan terbantu

dengan mudah.

2. Employment-focused

disaster risk

management and

reconstruction in Asia

and the Pacific: A

comparative analysis

of recent disasters in

India, Japan, Nepal,

and the Philippines

ILO Regional Office

for Asia and the

Pacific, 2016

(Bangkok, ILO,

2016).

ISBN:

9789221307822;

9789221307839 (web

pdf)

Metodelogi

dalam

penelitian ini

yakni

menggunakan

komparatif

studi antara

Jepang,

Filipina, India,

dan Nepal.

Dengan teknik

pengumpulan

data primer,

berupa

wawancara,

dan analisis

kebijakan

setiap negara.

Studi empiris yang

berorientasi pada

tindakan yang bertujuan

untuk membantu

mengurangi resiko

bencana yang sering

terjadi di negara –

negara yang rawan

bencana. Dengan cara

menganalisis masalah

tenaga kerja yang

menagani bencana dan

pengembangan

kebijakan serta opsi

program dalam

melaksanakan inisiatif

manajemen resiko

bencana yang berfokus

pada tim yang

menangani.

Literatur ini memberikan dasar

untuk analisis komparatif dan

ketenagakerjaan yang

memadai sebelum bencana

terjadi berkontribusi besar

terhadap respons segera

pascabencana serta upaya

pemulihan jangka pendek dan

jangka panjang. Dalam

literature ini mengembangkan

strategi mitigasi bencana yang

berfokus pada ketenagakerjaan

atau tim yang menangani.

Literatur ini menjelaskan

terkait tim tanggap bencana

yang melibatkan empat negara

yang rawan bencana di Asia

Pasifik, yakni Jepang, Filipina,

India, dan Nepal sebagai studi

kasus.

3. Comparative

Analysis of Disaster

Management between

Japan & India

Dr. Priyanka Banerji,

Ms. Nidhi Singh

IOSR Journal of

Business and

Management (IOSR-

JBM) e-ISSN: 2278-

487X, p-ISSN: 2319-

7668. Volume 13,

Issue 6 (Sep. - Oct.

2013), PP 62-74

www.iosrjournals.org

Metodelogi

dalam

penelitian ini

yakni

menggunakan

komparatif

studi antara

Jepang dan

India.

Tujuan yang tercantum

dari artikel ini yakni

untuk mengetahui

perbandingan cara

penanganan bencana

yang terjadi di kedua

negara. Mulai dari

budaya pencegahan,

hingga proses

pemulihan dan

rekonstruksi

pascabencana.

Jurnal ini menjelaskan terkait

fenomena bencana besar di

Jepang dan India, studi

perbandingan sistem

manajemen bencana Jepang

dan India, teknik mobilisasi

masyarakat di Jepang untuk

keberhasilan implementasi

perencanaan kesiapsiagaan

bencana dan pemulihan dari

situasi pasca bencana. Dalam

literatur ini juga dijelaskan

terkait studi perbandingan

sistem manajemen bencana di

Jepang dan India, terlebih pada

implementasi kebijakan

pelaksanaan tanggap darurat

bencana yang terjadi di kedua

negara.

4. Comparative analysis

of immediate

response by national

disaster management

Metodelogi

dalam

penelitian ini

yakni

menggunakan

Tujuan dari penulisan

ini yakni untuk

mempelajari sistem

manajemen bencana

alam di Pakistan, Turki,

Literatur ini mengidentifikasi

kekurangan dalam sistem

manajemen bencana alam

Pakistan, Turki, dan AS, dan

akan memberikan wawasan

Page 14: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-14

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

systems of the U.S.,

Pakistan, and Turkey

Ullah, Habib;

Gungor, Goktug

Monterey, California:

Naval Postgraduate

School

Directorate for

Information

Operations and

Reports, 1215

Jefferson Davis

Highway, Suite 1204,

Arlington, VA 22202-

4302, and to the

Office of

Management and

Budget, Paperwork

Reduction Project

(0704-0188)

Washington, DC

20503.

komparatif

studi antara

Pakistan,

Turki, dan AS.

dan AS. Dengan

melakukan penelitian

perbandingan di tiga

negara tersebut, maka

akan membantu

mengidentifikasi

kekurangan dalam

sistem manajemen

bencana alam di

Pakistan, Turki, dan

AS, serta akan

memberikan wawasan

untuk sistem

manajemen bencana

yang lebih baik efektif.

untuk sistem manajemen

bencana yang lebih efektif.

Lebih dalam lagi, literature ini

menunjukkan semua dampak

yang terjadi akibat bencana

alam, dengan memberikan

contoh gempa bumi Van di

Turki pada 2011 dan banjir

Pakistan pada 2010. Literatur

juga menunjukkan bahwa

respon kedia negara masih

kurang dalam hal kecepatan

dan kualitas, sehingga sering

gagal dalam memberikan

bantuan bagi korban

Dalam penelitian terdahulu yang menjadi landasan pada penelitian yang

akan dilakukan kali ini terdapat beberapa perbedaan. Pada penelitian ini peneliti

ingin mengungkapkan mengenai perbadaan dan persamaan dari Tim Reaksi Cepat

Kota Surabaya dan Kota Semarang dalam penanganan darurat bencana. Sangat

menarik yakni kedua kota memiliki karakteristik yang hampir sama, namun

penanganan tanggap darurat bencana yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat di

kedua kota berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran perbandingan penanganan

tanggap darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dengan

Kota Semarang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran perbandingan

penanganan tanggap darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota

Surabaya dengan Kota Semarang.

Page 15: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-15

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat secara teoritis

sebagai bentuk bahan rujukan dalam studi manajemen bencana dan pengembangan

lebih lanjut yang dinilai dari sudut pandang penanganan darurat bencana

menggunakan perbandingan administrasi negara. Perbandingan administrasi negara

ini melihat perbandingan penanganan darurat bencana. Hal tersebut untuk melihat

optimalisasi pelayanan yang diberikan oleh instansi – instansi yang tergabung

dalam Tim Reaksi Cepat, dengan perbandingan pelaksanaan penangan darurat

bencana antara Kota Surabaya dan Kota Semarang. Selain itu dalam penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat dalam pengembangan Ilmu Administrasi

Negara utamanya dalam penerapan penelitian studi komperatif.

Penulis berusaha untuk melihat proses penanganan tanggap darurat bencana

antara Kota Surabaya dan Kota Semarang, serta melihat faktor – faktor yang

mempengaruhi proses penanganan darurat bencana pada kedua kota. Output atau

hasil dari penelitian ini nantinya dapat dilihat pada proses penanganan tanggap

darurat bencana yang paling baik dari kedua instasni berdasarkan kriteria

penanganan tanggap bancana. Sehingga dapat dijadikan pembanding untuk dapat

meningkatkan kualitas dalam melakukan penanganan tanggap darurat bencana bagi

Tim Reaksi Cepat kota lain.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian yang dilakukan ini akan memberikan gambaran dan informasi

pelaksanaan proses penanganan tanggap darurat bencana yang dilakukan antara

Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Hasil

penelitian tentang perbandingan pelaksanaan penangan darurat bencana antara Kota

Surabaya dan Kota Semarang, diharapkan dapat bermanfaat melalui pelbagai

gambaran dan informasi. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi tolak ukur dan

masukan bagi kedua Tim Reaksi Cepat baik Kota Surabaya maupun Kota Semarang

untuk melakukan perbaikan agar lebih baik dalam pelaksanaan penanganan darurat

bencana oleh Tim Reaksi Cepat ke depannya agar lebih baik lagi.

Page 16: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-16

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.5 Landasan Teori

Untuk dapat memahami mengenai permasalahan dalam penelitian ini, tentunya

landasan berpikir atau kerangka konseptual menjadi hal yang penting guna menjadi

pisau analisis. Dan berikut merupakan kerangka konseptual yang akan penulis

paparkan :

1.5.1 Comparative Public Administration

Comparative Public Administration atau perbadingan administrasi negara

merupakan sebuah paradigma yang lahir pada 1947 melalui pernyataan Robert E.

Dahl. Kemudian secara lebih jauh, PAN mulai diakui sebagai sebuah disiplin ilmu

tersendiri, dengan diadakannya konferensi Princeton pada tahun 1952. Menurut

Riggs via Heady (1962: 4) kajian Perbandingan Administrasi adalah sebuah teori

Administrasi Publik sebagaimana Ilmu tersebut diaplikasikan pada berbagai tatanan

budaya dan nasional yang beragam.17 Sedangkan menurut Jreisat (2002: 1)

Perbandingan Administrasi Negara adalah kajian perbandingan institusi-institusi,

proses-proses, dan perilaku dalam banyak konteks.18 Konteks (atau lingkungan

dalam analisis perbandingan mengacu pada seluruh pengaruh-pengaruh eksternal

yang mempengaruhi manajemen, seperti nilai-nilai kemasyarakatan, norma-norma,

agama, budaya politik, dan perekonomian. Menurut Ontenyo and Lind (2006: 12),

Perbandingan Administrasi Negara adalah sebuah cabang dari Administrasi Publik

untuk mengamati Pemerintahan dalam berbagai tatanan budaya, sosial, ekonomi

yang berbeda-beda.19 Kajian ini mencakup keragaman yang luas dalam hal

aktivitas, termasuk pembuatan kebijakan Publik dan implementasinya baik di area

maju maupun berkembang. Terakhir yakni dari Robert A. Dahl dalam Rathod

(2007: 8) mengungkapkan bahwa Perbandingan Administrasi Negara adalah

akademisi pertama dan paling penting yang melakukan pencarian keilmuan dan

pemahaman yang lebih hebat dalam tujuannya untuk mendirikan Ilmu Administrasi

Publik, maka ilmu itu haruslah bersifat perbandingan.

17 Heady, Ferrel. 2006. “Comparisson in The Study of Public Administration”. Tercantum dalam

Kompilasi: “Comparative Public Administration: The Essential Readings”. Netherlands: JAI Press 18 Jreisat 19 Otenyo, E.E. & Lind, N.S. 2006. “Comparative Public Administration: Growth, Method, and

Ecology”. Tercantum dalam Kompilasi: “Comparative Public Administration: The Essential

Readings”. Netherlands: JAI Press.

Page 17: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-17

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Menurut Rathod (2007) Perbandingan Administrasi Negara dapat

meningkatkan pengetahuan tentang praktik administratif dari negara lain atau

institusi lain, serta untuk mengadopsi praktik-praktik ini yang sesuai dengan

sistemnya.20 Pada prinsipnya, tujuan akhir dari pendekatan Perbandingan

Administrasi Negara adalah untuk memperpendek kesenjangan antara objek yang

dibandingkan. Caranya adalah dengan mengenali dan menganalisis faktor yang

menyebabkan satu satu objek tertinggal atau secara kualitas lebih rendah daripada

yang lain atau begitupun sebaliknya. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana hal

tersebut agar menjadi meningkat setelah dibandingkan. Peningkatan tersebut tentu

saja identik dengan peningkatan kualitas, dalam hal ini peningkatan hal-hal yang

berkaitan dengan Administrasi Negara.

Comparative Public Administration berkaitan dengan organisasi atau sistem

administrasi yang berkaitan dengan budaya dan pengaturan yang berbeda, fitur atau

karakteristiknya sama atau berbeda dipelajari dan dibandingkan untuk mengetahui

"penyebab" atau "alasan" (Rathod, 2007:12).21 Rathod dalam bukunya yang

berjudul Comparative Public Administration menganalisis terkait masalah

administrasi publik dalam pemerintahan modern. Sedangkan kemampuan bangsa

untuk mencapai tujuan melalui tindakan administrasi publik tergantung pada

kinerja, kejujuran, dan motivasi karyawan publik. Mencakup masalah rekrutmen,

pelatihan, remunerasi, promosi, dan pensiun. Ini juga mencakup kegiatan sekutu

seperti evaluasi kinerja, klasifikasi posisi, moral dan disiplin di antara anggota

layanan publik.

Harus diingat bahwa konstitusi organisasi dan pemerintah bukan sekadar

bagan dan pekerjaan. Pada dasarnya terdiri dari unsur-unsur manusia, dan oleh

karena itu pemahaman yang cermat tentang studi perilaku manusia juga menjadi

salah satu aspek penting dari studi personil publik. Setiap demokrasi modern telah

berevolusi, sistem personalia publiknya sendiri berdasarkan pada sejarahnya,

kondisi sosial, politik dan ekonominya. Ada fitur umum dan unik tertentu dari

sistem personalia di berbagai negara. Perbandingan semacam itu berguna untuk

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan. Tujuan perbandingan mungkin lebih

20 Rathod, P. B. 2007. “Comparative Public Administration”. Jaipur, India: ABD Publishers 21 Rathod, P. B. 2007. “Comparative Public Administration”. Jaipur, India: ABD Publishers

Page 18: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-18

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

dari menggambarkan dua atau lebih fenomena (objek, orang, area, peristiwa dan

institusi). Salah satu prasyarat penilaian tentang pengaturan kelembagaan adalah

untuk membandingkan dan membedakan mereka dengan, dengan institusi serupa

lainnya (Rathod, 2007:154).22 Perbandingan Institusional, merupakan

perbandingan dilakukan untuk memahami aspek-aspek administrasi atau institusi

yang berbeda, namun tetap berada dalam satu lingkungan kebudayaan yang sama.

ni adalah fakta yang ditetapkan bahwa dimensi lintas budaya administrasi publik

memiliki janji dan masa depan di pengembangan ilmu administrasi publik.

Komparatif administrasi adalah satu-satunya harapan untuk pertumbuhan dan

perkembangan administrasi publik dalam waktu dekat.

1.5.1.1 Model - model Comparative Public Administration

Rathod dalam bukunya Comparative Public Administration, menganalisisi

beberapa model yang telah diungkapkan oleh beberapa pakar sebelumnya, yakni :

1. Weber's Bureaucratic Model

Model birokrasi Weber didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan politik yang

mendominasi para cendekiawan abad ke-19. Dia telah mengintegrasikan

birokrasi ke dalam skema yang lebih besar dari tiga tipe otoritas ideal. Dan hal

tersebut legal dalam artian bahwa itu didasarkan pada gaya otoritas yang

dilegitimasi melalui proses hukum. Berikut identifikasi kareaktieristiknya :

1. Wilayah yurisdiksi tetap dan resmi, terkontrol dan diperintahkan oleh

peraturan dan perundangan tertulis

2. Pembagian kerja yang jelas dengan wewenang dan tanggung jawab yang

ditetapkan dengan jelas, memaksimalkan spesialisasi dan keahlian

3. Pengaturan semua posisi menjadi hierarki wewenang,

4. Semua pejabat yang ditunjuk berdasarkan kualifikasi

5. Pekerjaan dipandang sebagai panggilan, pekerjaan penuh waktu

6. Keseragaman dan ketidakberpihakan "tanpa memperhatikan orang."

Ada banyak kritik terhadap 'model ideal' Weber sebagai kriteria identifikasi

umum untuk tujuan perbandingan. Salah satu kritiknya bahwa tipe ideal seperti

22 Rathod, P. B. 2007. Op Cit. Hal 154

Page 19: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-19

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

itu tidak akan pernah ada sama sekali dan bahkan jika itu ada model menurut

definisi tidak cocok untuk menjelaskan situasi empiris yang dinamis.

2. Down's Model

Anthony Downs menjelaskan siklus hidup birokrat dengan menentukan

terlebih dahulu cara dasar dalam analisis. Pertama, dalam penjelasannya ia

merujuk pada rutinisasi karisma sebagai salah satu jenis biro-genesis. Jadi,

menurut Anthony Downs, birokrasi adalah akibat dari konsekuensi umum dari

rutinisasi karisma. Kedua, ia menyebutkan tentang penciptaan birokrasi oleh

kelompok-kelompok sosial untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu. Jenis ketiga

biro adalah karena pemisahan dari yang sudah ada dan jenis biro terakhir sebagai

hasil dari kewirausahaan beberapa kelompok fanatik. Hipotesis utamanya adalah

bahwa birokrat dimotivasi oleh kepentingan pribadi.

Downs menekankan pentingnya minat karir sebagai penentu proses

administrasi. Penerapan analisis 'tipe pasar' ekonomi untuk proses administrasi

melihat 'birokrasi' pada dasarnya berasal dari kurangnya paparan media secara

adaptif dari tipe pasar. Dalam teorinya, Law of Counter Control ia menyatakan

bahwa semakin besar upaya yang dilakukan oleh pejabat tingkat atas untuk

mengendalikan perilaku pejabat bawahan, semakin besar upaya yang dilakukan

oleh bawahan untuk menghindari atau menangkal kontrol tersebut. Asumsi

utama adalah bahwa agen administratif rasional akan cenderung menjadi

'imperialistik' bersaing satu sama lain untuk 'ruang'. Model Downs sangat

berguna dalam membandingkan asal-usul birokrasi sipil dari perspektif di atas.

Dia membedakan lima kategori pendaki birokrat, konservator, fanatik, advokat

dan negarawan.

3. Rigg's Ecological Model

Studi kontemporer dalam administrasi publik komparatif memanfaatkan

model ekologi yang dikembangkan oleh Rigg. Model ini dapat digunakan dalam

analisis lintas-budaya. Dia berfokus pada konseptualisasi tentang interaksi

antara sistem administrasi dan lingkungan mereka. Fokus utamanya adalah pada

pengembangan masyarakat institusional. Selain itu, Riggs menyarankan tipologi

ilustrasi sistem perbandingan administrasi negara dalam bidang agraria dan

industri, mengklaim bahwa tipe yang sama dapat berbeda jika dipraktikkan.

Page 20: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-20

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Terlebih pada berbagai tahap transisi antara keduanya dengan kategori

serupa yang menggambarkan saling ketergantungan sistem administrasi dan

masyarakat. Ketika konseptualisasi terbukti terlalu abstrak untuk diterapkan, ia

berpaling dari model sistem umum ke teori middle range berdasarkan penelitian

empirisnya di Asia Tenggara. Pendekatannya menekankan perspektif sistem

terbuka yang memiliki pengaruh yang meningkat di tempat lain dalam ilmu

sosial. Namun, model pendekatannya tidak memiliki kualitas dinamis yang

dikembangkan dalam banyak model sistem terbuka lainnya. Hal tersebut karena

Riggs belum menganalisis proses pembiasan dari perspektif pembangunan. Ia

juga tampaknya tidak berhasil sepenuhnya implikasi teorinya tentang

administrasi publik.

Riggs telah mencoba untuk mengelompokkan serta mengkategorikan isi

daripada bahan-bahan itu yang menurut penglihatannya dapat dijadikan atas

kelompok-kelompok berikut. 1. Kelompok tradisional yang dimodifikasi

(Modified Traditional); tentang metode tradisional yang telah mengalami

perubahan seperlunya, studi perbandingan tentang sesuatu Administrasi Negara

secara keseluruhan sistemnya atau bagian tertentu saja, misalnya bagian atau

sebagai keuangannya saja, bahkan kepegawaian saja. 2. Kelompok yang

berorientasi Pembangunan (Development Oriented); usaha untuk menemukan

atau untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi atau persyaratan-persyaratan dalam

mana dilakukan usaha untuk mencapai tingkat kemajuan yang optimal. 3.

Kelompok Pembuatan Model Sistem secara umum (General System Model

Building); tentang usaha-usaha studi perbandingan melalui penciptaan model-

model, model memberikan petunjuk data pada yang diperlukan, selanjutnya

mengklasifikasi dan sebagainya. 4. Kelompok rumusan teori yang modern (The

Modern Theory’s Formulation) tentang usaha untuk memformulasi teori-teori

yang modern dalam arti yang tidak membuat model dalam keseluruhan sesuatu

sistem Administrasi Negara.

4. Dorseys Information-Energy Model

Sumber terkemuka lain dari pembangunan model komprehensif adalah teori

keseimbangan oleh Dorsey yang dikenal sebagai sistem dengan input dan output

sebagai dasar analisis. Dia percaya bahwa hal tersebut berguna dalam analisis

Page 21: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-21

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

sistem sosial dan politik secara umum serta untuk pemahaman yang lebih baik

tentang sistem administrasi, hal ini dikenal sebagai Model Informasi-Energi.

Model Informasi-Energi Johan F. Dorsey didasarkan pada sintesis konsep teori

sistem umum komunikasi dan konversi energi. Model Dorsey membuat konsep

individu, kelompok, organisasi dan masyarakat sebagai konverter informasi-

energi lengkap. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

beberapa perubahan bentuk, waktu ruang dalam hubungan fisik, yaitu

melakukan pekerjaan. Konversi energi, sebaliknya, adalah manifestasi dari

kapasitas ini atau proses yang mempengaruhi perubahan tersebut. Informasi

dapat dilihat sebagai energi dalam bentuk atau konfigurasi tertentu. Suatu sistem

mengubah input seperti permintaan dan intelijen melalui berbagai proses

konversi penyaringan, pemilihan dan penyaluran ke dalam output. Umumnya,

input, penyimpanan, dan pemrosesan informasi yang tinggi memungkinkan

keluaran energi yang tinggi. Sistem administrasi menghasilkan keluaran dalam

berbagai bentuk, misalnya, regulasi layanan untuk sub-sistem dan sistem yang

membentuk bagian dari lingkungannya.

Dorsey telah menekankan bahwa penelitian dalam perbandingan

administrasi negara harus fokus, jika mungkin pada semua aspek input, konversi

dan output dari sistem administrasi, meskipun ia menambahkan dalam kasus

studi tertentu, banyak yang akan tergantung pada kebutuhan dan orientasi. Hal

tersebut karena pendekatannya memandang sistem administrasi dalam konteks

lingkungan mereka, maka pada dasarnya bersifat ekologis.

Terlebih lagi, sebagaimana disebutkan sebelumnya, ia memiliki elemen-

elemen tertentu dari perspektif pembangunan. Namun, mungkin karena variabel

model yang kompleks dan masalah operasional yang terkait dengannya para

sarjana lain belum menggunakan pendekatan ini dalam analisis mereka. Dorsey

menggunakan modelnya dalam studinya tentang perkembangan politik Vietnam.

23 Model ini kemudian diuji oleh Berenson yang menggunakan data agregat dari

56 negara untuk memeriksa validitas proposisi yang diambil dari model energi

informasi yang menghubungkan tiga variabel ekologis seperti energi, informasi

dan konversi energi dalam pengembangan birokrasi di dunia ketiga. Dia

Page 22: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-22

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

menyimpulkan bahwa model tersebut adalah kegagalan total dalam menjelaskan

perubahan birokrasi di negara-negara yang diteliti.

5. Mathur's Model

Mathur dalam studinya menganalisis Block Development Officers (BOO’s)

dari dua negara bagian yang berbeda di India. Sebelum analisis, ia terlebih

dahulu mengidentifikasi faktor-faktor geografis, sosio-ekonomi dan politik

tertentu yang menghadirkan latar belakang yang berbeda untuk BOO’s dari dua

negara. Dengan menggunakan teknik 'analisis faktor', ia mengembangkan

dimensi utama pemikiran dan persepsi birokrasi untuk membangun pola empiris

dari reaksi para birokrat terhadap lingkungan yang berubah. Dengan demikian,

ia mengembangkan tipologi dan profil para administrator lokal dalam pola

budaya yang hampir mirip untuk mengetahui perbedaan dalam persepsi dan

reaksi para birokrat dari satu negara bagian dari yang lain dan mengkorelasikan

perbedaan tersebut.

Dalam penelitian ini, kesimpulan yang ditarik adalah sebagai berikut:

1. Kelas pejabat yang sama (BOO) dari lingkungan yang berbeda berbeda.

2. Perbedaan tersebut disebabkan oleh latar belakang sosial ekonomi dan

politik yang berbeda.

3. Pola perilaku mereka berbeda karena pengaturan lingkungan mereka

yang berbeda,

4. Perbedaan pola perilaku tersebut juga karena perbedaan mereka dalam

pendidikan, rekrutmen dan metode pelatihan.

Model-model semacam itu dapat digunakan untuk studi serupa di bagian

lain negara serta dalam aspek lain dari fenomena administrasi dan pada tingkat

administrasi negara lain. Model ini, jika digunakan dengan tepat, dapat

memberikan wawasan tentang politik dan birokrasi dan persepsi dan sikap para

pejabat di setiap tingkat administrasi dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka,

faktor-faktor motivasi dan dalam mengevaluasi moral para karyawan di setiap

tingkat administrasi . Studi serupa dapat dilakukan untuk menyelidiki sikap dan

persepsi berbagai badan warga negara dan berbagai kelompok sosial dan

ekonomi terhadap birokrasi, keputusan birokrasi, dan harapan mereka terhadap

para birokrat dalam hal pencapaian tujuan.

Page 23: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-23

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

6. The Development Model

Terkait erat dengan studi perbandingan administrasi negara, alat yang

sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan masyarakat yakni sebuah

ketertarikan aktor mencari cara, yang mana cara tersebut untuk meningkatkan

kinerja administrasi dan untuk memperkuat perencanaan dan pelaksanaan

program pembangunan. Gagasan ini berawal dari keinginan negara-negara kaya

untuk membantu negara-negara miskin dan lebih khususnya dalam kebutuhan

nyata dari negara-negara nasional yang baru muncul untuk mengubah birokrasi

kolonial mereka menjadi instrumen perubahan sosial yang lebih bertanggung

jawab.

Dalam model ini, organisasi dan perusahaan pengembangan, reorientasi

lembaga-lembaga mapan seperti departemen pertanian memiliki pendelegasian

wewenang administrasi kepada lembaga-lembaga pembangunan dan penciptaan

kader administrator yang dapat memberikan kepemimpinan dalam merangsang

dan mendukung program-program pembangunan sosial dan ekonomi. Ini

memiliki tujuan untuk membuat perubahan semenarik mungkin. Sebenarnya, itu

tidak dapat disebut sebagai sisi yang diterapkan dari administrasi publik

komparatif karena tidak ada perbedaan tajam dalam maksud, konsep dan

personil yang terlibat di antara keduanya. Mereka yang tertarik dalam

administrasi pembangunan tertarik dan menggunakan banyak sumber selain

administrasi publik komparatif dan beberapa dari mereka dilatih dalam disiplin

ilmu selain ilmu politik atau administrasi publik.

Administrasi pembangunan terkait dengan tujuan dan sistem administrasi

yang berorientasi aksi. Karena sebagian besar definisi kata 'administrasi'

berkonotasi dengan aspek pencapaian tujuan, dimasukkannya kata

'pengembangan' mungkin awalnya tampak berlebihan. Namun demikian, istilah

ini mengacu pada fokus khusus pada aspek-aspek kunci tertentu dari perubahan

sosial-administrasi. Juga kepada Edward Weidner, pendukung utamanya,

konsep administrasi pembangunan mengacu pada proses membimbing suatu

organisasi menuju pencapaian tujuan politik, ekonomi, dan sosial yang progresif

yang ditentukan secara otoritatif dalam satu atau lain cara.

Page 24: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-24

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Model ini menuntut penghormatan besar dalam administrasi publik

komparatif. Studi lintas budaya hanya mungkin dilakukan dengan model ini.

Weidner menekankan model berorientasi tujuan karena masalah dalam

menerapkan model Weber dalam studinya di negara-negara dunia ketiga. Dia

mulai dengan Mesir sebagai studi kasus dan kemudian meluas ke negara lain.

Dia menyatakan bahwa adalah mungkin untuk memiliki perbedaan dalam

karakter birokrasi dengan berbagai tujuan dan nilai utama yang diupayakan oleh

berbagai negara. Di antara semua pandangan lain, Weidner banyak menekankan

pentingnya mendorong inovasi di bidang non-administratif, perubahan sosial-

budaya dalam pikiran manusia dan perubahan lingkungan secara keseluruhan.

Ini adalah salah satu tujuan dengan prioritas tertinggi di negara-negara yang

paling berkomitmen untuk berubah.

Model – model diatas memiliki konsep dan karakteristik masing – masing

dalam pelaksanaan Perbandingan Administrasi Negara. Sehingga berdasarkan

penjelasan diatas terkait Perbandingan Administrasi Negara dapat digunakan untuk

memberikan gambaran secara jelas. Bahwa penelitian perbandingan proses

penanganan darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya

dibandingkan dengan proses penanganan darurat bencana yang dilakukan Tim

Reaksi Cepat Kota Semarang ini, memiliki fokus dan rambu – rambu yang jelas

dalam prosesnya.

Dalam penelitian ini nantinya model yang digunakan yakni Mathur's Model,

karena sebelum melakukan analisis pada subjek penelitian, terlebih dahulu

mengidentifikasi faktor-faktor geografis, sosio-ekonomi dan politik tertentu yang

menghadirkan latar belakang yang berbeda. Hal tersebut nantinya dapat diketahui

secara mendalam penyebab terjadinya perbedaan kedua organisasi, sebagaimana

nantinya dapat diketahui pada pengembangan dimensi utama pemikiran dan

persepsi birokrasi untuk membangun pola empiris dari subjek penelitian. Dengan

demikian, dapat pula dikembangkan tipologi dan profil para administrator antara

Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang dalam pola

budaya yang hampir mirip untuk mengetahui perbedaan dalam persepsi dan reaksi

antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang dan

mengkorelasikan perbedaan tersebut.

Page 25: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-25

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.5.1.2 Unsur - Unsur Comparative Public Administration

Keith Henderson dalam buku Comparative Public Administration yang

ditulis oleh Rathod (2007)23 mengemukakan hanya tiga unsur dalam Comparative

Public Administration, yakni :

1. The bureaucratic system

Unsur sistem birokrasi merupakan suatu upaya kajian birokrasi

organisasi dari berbagai negara. Merupakan sebuah fakta yang diketahui

sebelumnya bahwa Prof. W. A. Robson telah berkontribusi sebelumnya

studi tentang pegawai negeri Perancis dan Profesor Inggris Raya Herman

Finer juga mencoba melakukan analisis komparatif terhadap organisasi

birokrasi dari beberapa (tujuh) orang Eropa organisasi birokrasi dan

perilaku mereka.24 Murroe Burger dalam bukunya, Birokrasi dan

Masyarakat di Mesir Modern, mencoba menguji Model birokrasi ideal

Weber. Burger kemudian mencoba mengeksplorasi teori fungsional

struktural birokrasi sebagai diterapkan ke negara-negara berkembang.25

Robert K. Merton dan Profesor Robert V. Presthus memiliki mencoba

menguji teori nilai perilaku birokrasi di negara barat dan non-barat. Robert

K. Merton berkembang teori kelas menengah untuk studi birokrasi

organisasi yang menjelaskan seperangkat relasi yang dapat dikelola

daripada teori khusus ukuran luas di satu ekstrim, dan kasus individu yang

tidak sebanding di sisi lain. Demikian pula, Alfred Diamant dalam "Model

Birokrasi: Max Weber Ditolak, Ditemukan Kembali, Reformasi "di Ferrel

Heady dan Cybill Buku Stoke adalah upaya untuk mengeksplorasi nilai

Weberian teori dalam penelitian organisasi demokrasi modern. Itu akan

akan banyak gunanya menyarankan kepada mahasiswa organisasi birokrasi

sebagai pendekatan untuk perbandingan publik administrasi yang mereka

butuhkan untuk membaca Joseph La Palombara. Mereka juga harus

membaca Leonard Binder untuk mendapatkan gambaran yang jelas

23 Rathod, P. B. 2007. “Comparative Public Administration”. Jaipur, India: ABD Publishers 24 Fred W. Riggs, "Agraria and Industria-Towards a Typology of Comparative Administration,"

Willam J. Siffin (ed.) Towards the Comparative Study of Public Administration, Indian University

Press, 1957 25 David Easton, "An Approach to the Analysis of Political Systems," World Politics, Vol. 9

(1956-57), pp. 383-400.

Page 26: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-26

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

birokrasi dalam pengaturan budaya yang berbeda. Leonard Binder

mengungkapkan tiga jenis utama proses politik pembangunan yang harus

dilanjutkan sebelum pengembangan organisasi birokrasi sebagaimana

dicatat oleh La Palombara. Beberapa mahasiswa Profesor Talcott Parsons,

yaitu Philip Selznick dan Reinhart Bendix telah mengejar teori organisasi

"Struktur-Fungsionalisme" saat mempelajari birokrasi. Amitai Etzioni juga

mempelajari organisasi dari perspektif yang sama, dilanjutkan dengan

kajian organisasi birokrasi oleh Blau dan Scott yang telah menunjukkan

minat yang besar pada teori organisasi birokrasi.26

2. Input-output system

Unsur dari input-output merupakan hasil dari sistem pendekatan. Melalui

proses konversi, masukan adalah ditransformasikan menjadi keluaran dan

neraca disiapkan dengan harapan bahwa keluaran akan selalu berjumlah

lebih dari masukan. Ini digambarkan sebagai kurang organik daripada mode

birokrasi fungsional struktural yang terkenal1.49 Dalam hal ini Pendekatan

sistem input-output tidak ada referensi ke hubungan antara bagian-bagian

dan keseluruhan, yaitu komponen bagian tidak "dijelaskan" menjadi saling

terkait secara fungsional, meskipun mereka, yaitu, bagian-bagian selalu

terkait secara organik sebagai elemen dari keseluruhan. Dalam kasus input-

output pendekatan, lebih menekankan pada persamaan input-output, pada

pertukaran batas antara sistem dan lingkungan Fred W. Riggs industria dan

agraria juga mendalilkan skema inputoutput meskipun tidak secara tegas

menyatakan hal ini dalam modelnya.

Pendekatan "Input Konversi Output" lebih merupakan hasil dari model

David Easton. Dalam Komparatif Publik Administrasi, David Easton telah

memberikan kontribusi lebih dari apapun sarjana lainnya. Dalam politik

komparatif, model Eastonian memiliki juga telah ditingkatkan oleh Almond

dan Coleman dari politik mengembangkan ketenaran daerah. Easton

kebanyakan meminjam konsep dan bahan dasar dari master sosiologi-

Talcott Parsons.27

26 Pubic Administration, Rand McNally, Chicago, 1978. 27 Gerald Caiden, op. cit., p. 244.

Page 27: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-27

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Almond telah mengidentifikasi empat masukan dasar dari sistem politik

yang diubah melalui proses konversi menjadi tiga keluaran. Dorsey

mengatakan itu dalam administrasi publik komparatif fokus penelitian

mungkin pada faktor-faktor luar biasa misalnya, tekanan dan ketegangan,

mempengaruhi proses konversi. Ira Sharkansky punya menggunakan

pendekatan input-konversi output untuk studi publik administrasi. Kerangka

bukunya yakni lingkungan sebagai masukan, dan hukum, kebijakan,

perintah sebagai keluaran, proses konsesi sebagai umpan balik.

3. The component system

Pendekatan Komponen Profesor Henderson menyebutkan "penampung-

semua" untuk bahan sejarah dan lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan

sebagai sistem birokrasi atau sistem input. James Fesler telah melamar

Pendekatan Komponen dalam Administrasi Lapangan Komparatif. Ada

penekanan pada kekuatan, dan hubungan komunikasi antara pusat dan

bidang yang menunjukkan integrasi menjadi model. Pendekatan ini

mempertimbangkan yang utama poin dari Dorsey dan Almond. 54

Demikian pula dengan Fritz Morstein Marx telah mempelajari jenis kontrol

dan tanggung jawab eksternal. Dalam mempelajari sistem administrasi di

berbagai negara, skema komparatif dapat digunakan yang mencakup studi

struktur, tujuan, proses dan lingkungan pembanding penilaian sistem

administrasi. 28

Diyakini secara luas bahwa Perbandingan Administratif Sistem dipelajari

dengan model pemerintah komparatif. Pendekatan administrasi publik komparatif

memiliki lebih atau kurang mengikuti analisis politik komparatif. Analisis

komparatif tidak harus deskriptif formal institusi.29

Ketiga unsur diatas mulai dari the bureaucratic system, the input-output

system, dan the component system akan digunakan dalam proses penelitian

perbandingan antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang dalam penanganan tanggap darurat bencana. Bureaucratic system

digunakan karena untuk mengetahui kajian birokrasi organisasi dari kedua

28 Heady and Stokes (ed.) op. cit., pp. 145-171. The title of Fritz Morstein Marx's article: "Control

and Responsibility in Administration: Comparative Aspects." 29 Rathod, P. B. 2007. “Comparative Public Administration”. Jaipur, India: ABD Publishers

Page 28: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-28

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

organisasi, dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas birokrasi dalam

pengaturan budaya yang berbeda. Pada unsur input-output system dapat mengetahui

lingkungan sebagai masukan, dan hukum, kebijakan, perintah sebagai keluaran,

proses konsesi sebagai umpan balik pada perbandingan antara Tim Reaksi Cepat

Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Serta pada component

system penekanan pada kekuatan, dan hubungan komunikasi antara pusat dan

bidang yang menunjukkan integrasi menjadi model, yang mana pada skema

komparatif antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang dapat digunakan yang mencakup studi struktur, tujuan, proses dan

lingkungan pembanding penilaian sistem administrasi.

1.5.2 Manajemen Bencana

Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada

komunitas yang rentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi

berbagai implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Secara umun faktor penyebab

terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan

kerentanan (vulnerabillity). Ancaman bencana menurut (Undang-undang Nomor 24

tahun 2007) adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan

bencana”.30 Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah : Kondisi atau

karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi

suatu masyarakat disuatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi

kemampuan masyarakat di suatu wilayah untuk mencegah, meredam, mencapai

kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tetentu (MPBI, 2005 dalam Nurjanah,

2012).31 Sehingga diperlukan managemen bencana untuk mengurangi resiko

maupun dampak dari adanya bencana.

Manajemen bencana sebagai istilah kolektif yang mencakup semua aspek

perencanaan untuk merespons bencana, termasuk kegiatan sebelum bencana dan

setelah bencana yang merujuk pada manajemen risiko dan konsekuensi bencana

(Shaluf, 2008). Manajemen bencana meliputi rencana, struktur, serta pengaturan

yang dibuat dengan melibatkan usaha dari pemerintah, sukarelawan, dan pihak-

30 Undang - Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 31 Nurjanah, dkk. (2012). Manajemen Bencana. Yogyakarta: Alfabeta.

Page 29: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-29

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

pihak swasta dengan cara yang terkoordinasi dan komprehensif untuk merespons

seluruh kebutuhan darurat. Oleh karena itu, manajemen bencana terdiri dari semua

perencanaan, pengorganisasian, dan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk

menangani semua fase bencana sebagai peristiwa alam yang unik (Kelly, 1995).

Dalam manajemen bencana ada beberapa tahapan menurut Jayaraman,

Chandrasekhar, & Rao, 1997; King, 2007; Moe, Gehbauer, Senitz, & Mueller,

2007; Moe & Pathranarakul, 2006) yang ada didalam buku Manajemen Bencana

dan Kapabilitas Pemerintah Daerah oleh Bevaola Kusumasari (2014).32 Tahapan

yang dimaksud dimulai dari prediksi, peringatan, bantuan darurat, rehabilitasi, dan

rekonstruksi.

Tabel 1.5 Tahapan Manajemen Bencana

Tahap pertama dari manajemen bencana adalah prediksi. Dalam tahap ini,

kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan dilakukan. Ini temasuk langkah-langkah

struktural yang diambil untuk membatasi dampak buruk bencana alam, degradasi

lingkungan, dan bahaya teknologi. Namun terlebih dulu langkah-langkah

nonstruktural diambil untuk memastikan respons yang efektif terhadap dampak

bahaya bencana. Termasuk di sini adalah dengan dikeluarkannya peringatan dini

yang tepat waktu dan efektif serta evakuasi sementara masyarakat dan properti dari

lokasi yang terancam bencana.

Tahap kedua adalah peringatan. Tahap ini mengacu pada penyediaan informasi

yang efektif dan tepat waktu melalui lembaga-lembaga yang teridentifikasi. Lewat

lembaga-lembaga ini, individu dimungkinkan untuk menghadapi bahaya dengan

32 Kusumasari, Bevaola. (2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.

Yogyakarta: Gava Media.

Project Life

Cycle

Disaster

Management Time Activities Approach

Initiation Predicition Before

Mitigation Pro-Active

Planning Preparedness

Executing

Warming During Response

Reactive

Emergency Relief

Rehabilitation

(Short-term) After Recovery

Completing Reconstruction

(Long-term)

Sumber : Moe & Pathranarakul, 2006

Page 30: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-30

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

mengambil tindakan menghindari atau mengurangi risiko yang mereka hadapi serta

mempersiapkan respons yang efektif.

Tahap ketiga adalah bantuan darurat yang merujuk pada penyediaan bantuan

atau intervensi selama atau setelah bencana terjadi. Ini merupakan bantuan

keselamatan dan memenuhi kebutuhan dasar mereka yang terkena dampak

bencana. Hal ini dapat dilakukan segera dan dalam jangka waktu singkat atau durasi

yang lama.

Tahap keempat adalah rehabilitasi. Tahap ini meliputi keputusan dan tindakan

yang diambil setelah bencana untuk memulihkan atau mengembalikan kondisi

kehidupan masyarakat yang terkena bencana seperti kondisi sebelum bencana

terjadi. Di samping itu, juga digiatkan kembali dan difasilitasi semua penyesuaian

yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko bencana.

Tahap kelima adalah rekonstruksi. Tahap ini merujuk pada pembangunan

kembali kondisi kehidupan masyarakat yang telah rusak akibat bencana dengan

tujuan pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan. Secara keseluruhan,

kegiatan penting yang dilakukan adalah sebagai berikut. Kegiatan mitigasi dan

kesiapsiagaan dalam tahap prediksi, kegiatan respons dalam tahap peringatan dan

bantuan darurat, serta kegiatan pemulihan dalam tahap rehabilitasi dan

rekonstruksi.

1.5.2.1 Siklus Manajemen Bencana

Dalam siklus hidup manajemen bencana alam dan manajemen bencana

modern, hanya ada empat aktivitas yang sangat penting dilakukan, yaitu mitigasi,

kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan (Alexander, 2002; Coppola, 2007;King,

2007; Moe & Pathranarakul, 2006; Quarantelli, 2007).33

33 David Alexander et.al, Principles of Emergency Planning and Management (New York : Oxford

University Press, 2002) hal 21

Page 31: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-31

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Gambar 1.5. Siklus manajemen bencana

Sumber : (bnpb, 2019)

1. Mitigasi

Mitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana terjadi

dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana terhadap

masyarakat dan lingkungan (King, 2007).34 Mitigasi dapat dilihat sebagai upaya

berkelanjutan yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana melalui

pengurangan kemungkinan dan komponen konsekuensi risiko bencana

(Coppola,2007).35 Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan risiko,

pengurangan konsekuensi risiko, menghindari risiko, penerimaan risiko, serta

transfer, pembagian, atau penyebarluasan risiko.

Mitigasi sebagai sebuah langkah yang diambil secara independen dari situasi

darurat atau bencana yang sebenarnya harus berfokus pada langkah-langkah

pencegahan karena efisiensi langkah-langkah darurat sangat terbatas untuk

menghindari banyaknya kehilangan manusia dan ekonomi (National Research

Council, 1 994). Kegiatan mitigasi termasuk langkah-langkah struktural dan non

struktural yang dilakukan untuk membatasi dampak negatif bencana alam,

degradasi lingkungan, dan bahaya teknologi.

Ada dua jenis mitigasi, yaitu struktural dan nonstruktural. Mitigasi struktural

didefinisikan sebagai usaha pengurangan risiko yang dilakukan melalui

pembangunan atau perubahan lingkungan fisik melalui penerapan solusi yang

dirancang. Ini juga mengacu pada pemikiran bahwa manusia mengendalikan alam

(Coppola, 2007) yang diterapkan pada bencana alam.36 Upaya ini mencakup

34 King 35 David P. Coppola, Introduction to Internasional Disaster Management (Oxford: Elsevier Inc.

2007), hal. 9 36 David P. Coppola, Op Cit, hal 20

Page 32: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-32

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

ketahanan konstruksi, langkah-langkah pengaturan, dan kode bangunan, relokasi,

modifikasi struktur, konstruksi tempat tinggal masyarakat, konstruksi pembatas

atau sistem pendeteksi, modifikasi fisik, sistem pemulihan, dan penanggulangan

infrastruktur untuk keselamatan hidup.

Mitigasi nonstruktural meliputi pengurangan kemungkinan atau konsekuensi

risiko melalui modifikasi proses-proses perilaku manusia atau alam, tanpa

membutuhkan penggunaan struktur yang dirancang. Teknik ini dianggap sebagai

cara manusia menyesuaikan diri dengan alam. Di dalam teknik ini terdapat langkah-

langkah regulasi, program pendidikan, dan kesadaran masyarakat, modifikasi fisik

nonstruktural, modifikasi perilaku, serta pengendalian lingkungan.

Namun ada juga beberapa hambatan dalam pelaksanaan mitigasi, seperti biaya,

rendahnya dukungan politik, isu-isu sosial budaya, dan persepsi risiko (Mileti,

1999). Pandangan seseorang terhadap bencana akan memainkan peran yang sangat

besar dalam menentukan tindakan orang itu untuk mencegah bencana dan seberapa

besar ia mau berkorban untuk menghindari risiko.

2. Kesiapsiagaan (Preparadness)

Para ahli menyebutkan beberapa alasan penting yang menjadikan kesiapsiagaan

sebagai komponen penting dari keseluruhan manajemen bencana (Auf der Heide,

1989; Dyne, 1994; Kreps, 199 I; Mileti, 199I).37 Pertama, kegiatan respons dan

kesiapsiagaan yang efektif dapat membantu menyelamatkan nyawa, mengurangi

cedera, membatasi kerusakan harta benda, dan meminimalkan segala macam

gangguan yang dapat disebabkan oleh bencana. Kedua, kesiapsiagaan membantu

melindungi nilai-nilai masyarakat dan mengurangi kondisi yang tidak diinginkan

saat bencana. Ketiga, kesiapsiagaan meningkatkan koordinasi dan komunikasi

antarorganisasi serta menetapkan tanggung jawab bagi pemain utama, seperti

pejabat masyarakat, pejabat negara, pejabat daerah, dan rumah sakit. Keempat,

kesiapsiagaan membantu mengidentifikasi sumber daya (personil, waktu,

keuangan, peralatan, perlengkapan, atau fasilitas) yang mungkin diperlukan

masyarakat untuk langkah-langkah kegiatan respons dan pemulihan. Terakhir,

37 Auf der Heide, Erik et.al. 1989. Disaster Response: Principles and Preparation and

Coorddination, St. Loiuis, MO: The C.V. Mosby Company

Page 33: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-33

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

kesiapsiagaan mengidentifikasi beberapa fungsi penting yang perlu dilakukan pada

saat bencana, seperti manajemen sumber daya, evakuasi, dan penilaian kerusakan.

Ada banyak fase yang harus dilakukan pada tahap kesiapsiagaan, termasuk

membentuk manajemen darurat, menilai bencana, membuat rencana darurat,

mengembangkan sistem peringatan dini, mengidentifikasi sumber daya dan

bantuan, serta membuat kesepakatan saling membantu dan mendidik masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar kesiapsiagaan (Drabek & Hoetmar,

1991).38

a. Kesiapsiagaan merupakan proses yang berkesinambungan, yang tertulis

pada waktu tertentu hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan proses

kesiapsiagaan. Oleh karena itu, harus selalu up-to-date serta harus

mengantisipasi adanya kondisi dan kebutuhan baru dalam perkembangan.

b. Kesiapsiagaan mengurangi ketidaktahuan selama bencana, mencoba

mengecilkan dampak bencana terhadap lingkungan, baik secara fisik

maupun sosial adalah sebuah keniscayaan.

c. Kesiapsiagaan merupakan kegiatan pendidikan, yang harus dilatih dan

disosialisasikan kepada semua elemen sehingga dapat diketahui tindakan

yang harus dilakukan pada saat dan setelah bencana terjadi.

d. Kesiapsiagaan didasarkan pada pengetahuan, mengantisipasi masalah dan

merancang solusi dalam kaitannya dengan bencana dengan akurat karena

berhubungan dengan nyawa manusia di situasi krisis.

e. Kesiapsiagaan menyebabkan timbulnya tindakan yang tepat, sebagai sebuah

cara untuk meningkatkan kecepatan respons ketika bencana terjadi.

f. Resistensi terhadap kesiapsiagaan bencana diberikan, beberapa birokrat

mungkin berpikir bahwa mereka telah mengetahui tindakan yang harus

dilakukan saat bencana terjadi dan pada saat mereka menjalaninya.

g. Perencanaan yang sederhana merupakan sebuah tujuan yang jelas, sebuah

rencana kesiapsiagaan yang sederhana harus dilakukan seefesien mungkin.

38 Drabek, Thomas E. 1991. “Managing the Emergency Response.” Public Administration Review

45:85-92

Page 34: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-34

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

3. Daya Tanggap (Respons)

Respons adalah tindakan yang dilakukan segera sebelum, selama, dan setelah

bencana terjadi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyelamatkan nyawa,

mengurangi kerusakan harta benda, dan meningkatkan pemulihan awal dari insiden

tersebut (Shaluf, 2008).39 Respons meliputi pemberian bantuan atau intervensi

selama atau segera setelah bencana terjadi, serta memenuhi kelestarian hidup dan

kebutuhan hidup dasar masyarakat yang terkena dampak.

Respons tidak hanya meliputi kegiatan pembatasan pada hal-hal, seperti cedera,

hilangnya nyawa, serta kerusakan harta benda, tempat tinggal, dan lingkungan,

tetapi juga mencakup sistem yang dikembangkan untuk mengoordinasikan dan

mendukung upaya- upaya tersebut. Respons juga termasuk menghidupkan kembali

infrastruktur-infrasturktur penting dengan sangat cepat, misalnya membuka

kembali jalur transportasi, pemulihan jaringan komunikasi dan listrik, serta juga

memastikan pendistribusian makanan dan air bersih. Langkah-langkah ini bertujuan

untuk memungkinkan pemulihan dilakukan, mengurangi kondisi cedera lebih lanjut

dan hilangnya nyawa, serta mempercepat kembalinya masyarakat untuk berfungsi

secara normal.

Menurut Bevaola (2014:28) response atau tanggap bencana merupakan

tindakan yang diambil ketika terjadinya bencana untuk mengurangi akibat dari

bencana itu sendiri, mulai dari cedera hingga kerusakan yang dapat dilakukan

melalui peringatan evakuasi dan penyediaan tempat penampungan/shelter.40 Selain

itu menurut buku yang sama juga dikatakan bahwa response merupakan tahapan

yang sangat penting dibandingkan dengan keempat tahapan lainnya.

4. Pemulihan (Recovery)

Kegiatan pemulihan meliputi keputusan dan tindakan yang diambil setelah

bencana dengan maksud untuk memulihkan atau meningkatkan kondisi kehidupan

prabencana dari masyarakat yang terkena dampak. Pada saat yang sama kegiatan

ini mendorong dan memfasilitasi penyesuaian yang diperlukan untuk mengurangi

risiko bencana. Dalam tahap ini dapat dilakukan kegiatan, seperti penilaian

39 Shaluf, Ibrahim M. 2008. Technological disaster stages and management. Disaster and

Management: An International Journal. Vol. 17 (1): 120 40 Kusumasari, Bevaola. (2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.

Yogyakarta: Gava Media.

Page 35: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-35

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

kerusakan, pemindahan puing- puing reruntuhan, dan pendirian pusat-pusat

bantuan bencana.

Aktivitas yang berhubungan dengan pemulihan bencana adalah yang paling

beragam dibandingkan dengan fungsi manajemen bencana lainnya. Lingkup

individu, organisasi, dan kelompok yang terlibat juga lebih besar daripada fungsi

lainnya. Pemulihan bencana telah menarik minat dan perhatian yang besar dari

seluruh masyarakat karena konsekuensi bencana memengaruhi kehidupan

masyarakat.

Proses pemulihan dapat dibagi menjadi kegiatan jangka pendek danjangka

panjang. Tahap pemulihan jangka pendek dilakukan segera setelah peristiwa

bencana terjadi dengan tujuan menstabilkan kehidupan mereka yang terkena

dampak. Pemulihan ini pun dalam rangka mempersiapkan diri mereka untuk

menjalani perjalanan panjang menuju pembangunan kembali kehidupan mereka

setelah bencana. Kegiatan pada tahap ini meliputi penyediaan tempat tinggal

sementara, distribusi makanan dan air, serta pemulihan infrastruktur penting.

Kegiatan pemulihan jangka panjang tidak dimulai sampai fase darurat bencana

berakhir, yaitu di saat masyarakat mulai merehabilitasi dan membangun kembali.

Jenis-jenis pemulihan meliputi bantuan publik, pemulihan ekonomi, pemulihan

perumahan, dan pemulihan budaya.

Pelaksanaan manajemen bencana juga telah menjadi proyek internasional dan

telah menjadi perwujudan Sustainable Development Goals di Indonesia. Diadopsi

dari penyelenggaraan Konferensi Dunia ke-3 di Sendai, Miyagi, Jepang pada

tanggal 14 – 18 Maret 2015 menghasilkan kerangka pengurangan risiko bencana

dengan cara :

1. Mengadadopsi secara ringkas, terfokus, melihat kedepan, dan mengambil

tindakan yang berorientasi pada kerangka pengurangan risiko bencana

pasca 2015

2. Melengkapi penilaian dan review terhadap pelaksanaan Kerangka Aksi

Hyogo 2005 -2015

3. Memanfaatkan pengalaman pelaksanaan Kerangka Aksi Hyogo untuk

menyusun perencanaan pengurangan resiko bencana

Page 36: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-36

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

4. Mengidentifikasi modalitas kerjasama berdasarkan komitmen untuk

menerapkan kerangka kerja pengurangan risiko bencana pasca tahun 2015

5. Menentukan modalitas untuk melakukan review secara periodik terhadap

pelaksanaan kerangka pengurangan risiko bencana pasca tahun 2015

Gambar 1.6. Kerangka Sendai tahun 2015 - 2030

Sumber : Bappenas

Berdasarkan uraian diatas, maka manajemen bencana sangat berpengaruh

dalam prosedur pelaksaan sistem kebencanaan. Penjelasan terkait manajemen

bencana akan memberikan arahan tujuan, target dan prioritas aksi yang harus

dilakukan dalam proses manajemen bencana. Terlebih hal tersebut, sangat

berpengaruh terhadap proses pelaksanaan kebencanaan yang dilakukan oleh Tim

Reaksi Cepat.

Pada penelitian ini, peneliti akan berfokus pada salah satu siklus yakni tanggap

darurat atau response, hal tersebut guna lebih menganalisis lebih dalam terkait

perbandingan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang dalam penanganan tanggap darurat bencana. Berpedoman pada buku

Disaster Management – A Disaster Manager’s Handbook yang ditulis oleh W. Nick

Carter (2008) menjelaskan terkait tanggap darurat sebagai tindakan yang dilakukan

untuk menyelamatkan nyawa, melindungi sarana, dan untuk melakukan

penanganan kerusakan langsung disebabkan oleh bencana.41

41 Carter, W. N. (2008). Disaster Management A Disaster Manager’s Handbook. Asian

Page 37: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-37

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.5.2.2 Karakteristik Tanggap Darurat Bencana

Tanggap darurat memiliki ruang lingkup yang luas, dengan keberhasilan yang

bergantung pada kesiapan yang baik. Carter (2008:233), menyebutkan ada beberapa

karakteristik tertentu yang dapat dilihat dalam upaya melakukan tanggap darurat,

yakni42 :

1. Jenis bencana, sebagai bentuk gambaran awal terkait tindakan yang harus

dilakukan mulai dari aktivasi, mobilisasi, dan upaya pelaksanaan tanggap

darurat.

2. Tingkat keparahan bencana, melihat luasnya bencana yang terjadi

mempengaruhi aspek – aspek seperti kemampuan tanggap darurat bencana

dalam menghadapi masalah, prioritas penanganan tanggap darurat, strategi

yang digunakan dalam menangani dampak, dan syarat bantuan dari pihak

luar.

3. Tindakan yang diambil, melakukan pra-dampak dengan bentuk peringatan

yang dilakukan dengan cara evakuasi, tempat pengungsian, dan tindakan

perlindungan lainnya.

4. Tindakan berkelanjutan, upaya penanganan darurat bencana yang

dilakukan agar memiliki dampak panjang, dengan melibatkan beberapa

faktor yakni kemampuan sumber daya, manajemen, kemandirian

masyarakat, dan bantuan.

5. Identifikasi, melakukan serangkaian analisis dan menyusun strategi

sebelum melakukan tindakan penanganan tanggap darurat, hal ini untuk

mempersiapkan tindakan penanganan tanggap darurat yang terdefinisi

dengan baik dalam menghadapi potensi ancaman.

Penelitian ini akan menjelaskan pertama terkait jenis bencana yang terjadi di

Kota Surabaya dan Kota Semarang dan dapat menganalisis tindakan yang harus

dilakukan mulai dari aktivasi, mobilisasi, dan upaya pelaksanaan tanggap darurat.

Kedua terkait dengan tingkat keparahan bencana, sehingga dapat dilihat

perbandingan kemampuan tanggap darurat bencana Tim Reaksi Cepat Kota

Surabaya dan Kota Semarang dalam menghadapi masalah, prioritas penanganan

Development Bank. Retrieved from https://www.think-

asia.org/bitstream/handle/11540/5035/disaster-management-handbook.pdf?sequence=1 42 Carter, W. N. Op Cit. Hal 223

Page 38: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-38

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

tanggap darurat, strategi yang digunakan dalam menangani dampak, dan syarat

bantuan dari pihak luar. Ketiga yakni dapat melihat tindakan yang diambil oleh Tim

Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang saat melakukan evakuasi, tempat

pengungsian, dan tindakan perlindungan lainnya. Keempat yakni melihat

bagaimana evakuasi, tempat pengungsian, dan tindakan perlindungan lainnya yang

dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang. Kelima yakni

serangkaian analisis dan menyusun strategi sebelum melakukan tindakan

penanganan tanggap darurat Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang.

1.5.2.3 Faktor Tanggap Darurat Bencana

Selain itu, Carter (2008:237) juga menyebutkan bahwa ada beberapa faktor

yang membuat proses tanggap darurat bencana menjadi optimal, yakni informasi

dan sumber daya.43 Kedua komponen tersebut menjadi penting karena nantinya

akan mempengaruhi rencana terbaik, pengaturan manajemen, staf ahli, dan hal lain

yang mempengaruhi. Berikut beberapa syarat utama menurut Carter (2008:237)

agar proses tanggap darurat bencana menjadi optimal,44 yakni :

1. Kesiapsiagaan, upaya proses tanggap darurat bencana menjadi optimal

akan sangat bergantung pada proses kesiapsiagaan. Hal tersebut

mencakup berbagai aspek dari arah kebijakan, perencanaan, organisasi,

dan pelatihan.

2. Kesiapan Sumberdaya Organisasi, yang perlu dilakukan guna

merespons situasi bencana, seringkali diperlukan waktu yang sangat

singkat. Hal ini diperlukan perhitungkan, yakni menyelaraskan

perbedaan dari berbagai persepektif instansi yang terlibat dan waktu

yang digunakan dalam proses tanggap darurat bencana.

3. Peringatan, sangat penting untuk pelaksanaan tanggapan yang berhasil

walaupun ada beberapa kesempatan peringatan sebagai bentuk

peringatan dini agar masyarakat tau hal – hal yang diperlu dihindari.

4. Evakuasi, melakukan sistem evakuasi sesuai protokoler dengan kehati-

hatian untuk melindungi korban bencana.

43 Carter, W. N. Op Cit. Hal 237 44 Carter, W. N. ibid

Page 39: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-39

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

5. Aktivasi Sistem Tanggap Darurat, biasanya perlu ada sistem untuk

mengaktifkan pejabat manajemen bencana dan organisasi sumber daya,

Manfaat pengaturan ini adalah bahwa jika, setelah peringatan awal,

bencana tidak terjadi, aktivasi dapat dibatalkan.

6. Koordinasi, tindakan yang diambil dalam pada pelaksanaan tanggap

tanggap darurat bencana yang sangat penting. Hal ini untuk memastikan

bahwa pihak – pihak yang terlibat telah sesuai dengan seharusnya

dilakukan, sehingga menghindari tumpang tindih tugas operasional.

7. Komunikasi, komunikasi yang baik sangat penting untuk respon yang

optimal, karena akan mempengaruhi semua aspek jika tidak terjadi

komunikasi yang baik.

Dari hal – hal tersebut, jelas bahwasannya tanggap darurat memiliki peranan

yang sangat penting, karena menghadapi dampak awal dari dampak bencana yang

membutuhkan respon cepat dan seefektif mungkin. Sehingga dapat membantu

mengurangi dampak kerugian yang terjadi saat terjadi bencana.

Dari pemaparan hal - hal diatas, dapat digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan penelitian khususnya proses penanganan darurat bencana yang

dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dibandingkan dengan proses

penanganan darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang.

Sehingga penelitian ini nantinya dapat memiliki aspek – aspek yang digunakan

dalam menilai proses penanganan darurat bencana yang dilakukan Tim Reaksi

Cepat Kota Surabaya dibandingkan dengan proses penanganan darurat bencana

yang dilakukan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang.

1.5.3 Hubungan Comparative Public Administration dan Manajemen Bencana

Keberhasilan manajemen bencana yang dilakukan oleh suatu organisasi

pemerintah dapat berpengaruh pada pengelolaan bencana itu sendiri, sehingga

tujuan dari pemerintah dalam menajemen bencana dapat tercapai. Terlebih jika

pengelolaan manajemen suatu organisasi dapat dibandingkan dengan organisasi

lain agar terjadi keseimbangan yang terjaga dan hasil yang maksimal. Dalam

kaitannya dengan bencana, Bevaola (2014:47) mengemukakan bahwa sangat

penting untuk mengidentifikasi demand atau tuntutan dengan kondisi yang dinamis

Page 40: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-40

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

dan berkembang ditengah ketidak pastian peran dan kendala situasional.45 Hal

tersebut menjadi karakteristik lingkungan tanggap bencana dan mengembangkan

sebuah kemampuan manajemen yang diperlukan ketika terjadi bencana. Cigler

(2007) mengemukakan bahwasannya kemampuan sebagai bentuk kapasitas, dan

dalam hal kapastias pemerintah daerah haru memiliki kepasitas keuangan, teknis,

hukum, sumber daya manusia, politik, dan kelembagaan untuk melakukan kegiatan

disemua tahapan rutin kondisi darurat. 46

Manajemen bencana membutuhkan jaringan antarpemerintahan, yaitu antara

pemerintah pusat,provinsi, dan daerah untuk berbagi tanggung jawab, informasi,

keahlian, dan Komunikasi (Kapucu, 2009).47 Upaya yang dilakukan pemerintah

masih sulit untuk dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan tersebut antara lain

yakni jenis bencana yang ada, rendahnya pemahaman terhadap pentingnya

manajemen bencana, adanya resistensi historis terhadap regulasi dan perencanaan,

kurangnya konsitituen administrasi dan politik yang kuat, dan ketidak pastian risiko

dari bencana itu sendiri (Bevaola, 2014:71).48

Melihat pentingnya peningkatan kapasitas dan pemahaman tentang isu – isu

manajemen bencana antar pemerintah, maka penelitian ini digunakan sebagai

bentuk perbandingan antar organisasi pemerintah. Sehingga dalam penelitian ini

dapat diketahui hubungan comparative public administration dan manajemen

bencana antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang yang dapat dilakukan dengan melihat terkait berbagi tanggung jawab,

informasi, keahlian, dan komunikasi antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan

Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Selain itu kedua Tim Reaksi Cepat juga nanti

nya dapat saling mengetahui jenis bencana yang ada, rendahnya pemahaman

terhadap pentingnya manajemen bencana, adanya resistensi historis terhadap

regulasi dan perencanaan, kurangnya konsitituen administrasi dan politik yang kuat,

dan ketidakpastian risiko.

45 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 47 46 Cigler, B.A (2007). The “Big Questions” of Katrina and the 2005 Great Flood of New Orleans.

Public Administration Review, December (Spesial Issue) 47 Kapucu, N. (2009). Public Administration and Cross-Sector Governance in Response to and

Recorvery from Disasters. Administration and Society. 41(7),910-914 48 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 71

Page 41: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-41

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.5.3.1 Pengelolaan Bencana

Diskusi tentang peran penting pemerintah daerah dalam mengelola bencana

dimulai dari literatur bencana pada pertengahan tahun 1950-an. Banyaknya

perhatian baru terhadap manajemen bencana di tingkat pemerintah daerah

disebabkan oleh alasan - alasan berikut ini. Pertama, manajemen bencana

diimplementasikan oleh pemerintah daerah (Perry & Mushkatel, 1984 dalam

Bevaola, 2014). Kedua, adanya pemahaman yang berkembang bahwa pemerintah

daerah memainkan peran yang paling aktif dalam operasi darurat bencana (Herman,

1982; Labadie, 1984 dalam Bevaola, 2014). Ketiga, adanya pergeseran pelimpahan

kekuasaan dan wewenang dari pemerintah pusat oleh pemerintah daerah

bergantung pada manajemen command-and-control (perintah dan kontrol) yang

mengikuti pendekatan terstruktur (Neal & Phillips,1995 dalam Bevaola, 2014).49

Birokrasi di tingkat daerah dirancang untuk menerima desentralisasi

tanggung jawab dari pemerintah pusat dengan fokus pada tujuan jangka pendek

serta menciptakan peran dan fungsi kerja yang khusus. Di sisi lain, untuk memiliki

kemampuan mengatasi bencana, birokrasi harus mengadopsi model manajemen

holistik yang didukung dengan pembelajaran secara terus - menerus, adaptasi

terhadap perubahan, memiliki fokus jangka panjang, kecilnya tingkat kesalahan,

serta kemampuan yang tinggi untuk menggabungkan informasi dan pembelajaran

baru (Takeda & Helms, 2006). 50

Menurut Solway (2004), tujuan pemerintah daerah dalam pengelolaan

bencana meliputi hal-hal berikut ini51 :

1. Mengidentifikasi orang dan wilayah yang rentan bencana dalam lingkup

kabupaten

2. Memastikan bahwa semua anggota masyarakat menyadari potensi

dampak bencana alam

3. Membagikan saran dan panduan praktik yang baik kepada masyarakat

untuk mitigasi bencana

49 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 60 50 Takeda, M. B., & Helms, M. M. (2006). Bureucracy, Meet Catastrophe: Analysis of Hurricance

Katrina Relief Effort and Their Implication for Emergency Response Governance. International

Journal of Public Sector Management, I 9 (4) 51 Solway, L. (2004). Reducing the Effect of Natural Hazzards on Urban Areas. In R. Casale & C.

Margottini (Eds.), Natural Disaster and Sustainable Development. Berlin: Springer

Page 42: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-42

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

4. Menjaga hubungan dengan para pejabat yang bertanggung jawab dalam

perencanaan, kesehatan, dan kesejahteraan dengan mengeluarkan

peringatan atau sistem pengendalian massa dan kebakaran

5. Memastikan bahwa anggota masyarakat menerima pelatihan first aid

atau pertolongan pertama yang sesuai

6. Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran masyarakat melalui

kegiatan yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah setempat

7. Mengidentifikasi rute evakuasi dan lokasi tempat yang aman serta lokasi

pengungsi

Bencana dapat menciptakan kondisi krisis bagi pemerintah daerah karena

harus menghadapi ketidakpastian. Hal ini disebabkan oleh sistem pemerintah

daerah yang mungkin tidak sesuai dengan paradigma yang ada saat ini yang

menyatakan bahwa bencana sebagai produk alam. Untuk menghadapi kejadian

tidak terduga, sistem harus disiapkan dalam penanganan krisis. Singkatnya,

pemerintah daerah perlu menghasilkan sebuah rencana perubahan dan adaptasi

yang cepat. Namun kebanyakan respons bencana yang dilakukan oleh pemerintah

daerah bergantung pada manajemen command-and-control (perintah dan kontrol)

yang mengikuti pendekatan terstruktur (Neal & Phillips, 1995 dalam Bevaola

2014)52.

Birokrasi di tingkat daerah dirancang untuk menerima desentralisasi

tanggung jawab dari pemerintah pusat dengan fokus pada tujuan jangka pendek

serta menciptakan peran dan fungsi kerja yang khusus. Di sisi lain, untuk memiliki

kemampuan mengatasi bencana, birokrasi harus mengadopsi model manajemen

holistik yang didukung dengan pembelajaran secara terus-menerus, adaptasi

terhadap perubahan, memiliki fokus jangka panjang, kecilnya tingkat kesalahan,

serta kemampuan yang tinggi untuk menggabungkan informasi dan pembelajaran

baru (Takeda & Helms, 2006).53 Secara tradisional, unsur-unsur penting dari sistem

manajemen birokrasi adalah fokus pada aturan dan pelaksanaannya secara formal,

yang keduanya lebih menekankan pada proses daripada hasil. Takeda dan Helms

(2006) berpendapat bahwa kegagalan pendekatan birokratis dihasilkan dari

52 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 63 53 Takeda dan Helms. (2006). Op Cit. Hal 399

Page 43: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-43

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

kombinasi pengetahuan desentralisasi dengan pengambilan keputusan yang

terpusat, dan cenderung mengabaikan informasi dari luar.54 Sistem manajemen

birokrasi tergantung pada pembuatan keputusan secara kelompok karena perannya

diformalkan dan informasinya dikodifikasi. Selain itu, pendekatan ini dapat

mengakibatkan adanya upaya mempertahankan orang-orang yang memiliki

keahlian yang terbatas.

Sehingga peran penting pemerintah daerah khususnya Tim Reaksi Cepat

dalam mengelola bencana, hal ini karena birokrasi di tingkat daerah dirancang

untuk menerima desentralisasi tanggung jawab dari pemerintah pusat dengan fokus

pada tujuan jangka pendek serta menciptakan peran dan fungsi kerja yang khusus.

Sebagaimana tujuan pemerintah daerah dalam pengelolaan bencana yang meliputi

hal-hal identifikasi orang dan wilayah yang rentan bencana dalam lingkup

kabupaten, potensi dampak bencana alam, membagikan saran dan panduan praktik

yang baik, menjaga hubungan dengan para pejabat yang bertanggung jawab dalam

perencanaan, kesehatan, dan kesejahteraan, memastikan bahwa anggota masyarakat

menerima pelatihan first aid atau pertolongan pertama yang sesuai, melaksanakan

program pendidikan dan penyadaran masyarakat, serta mengidentifikasi rute

evakuasi dan lokasi tempat yang aman serta lokasi pengungsi. Hal – hal tersebut

dapat dilihat jika sudah ada pembanding antar instansi satu dengan lainnya. Maka

dari itu penelitian ini digunakan sebagai perbandingan antara Tim Reaksi Cepat

Kota Surabaya dan Kota Semarang dalam penanganan tanggap bencana.

1.5.3.2 Faktor Mengelola Bencana

Menurut Bevaola (2014:32) banyak ahli kebancanaan mencoba menentukan

beberapa faktor penting dalam mengelola bencana.55 Berikut merupakan faktor

penentu keberhasilan Manajemen Bencana :

Tabel 1.6 Faktor Penentu Keberhasilan Manajemen Bencana

Indikator Penjelasan

Pengaturan

kelembagaan (Moe &

Pathranarakul, 2006)

Pengaturan kelembagaan merupakan faktor penting

dalam keberhasilan manajemen bencana, yang utama

pada kondisi ketika pemerintah yang bertanggungjawab

tidak memiliki otoritas sehingga dapat menyebabkan

54 Takeda dan Helms. (2006). Op Cit Hal 400 55 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 32

Page 44: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-44

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

ambiguitas distribusi kekuasaan dan penundaan

pembuatan keputusan, terutama dalam hal bantuan

darurat dan rehabilitasi.

Koordinasi dan

kolaborasi

(Charoenngam &

Leungbootnak, 2005)

Terdapat lima level yang berbeda dari setiap koordinasi

dan kolaborasi diantara pemangku kepentingan utama.

Undang – undang dan

peraturan yang

mendukung

(Tingsanchali, 2005)

Undang – undang dan peraturan yang mendukung

berdampak positif pada keberhasilan kebijakan

manajemen bencana. Sehingga undang – undang dan

peraturan harus ditetapkan dan diberlakukan untuk

menciptakan lingkungan yang kondusif dalam

manajemen bencana.

Sistem manajemen

informasi yang efektif

(Charoenngam &

Leungbootnak,2005)

Adanya informasi memainkan peran yang sangat

penting dalam perencanaan, peringatan dini,

rehabilitasi, dan rekonstruksi. Oleh karenanya, sistem

manajemen informasi yang efektif dan penyebaran

informasi penting antara para pemangku kepentingan

guna pencapaian hasil manajemen bencana.

Kompetensi manajer

dan anggota tim

(Newport & Jawahar,

2003)

Kesiapsiagaan bencana tidak akan dilaksanakan tanpa

partisipasi dari masyarakat rentan yang menjadi

sasaran. Oleh karenanya, pelaksanaan kebijakan

seharusnya tidak menjadi tanggung jawab pengelola

secara individu. Masyarakat yang berada di daerah

rawan bencana berhak mendapat pelatihan, pada saat

yang sama pemerintah juga dapat menyediakan tenaga

ahli dengan tingkat kompetensi yang tinggi untuk

melatih masyarakat.

Konsultasi yang

efektif dengan para

pemangku

kepentingan utama

dan penerima manfaat

yang menjadi sasaran

(Moe &

Pathranarakul, 2006)

Partisipasi dari semua pemangku kepentingan sangat

penting untuk merumuskan strategi dan rencana aksi

yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

Mekanisme

komunikasi yang

efektif (Turner &

Muller, 2004)

Komunikasi yang efektif digambarkan sebagai

hubungan kerja kolaboratif antara berbagai pemangku

kepentingan merupakan factor utama keberhasilan

selain keahlian staf pemerintahan.

Tujuan dan komitmen

didefinisikan secara

jelas oleh para

pemangku

kepentingan

utama (Diallo &

Thuillier, 2004;

Youker, 1999)

Tujuan harus didefinisikan secara jelas serta pemangku

kepentingan utama harus membuat kesepakatan dan

komitmen untuk melaksanakan tujuan tersebut. Tujuan

dapat diperoleh dari pengalaman bencana sebelumnya

yang menjadi pelajaran penting untuk menciptakan

kebijakan yang baik.

Page 45: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-45

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Manajemen logistik

yang efektif (Perry,

2007)

Manajemen logistik yang efektif berhubungan dengan

manusia, keahlian, dan teknologi yang diperlukan

dalam semua fase bencana: sebelum, selama, dan

sesudah terjadinya bencana. Sering ditemukan bahwa

permasalahan transportasi berakar dari hambatan

transportasi, kurangnya koordinasi terhadap bantuan

pekerjaan yang berbeda, dan buruknya infrastruktur

transportasi nasional.

Mobilisasi dan

penyaluran sumber

daya yang memadai

(Diallo & Thuillier,

2004; Youker, 1 999)

Sebuah proses perencanaan sumber daya menentukan

apa saja yang termasuk sebagai sumber daya (manusia,

peralatan, dan material) yang dibutuhkan dan dalam

jumlah seberapa besar untuk dapat melaksanakan

kegiatan yang diperlukan

Sumber: diadaptasi dari Charoenngam & Leungbootnak, 2005; Diallo & Thuillier,

2004; Moe & Pathranarakul, 2006; Newport & Jawahar, 2003; Perry, 2007; Turner

& Muller, 2004; Youker, 1999)

Selain itu, Quarantelli (1997 dalam Bevaola, 2014) juga memberikan

sepuluh kriteria manajemen bencana yang baik berdasarkan hasil penelitian empiris

yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial selama empat puluh tahun terakhir.56

Tabel 1.7 Kriteria Manajemen Bencana yang Baik

Kriteria Indikator Penjelasan

1. Mengenali

dengan benar

perbedaan antara

agent-and

response-

generated needs

and demands

Mobilisasi personil dan

sumber daya secara

efektif

Pembagian tugas dan

pembagian kerja yang

sesuai

Memadainya arus

informasi

Banyaknya pengambilan

keputusan

Agent-generated demand

atau suatu kondisi yang

menyebabkan adanya

tuntutan, seperti gempa bumi

dapat menyebabkan adanya

kebutuhan terhadap benda-

benda, seperti tenda sebagai

tempat tinggal sementara.

response-generated demand

atau respon dari tuntutan

dihasilkan dari berbagai

usaha yang dilakukan oleh

organisasi yang merespons

untuk mengelola bencana

masyarakat

2. Menjalankan

fungsi umum

secara memadai

Fungsi telah diketahui

dari awal

Fungsi dijalankan tanpa

ada banyak masalah

Fungsi umum merujuk pada

kegiatan yang dapat berguna

dalam berbagai kegiatan

bencana dan dapat

disesuaikan dengan tuntutan

situasi, seperti peringatan,

evakuasi, perlindungan,

56 Kusumasari, Bevaola. (2014). Op Cit. Hal 34

Page 46: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-46

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Korban bencana merasa

puas dengan fungsi yang

disediakan

perawatan medis darurat,

pencarian dan

penyelamatan, serta

perlindungan harta benda

3. Memobilisasi

personil dan

sumber daya

secara efektif

Siapa yang akan

menggunaka

sukarelawan/personil

yang ada?

Ke mana mereka akan

dikirim/ ditempatkan?

Bagaimana pengawasan

mereka?

Kapan mereka akan

diberdayakan?

Efektif berarti hasil yang

diinginkan dan diharapkan

telah tercapai

4. Menghasilkan

perwakilan tugas

pembagian kerja

yang sesuai

Mampu memobilisasi

sumber daya tambahan

yang tidak ada dalam

tanggung jawab normal,

seperti pencarian dan

penyelamatan korban

dalam skala besar,

penanganan korban

massal, dll.

Mampu mengubah pola

pengambilan keputusan

yang telah ada

Hubungan otoritas dan

jalur arus informasi

Tepat berarti semua tugas

yang diperlukan

dilaksanakan secara relative

cepat dengan hanya terdapat

beberapa masalah

5. Pengelolahan

informasi yang

cukup

Organisasi dan/atau

warga negara

mendapatkan informasi

yang dibutuhkan

Aliran informasi dalam

setiap organisasi yang

memberi respons,

antarorganisasi, dari

warga negara ke

organisasi, dan dari

organisasi ke warga

negara

Arus informasi menekankan

pada apa yang

dikomunikasikan, bukan

bagaimana komunikasi

terjadi

6. Pelaksanaan

pengambilan

keputusan yang

tepat

Menentukan otoritas

dalam organisasi untuk

membuat keputusan

Menentukan tanggung

jawab kelompok yang

muncul secara tiba-tiba

Pengambilan keputusan

yang tepat diperlukan ketika

pejabat dengan informasi

yang tepat tentang suatu hal

penting secara fisik tidak

selalu mampu bekerja di luar

kegiatan rutin

Page 47: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-47

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

7. Membangun

koordinasi secara

keseluruhan

Adanya pembagian peran

yang jelas sehingga

individu atau organisasi

tertentu dapat

mengendalikan situasi

tertentu

Koordinasi adalah

menginformasikan kepada

organisasi atau kelompok

lain tentang tindakan yang

akan mereka lakukan

8. Memadukan

perilaku

organisasi yang

telah ada dan

yang baru muncul

Menentukan tujuan bagi

pejabat yang ingin

memfasilitasi beberapa

jenis kondisi darurat

Memfasilitasi relawan

yang tiba –tiba muncul

Setiap bencana akan ditandai

dengan hadirnya secara tiba-

tiba kelompok dan perilaku

yang harus disesuaikan

dengan semua kegiatan yang

relevan

9. Menyediakan

laporan yang

sesuai untuk

media berita

Adanya interaksi kerja

sama antara pejabat

organisasi dan

masyarakat serta

perwakilan media

Warga negara

memercayai media yang

memberikan informasi

yang akurat

Manajemen bencana yang

baik harus mendorong

pengembangan pola

bermanfaat bagi organisasi,

media hubungan yang dapat

diterima dan massa, dan

khususnya adalah warga

negara

10. Memiliki

Emergency

Operations

Center (EOC)

atau Pusat

Operasi Darurat

(POD) yang

berfungsi

dengan baik

Memfasilitasi arus

informasi yang

diperlakukan untuk

kegiatan koordinasi,

seperti penyediaan

komunikasi, computer,

dan ruang kerja yang

memadai

Personil penghubung

harus memiliki

pengetahuan

Memiliki tanggung

jawab pengambilan

keputusan tertentu

EOC berfungsi sebagai pusat

koordinasi serta EOC

merupakan fungsi, tempat,

dan struktur

Sumber : Quarantelli (1997 dalam Bevaola, 2014)

Faktor penting dalam mengelola bencana merupakan bagian dari

manajemen bencana, yang dapat dilihat dengan beberapa faktor penentu

keberhasilan dan kriteria manajemen yang baik. Faktor penting dalam mengelola

bencana menjadi sarana yang sebagai bentuk perbandingan yang dapat dilakukan

antar organisasi, dalam hal ini perbandingan antara Tim Reaksi Cepat Kota

Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang dalam penanganan tanggap darurat

bencana. Faktor penentu keberhasilan yang dapat dilihat dari pengaturan

kelembagaan, koordinasi dan kolaborasi, Undang – undang dan peraturan yang

Page 48: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-48

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

mendukung, sistem manajemen informasi yang efektif, kompetensi manajer dan

anggota tim, konsultasi yang efektif dengan para pemangku kepentingan utama dan

penerima manfaat yang menjadi sasaran, mekanisme komunikasi yang efektif,

tujuan dan komitmen didefinisikan secara jelas oleh para pemangku kepentingan

utama, manajemen logistik yang efektif, mobilisasi dan penyaluran sumber daya

yang memadai dari Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang.

Selain itu hubungan antara Comparative Public Administration dengan

manajemen bencana juga dapat ditelisik dengan menggunakan sepuluh kriteria

yang baik dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana mulai dari Mengenali

dengan benar perbedaan antara agent-and response-generated needs and demands

hingga memiliki Emergency Operations Center (EOC) atau Pusat Operasi Darurat

(POD) yang berfungsi dengan baik. Sehingga nanti nya dapat mudah dianalisis

terkait perbandingan penanganan tanggap darurat bencana yang dilakukan oleh Tim

Reaksi Cepat Kota Surabaya dibandingkan dengan tanggap darurat bencana yang

dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat Kota Semarang.

1.6 Definisi Konsep

Konsep merupakan suatu instrument yang penting dalam sebuah penelitian.

Konsep merupakan suatu fenomena atau gejala yang menjadi perhatian dalam

penelitian. Berdasarkan pemaparan dalam sub sebelumnya, maka pelbagai konsep

yang relevan dalam penelitian ini yakni :

1. Perbandingan Administrasi Negara / Comparative Public Adminsitration

Sebuah cara untuk membandingkan dua hal atau lebih, yang berkaitan dengan

budaya dan pengaturan yang berbeda, fitur atau karakteristiknya sama atau

berbeda. Hal tersebut digunakan sebagai cara perbangingan untuk mengetahui

"penyebab" atau "alasan".

2. Marthur’s Model

Tahapan pada proses penelitian perbandingan dengan melakukan analisis pada

subjek penelitian, diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor geografis,

sosio-ekonomi dan politik tertentu yang menghadirkan latar belakang yang

Page 49: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-49

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

berbeda. Sehingga nantinya dapat diketahui secara mendalam penyebab

terjadinya perbedaan kedua organisasi

3. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan representasi dari

pemerintah kabupaten/kota yang memiliki tugas dan fungsi dalam proses

manajemen bencana, memiliki perintah akan pelaksanaan tanggap darurat

bencana yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat

4. Tim Reaksi Cepat

Pelaksana kewenangan yang berada dibawah naungan BPBD, melakukan

kegiatan secara cepat dan tanggap pada saat terrjadinnya bencana dengan

memberikan dukungan dan pendampingan dalam melakukan proses

penanganan darurat bencana.

5. Bencana

Sebuah kejadian yang ditimbulkan baik dari alam, non alam, maupun sosial

yang memberikan dampak kerugian secara general. Kerugian yang ditimbulkan

berdampak pada ekonomi, sosial, politik, dan juga stabilitas yang lain.

Sehingga memerlukan tindakan representatif ketika terjadi nya bencana.

6. Manajemen bencana

Tahapan – tahapan berupa strategi yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah

terjadinya bencana. Tahapan tersebut dilakukan guna mencegah terjadi nya

bencana, melakukan aksi tanggap saat terjadi bencana, dan melakukan

perbaikan pasca terjadinya bencana.

7. Penanganan tanggap darurat bencana

Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,

prasarana dan sarana.

8. Tanggap darurat / Response

Tanggapan, reaksi, dan jawaban ketika terjadinya bencana yang dilakukan oleh

Tim Reaksi Cepat. Hal ini terjadi tepat saat terjadi bencana, tindakan yang

Page 50: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-50

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

dilakukan berupa adanya perlindungan maupun evakuasi yang dilakukan oleh

Tim Reaksi Cepat.

9. Pengelolaan Bencana

Kemampuan dalam mengatasi bencana yang terjadi didukung dengan

peningkatan kualitas dan kemampuan, adaptasi terhadap perubahan, dan

memiliki fokus jangka panjang.

10. Faktor Mengelola Bencana

Keadaan atau peristiwa yang mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan bencana

yang terdiri dari pengaturan kelembagaan koordinasi dan kolaborasi, undang

– undang dan peraturan, sistem manajemen informasi, dan kompetensi SDM.

11. Pengaturan kelembagaan

Sebuah pola yang diciptakan atau dibentuk oleh lembaga dalam menjalankan

pelaksanaan kelembagaan yang ditandai dengan adanya struktur organisasi

maupun tugas dan fungsi dari masing – masing bagian.

12. Koordinasi dan Kolaborasi

Tindakan yang diambil dalam pada pelaksanaan tanggap tanggap darurat

bencana yang sangat penting. Hal ini untuk memastikan bahwa pihak – pihak

yang terlibat telah sesuai dengan seharusnya dilakukan, sehingga menghindari

tumpang tindih tugas operasional.

13. Undang – Undang dan Peraturan

Landasan yang digunakan maupun dicipatakan sebagai dasar aturan dan

pelaksanaan dalam mewujudkan tujuan organisasi. Landasan tersebut berasal

baik dari dalam organisasi maupun luar organisasi yang memberikan payung

hukum pelaksanaan organisasi.

14. Sistem Manajemen Informasi

Pola pengaturan yang dibentuk sebuah organisasi dalam memberikan sebuah

informasi dan menyediakan pelayanan penampungan informasi, guna

memudahkan komunikasi ketika terjadi sebuah bencana.

15. Kompetensi SDM

Kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing anggota dalam sebuah

organisasi yang dapat dilihat dari kinerja pada pelaksanaan tujuan organisasi.

Page 51: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-51

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu pra syarat yang harus dilakukan dalam

penelitian untuk mengungkapkan sebuah fenomena yang ada. Metode penelitian

dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh kebenaran atas asas gejala yang ada

pada masyarakat. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, peneliti

berusaha untuk mengetahui dan memperoleh pemahaman mengenai fenomena

konstruksi sosial yang terjadi antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota

Semarang dalam penanganan tanggap darurat bencana. Oleh sebab itu, metode

penlitian yang digunakan yakni metode penelitian kualitatif.

Menurut Neuman, Lawrencse W (2017:23) metode penelitian kualitatif

memiliki fokus pada proses yang interaktif, adanya konstruksi maksa kebudayaan

serta realitas sosial, kebenaran dan juga faktor utama, yang dihadirkan secara

eksplisit, dengan data dan teori yang menyatu.57s

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif

dan teknik analisis data komparatif. Dimana dalam metode penelitian ini yang

menjadi fokus utama adalah memperoleh pemahaman atas tindakan dan makna

gejala sosial dalam sudut pandang subyek penelitian. Alasan peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif adalah sifat masalah yang diteliti, dimana penelitian ini

berupaya mengungkap dan memahami sesuatu makna dibalik fenomena dalam

suatu konteks khusus, yaitu mengenai manajemen penanggulangan bencana di Kota

Surabaya dan Kota Semarang.

1.7.1 Tipe Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan pada penelitian ini, maka tipe

penelitian yang digunakan yakni tipe penelitian deskriptif, karena tujuan penelitian

ini adalah untuk mendeskripsikan fenomena konstruksi sosial yang terjadi antara

Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang dalam penanganan tanggap

darurat bencana. Seperti yang dijelaskan (Neuman, 2017). Penelitian deskriptif

dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,

57 Neuman, W. L. (2017). Metode Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi

Ketu). Jakarta: PT Indeks.

Page 52: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-52

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta

yang tampak atau sebagai mana adanya.58 Dalam hal ini, peneliti mencoba

menjelaskan mengenai Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang

dalam penanganan tanggap darurat bencana.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

dilakukan. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive

yang ditentukan sesuai kesamaan bahwasannya Kota Surabaya dan Kota Semarang

memiliki luas wilayah yang hampir sama, namun mengenai jumlah penduduk dan

kepadatan penduduk sedikit berbeda mengingat Kota Surabaya merupakan kota

metropolitan kedua setelah ibu kota Jakarta. Alasan peneliti memilih kedua lokasi

penelitian tersebut, karena kedua kota memiliki karakterisitik yang hampir sama.

Kota Surabaya dan Kota Semarang memiliki letak geografis, karakter awal kota,

dominasi kegiatan ekonomi, dan status administratif yang sama. Namun, dalam

kebijakan penanganan darurat bencana berbeda penerapannya. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya Tim Reaksi Cepat yang memiliki cara berbeda dalam

melaksanakan tugas tanggap bencana di masing – masing kota.

Adanya pertimbangan – pertimbangan tersebut, maka berikut institusi yang

akan menjadi lokasi penelitian :

1. Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya, yang dinaungi oleh Badan

Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya

Alamat : Jl. Tambaksari 11, Tambaksari, Kec. Tambaksari, Kota SBY,

Jawa Timur 60136

2. Tim Reaksi Cepat Kota Semarang, yang dinaungi oleh Badan

Penanggulangan Bencana Kota Semarang

Alamat : Kompleks Terminal Penggaron, Jl. Brigjen Sudiarto No.KM.

11, Penggaron Kidul, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah

50194

58 Neuman, W. L. (2017). Metode Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi

Ketu). Jakarta: PT Indeks.

Page 53: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-53

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

1.7.3 Teknik Penentuan Informan

Pada penelitian kualitatif yang paling utama yakni adanya cakupan terkait

informasi yang bersumber dari informan. Teknik penentuan informan sendiri

menjadi aspek penting karena informasi yang didapat dari informan sangat

berkaitan dengan permasalahan penelitian dan jawaban atas rumusan masalah yang

ada. Dalam penelitian ini, teknik penentuan informan dilakukan dengan teknik

purposive dengan ketentuan informan yang dipilih merupakan pihak yang dianggap

paling mengetahui dan memahami terkait permasalahan penelitian tentang

pelaksanaan penanganan darurat bencana dan kinerja Tim Reaksi Cepat Kota

Surabaya dan Kota Semarang. Informan yang rencana dipilih yakni

1. Kepala Sub Bidang Kedaruratan BPBLinmas Kota Surabaya yaitu Bapak

Arif Sunandar, S.Sos

2. Kepala Seksi Logistik BPBD Kota Semarang yaitu Bapak Ngafi

Kurniawan, S.E.

3. Koordinator Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya atau Kepala Rayon Pusat

Tim Reaksi Cepat BPBLinmas Kota Surabaya yaitu Bapak Khoirul Amin

4. Kasubag Perencanaan dan Evaluasi BPBD Kota Semarang yaitu Ibu Rita

Muflikatun Nu’amah

5. Anggota Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya yaitu Mbak Khamisa

6. Anggota Tim Reaksi Cepat Kota Semarang yaitu Mas Salman

Dari beberapa informan diatas yang telah dipilih, maka peneliti mendapatkan

informasi terkait penanganan tanggap darurat bencana yang dilaksanakan Tim

Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Selain itu

peniliti mendapatkan data – data pendukug yang diperoleh dari berbagai sumber

mulai dari studi dokumen hingga observasi.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam menjawab rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, diperlukan

data yang relevan terkait dengan pelaksanaan penanganan darurat bencana dan

kinerja Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang. Data sangatlah

diperlukan dalam proses penelitian ini nantinya, karena dengan data yang ada dapat

dilakukan perbandingan antar kedua unit yang menjadi objek penelitian. Adanya

Page 54: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-54

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

data yang nantinya akan diperoleh, mampu untuk mengetahui fenomena yang

terjadi dan kemudian dapat dianalisis menggunakan teori yang sesuai dengan

permasalahan yang telah ditemukan. Selain itu dalam penelitian studi komparatif

menurut Neuman (2017:219), terdapat beberapa data yang diperlukan yakni catatan

sejarah, peta, foto, informasi resmi, dan wawancara.59

a. Catatan sejarah, didapatkan dari dokumen yang menjadi saksi tumbuh dan

berkembangnya unit penelitian. Pada penelitian ini, data – data yang diperoleh

yakni bersumber dari BPBLinmas Kota Surabaya dan BPBD Kota Semarang

berupa dokumen regulasi meliputi Peraturan Walikota, Renstra, Renja, Lakip,

SK, SOP.

b. Peta, gambaran lokasi yang tertuang sebagai bentuk nyata dari unit yang

menjadi fokus penelitian. Pada penelitian ini, peta yang didapatkan berupa peta

bencana yang menunjukkan daerah – daerah rawan bencana di Kota Surabaya

dan Kota Semarang.

c. Foto, informasi yang didapatkan dari adanya dokumentasi yang dilakukan di

unit penelitian. Dokumentasi didapatkan oleh peneliti secara langsung dari

narasumber saat melakukan proses pelakasanaan tanggap darurat bencana.

d. Informasi statistik resmi, adanya data resmi yang telah dirilis dan memperkuat

atau menyatakan kondisi unit penelitian. Pada penelitian ini, informasi statistic

resmi didapatkan melalui website resmi milik BPBLinmas Kota Surabaya dan

BPBD Kota Semarang.

e. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan sabagai

bentuk interaksi dengan pihak informan yang mengetahui secara detail terkait

fokus penelitian. Dari hasil wawancara juga mampu untuk menghimpun

informasi dalam bentuk percakapan dengan maksud tertentu. Data atau

infromasi pada penelitian ini secara garis besar berkaitan dengan penanganan

tanggap darurat bencana Kota Surabaya dan Kota Semarang.

Selain itu pada kontenks penelitian ini, data atau informasi yang dikumpulkan

melalui observasi langsung adalah informasi terkait penanganan darurat bencana

oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Data

59 Neuman, W. L. (2017). Op Cit. Hal 219

Page 55: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-55

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

yang dikumpulkan juga berdasarkan pedoman yang ditelah peniliti tentukan

sebelumnya, diantara nya mencakup :

Strategi Badan Penanggulangan Bencana yang dilaksanakan oleh Tim Reaksi

Cepat dalam melakukan penanganan darurat bencana di Kota Surabaya dan

Kota Semarang

Proses pelaksanaan darurat bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana

yang dilaksanakan dalam hal ini Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota

Semarang

1.7.5 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, dituliskan terkait teknik keabsahan data karena

membutuhkan pembuktian berupa derajat kepercayaan data yang nantinya dapat

dipertanggungjawabkan. Hal ini digunakan pada penelitian kualitatif untuk

membuktikan data agar semua nya dapat dipercaya, yang disebut dengan keabsahan

data. Teknik keabsahan data yang digunakan yakni menggunakan teknik triangulasi

data.

Menurut Neuman (2017:186) triangulasi atau penyetigaan adalah teknik yang

dapat meningkatkan keakuratan dengan melihat berbagai sudut pandang.

Triangulasi merupakan cara untuk menghialngkan perbedaan persepektifdalam

proses pengumpulan data.60 Dengan adanya triangulasi, maka peneliti dapat

melakukan cek ulang terkait penemuan dengan beberapa hal yang dapat

dibandingkan dengan sumber/pengamat, metode, dan teori.

Sesuai dengan pendapat Neuman (2017:187) membagi triangulasi menjadi 3,

yakni triangulasi pengamat, triangulasi teori, dan triangulasi metode.61

a. Triangulasi pengamat, merupakan bentuk penggabungan yang dapat dilihat dan

dialami oleh berbagai pengamat yang akan menghasilkan gambaran yang lebih

lengkap, daripada hanya dialami oleh satu pengamat saja. Yang dimaksudkan

pengamat disini merupakan orang yang menjadi sumber wawancara ataupun

pengamat berbagai perilaku dan peristiwa dalam fokus penelitian.

60 Neuman, W. L. (2017). Op Cit. Hal 186 61 Neuman, W. L. (2017). Op Cit. Hal 187

Page 56: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-56

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

b. Triangulasi teori, membutuhkan penggunaan perspektif teoritis majemuk guna

merencakan penelitian ataupun menginterpretasikan data, karena setiap teori

memiliki asumsi dan konsep yang berbeda-beda. Adanya triangulasi teori

membantu peneliti, karena setiap perspektif dalam teori mengidentifikasikan

sebuah data yang relevan, dengan menyediakan serangkaian konsep, membantu

dalam menafsirkan arti serta signifikansi data.

c. Triangulasi metode, merupakan bentuk pengembangan keahlian peneliti yang

menggabungkan berbagai metode agar lebih komperehensif.

Dalam penelitian ini, hal – hal diatas dicapai dengan cara :

Membandingkan data dari dokumen tertulis dengan wawancara. Peneliti

membandingkan informasi yang dihasilkan dari wawancara mengenai pelaksanaan

tanggap darurat bencana oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi

Cepat Kota Semarang dengan dokumen – dokumen pendukung yang sesuai. Selain

itu membandingkan data hasil wawancara mendalam dari berbagai informan yang

berbeda. Dalam penelitian ini, membendingkan data hasil wawancara mendalam

dari berbagai informan yang berbeda terkait dengan pelaksanaan tanggap darurat

bencana oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota

Semarang dari sudut pandang pihak BPBLinmas Kota Surabaya dan BPBD Kota

Semarang.

1.7.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggambarkan terkait teknik keabsahan data diperoleh

dari berbagai sumber dengan adanya catatan sejarah, peta, foto, informasi statistik

resmi, dan juga wawancara. Setelah memperoleh data dan informasi maka langkah

selanjutnya dilakukan analisis data dan informasi yang kemudian dilakukan

penarikan kesimpulan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik analisis

data penelitian komparatif untuk membandingkan manajemen bencana yang

berfokus pada Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang, yang mana

berfokus pada persamaan dan perbedaan antar unit yang mengungkap berbagai

aspek kehidupan sosial yang beroperasi pada seluruh unit (Neuman, 2017:535).

Page 57: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-57

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Kekuatan dari penelitian komparatif ini juga diungkapkan oleh Neuman

(2017:535) merupakan kemampuan untuk menyingkirkan dan/ atau menawarkan

sebuah penjelasan alternatif dalam sebuah hubungan kausal. Dalam penelitian

kualitatif sendiri terdapat empat jenis.62 Yakni (1) Penelitian Komparatif Studi-

Kasus, yang digunakan untuk membandingkan masyarakat atau unit tetapi tidak

membuat generalisasi secara luas, (2) Penelitian Konteks Budaya, yakni

menggantikan studi kasus sebagai jenis masyarakat atau unit dengan konteks

budaya, (3) Penelitian Lintas Negara, dengan unit analisis negara yang melibatkan

banyak negara tanpa menyebut namanya, dan (4) Penelitian Transformasional, yang

menggunakan unit multi-bangsa dengan fokus hubungan antar blok negara.

Pada penelitian ini lebih berfokus pada penelitian komparatif studi kasus di

antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang yang menangani

darurat bencana. Komparatif studi dapat menentukan penyebab, efek, atau

konsekuensi yang ada diantara dua kelompok. Penelitian ini diawali dengan

mencatat perbedaan diantara dua kelompok, dan selanjutnya mencari kemungkinan

penyebab, efek, atau konsekuensi. Selain itu pendekatan kualitatif juga sangat

mendukung studi komparatif antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Kota

Semarang.

Dalam penelitian ini peneliti juga akan membandingkan antara Tim Reaksi

Cepat Kota Surabaya dan Kota Semarang dengan mengungkapkan :

1. Perbandingan strategi penanganan darurat bencana antara BPBLinmas

Kota Surabaya dan BPBD Kota Semarang

2. Perbandingan metode pelaksanaan penanganan darurat bencana antara

BPBLinmas Kota Surabaya dan BPBD Kota Semarang

3. Perbandingan kinerja antara Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim

Reaksi Cepat Kota Semarang

4. Membandingkan proses tanggap darurat bencana yang dilakukan antara

Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang

Sehingga dapat diketahui proses penanganan tanggap darurat bencana dari

kedua kota, yakni Kota Surabaya dan Semarang berdasarkan perbandingan antara

item – item diatas. Dalam penelitian ini diporoleh gambaran tentang pelaksanaan

62 Neuman, W. L. (2017). Op Cit. Hal 535

Page 58: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-58

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

proses penanganan tanggap darurat bencana oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya

dan Tim Reaksi Cepat Kota Semarang. Data yang didapatkan melalui observasi dan

wawancara, menjawab pemahaman dan interpretasi mengenai proses penanganan

tanggap darurat bencana oleh Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan Tim Reaksi

Cepat Kota Semarang.

1.7.7 Skema Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat skema penelitian atau tahap – tahap penelitian

yang dilakukan oleh peneliti dalam menghasilkan proses dan capaian yang fokus,

terarah, dan hasil yang maksimal dalam penelitian metode kualitatif dengan tipe

komparatif ini. Berikut skema penelitian ini yakni :

Gambar 1.7. Skema Penelitian

Sumber : modifikasi dari suharsimi (2006)63

Dalam melakukan penelitian kompratif tentu saja banyak hal yang

dilakukan, mengingat yang menjadi fokus penelitian bukan hanya satu subjek

namun dua subjek. Dari skema penelitian diatas, maka berikut penjelasan terkait

tahapan – tahapan yang ada didalamnya :

1. Tahap pra penelitian

a. Menentukan rumusan masalah

Langkah awal dalam penelitian ini dimulai oleh peneliti dari tahap

perumusan masalah, yang mana melihat permasalahan terjadinya bencana lebih

fokusnya pada tahap pelaksanaan penanganan tanggap darurat bencana.

Pelaksanaan tanggap darurat bencana menjadi urgensi penting dari proses

keilmuan administrasi negara, sebagai bentuk pengambilan dan implementasi

kebijakan.

b. Menentukan lokasi penelitian

63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2006) hal.130.

Pra Penelitian

Pengambilan Data

Analisis DataPenulisan Laporan

Page 59: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-59

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Proses penentuan lokasi penelitian ini dipilih karena kedua lokasi penelitian

tersebut merupakan kedua kota yang memiliki karakterisitik hampir sama.

Pada konteks penelitian komparasi juga dibutuhkan persamaan karakteristik

kedua lokasi penelitian untuk bisa dilihat dan dianalisis lebih dalam terkait

perbedaan dari pelaksanaan sebuah kebijakan.

c. Menyusun proposal penelitian

Pada tahapan penyusunan proposal menjadi bagian dari proses

pengumpulan informasi awal dan penggalian ide yang lebih dalam sebelum

pada proses pengambilan data. Pada proses penyusunan proposal ini, peneliti

mendapatkan banyak sekali masukan terkait pengembangan penelitian dari

dosen pembimbing maupun dosen penguji pada seminar proposal.

d. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Pelaksanaan penelitian tentu saja tidak bisa berjalan tanpa adanya

perlengkapan penelitian. Dalam penelitian ini, perlengkapan penelitian yang

disiapkan yakni terkait perbaikan proposal, penyusunan berkas – berkas

perizinan, pedoman wawancara, rincian data yang akan dicari, hingga

narasumber yang dibutuhkan.

2. Tahap pengambilan data

a. Mengurus perizinan

Pengurusan perizinan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni dimulai

dari proses administrasi lembar pengesahan pada proposal penelitian, yang

selanjutnya yakni pengurusan berkas administrasi pada fakultas yang ditujukan

kepada pihak Bakesbangpol Kota Surabaya. Surat dari Bakesbangpol Kota

Surabaya dilanjutkan kepada pihak BPB Linmas Kota Surabaya sebagai lokasi

penelitian. Alur administrasi yang berbeda pada lokasi penelitian lainnya,

yakni Kota Semarang yang mana dari pihak fakultas langsung ditujukan

kepada BPBD Kota Semarang sebagai lokasi penelitian.

b. Mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

dengan observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi

Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

dengan observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi dilakukan secara

daring, mengingat saat tahapan ini peneliti terkendala adanya pandemic Covid-

Page 60: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-60

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

19. Namun proses wawancara dan pengumpulan data dalam hal ini dokumen –

dokumen yang dibuthkaan tetap sesuai dengan yang telah direncanakan karena

dapat langsung berinteraksi dengan narasumber. Pengumpulan data dan

informasi juga dilakukan satu persatu mulai dari BPBLinmas Kota Surabaya

dilanjutkan pada BPBD Kota Semarang.

3. Tahap analisis data

Setelah semua data sudah terkumpul maka dilakukan interpretasi data yang

dihubungkan dengan permasalahan dan kondisi. Proses analisis data dilakukan

dengan teknik komparatif yakni nnalisis yang dilakukan juga dengan

membandingankan antara dua subjek penelitian. Hal tersebut dikarenakan

penelitian komparatif perlu adanya pembanding baik subjek, masalah, data

yang merupakan hal utama dalam proses analisis. Selain itu tahapan analisis

juga menjadi tahapan yang sangat penting karena merupakan proses dari

penentuan jawaban dari rumusan masalah yang diangkat. Sehingga dibutuhkan

kemampuan lebih dalam pada interpretasi dari data dan hasil wawancara.

4. Tahap penulisan laporan

a. Penyusunan hasil penelitian

Hasil penelitian disusun berdasarkan dengan aturan penulisan laporan yang

sudah ditetapkan. Laporan berisi semua hal baik data maupun hasil wawancara

yang didapatkan di lapangan dengan bentuk hasil pengolahan yang tepat.

Laporan disusun mulai dari pemaparan latar belakang masalah hingga analisis

yang sesuai dengan data dan kondisi yang ada.

b. Perbaikan

Penyusunan hasil penelitian yang sudah selesai akan melewati proses

konsultasi. Proses konsultasi akan menghasilkan sebuah masukan – masukan

yang digunakan untuk membenahi laporan. Sehingga dihasilkan sebuah

laporan yang tepat.

1.7.8 Rincian Data yang Digunakan

Selama proses pelaksanaan penelitian, dilakukan pengumpulan data yang

bertujuan untuk menjawab fokus permasalahan penelitian secara empiris. Data

yang dikumpulkan yakni berkaitan dengan Tim Reaksi Cepat Kota Surabaya dan

Page 61: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-61

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

Tim Reaksi Cepat Kota Semarang dalam penanganan tanggap darurat. Data dan

informasi pendukung yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode

komparasi dan diiterpretasikan guna menjawab rumusan masalah pada penelitian

ini. Dalam menghasilkan penelitian yang baik, maka dibutuhkan pelbagai sumber

informasi dan juga data yang akurat, maka sebelum melakukan penelitian di

lapangan, tentunya peneliti telah merencanakan untuk pengumpulan data – data

yang relevan dalam menjawab permasalahan penelitian. Namun, pada prosesnya

dilapangan tidak semua data yang direncanakan tersedia dan dapat direalisasikan

karena berbagai hal. Berikut rencana data dan realisasi data yang dikumpulkan pada

penelitian ini:

Tabel 1.8 Tabel Rencana dan Realisasi Data yang Diperoleh Selama Proses

Penelitian

No. Jenis Data Rencana Realisasi Keterangan

1.

Rencana

Nasional

Penanggulangan

Bencana 2015–

2019

Data Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana 2015–

2019 telah berhasil peneliti

temukan dan unduh pada website

bnpb.go.id

2.

Rencana

Nasional

Penanggulangan

Bencana 2020–

2024

Data Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana 2020–

2024 telah berhasil peneliti

temukan dan unduh pada website

bnpb.go.id

3.

Panduan

Pembentukan

Tim Reaksi

Cepat Kota

Surabaya

x

Data terkait panduan

pembentukan Tim Reaksi Cepat

Kota Surabaya menjadi satu pada

Peraturan Walikota Surabaya

Nomor 72 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi,

Uraian Tugas Dan Fungsi Serta

Tata Kerja Badan

Penanggulangan Bencana dan

Perlindungan Masyarakat Kota

Surabaya

4.

Panduan

Pembentukan

Tim Reaksi

Cepat Kota

Semarang

Ada dalam Surat Keputusan

Walikota Kota Semarang Nomor

360/0388

5.

SK Tim Reaksi

Cepat Kota

Surabaya

SK yang didapatkan sifatnya

untuk setiap anggota dan

perindividu

Page 62: I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - UNAIRrepository.unair.ac.id/104790/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf · 2021. 3. 11. · berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I-62

SKRIPSI COMPARATIVE STUDY PENANGANAN…. RERICA DHEA

6.

SK Tim Reaksi

Cepat Kota

Semarang

SK yang didapatkan sifatnya

untuk setiap anggota dan

perindividu

7.

Renja dan

Renstra

BPBLinmas

Kota Surabaya

5 Tahun

terakhir

Renja dan Renstra BPBLinmas

Kota Surabaya 5 Tahun terakhir

dengan meminta pada bagian

pusat data di BPBLinmas Kota

Surabaya

8.

Renja dan

Renstra BPBD

Kota Semarang

5 Tahun

terakhir

Renja dan Renstra BPBD Kota

Semarang 5 Tahun terakhir telah

berhasil peneliti temukan dan

unduh pada website

http://bpbd.semarangkota.go.id/

11.

Panduan kinerja

Tim Reaksi

Cepat Kota

Surabaya

Terdapat pada Standar

Operasional Prosedur

Penanganan Bencana, meminta

pada bagian pusat data BPBL

Kota Surabaya

12.

Panduan kinerja

Tim Reaksi

Cepat Kota

Semarang

Ada pada SK Tim Reaksi Cepat

Kota Semarang, yang diberikan

pada setaip invidu

13.

Peta lokasi

tanggap darurat

bencana Kota

Surabaya

Peta lokasi tanggap darurat

bencana Kota Surabaya telah

berhasil peneliti temukan dan

unduh pada website

https://bpblinmas.surabaya.go.id/

14.

Peta lokasi

tanggap darurat

bencana Kota

Semarang

Peta lokasi tanggap darurat

bencana Kota Semarang

didapatkan dengan meminta pada

bagian pusat data BPBD Kota

Semarang

15.

Kontrak Kinerja

anggota Tim

Reaksi Cepat

Kota Surabaya

x

Kontrak Kinerja dimiliki oleh

masing – masing anggota TRC

Kota Surabaya, dan merupakan

anggota non ASN

16.

Kontrak Kinerja

anggota Tim

Reaksi Cepat

Kota Surabaya

x

Kontrak Kinerja dimiliki oleh

masing – masing anggota TRC

Kota Semarang, dan merupakan

anggota non ASN

17. RPB Kota

Surabaya x x

Rencana Penananggulangan

bencana Kota Surabaya masih

dalam proses penyusunan

18. RPB Kota

Semarang x

Kota Semarang memiliki

Rencana Penananggulangan

bencana periode 2019 - 2023