jiku

3
1. suara frekuensi tinggi menyebabkan daerah kecil dari membran basilar dekat stapes untuk bergerak, sementara frekuensi rendah menyebabkan hampir seluruh membran untuk bergerak. Fekeunsi menengah pergerakan membran basiler pada pertengahan antara apex dan round window. Namun, perpindahan puncak membran terletak dekat puncaknya. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang berjalan selalu bepergian dari dasar ke puncak, dan seberapa jauh menuju puncak itu perjalanan tergantung pada frekuensi stimulasi, frekuensi yang lebih rendah perjalanan lebih lanjut. CARA Dix-Hallpike Cara melakukannya sebagai berikut: - Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akantimbul namun menghilang setelah beberapa detik .- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepalaekstensi ke belakang 30 – 40 derjat, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yangmuncul. - Kepala diputar menengok ke kanan 45 derjat (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkankemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior. - Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepalatergantung pada ujung tempat periksa.

Upload: bayulesmono

Post on 25-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

THT

TRANSCRIPT

Page 1: jiku

1.suara frekuensi tinggi menyebabkan daerah kecil dari membran basilar dekat stapes untuk bergerak, sementara frekuensi rendah menyebabkan hampir seluruh membran untuk bergerak. Fekeunsi menengah pergerakan membran basiler pada pertengahan antara apex dan round window. Namun, perpindahan puncak membran terletak dekat puncaknya. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang berjalan selalu bepergian dari dasar ke puncak, dan seberapa jauh menuju puncak itu perjalanan tergantung pada frekuensi stimulasi, frekuensi yang lebih rendah perjalanan lebih lanjut.

CARA Dix-HallpikeCara melakukannya sebagai berikut:- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akantimbul namun menghilang setelah beberapa detik.- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepalaekstensi ke belakang 30 – 40 derjat, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yangmuncul.- Kepala diputar menengok ke kanan 45 derjat (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkankemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepalatergantung pada ujung tempat periksa.- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.- Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan penderitamengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.- Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya

Page 2: jiku

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saatgerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukannistagmus yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bilasebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya seranganvertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus

BERABentuk gelombang dianalisis dan dikelompokkan dengan melihat parameter :1. Masa laten absolut (absolut latency), yaotu waktu yang diperlukan mulai dari saat pemberian rangsang suara sampai timbul gelombang.2. Beda masing-masing masa laten antar gelombang (Inter Peak Latency/IPL) antara Gelombang I-III, I-V, dan III-V3. Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri terutama pada gelombang V4. Beda masa laten pada penurunan intensitas5. Rasio amplitudo gelombang V/I, yaitu rasio antara nilai puncak ke puncak gelombang V dan gelombang I

Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :• Teori Cupulolithiasispartikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula• Teori Canalithiasispartikel otolith bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 90o di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing.

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik.

Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar.

Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.

Klasifikasi tinnitus A. Tinnitus Subjektif Yang paling banyak adalah penyebab terjadinya gangguan pendengaran, baik yang konduktif maupun yang sensorineural. B. Tinnitus ObjektifTinnitus jenis ini jarang dijumpai, biasanya disebabkan oleh gangguan vaskuler, penyakit neurologik, ataupun disfungsi tuba eustakius.

GARPUTALA

TES RINNE

Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga penderita.