jenis bahan pakan.doc

18
jenis Bahan Pakan JENIS BAHAN MAKANAN TERNAK BESERTA SUMBER DAN MANFAATNYA 1. Bungkil kelapa sawit Sumber Bahan Berasal : Bungkil kelapa adalah limbah industri pengolahan kelapa sawit menjadi minyak dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu limbahnya yang memiliki potensi adalah bungkil kelapa sawit. Kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit terutama energi dan proteinnya tergolong rendah, akan tetapi memiliki daya cerna yang cukup tinggi. Kandungan Nutrisi : Hasil analisis kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit yang dilakukan , yaitu 92,12% bahan kering, 12,94 protein, 24,88 serat kasar, 3,81 lemak kasar, dan 4,01 abu. Disamping itu kandungan asam amino yang dimiiki cukup lengkap. Organoleptik : Tekstur halus,warna coklat kehitaman,bau tenggik Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas) 2. Bungkil Kedelai Sumber Bahan berasal : Soyabean Meal/Bungkil Kedelai hasil libah pembuatan tepung kedelai merupakan hasil ekstraksi dari kedelai, dimana minyak kedelai atau lecithin dikeluarkan dan merupakan by product dari kedelai itu sendiri. SBM Soyabean Meal dikenal pula dengan sebutan bungkil kedelai, dengan berbentuk serbuk dan mempunyai aroma yang harum. Kandungan Nutrisi : kandungan protein yang tinggi pada kedelai, Kadar protein kasar yang terdapat di Meat and bone meal (MBM) mencapai 50,04%. Organoleptik :Tekstur Bentuk butiran pecah,warna kekuningan,bau gurih khas kedelai

Upload: helda-audya

Post on 24-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: jenis Bahan Pakan.doc

jenis Bahan Pakan

JENIS BAHAN MAKANAN TERNAK BESERTA SUMBER DAN MANFAATNYA

1.    Bungkil kelapa sawit

         Sumber Bahan Berasal : Bungkil kelapa adalah  limbah industri pengolahan kelapa sawit

menjadi minyak dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu limbahnya yang memiliki

potensi adalah bungkil kelapa sawit. Kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit terutama energi dan

proteinnya tergolong rendah, akan tetapi memiliki daya cerna yang cukup tinggi.

         Kandungan Nutrisi : Hasil analisis kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit yang

dilakukan , yaitu 92,12% bahan kering, 12,94 protein, 24,88 serat kasar, 3,81 lemak kasar, dan

4,01 abu. Disamping itu kandungan asam amino yang dimiiki cukup lengkap.

         Organoleptik : Tekstur halus,warna coklat kehitaman,bau tenggik

         Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

2. Bungkil Kedelai

         Sumber Bahan berasal : Soyabean Meal/Bungkil Kedelai hasil libah pembuatan tepung

kedelai merupakan hasil ekstraksi dari kedelai, dimana minyak kedelai atau lecithin dikeluarkan

dan merupakan by product dari kedelai itu sendiri. SBM Soyabean Meal dikenal pula dengan

sebutan bungkil kedelai, dengan berbentuk serbuk dan mempunyai aroma yang harum.

         Kandungan Nutrisi :  kandungan protein yang tinggi pada kedelai, Kadar protein kasar

yang terdapat di Meat and bone meal (MBM)  mencapai 50,04%.

         Organoleptik :Tekstur Bentuk butiran pecah,warna kekuningan,bau gurih khas kedelai

         Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

3. Onggok

         Sumber Bahan Berasal : onggok adalah limbah perusahaan tepung berasal  dari pembuatan

tepung tapioka atau endapan .bentuk awal onggok adalah keras sehingga masih dilakukan proses

penggilingan agar menjadi bentuk tepung, Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan

tapioka ubi kayu yang berwarna putih

         Kandungan Nutrisi : onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat

dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelistiyono

Page 2: jenis Bahan Pakan.doc

(1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2%

L; 2,5% abu. kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%.

         Organoleptik : Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa

hambar,tekstur halus serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.

         Sebagai Bahan Pakan : Ternak non ruminansia(unggas)

.      

4. Bekatul/Separator/Dedak Padi

         Sumber Bahan Berasal : Hasil dari pengusahan penggilingan beras yang ada  dalam

pengadaan katul separator. Dari proses penyosohan beras, dihasilkan 2 macam limbah,yaitu

dedak (rice bran), dan bekatul (rice polish). membedakan pengertian dedak dan bekatul. Dedak

merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan luar butiran

beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah lembaga beras. Sedangkan bekatul, terdiri dari

lapisan dalam butiran beras, yaitu lapisan aleuron/kulit ari.

         Kandungan Nutrisi : bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung

zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi dan zat

anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa

bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.

         Organoleptik : Tekstur halus lembut (bekatul),tekstur kasar pada dedak (PK2) ,Bekatul

memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar.

         Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

5.Tepung Batu/Limestone.

         Sumber Bahan Berasal : adalah bahan baku atau campuran pada bangunan dan bisa

didapatkan di toko bangunan atau langsung dari alam pakan ternak yang diperuntukkan sebagai

campuran bahan pakan ternak.

         Kandungan Nurisi : tepung batu memiliki nilai kalsium yang penting untuk pertumbuhan

tulang hewan.

         Organoleptik : Tekstur sangat halus,tidak berabau ,warna putih         Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)6. Tepung Ikan

         Sumber Bahan Berasal: Tepung ikan adalah limbah dari hasil pengolahan ikan yang

diambil dari kepala dan isi perut,ikan-ikan. tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan

Page 3: jenis Bahan Pakan.doc

mengandung energi metabolis yang cukup tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan

lainnya yang digunakan  dalam ransum unggas

          Kandungan Nutrisi : sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung

asam-asam amino essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber dari lisin dan

metionin, (Wahyu, 1992). Penggunaan dalam komposisi pakan ternak unggas mencapai 15%-

20% (Murtidjo, 1991). Susunan zat-zat makanan dapat diperhitungkan sebagai berikut: 12% air;

53,3% protein; 4,3% BETN; 1% serat kasar; 8,4% lemak; 20,9 % abu, kadar protein dapat

dicerna 43,2% dan martabat patinya 61% (Soetisno, 1979).

         Organoleptik : warna kecoklatan,tekstur, sedikit kasar,bau gurih khas ikan

         Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

7. biji jagung

         Sumber Bahan Berasal : Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai

pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari

bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung

bulir dan tepung tongkolnya)

         Kandungan Nutrisi :  jagung kuning adalah karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan

kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering nutrisi jagung kuning

adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK dan air. Jagung kuning merupakan jenis

dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi

daripada gandum. Jagung kuning disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi

dalam ransum. Jagung mengandung kadar triptofan yang rendah sedangkan yang paling rendah

adalah kadar metioninnya dan lisin.

         Organoleptik : warna kuning ,tekstur halus(bentuk tepung),bau harum manis.

         Sebagai Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

8. Kacang gude         Sumber Bahan Berasal : Kacang gude dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kedelai atau bahn pencampur pada produk yang mengunakan bahan dasar kedelai, misalnya temped dan kecap. Selain sebagai bahan pangan, tanaman kacang gude digunakan pula sebagai pakan ternak, pelindung di pembibitan,         Kandungan Nutrisi : Kacang gude mengandung gizi yang cukup tinggi yakni 22% protein, 65% karbohidrat dan 15% lemak.         Organoleptik : warna,bau,bentuk sesuai dengan kacang-kacangan         Sebagai Pakan : Ternak non Ruminansia (unggas)

Page 4: jenis Bahan Pakan.doc

9.  Jerami Padi

         Sumber Bahan Berasal : Jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen

bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang

yang tertinggal.

         Kandungan Nutrisi :  jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %, abu 18,2%,

ekstrak eter 1,5%, serat kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.

         Organoleptik : bentuk masih tetap utuh ,warna kuning kering

         Sebagai pakan :  ternak ruminansia

  

10. Rumput Gajah

         Sumber Bahan Berasal :  Rumput gajah sangat besar hasilnya, cara menanamnya serupa

dengan rumput benggala dengan jarak 60x60 cm. Tingginya juga kira-kira sama dengan rumput

benggala, yakni 1,5-3 meter. Tumbuh baik di daerah pegunungan.

         Kandungan Nutrisi :  Bahan keringnya mengandung 9,72% protein, 1,04% lemak, 43,56%

BETN, 27,54% serat kasar dan 18,13% abu (Hartadi, 1993).

         Organoleptik : warna hijau segar ,bau khas tanaman hijauan

         Sebagai Pakan : Ternak Ruminansia

Page 5: jenis Bahan Pakan.doc

Makalah Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia

BAB IPENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang

       Sistem pencernaan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan makluk hidup. Pengetahuan

tentang organ pencernaan sangat penting karna berhubungan erat dengan proses pencernaan

termasuk absorbs. Proses pencernaan sepertti sebuah Industri , misalnya industry testil yang

menghasilakan pakian, dalam industry iniada tiga kompenen yang harus di lewati yaitu input,

proses, dan output selain itu ada limbah . kalau dalam industri tekstil inputnya yaitu berupa

bahan baku yaitu benang lalu di masukkan dalam mesin dip roses untuk mengolah bahan baku

tersebut lalu keluarlah hasilnya berupa pakian, samahalnya dalam proses pencernaan ada tiga

komponen yaitu input,proses dan ouput. kalau berbicara tentang pencernaan ipunya berupa

bahan makanan ,bahan makanan ini di gunakan sebagai bahan baku,tidak mungkin proses

pencernaan terjadi tanpa adanya bahan baku yang akan di cerna. Oleh karna itu akan di bahas

dalam makalah ini.

       Pemberian pakan pada ternak ruminansia maupun pada ternak ruminanisa secara praktis

memerlukan keterangan dasar mengenai zat-zat makanan yang terkandung di dalam bahan

makanan dan zat-zat yang di perlukan oleh tubuh esuai dengan status fisilogisternak. Akan tetapi

secara ilmiah pemberian pakan pada ternak memerlukan pengetahuan tentang at-zat makanan

dan metabolismenya. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas juga mengenai klasifikasi bahan

pakan.

 B. Rumusan Masalah       Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini   meliputi:1. Defenisi dari Ternak Rumiansia dan Non Ruminansia2. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia

C. Tujuan Penulisan

             Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu Memberikan gambaran mengenai proses

pencernaan  pada ruminansia,Memahami fungsi dan bagian berbagai sistem pencernaan

ruminansia dan Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia

Page 6: jenis Bahan Pakan.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi dari Ternak Rumiansia dan Non Ruminansia

            Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan

mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung ke mulut

untuk di mamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, dambing serta ternak

domba. Ternak non ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki satu lambung atau di

sebutjuga dengan ternak monogastrik. Contohnya : ayam, burung, kuda serta babi.

             Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyladisebut

juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin "ruminare"yang artinya

mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

hewan memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga

sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya

dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak

atau polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan

abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna serat kasar,

sehingga karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan ruminansia, maka timbul pelajaran

khusus yang disebut ruminologi.    Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.Seperti halnya pada manusia, hewan ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi) pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa yang sulit dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam alat pencernaan yaitu esophagus, lambung dan usus. Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair. Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki empat buah kantung lambung yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Proses pencernaan ruminansaia yaitu pencernaan secara mekanisme dimulut dengan bantuan saliva (air lidah), pencernaan fermentatif didalam rumen dengan bantuan mikroba rumen, dan pencernaan

Page 7: jenis Bahan Pakan.doc

enzimatis pasca rumen (hidrolitik). Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki empat buah kantung lambung yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.Ternak ruminansia merupakan hewan yang memiliki empat lambung, diantaranya rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Sedangkan ternak non-ruminansia hanya memiliki satu lambung atau sering disebut dengan mono gastric. . Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan non ruminansia adalah hewan yang hanya memiliki satu lambung atau mono gastrik. Hewan non ruminansia merupakan hewan berperut tunggal dan sederhana.B. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia        Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa. Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).       Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut

Page 8: jenis Bahan Pakan.doc

tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.       Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio). Jika di lihat urutan saluran pencernaan pada ruminansia adalah sebagia berikut; 1.mulut esophagus rumen reticulum omasum abomasum usus halus usus besar     (caecum, rectum ) anus. 2. Saluran pencernaan non ruminansia.        Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari : Mulut ( cawar oris ) tekak ( pharing ) kerongkongan ( esophagus ) gastrium ( lambung ) intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum dan rektum) anus. Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.        Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia yaitu Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah Standar didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut. Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya

Page 9: jenis Bahan Pakan.doc

untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.       Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.       Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akandimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.       Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena Ph yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.        Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.         Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan   proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).            Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang.

Page 10: jenis Bahan Pakan.doc

            Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa.       Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat.Enzim-enzim tersebut adalah1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan      fruktosa.     2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa     3.Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.Dari data diatas dapat   dirangkum bahwa , Pada hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:1.    Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara         mekanis          2.    Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri          3.    Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik          4.    Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara                     kimiawi dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding                  abomasum.           Makanan ruminansia banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, pati, dan karbohidrat yang larut dalam air dan fruktan-fruktan.  Proses degradasi dan fermentasi karbohidrat dalam rumen dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1) pemecahan pertikel makanan yang menghasilkan polimer karbohidrat, (2) hidrolisa polimer menjadi sakarida sederhana (glukosa), dan (3) fermentasi sakarida sederhana menghasilkan VFA berupa asetat, propionate, dan butirat, serta gas CO2 dan CH4.Fermentasi makanan oleh mikroba rumen akan berlangsung dengan baik jika didukung oleh kondisi yang sesuai untuk kehidupan mikroba.  Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi rumen mendekati anaerob, pH diusahakan 6,6-7,0 dengan saliva sebagai larutan penyangga (buffer), kontraksi rumen menambah kontak antara enzim dengan makanan, laju pengosongan rumen diatur selalu terisi walaupun ternak menderita lapar dalam waktu yang lama, serta suhu rumen konstan, faktor tersebut diperlukan untuk kelangsungan proses fermentasi.     Keuntungan ruminansiaKeuntungan ruminansia yang mempunyai organ fermentatif sebelum usus halus adalah: (1) dapat mencerna bahan makanan berkadar serat kasar tinggi sehingga bahan makanannya sebagian tidak bersaing dengan manusia, (2) mampu mengubah sembarang N termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi protein bermutu tinggi, (3) keperluan asam amino untuk memenuhi nutrisi proteinnya tidak bergantung kepada kualitas protein makanannya, (4) produk fermentatif dalam rumen dapat disajikan ke dalam usus halus dalam bentuk yang mudah dicerna, dan (5) kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak sekali makanan sehingga proses makannya dapat berjalan dengan cepat.

Page 11: jenis Bahan Pakan.doc

Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair.Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas digizzard.Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.Saluran pencernaan non ruminansia.  Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari a.    Mulut ( cawar oris )          b.    Tekak ( pharing )          c.    Kerongkongan ( esophagus )          d.    Gastrium ( lambung )          e.    Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar (               caecum dan rektum)          f.     Anus          Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah standar

Page 12: jenis Bahan Pakan.doc

didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut.Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.Dalam prakteknya dapat diambil contoh sebagai berikut :Seekor sapi dengan bobot 500 kg memerlukan energi hidup pokok sebesar 33 MJ NE. Nilai kebutuhan energi ini dapat bervariasi karena dilapangan akan didapatkan data untuk sapi dengan kelebihan atau kekurangan pakan. Oleh sebab itu dalam pemberian harus ditetapkan batas minimal sejumlah kebutuhan nutrient yang direkomendasikan NRC, jangan sampai kurang dari kebutahan.Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan. Sesungguhnya standar pakan ini dibuat untuk dapat mengantisipasi situasi yang lebih beragam, termasuk pengaruh perubahan cuaca. Standar ini juga masihbisa dipakai untuk kepentingan taraf nasional (dari Negara yang menyusun) ataubahkan dapat untuk keperluan dunia internasional yang mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.Sejak tahun 1960-1965 di Inggris, melalui Dewan Agricultural Research Council (ARC) telah membuat tabel standar kebutuhan nutrient dari beberapa jenis ternak. Pada tahun 1970 semua publikasi mengenai table kebutuhan nutrient tersebut diperbaharui (direvisi) dan keluarlah edisi terbaru untuk ruminansia pada tahun 1980. Perubahan tersebut meliputi seluruh zat makanan terutama tentang standar untuk penggunaan vitamin dan mineral. Saat ini telah banyak negara maju dan berkembang yang mempunyai standar kebutuan zat makanan untuk ternak lokalnya. Namun sampai sekarang Indonesia belum mempunyai tabel tersebut. Standar kebutuhan yang dipakai di Indonesia adalah hasil dari banyak penelitian yang ada saja.Standar Kebutuhan Nutrien untuk Hidup Pokok Seekor hewan dikatakan dalam keadaan kondisi hidup pokok apabila komposisi tubuhnya tetap, tidak tambah dan tidak kurang, tidak ada produk susuatau tidak ada tambahn ekstra energi untuk kerja. Nilai kebutuhan hidup pokok ini hanya dibutuhkan secara akademis saja, sedangkan dunia praktisi tidak membutuhkan informasi tersebut, yang dibutuhkan oleh praktisiwan adalah total kebutuhan hidup pokok dan produksi yang optimal. Jadi pendapat mengenai kebutuhan hidup pokok untuk hewan secara teori berbeda dengan prakteknya.Pada hewan yang puasa akan terjadi oksidasi cadangan nutrient untuk memenuhi kebutuhan energi hidup pokoknya, seperti untuk bernafas dan mengalirkan darah ke organ sasaran. Tujuan sesungguhnya dari pembuatan ransum untuk hidup pokok adalah supaya tidak terjadi perombakan cadangan tubuh yang digunakan untuk aktivitas pokok.

Page 13: jenis Bahan Pakan.doc

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

                 .Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,

esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum, secum, colon, dan

rectum. Yang membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah

lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia mempunyai lambung

yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi spesifiik masing-masing. Proses

pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis

B. Saran

            Untuk meningkatkan mutu dan relevansi,penyusunan makalah ini mempertimbangkan

pula berbagai kecendrungan baru dalam teori belajar,pendekatan belajar pembelajaran,maupun

kecendrungan global pendidikan.

       Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik

masukan dan sumbang saran pembaca sangat kami harapkan.

    

DAFTAR PUSTAKAAnonim.2013.http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/04/05/pencernaan-          ruminansia-vs-non-ruminansia/Blogger.2013.http://anakmandaubengkalis.blogspot.com/2010/04/ruminansia-dan-non-             ruminansia.htmlBlogger.2013.http://isran88.blogspot.com/2010/05/blog-post.html?zx=6de94d71f94aa7caBlogger.2013.http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-       ruminansia-dan-non.htmlBlogger.2013.http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/05/sistem-pencernaan.html