jebeng-thulik banyuwangi
DESCRIPTION
jebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangijebeng-thulik banyuwangiTRANSCRIPT
Pemilihan Jebeng dan Thulik Banyuwangi
Pengertian
Sama seperti kota-kota besar lainnya, Banyuwangi juga memiliki
pasangan muda-mudi sebagai simbol komunitas kehidupan warga setempat. Jika
di Jakarta ada abang-nona, Banyuwangi memiliki pasangan sejoli yang dikenal
dengan jebeng-thulik. Pasangan ini adalah perwujudan muda-mudi yang cantik
dan ganteng rupawan.
Istilah ‘jebeng-thulik’ diambil dari bahasa using. Jebeng bisa dikatakan
mewakili gadis muda dan thulik simbol pemuda. Dalam kehidupan sehari-hari,
suku using menyebut kaum remaja perempuan dengan panggilan beng, sedangkan
remaja laki-laki dipanggil dengan lik. Seiring perkembangan zaman, jebeng-thulik
kian menjadi ikon khusus bagi Banyuwangi. Tiap datangnya hari jadi kota
Banyuwangi selalu ditandai acara akbar pemilihan jebeng-thulik.
Pemilihan Jebeng-Thulik pertama kali digelar 1996. Saat itu Banyuwangi
dipimpin Bupati T. Purnomo Sidik. Tujuannya, guna menambah khazanah aset
pariwisata di bumi Blambangan. Pemilihan jebeng-thulik selalu melibatkan tokoh
seniman dan cendekiawan Banyuwangi.
Mereka yang terjaring berasal dari duta masing-masing kecamatan.
Penilaian bukan hanya didasarkan pada wajah cantik dan ganteng. Tiap peserta
yang terjaring wajib menjalani karantina khusus selama tujuh hari. Selama itu,
peserta diberi pelajaran seputar budaya, sosial dan komunikasi kemasyarakatan.
Hal yang paling ditekankan, pentingnya menghargai dan melestarikan budaya asli
Banyuwangi, mulai dari bahasa, adat- istiadat hingga kegiatan promosi ke luar
daerah.
Mereka yang masuk babak final umumnya memiliki keahlian dan talenta
khusus. Salah satunya, cakap berbahasa Inggris dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Komunikasi ini diharapkan menjadi sarana ampuh untuk menjadi
duta wisata.
Mereka yang terpilih mendapat tugas menjadi duta wisata Banyuwangi, di
daerah sendiri maupun di luar daerah Mereka sudah dibekali pelajaran khusus
untuk promosi wisata. Ini yang makin menarik minat wisatawan, ujar Andang CY,
tokoh pemerhati jebeng-thulik. Pasangan jebeng-thulik yang purnatugas secara
otomatis bergabung dalam paguyuban jebeng-thulik.
Selain jebeng-thulik, Banyuwangi memiliki sebutan lain untuk pasangan laki-
perempuan, yakni, ‘anang-adon’ untuk sebutan kakek-nenek dan ‘kakang-embok’
untuk panggilan laki-perempuan. Bedanya, dua sebutan pasangan ini tidak pernah
ditampilkan dalam ajang pemilihan. Penobatan anang-adon sempat satu kali
diberikan kepada mantan Bupati Banyuwangi Samsul Hadi dan istrinya, Erna
Samsul Hadi. Gelar ini sengaja diberikan para budayawan Banyuwangi sebagai
wujud terima kasih kepada keduanya. Dua pasangan ini dinilai berjasa terhadap
pengembangan seni dan budaya using. Mereka terbilang sukses melestarikan
budaya using.
Busana Tradisional Jebeng Thulik Banyuwangi
Busana Jebeng dan Thulik Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri.
Busana Thulik, yaitu udheng tongkosan dan sembong batik khas banyuwangi,
yakni motif Gajah Oling, Paras Gempal, Moto Pitik, dll. Celana dipadu jas ter
tutup pro badan, dengan aksesoris rantai jam dilengkapi bendel hiasan, dan
mengenakan sandal selop.
Jebeng mengenakan kebaya dan kerudung berenda, sanggul bentuk gelung
dengan aksesoris mawar atau melati. Kain sarung batik khas Banyuwangi, yaitu
motif Kangkung Setingkes, Gringsing, dll. Jebeng juga mengenakan aksesoris
anting-anting greol, gelang motif ular, tebu sekeret atau plintiran, dengan sandal
selop.