jbptit

6
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih adalah kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Air merupakan kebutuhan mendasar untuk menyokong metabolisme tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air sehingga ketiadaan air berarti kematian. Oleh karena itu, ketersediaan air dan sanitasi bagi kehidupan adalah mutlak. Jumlah peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan konsumsi air bersih lebih besar dibandingkan negara industri. (Al-Layla et.al, 1980) Pada permulaan abad ke-21, 1 dari 5 orang hidup di negara berkembang –total sejumlah 1,1 milyar orang—kekurangan akses terhadap air bersih. Sedangkan 2,6 milyar orang, hampir separuh dari total populasi di negara berkembang, tidak memiliki akses untuk mendapatkan sanitasi. (UNDP,2006) Setengah dari manusia akan hidup di kota-kota besar dunia pada tahun 2007. Pada tahun 2030, angka ini akan mendekati 2/3 sehingga menyebabkan kebutuhan akan air bersih meningkat drastis di daerah perkotaan. Di Jakarta, berdasarkan laporan nasional, disebutkan bahwa terjadi penambahan cakupan suplai air bersih lebih dari 90%. Namun kenyataannya, hanya seperempat dari populasi yang dilayani secara penuh, yaitu sekitar 3 juta orang dari total 12 juta orang. (UNDP,2006) Kota Bandung, sebagai kota yang terus berkembang, membutuhkan sebuah infrastruktur kota yang memadai. Mengingat kota ini terus berkembang, terutama potensi pengembangan wilayah yang besar di daerah Bandung Selatan, maka diperlukan peningkatan kualitas infrastruktur kota. Hal ini dibutuhkan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan dasar penduduk, terutama air bersih. Secara alami, keberadaan air mengalami siklus dimana jumlah air tetap, namun wujudnya berubah-ubah. Secara logis, air dapat ditemukan dimana-mana. Namun, dalam kaitannya dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi maka diperlukan sebuah proses pengolahan.

Upload: pokizan

Post on 12-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jembatan

TRANSCRIPT

Page 1: Jbptit

Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih adalah kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Air merupakan kebutuhan

mendasar untuk menyokong metabolisme tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas

air sehingga ketiadaan air berarti kematian. Oleh karena itu, ketersediaan air dan sanitasi

bagi kehidupan adalah mutlak. Jumlah peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus

dengan peningkatan jumlah penduduk. Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan

konsumsi air bersih lebih besar dibandingkan negara industri. (Al-Layla et.al, 1980)

Pada permulaan abad ke-21, 1 dari 5 orang hidup di negara berkembang –total sejumlah

1,1 milyar orang—kekurangan akses terhadap air bersih. Sedangkan 2,6 milyar orang,

hampir separuh dari total populasi di negara berkembang, tidak memiliki akses untuk

mendapatkan sanitasi. (UNDP,2006)

Setengah dari manusia akan hidup di kota-kota besar dunia pada tahun 2007. Pada tahun

2030, angka ini akan mendekati 2/3 sehingga menyebabkan kebutuhan akan air bersih

meningkat drastis di daerah perkotaan. Di Jakarta, berdasarkan laporan nasional,

disebutkan bahwa terjadi penambahan cakupan suplai air bersih lebih dari 90%. Namun

kenyataannya, hanya seperempat dari populasi yang dilayani secara penuh, yaitu sekitar 3

juta orang dari total 12 juta orang. (UNDP,2006)

Kota Bandung, sebagai kota yang terus berkembang, membutuhkan sebuah infrastruktur

kota yang memadai. Mengingat kota ini terus berkembang, terutama potensi

pengembangan wilayah yang besar di daerah Bandung Selatan, maka diperlukan

peningkatan kualitas infrastruktur kota. Hal ini dibutuhkan untuk mempermudah

pemenuhan kebutuhan dasar penduduk, terutama air bersih.

Secara alami, keberadaan air mengalami siklus dimana jumlah air tetap, namun wujudnya

berubah-ubah. Secara logis, air dapat ditemukan dimana-mana. Namun, dalam kaitannya

dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi maka diperlukan sebuah proses pengolahan.

Page 2: Jbptit

Pendahuluan

Hal ini dikarenakan sebagian besar air di permukaan bumi tidak memiliki kualitas yang

sesuai standar untuk dikonsumsi, tidak terkecuali di Kota Bandung.

Infrastruktur pelayanan air bersih meliputi sistem penyediaan air minum yang terdiri dari

empat komponen, yaitu sumber, transmisi, instalasi pengolahan, dan distribusi. Jaringan

distribusi adalah sistem penyaluran air bersih dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)

ke daerah pelayanan. Air yang didistribusikan merupakan air yang memenuhi kualitas

setelah dilakukan pengolahan.

Perencanaan jalur pipa distribusi sangat penting karena menyangkut kontinuitas

pemenuhan kebutuhan air bersih. Oleh karena itu, perencanaan jalur distribusi merupakan

hal yang sangat penting dalam sebuah sistem penyediaan air bersih di Kota Bandung

dengan daerah perencanaan Bandung Selatan.

Perencanaan jalur distribusi ini didasarkan pada rencana pengembangan wilayah di

Bandung Selatan meliputi wilayah pengembangan Gedebage. Wilayah Pengembangan

(WP) Gedebage diproyeksikan akan menjadi pusat kota kedua. (RTRW Kota Bandung

2013, 2004)

1.2 Maksud dan Tujuan

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, maka PDAM Kota Bandung telah merencanakan

pembangunan IPAM baru di daerah Cimenteng, Kabupaten Banjaran, 70 km barat daya

Kota Bandung. Air bersih dari IPAM Cimenteng akan langsung didistribusikan untuk

daerah perencanaan, Bandung Selatan. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan ulang jalur

distribusi air bersih di wilayah Bandung Selatan. Perubahan ini diperlukan karena

sebelumnya jalur distribusi daerah ini bersumber dari Badaksinga.

Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

• Merencanakan suatu jaringan distribusi penyediaan air bersih yang dapat

melayani kebutuhan air bersih di wilayah Bandung Selatan.

• Memilih jalur distribusi yang paling efektif dan efisien untuk memenuhi

kebutuhan air bersih di wilayah Bandung Selatan.

Page 3: Jbptit

Pendahuluan

1.3 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penyusunan Tugas Akhir yang akan dilaksanakan adalah :

1. tinjauan umum daerah perencanaan yaitu Bandung Selatan. Air bersih

didistribusikan dari IPAM rencana Cimenteng menuju Bandung Selatan. Peta

orientasi IPAM menuju daerah pelayanan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Sedangkan peta daerah pelayanan Bandung Selatan ditunjukkan oleh Gambar 1.2.

2. tinjauan rencana pengembangan kota yang terdapat dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Bandung, khususnya Bandung Selatan.

3. proyeksi penduduk hingga akhir periode perencanaan yang telah ditentukan

4. kebutuhan air bersih untuk berbagai kebutuhan penduduk kota hingga akhir

periode perencanaan

5. perencanaan alternatif jalur jaringan distribusi air bersih menggunakan EPANET

6. pemilihan alternatif jaringan distribusi air bersih

7. perhitungan dimensi perpipaan dan kehilangan energi menggunakan EPANET

8. penyusunan spesifikasi teknis

9. analisis biaya

10. gambar-gambar detail yang dibutuhkan dalam sistem distribusi air bersih

1.4 Metode Perencanaan

Metode perencanaan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

Studi literatur tentang perencanaan sistem distribusi air bersih mencakup :

o Kriteria dan spesifikasi teknis yang umum digunakan

o Perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan sistem distribusi air bersih

o Software yang umum digunakan dalam perencanaan sistem distribusi air

bersih, yaitu EPANET.

Pengumpulan data

o Sumber data primer, yaitu hasil studi lapangan secara langsung

o Sumber data sekunder, yaitu informasi yang dibutuhkan dari instansi terkait

seperti gambaran umum wilayah perencanaan, kondisi eksisting penyediaan

air bersih, dan rencana pengembangan kota

Page 4: Jbptit

Pendahuluan

Analisis dan perhitungan jalur perpipaan distribusi air bersih

o Membuat beberapa jalur alternatif untuk jaringan distribusi penyaluran air

bersih

o Memilih salah satu alternatif jaringan distribusi penyaluran air bersih yang

paling baik

o Melakukan perhitungan dimensi perpipaan dan kehilangan energi

o Analisis spesifikasi teknis dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode

perencanaan, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PDAM KOTA BANDUNG DAN IPAM RENCANA

CIMENTENG

Berisi kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih, sumber air, kualitas dan

kuantitas, produksi air, dan rencana pembangunan IPAM Cimenteng.

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH

PERENCANAAN

Berisi gambaran umum wilayah perencanaan yang meliputi batas administratif

dan pembagian wilayah, kondisi fisik dasar, kondisi sosial ekonomi dan

kependudukan, sarana prasarana perkotaan, dan sumber daya alam. Selain itu,

berisi tentang rencana pengembangan daerah perencanaan yang meliputi rencana

tata kota tahun 2013.

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Meliputi penjelasan daerah yang akan dilayani, periode perencanaan, serta

perhitungan proyeksi jumlah penduduk, proyeksi fasilitas umum dan fasilitas

sosial juga proyeksi kebutuhan air bersih.

BAB V KRITERIA TEKNIS PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Berisi kriteria teknis yang akan menjadi dasar dalam perhitungan sistem distribusi

air bersih yang mencakup kriteria teknis perhitungan dimensi perpipaan beserta

perlengkapan pipa yang dibutuhkan, hidran kebakaran, reservoir distribusi, dan

pemompaan.

Page 5: Jbptit

Pendahuluan

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR

BERSIH

Berisi perhitungan rinci dan mendetail seluruh jaringan distribusi air bersih

mencakup perhitungan dimensi perpipaan secara rinci dengan menggunakan

program EPANET dan penentuan aternatif jalur jaringan distribusi air bersih

terpilih serta perhitungan jumlah hidran kebakaran yang dibutuhkan dan volume

reservoir.

BABVII SPESIFIKASI TEKNIS DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

Meliputi penjelasan mengenai spesifikasi teknis yang diperlukan dalam

pelaksanaan pembangunan jalur perpipaan sistem distribusi air bersih. Selain itu

juga meliputi perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk merealisasikan

perencanaan jaringan distribusi air bersih.

Page 6: Jbptit

Pendahuluan

Sumber : Lab PWK Planologi ITB

Gambar 1.2 Peta Daerah Pelayanan