jawaban lo skenario 5 blok 10

11
1. Definisi dislokasi mandibula - Dislokasi TMJ atau dislokasi mandibula adalah pergeseran condylus dari lokasinya yang normal di fossa mandibularis. - Dislokasi mandibula ke anterior adalah translasi atau bergesernya kondiulus mandibula keluar dari fossa gleinodalis dan terkunci di anterio-superior dari eminensisa artikularis, yang menyebabkan terhalangnya gerakan menutup mulut, dimana umumnya ini terjadi karena hipermobilitas dari mandibula - Dislokasi keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth) - Dislokasi keluarnya kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan (Arif Mansyur, dkk. 2000) 2. Sindrom hipermobilitas dan macamnya Sindrom hipermobilitas (hypermobility syindrom) merupakan kondisi dimana sendi yang bergerak melampaui batas normal tertentu atau sendi terlalu fleksibel 3. Gangguan neurologis Gangguan neurologis adalah kegagalan untuk memiliki kemampuan fungsi neurolodis yang seharusnya dimiliki, yang disebabkan adanya lesi (defek) dari otak. Penyebab gangguan dapat terjadi pada masa prenatal, perinatal maupun pasca natal. 4. Etiologi dan Faktor predisposisi Etiologi : - Pasien yang memiliki fossa mandibuka dangkal serta kondilus yang tidak berkembang baik. - Anatomi abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren) - Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama - Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis - Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat- obatan atau gnagguan neurologis. Faktor predisposisi :

Upload: dinda-rifka-mutiara

Post on 09-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

asdfghjkl

TRANSCRIPT

1. Definisi dislokasi mandibula Dislokasi TMJ atau dislokasi mandibula adalah pergeseran condylus dari lokasinya yang normal di fossa mandibularis. Dislokasi mandibula ke anterior adalah translasi atau bergesernya kondiulus mandibula keluar dari fossa gleinodalis dan terkunci di anterio-superior dari eminensisa artikularis, yang menyebabkan terhalangnya gerakan menutup mulut, dimana umumnya ini terjadi karena hipermobilitas dari mandibula Dislokasi keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth) Dislokasi keluarnya kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan (Arif Mansyur, dkk. 2000)

2. Sindrom hipermobilitas dan macamnya Sindrom hipermobilitas (hypermobility syindrom) merupakan kondisi dimana sendi yang bergerak melampaui batas normal tertentu atau sendi terlalu fleksibel

3. Gangguan neurologisGangguan neurologis adalah kegagalan untuk memiliki kemampuan fungsi neurolodis yang seharusnya dimiliki, yang disebabkan adanya lesi (defek) dari otak. Penyebab gangguan dapat terjadi pada masa prenatal, perinatal maupun pasca natal.

4. Etiologi dan Faktor predisposisi

Etiologi : Pasien yang memiliki fossa mandibuka dangkal serta kondilus yang tidak berkembang baik. Anatomi abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren) Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gnagguan neurologis. Faktor predisposisi : Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir Trauma akibat kecelakaan Trauma akibat pembedahan ortopedi Terjadi infeksi di sekitar sendi

5. Klasifikasi dislokasi1) Dislokasi anteriorPada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik. Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik. Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas. Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka.2) Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.3) Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.4) Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.

6. Penyakit akut dan kronis

7. PatofisiologiDislokasi dari temporomandibularjoint (TMJ) seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka secara lebar, seperti pada saat menguap, makan atau pada saat prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menimbulakn kejang otot parah.

8. Pengertian tragus dan meatus beserta letaknya

9. Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisika. Observasi Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi kondilus posterior) Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateralb. Pemeriksaan Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan dan penutupan rahang serta deviasi lateral bilateral. Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut adalah 5 cm dan gerakan lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien sering mengurangi pembukaan mulut. Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah sudut zigomatikum, 1-2 cm di depa\n tragus. Aspek posterior sendi dipalpasi melalui kanal auditori eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik pada posisi terbuka maupun tertutup dan baik lateral maupun posterior. Saat palpasi, pemeriksa sebaiknya merasakan spasme otot, konsistensi otot atau sendi, dan bunti sendi. Otot yang dipalpasi sebagai bagian dari pemeriksaan TMJ lengkap yaitu masseter, temporalis, pterygoid medial, pterygoid lateral, dan sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan nyeri miofasial terisolasi, klik dan kelembutan sendi bisanya tidak ditemukan.2 Pemeriksaan Penunjang1. Sinar XSecara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua golongan: a. Sinar X intraoralSinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum digunakan. Alat ini memberikan detail dan gambaran kavitas, memeriksa kesehatan akar gigi dan tulang di sekitar gigi, memeriksa status perkembangan gigi dan memantau kesehatan umum dari tulang dan rahang. i. BitewingPada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab dan menunjukkan bagian mahkota pada gigi atas dan gigi bawah bersamaii. PeriapikalPeriapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap mulai dari mahkota hingga akar.

iii. Palatal (disebut juga oklusal) Sinar x palatal atau oklusal menangkap keseluruhan gigi atas dan bawah pada satu tembakan sementara film diletakkan pada permukaan gigitan dari gigi.b. Sinar X ekstraoralSinar X ekstraoral menunjukkan gigi, tetapi fokus utamanya adalah rahang dan tengkorak. Alat yang termasuk golongan ini tidak menyediakan detail yang ditemukan pada sinar X intraoral sehingga tidak digunakan untuk mendeteksi kavitas atau mengidentifikasi masalah gigi per gigi. Alat ini digunakan untuk melihat gigi impaksi, memantau tumbuh-kembang rahang dalam hubungannya dengan gigi-geligi dan mengidentifikasi masalah potensial antara gigi dan rahang beserta TMJ.i. PanoramikSinar x panoramik membutuhkan suatu alat khusus untuk berotasi mengelilingi kepala. Sinar x menangkap keseluruhan rahang dan gigi-geligi dalam satu tembakan. Alat ini digunakan untuk merencanakan terapi bagi implan gigi, memeriksa gigi geraham bungsu, dan mendeteksi masalah rahang. Panoramik tidak bagus dalam mendeteksi kavitas, kecuali kerusakannya sangat parah dan dalam. ii. Tomogram Tomogram menunjukkan lapisan khusus atau potongan dari mulut sementara yang lain dibuat buram. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa struktur yang sulit dilihat secara jelas, misalnya karena struktur lainnya sangat dengan dengan struktur yang akan dilihat. iii. Proyeksi Sefalometri Menunjukkan keseluruhan sisi kepala. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa gigi-geligi dengan hubungan terhadap rahang dan profil individu. Ahli ortodonti menggunakan jenis sinar X ini untuk mengembangkan rencana terapi ini.iv. Sialografi Sialografi melibatkan visualisasi kelenjar saliva setelah injeksi pewarnaan. Pewarnaannya disebut agen kontras radioopak yang diinjeksikan menuju kelenjar saliva sehingga organ tersebut dapat dilihat melalui film sinar X.

2. Computed TomographyDisebut juga CT-scan. menunjukkan struktur interior tubuh sebagai gambaran tiga dimensi. Jenis sinar x ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tulang wajah, seperti tumor atau fraktur.

3. MRI (Magnetic Ressonance Image)MRI baik untuk menunjukkan delineasi dari posisi diskus dan jaringan lunak dari TMJ. Perforasi diskus dan adhesi sendi tidak dapat ditunjukkan oleh MRI10. Penatalaksanaan + instruksi setelah reposisiProsedur terapi manual merupakan metode reduksi yang telah lama diperkenalkan. Tahapan penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto terlebih dahulu. Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses penanganan secara langsung. 2. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel dinding sehingga punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding. 3. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi yang benar maka rahang akan mengatup dengan cepat dan keras. Setelah itu gunakan sarung tangan. 4. Posisi operator berada di depan pasien. 5. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar terakhir) pada kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari yang lain memegang permukaan bawah mandibula. (A)

6. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan kondilus dari posisi terkunci di depan eminensia artikulare (B).7. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi anatominya (C & D). 8. Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk dilakukan rontgen foto 9. Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot) dan 1-2 ml 1% lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi dilakukan pada sisi kiri daerah yang tertekan dari kondilus yang displacement. 10. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari pasien membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk diet makanan lunak. 11. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu)

11. PembedahanTerapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan cara terakhir yang dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan bersifat ireversibel dan terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang. Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah: Menghilangkan nyeri dan membatasi progresivitas penyakit degeneratif Memperbaiki range of motion dari rahang Restorasi oklusi fungsional dan anatomiTerdapat dua tipe pembedahan pada kelainan temporomandibular:1. ArtosentesisArtrosentesis meliputi pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan ke dalam ruang sendi dengan spuit. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal secara intravena.2. ArtroskopiArtroskopi membutuhkan anestesi umum. Ketika pasien sudah dalam kondisi tidak sadar, dokter bedah akan melakukan insisi kecil pada depan telinga. Setelah itu, dimasukkan alat melalui lubang ini sehingga bisa terlihat area sekitar temporomandibular.3. Pembedahan sendi terbukaPembedahan ini baru dilakukan jika ada indikasi seperti:a. Degenerasi sendi temporomandibularb. TumorSebelum terapi pembedahan dilakukan, terapi dental splint atau terapi non bedah lain dapat dilakukan agar otot lebih relaksasi. EkuilibrasiTerapi ekuilibrasi oklusi merupakan salah satu terapi yang sering dilakukan oleh dokter gigi untuk memperbaiki kondisi dislokasi temporomandibular. Ekuilibrasi oklusi dapat meningkatkan stabilitas dan ortopedik. Hal ini kemudian dapat meningkatkan fungsi mastikasi. Pada ekuilibrasi, dilakukan penyesuaian sendi rahang, otot rahang dan giig agar ototnya berada dalam keadaan rileks, sendi rahang stabil, gigi geligi rahang atas dan bawah dapat berkontak. Langkah-langkah ekuilibrasi:1. Memposisikan sendi rahang dalam posisi stabil(centric relation position). Otot rahang harus diistirahatkan saat melakukan manuver ini. Pada umumnya, dokter gigi menggunakan teknik manipulasi bimanual.2. Penyesuaian gigi dan melakukan plaster gigi.

12. Komplikasi Dini1) Cedera saraf : pasien tidak dapat mengerutkan otot dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut2) Cedera pembuuh darah : arteri di sekitar TMJ dapat rusak3) Fraktur dislokasi Komplikasi lanjut1) Kekauan TMJImobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan TMJ, terutama pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun2) Dislokasi yang berulang3) Kelemahan otot Sakit kepala Sakit pada rahang Bunyi klik pada rahang Arthritis Facial pain

13. Hadist