jawaban eno blok 14 skenario a

27
I. Analisis Masalah 1. Tn. B, 35 tahun, mempunyai BB 95 kg dan TB 165 cm, datang ke Poliklinik Khusus Endokrin & Metabolisme RSMH Palembang dengan keluhan utama merasa mudah lelah sejak 3 bulan yang lalu. a. Bagaimana BMI Tn. B & interpretasinya? Eno, ami BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Rumus: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : Rumus : Dimana adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan adalah tinggi badan dalam meter. BMI Tuan B: 95 kg/1.65 2 = 34.89

Upload: retno-tharra

Post on 24-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tutor

TRANSCRIPT

I. Analisis Masalah

1. Tn. B, 35 tahun, mempunyai BB 95 kg dan TB 165 cm, datang ke

Poliklinik Khusus Endokrin & Metabolisme RSMH Palembang dengan

keluhan utama merasa mudah lelah sejak 3 bulan yang lalu.

a. Bagaimana BMI Tn. B & interpretasinya? Eno, ami

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan

(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan

"indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai

berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI

sebesar 30 atau lebih.

Rumus:

Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : 

Rumus : 

Dimana   adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan   adalah

tinggi badan dalam meter.

BMI Tuan B: 95 kg/1.652

= 34.89

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI Klasifikasi

< 18.5 berat badan di bawah normal

18.5–24.9 normal

25.0–29.9 normal tinggi

30.0–34.9 Obesitas tingkat 1

35.0–39.9 Obesitas tingkat 2

≥ 40.0 Obesitas tingkat 3

Berdasaarkan BMI, Tn B termasuk dalam kategori Obesitas tingkat 1

b. Apa resiko yang akan muncul dari BMI Tn. B ? beby, alifvia

c. Bagaimana patofisiologi mudah lelah ? garina, maya

2. Dia juga mengeluh merasa cepat haus dan lapar sejak 2 bulan yang lalu

disertai sering buang air kecil di malam hari. Di samping itu ia juga

mengeluh kesemutan dan gatal-gatal seluruh tubuh sejak 6 bulan yang lalu.

a. Bagaimana mekanisme cepat haus pada kasus ini? Juli, dodi

b. Bagaimana mekanisme cepat lapar pada kasus ini? Jane, ferina

c. Bagaimana mekanisme sering BAK pada malam hari pada kasus ini? Eno,

garina

Hiperosmolaritas ialah adanya kelebihan tekanan osmotik pada

plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Pada

penderita diabetes mellitus, terjadinya hiperosmolaritas karena

peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Peningkatan glukosa

dalam darah akan berkibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal

untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa. Kelebihan ini

selanjutnya menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin

(glikosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis

menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan

berakibat peningkatan volume air (poliuria). Proses seperti ini

mengakibatkan dehidrasi dengan ekstraseluler dan juga di ruangan

intraseluler.

d. Bagaimana mekanisme kesemutan pada kasus ini? Juli, ferina

e. Bagaimana mekanisme gatal-gatal seluruh tubuh pada kasus ini ? maya, alifvia

f. Bagaimana hubungan keluhan dengan kasus? Jane, beby

3. Tn. B mempunyai riwayat keluarga menderita hipertensi (ayah) dan

diabetes (ibu dan kakek).

a. Bagaimana pengaruh riwayat penyakit keluarga dengan penyakit pada kasus ?

Ferina, dodi

b. Bagaimana hubungan DM dan hipertensi (sindrom metabolik) pada kasus?

Eno, ami

Perkembangan resistensi insulin pada sindrom metabolik disebabkan olehbanyaknya asam

lemak bebas yang beredar di plasma pada orang dengan obesitassentral.

Gambar 2. Patofisiologi gangguan pada sindrom metabolik

Berdasarkan gambar diatas, adanya resistensi insulin ini akan semakinmeningkatkan

pemecahan asam lemak bebas (lipolisis) di jaringan adiposa yangmenyebabkan terjadinya

beberapa gangguan pada sistem organ antara lain:

- Jaringan otot

Terjadi penurunan ambilan glukosa (Glucose uptake)

- Hati

Terjadi peningkatan pemecahan glukosa di hati (glukoneogenesis)

- Pankreas

Terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel-β pancreas

- Pembuluh darah

Terjadinya vasokonstriksi dan penurunan relaksasi pembuluh darah akibatpenurunan

Nitrit oxide.

Resistensi insulin dapat menyebabkan dislipidemia melalui peningkatanasam lemak

bebas yang dapat meningkatkan sintesis dan sekresi apoB100 sebagaikofaktor dari trigliserid

dan VLDL. Pada hipertrigliseridemia terjadi penurunan isiester kolesterol dari inti lipoprotein

menyebabkan penurunan isi kolesterol HDLdengan peningkatan beragam trigliserida

menjadikan partikel kecil dan padat. Halini menyebabkan peningkatan bersihan HDL di

sirkulasi.

Gambar 3. Patofisiologi dislipidemia pada sindrom metabolic

Hipertensi pada sindrom metabolik dapat disebabkan oleh mekanismeyang sulit

dipisahkan satu sama lain karena adanya resistensi insulin dan obesitas.Adanya resistensi

insulin akan mengganggu produksi endothelial Nitric OxideSynthase (eNOS) sehingga

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.

  Gambar 3. Patofisiologi hipertensi pada sindrom metabolik

Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi melalui beberapamekanisme

berikut:

- Pada individu obese terjadi peningkatan volume darah, stroke volume dancardiac output

sehingga terjadi peningkatan peripheral vascular resistancepada individu obese yang

dapat menimbulkan kondisi hipertensi

- Obesitas dikaitkan dengan disfungsi endotel, resistensi insulin, perubahansistem saraf

simpatik, dan pelepasan mediator proinflamasi (Tumor NecrosisFactor/TNF-α dan

Intrleukin/IL6) sehingga terjadi peningkatan peripheralvascular resistance.

4. Pemeriksaan Fisik :

Tekanan Darah 160/95 mmHg, acanthosis nigricans, obesitas sentral

dengan lingkar perut 120 cm

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus? Juli, ferina

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus ?

maya, dodi

5. Pemeriksaan Laboratorium :

Rutin : Hb 14 g%, Ht 42%, leukosit 7.600 mm3, trombosit 165.000/mm3

Gula Darah Puasa 277mg/dL

HbA1C 8,6%

OGTT (puasa) 146 mg/dL; (2 jam post prandial) 246 mg/dL

Total protein 7,7 g/dL

Albumin 4,8 g/dL

Globulin 2,9 g/dL

Ureum 22 mg/dL

Kreatinin 0,6 mg/dL

Sodium 138 mmol/L

Potasium 3,6 mmol/L

Total Cholesterol 270 mg/dL

Cholesterol LDL 210 mg/dL

Cholesterol HDL 38 mg/dL

Trigliserida 337 mg/dL

Urinalisis : Urin reduksi +2, mikroalbuminuria (+)

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus?

Hb-kreatinin = eno, ami

a.

Hasil Nilai Normal Interpretas

i

Blood analysis

Hemoglobin 14g% 13-17,5 g % Normal

Hematokrit 42 g % 40-48 % Normal

Leukosit 7600 mm3 5000-10.0000 Normal

Trombosit 165.000 mm3 150000-400000 Normal

Blood glucose 277 mg/Dl < 110 mg/dL Meningkat

HbA1C 8,6 % 4,5 – 6,3 % Meningkat

OGTT fasting

glucose

146 mg/dL 70 – 110 mg/dL Meningkat

OGTT 2 hour

post prandial

246 mg/dL < 140 mg/dL Meningkat

Total protein 7,7 g/dL 6,7 -8,7 g/dL Normal

Albumin 4,8 g/dL 3,8 – 4,4 g/dL Meningkat

Globulin 2,9 g/dL 1,5 -3,0 g/dL Normal

Ureum 22 mg/dL 22 – 40 mg/dL Normal

Kreatinin 0,6 mg/dL 0,5-1,2 mg/dL (P) Normal

Sodium 138 mmol/l 135-155 mmol/l Normal

Potassium 3,6 mmol/l 3,6-5,5 mmol/dl Normal

Total cholesterol 220 mg/dL <200 mg/dL Meningkat

Cholesterol LDL 210 mg/dL <130 md/dL Meningkat

Cholesterol HDL 38 mg/dL > 65 mg/dL Menurun

Trigliserida 337 mg/dL < 200 mg/dL Meningkat

- gula darah puasa = 277 mg/dL

normalnya kurang dari 126 mg/dl

- HbA1C

HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C

bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita diabetes

(glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur

eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari

komplikasi.Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%. Jadi,

HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah ada kuat atau belum.

Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.

- OGTT 146 mg/dl

Penelitian telah menunjukkan bahwa OGTT lebih sensitif dibandingkan dengan pengujian

FPG untuk mendiagnosa pre-diabetes, tapi kurang nyaman untuk administer. OGTT

memerlukan puasa minimal 8 jam sebelum ujian. Tingkat glukosa plasma diukur segera

sebelum dan 2 jam setelah seseorang minum cairan yang mengandung 75 gram glukosa yang

dilarutkan dalam air. Hasil dan interpretasi diperlihatkan pada Tabel. Jika kadar glukosa

darah adalah antara 140 dan 199 mg / dL 2 jam setelah minum glukosa(TGT). Setelah TGT,

seperti memiliki IFG, berarti seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2. Tingkat

glukosa 2 jam 200 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulang uji pada hari lain,

berarti seseorang telah menderita diabetes.

Tabel Hasil OGTT dan Interprestasi

Hasil Glukosa Plasma 2 Jam. (mg/dL) Diagnosa

139 dan ke bawah Normal

140-199 Pre-diabetes

200 dan ke atas Diabetes*

*harus dikonfirmasikan lagi dengan mengulangi tes pada hari yang

berbeda.

- 2 jam post prandial = 246 mg/dl

normalnya kurang dari 200 mg/dl

- Peningkatan albumin terjadi karena Tn B mengalami dehidrasi. Albumin merupakan suatu

protein yang larut air sehingga saat tubuh kekurangan cairan hati akan mengkompensasinya

dengan memproduksi lebih banyak albumin untuk meningkatkan absorbsi air oleh sel.

- trigliserida 337 mg/dl

Kadar trigliserida terbilang normal jika kurang dari 150 mg/dL, masuk kategori batas tinggi

jika nilainya 150-199 mg/dL, masuk kategori tinggi jika nilainya 200-499 mg/dL dan

kategori sangat tinggi jika nilainya 500 mg/dL atau lebih.

- HDL 38 mg/dl

Konsentrasi 60 mg/dL atau lebih tinggi adalah ideal. Secara umum, konsentrasi HDL di

bawah 40 mg/dL dianggap sebagai faktor risiko utama terkena penyakit jantung koroner.

Beberapa ahli menyarankan, bagaimanapun, bahwa konsentrasi HDL harus dibandingkan

dengan kolesterol total. Dengan cara ini, nilai HDL harus setidaknya sepertiga dari kolesterol

total.

- LDL 210 mg/dl

Menurut NCEP, kadar kolesterol LDL di bawah 100mg/dl dianggap ideal. Kadar LDL 100-

129 mg/dL mendekati optimal. Kadar ambang batas adalah 130-159 mg/dL. Kadar tinggi

LDL adalah 160-189 mg/dL. Namun, semakin banyak bukti yang mendukung standar yang

lebih ketat. Banyak peneliti dan dokter percaya bahwa 100 mg/dL harus menjadi batas atas

untuk semua orang, dan beberapa merekomendasikan pengurangan di bawah 70 mg /dL

untuk individu yang berisiko tinggi.

- Total Cholesterol 270 mg/dl

Menurut pedoman NCEP, diharapkan kolesterol total adalah di bawah 200 miligram (mg) per

desiliter (dL). Batas tingkat tinggi adalah 200-239 mg/dL. Kolesterol tinggi didefinisikan

sebagai lebih besar dari 240 mg/dL.

Namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa standar yang lebih ketat mungkin lebih sesuai.

Risiko kasus jantung menurun seiring menurunnya jumlah kadar kolesterol, sehingga banyak

pihak berwenang menyarankan sasaran kolesterol total harus sekitar 150 mg/dL.

Sodium-mikroalbuminuria = beby, garina

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium pada

kasus?

Hb-kreatinin = dodi, maya

Sodium-mikroalbuminuria = juli, alifvia

6. a. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kasus? Jane, eno

b. Apa differensial diagnosis pada kasus? Dodi , ami

c. bagaimana penatalaksanaan dari kasus ini? Juli, beby

d. Bagaimana prognosis pada kasus ini? Ferina, alifvia

e. Apa KDU pada kasus ini? Dodi, garina

II. Learning Issue

1. Sindrom Metabolik Eno, ami

1 Definisi

  Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen faktor risikoyang terdiri dari

obesitas sentral, dislipidemia (meningkatnya trigliserida dan menurunnya kolesterol HDL),

hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa yangditandai dengan meningkatnya glukosa darah puasa.

Disfungsi metabolik ini dapat menimbulkan konsekuensi klinik yang serius berupa penyakit

kardiovaskuler,diabetes mellitus tipe 2, sindrom ovarium polikistik dan perlemakan hati non-

alkoholik.

2 Epidemiologi

Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisi yangdigunakan dan

populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari the Third NationalHealth and Nutrition

Examination Survey (1988 sampai 1994), prevalensisindrom metabolik (dengan

menggunakan kriteria NCEP-ATPIII) bervariasi dari16% pada laki-laki kulit hitam sampai

37% pada wanita Hispanik. Prevalensi Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya

usia dan berat badan.Karena populasi penduduk Amerika yang berusia lanjut makin

bertambah danlebih dari separuh mempunyai berat badan lebih atau gemuk,

diperkirakansindrom Metabolik melebihi merokok sebagai faktor risiko primer

terhadappenyakit kardiovaskular. Di indonesia sendiri dilakukan penelitian yang

dilakukanSemiardji pada pekerja PT. Krakatau steel didapatkan prevalensi sebesar 15,8%pada

tahun 2005 dan meningkat sebesar 19,7% pada tahun 2007. Hal inimeningkat dengan adanya pengaruh gaya

hidup yang cenderung kurang dalamaktifitas fisik dan makanan siap saji dan berlemak.

3 Etiologi

Etiologi dari sindrom metabolik bersifat multifaktor. Penyebab primeryang

menyebabkan gangguan metabolik yang ditemukan pada sindrom metabolik adalah resistensi

insulin yang berhubungan dengan obesitas sentral yang ditandai dengan timbunan lemak

viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkarpinggang. Hubungan antara resistensi

insulin dan penyakitkardiovaskular diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang

menimbulkandisfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukanatheroma.

Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yangmendasari adalah

terjadinya obesitas abdominal. Suatu studi membuktikan bahwapada individu yang

mengalami peningkatan kadar kortisol didalam serum (yangdisebabkan oleh stres kronik)

mengalami obesitas abdominal, resistensi insulindan dislipidemia.

4 Diagnosis

Setelah Reaven pada tahun 1988 mencanangkan sindrom resistensi insulin,maka

WHO 1999 melakukan tata cara diagnostik sindrom metabolik yangmemberi persyaratan

harus ada komponen resistensi insulin atau hiperinsulinemiayang ditandai dengan kadar

glukosa darah puasa > 110 mg/dl ditambah dengankomponen lain. Berikut tabel kriteria

diagnosis sindrom metabolik menurut WHO(1999)

Tabel 1. kriteria diagnosis sindrom metabolik menurut WHO (1999)

Factor resiko Nilai batas

Hiperinsulinemia ≥110 mg/dl (GDP)

Tekanan darah >160/90 mm/Hg

Trigliserida ≥150 g/dl

HDL Pria

Wanita

<35 mg/dl

<39 mg/dl

Obesitas abdominal (Lingkar pinggang)

Pria

Wanita

>0,90

>0,85

Mikroalbuminuria

Rasio albumin:kreatinin >30 mg/gr

Berdasarkan atas kriteria WHO 1999 maka jelas komponen resistensiinsulin dalam

hal ini diabetes mellitus dan atau resistensi glukosa terganggumerupakan titik sentral dari

komponen faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Padadasarnya semua komponen dari

sindrom metabolik terkait satu sama lain sehingga dengan penanganan salah satu dari

komponen akan memberi dampak positif pulapada komponen lain.

Selanjutnya NCEP ATP III merekomendasikan sindrom metabolik dengankriteria

berbeda dimana gangguan resistensi insulin tidak dimasukkan dalam salahsatu persyaratan

melainkan memasukkan dalam kedudukan yang sejajar dengankomponen lainnya. Menurut

rekomendasi ATP III, dikatakan sindrom metabolik apabila ditemukan 3 atau lebih

komponen yang ada pada satu subjek. Berikutkriteria diagnosis sindrom metabolik menurut

ATP III dan ATP III yang dimoifikasi.

Tabel 2. Kriteria diagnosis sindrom metabolik menurut ATP III

Factor resiko NCEP ATP III NCEP ATP III (modifikasi)

Obesitas abdominal

Lingkar perut Pria

Wanita

>102

>88

> 90 cm

≥80 cm

Hipertrigliseridemia ≥150 ≥150

HDL Pria

Wanita

<40

<50

<40

<50

Hipertensi ≥ 130/85 ≥ 130/85

GDP ≥110 ≥110

Selanjutnya klasifikasi ATP III mengalami modifikasi khusus bagi orang Asia dimana

lingkar pinggang dianggap terlalu besar untuk orang Asia dimanalingkar pinggang orang

Asia untuk laki-laki adalah ≥ 90 cm dan wanita ≥ 80 cm.Komponen lainnya tetap sama

sebagaimana ATP III. Namun, jika dilihat darikriteria diagnosis WHO dan NCEP ATP

digunakan glukosa darah puasa terganggu.

5 Faktor Resiko

1) Genetik 

Banyak penelitian menyebutkan bahwa orang dengan sindrom metabolik memiliki

riwayat keluarga dengan hipertensi dan diabetes mellitus.

2) Obesitas sentral

Faktor risiko utama dalam perkembangan sindrom metabolik adalahobesitas sentral.

Obesitas sentral ini merupakan faktor risiko utamapenyebab resistensi insulin sebagai

penyebab dari berbagai gangguan yangdapat berkembang dari sindrom metabolik.

3) Kurangnya aktifitas fisik 

Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan obesitas karenaketidakseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran energi.

4) Usia

Pada sebuah studi di Amerika serikat, terjadi peningkatan jumlah orangdengan sindrom

metabolik seiring dengan peningkatan usia. Ditemukanprevalensi sindrom metabolik

sebesar 6.7% pada usia 20-29 tahun dan43.5% pada usia 60-69 tahun.

6 Patofisiologi

Patofisiogi dari sindrom resistensi insulin tidak didasarkan dari satu faktorutama dan

bersifat multifaktor. Namun, dari beberapa penelitian didapatkanbahwa resistensi insulin dan

obesitas sentral merupakan patofisiologi dasar yangsaling berkaitan erat satu sama lain tanpa

mengesampingkan faktor lainnya darisindrom metabolik.

1) Obesitas sentral

Obesitas adalah penimbunan lemak tubuh melebihi nilai normal sehinggadapat

menyebabkan peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas penyakit.Obesitas dapat

disebabkan oleh banyak faktor tetapi prinsip dasarnya adalah samayaitu

ketidakseimbangan dalam penyimpanan dan pengeluaran energi. Energiyang

dimasukkan dalam tubuh tidak digunakan secara efektif sehingga tertimbundalam

jaringan lemak.

Terdapat dua tipe obesitas yaitu obesitas sentral dan perifer. Pada

obesitassentral terjadi penimbunan lemak dalam tubuh melebihi nilai normal di

daerahabdomen. Sedangkan, obesitas perifer adalah penimbunan lemak

didaerahgluteofemoral.

Obesitas sentral merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalammencetuskan

terjadinya resistensi insulin. Hal-hal yang dapat menyebabkanterjadinya resistensi

insulin, antara lain :

a. Lipotoksisitas

Pemaparan asam lemak bebas yang lama pada sel beta pankreasmeningkatkan

pengeluaran insulin basal tapi menghambat sekresi insulinyang disebabkan oleh

glukosa. Selain itu asam lemak bebas juga dapatmenghambat ekspresi insulin pada keadaan

glukosa plasma yang tinggi danmenginduki apoptosis sel beta pankreas.Asam lemak

bebas yang meningkat mengganggu kemampuan insulin untuk menghambat penghasilan

glukosa hepatik dan menghambat pemasokanglukosa ke dalam otot skelet, juga

menghambat sekresi insulin dari sel betapankreas. Hal ini menyebabkan resistensi

insulin pada organ hati dan otot

b. AdipositokinSitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak seperti TNF-α, IL -6

danresistin dapat mencetuskan terjadinya resistensi insulin karena adanya

efek proinflamasi. Efek-efek ini dapat mengganggu fungsi GLUT-4

sebagaitransporter glukosa sehingga tidak dapat memasukkan glukosa ke dalam

sel.Jaringan lemak yang dulu dianggap sebagai deposit trigliserid

ternyatamempunyai fungsi endokrin sitokin dengan menghasilkan hormon TNF-

α,leptin, interleukin 6, resistin. TNFα, interleuk in dan resitin

menyebabkanresistensi insulin sedang adiponektin dan leptin menghambat

resistensiinsulin.

- Adinopektin Adinopektin adalah protein sekretorik mirip kolagen yang

dihasilkan olehsel lemak. Kadar adinopektin dalam serum berbanding

terbalik denganberat badan. adinopektin juga memiliki peran dalam

meningkatkansensitifitas insulin, anti-inflamasi dan anti-aterogenik.

- LeptinKadar leptin serum sangat berhubungan dengan ekspresi mRNA

leptinpada sel lemak dan kadar trigliserida dalam sel tersebut. Tempat

kerjaleptin di hipotalamus, dimana leptin bekerja sebagai regulator

pemasukandan pengeluaran energi. Leptin memiliki efek menurunkan

sintesis lemak,menurunkan sintesis trigliserida dan meningkatkan

oksidasi asam lemak sehingga bisa meningkatkan sensitifitas insulin.

Selain itu leptin berfungsimenurunkan nafsu makan dan meningkatkan

penggunaan energy.

- Interleukin-6IL-6 adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak dimana

peningkatankadarnya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah dan ukuran

sel lemak. IL-6 disekresi 2-3 kali lebih banyak oleh jaringan lemak viseral

daripada jarigan lemak subkutan pada orang yang obes berat.IL-6

memiliki sifatpro-inflamasi yang dapat dihubungkan dengan terjadinya

resistensiinsulin. IL-6 diperkirakan dapat mengirimkan sinyal-sinyal

secarasistemik untuk menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin

khususnya selhati.

- ResistinResistin adalah hormon yang diekspresi dan disekresi oleh sel

lemak.Ekspresi gen resistin diinduksi pada saat diferensiasi sel lemak.

Resistindiperkirakan memiliki peran dalam obesitas dan resistensi insulin.

- TNF-α   Sel lemak merupakan sumber dan target dari sitokin TNF-α.

Orang yangmengalami obesitas mengekspresikan mRNA TNF-α 2 -3 kali

lebih banyak daripada orangbkurus. Kadar TNF- α akan menurun dengan

penurunan berat badan. Efek TNF- α pada jaringan lemak yaitu

penurunan eksresi transporter glukosa GLUT-4 dan peningkatan hormon

lipase.TNF- α memiliki potensi untuk mencetuskan resistensi insulin

karena glukosa plasma yang masuk ke sel berkurang.

2. Resistensi insulin

Perkembangan resistensi insulin pada sindrom metabolik disebabkan olehbanyaknya

asam lemak bebas yang beredar di plasma pada orang dengan obesitassentral.

Gambar 2. Patofisiologi gangguan pada sindrom metabolik

Berdasarkan gambar diatas, adanya resistensi insulin ini akan semakinmeningkatkan

pemecahan asam lemak bebas (lipolisis) di jaringan adiposa yangmenyebabkan terjadinya

beberapa gangguan pada sistem organ antara lain:

- Jaringan otot

Terjadi penurunan ambilan glukosa (Glucose uptake)

- Hati

Terjadi peningkatan pemecahan glukosa di hati (glukoneogenesis)

- Pankreas

Terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel-β pancreas

- Pembuluh darah

Terjadinya vasokonstriksi dan penurunan relaksasi pembuluh darah akibatpenurunan

Nitrit oxide.

Resistensi insulin dapat menyebabkan dislipidemia melalui peningkatanasam lemak

bebas yang dapat meningkatkan sintesis dan sekresi apoB100 sebagaikofaktor dari trigliserid

dan VLDL. Pada hipertrigliseridemia terjadi penurunan isiester kolesterol dari inti lipoprotein

menyebabkan penurunan isi kolesterol HDLdengan peningkatan beragam trigliserida

menjadikan partikel kecil dan padat. Halini menyebabkan peningkatan bersihan HDL di

sirkulasi.

Gambar 3. Patofisiologi dislipidemia pada sindrom metabolic

Hipertensi pada sindrom metabolik dapat disebabkan oleh mekanismeyang sulit

dipisahkan satu sama lain karena adanya resistensi insulin dan obesitas.Adanya resistensi

insulin akan mengganggu produksi endothelial Nitric OxideSynthase (eNOS) sehingga

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.

  Gambar 3. Patofisiologi hipertensi pada sindrom metabolik

Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi melalui beberapamekanisme

berikut:

- Pada individu obese terjadi peningkatan volume darah, stroke volume dancardiac output

sehingga terjadi peningkatan peripheral vascular resistancepada individu obese yang

dapat menimbulkan kondisi hipertensi

- Obesitas dikaitkan dengan disfungsi endotel, resistensi insulin, perubahansistem saraf

simpatik, dan pelepasan mediator proinflamasi (Tumor NecrosisFactor/TNF-α dan

Intrleukin/IL6) sehingga terjadi peningkatan peripheralvascular resistance.

2. DM beby, alifvia

3. Obesitas garina, maya

4. Hipertensi Juli, dodi

5. Dislipidemia Jane, ferina

Kumpul jawaban sm LI ny di Ms.word font:Times New Roman, font size: 12, spasi : 1,5.

Batas wkt pengumpulan jawaban & LI: saat tutorial hari ke-2/ Rabu atau kalo lebih cepet

email ke : [email protected]

Langsung jawab di bawah pertanyaan masing2.

Thank you.