jawaban skenario d blok 27 prass

Upload: prass-ekasetia-poetra

Post on 02-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    1/15

    NAMA : PRASS EKASETIA POETRA

    NIM : 04111001139

    Analisis Masalah

    1. Dampak kesulitan bernafas pada anak 2 tahun

    Dampak yang sering dialami anak karena kesulitan bernafas adalah perubahan

    warna menjadi pucat atau kebiruan (sianosis), anak menjadi lebih rewel, metabolisme

    tubuh terhambat, dan bila terlalu lama dapat menyebabkan kematian.

    2. Patofisiologi Sindroma Croup? (LI)

    3. Apa tatalaksana pada pasien Sindroma Croup? (LI)

    Learning Issue

    Croup Syndrome

    DEFINISI

    Croup adalah terminologi umum yang mencakup suatu grup penyakit heterogen yang

    mengenai laring, infra/subglotis, trakea dan bronkus. Karakteristik sindrom croupadalah batuk

    yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi, dengan atau tanpa adanya obstruksi jalan

    napas.

    Pada croup sindrom ini terdapat suatu kondisi pernafasan yang biasanya dipicu oleh

    infeksi virus akut saluran napas bagian atas. Infeksi menyebabkan pembengkakan di dalam

    tenggorokan, yang mengganggu pernapasan normal. Selain itu juga terjadi suatu pembengkakan

    di sekitar pita suara, terjadi biasanya secara umum pada bayi dan anak-anak dan dapat memiliki

    berbagai penyebab

    KLASIFIKASI

    Secara umum CroupSindrom diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:

    A. Viral Croup(laringotrakeobronhotis)

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    2/15

    Ditandai dengan gejala-gejala prodromal infeksi pernafasan: gejala obstruksi saluran

    pernafasan berlangsung selama 3-5 hari. Usia 6 tahun. Stridor (+), Batuk (sepanjang

    waktu), Demam (+) yang tinggi, durasi 2-7 hari, Keluarga sejarah (+), kecenderungan oleh

    asma (-).

    B. Spasmodic Croup

    Spasmodic croup, batuk hebat, terdapat faktor atopik, tanpa gejala prodromal, anak tiba-

    tiba bisa mendapatkan obstruksi saluran pernapasan, biasanya pada malam hari sebelum

    menjelang tidur, serangan terjadi sebentar kemudian kembali normal.

    Selain klasifikasi secara umum, juga terdapat klasifikasi berdasarkan derajat keparahan batuk

    atau derajat kegawatan, dikelompokkan menjadi 4 kategori:

    1.

    Ringan: Ditandai dengan batuk menggonggong keras yang kadang-kadang muncul, Stridor

    yang tidak dapat terdengar saat pasien istirahat/tidak beraktivitas atau tidak ada kegiatan dan

    teradapat retraksi dada ringan.

    2. Moderat/Sedang: Ditandai dengan batuk menggonggong yang sering timbul, Stridor lebih

    bisa mendengar ketika pasien beristirahat atau tidak aktivitas, retraksi dinding dada yang

    sedikit terlihat, tetapi tanpa gangguan pernapasan yaitu gawat napas (repiratory distress).

    3. Berat: Ditandai dengan sering batuk menggonggong yang sering timbul, Inspirasi stridor

    lebih bisa mendengar saat aktivitas pasien atau kurang istirahat, akan tetapi, lebih terdengar

    jelas ketika pasien beristirahat, dan kadang-kadang disertai dengan stridor ekspirasi, retraksi

    dinding dada, juga terdapat gangguan pernapasan.

    4. Gagal napas mengancam: Batuk kadang-kadang tidak jelas, stridor positif (kadang sangat

    jelas ketika pasien beristirahat), terdapat sedikit gangguan kesadaran (letargi), dan kelesuan.

    ETIOLOGI

    Croup sindrom ini biasanya dianggap terjadi karena infeksi virus. Nama lain

    menggunakan istilah yang lebih luas, untuk menyertakan laryngotrakeitis akut, batuk tidak

    teratur, difteri laring, trakeitis bakteri , laryngotrakeo-bronkitis, dan

    laryngotrakeobronkopneumonitis. Dari macam-macam penyakit tersebut terdapat kondisi yang

    melibatkan infeksi virus dan umumnya lebih ringan sehubungan dengan simptomatologi, akan

    tetapi terdapat pula yang dikarena infeksi bakteri dan biasanya dengan tingkat keparahan lebih

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Bacterial_tracheitis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgLeaW6HHt-qPIxdy-itr_2HzsFSghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Bacterial_tracheitis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgLeaW6HHt-qPIxdy-itr_2HzsFSg
  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    3/15

    besar. Selain dapat disebabkan virus dan bakteri, croup sindrom juga bisa dikarenakan infeksi

    jamur yaitu berupa Candida albican.

    Viral

    Viral croup / laryngotrakeitis akut yang disebabkan oleh Human Parainfluenza Virus

    terutama tipe 1 (HPIV1), HPIV-2, HPIV-3, dan HPIV-4 terdapat pada sekitar 75% kasus.

    Etiologi virus lainnya adalah Influenza A dan B, virus campak , Adenovirus dan Virus

    pernapasan/Respiratory Syncytial Virus (RSV). Batuk hebat disebabkan oleh kelompok virus

    yang sama seperti laryngotrakeitis akut, tetapi tidak memiliki tanda-tanda infeksi biasa (seperti

    demam, sakit tenggorokan, dan meningkatkan jumlah sel darah putih). Perawatan, dan respon

    terhadap pengobatan, juga serupa.

    Bakteri

    Bakteri yang dapat menyebabkan batuk dapat dibagi menjadi beberapa antara lain, difteri

    laring, trakeitis bakteri, laryngotrakeobronkitis, dan laryngotrakeobronkopneumonitis. Difteri

    laring disebabkan Corynebacterium diphtheriae sementara trakeitis bakteri,

    laryngotrakeobronkitis, dan laryngotrakeobronkopneumonitis biasanya karena infeksi virus

    primer dengan pertumbuhan bakteri sekunder. Sebagian besar bakteri yang umum terlibat adalah

    Staphylococcus aureus , Streptococcus pneumoniae , Hemophilus influenzae , dan Catarrhalis

    moraxella.

    Penyebab Lain

    Etiologi lainnya selain dikarenakan infeksi berupa virus, bakteri, dan jamur. Terdapat

    pula penyebab lain yaitu:

    Mekanik

    Benda asing

    Pasca pembedahan

    Penekanan massa ekstrinsik

    Alergi

    Sembab angioneurotik

    PATOFISIOLOGI

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Influenza&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyV2jB83K3HP449jvQPcGWvS9_owhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Measles&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi1QOHcdp8QY8drf843cOmsXRA-swhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Adenovirus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjiLV9aAEGXwJF-qRk9KbU1fToWuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Adenovirus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjiLV9aAEGXwJF-qRk9KbU1fToWuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/White_blood_cell_count&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgS1pevk3AwEoJIXD-vuWU-yEF5ighttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhKnV2vI_myW1GDbqQwWSMNQFIVSghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhKnV2vI_myW1GDbqQwWSMNQFIVSghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgClfbrBW9UCRW3DnM7JVF6iUBxcQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgClfbrBW9UCRW3DnM7JVF6iUBxcQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgbE2nsCqZ56mdaEXn5RcTgWaoHuQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgbE2nsCqZ56mdaEXn5RcTgWaoHuQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Hemophilus_influenzae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiXxhw5mzeZa6GklBHX0riUi1CAsghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Hemophilus_influenzae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiXxhw5mzeZa6GklBHX0riUi1CAsghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Moraxella_catarrhalis&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgh_0BjYb7aQf0dU-dxhTDy3rn9tQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Hemophilus_influenzae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiXxhw5mzeZa6GklBHX0riUi1CAsghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgbE2nsCqZ56mdaEXn5RcTgWaoHuQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgClfbrBW9UCRW3DnM7JVF6iUBxcQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhKnV2vI_myW1GDbqQwWSMNQFIVSghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/White_blood_cell_count&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgS1pevk3AwEoJIXD-vuWU-yEF5ighttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Adenovirus&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjiLV9aAEGXwJF-qRk9KbU1fToWuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Measles&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi1QOHcdp8QY8drf843cOmsXRA-swhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Influenza&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyV2jB83K3HP449jvQPcGWvS9_ow
  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    4/15

    Virus (terutama parainfluenza dan RSV) dapat terjadi karena inokulasi langsung

    dari sekresi yang membawa virus melalui tangan atau inhalasi besar terjadi partikel

    masuk melalui mata atau hidung. Infeksi virus di laryngotrakeitis, laryngotrakeobronkitis

    dan laryngotrakeobronkopneumonia biasanya dimulai dari nasofaring atau oropharynx

    yang turun ke laring dan trakea setelah masa inkubasi 2-8 hari. Diffuse peradangan yang

    menyebabkan eritema dan edema dinding mukosa dari saluran pernapasan. Laring adalah

    bagian tersempit saluran pernafasan atas, yang membuatnya sangat suspectible untuk

    terjadinya obstruksi.

    Edema mukosa yang sama pada orang dewasa dan anak-anak akan

    mengakibatkan perbaikan yang berbeda. Edema mukosa dengan ketebalan 1 mm akan

    menyebabkan penyempitan saluran udara sebesar 44% pada anak-anak dan 75% pada

    bayi. Edema mukosa dari daerah glotis akan menyebabkan gangguan mobilitas pita suara.

    Edema pada daerah subglottis juga dapat menyebabkan gejala sesak napas.

    Airway karena turbulensi udara menyebabkan peradangan yang menyebabkan

    penyempitan stridor diikuti retraksi dinding dada yang dapat terjadi (selama inspirasi). Di

    daerah Laryngotrakeitis edematous akut, ada histologis mengandung infiltrat selular di

    lamina propria, submukosa dan advensisia. Infiltrat ini berisi histiosit, limfosit, sel

    plasma, dan neutrofil.

    Pergerakan dinding dada dan juga dinding abdomen yang tidak teratur

    menyebabkan pasien kelelahan serta mengalami hipoksia dan hiperkapnea. Pada keadaan

    ini dapat terjadi gagal napas atau bahkan juga terjadi henti napas.

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    5/15

    Inhalasi virus Parainfluenza

    Infeksi sal.

    pernapasan

    Nasal Bronkus

    Invasi secara

    langsung kedalam

    makrofag

    Laring Aktivasi

    respon imun

    seluler

    Merangsang

    hipotalamus

    Prostaglandin

    Pembentukan

    antibodi, induksioleh interferon

    Demam

    Infeksi mukosa

    Peningkatan

    kelenjar mukus

    Hipersekresi

    mukus

    Pilek

    Infeksi mukosa

    Peningkatan

    kelenjar mukus

    Hipersekresi

    mukus

    Mekanisme

    pertahanan tubuh

    untuk membersihkan

    mukusBatuk

    Infeksi mukosa

    Infiltrasi sel darah

    putih (termasuk

    histiosit,limfosit,

    netrofil sel lasma

    Pembengkakan

    laring

    Obstruksi sal.

    napas

    Suplai 02

    Peningkatan

    usaha bernapas

    Nafas

    RR

    Nafas cupinghidung

    HR

    Retraksi suprasternal& sela iga

    Usaha belum mencukupi suplai 02

    Respiratory Disstres

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    6/15

    MANIFESTASI KLINIS

    Gejala klinis di awali dengan suara serak, batuk menggonggong dan stridor inspiratoir.

    Bila terjadi obstruksi stridor menjadi makin berat, tetapi dalam kondisi yang sudah payah stridor

    melemah. Dalam waktu 12-48 jam sudah terjadi gejala obstruksi saluran napas atas. Pada

    beberapa kasus hanya didapati suara serak dan batuk menggonggong, tanpa obstruksi napas.

    Keadaan ini akan membaik dalam waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus lain terjadi obstruksi napas

    yang makin berat, ditandai dengan takipneu, takikardia, sianosis dan pernapasan cuping hidung.

    Pada pemeriksaan toraks dapat ditemukan retraksi supraklavikular, suprasternal, interkostal,

    epigastrial.

    Bila anak mengalami hipoksia, anak tampak gelisah, tetapi jika hipoksia bertambah berat

    anak tampak diam, lemas, kesadaran menurun. Pada kondisi yang berat dapat menjadi gagal

    napas. Pada kasus yang berat proses penyembuhan terjadi setelah 7-14 hari. Anak akan sering

    menangis, rewel, dan akan merasa nyaman jika duduk di tempat tidur atau digendong.

    Perbandingan antara viral croup (laringotrakeobronkitis) dan spasmodic croup

    (spasmodic cough) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel perbandingan antara Viralcroup danSpasmodic croup

    Karakteristik Viral Croup Spasmodic Croup

    Usia 6 bulan6 tahun 6 bulan6 tahun

    Gejala prodromal Ada Tidak jelas

    Stridor Ada Ada

    Batuk Sepanjang waktu Terutama malam hari

    Demam Ada (tinggi) Bisa ada, tidak tinggi

    Lama sakit 2-7 hari 2-4 jam

    Riwayat keluarga Tidak ada Ada

    Predisposisi asma Tidak ada Ada

    DIAGNOSIS

    Anak agitasi

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    7/15

    Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada pemeriksaan

    fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring, dan frekuensi napas yang sedikit

    meningkat. Kondisi pasien bervariasi sesuai dengan derajat stres pernapasan yang diderita.

    Pemeriksaan langsung area laring pada pasien crouptidak terlalu diperlukan. Akan tetapi,

    bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut, gawat napas/respiratory distress, disfagia,

    drooling), maka pemeriksaan tersebut sangat diperlukan.

    Sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup beratnya adalah Skor

    Westley. Hal ini terutama digunakan untuk tujuan penelitian, jarang digunakan dalam praktek

    klinis. Ini adalah jumlah poin yang dipaparkan untuk lima faktor: tingkat kesadaran, cyanosis,

    stridor, masuknya udara, dan retraksi. Hal-hal yang diberikan untuk setiap faktor terdaftar dalam

    tabel ke kanan, dan skor akhir berkisar dari 0 sampai 17.

    Skor total 2 menunjukkan batuk ringan.Batuk menggonggong karakteristik dan suara

    serak yang mungkin ada, tetapi tidak ada stridor saat istirahat.

    Total skor 3-5 diklasifikasikan sebagai croup moderat. Hal ini menyajikan dengan

    mendengar stridor mudah, tetapi dengan beberapa tanda-tanda lain.

    Hal ini juga menyajikan dengan stridor jelas, tetapi juga fitur ditandai dinding dada

    indrawing.

    Sebuah nilai total 12 menunjukkan yang akan adanya kegagalan pernapasan . Batuk

    menggonggong dan stridor mungkin tidak lagi menonjol pada tahap ini.

    85% dari anak-anak yang datang ke bagian darurat memiliki penyakit ringan, batuk parah

    sangat jarang (

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    8/15

    Tingkat

    kesadaranNormal Bingung

    Udara

    masukNormal Penurunan

    Menurun

    tajam

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak perlu

    dilakukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis, gejala klinis,

    dan pemeriksaan fisik.

    Bila ditemukan peningkatan leukosit >20.000/mm3yang didominasi PMN, kemungkinan

    telah terjadi superinfeksi, misalnya epiglotitis.

    Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna untuk menegakkan diagnosis croup

    sindrom ini yaitu bisa dengan pemeriksaan radiologis dan CT-Scan.

    Gambaran radiologi berupa penyempitan dari subglotis (seperti menara / steeple sign)

    pada foto anterior-posterior (AP), densitas jaringan lunak yang ireguler pada trakea foto lateral,

    serta peumonia bilateral.

    Tanda menara terlihat pada radiografi anteroposterior jaringan lunak leher. Konvektivitas

    lateral normal trakea subglottic hilang, dan penyempitan lumen subglottic menghasilkan

    konfigurasi V terbalik di daerah ini. Titik dari V terbalik pada tingkat margin inferior pita suara

    yang benar. Penyempitan dari lumen subglottic mengubah tampilan radiografi dari kolom udara

    trakea, yang menyerupai atap bernada tajam atau menara gereja.

    Gambaran normal foto anterior-posterior

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Level_of_consciousness&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjMlT1WO-DTX3JtFkZ-nk4PCP-9cghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Level_of_consciousness&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjMlT1WO-DTX3JtFkZ-nk4PCP-9cghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F1.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiaVXwwkK6YlAiouzPGM7Ww_wkC6Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F1.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiaVXwwkK6YlAiouzPGM7Ww_wkC6Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Level_of_consciousness&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjMlT1WO-DTX3JtFkZ-nk4PCP-9cghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Level_of_consciousness&prev=/search%3Fq%3Dcroup%2Bsyndrome%26hl%3Did&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjMlT1WO-DTX3JtFkZ-nk4PCP-9cg
  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    9/15

    Gambaran normal foto lateral

    Gambaran Sindrom Croupfoto anterior-posterior

    Gambaran Sindrom Croup foto lateral

    Dalam tanda menara (steeple sign), area kritis penyempitan saluran napas adalah 1 cm

    proksimal trakea, di elasticus konus ke tingkat pita suara yang benar. Mukosa pada tingkat ini

    memiliki lampiran longgar. Tanda menara dihasilkan oleh adanya edema pada trakea, yang

    menghasilkan elevasi mukosa trakea dan hilangnya memikul normal (Convexities lateral) dari

    kolom udara

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F2.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj8jIOeyPVCFs4XUlNpIR5Swh9_IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F2.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj8jIOeyPVCFs4XUlNpIR5Swh9_IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F2.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj8jIOeyPVCFs4XUlNpIR5Swh9_IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://radiology.rsna.org/content/216/2/428/F2.expansion.html&prev=/search?q=radiologis+croup&hl=id&safe=off&biw=1280&bih=496&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj8jIOeyPVCFs4XUlNpIR5Swh9_IA
  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    10/15

    Pada pemeriksaan radiologis leher posisi poserior-anterior ditemukan gambaran udara

    steeple sign (seperti menara) yang menunjukkan adanya penyempitan kolumna subglotis. Akan

    tetapi, gambaran radiologis seperti ini hanya dijumpai pada 50% kasus saja.

    Melalui pemeriksaan radiologis, croup dapat dibedakan dengan berbagai diagnosis

    bandingnya. Gambaran foto jaringan lunak (intensitas rendah) saluran napas atas dapat dijumpai

    sebagai berikut:

    1. Pada trakeitis bakterial, tampak gambaran membran trakea yang compang-camping.

    2. Pada epiglotitis, tampak gambaran epiglotitis yang menebal.

    3. Pada abses retrofaringeal, tampak gambaran posterior faring yang menonjol.

    Pada pemeriksaan CT scan dapat lebih jelas menggambarkan penyebab obstruksi pada pasien

    dengan keadaan klinis yang lebih berat, seperti adanya stridor sejak usia di bawah 6 bulan ataustridor pada saat aktivitas. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan bila pada gambaran

    radiologis dicurigai adanya massa.

    TATALAKSANA

    Tatalaksana utama bagi pasien croup adalah mengatasi obstruksi jalan napas. Sebagian

    besar pasien croup tidak perlu dirawat RS, melainkan cukup dirawat dirumah. Pasien dirawat di

    RS bila dijumpai salah satu dari gejala-gejala berikut: anak berusia di bawah 6 bulan, terdengar

    stridor progresif, stridor terdengar ketika sedang beristirahat, terdapat gejala gawat napas,

    hipoksemia, gelisah, sianosis, gangguan kesadaran, demam tinggi, anak tampak toksik, dan tidak

    ada respons terhadap terapi.

    Terapi inhalasi

    Sejak abad ke-19, terapi uap telah digunakan untuk mengatasi obstruksi jalan napas pada

    sindrom croup. Pemakaian uap dingin lebih baik daripada uap panas, karena kulit akan melepuh

    akibat paparan uap panas. Uap dingin akan melembabkan saluran respiratori, akan inflamasi,

    mengencerkan lender pada saluran respiratori, sekaligus memberikan efek yang nyaman dan

    menenangkan bagi anak.

    Meskipun terapi uap ini dapat menjadi pilihan yang praktis pada sindrom croup,

    kelembaban yang ditimbulkan oleh terapi uap dapat pula memperberat keadaan pada dengan

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    11/15

    bronkospasme yang disertai dengan mengi, seperti laringotrakeobronkitis atau pneumonia. Saat

    ini beberapa pusat kesehatan tidak merekomendasikan penggunaan terapi uap.

    Berdasarkan tiga penelitian yang menggunakan air dingin tersaturasi (coldwater fog)

    tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penggunaannya untuk mengobati croup

    menguntungkan. Gina dkk.melakukan penelitian RCT dengan memberikan terapi oksigen

    lembab (humidifiedoxygen) pada pasien croup derajat sedang di UGD. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perbaikan klinis antara kelompok yang diberi terapi

    oksigen lembab dan yang tidak diberikan.

    Epinefrin

    Sindrom croup biasanya cukup diatasi dengan terapi uap saja, tetapi kadang-kadang

    membutuhkan farmakoterapi. Nebulisasi epinefrin telah digunakan untuk mengatasi sindrom

    croup selama hampir 30 tahun, dan pengobatan dengan epinefrin ini menyebabkan trakeostomi

    hampir tidak diperlukan.

    Nebulisasi epinefrin sebaiknya juga diberikan kepada anak dengan sindrom croup

    sedang-berat yang disertai dengan stridor saat istirahat dan membutuhkan intubasi, serta pada

    anak dengan retraksi dan stridor yang tidak mengalami perbaikan setelah diberikan terapi uap

    dingin.

    Nebulisasi epinefrin akan menurunkan permeabilitas vascular epitel bronkus dan trakea,

    memperbaiki edema mukosa laring, dan meningkatkan laju udara pernapasan. Pada penelitian

    dengan metode double blind, efek terapi nebulisasi epinefrin ini timbul dalam waktu 30 menit

    dan bertahan selama dua jam. Epinefrin yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Racemic epinephrine (campuran 1:1 isomer d dan l epinefrin), dengan dosis 0,5 ml larutan

    racemic epinephrine 2,25% yang telah dilarutkan dalam 3 ml salin normal. Larutan

    tersebut diberikan melalui nebulizer selama 20 menit.

    2. L-epinephrine 1:1000 sebanyak 5 ml; diberikan melalui nebulizer. Efek terapi terjadi

    dalam dua jam

    Racemic epinephrine merupakan pilihan utama, efek terapinya lebih besar, dan mempunyai

    sedikit efek terhadap kardiovaskular seperti takikardi dan hipertensi.

    Nebulisasi epinefrin masih dapat diberikan pada pasien dengan takikardi dan kelainan

    jantung seperti Tetralogy Fallot.

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    12/15

    Kortikosteroid

    Kortikosteroid mengurangi edema pada mukosa laring melalui mekanisme anti radang.

    Uji klinik menunjukkan adanya perbaikan pada pasien laringotrakeitis ringan-sedang yang

    diobati dengan steroid oral atau parenteral dibandingkan dengan plasebo.

    Deksametason

    Deksametason diberikan dengan dosis 0,6 mg/kgBB per oral/antimuskular sebanyak satu

    kali, dan dapat diulang dalam 6-24 jam. Efek klinis akan tampak 2-3 jam setelah pengobatan.

    Tidak ada penelitian yang menyokong keuntungan penambahan dosis. Keuntungan pemakaian

    kortikosteroid adalah sebagai berikut:

    Mengurangi rata-rata tindakan intubasi

    Mengurangi rata-rata lama rawat inap

    Menurunkan hari perawatan dan derajat penyakit.

    Selain deksametason, dapat juga diberikan prednisone atau prednisolon dengan dosis 1-2

    mg/kgBB (E4). Berdasarkan dua penelitian meta-analisis (24 RCT) tentang pemakaian

    kortikosteroid sistemik, dengan pemberian kortikosteroid 6 dan 12 jam, tetapi tidak sampai 24

    jam, disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh dari kortikosteroid sistemik.

    Budesonid

    Nebulisasi budesonid dipakai sejak tahun 1990. Tingkat efektifitasnya adalah E2 bila

    dibandingkan dengan plasebo. Larutan 2-4 mg budesonid (2 ml) diberikan melalui nebulizer dan

    dapat diulang pada 12 dan 48 jam pertama. Efek terapi nebulisasi budesonid terjadi dalam 30

    menit, sedangkan kortikosteroid sistemik terjadi dalam satu jam.

    Pemberian terapi ini mungkin akan lebih bermanfaat pada pasien dengan gejala muntah

    dan gawat napas (respiratory distress) yang hebat. Budesonid dan epinefrin dapat digunakan

    secara bersamaan. Sebagian besar kasus pemakaian budesonid tidak lebih baik daripada

    deksametason oral.

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    13/15

    Kortikosteroid tidak diberikan pada anak dengan varisela dan TB (kecuali pada anak

    yang sedang mendapat OAT). Pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu lama (1

    mg/kgBB/hari selama delapan hari) dapat meningkatkan infeksi Candida albicans.

    Intubasi endotrakeal

    Intubasi endotrakeal dilakukan pada pasien sindrom croup yang berat, yang tidak

    responsive terapi lain. Intubasi endotrakeal rnerupakan terapi alternative selain trakeostomi

    untuk mengatasi obstruksi jalan napas. Indikasi melakukan intubasi endotrakeal adalah adanya

    hiperkarbia dan ancaman gagal napas. Selain itu, intubasi juga diperlukan bila terdapat

    peningkatan stridor, peningkatan frekuensi napas, peningkatan frekuensi nadi, retraksi dinding

    dada, sianosis, letargi, atau penurunan kesadaran. Intubasi hanya dibutuhkan untuk jangka waktu

    yang singkat, yaitu hingga edema laring hilang/teratasi.

    Kombinasi Oksigen-Helium

    Kombinasi oksigen dan helium (Heliox) digunakan oleh beberapa sentra untuk mengatasi

    sindrom croup. Helium bersifat inert, tidak beracun, serta mempunyai densitas dan viskositas

    yang rendah. Hal ini sangat membantu mengurangi obstruksi jalan napas, yaitu dengan

    meningkatkan aliran gas dan mengurangi kerja otot-otot respiratorius. Bila helium

    dikombinasikan dengan oksigen, maka oksigenasi darah akan meningkat.

    Dengan terapi oksigen-helium ini, pasien sindrom croup beratakan merasa nyaman dan

    kemungkinan besar tidak memerlukan tindakan intubasi. Efek klinis pemberian kombinasi

    oksigen-helium hampir sama dengan pemberian nebulisasi epinefrin.

    Antibiotik

    Pemberian antibiotik tidak diperlukan pada pasien sindrom croup, kecuali pasien dengan

    laringotrakeobronkitis atau laringotrakeopneumonitis yang disertai infeksi bakteri. Pasien

    diberikan terapi empiris sambil menunggu hasil kultur. Terapi awal dapat menggunakan

    sefalosporin generasi ke-2 atau ke-3. Pemberian sedative dan dekongestan oral tidak dianjurkan

    pada pasien sindrom croup.

    Dibawah ini merupakan Algoritma penatalaksanaan sindrom Croup, sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    14/15

  • 8/10/2019 Jawaban Skenario d Blok 27 prass

    15/15

    Komplikasi

    Pada 15% kasus dilaporkan terjadi komplikasi, misalnya otitis media, dehidrasi, dan

    pneumonia (jarang terjadi). Sebagian kecil pasien memerlukan tindakan intubasi. Gagal jantung

    dan gagal napas dapat terjadi pada pasien yang perawatan dan pengobatannya tidak adekuat.

    Prognosis

    Sindrom croupbiasanya bersifatself-limited dengan prognosis yang baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Croup(Laringotrakeobronkitis akut), Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan

    Penerbit IDAI: 2008. p 320-328

    Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO, DEPKES dan

    IDAI. 2009. p 104-105

    Dominic A dan Henry A Kilham Fitzgerald, 2003, Croup: Assesment and Evidence-

    Based Management. Medical Journal The Australia. MJA 2003; 179 (7) : 372-377

    Sindroma Croup, Penyakit Respirologi, Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi III, Buku

    satu, RSUD dr. Soetomo Surabaya: 2008. p 57-61