jawab nursid uas 2011
TRANSCRIPT
1
JAWAB UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
PEMBIMBING : H. NURSID SUMAATMADJA, PROF. DR.
Disusun Oleh:
VICTOR NOVIANTO 1008900
PRODI S3 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011
2
I. Pemberdayaaan peserta didik melalui pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat, dapat
membina karakter mereka yang kreatif dan produktif. Atas dasar asumsi terebut,
dipersilahkan Anda membahas persoalan berikut ini:
1. Mohon dianalisis proses pendidikan IPS, membina dan mengembangkan peserta didik
yang kreatif serta mandiri mendaur ulang, bahan-bahan terbuang menjadi barang yang
dapat dimanfaatkan.
IPS sebagai mata pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar hingga menengah atas.
IPS di sekolah menengah pertama memiliki karakteristik tersendiri yaitu; merupakan
perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial yaitu geografi, sosiologi, ekonomi dan
sejarah. Materi senantiasa berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya dan
ekonomi yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu
dan dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal, nasional,
regional, dan global. Pengertian ilmu sosial atau social sciences menurut Harold A Phelps
dalam Sumaatmadja (1984) menyatakan, “A general term for all the sciences which are
conserned with human affairs: such sciences are economics, government, law, education,
psychology, sociology, antrophology”, Achmad Sanusi memberikan penjelasan sebagai
berikut, “ Ilmu-lmu sosial terdiri atas disiplin-displin ilmu pengetahuan sosial yang
bertarap akademis, dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut
makin ilmiah”, sehingga ilmu sosial bersifat interdisipliner.
Berkaitan dengan konsep IPS sebagai perpaduan pengetahuan dan ilmu-ilmu sosial, maka
tujuan kurikulum IPS menurut Sumaatmadja (1984: 48) harus mampu mencapai hal-hal
berikut:
a. Membekali anak-anak didik dengan Pengetahuan Sosial yang berguna dalam
kehidupan di masyarakat.
3
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya
yang tidak terpisahkan.
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembangan ilmu dan teknologi.
Program Pengembangan IPS menurut Martorella, Beal dan Bolick (2005:31) adalah
membangun tiga dimensi yaitu reflective, competent, and concerned citizen yang
diistilahkan dengan Head, Hand, and Heart. Dijelaskan selanjutnya bahwa IPS adalah
sebagai berikut:
a. Social studies as a matter of Head: Reflection The reflective citizen has knowledge of body of concepts, facts, and generalizations concerning the organization, understanding, and development of individuals, groups, and societies. Also, the reflective citizen can engage in hypothesis formation and testing, problem solving, and decision making.
b. Social studies as a matter of the Hand: Competence The competent citizen has a repertoire of skills. These include social, research and analysis, chronology, and spatial skills.
c. Social studies as a matter of the Heart: Concern The concerned citizen has a awareness of his or her rights and responsibilities in a democracy, a sense of social consciousness, and a well grounded framework for deciding what is right and what is wrong and for acting on decisions.
Tujuan pendidikan IPS yang berhubungan dengan refleksi (Head) membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir; konsep-konsep, fakta, dan generalisasi sehingga
membangun kemampuan baik individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah
serta membuat keputusan. Tujuan yang berhubungan dengan kecakapan (Hand) peserta
didik diharapkan dapat memiliki sekumpulan keterampilan termasuk dalam melakukan
analisis penelitian, kronologi dan keterampilan keruangan.
4
Tujuan yang berhubungan dengan perhatian (Heart) peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan kesadaran tentang hak dan kewajiban, nilai-nilai dalam bermasyarakat,
memahami sesuatu itu benar atau salah ketika memutuskan untuk bertindak. Oleh
karena itu, pendidikan IPS sangat tepat jika digunakan untuk membina dan
mengembangkan peserta didik sehingga bisa kreatif serta mandiri mendaur ulang, bahan-
bahan terbuang menjadi barang yang dapat dimanfaatkan.
Kita mengetahui bahwa sampah merupakan masalah yang tak akan ada habisnya, karena
selama kehidupan ini masih ada maka sampah pasti akan selalu diproduksi. Produksi
sampah sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah banyak
jumlah penduduk, semakin meningkatlah sampah akan diproduksi. Sampah seringkali
dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, baik pandangan hingga kesehatan. Secara
sederhana sampah dalam rumah dapat kita bagi menjadi 3 kategori, yakni sampah
beracun,seperti baterai bekas, bola lampu bekas dan barang-barang yang mengandung
zat kimia. Kemudian sampah padat yang tidak dapat diurai, seperti plastik, botol, kaleng,
dsb. Dan terakhir barang-barang yang masih dapat diurai oleh tanah seperti sisa sayuran,
daun-daun, dansebagainya. Gaya hidup ramah lingkungan dikenal pula dengan semboyan
3R : Reduce, Reuse & Recycle. Artinya mengurangi tingkat kebutuhan akan sampah,
menggunakan kembali sampah-sampah yang telah ada dan mendaur ulang sampah
sampah yang telah terpakai.
Dsinilah peran Pendidikan IPS (Social Studies) dan Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences)
mengembangkan pemahaman anak didik bagaimana mengolah sampah dengan kajian
sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada disiplin-disiplin ilmu yang terangkum dalam
ilmu-ilmu sosial.
5
Manusia memang mahluk yang lahir paling muda namun diciptakan paling sempurna,
terlepas dari apa yang tercantum dalam kitab suci (mengingat ini adalah kebenaran
mutlak) manusia memang diciptakan dengan akal yang berkembang dan memiliki sifat
kritis. Bahkan dalam perkembangannya manusia mampu berpikir ilmiah, inilah kenapa
manusia memiliki kemampuan yang lebih baik serta bersifat memimpin dan menguasai
sumberdaya yang ada di bumi ini dari pada mahluk hidup non manusia. Hal ini tidak
terlepas dari kemampuan manusia memahami ilmu pengetahuan. ilmu pengetahuan
dikembangkan manusia untuk mencapai kebenaran. Pengetahuan yang benar membawa
manusia pada pemahaman yang benar atas alam semesta, dunia sekelilingnya,
lingkungannya, dan diri sendiri sehingga nantinya mampu memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri yang dari waktu ke waktu selalu berkembang.
2. Mohon dibahas kemungkinan-kemungkinan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi
dan Masyarakat padapembelajaran IPS untuk menumbuhkan ‘jiwa wiraswasta’ pada
diri peserta didik
Sains (science) dan perekayasaan (engineering) adalah bagian dari teknologi yang
merupakan hakekat dari keberadaan masyarakat manusia. Sains diambil dari kata latin
Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi
khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa
Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone
menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan
proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process,
inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11).
6
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala
alam dapat berbentuk kuantitas.
Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan
struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat
dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk
lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang
dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana
yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari
pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di
bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain,
teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang
didasarkan atas hasil sains. Disekolah sains dan teknologi lebih mudah dikembangkan
serta diajarkan sehingga nantinya mmapu diimplementasi di masyarakat.
Sekolah atau pendidikan menjadi tempat yang sangat strategis untuk menumbuhkan
bakat wirausaha. Beberapa alasan sekolah formal dapat menumbuhkan bakat wirausaha,
yaitu : Pertama, sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat dipercaya masyarakat
untuk masa depan yang lebih baik. Kedua, jaringan sudah ada di seluruh pelosok negeri.
Ketiga, melalui sekolah juga bisa menjangkau dan mempengaruhi keluarga anak didik ( Dr.
Riant Nugroho, 2009). Nilai-nilai yang akan ditransformasikan dalam pendidikan
7
mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai
seni, dan nilai keterampilan. Terkait dengan karakter wirausaha, nilai-nilai yang perlu
ditransformasikan dalam pendidikan khususnya pendidikan non formal antara lain:
kejujuran, kedisiplinan, Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka
mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang
dimiliki masyarakat. Maka, disinilah pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan.
Pendekatan STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat,
dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi
Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian sebelumnya, maka
dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan pendekatan STM ini secaraumum adalah
agar para peserta didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup sehingga ia mampu
mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan sekaligus
dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya.
Pendekatan STM dikembangkan dengan tujuan agar :
a. Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas.
b. Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspekti untuk mensikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang d masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah
c. Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjwab sosial.
Pendekatan STM, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang diungkapkan sebelumnya,
dalam penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun
proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut pandangan National Science Teachers
Association (1990:1), there are no concepts and/or processes uniqe to STS. Hanya saja,
ada beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam pendekatan STM menurut National
Science Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
8
a. Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
b. Menggunakan sumberdaya lokal untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil diidentifikasi
c. Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik
d. Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal
e. Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri
f. Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi
g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi.
Darisini peserta didik memiliki pemahaman dan mampu mengembangkan kewirausahaan.
Mengingat STM akan menunjang jiwa kewirausahaan dari beberapa segi seperti
mengembangkan kemampuan anak didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan
dampak yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
dan ini lah awal dari merebut peluang. Kemudian anak didik sumberdaya lokal untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil
diidentifikasi sebagai mengambil peluang . Tentu saja pada akhirnya anak didik memiliki
pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi sehingga bisa memanfatkan,
mengunakan dan merebut peluang.
Karakteristik wirausaha merupakan bagian dari pendidikan kecakapan hidup ( life skills).
Life skills dalam pendidikan kewirausahaan adalah interaksi berbagai pengetahuan dan
kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh anak didik sehingga mereka dapat hidup
mandiri sebagai wirausahawan. Maka empat prinsip penting dalam menjalankan
pembelajaran kewirausahaan sebagai life skills sebagaimana dalam laporan UNESCO
Learning The Treasure Within (Delors, 1996) tidak boleh ditinggalkan, yaitu Learning to
9
know (belajar untuk mengetahui kewirausahaan), learning to do (belajar untuk melakukan
kegiatan wirausaha), learning to be (belajar untuk mempraktekkan kegiatan wirausaha),
and learning to live together (belajar untuk bersama dengan yang lain dalam interaksi
sosial dalam berwirausaha). Belajar kewirausahaan bukan hanya sekedar mengajari
bagaimana anak didik dapat membuat kemudian menjual, melainkan memberikan
pengalaman dan kecakapan langsung bagaimana merancang dan mengelola sebuah usaha
secara utuh.
Dalam pendekatan STM, skenario pembelajarannya dilaksanakan sebagai berikut:
1) Tahap pendahuluan
Mengajak siswa menganalisa macam dan bentuk kewirausahaan
Siswa secara mendeskripsikan macam dan bentuk berwirausaha
Kegiatan akhir Guru memberi tanggapan dan penegasan tentang pentingnya
berwirausaha
Tahap ini disebut dengan inisiasi atau mengawali, memulai, dan dapat pula disebut
dengan invitasi yaitu undangan. Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan,
yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan
dibahas, sehingga tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali
dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pada pendahuluan ini guru juga dapat
melakukan eksplorasi terhadap siswa melalui pemberian tugas untuk melakukan
kegiatan lapangan atau di luar kelas secara berkelompok.
2) Tahap pembentukan konsep
Melakukan studi pustaka tentang pengertian kewirausahaan dan hubungannya
dengan pentingnya dalam sektor kehidupan.
10
Dengan bimbingan guru siswa mencarai sumber-sumber
Proses pembentukan konsep (tahap ke-2) dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan
sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di
labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap ke¬2
diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep¬konsep
yang benar atau merupakan konsep-konsep para ilmuan.
3) Tahap Aplikasi Konsep
Guru memberikan tugas untuk survey ke lapangan menurut pandangan mereka.
Guru menyuruh mencari informasi tentang macam kewirausahaan.
Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu
atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan (tahap ke 3). Adapun
konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah
dan/atau analisis isu, (tahap ke-2 dan tahap ke-3) guru perlu meluruskan kalau-kalau
ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung. Kegiatan ini disebut
pemantapan konsep. Apabila selama proses pembentukan konsep tidak tampak ada
miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan
penyelesaian masalah,
4) Tahap Pemantapan konsep
Guru menyuruh peserta didik untuk menyampaikan konsep-konsep yang mereka
dapat dari hasil observasi.
Melakukan refleksi bersama terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan.
Menarik kesimpulan tentang kewirausahaan.
11
Guru tetap melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur
pembelajaran (tahap ke-4) melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting
diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci
yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama
dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir
pembelajaran.
5) Tahap Penilaian
Observasi , tes tulis
Bentuk Instrumen
Pada tahap ke-5 adalah penilaian, ada enam ranah yang terlibat dalam pendekatan
Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dapat dirinci sebagai berikut:
i. Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu.
ii. Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep.
iii. Kreativitas mencakup lima perilaku individu, yaitu: Kelancaran, Fleksibilitas,
Orginilitas, Elaborasi, Sensitivitas.
iv. Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil
penemuan ilmuan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan
adanya dampak produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang
beruntung dan memelihara kelestarian lingkungan.
v. Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam
lingkungannya yang memerlukan peran sertanya (Poedjiadi, 2005:126- 132).
12
II. Guru IPS memiliki kesempatan dan peluang menghasilkan anak bangsa yang perduli
kemajuan IPTEK bagi kepentingan masyarakat. Atas dasar pernyataan tersebut,
dipersilahkan anda membahas persoalan dibawah ini:
3. Dipersilahkan anda membahas kompetensi Guru, khususnya kompentensi guru IPS
membina peserta didik menjadi anak bangsa yang berkarakter memanfaatkan kemajuan
IPTEK bagi peningkatan keluarga petani miskin di pedesaan
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri
guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru
menurut Kunandar (2007:94) meliputi:
pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada
dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja
sebagai guru.
Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.
Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri
untuk melakukan transfomasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi
pribadi meliputi kemampuan-kemapuan dalam memahami diri, mengelola diri,
mengendalikan diri, dan menghargai diri.
Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan
dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi
kemampuan interaksi, dan pemecahan masalah kehidupan sosial.
13
Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, pengahayatan, serta pengamalan
kaidah-kaidah keagamaan
Keinginan untuk mencetak manusia-manusia yang memiliki modal cukup sehingga
mampu memanfaatkan kemajuan IPTEK bagi peningkatan keluarga petani miskin di
pedesaan sebagaimana dipaparkan di atas agaknya harus berhadapan dengan realitas
yang tidak cukup menyenangkan. Hingga sekarang, dunia pendidikan masih diwarnai
praktik-praktik yang menghambat bagi proses pembongkaran potensi peserta didik
secara sungguh-sungguh. Hal ini dipicu karena Kebanyakan sekolah selama ini
menerjemahkan pendidikan IPS sebagai sekedar transfer of knowledge yang dimiliki guru
kepada peserta didik dengan hapalan-hapalan teori maupun rumus-rumus, sekedar
untuk bisa menjawab soal-soal ujian, tetapi seringkali tidak sanggup untuk
menterjemahkannya ke dalam realitas yang ada di sekelilingnya. Pendidikan dengan
demikian tidak cukup memberi bekal life skills kepada peserta didik bahkan ia menjadi
tercerabut dari problem riel yang seharusnya mereka jawab dan selesaikan. sebagaimana
diungkapkan oleh Firdaus M Yunus (2004:ix), pendidikan di Indonesia selama ini hanya
berfungsi ”membunuh” kreativitas peserta didik, karena lebih
banyak mengedepankan aspek verbalisme. Verbalisme merupakan asas pendidikan yang
menekankan hapalan bukannya pemahaman, mengedepankan formulasi daripada
substansi, parahnya ia lebih menyukai keseragaman bukannya kemandirian serta hura-
hura klasikal bukannya petualangan intelektual.
Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama (Purwanto, 1998: 45). Proses belajar-mengajar sebagai suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu agar
14
seorang guru mampu membina peserta didik menjadi anak bangsa yang berkarakter
memanfaatkan kemajuan IPTEK bagi peningkatan keluarga petani miskin di pedesaan
harus memiliki seperangkat kompetensi agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan
berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, terdiri dari 4
(empat), yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keberhasilan guru
dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh keempat kemampuan dengan penekanan
pada kemampuan mengajar.
a. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
b. Kompetensi Pedagogik
Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
c. Kompetensi Profesional
Merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup pengasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta pengasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.
d. Kompetensi Sosial
Merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
15
4. Cobalah anda susun suatu model pembelajaran IPS yang berorientasi kepada aspek
ramah IPTEK, bagi kepentingan kebersihan lingkungan sekolah masing-masing
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan mentransfer ilmu dari seorang yang memiliki
ilmu dan pengetahuan lebih luas dalam hal ini di sebut guru kepada seseorang yang
membutuhkan atau ingin mengetahui lebih tentang ilmu pengetahuan dalam hal ini murid.
Tujuan dari proses belajar mengajar itu sendiri adalah ilmu pengetahuan yang di transfer
seorang guru dapat di pahami oleh seluruh muridnya serta dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut
perlu adanya proses yang dapat dilaksanakan oleh guru dan di mengerti oleh seluruh
muridnya serta didukung oleh sarana belajar yang memadai. tujuan model STM adalah
untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu
mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan sekaligus
dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).
Menurut Zudan K. Prasetyo dalam Purwanto (2006: 32), salah satu tujuan dari model STM
adalah agar sekolah mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah
sehari-hari yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.
Untuk itu model pembelajaran IPS yang berorientasi kepada aspek ramah IPTEK, bagi
kepentingan kebersihan lingkungan adalah menempatkan pembelajaran sains dalam suatu
konteks lingkungan dan kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan
membuat sains dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua
siswa. Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM menurut La Maronta G, (2002:
47) dalam Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, adalah mempersiapkan siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat
yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk:
16
a. Menyelidiki, menganalisa, memahami, dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip
dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata.
Dalam hakikatnya pembelajarn model pembelajaran IPS terutama dalam IPS adalah
suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada dalam
keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam model
pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan memahami
isu/masalah tersebut.
b. Melakukan perubahan.
Pembelajaran model pembelajaran IPS merupakan model pembelajaran yang
menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya model
pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam pembelajaran sehari-hari.
c. Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-
masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains dan teknologi.
Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan mengenai
isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain teknologi masayarakat.
d. Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka
pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang
dihadapi.
Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan baik secara
individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat memahami mata
pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan kehidupan sehari-hari.
e. Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa model
pembelajaran IPS dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu
17
menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik
mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang
berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu
menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
model pembelajaran IPS memiliki karakteristik, yaitu:
a. Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta relevan dengan
ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau kepentingan siswa.
b. Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam
pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk mempertimbangkan informasi
tentang isu-isu sains dan teknologi.
c. Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum
d. Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.
Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama model
pembelajaran IPS adalah pengungkapan masalah atau isu sosial teknologi diawal
pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru hanya
berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan permasalahan di awal pembelajaran dapat
membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam
kehidupan kepada siswa. Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan
siswa dapat membuat suatu keputusan.
Pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran pemecahan masalah menganut
faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta
memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna.
Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan
pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu
18
sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Pola pembinaan ilmu pengetahuan
di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta
didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik
tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar.
Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik
sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur
kognitif terhadap lingkungan mereka.
Pada penerapan model ini dalam pendidikan lingkungan hidup, peserta didik diajak untuk
mencoba memmbangun realita sendiri seperti contohnya mencermati proses tumbuhnya
tanaman kedelai, sejak biji sampai tunas dan daun tumbuh. Bahan mentah dari proses
mencermati tersebut menjadi proses renungan dan pengabstrakan sehingga terbangun
realita yang membentuk struktur kognitif bagaimana kehidupan lingkungan hidup
khususnya tanaman kedelai berlangsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
a. Murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan
penguasaan dalam proses berfikir dan berkomunikasi,
b. Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu segala-
galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta
didik.
c. sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara penyelesaian
masalah dengan berpatokan pada aturan yang berlaku. Teknik-teknik tersebut
diharapkan mampu membentuk peta konsep
19
III. IPTEK sebagai sumberdaya budaya (SDB) menjadi tulang punggung pembangunan, termasuk
pembangunan di Indonesia. Atas dasar konsep tersebut dipersilahkan Anda membahas
persoalan dibawah ini:
5. Mohon anda bahas konsep 4P dalampembersayaan industri kerajinan di daerah-daerah
pedesaan.
Dalam upaya akselerasi peningkatan daya saing industri kerajinan di daerah-daerah
pedesaan dapat dijawab dari sudut teori marketing. Disebutkun bahwa omzet atau
permintaan terhadap suatu produk ditentukan oleh harga (price), produk (product),
promosi (promotion), dan distribusi/tempat (place). Inilah yang disebut “4p" dalam
marketing mix.
Pesanan (offer) pasar/konsumen terhadap produk tersebut sangat tergantung dari
kecocokan harga dan qualitas produk. Kedua unsur ini hanya industri kerajinan di daerah-
daerah pedesaan sebagai pelaku bisnis sendiri yang menentukan. Tetapi besamya pesanan
dan kelanjutan pesanan terhadap produk tersebut sangat ditentukan oleh akses pasar dan
promosi.
Pemerintah seyogyanya membantu industri kerajinan di daerah-daerah pedesaan dalam
melakukan akses pasar dan promosi produk industri kerajinan di daerah-daerah pedesaan
itu sendiri. Hal ini dibutuhkan mengingat akses pasar baik dalam bentuk penetrasi pasar,
pengembangan pasar, maupun perluasan pasar dan promosi membutuhkan biaya yang
sangat besar. Resiko bisnisnya terlalu tinggi. Resiko itulah yang harus diambil alih oleh
pemerintah. Kalau kedua unsur ini diserahkan kepada industri kerajinan di daerah-daerah
pedesaan , maka bisnis industri kerajinan di daerah-daerah pedesaan tidak akan mampu
menghasilkan profit. Seakan-akan bisnis industri kerajinan di daerah-daerah pedesaan
20
tidak efisien, padahal sebenarnya tidak. Dampaknya, industri kerajinan di daerah-daerah
pedesaan tidak akan mampu bersaing di pasar manapun. Bertitik tolak dari uraian singkat
di atas, dalam konteks peningkatan daya saing industri kerajinan di daerah-daerah
pedesaan maka diperlukan reorientasi peran pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota)
ke depan. Tuntutan internal agar kepemerintahan dikelola dengan baik (good governance)
yaitu transparant, akuntabel, partisipatif, desenteralisasi, penegakan hukum terus
menggema. Demikian pula tuntutan eksternal berupa reformasi total, demokratisasi,
otonomi daerah, dan globalisasi memaksa pemerintah harus melakukan reorientasi peran.
6. Mohon anda bahas kemungkinan-kemungkinan pengembangan INDUSTRI KREATIF
dalam usaha rakyat mampu bersaing dengan produk-produk import, khususnya import
dari Cina
Persaingan dagang dan pembangunan ekonomi yang semakin mendunia (globalisasi),
menyebabkan seluruh bangsa berusaha mengejar ketertinggalan. Bangsa-bangsa dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan telah berusaha membangun dengan menyesuaiakan
kemampuan dan aset yang dimilikinya. Sumber daya manusia sangat memegang peran
dalam pembangunan suatu bangsa. Import dari Cina yang luar biasa banyak jelas
menunjukkan keunggulan SDM negeri tersebut.
Dalam buku ”Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015,” yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan
RI dikatakan antara lain: “Industri kreatif merupakan bagian tak terpisahkan dari
ekonomi kreatif.” Dengan kata lain ekonomi kreatif adalah ekonomi yang ditopang
antara lain oleh industri kreatif. Dan selanjutnya dikatakan bahwa ”Pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya menekankan tentang pengembangan industri yang
termasuk dalam kelompok industri kreatif nasional, melainkan juga pada pengembangan
berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif, yaitu sumber daya
21
insani, bahan baku, teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi
komponen dalam model pengembangan.”
John Howkins dalam bukunya ”The Craetive Economy, How People make Money from
Ideas,” (Penguin Books, 2001) mengelompokkan 15 (lima belas) kelompok industri yang
termasuk industri kreatif yakni 1) Advertising, 2) Architecture, 3) Art, 4) Craft, 5)
Design, 6) Fashion, 7) Film, 8) Music, 9) Performing Arts, 10) Publishing, 11) R&D, 12)
Software, 13) Toys and Games, 14) TV & Radio, 15) Video Games.
Masih banyak lembaga pemodalan belum akomodatif mendukung pengembangan industri
kreatif, pemodal (individu) skala kecil tetap dapat memulainya, karena industri kreatif
dapat dimulai dari industri kecil (UKM) berskala rumahan (home industry). Disinilah
peran wirausahawan (entrepreneur) amat sentral sementara Pemerintah Daerah perlu
memberi dukungan fasilitasi, promosi dan pemasaran seperti pameran produksi.
Sampai saat ini fakta menunjukkan industri kreatif di Indonesia belum
dikembangkandengan teknologi tinggi. Namun seiring dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang secara bertahap
meningkat, tidak menutup kemungkinan pengembangan industri kreatif yang ditopang
oleh teknologi tinggi.
7. Dipersilahkan anda menyusun Model pembelajaran STM dengan pendekatan
Conceptual Teaching Learning industri gerabah di pedesaan
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) merupakan suatu proses belajar
yang holistik, bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
peserta didik sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural). Dengan demikian, mereka
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL
22
a. Kerjasama b. Saling menunjang c. Menyenangkan d. Tidak membosankan e. Belajar dengan bergairah f. Pembelajaran terintegrasi g. Menggunakan berbagai sumber h. Peserta didik aktif
Guru perlu mengkondisikan dan mempersiapkan materi pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran, dan mengkaitkannya dengan realitas dan kebenaran
(konstruktivisme). Guru perlu memahami:
a. Belajar adalah kegiatan aktif, yaitu peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya, mencari sendiri arti dari apa yang mereka pelajari dan
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
b. Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu, tetapi merupakan suatu
proses menemukan sesuatu melalui pengembangan pemikiran dengan cara
membuat kerangka pengertian yang baru.
c. Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri, sehingga setiap peserta didik
perlu mengerti kekhasan, keunggulan dan kelemahannya dalam menghadapi suatu
apapun.
d. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi
suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya.
e. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis,
mengadakan justifikasi.
f. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu proses belajar
peserta didik agar berjalan baik.
23
Proses belajar lebih ditekankan pada peserta didik yang belajar.
Model pembelajaran CTL industri gerabah di pedesaan
a. INQUIRY (merumuskan masalah industri gerabah di pedesaan)
Bagaimana cara melukiskan suasana kerja di industri gerabah di pedesaan? Dapat
dilakukan antara lain melalui:
1) mengamati atau melakukan observasi industri gerabah di pedesaan.
2) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau gambar dari industri
gerabah di pedesaan.
3) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien yang lain menegani industri gerabah di pedesaan.
b. QUESTIONING ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru
dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas. Questioning juga dapat dilakukan saat
berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati atau menemui kesulitan.
c. KONSTRUKTIVISME
Merancang pembelajaran industri gerabah di pedesaan dalam bentuk peserta didik
bekerja praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan atau menciptakan ide.
d. LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar mengenai industri gerabah di pedesaan)
Masyarakat belajar dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Materi yang
diberikan, antara lain berupa pembentukan kelompok kecil, kelompok besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan
kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
24
e. AUTHENTIC ASSESSMENT (penilaian yang sebenarnya)
1) Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil di industri gerabah di pedesaan.
2) Menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap (performansi) yang diperoleh
peserta didik.
3) Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman atau orang lain.
4) Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan dalam bentuk formatif maupun sumatif.
5) Obyek yang diukur adalah pengetahuan dan keterampilan, bukan sekedar
mengingat fakta, bersifat berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back.
f. MODELING (pemodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari peserta didik yang
memiliki kelebihan dengan cara mendemonstrasikan kemampuannya mengenai
industri gerabah di pedesaan atau dari pihak luar yang bertindak sebagai native
speaker.
g. REFLECTION (refleksi)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-
hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
Realisasi dari refleksi dapat berupa:
1) pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh peserta didik
2) Catatan atau jurnal peserta didik.
3) Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran
4) Proses dan hasil Diskusi.
5) Hasil karya.
25
Model pembelajaran CTL dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:
a. Mengkaji materi ajar yang bersifat konsep atau teori yang akan dipelajari peserta
didik.
b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup peserta didik mengenai industri
gerabah di pedesaan melalui proses pengkajian secara seksama.
c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal peserta didik, selanjutnya
memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
d. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari
dengan mempertimbangkan pengalaman peserta didik dan lingkungan
kehidupannya.
e. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong peserta didik untuk
mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman
sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari, serta mendorong peserta didik
untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman peserta didik
terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan peserta
didik untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam
terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan
dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya tentang industri gerabah di
pedesaan.
26
Daftar Bacaan
Asep Yahya. 2005. Paper Craft: Jakarta. Pustaka PembangunanSwadaya Nusantara.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia: 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015. Deperidag RI.
Galib, L. 2002. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam pembelajaran Sains di sekolah.Jurnal Pendidikan dan kebudayaan.No 034. Tahun ke 8 bulan januari.
Hernani. 2004. Pembelajaran Kooperaif Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa. Makalah. Jurusan Pendidikan Kimia F.PMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Hilda Karli dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model-model Pembelajaran 2. Cetakan Pertama. Edisi Kesatu. Bina Media Informasi. Bandung.
Howkins, J.: 2001. The Craetive Economy, How People make Money from Ideas. USA: Penguin Books.
Nurhadi; Senduk, A. G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Cetakan I. Penerbit Universitas Negeri Malang.
National Science Teacher Association & Assotiation for Education of Teacher in Science. 1998. Standart for Science Teacher Preparation: Social Context.
Rumansyah Dan Yudha Irhasyuarna. 2003. Prospek Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan. Tidak diterbitkan.
Ritzer, George. 2010. Teori Sosial Postmodern. Terj. Muhammad Taufik. Yogyakarta : Kreasi Wacana
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Allyn & Bacon USA.
Yager, Robert E. 1994. Assessment Result with the Science/Technology/Society Approach. Science and Children (Journal). Pdf. File.