jaringan sklerenkim
DESCRIPTION
Anatomi Tumbuhan: Jaringan SklerenkimTRANSCRIPT
Jaringan Tumbuhan
SKLERENKIM
Disusun Oleh:
Diah Astini Paramita
Mardianah
Muharni Agus
Nurul Fajratullah
Puspa Sari
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2013
BAB IIISI
Sel sklerenkim yang dewasa selnya mati berbeda dengan kolenkim yang
berupa sel hidup. Dinding sel kolenkim tipis sedangkan dinding sel skelerenkim
tebal. Dinding sel sklerenkim yang mengandung lignin dan kadar air rendah
membedakannya terhadap dinding sel kolenkim yang mengandung pektin dan
kadar air tinggi. Jaringan skelerenkim tersusun dari sel-sel sklerenkim, jaringan
penguat ini terdapat pada bagian tubuh tumbuhan primer dan sekunder (Setjo,
dkk: 2004). Sel sklerenkim tidak mempunyai sitoplasma dan kompenen hidup
lainnya ketika mereka dewasa, namun mereka tebal, dan memiliki dinding sel
yang tetap kaku. Sel-sel ini memberikan dukungan bagi tumbuhan dan beberapa
digunaakan untuk transportasi bahan makanan didalam tumbuhan (Biggs, dkk:
2008).
Sel sklerenkim dapat dikenali karena memiliki dinding sekunder yang
padat didalam dinding primer. Dinding sekunder sangat padat disetiap sel yang
banyak menempati ruang sel, seiring dengan waktu setiap sel akan berhenti
membangun dinding sekunder, protoplasma sel akan tertekan kebawah untuk
memuat daerah putih (lumen) dipusat dari setiap sel. Sel ini nampak berentetan,
namun ada sel serabut yang sangat panjang yang memotong secara melintang. Hal
ini biasanya untuk mendapat ruang intraseluler yang besar dalam massa serabut
(Mauseth: 2012)
Gambar 1.1. Sel-sel sklerenkim (Mauseth: 2012)
Sel sklerenkim beragam berdasarkan bentuk, struktur, asal usul, dan
perkembangannya. Ada berbagai bentuk transisi antara bentuk yang satu dengan
bentuk yang lain, sehingga sulit untuk membuat batas yang tegas klasifikasi
berbagai tipe sklerenkim. Pada umumya sel sklerenkim dibagi dua kelompok,
yaitu serabut dan sklereida. Serabut sklerenkim biasanya untuk menyebut sel
sklerenkim yang panjang sedangkan sklerida untuk sel sklerenkim yang pendek.
Serabut biasanya berasal dari meristem sedangkan sklereid merupakan
perkembangan parenkim yang mengalami slerosis. Noktah yang terdapat pada
sklereid umumnya sangat sempit dan mempunyai mulut noktah yang bulat, dan
lebih banyak dibandingkan dengan serabut. Serabut noktah pada sklereid sering
kali bercabang-cabang akibat peningkatan ketebalan dinding sel (Setjo, dkk:
2004).
Gambar 1.2. Sel sklerenki(a, d) serabut (b, c) sklereid (Florian: 1990 & Biggs: 2008)
A. Serabut
Secara ontogeni, serabut berkembang dari meristem yang berbeda-beda, misalnya
prokambium, kambium, meristem dasar, bahkan pada spesies tertentu dari
Gramineae dan Cyperaceae, serabut berkembang dari protoderm. Serabut
mungkin juga berkembang dari sel parenkima, misalnya pada protofloem banyak
tumbuhan dikotil. Serabut yang dibentuk oleh kambium berasal dari inisial
fusiform dan dalam perkembangannya hanya memanjang sedikit atau tidak
(c) (d)
memanjang sama sekali. Serabut sklerenkim biasanya sangat panjang dan sempit
dengan ujung runcing dan kadang-kadang bercabang. Pada Cannabis sativa
(hemp) panjang serabutnya 0,5-5,5 cm, pada Linum usitatissimum (flax)
panjangnya 0,8-6,9 cm dan pada rami (Boehmeria nivea) menurut Aldaba yang
mendapatkan serabut rami dengan maserasi khusus didapat serabut yang
panjangnya mencapai 55 cm. Serabut rami tersebut termaksud diantara sel-sel
terpanjang pada tumbuhan tinggi (Setjo, dkk: 2004).
1. Bentuk dan pola serabut
Serabut terdapat pada bagian tubuh tumbuhan. Serabut mungkin tampil tunggal
sebagai idioblas, yaitu sel yang berbeda dalam ukuran atau isinya dengan sel sel
sekitarnya (misalnya pada anak daun Cycas), namun yang lebih sering serabut
tampil sebagai pita, membentuk jaring-jaring, atau membangun bentuk silinder
yang utuh. Serabut paling umum terdapat pada jaringan vasikuler, meskipun
demikian pada banyak tumbuhan serabut juga berkembang dengan baik di
jaringan dasar. Pada batang tumbuhan dikotil dan monokotil serabut teratur dalam
beberapa pola yang khas. Pada banyak Gramineae serabut membentuk suatu
sistem yang mempunyai bangun silindris berusuk, yang rusuknya berhubungan
dengan epidermis. Serabut mungkin mencolok pada daun monokotil, seabut ini
membentuk selubung yang menutupi berkas vaskular, atau berupa berkas-berkas
yang terbentang antara epidermis dan berkas vaskular, atau berkas-berkas
subepidermis yang tidak berhubungan dengan berkas vaskular.
Pada batang tumbuhan dikotil, serabut sering terdapat pada bagian terluar floem
primer, yang membentuk berkas-berkas saling tumpang tindih (anastomosis) yang
ekstensif atau lempeng-lempeng tangensial. Pada beberapa tumbuhan tidak ada
serabut selain serabut periferal (serabut floem primer) yang ada di floem (Nerium,
Linum, Betula, Alnus). Tumbuhan lainnya mempunyai serabut pada floem
skunder, ada yang sedikit (Nicotiana, Boehmeria, Ulmus) atau banyak (Tilia,
Vitis, Clematis, Magnolia, Juglans). Beberapa tumbuhan dikotil mempunyai
silinder serabut yang penuh, mungkin dekat dengan jaringan vaskular (Geranium,
Pelargonium) atau berjarak dari jaringan vaskular, namun tetap di sisi dalam dari
lapisan terdalam korteks (Aristolochia, Curcubita). Pada batang tumbuhan dikotil
yang tidak mengalami pertumbuhan skunder berkas vaskular yang terisolasi
mungkin diiringi oleh berkas-berkas serabut disebelah luar maupun dalam
(Polygonum, Rheum). Tumbuhan yang memiliki floem dalam mungkin
mempunyai serabut yang menyertai floem dalam (Nicotiana).
Letak yang sangat khas bagi serabut tumbuhan biji tetutup ialah xilem primer dan
sekunder dengan tatanan yang bervariasi. Akar memperlihatkan penyebaran
serabut sama dengan yang terdapat pada batang dan mungkin mempuyai serabut
pada tubuh primer dan tubuh sekunder. Tumbuhan biji terbuka biasanya tidak
mempunyai serabut pada floem primer, tetapi banyak diantaranya mempunyai
serabut pada floem sekunder. Serabut korteks kadang-kadang dijumpai pada
batang.
2. Klasifikasi serabut
Menurut Susetyoadi Setjo (2004), serabut dibedakan menjadi dua tipe dasar
berdasarkan letak dalam tubuh tumbuhan yaitu, serabut silar dan serabut
ekstrasilar. Serabut silar adalah serabut yang terdapat didalam xilem sedangkan
serabut ekstrasilar ialah serabut yang terdapat diluar xilem. Serabut silar
berkembang dari jaringan meristematik yang sama dengan asal-usul sel-sel xilem
lainnya dan menjadi bagian integral xilem.
Serabut silar dibagi lebih lanjut menjadi dua kategori utama yaitu, serabut trakeid
dan serabut libriform; perbedaan kedua tipe serabut ini berdasarkan ketebalan
dinding dan tipe serta jumlah noktah yang dimiliki. Serabut libriform (liber =
pepagan dalam) mirip serabut floem, biasanya lebih panjang dari pada trakeid
tumbuhan tempat serabut libriform ini berada, berdinding sangat tebal dari pada
trakeid. Serabut trakeid adalah bentuk transisi antara trakeida dan serabut
libriform. Noktah pada serabut trakeid adalah noktah berhalaman tetapi ruang
noktahnya lebih sempit daripada yang dimiliki noktah trakeida.
Selain serabut libriform dan serabut trakeid, ada lagi tipe serabut lain yang
terdapat pada xilem sekunder tumbuhan dikotil, yaitu serabut lendir atau serabut
gelatinus. Pada serabut lendir lapisan terdalam dinding sekundernya mengandung
banyak alfa selulose dan sedikit lignin. Lapisan ini disebut lapisan-G, menyerap
banyak air dan dapat membengkak sehingga mengisi seluruh lumen serabut. Pada
saat kekeringan lapisan ini mengkeriput secara irreversibel. Lapisan-G relatif
berpori dan kurang rapi dibandingkan lapisan luar dekatnya.
Gambar 1.3. Sel gelatinous (Evert: 1965).
Serabut silar adalah serabut dari xilem dan serabut ekstrasilar adalah serabut yang
berlokasi diluar xilem. Diantara serabut ekstasilar ada serabut phloem. Serabut
phloem banyak terdapat di batang. Pada batang rami (Linum usitatissium) hanya
mempunyai satu pita serabut, beberapa lapisan didalam, terletak di sekeliling
sebelah luar dari silinder vasikular. serabut ini mula-mula berada pada bagian dari
phloem primer (protophloem) namun, menjadi seperti serabut setelah bagian dari
phloem berhenti untuk berkordinasi (Evert: 1965)
Gambar 1.4. Bagian transverse pada batang rami (Linum usitatissium) (Evert: 1965).
3. Protoplas serabut
Protoplas dalam serabut sekunder yang berkembang biasanya mempunyai inti
tunggal. Pada serabut dewasa protoplas hidup dan intinya hanya didapatkan pada
serabut floem dan serabut bersekat. Serabut libriform kadang-kadang tetap terisi
oleh protoplas meskipun dinding sekundernya telah menebal dan berlignin,
sehingga dianggap sel ini berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan
selain sebagai jaringan penguat. Sekarang telah ditemukan protoplas hidup dan
inti pada serabut libroform banyak spesies bahkan juga pada serabut trakeid
(Setjo, dkk: 2004)
4. Struktur dan kegunaan serabut
Serabut adalah sel sklerenkim yang panjang, sel meruncing yang struktural
mendukung jaringan vasikuler di beberapa batang dan daun. Mereka fleksibel dan
memutar, namun menolak peregangan. Kita menggunakan serebut dari beberapa
tamanan dalam pembuatan kain, tali, kertas dan produk kosmetik. (Starr, dkk:
2011)
Menurut Susetyoadi Setjo, dkk (2004) serabut komersial dibagi menjadi dua tipe,
yaitu serabut keras dan serabut lunak. Serabut keras adalah serabut yang dinding
selnya mengandung lignin banyak dan bertekstur kaku, diperoleh dari tumbuhan
monokotil. Serabut lunak mungkin mengandung lignin, mungkin juga tidak,
serabut ini fleksibel dan elastis, serta berasal dari tumbuhan dikotil. Serabut juga
diklasifikasikan menurut kegunaannya, yaitu:
- Serabut tekstil, yaitu yang digunakan untuk industri pabrik.
- Serabut tali
- Serabut sikat, digunakan untuk industri sikat dan sapu
- Serabut pengisi, seperti yang digunakan sebagai pengisi pembalut, matras,
sabuk pengaman, dempul (tong terbuat dari kayu, pipa/tangki air) dan
penguat (pelapis dinding, plastik).
B. Sklereid
Sklereid dapat berasal dari parenkim atau jaringan meristematik. Sklereid terjadi
dari sel parenkim biasa yang mengalami sklerosis (sklerosis sekunder) atau dari
sel-sel yang sejak awal adalah primordia sklereid. Di jaringan vaskular, sklereid
berkembang dari sel-sel prokambium dan kambium. Banyak sklereid
berdiferensiasi dari sel parenkim dasar atau sel meristem dasar. Pada beberapa
daun, sel parenkim yang berkembang menjadi sklereid adalah bagian mesofil
spons. Umumnya sklereid digambarkan sebagai sel yang mati pada waktu dewasa
tetapi telah ditemukan ada protoplas yang tetap mampu bertahan sepanjang hidup
organ tempat sklereid berada. (Setjo, dkk: 2004)
Gambar 1.5. Sklereid (A-B) Sel batu daging buah pir (Pyrus); (C-D) Sklereid dari korteks batang Hoya, dilihat dari sayatan (C) dan dari permukaan (D); (E-F) Sklereid dari endokarp buah apel
(Malus); (G) Sklereid kolumnar dengan ujung-ujung bercabang dari mesofil palisade Hakea; (H-I) Trikosklereida dari tangkai daun Camellia; (J) Arterosklereid dari korteks batang Trochodendron; (K) Lapisan sklereid dari epidermis daun sisik bawang (Allium sativum); (L-M) Sklereid filiform dari mesofil daun zaitun (Olea); (N-P) Osteosklereid dari lapisan sub-epidermal kulit biji kacang
(Phaseolus); (Q-R) Makrosklereid dengan penebalan dinding yang bergalur, dari kulit biji; (N,O,Q) Tampak dari samping; (P-R) Dilihat dari atas. (Evert: 1965)
Menurut Asia Muhammadiah dan Hilda Karim (2013), sklereid dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu:
1. brakisklereid, disebut sel batu, hampir isodiametris atau agak memanjang
misalnya pada temurung Cocos nucifera.
2. makrosklereid, berbentuk batang sering ditemukan pada kulit biji, misalnya
Leguminose.
3. ostesklereid, berbentuk tulang dengan ujung-ujung yang membesar, kadang-
kadang sedikit bercabang, misalnya pada mesofil palisade Havea.
4. asterosklereid, berbentuk bintang dengan lekukan-lekukan atau penonjolan-
penonjolan, misalnya pada korteks batang Trochendreom.
Gambar 1.6. brakisklereid (sel batu) dari pear (Pyrus communis). (Evert: 1965)
DAFTAR PUSTAKA
Biggs, Alton, dkk. 2008. National Geographiy. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Evert, Ray Franklin. 1965. Esau's Plant Anatomy. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Florian, Mary-lou E; Dale Paul Kronkright; R.E Norton. 1990. The conservation of artifacts made from plant materials.United Stated of America: The J. Paul Getty Trust.
Mauseth, James D. 2012. Plants and People. United Stated of America: Jones & Bartlett Learning.
Muhammadiah, Asia & Hilda Karim. 2013. Anatomi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.
Starr, Cecie; Christine A. Evers; Lisa Starr. 2011. Biology: Concepts and Applications, 8th Edition. Canada: Nelson Education, Ltd.