iv.keadaan umum wilayah 4.1. kondisi kehutanan di indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan...

14
40 IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia Hutan Indonesia merupakan hutan tropis di dunia yang luas dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi. Keanekaragaman hayati yang dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat tinggi dan sebagian bersifat endemik, sehingga Indonesia disebut sebagai negara megabiodiversity. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, keanekaragaman hayati Indonesia terdiri dari : Mamalia 515 species (12 % dari jenis mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3 % dari jenis reptilia dunia), burung 1.531 jenis (17% dari jenis burung dunia), ampibi 270 jenis, binatang tak bertulang belakang 2.827 jenis dan tumbuhan sebanyak ± 38.000 jenis, diantaranya 1.260 jenis yang bernilai medis. Sampai dengan akhir tahun 2007, Departemen Kehutanan telah menetapkan jenis flora dan fauna yang dilindungi adalah : mamalia (127 jenis), burung (382 jenis), reptilia (31 jenis), ikan (9 jenis), serangga (20 jenis), krustasea (2 jenis), anthozoa (1 jenis) dan bivalvia (12 jenis) (Baplan, 2008). Berdasarkan Paduserasi Tata Guna Hutan Kesepakatan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (TGHK dan RTRWP), luas kawasan hutan Indonesia adalah 120,35 juta hektar. Namun demikian, sampai dengan akhir tahun 2007 masih terdapat 3 provinsi yang belum selesai proses paduserasi TGHK dan RTRWP-nya, yaitu Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Tengah, sehingga penghitungan luas kawasan hutannya masih menggunakan TGHK. Sedangkan perhitungan luas kawasan hutan berdasarkan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi (30 provinsi) dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (3 provinsi), maka luas kawasan hutan (daratan) ialah 133.694.685,18 ha atau jika ditambahkan dengan luas kawasan konservasi perairan menjadi seluas 137.090.468,18 ha (Baplan, 2008). Hasil penafsiran citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2002/2003, total daratan Indonesia yang ditafsir adalah sebesar 187,91 juta ha, dengan hasil sebagai berikut : arel berhutan 93,92 juta ha (50 %), areal tidak berhutan : 83,26 juta ha (44 %), dan sata

Upload: ngoque

Post on 07-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

40

IV.KEADAAN UMUM WILAYAH

4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia

Hutan Indonesia merupakan hutan tropis di dunia yang luas dengan

tingkat keanekaragaman hayati tinggi. Keanekaragaman hayati yang

dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat

tinggi dan sebagian bersifat endemik, sehingga Indonesia disebut

sebagai negara megabiodiversity. Berdasarkan hasil-hasil penelitian,

keanekaragaman hayati Indonesia terdiri dari : Mamalia 515 species (12

% dari jenis mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3 % dari jenis reptilia

dunia), burung 1.531 jenis (17% dari jenis burung dunia), ampibi 270 jenis,

binatang tak bertulang belakang 2.827 jenis dan tumbuhan sebanyak ±

38.000 jenis, diantaranya 1.260 jenis yang bernilai medis. Sampai dengan

akhir tahun 2007, Departemen Kehutanan telah menetapkan jenis flora

dan fauna yang dilindungi adalah : mamalia (127 jenis), burung (382

jenis), reptilia (31 jenis), ikan (9 jenis), serangga (20 jenis), krustasea (2

jenis), anthozoa (1 jenis) dan bivalvia (12 jenis) (Baplan, 2008).

Berdasarkan Paduserasi Tata Guna Hutan Kesepakatan dan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (TGHK dan RTRWP), luas

kawasan hutan Indonesia adalah 120,35 juta hektar. Namun demikian,

sampai dengan akhir tahun 2007 masih terdapat 3 provinsi yang belum

selesai proses paduserasi TGHK dan RTRWP-nya, yaitu Riau, Kepulauan

Riau dan Kalimantan Tengah, sehingga penghitungan luas kawasan

hutannya masih menggunakan TGHK. Sedangkan perhitungan luas

kawasan hutan berdasarkan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan

Provinsi (30 provinsi) dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (3 provinsi),

maka luas kawasan hutan (daratan) ialah 133.694.685,18 ha atau jika

ditambahkan dengan luas kawasan konservasi perairan menjadi seluas

137.090.468,18 ha (Baplan, 2008). Hasil penafsiran citra satelit Landsat 7

ETM+ tahun 2002/2003, total daratan Indonesia yang ditafsir adalah

sebesar 187,91 juta ha, dengan hasil sebagai berikut : arel berhutan

93,92 juta ha (50 %), areal tidak berhutan : 83,26 juta ha (44 %), dan sata

Page 2: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

41

tidak lengkap 10,73 juta ha (6 %). Khusus penutupan lahan di dalam

kawasan hutan yang luasanya luasnya 133,57 juta ha, kondisi penutupan

lahannya adalah areal berhutan seluas 85,96 juta ha (64 %), areal tidak

berhutan seluas 39,09 juta ha (29 %), serta data tidak lengkap seluas

8,52 juta ha (7 %) (Baplan, 2008). Luas kawasan hutan berdasarkan

pasuserasi TGHK dan RTRWP, serta Penunjukan dan TGHK disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Paduserasi TGHK dan RTRWP, serta Penunjukkan dan TGHK

Luas Kawasan Hutan (juta ha) -Kawasan Hutan Paduserasi TGHK dan

RTRWP Penunjukan dan TGHK

Kawasan Hutan Tetap 112,27 110,89 Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi 8,08 22,8

120,35 133,69 Sumber : Baplan (2008).

Luas penutupan lahan hutan mengalami perubahan menjadi bukan

hutan (deforestrasi), misalnya perubahan penutupan lahan hutan untuk

perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-lain. Baplan (2008)

menyatakan bahwa laju deforestasi 7 (tujuh) pulau besar, yaitu Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa, serta Bali dan Nusa

Tenggara pada periode tahun 2000-2005 rata-rata sebesar 1,09 juta

hektar. Untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk kegiatan pembanguan,

Departemen Kehutanan telah mengalokasikan kawasan hutan produksi

yang dapat dikonversi (HPK). Pada tahun 2007, perubahan peruntukkan

kawasan hutan untuk sektor pertanian/perkebunan tercatat seluas

65.461,68 ha. Sampai dengan tahun 2007, kawasan hutan yang

dikonversi untuk pemukiman transmigrasi seluas 958.672,81 ha. Pada

tahun 2007 terdapat perubahan fungsi hutan seluas 2.860,00 ha, yaitu

dari Hutan Produksi yang dapat Dikonversi menjadi Hutan Produksi Tetap

di Provinsi Maluku Utara.

Besarnya tekanan terhadap hutan dan kawasan hutan memerlukan

upaya perlindungan hutan. Selama tahun 2007, telah tercatat berbagai

gangguan yang mengancam eksistensi dan kondisi kawasan hutan.

Gangguan berupa penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat

Page 3: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

42

mencapai luasan 32.678,39 hektar, sedangkan gangguan terhadap

tegakan hutan berupa penebangan ilegal diperkirakan telah

mengakibatkan kehilangan kayu 3.650,59 M3 kayu bulat. Kebakaran

melanda kawasan hutan seluas ±6.974,62 Ha. Namun demikian, karena

adanya kendala dalam memperkirakan luasan kawasan yang terbakar,

diyakini bahwa angka tersebut lebih kecil dari kenyataan lapangan yang

sebenarnya. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain

dengan mendeteksi titik api, dimana pada tahun 2007 dideteksi sebanyak

37.909 titik panas (Baplan, 2008). Selain itu akibat tekanan terhadap

lahan hutan yang masih tinggi, menyebabkan luasnya lahan kritis di

Indonesia. Luas lahan kritis di Indonesia pada tahun 2007 tanpa DKI

Jakarta seluas ± 77.806.881 ha yang terdiri dari: Sangat kritis : 47.610.081

ha. Kritis : 23.306.233 ha. Agak kritis : 6.890.567 ha. Lahan kritis di dalam

dan di luar kawasan hutan yang telah ditentukan oleh Departemen

Kehutanan untuk direhabilitasi adalah: Dalam kawasan hutan: 59.170.700

ha, Luar Kawasan hutan : 41.466.700 ha (Baplan, 2008).

Perlindungan terhadap kawasan hutan diarahkan untuk

mempertahankan eksistensi kawasan hutan dan keanekaragaman

hayatinya serta menjaga agar peranan hutan sebagai sistem penyangga

kehidupan dapat terus berlangsung. Upaya lain yang dilaksanakan untuk

melindungi kawasan hutan, Departemen Kehutanan telah melaksanakan

berbagai kegiatan yang bersifat pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat serta upaya penegakan hukum. Sarana dan prasarana

pengamanan Berdasarkan UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan, Hutan

Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

hayati serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi dibedakan menjadi

Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.

Kawasan Suaka Alam adalah hutan yang dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai

wilayah penyangga kehidupan. Termasuk dalam kategori kawasan ini

Page 4: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

43

ialah Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa. Kedua kategori kawasan

tersebut dilindungi secara ketat, sehingga tidak boleh ada sedikitpun

campur tangan manusia dalam proses-proses alami yang terjadi di dalam

kawasan tersebut. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi keperluan ilmu

pengetahuan dan pendidikan. Saat ini terdapat 236 unit Cagar Alam Darat

dengan total luas 4.588.665,44 hektar, dan 8 unit Cagar Alam perairan

dengan luas sekitar 273.515,00 hektar; sedangkan Suaka Margasatwa

darat sebanyak 75 unit dengan luas 5.099.849,06 hektar serta 6 unit

Suaka Margasatwa perairan dengan luas sekitar 338.940,00 hektar.

Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang

mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Termasuk ke dalam kategori kawasan ini adalah Taman Nasional, Taman

Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. Taman Nasional merupakan

kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dikelola

dengan sistem zonasi untuk keperluan Pada tahun 2007 telah ada 50 unit

Taman Nasional Darat dengan luas 12.298.216,34 hektar, dan 7 unit

Taman Nasional Laut dengan luas 4.049.541,30 hektar. Taman Wisata

Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk

dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Saat ini

terdapat 105 unit Taman Wisata Alam Darat dengan total luas sekitar

257.316,53 hektar, dan 19 Taman Wisata Laut dengan total luas sekitar

767.120,70 hektar. Taman Hutan Raya merupakan kawasan pelestarian

alam yang ditetapkan untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan/atau

satwa yang alami atau bukan alami, dari jenis asli atau bukan asli, yang

dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, budaya, pariwisata, dan

rekreasi. Saat ini terdapat 21 unit Taman Hutan Raya dengan luas total

sekitar 343.454,91 hektar. Taman Buru adalah kawasan hutan yang

ditetapkan sebagai tempat wisata buru. Saat ini terdapat 14 unit Taman

Buru dengan total luas sekitar 224.816,04 hektar. Penetapan lahan kritis

Page 5: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

44

mengacu pada lahan yang telah sangat rusak karena kehilangan

penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya

sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro

dan retensi karbon. Berdasarkan kondisi vegetasinya, kondisi lahan dapat

diklasifikasikan sebagai : sangat kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis

dan kondisi normal. Berdasarkan kriteria tersebut.

4.2. Kondisi Kehutanan Provinsi Jambi

Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 00 45’ sampai 20 45’

Lintang Selatan dan antara 1010 10’ sampai 1040 55’’ Bujur Timur.

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau,

Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, Sebelah Selatan berbatasan

dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Sebelah Barat berbatasan dengan

Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Provinsi Jambi dibentuk tanggal 2

Juli 1958 bersamaan waktunya dengan pembentukan Provinsi Sumatera

Barat dan Provinsi Riau. Sebelumnya Jambi merupakan salah satu

daerah keresidenan di wilayah Provinsi Sumatera Tengah.

Gambar 3. Wilayah Administratif Provinsi Jambi (PIK Jambi, 2009)

Page 6: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

45

Luas daratan wilayah Provinsi Jambi adalah sekitar 53.435 km2, yang

terdiri dari : Kabupaten Kerinci seluas 4.200 km2 (7,86%), Kabupaten

Merangin seluas 6.380 km2 (11,94%),Kabupaten Sarolangun seluas 7.820

km2 (14,63%), Kabupaten Batanghari seluas 4.983 km2 (9,33%),

Kabupaten Muaro Jambi seluas 6.147 km2 (11,50%), Kabupaten Tanjung

Jabung Timur seluas 5.330 km2 (9,97%), Kabupaten Tanjung Jabung

Barat seluas 4.870 km2 (9,11%), Kabupaten Tebo seluas 6.340 km2

(11,86%) - Kabupaten Bungo seluas 7.160 km2 (13,40%),dan Kota Jambi

seluas 205 km2 (0,38%). Panjang garis pantai Provinsi Jambi mencapai

210 km.

4.3. Topografi, Jenis Tanah dan Iklim

Topografi bagian Timur Provinsi Jambi umumnya merupakan rawa-

rawa sedangkan wilayah Barat pada umumnya adalah tanah daratan

(lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang

sampai berbukit. Topografi yang datar (0-2%) mencapai 1.688.534 ha,

bergelombang (2-15%) seluas 1.557.549 ha, curam (15-40%) seluas

1.015.343 ha, serta sangat curam (>40%) seluas 838.565 ha. Persentase

luas daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%) daerah dataran dengan

ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), dan daerah dataran tinggi >500 m

(14,5%). Luas wilayah di Provinsi Jambi dengan ketinggian antara 0-100

meter adalah 34.738 km2 (53,2%), ketinggian antara 101-500 meteradalah

17.981 km2 (24,5%), ketinggian antara 500-1.000 meter adalah 9.127

km2 (13,9%), serta ketinggian > 1.000 meter adalah 5.437 km2

( 8,4%). Kondisi topografi Provinsi Jambi disajikan pada Gambar 4.

Page 7: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

46

Gambar 4 . Kondisi Topografi Wilayah Provinsi Jambi (PIK Jambi, 2009)

Jenis tanah di Provinsi Jambi secara umum didominasi oleh Podsolik

Merah Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah lainnya adalah

Latosol termasuk Regosol 18,67% dan Gley Humus 10,74%. Sebagian

besar wilayah Iklim Propinsi Jambi bertype A (Schmidt and Ferguson)

dengan curah hujan rata-rata 1.900 – 3.200 mm/tahun dan rata-rata curah

hujan 116 – 154 hari pertahun. Suhu maksimum sebesar 31 derajat

cescius. Rata-rata curah hujan bulanan Jambi adalah 179-279 mm pada

bulan basah dan 68-106 mm pada bulan kering. Musim hujan di Propinsi

Jambi dari bulan November sampai Maret dan musim kemarau dari bulan

Mei sampai Oktober.

4.4. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Provinsi Jambi

Berdasarkan data proyeksi Survey Penduduk antar sensus (SUPAS)

tahun 2005 menunjukkan data pada tahun 2006 jumlah penduduk Provinsi

Jambi mencapai 2.683.099 jiwa yang terdiri dari sejumlah 1.365.132

lakilaki dan 1.317.967 perempuan. Pada tahun 2007 berjumlah 2.742.196

jiwa yang terdiri dari sejumlah 1.398.700 lakilaki dan 1.343.496

Page 8: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

47

perempuan. Selama kurun waktu tersebut terjadi pertumbuhan sebesar

2,20%. Pada tahun 2006 persentase penduduk di Provinsi Jambi yang

tinggal di daerah perkotaan dengan usia produktif sebanyak 67,37%,

dengan porsi yang hampir seimbang antara lakilaki dengan perempuan

yaitu dengan perbandingan 66.90% dan 67,85%. dengan demikian berarti

sisanya sebesar 32,63% adalah penduduk usia non produktif atau dapat

dikatakan masih dalam kondisi ketergantungan yang tinggi.

Usaha lain yang telah dilakukan untuk mengurangi tingkat

kemiskinan adalah perluasan lapangan kerja pada berbagai sektor

ekonomi. Jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2007 telah

meningkat menjadi 1 147 000 jiwa atau bertambah sebesar 44 000 jiwa

dari 1 103 000 jiwa pada tahun 2006. Pada sisi lain jumlah pengangguran

terbuka berkurang sebesar 2 000 jiwa atau turun dari 78 000 jiwa (2006)

menjadi 76 000 jiwa (2007). Penurunan ini diikuti oleh penurunan tingkat

pengangguran terbuka dari 6.6 persen (2006) menjadi 6.2 persen (2007).

Masih rendahnya penurunan tingkat pengangguran, terkait langsung

dengan rendahnya tingkat investasi yang menghambat upaya perluasan

lapangan pekerjaan dalam skala yang lebih besar.

Pada tahun 2004, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Jambi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 15,5 triliun

rupiah menjadi 18,7 triliun pada tahun 2005. Share terbesar didominasi

oleh sektor pertanian yang memberi kontribusi sebesar 30,2 %. Namun,

potensi tersebut belum dikelola secara optimal, sehingga belum mampu

memberikan konstribusi bagi pembangunan Jambi. Komoditas ekspor

Provinsi Jambi masih bergantung pada kelompok komoditas berbasis

sumber daya alam yang terdiri dari komoditas perkebunan (karet dan

kelapa sawit), kehutanan (kayu dan pulp dan kertas), dan produk mineral.

Pendiversifikasian komoditas ekspor berjalan relatif lambat, padahal

melalui peningkatan nilai tambah dengan memperluas prosesing berbagai

produk antara yang diekspor pada saat ini, akan dapat meningkatkan

keanekaragaman produk ekspor berupa hasil olahan industri berbasis

pertanian. Peningkatan prosesing bahan mentah dan bahan baku juga

Page 9: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

48

akan meningkatkan nilai tambah dan penerimaan produsen domestik

sekaligus meningkatkan penerimaan devisa dari hasil ekspor berbagai

produk olahan lanjutan bukan produk antara seperti CPO dan SIR 20 dan

SIR 50. Seiring dengan konsentrasi ekspor pada komoditas primer,

diversifikasi negara tujuan ekspor juga berjalan lamban. Perkembangan

aktivitas ekonomi yang pesat di kawasan Amerika Latin dan Asia Selatan

utamanya India dengan penduduk 1 milyar merupakan potensi pasar yang

belum digarap secara optimal. Demikian juga kawasan Afrika yang

memiliki potensi pasar cukup besar di beberapa negara seperti Afrika

Selatan, Mesir, dan negara lainnya di kawasan ini.

Bila diamati secara sektoral, sektor pertanian masih berperan

sebagai penyerap terbesar angkatan kerja di Provinsi Jambi yaitu

mencapai 57.7 persen terhadap total penyerapan tenaga kerja pada tahun

2007. Angka ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding

tahun sebelumnya yaitu sebesar 57.8 persen. Sektor perdagangan tampil

sebagai sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja dan

meningkat dari 14.5 persen (2006) menjadi 15.9 persen (2007).

Penurunan dominasi sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja

belum bergerak secara paralel dengan penurunan peran nilai tambah

sektor ini terhadap PDRB. Hingga akhir tahun 2007 pangsa nilai tambah

sektor pertanian terhadap PDRB tercatat sebesar 29.64 persen turun dari

30.19 persen pada tahun 2006. Ketidakberimbangan pangsa serapan

tenaga kerja dengan pangsa nilai tambah sektor pertanian terhadap

PDRB mengindikasikan masih tingginya tingkat penganguran terselubung,

rendahnya tingkat produktivitas sektor pertanian dan sekaligus

mencerminkan tingginya tingkat kemiskinan di sektor ini yang umumnya

berlokasi di daerah perdesaan.

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, sektor pertanian mendominasi

perekonomian Provinsi Jambi dengan peningkatan kontribusi cukup

signifikan. Pada tahun 1999, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi berdasarkan harga

konstan baru berkisar 27,65 %, kemudian meningkat drastis mencapai

Page 10: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

49

30,22 % pada tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor

pertanian terhadap perekonomian daerah tetap terbesar, yang berarti

pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan telah dapat

diimplementasikan. Namun ternyata peningkatan kontribusi sektor

pertanian tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kontribusi sektor

industri pengolahan, dimana selama kurun waktu tersebut perkembangan

kontribusi sektor industri pengolahan relatif stabil. Hal ini mengindikasikan

bahwa produk-produk pertanian yang dihasilkan lebih banyak dipasarkan

oleh petani dalam bentuk bahan primer yang tidak mempunyai nilai

tambah, belum diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.

Dalam hal penduduk miskin, berdasarkan data penduduk miskin (Badan

Pusat Statistik Jakarta, 2004), jumlah penduduk miskin Provinsi Jambi

pada tahun 2002/2003 berada pada ranking ke-3 se-wilayah Sumatera,

setelah Bangka Belitung (1) dan Sumatera Barat (2). Namun jika

dibandingkan proporsinya, Provinsi Jambi memiliki proporsi yang terbesar.

Dari hasil-hasil penelitian baik yang dilakukan oleh berbagai Perguruan

Tinggi, baik Perguruan Tinggi daerah maupun yang berasal dari luar

daerah, termasuk penelitian yang dilakukan oleh beberapa LSM, diketahui

bahwa tertinggalnya petani Jambi dibandingkan dengan petani daerah lain

di Sumatera paling tidak disebabkan oleh dua faktor, yaitu : (1) kualitas

sumberdaya manusia (SDM) masyarakat pertanian yang rendah dan (2)

posisi tawar yang lemah. Sehubungan dengan permasalahan di atas

paling tidak terdapat dua program prioritas dan mendasar dalam upaya

mengentaskan kemiskinan keluarga petani, yaitu : (1) Meningkatkan

kualitas sumberdaya menusia masyarakat pertanian dan (2)

Meningkatkan posisi tawar petani yang salah satunya melalui peningkatan

nilai tambah produk pertanian melalui industri pengolahan hasil pertanian

(agro-industri) atau peningkatan dan pengembangan industri hilir yang

mampu mengolah produk pertanian menjadi bahan jadi atau setengah jadi

sesuai dengan permintaan pasar, baik lokal, domestik maupun pasar

mancanegara.

Page 11: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

50

4.5. Kondisi Pengelolaan Hutan di Provinsi Jambi

Luas kawasan hutan di Provinsi Jambi berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan RI Nomor 421/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999

adalah seluas 2.179.440 ha, yang terdiri atas: hutan produksi terbatas

seluas 340.700 ha (15,63%), hutan produksi tetap seluas 971.490 ha

(44,47%), hutan lindung seluas 191.130 ha (8,77%), serta hutan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam seluas 676.060 ha (31.13%).

Kawasan hutan suaka alam dan pelestarian alam terdiri dari : cagar alam

seluas 30.400 ha (1,39%), taman nasional seluas 608.630 ha (27,92%),

taman hutan raya seluas 36.660 ha (1,68%), dan hutan wisata alam

seluas 430 ha (0,02%). Di dalam wilayah Provinsi Jambi terdapat empat

taman nasional yang penting peranannya bagi kehidupan masyarakat,

terutama dalam menyediakan jasa lingkungan hutan, seperti pengaturan

hidroorologis, penyerapan karbon, wisata alam, dan perlindungan plasma

nutfah. Keempat taman nasional (TN) adalah : TN Kerinci Seblat seluas

429.630 ha, TN Nasional Bukit Tiga Puluh seluas 33.000 ha, TN Bukit Dua

Belas seluas 60.500 ha, dan TN Berbak seluas 146.000 ha (Dishut

Provinsi Jambi, 2008). Pemegang konsesi HPH (Hak Pengusahaan

Hutan) atau IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) yang

masih aktif di Provinsi Jambi adalah PT Putra Duta IW yang berada di

Kabupaten Muaro Jambi dengan luas konsesi 61.000 ha. Adapun

pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan

Tanaman (IUPHHK-HT) sebanyak 13 perusahaan dengan luas total

mencapai 507.177,77 ha. Dari 13 perusahaan pemegang konsesi

IUPHHK-HT hanya 6 perusahaan yang masih aktif beroperasi sampai

dengan akhir tahun 2008. Realisasi produksi hasil hutan dan industri hasil

hutan di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Page 12: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

51

Tabel 9. Realisasi Produksi Hasil Hutan Provinsi Jambi Tahun 2008

No Produksi Hasil Hutan Realisasi Produksi (m3)

1 Kayu Bulat a Kayu Bulat (diameter >30 cm) 108.722,13 b Kayu Bulat Kecil (diameter 20-29 cm) 17.784,28 BBS (Hutan Tanaman/HTI) 3.830.069,62 BBS (Hutan Alam) 457.560,7 Kayu Tanaman (Karet, Sengon, Kayu Manis) 525.29,68 Total Produksi Kayu 4.466.666,41 2 Non Kayu Rotan Kecil 44 Rotan Besar 64.500 Total Produksi Non Kayu 64.544

Tabel 10. Realisasi Produksi Industri Hasil Hutan Provinsi Jambi Tahun 2008

No Industri Pengolahan Hasil Hutan Realiasasi Produksi (m3)

1 Kayu Gergajian 13.001,0683 2 Kayu Lapis (Plywood) 98.718,023 3 Veneer 68.586,2747 4 Pencil Slate 57,6361 5 Container Floor 32.741,3572 6 Olahan lain 55.562,9721 7 Moulding 3.841,4738 272.508,81 8 Tissue 27.260,531 9 Pulp 50.6084,79

Sektor kehutanan masih merupakan sektor ekonomi unggulan di

Provinsi Jambi. Volume ekspor kelompok komoditas kayu, barang dari

kayu dan barang anyaman mencapai 434.518 ton pada tahun 2004.

Volume ekspor kelompok komoditas kayu, barang dari kayu, dan barang

anyaman pada tahun 2006 menjadi 239.005 ton, namun menurun menjadi

162.774 ton pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 meningkat sedikit

menjadi adalah 200.574 ton. Volume produksi hasil hutan yang cenderung

terus menurun disebabkan oleh makin sedikitnya bahan baku kayu dan

non kayu yang dihasilkan dari kawasan hutan. Keterbatasan sumber

bahan baku diindikasikan dengan banyaknya kegiatan pengusahaan

hutan yang tidak beroperasi walaupun ijin konsesinya masih berlaku.

Page 13: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

52

Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

mengarahkan kebijakan pengelolaan hutannya untuk :

1. Penurunan kegiatan penebangan liar (Illegal logging) dan perdagangan

kayu illegal, pembakaran hutan serta perambahan dan okupasi

kawasan hutan.

2. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan melalui meningkatkan

keterlibatan masyarakat secara langsung di dalam dan disekitar hutan.

3. Meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam wilayah

DAS, serta meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya.

4. Peningkatan pelaksanaan Rehabilitasi dan konservasi sumber daya

hutan.

5. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

6. Memanfaatkan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungannya secara

optimal.

Adapun sasaran program kehutanan Provinsi Jambi yang ingin

dicapai adalah :

1. Terwujudnya penegakan hukum terutama dalam pemberantasan

pembalakan liar (Illegal logging), turunnya penyalahgunaan izin

eksploitasi hasil hutan dan peredaran/perdagangan hasil hutan illegal.

2. Menurunnya pembukaan kawasan hutan untuk areal budidaya non

kehutanan dan okupasi kawasan oleh badan usaha serta menurunnya

perburuan satwa/tumbuhan liar yang dilindungi serta peredarannya

serta turunnya tingkat kebakaran hutan.

3. Terciptanya industri kehutanan yang tangguh serta terwujudnya struktur

industri pengolahan yang efisien dan berwawasan lingkungan.

4. Ditetapkannya batasan luar kawasan hutan dalam tataruang di Provinsi

Jambi.

5. Meningkatnya rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan terutama

Ex HPH. dan sepanjang DAS Batanghari untuk menjamin pasokan air

dan sistem penopang kehidupan lainnya.

6. Optimalisasi nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu.

Page 14: IV.KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Kondisi Kehutanan di Indonesia · dikandung sumberdaya hutan dan perairan di Indonesia termasuk sangat ... sehingga Indonesia disebut sebagai negara

53

7. Meningkatnya hasil hutan nonkayu seperti rotan manau, madu dan

tanaman obatobatan.

8.Terjalinnya kemitraan antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat

dalam pengelolaan hutan lestari.

9. Diterapkannya iptek yang inovatif pada sektor kehutanan.

Arahan dan sasaran program kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

sebagaimana tersebut sebelumnya menunjukkan bahwa aktifitas ilegal di

dalam kawasan hutan sudah mengkhawatirkan. Perubahan respon

hidrologis di wilayah tersebut menjadi indikator signifikan telah terjadinya

kerusakan ekosistem hutan. Awal tahun 2002, banjir melanda sebagian

besar wilayah Provinsi Jambi dan secara ironis pada akhir tahun yang

sama terjadi kekeringan. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan

daya dukung sumberdaya air, baik air permukaan maupun air tanah.

Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan secara

signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran

Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air. Hal yang

memprihatinkan adalah indikasi tejadinya proses percepatan laju

kerusakan daerah tangkapan air yang secara alami didominasi penutupan

lahan hutan. Aktifitas ilegal tersebut terutama terkait dengan penebangan

pohon secara ilegal dan perambahan lahan hutan untuk budidaya non

kehutanan. Dalam hal ini Dinas Kehutana Provinsi Jambi memprioritaskan

pemberantasan IL dan perambahan lahan hutan sebagai prasyarat untuk

mewujudkan pengelolaan hutan berkelanjutan. Tanpa adanya kepastian

keamanan kawasan hutan, maka investasi di bidang kehutanan tidak akan

berjalan.

-