pengelolaan sumberdaya batubara indonesia dan …
TRANSCRIPT
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
Naskah masuk : 11 November 2019, revisi pertama : 19 April 2021, revisi kedua : 05 Mei 2021, revisi terakhir : 21 Mei 2021. 107 DOI: 10.30556/jtmb.Vol17.No2.2021.1073
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
PENGELOLAAN SUMBERDAYA BATUBARA INDONESIA DAN PROSPEKNYA DALAM PASAR GLOBAL DENGAN ANALISIS SWOT Management of Indonesian Coal Resources and Its Prospects in the
Global Market Using SWOT Analysis
HARTA HARYADI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Jalan Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Dalam pengelolaan sumber daya batubara diperlukan kebijakan dan terobosan baru agar sektor batubara
Indonesia memilliki daya saing yang tinggi dalam rangka menghadapi pasar global batubara. Studi ini bertujuan
untuk menganalisis kondisi sektor pertambangan batubara Indonesia dalam kancah persaingan global, yang
anggotanya sudah mencapai 164 negara pada 2019. Studi ini menggunakan pendekatan analisis Strength,
Weakness, Opportunities and Threat (SWOT). Hasil analisis menunjukkan, pertama, diperlukan penguasaan
teknologi dan pendayagunaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional. Kedua, meningkatkan
ketersediaan infrastruktur pendukung untuk mengatasi kendala supply energi serta peningkatan kualitas
batubara agar berdaya saing tinggi dalam rangka meraih peluang pasar dalam dan luar negeri. Hasil analisis
dapat dijadikan masukan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan daya saing sektor batubara dalam
menghadapi pasar global dan terpenuhinya kebutuhan batubara untuk industri dalam negeri.
Kata kunci: batubara, kekuatan, kelemahan, peluang, globalisasi ekonomi.
ABSTRACT
In managing coal resources, new policies and breakthroughs are needed so that the Indonesian coal sector has
high competitiveness in facing the global coal market. This study aims to analyze the condition of the
Indonesian coal mining sector in global competition that has 164 member countries in 2019. This study uses
an analysis approach of Strength, Weakness, Opportunities and Threat (SWOT). The results of the analysis show
that, first, it requires a mastery of technology and utilization of professional human resources. Second, increase
the availability of supporting infrastructure to overcome energy supply constraints and improve the quality of
coal to be highly competitive in order to seize market opportunities at home and abroad. The results of the
analysis can be used as input for the government in an effort to improve the competitiveness of the coal sector
in facing the global market and the fulfillment of coal needs for the domestic industry.
Keywords: coal, strengths, weaknesses, opportunities, economic globalization.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
108
PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi dengan sistem pasar bebas
dunia merupakan sistem perekonomian yang
harus dilalui dan harus diikuti oleh seluruh
negara di dunia untuk menciptakan
kesejahteraan perekonomian dunia (Nurhaidah
dan Musa, 2015). Negara yang tidak
mempersiapkan diri dan tidak mengembangkan
perekonomiannya ke dalam sistem
perekonomian global tersebut akan
menghadapi resiko kemunduran (Zaroni, 2015).
Dalam konteks pengelolaan sumber daya
batubara, Indonesia memerlukan kebijakan dan
terobosan baru agar sektor batubara memilliki
daya saing tinggi dan mampu memasuki dan
menghadapi pasar global batubara.
Sampai saat ini produksi tambang batubara
Indonesia sebagian besar ditujukan untuk pasar
ekspor khususnya ke Cina. Di satu sisi ekspor
batubara akan menghasilkan devisa, namun di
sisi lain kebutuhan batubara untuk kepentingan
domestik juga harus terpenuhi. Di sini terjadi
tarik menarik antara kepentingan ekspor dan
pemenuhan kebutuhan domestik.
Sebagian besar output energi dunia dan
produksi listrik dihasilkan oleh Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) karena tersedianya
batubara dalam jumlah besar. Proses
ekstraksinya relatif mudah dan murah,
demikian juga dengan biaya infrastrukturnya
yang lebih murah dibandingkan dengan
sumberdaya energi fosil (BP, 2018).
Permintaan batubara kualitas rendah dari Cina,
India, Jepang dan Korea sangat besar karena
banyak PLTU baru yang dibangun untuk
mensuplai kebutuhan listrik industrinya yang
besar (Sagawa, 2019). Indonesia memiliki
cadangan batubara kualitas menengah dan
rendah yang cukup besar, dengan harga
kompetitif di pasar internasional. Hal ini antara
lain disebabkan biaya produksi upah tenaga
kerja Indonesia yang rendah. Di samping migas,
batubara sangat dibutuhkan kontribusinya untuk
mendukung pendapatan negara (APBN) berupa
devisa yang cukup besar.
Permintaan terhadap batubara Indonesia
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar global,
khususnya Cina sebagai konsumen batubara
terbesar dunia. Mengingat sebagian besar
batubara Indonesia ditujukan untuk pasar
ekspor, maka produksi dan ekspor batubara
Indonesia akan dipengaruhi harga di pasar
global.
Menurut data Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara (2018), cadangan batubara Indonesia
mencapai 24,24 miliar ton dan produksi 2017
sebesar 461 juta ton. Apabila tingkat produksi
saat ini diteruskan serta tidak ada eksplorasi
dan penemuan cadangan baru maka batubara
Indonesia diperkirakan akan habis kira-kira
dalam waktu 53 tahun mendatang. Di
kemudian hari kondisi energi Indonesia akan
menghadapi ketidakpastian karena menipisnya
supply batubara, sementara dibutuhkan energi
yang besar untuk pembangunan.
Sebelum menghadapi situasi buruk pemerintah
perlu meninjau kembali isu strategis dari
persoalan batubara. Isu strategis sebagaimana
dimaksud dapat dilakukan dengan analisis
Strengths, Weaknesses, Opportunites dan
Threats (SWOT). Analisis tersebut dapat
dimanfaatkan antara lain untuk pengelolaan
sumber daya batubara yang efektif dan efisien,
prospek meraih peluang di pasar global, serta
strategi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Di samping itu hasil analisis SWOT
dapat dijadikan masukan kebijakan untuk
menjadikan batubara sebagai bahan galian
strategis karena bernilai tambah tinggi, serta
menjadi motor penggerak perekonomian
regional dan nasional (Nawatmi, 2011).
Terbentuknya Organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization/WTO) pada 1
Januari 1995 bertolak dari pemikiran bahwa
diperlukan badan tingkat tinggi untuk
mengawasi bekerjanya sistem perdagangan
multilateral dan untuk menjamin agar negara-
negara anggota WTO mematuhi peraturan-
peraturan yang telah disepakati serta memenuhi
kewajiban-kewajibannya (Jamilus, 2017). WTO
memiliki tujuan antara lain: mencapai
perdagangan internasional yang stabil dan
menghindari kebijakan perdagangan yang
merugikan; meningkatkan volume perdagangan
dunia; mengembangkan sistem perdagangan
multilateral; meningkatkan pemanfaatan sumber
kekayaan dunia untuk meningkatkan produksi
dan transaksi jual beli barang; dan menyatukan
kegiatan-kegiatan konsumsi, ekonomi produksi
dan investasi antar negara di seluruh penjuru
dunia (Kusumawardhana dan Zulkarnain, 2016).
Hingga 2019 anggota WTO berjumlah 164
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
109
negara dan 22 negara pengamat (Firmansyah
dan Hendra, 2015). Keikutsertaan Indonesia
dalam organisasi perjanjian perdagangan bebas
WTO, membawa konsekuensi bahwa
perdagangan antara negara di seluruh dunia
dilakukan tanpa hambatan apapun seperti tarif,
pajak ekspor dan impor. Harga barang-barang
menjadi lebih murah dengan kualitas makin
tinggi (Azzarqa dan Basuki, 2014).
Dengan berlakunya WTO akan terjadi
peningkatan persaingan sektor pertambangan
batubara di pasar domestik negara-negara
anggotanya (Agustiwi, 2016). Pengusaha
pertambangan batubara yang tidak efisien akan
memiliki daya saing rendah dan sulit
memasarkan produknya. Dengan adanya WTO,
pengusaha sektor pertambangan batubara
dengan tingkat produksi yang efisien akan
memiliki daya saing tinggi serta mampu
menguasai pasar global, sekaligus menyumbang
devisa yang besar serta mendorong
pertumbuhan ekonomi negaranya.
Pada umumnya, adanya pasar bebas akan
memberikan keuntungan ekonomi bagi negara
anggota WTO, di antaranya : Pertama, tidak ada
tarif impor dan tidak ada pembatasan (kuota)
dan hambatan impor lainnya sehingga akan
meningkatkan daya saing di pasar domestik
maupun pasar ekspor; harga bahan baku dan
input lainnya menjadi murah (Triono, 2013).
Kedua, pengaruh eksternalitas melalui alih ilmu
pengetahuan, teknologi, manajemen, organisasi
dan metode produksi yang lebih efisien dari
negara anggota WTO yang lebih maju ke negara
berkembang sesama anggota (Mahsun, 2013).
Ketiga, akses untuk mendapatkan barang modal
atau teknologi modern menjadi lebih mudah.
Negara anggota WTO yang belum mampu
mengembangkan teknologinya sendiri, tidak
akan ketinggalan karena bisa diperoleh dari
anggota negara WTO yang teknologinya sudah
maju (Putra dan Saraswati, 2016). Setiap
negara anggota WTO bisa memperluas pasar
dan variasi produk yang dapat diproduksi di
dalam negeri berdasarkan spesialisasi
(Suprijanto, 2011), alokasi sumber daya
produksi yang menjadi lebih efisien dan
produktif (Sumitro, 2015). Menurut Widayanto
(2016), pasar bebas bagi Indonesia dapat
meningkatkan kualitas produk dalam negeri;
membuka peluang bagi investor berproduksi di
Indonesia; meningkatkan devisa dari ekspor.
Selain memberi keuntungan, WTO memberikan
ancaman atau dampak negatif, antara lain:
supply bahan baku untuk kebutuhan dalam
negeri berkurang karena lebih banyak diekspor.
Hal ini berdampak terhadap perusahaan-
perusahaan di dalam negeri (Parimin dan Putra,
2018). Selain itu, Indonesia menjadi tergantung
pada negara lain; persaingan antara produk
dalam negeri dan luar negeri yang semakin ketat
(Sujati, 2018). Apabila kalah dalam persaingan
maka hal tersebut akan berdampak terhadap
menurunnya produksi dalam negeri yang pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap
perekonomian makro nasional.
Menurut Badan Pusat Statistik (2018),
perdagangan bebas belum berdampak signifikan
terhadap kinerja perusahaan di Indonesia.
Artinya sampai saat ini belum terlihat ancaman
serius. Jumlah unit usaha dan kontribusi output
terhadap pembentukan produk domestik bruto
(PDB) terus bertambah setiap tahun.
Menurut Almahdy dan Imam Mustaqim (2011),
ada dua permasalahan yang akan dihadapi oleh
sektor pertambangan batubara Indonesia dalam
menghadapi WTO. Pertama, kemampuan
batubara dalam negeri bersaing dengan batubara
impor. Kedua, kemampuan memanfaatkan
peluang dari perdagangan bebas untuk
menguasai pasar. Terbentuknya WTO,
merupakan momentum untuk menghasilkan
batubara berkualitas tinggi agar dapat menguasai
pasar global.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mendukung sektor batubara, yaitu
dikeluarkannya Undang Undang No. 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, yang mewajibkan seluruh pengusaha
sektor pertambangan batubara melakukan
pengolahan dan pemurnian sebelum diekspor,
agar diperoleh manfaat ekonomi yang besar
bagi pengusaha, bagi negara dan masyarakat,
serta memiliki daya saing yang tinggi di pasar
ekspor. UU tersebut telah diperbaharui dengan
terbitnya UU No. 3 Tahun 2020.
Sampai saat ini sektor pertambangan batubara
Indonesia belum memperlihatkan kemajuan,
ditandai dengan lambatnya para pengusaha
melaksanakan program hilirisasi batubara,
sementara kinerja perusahaan batubara
cenderung menurun ditandai dengan
banyaknya perusahaan yang berhenti dari
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
110
rencana kegiatannya (Siregar dan Sunarti, 2017).
Menurut Hidayat dan Rahmat (2018), kalau
kondisi ini tidak segera diperbaiki, diprediksi
sektor pertambangan batubara Indonesia tidak
akan mampu bersaing di pasar dunia.
Pada lingkungan internal dan eksternal, ke
depan, sektor pertambangan batubara diprediksi
akan menghadapi perubahan dan
ketidakpastian (Istiqomah dan Andriyanto,
2017). Pemerintah, khususnya Kementerian
ESDM sebagai regulator sektor batubara perlu
merencanakan dan merumuskan strategi
bersaing menghadapi negara-negara produsen
batubara dunia lainnya sebelum permasalahan
sektor batubara semakin besar (Anwar dan
Utami, 2012). Pemerintah perlu memingkatkan
kinerja dan daya saing produk dan jasa sektor
batubara di pasar global dengan didukung
strategi yang tepat sesuai dengan perubahan
lingkungan strategis (Gunawan, 2013).
Salah satu alat analisis untuk merumuskan
strategi pencapaian sasaran tersebut adalah
analisis SWOT. Dengan analisis SWOT ini
diharapkan dapat dirumuskan berbagai
alternatif strategi yang perlu dilakukan sebagai
masukan dalam penyusunan kebijakan sektor
ESDM khususnya sektor batubara dalam
menghadapi pasar global sekaligus bisa
menguasai pasarnya (Bahari, Leksono dan
Ismiyah, 2018). Pendekatan SWOT dalam
pengelolaan sumber daya batubara Indonesia
serta prospeknya dalam pasar global
dimaksudkan untuk menganalisis kondisi
internal perusahaan batubara (kekuatan dan
kelemahan) dan menelaah kondisi eksternal
(peluang dan ancaman), dalam kerangka visi
dan misi perusahaan (Rahmayati, 2015;
Subaktilah, Kuswardani dan Yuwanti, 2018).
Sasarannya adalah agar organisasi atau
perusahaan batubara mampu memanfaatkan
informasi perubahan untuk mendapatkan
keunggulan kompetitifnya di masa depan
dalam rangka menguasai peluang pasar global
dan pemenuhan kebutuhan batubara industri
dalam negeri (Tamara, 2016). Selanjutnya
seluruh kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman di sektor batubara diintegrasikan ke
dalam sebuah tabel data sehingga faktor-faktor
internal dan eksternal dari pertambangan
batubara dapat dianalisis (Subaktilah,
Kuswardani dan Yuwanti, 2018).
METODE
Penelitian ini menggunakan metodologi
deskriptif kualitatif yaitu metode yang digunakan
untuk meneliti obyek, kondisi, sistem
perencanaan serta peristiwa yang kemungkinan
akan terjadi di masa depan, melalui pengamatan
langsung, observasi, wawancara dan pencarian
dokumen ke beberapa Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) dan beberapa perusahaan
tambang batubara sebagai responden, serta studi
literatur dari berbagai penelitian yang terkait.
Dari hasil identifikasi tersebut maka dapat
diketahui faktor internal (kekuatan dan
kelemahan sektor batubara); faktor-faktor
eksternal (peluang dan ancaman bagi sektor
batubara), faktor-faktor keunggulan
pertambangan batubara Indonesia di pasar
global. Selanjutnya seluruh faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dari pertambangan batubara dianalisis
(Wicaksono, 2018).
Setelah indikator-indikator SWOT diidentifikasi,
langkah pertama adalah menentukan bobot,
rating, dan score bobot. Bobot ditentukan
berdasarkan tingkat kepentingan dengan skala 1
sampai 4 (1 = tidak penting, 2 = cukup penting,
3 = penting, 4 = sangat penting). Langkah
kedua menjumlahkan bobot kekuatan dan bobot
kelemahan, sehingga diperoleh total bobot.
Selanjutnya dihitung bobot relatif untuk masing-
masing indikator dengan cara membagi masing-
masing bobot dengan total bobot dari kekuatan
dan kelemahan, sehingga hasil total nilai bobot
relatif tersebut bila dijumlahkan menjadi 1 atau
100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot
relatif untuk peluang dan ancaman, sehingga
total nilai bobot tersebut menjadi 1 atau 100%.
Langkah ketiga adalah menentukan rating, yaitu
analisis yang memengaruhi organisasi,
selanjutnya, bobot dikalikan dengan rating.
Nilai rating untuk kekuatan dan peluang diberi
nilai 1 sampai 4:
a. Diberi nilai 4, kalau indikator tersebut lebih
baik dibanding pesaing.
b. Diberi nilai 3 kalau indikator kinerjanya
cukup baik dibanding pesaing.
c. Diberi nilai 2 kalau indikator kinerjanya
sama dengan pesaing utama.
d. Diberi nilai 1 kalau indikator kinerjanya
semakin menurun dibanding pesaing.
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
111
Pemberian nilai rating untuk variabel
kelemahan dan ancaman berkebalikan dengan
pemberian nilai rating untuk variabel kekuatan
dan peluang dan diberi nilai dari 1 sampai 4.
Semakin kecil nilai kinerja indikator tersebut
semakin buruk dibanding pesaing utama.
a. Diberi nilai 1 kalau indikator sangat banyak
kelemahannya dibanding pesaing.
b. Diberi nilai 2 kalau indikatornya banyak
kelemahannya dibanding pesaing.
c. Diberi nilai 3 kalau indikatornya cukup
banyak kelemahannya dibanding pesaing.
d. Diberi nilai 4 kalau indikator kelemahan
sedikit dibandingkan pesaing.
Nilai bobot diperoleh berdasarkan hasil nilai
bobot dikali nilai rating.
a. Total nilai faktor internal yaitu kekuatan dan
kelemahan (IFAS). Apabila nilainya
mendekati 4, kekuatan semakin besar
dibandingkan kelemahannya. Apabila total
nilai mendekati 1, semakin banyak
kelemahan dibandingkan kekuatannya.
b. Total nilai faktor eksternal atau peluang dan
ancaman (EFAS). Apabila total nilai
mendekati 1, semakin banyak ancamannya
dibandingkan dengan peluang. Apabila
total nilai mendekati 4, artinya semakin
banyak peluang dibandingkan ancaman.
Gabungan kondisi internal dan eksternal ini
selanjutnya dimasukkan ke dalam Internal
External Matrix (analisis keterkaitan dalam
matriks SWOT) (Sujoko, 2017), sehingga dapat
mengetahui posisi persaingan yang akan terjadi
pada perusahaan batubara yang dianalisis.
Berdasarkan posisi ini dapat ditentukan strategi
yang paling tepat dari sektor batubara untuk
menguasai pasar global dibanding negara-
negara penghasil batubara anggota WTO
lainnya (Tabel 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Internal Sektor Pertambangan
Batubara Indonesia
Menurut Direktorat Jenderal Minerba (2017),
sumber daya batubara Indonesia berjumlah
125,18 miliar ton dan cadangan sebesar 24,24
miliar ton (didominasi kalori sedang 62,83% =
78,66 miliar ton) dan ini merupakan kekuatan
yang cukup besar untuk menghadapi pasar
global (Tabel 2).
Tabel 1. Analisis keterkaitan dalam matriks SWOT (internal, external matrix)
FAKTOR EKSTERNAL
(EFAS/External factors
analysis strategic)
FAKTOR INTERNAL
(IFAS/Internal factors analysis strategic)
Strengths (S) Weaknesses (W)
Opportunities (O) Strategi SO (Maxi-Maxi)
Strategi dengan memanfaatkan kekuatan
(S) untuk mengambil peluang (O) dari
lingkungan eksternal.
Strategi WO (Mini-Maxi)
Strategi dalam mengatasi kelemahan (W)
dengan memanfaatkan peluang (O) di
lingkungan eksternal.
Treats (T) Strategi ST (Maxi-Mini)
Strategi dalam memanfaatkan kekuatan
(S) untuk mengatasi ancaman (T) di
lingkungan eksternal.
Strategi WT(Mini-Mini)
Strategi dalam mengatasi kelemahan (W)
dan mengatasi ancaman (T) di
lingkungan eksternal.
Tabel 2. Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia
No. Provinsi Sumber Daya
(ribu ton)
Cadangan
(ribu ton)
1 Jawa 93.410,00 -
2 Sumatera 45.819.420,00 9.909.100,00
3 Kalimantan 79.060.740,00 14.330.860,00
4 Sulawesi 59.970,00 -
5 Maluku Utara 8.220,00 -
6 Papua 135.840,00 -
Total 125.177.600,00 24.239.960,00
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
112
Indonesia adalah penghasil batubara yang
besar di dunia. Dari 10 negara pemilik
cadangan batubara dunia, posisi cadangan
Indonesia paling kecil, namun produksinya
menempati posisi nomor 5 dunia (melebihi
Rusia yang mempunyai cadangan 16%,
Ukraina 3%, Jerman 4%, Polandia 3% dan
Kazahstan 3%). Ekspor batubara thermal
Indonesia terdiri dari kualitas menengah atau
bituminous (5100-6100 kal/gr) dan kualitas
rendah (Lignite, < 5100 kal/gr) yang sebagian
besar importirnya Cina dan India.
Berdasarkan data (Sagawa, 2019), walaupun
sumber daya dan cadangan batubara Indonesia
cukup besar, tetapi cadangan batubara Indonesia
hanya 2% cadangan dunia, yang
menempatkannya pada posisi no. 8 dari 10
negara dengan cadangan batubara terbesar
dunia. Posisi cadangan terbesar dunia adalah AS
(24%), Rusia (15%), Australia (14%), Cina (13%),
India (9%), Jerman (4%), Afrika selatan, Polandia
dan Kazakhstan (masing-masing 3%) dan
Indonesia (2%) seperti terlihat pada Gambar 1.
Sampai saat ini Indonesia menambang
batubara secara besar-besaran dan sebagian
besar ditujukan ke pasar global khususnya ke
Cina. Selama periode 2013-2017, produksi
batubara Indonesia rata-rata mencapai 455,00
juta ton per tahun. Volume ekspor rata-rata
mencapai 345,00 juta ton per tahun. Pada
periode tersebut harga batubara sedang
menurun. Meningkatnya volume ekspor
diduga karena pasokan batubara untuk pasar
dalam negeri tidak terserap oleh pengguna
seperti sektor industri. Sebaliknya permintaan
impor dari pasar luar negeri cukup besar.
Dengan margin yang relatif kecil pasar ekspor
masih lebih menguntungkan dibandingkan
pasar domestik. Konsumsi batubara domestik
2013-2017 rata-rata mencapai 97,80 juta ton
(14,68%). Konsumsi 2013 97,00 juta ton, pada
2017 meningkat menjadi 142,00 juta ton
(Tabel 3 dan Gambar 2).
Sumber: Eniscuola Energy & Environment (2017)
Gambar 1. Posisi cadangan batubara dunia, 2017
Tabel 4 menunjukkan selama periode 2013-
2017 produksi batubara didominasi oleh PKP2B,
berkisar antara 59,12%-63,72%; sisanya
dihasilkan oleh IUP BUMN, IUP PMA, dan IUP
Daerah. Selama periode 2013-2017 tersebut,
ekspor menurun rata-rata -4,92% per tahun.
Penurunan ekspor ini sejalan dengan Kebijakan
Batubara Nasional (KBN) dan Kebijakan Energi
Nasional (KEN) untuk terus mengurangi ekspor
dan meningkatkan konsumsi dalam negeri. Hal
ini sejalan juga dengan upaya untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar minyak (fosil) yang
cadangannya semakin menipis. Namun ekspor
batubara Indonesia tetap masih besar
dibandingkan dengan konsumsi domestiknya.
Tabel 3. Produksi, ekspor dan konsumsi batubara Indonesia (2013-2017)
Tahun Produksi
(Juta Ton)
Pertumbuhan
Produksi (%)
Ekspor
(juta ton)
Pertumbuhan
Ekspor (%)
Konsumsi
Domestik (juta
ton)
Pertumbuhan
Konsumsi (%)
2013 475,00 - 356,00 - 97,00 -
2014 458,00 -3,57 383,00 7,58 77,00 -20,61
2015 462,00 0,87 366,00 -4,43 87,00 12,98
2016 419,00 -9,30 333,00 -9,01 86,00 -1,14
2017 461,00 10,02 287,00 -13,81 142,00 65,11
2013-2017 455,00 0,05 345,00 -4,92 97,80 14,68
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
113
Tabel 4. Produksi batubara berdasarkan pelaku usaha, 2013– 2017 (ton)
(juta ton) Jenis Izin 2013 2014 2015 2016 2017
PKP2B 290,24
(61,20%)
291,91
(63,72%)
276,56
(59,86%)
269,73
(59,12%)
278,48
(60,37%)
IUP BUMN 13,60
(2,86%)
15,62
(3,41%)
19,06
(4,15%)
18,78
(4,11%)
23,38
(5,07%)
IUP PMA - - -
9,27
(2,03%)
17,60
(3,81%)
IUP Daerah 170,76
(35,94%)
150,57
(32,87%)
165,95
(35,99%)
158,43
(34,74%)
141,78
(30,75%)
Total 474,60 458,09 461,57 456,19 461,25
Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018).
Keterangan: PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara); IUP (Izin Usaha Pertambangan); BUMN (Badan
Usaha Milik Negara); PMA (Penanaman Modal Asing).
Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
Gambar 2. Grafik produksi, ekspor dan konsumsi batubara Indonesia 2013-2017
Data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
(2018) peningkatan konsumsi domestik
batubara dari 97,00 juta ton pada 2013
menjadi 142,00 juta ton pada 2017 terkait
dengan program pemerintah membangun
PLTU 35.000 MW. Walaupun konsumsi
batubara domestik meningkat cukup besar
namun industri pengguna di dalam negeri
belum sepenuhnya menyerap produksi
batubara nasional. Sebagian besar konsumsi
domestik diserap oleh PLTU, namun masih
kecil dibanding produksi, sehingga ekspor
masih besar jika dibandingkan dengan
konsumsi domestik.
Selain memiliki sumber daya batubara yang
besar, Indonesia juga memiliki jumlah
penduduk yang besar dan sebagian besar
merupakan usia produktif. Kedua hal tersebut
merupakan faktor utama yang membuat
Indonesia menjadi pasar potensial di mata
investor. Indonesia diproyeksikan menikmati
“bonus demografi” dalam periode 2015-2030,
yaitu jumlah penduduk produktif lebih besar
dari jumlah penduduk non produktif, sehingga
akan mendorong tingkat konsumsi dalam negeri
(Badan Pusat Statistik, 2018). Pada 2018 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 266,70 juta atau
3,49% dari total populasi dunia dan berada di
peringkat keempat negara berpenduduk
terbanyak di dunia setelah Cina (1,42 miliar
jiwa), India (1,37 miliar jiwa), dan Amerika
Serikat (328 juta jiwa).
Pertumbuhan penduduk usia produktif itu juga
akan secara signifikan ikut mendorong naiknya
pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan
Pembangunan dan Perencanaan Nasional
(2015), perkembangan perekonomian nasional
untuk periode 2015-2018 tumbuh rata-rata
5,04% per tahun (2015 sebesar 4,88%, 2016
sebesar 5,03%, 2017 sebesar 5,07% dan 2018
2013 2014 2015 2016 2017
Produksi 475 458 462 419 461
Domestik 97 77 87 86 142
Ekspor 356 383 366 333 287
-
100
200
300
400
500
Juta
To
n
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
114
sebesar 5,17%). Pertumbuhan PDB dalam
jangka pendek ini memberi gambaran
perkembangan perekonomian nasional yang
cukup baik. Stabilitas pertumbuhan ekonomi
perlu dikawal dengan upaya peningkatan
teknologi, infrastruktur, ketersediaan energi
listrik yang memadai untuk mendukung
berjalannya segala aktivitas perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil akan
menjadi modal yang kuat bagi Indonesia dalam
menghadapi pasar global, namun seluruhnya
tergantung dari bagaimana cara pemerintah
mengelolanya agar kondisi tersebut dapat
dicapai.
Banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia
membutuhkan persiapan dari pemerintah serta
seluruh pemangku kepentingan di sektor
pertambangan batubara. Berdasarkan data
World Bank (2015) di bidang investasi,
Indonesia memiliki iklim investasi yang
kondusif. Namun demikian, Indonesia
menghadapi berbagai kendala untuk menarik
investasi. Pada 2015 Bank dunia mencatat
sejumlah permasalahan yang menghambat
investasi asing di Indonesia, antara lain: Proses
perizinan membutuhkan 1 tahun atau lebih,
sedangkan di Vietnam dan Thailand cukup 2
bulan. Pengurusan SNI 4,5 bulan dengan
banyak tahapan. Proses impor untuk produksi
ekspor mahal dan lama, di atas kertas surat
rekomendasi hanya 5 hari tapi dalam praktiknya
6 bulan. Regulasi inkonsisten dan saling
bertentangan. Peraturan daerah sering kontra
produktif dengan regulasi pemerintah pusat dan
diperkirakan ada 1.084 PERDA terkait retribusi
dan izin (Jamilus, 2017). Tidak ada entitas
(organisasi berbadan hukum tetap) tunggal yang
akuntabel untuk memastikan prioritas
pemerintah sehingga kalau ada permasalahan
bisa menuntut/ mengklaim pihak lain di
pengadilan. Dalam masalah penanaman modal
asing (PMA) dan divestasi saham juga masih
lemah, dampaknya dapat dilihat dengan
banyaknya perusahaan tambang batubara besar
yang dikuasai oleh pihak asing. Semakin lama
sumberdaya batubara yang dimiliki Indonesia
akan habis karena batubara merupakan produk
yang tidak terbarukan.
Program hilirisasi batubara masih sulit
dilaksanakan, disebabkan perkembangan
teknologi Indonesia masih jauh di bawah Cina,
negara yang sudah berhasil melakukan
hilirisasi. Sebenarnya kemampuan SDM
Indonesia untuk menguasai teknologi cukup
baik karena banyaknya SDM yang berkualitas
dan profesional yang dimiliki Indonesia.
Dalam masalah sosial dan keamanan di
Indonesia masih rentan ditandai dengan banyak
terjadinya gejolak sosial dan situasi keamanan
yang belum dapat dikendalikan terutama di
daerah yang kaya akan sumber daya batubara,
seperti Sumatera dan Kalimantan. Namun
dalam masalah pengelolaan lingkungan
pertambangan, reklamasi, penutupan tambang
dan rehabilitasi pascatambang, Indonesia
dianggap mempunyai kemampuan dan
pengalaman yang melebihi negara-negara
ASEAN (ASOMM, 2015).
Lemahnya daya saing sektor pertambangan
batubara disebabkan sampai saat ini, Indonesia
masih menjual batubara dalam bentuk mentah.
Program hilirisasi atau peningkatan nilai tambah
batubara yang dicanangkan oleh pemerintah
melalui Undang-Undang No. 4 tentang
Pertambangan Batubara masih belum berjalan.
Menurut para pengusaha hal ini disebabkan
karena infrastruktur (dermaga, jalan, pelabuhan)
untuk mendukung peningkatan nilai tambah
batubara belum memadai. Selain itu, pangsa
pasar batubara Indonesia juga hanya 4 negara
utama. 40%, ditujukan ke Cina dan sisanya
ditujukan India, Korea dan Jepang. Apabila
terjadi gejolak ekonomi atau perubahan
kebijakan energi yang terkait dengan batubara
di Cina, akan menimbulkan permasalahan
terhadap sektor pertambangan batubara
Indonesia.
Di bidang pelaksanaan hukum (law
enforcement) yang terkait dengan sektor
pertambangan batubara sangat lemah, ditandai
belum berjalannya Undang-Undang No. 4
tahun 20019 tentang hilirisasi mineral dan
batubara yang sudah 11 tahun lebih masih
belum berjalan. Untuk itu pemerintah
melakukan perubahan Undang-Undang
pertambangan tentang mineral dan batubara
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2020.
Dalam birokrasi, Indonesia masih memiliki
masalah perizinan yang lama dan berbelit-belit.
Semua kondisi tersebut menyebabkan daya
saing produk Indonesia sangat lemah serta
menjadi penghambat dalam menarik investor
yang mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Langkah pemerintah diperlukan untuk
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
115
mengatasi persoalan ini, yaitu dengan berusaha
memangkas jalur perizinan agar lebih mudah.
Kondisi Eksternal Sektor Pertambangan
Batubara Indonesia
Kondisi eksternal yang merupakan peluang
bagi sektor pertambangan batubara, antara lain
jumlah penduduk dunia setiap tahunnya
semakin bertambah. Berdasarkan Energy
Outlook yang dikeluarkan BPPT (Yudiartono,
Anindhita, Sugiyono, Wahid dan Adiarso,
2018), saat ini jumlah penduduk dunia sudah
mencapai 7,5 miliar lebih. Semakin banyak
penduduk dunia, maka kebutuhan energi akan
semakin besar dan penggunaan energi dunia
ke depan akan didominasi oleh batubara. Hal
ini disebabkan karena menipisnya cadangan
minyak dunia sehingga memberikan peluang
lebih besar bagi batubara sebagai substitusi
minyak.
Selain jumlah penduduk dunia, peluang yang
memengaruhi sektor pertambangam batubara
adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang
fluktuatif. World Bank (2015) memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi dunia 2019-2024, akan
merosot pada tingkat 3-3,2% karena banyak
tantangan terutama bagi negara-negara
berkembang dan terjadinya pandemi Covid-19.
Namun kebutuhan energi dunia masih stabil.
Peluang lainnya, kerjasama dengan negara
maju seperti Cina untuk alih teknologi dan
pengetahuan. Kerjasama tersebut juga dapat
meningkatkan upaya riset dan teknologi serta
investasi bidang energi batubara. Alih
teknologi dan pengetahuan dengan Cina
diharapkan dapat menciptakan SDM yang
berkualitas dan profesional di sektor
pertambangan batubara, dan mampu
mendorong perbaikan alokasi sumber daya
produksi (modal, SDM, mesin) kepada
kegiatan-kegiatan yang lebih produktif (Akbar,
Kholil dan A., 2015). Globalisasi ekonomi
pada akhirnya akan menjadi peluang atau
ancaman bagi Indonesia, bahkan dapat
mengintervensi kepentingan nasional dan
pihak asing bisa memengaruhi perumusan
kebijakan dalam negeri.
Analisis IFAS dan EFAS
Analisis yang digunakan adalah model SWOT
dengan menyusun matriks yang terdiri dari
komponen lingkungan internal atau internal
factors analysis strategic (IFAS) dan unsur
lingkungan eksternal atau external factors
analysis strategic (EFAS). IFAS memberikan
gambaran tentang kelemahan dan kekuatan
sektor pertambangan batubara, sementara EFAS
memberikan gambaran tentang peluang dan
ancaman dari yang akan membangun atau
meruntuhkan pelaksanaan misi perusahaan
(Budin dan Lianto, 2016). Melalui matriks IFAS
dan EFAS, kompleksitas permasalahan dapat
diidentifikasi sehingga memudahkan menyusun
strategi untuk memanfaatkan kekuatan dalam
meraih peluang, sekaligus meminimalkan
kelemahan dan mengatasi ancaman di
lingkungan ekonomi global (Dayani, Pribadiono
dan Noviandari, 2017). Hasil perhitungan IFAS
dan EFAS serta Matriks Analisis Keterkaitan
SWOT ditunjukkan pada Lampiran 1, 2 dan 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Indonesia memiliki posisi penting dalam
percaturan supply dan demand batubara dunia
sehingga akan menentukan harga komoditas
ini di pasar global. Alih teknologi, baik berupa
gasifikasi batubara, coal upgrading maupun
teknologi batubara lainnya dapat dilakukan
antara lain melalui kerjasama dengan Cina.
Dengan demikian pertambangan batubara
diharapkan lebih kompetitif dibanding negara-
negara produsen batubara lainnya sesama
negara-negara anggota WTO.
Saran
Di samping kerjasama dengan negara lain untuk
peningkatan kualitas dan daya saing batubara
nasional, langkah strategis yang perlu dilakukan
adalah:
a. Meningkatkan peran riset dan teknologi
pengolahan sumber daya batubara melalui
peningkaan kualitas SDM untuk mengejar
perkembangan teknologi pengolahan
batubara sehingga nilai tambah meningkat.
b. Meningkatkan pembangunan infrastruktur
pendukung batubara melalui kerjasama
lintas sektoral.
c. Penyederhanaan regulasi di berbagai sektor
yang membutuhkan batubara sehingga
meningkatnya investasi akan berdampak
langsung dan tidak langsung dengan
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
116
permintaan batubara domestik yang tidak
terserap oleh ekspor.
d. Menciptakan lingkungan sosial dan
keamanan yang kondusif bagi kegiatan
pertambangan batubara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Selatan
dan Provinsi Sumatera Selatan dan juga kepada
PT. Trubaindo Coal Mining, PT. Bharinto
Ekatama, PT. Golden Great Borneo, PT. Duta
Alam Sumatera, PT. Sungai Danau Jaya dan
KUD Karya Murni yang telah membantu
memberikan data terkait dengan masalah sektor
pertambangan batubara. Di samping itu penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-
rekan atas bantuan data permasalahan ekonomi
baik nasional (domestik) maupun internasional
(WTO) yang telah memperkaya tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiwi, A. (2016) “Hukum sebagai instrumen
politik dalam era globalisasi,” Jurnal
Rechtstaat Nieuw, 1(1), hal. 45–57.
Akbar, M. S., Kholil, M. dan A., R. (2015) “Analisa
strategi pemasaran terhadap performance kerja
dengan menggunakan metode analisis
SWOT,” RATIH: Jurnal Rekayasa Teknologi
Industri Hijau, 1(1), hal. 1–14.
Almahdy, I. dan Imam Mustaqim, M. (2011)
“Perancangan strategi berbasis SWOT pada
industri tambang batubara,” Jurnal PASTI, 4(2),
hal. 1–17.
Anwar, M. C. dan Utami, M. C. (2012) “Analisis
SWOT pada strategi bisnis dalam kompetisi
pasar (Studi kasus : Toko pojok Madura),”
Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi,
5(1), hal. 1–9.
ASOMM (2015) ASEAN Senior Official Meeting on
Mineral (ASOMM). Bali.
Azzarqa dan Basuki, U. (2014) “Peranan pemerintah
daerah melindungi produk lokal menghadapi
globalisasi,” Jurnal Hukum Islam dan Bisnis,
6(1), hal. 67–82.
Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional
(2015) Perkembangan ekonomi Indonesia dan
dunia. Jakarta: Penerbit Deputi Bidang
Ekonomi Bappenas.
Badan Pusat Statistik (2018) Statistik Indonesia 2018.
Diedit oleh Subdirektorat Publikasi dan
Kompilasi Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bahari, H., Leksono, E. B. dan Ismiyah, E. (2018)
“Pendekatan risk managment & analisis SWOT
untuk mengantisipasi penurunan laba di ECOS
minimarket Gresik,” Jurnal MATRIK, XVIII(2),
hal. 23–40.
BP (2018) BP statistical review of world energy
2018. 67 ed. BP.
Budin dan Lianto (2016) “Analisis SWOT pada
credit union Mura Kopa di Balai Karangan,”
MABIS, 7(2), hal. 81–97.
Dayani, D., Pribadiono dan Noviandari, I. (2017)
“Analisis SWOT sebagai strategi
pengembangan usaha pada aspek operasional
perusahaan pada PT. Indo Caliplast,” Jurnal
Manajemen Branchmark, 3(3), hal. 180–193.
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2018)
Laporan kinerja 2017. Jakarta: Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara.
Eniscuola Energy & Environment (2017) World coal
reserves in 2017, eniscoula.net. Tersedia pada:
http://www.eniscuola.net/en/mediateca/world
-coal-reserves-in-2017/ (Diakses: 1 Desember
2020).
Firmansyah, H. dan Hendra, E. (2015) “Implikasi
globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas
terhadap stabilitas nilai rupiah,” Asy-Syari’ah,
17(2), hal. 45–54. doi: 10.15575/as.v17i2.648.
Gunawan, G. M. (2013) “Manajemen dan
pengembangan operasional tambang batubara
pada PT. Tri Eka Bersama,” Jurnal AGORA,
1(1), hal. 1–9.
Hidayat, R. dan Rahmat, R. (2018) “Analisis SWOT
sebagai dasar keputusan atrategi pemasaran
pada perusahaan server pulsa di Kota Batam
(Studi kasus pada CV. Star Pratama),” JOURNAL
OF APPLIED BUSINESS ADMINISTRATION,
2(1), hal. 94–108. doi: 10.30871/jaba.v2i1.745.
Istiqomah dan Andriyanto, I. (2017) “Analisis SWOT
dalam pengembangan bisnis (Studi kasus pada
sentra jenang di Desa Wisata Kaliputu
Kudus),” Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam,
5(2), hal. 363–382.
Jamilus (2017) “Analisis fungsi dan manfaat WTO
bagi negara berkembang khususnya
Indonesia,” JIKH, 11(2), hal. 205–225.
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
117
Kusumawardhana dan Zulkarnain, I. (2016)
“Globalisation and strategy: Negara, teritori
dan kedaulatan di era globalisasi,” Jurnal Ilmu
dan Budaya, 40(54), hal. 6139–6160.
Mahsun, A. (2013) “Pendidikan Islam dalam arus
globalisasi: Sebuah kajian deskriptif analitis,”
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu
Keislaman, 8(2), hal. 259–278.
doi: 10.21274/epis.2013.8.2.259-278.
Nawatmi, S. (2011) “Globalisasi dan inflasi,”
Dinamika Keuangan dan Perbankan, 3(1), hal.
88–101.
Nurhaidah dan Musa, M. I. (2015) “Dampak
pengaruh globalisasi bagi kehidupan Bangsa
Indonesia,” Jurnal Pesona Dasar, 3(3), hal. 1–
14.
Parimin dan Putra, M. U. M. (2018) “Perekonomian
Indonesia dalam era globalisasi ASEAN,” Jurnal
Wira Ekonomi Mikroskil, 8(1), hal. 1–12.
Putra, R. dan Saraswati, R. (2016) “Politik hukum
Pancasila dalam menghadapi arus globalisasi
(Pengaruh globalisasi ekonomi terhadap proses
ratifikasi charter of the association of Southeast
Asian Nations Menjadi Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengesahan
Piagam ASEAN),” LAW REFORM, 12(2), hal.
256–265. doi: 10.14710/lr.v12i2.15878.
Rahmayati (2015) “Analisis SWOT dalam
menentukan strategi pemasaran udang beku
PT. Mustika Mina Nusa Aurora, Tarakan
Kalimantan Utara,” Jurnal Galung Tropika,
4(1), hal. 60–67.
Sagawa, A. (2019) “Outlook for coal market in
2019,” in The 431st Forum on Research Works
IEEJ. Japan: The Institute Of Energy Economics,
hal. 1–14.
Siregar, Y. H. I. dan Sunarti, S. (2017) “Analisis
strategi pemasaran untuk meningkatkan
volume penjualan ekspor (Studi kasus pada
perusahaan PT. Kaltim Prima Coal),” Jurnal
Administrasi Bisnis, 42(1), hal. 36–45.
Subaktilah, Y., Kuswardani, N. dan Yuwanti, S.
(2018) “Analisis SWOT: Faktor internal dan
eksternal pada pengembangan usaha gula
merah tebu (Studi kasus di UKM Bumi Asih,
Kabupaten Bondowoso),” JURNAL
AGROTEKNOLOGI, 12(02), hal. 107–115.
doi: 10.19184/j-agt.v12i02.9276.
Sujati, B. (2018) “Sejarah perkembangan globalisasi
dalam dunia Islam,” NALAR: Jurnal Peradaban
dan Pemikiran Islam, 2(2), hal. 98–109.
doi: 10.23971/njppi.v2i2.969.
Sujoko, E. (2017) “Strategi peningkatan mutu
sekolah berdasarkan analisis SWOT di Sekolah
Menengah Pertama,” Kelola: Jurnal
Manajemen Pendidikan, 4(1), hal. 83–96.
doi: 10.24246/j.jk.2017.v4.i1.p83-96.
Sumitro (2015) “Globalisasi ekonomi syariah di
Indonesia dan perannya terhadap UMKM,”
Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 6(1), hal.
48–61.
Suprijanto, A. (2011) “Dampak globalisasi ekonomi
terhadap perekonomian Indonesia,” Jurnal
Ilmiah CIVIS, I(2), hal. 100–119.
Tamara, A. (2016) “Implementasi analisis SWOT
dalam strategi pemasaran produk mandiri
tabungan bisnis,” Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen, 4(3), hal. 395–406.
Triono (2013) “Pengaruh globalisasi terhadap
perdagangan perempuan Indonesia,” Jurnal
TAPIs, 9(1), hal. 83–98.
Wicaksono, A. (2018) “Strategi pemasaran dengan
menggunakan analisis SWOT tanpa skala
industri pada PT X di Jakarta,” Jurnal
Manajemen Industri dan Logistik, 1(2), hal.
192–201. doi: 10.30988/jmil.v1i2.19.
Widayanto, S. (2016) “WTO melindungi
kepentingan domestik negara anggotanya
secara optimal,” Jurnal Tinjauan Perdagangan
Indonesia, 35, hal. 1–16.
World Bank (2015) “Gross national income
percapita 2015, more than 217 countries,” in
World Development Indicator Database.
World Bank, hal. 625.
Yudiartono, Anindhita, Sugiyono, A., Wahid, L. M.
A. dan Adiarso (ed.) (2018) Outlook energi
Indonesia: Energi berkelanjutan untuk
transportasi darat. Jakarta: PPIPE dan BPPT.
Zaroni, A. N. (2015) “Globalisasi ekonomi dan
implikasinya bagi negara-negara berkembang :
Telaah pendekatan ekonomi Islam,” AL-
TIJARY, 1(1), hal. 1–22. doi:
10.21093/at.v1i1.418.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
118
Lam
pir
an 1
. Perh
itu
ngan I
FA
S s
ekto
r p
ert
am
bangan b
atu
bara
Indo
nesi
a
Fakto
r – F
akto
r Str
ate
gi
Inte
rnal
Bobot
Bobot
Rela
tif
Rati
ng
Bobot
X
Rati
ng
Kom
enta
r
KEK
UA
TA
N (
S)
Sum
ber
daya d
an c
adangan b
atu
bara
yan
g
dim
ilik
i In
don
esi
a s
angat
besa
r.
4
0,1
25
3
0,3
75
Sum
ber
daya s
ebesa
r 1
25,1
8 m
ilia
r to
n d
an c
adangan 2
4,2
4 m
ilia
r to
n,
terb
esa
r bera
da d
i Sum
ate
ra a
n K
ali
manta
n.
Sum
ber
daya m
anusi
a s
an
gat
mem
adai
kare
na
jum
lah p
end
ud
uk y
ang b
esa
r.
3
0,0
94
3
0,2
81
Sum
ber
daya m
anusi
a I
nd
on
esi
a s
angat
besa
r pada 2
018 m
encapai
266,7
0 j
uta
pend
ud
uk,
menem
pati
no.
4 d
i du
nia
sete
lah C
ina,
India
dan
AS.
K
ondis
i pere
ko
no
mia
n y
an
g s
tabil
. 2
0,0
63
3
0,1
88
Pert
um
bu
han e
ko
nom
i 2
01
5-2
018 t
um
bu
h r
ata
-rata
6,0
%.
Kondis
i in
i
dapat
men
du
ku
ng k
em
aju
an u
saha s
ekto
r p
ert
am
ban
gan b
atu
bara
.
Ik
lim
invest
asi
yang k
ond
usi
f 2
0,0
63
2
0,1
25
Keadaan i
kli
m i
nvest
asi
cukup k
on
dusi
f ,
nam
un s
eju
mla
h p
erm
asa
lahan
yang m
engham
bat
invest
asi
masi
h a
da.
K
em
am
puan p
enguasa
an t
eknolo
gi
yang
dim
ilik
i cukup b
aik
2
0,0
63
2
0,1
25
Perk
em
bangan t
ekn
olo
gi
belu
m m
um
puni
nam
un k
em
am
puan
pen
guasa
an t
ekn
olo
gi
dari
SD
M c
uku
p b
aik
.
K
em
am
puan p
engelo
laan l
ingkungan
pert
am
bangan b
atu
bara
cu
ku
p b
aik
.
2
0,0
63
3
0,1
88
Indo
nesi
a d
ian
ggap m
em
pun
yai
kem
am
puan p
en
gelo
laan l
ingkungan
pert
am
bangan,
rekla
masi
, penu
tupan t
am
bang d
an r
ehabil
itasi
pasc
a
tam
bang y
ang b
aik
Tota
l K
ekuata
n
1,2
81
KELEM
AH
AN
(W
)
A
ngkuta
n e
ksp
or
batu
bara
masi
h
mengandalk
an t
ransp
ort
asi
negara
lain
dan
Infr
ast
ruktu
r belu
m m
em
adai
(derm
aga,
jala
n,
pela
buhan,
kete
rsedia
an e
nerg
i li
stri
k ).
4
0,1
25
4
0,5
00
Kondis
i in
i m
enyebabkan d
aya s
ain
g s
ekto
r p
ert
am
bangan b
atu
bara
sangat
lem
ah.
Pangsa
pasa
r eksp
or
batu
bara
Indon
esi
a y
ang
kecil
.
2
0,0
63
3
0,1
88
Pangsa
pasa
r eksp
or
batu
bara
Indon
esi
a s
ebagia
n b
esa
r ke C
ina,
India
,
Kore
a S
ela
tan d
an J
epang.
R
endah
nya p
ela
ksa
naan
huku
m d
an a
tura
n d
i
sekto
r pert
am
ban
gan b
atu
bara
.
4
0,1
25
3
0,3
75
D
itandai
den
gan b
elu
m t
eri
mple
menta
sin
ya U
U N
o.
4 T
ahu
n 2
00
9
tenta
ng P
ert
am
ban
gan M
inera
l dan B
atu
bara
yan
g s
udah b
erj
ala
n l
ebih
dari
10 t
ahu
n,
dan t
erb
it p
em
baharu
an
nya,
yait
u U
U n
o 3
Tah
un 2
020
B
anyakn
ya g
ejo
lak d
an
kem
anan s
osi
al
yang
terj
adi
khusu
snya d
i se
kto
r p
ert
am
bangan
batu
bara
.
2
0,0
63
3
0,1
88
Banyak t
erj
adin
ya g
ejo
lak s
osi
al
dan s
ituasi
keam
anan y
an
g b
elu
m d
apat
dik
en
dali
kan t
eru
tam
a d
i daera
h y
ang k
aya a
kan s
um
ber
daya a
lam
,
sepert
i di
Pap
ua d
an N
angro
Aceh D
aru
ssala
m.
Lem
ah
nya b
irokra
si p
eri
zin
an
2
0,0
63
3
0,1
88
Ik
lim
invest
asi
yang b
aik
, nam
un d
ala
m m
asa
lah b
irokra
si m
em
ilik
i
masa
lah y
ang k
om
ple
ks
teru
tam
a d
ala
m m
asa
lah p
eri
zin
an
yang b
erb
eli
t-
beli
t se
rta b
anyaknya p
un
gguta
n l
iar
terk
ait
dengan i
nvest
asi
.
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
119
Lam
pir
an 1
. Perh
itu
ngan I
FA
S s
ekto
r p
ert
am
bangan b
atu
bara
Indo
nesi
a (
lanju
tan…
)
Fakto
r – F
akto
r Str
ate
gi
Inte
rnal
Bobot
Bobot
Rela
tif
Rati
ng
Bobot
X
Rati
ng
Kom
enta
r
KELEM
AH
AN
(W
)
D
aya s
ain
g p
rodu
k b
atu
bara
Indon
esi
a s
angat
rendah.
3
0,0
94
2
0,1
88
Dij
ual
dala
m b
entu
k m
enta
h,
dan s
ebagia
n b
esa
r adala
h b
atu
bara
kalo
ri
sedan
g d
an r
endah (
therm
al
coal)
.
Tota
l K
ele
mah
an
1,6
25
JUM
LA
H S
+ W
32
1,0
00
2,9
06
Kete
ran
gan
An
alis
is I
nte
rnal :
a.
Berd
asa
rkan
perh
itu
ngan
pad
a ta
bel
IFA
S d
i at
as,
keku
ata
n-k
eku
ata
n y
an
g d
imil
iki
sekto
r p
ert
amb
an
gan
batu
bara
In
do
nesi
a c
uku
p b
esa
r, (
nil
ai b
ob
ot
0,3
75),
SD
M y
an
g b
esa
r (n
ilai
bo
bot
0,2
81),
perl
tum
bu
han
eko
no
mi
yang s
tabil
dan k
em
amp
uan p
en
gelo
laan
lin
gku
ngan
(0,1
88).
b.
Teta
pi
sayan
g keku
ata
n i
ni
tid
ak
did
uku
ng o
leh a
dan
ya
fasi
lita
s b
eru
pa i
nfr
ast
ruktu
r yan
g ti
dak
mem
ad
ai (
0,5
00
), r
en
dahn
ya
Law
Enfo
rcem
ent,
lem
ah
nya
bir
okra
si p
eri
zin
an-p
eri
zin
an d
en
gan
ban
yakn
ya p
un
ggu
tan l
iar
sert
a m
asa
lah
peri
zin
an y
an
g b
erb
elit-
beli
t (n
ilai
sko
r 0,1
88
).
c.
Daya s
ain
g p
rod
uk
batu
bara
In
do
nesi
a m
enja
di
lem
ah,
kare
na k
ebij
akan
hil
iris
asi
bat
ub
ara
yan
g su
lit
un
tuk d
itera
pkan d
an t
eru
s m
en
dapat
pen
en
tan
gan
dari
para
pen
gu
sah
a m
en
yeb
ab
kan
kare
na y
an
g d
iju
al d
alam
ben
tuk m
en
tah
. O
leh
kare
na itu
, se
kto
r p
ert
amb
an
gan
bat
ub
ara
haru
s d
ap
at m
em
an
faat
kan
keku
ata
n d
an
men
gam
bil p
elu
an
g d
i p
asar
glo
bal
yan
g d
imil
iki,
seh
ingga
tan
tan
gan d
i p
asar
glo
bal d
ap
at d
iku
asa
i d
an
kele
mah
an-k
ele
mah
an y
ang d
imilik
i d
ap
at d
iperb
aik
i.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
120
Lam
pir
an 2
. Perh
itu
ngan E
FA
S s
ekto
r pert
am
bangan
batu
bara
Indo
nesi
a
Fakto
r – F
akto
r st
rate
gi
Ekst
ern
al
Bobot
Bobot
Rela
tif
Rati
ng
Bobot
Rati
ng
Kom
enta
r
PELU
AN
G (
O)
Ju
mla
h p
end
ud
uk g
lobal
yang b
esa
r m
enja
di
pelu
ang p
asa
r yang m
akin
besa
r untu
k i
ndust
ri
pert
am
bangan b
atu
bara
4
0,1
29
3
0,3
87
Meru
pakan p
elu
ang m
enin
gkatk
an p
an
gsa
pasa
r se
kto
r pert
am
bangan
batu
bara
(pelu
ang p
enin
gkata
n s
kala
ekon
om
is d
engan p
rodu
k y
ang
bern
ilai
tam
bah).
Pert
um
buhan e
kon
om
i gl
obal
yan
g st
abil
mes
kipun b
eber
apa
kali ter
jadi kr
isis
monet
er.
2
0,0
65
2
0,1
29
Pert
um
bu
han e
ko
nom
i in
i, m
en
jadi
pelu
an
g p
asa
r yan
g b
esa
r b
agi
batu
bara
untu
k e
nerg
i li
stri
k d
an u
ntu
k b
ahan b
aku i
nd
ust
ri.
A
danya p
ert
um
buhan e
kst
ern
ali
tas
sepert
i
pera
lihan p
en
geta
huan
dan teknolo
gi.
2
0,0
65
2
0,1
29
M
em
beri
kan p
elu
ang b
agi
sekto
r batu
bara
untu
k m
enin
gkatk
an d
aya
sain
g p
rodu
knya m
ela
lui
transf
er
teknolo
gi
dan t
ransf
er
pengeta
huan.
Pelu
ang y
an
g b
esa
r untu
k i
nvest
asi
teru
tam
a
terh
adap p
roduk u
nggula
n.
2
0,0
65
2
0,1
29
M
em
beri
kan p
elu
ang u
ntu
k m
encip
takan p
rod
uk-p
rod
uk s
pesi
ali
sasi
yang u
nggul
Pelu
ang y
an
g b
esa
r untu
k m
en
geksp
or
SD
M
yang b
erk
uali
tas
dan p
rofe
sio
nal.
3
0,0
97
2
0,1
94
Pelu
ang d
ala
m m
enin
gkatk
an k
om
pete
nsi
SD
M d
engan
mengik
uts
ert
akan p
ela
tihan
-pela
tihan d
i lu
ar
negeri
.
Perb
aik
an a
lokasi
sum
ber-
sum
ber daya p
rod
uksi
(modal,
SD
M d
an m
esi
n).
,
2
0,0
65
3
0,1
94
Sum
ber-
sum
ber
daya p
rodu
ksi
yang t
erb
ata
s akan t
ers
alu
rkan k
e
kegia
tan-k
egia
tan e
kon
om
i yan
g p
rod
ukti
f.
Tota
l P
elu
ang
1,1
61
AN
CA
MA
N (
T)
Tin
gkat
pers
ain
gan g
lobal
di
sekto
r
pert
am
bangan b
atu
bara
yang t
inggi.
4
0,1
29
2
0,2
58
Kala
u p
rodu
k h
asi
l ta
mbang t
idak m
em
ilik
i daya s
ain
g m
aka p
rodu
k
tidak a
kan l
aku d
an b
an
yak p
eru
sahaan a
kan b
erh
enti
Terj
adi
kekura
ngan
kete
rsedia
an
bahan b
aku
(input)
di
pasa
r dala
m n
egeri
.
2
0,0
65
3
0,1
94
H
ilangnya h
am
bata
n t
erh
adap e
ksp
or
bahan b
aku,
maka e
ksp
or
bahan
baku a
kan m
enin
gkat,
dan p
eru
sahaan
-peru
sahaan d
i dala
m n
egeri
akan
mengala
mi
kela
ngkaan a
tas
bah
an b
aku t
ers
eb
ut
sert
a h
arg
anya a
kan
mahal.
K
uali
tas
sum
ber
daya m
an
usi
a (
SD
M)
dan
teknolo
gi
negara
-negara
maju
yang l
ebih
baik
.
2
0,0
65
2
0,1
29
N
egara
yan
g m
em
ilik
i kete
rbata
san
kuali
tas
SD
M,
tekn
olo
gi
dan m
odal,
akan m
enyebab
kan b
anyak p
roduk p
eru
sahaan t
idak l
aku d
an a
kan
terj
adi
gejo
lak s
osi
al
akib
at
terj
adin
ya p
enganggura
n d
an l
apangan k
erj
a
yang s
edik
it.
Is
u l
ingku
ngan y
ang b
era
nggap
an b
ahw
a
kegia
tan p
enam
ban
gan b
atu
bara
sela
lu
meru
sak l
ingku
ngan.
3
0,0
97
2
0,1
94
Peru
sahaan t
idak a
kan k
ond
usi
f dala
m b
eru
saha k
are
na a
kan t
eru
s
men
dapatk
an p
erl
aw
anan d
ari
lem
baga-l
em
baga y
ang b
erb
asi
s
lingku
ngan h
idu
p.
A
danya k
risi
s m
onete
r dan r
ese
si m
ult
i dim
ensi
yang b
isa t
erj
adi
seti
ap s
aat.
2
0,0
65
2
0,1
29
Peru
sahaan a
kan m
en
gala
mi
kri
sis
kare
na p
rodu
knya t
idak d
ap
at
dip
asa
rkan k
are
na d
aya b
eli
masy
ara
kat
glo
bal
menuru
n a
kib
at
kekura
ngan f
inansi
al.
Pengelolaan Sumberdaya Batubara Indonesia dan Prospeknya dalam Pasar Global … Harta Haryadi
121
Lam
pir
an 2
. Perh
itu
ngan E
FA
S s
ekto
r pert
am
bangan
batu
bara
Indo
nesi
a (
lanju
tan…
)
Fakto
r – F
akto
r st
rate
gi
Ekst
ern
al
Bobot
Bobot
Rela
tif
Rati
ng
Bobot
Rati
ng
Kom
enta
r
AN
CA
MA
N (
T)
H
arg
a b
atu
bara
yang t
idak m
en
entu
di
pasa
r
glo
bal.
3
0,0
97
3
0,2
90
Peru
sahaan a
kan k
esu
lita
n u
ntu
k m
en
entu
kan t
ingkat
keu
ntu
ngan y
ang
dapat
dip
ero
leh.
Tota
l A
ncam
an
1,1
94
JUM
LA
H T
OTA
L O
+ T
31
1,0
00
2,3
55
Kete
ran
gan
An
alis
is E
kst
ern
al:
a.
Dari
perh
itu
ngan
tab
el
EFA
S n
ilai fa
kto
r p
em
bo
bota
n u
ntu
k p
elu
an
g yan
g p
alin
g t
inggi
poin
1 d
an
2,
yaitu
pelu
an
g p
asa
r glo
bal d
en
gan
sko
r pem
bo
bota
n s
eb
esa
r 0
,38
8 s
ert
a p
ert
um
bu
han
pelu
an
g p
enin
gkata
n S
DM
yan
g b
erk
ualita
s d
an
perb
aikan
alo
kasi
sum
ber
daya d
en
gan
sko
r 0,1
94.
b.
Kala
u k
on
dis
i SD
M t
idak d
itin
gkatk
an
menja
di
un
ggul
dan
tid
ak
ad
a m
od
ern
isasi
tekn
olo
gi
sert
a p
enin
gkata
n i
nvest
asi
, m
akan a
kan
menja
di an
cam
an b
agi
sekto
r p
ert
amb
an
gan
batu
bara
,
kare
na a
dan
ya k
eku
ran
gan
bah
an b
aku
bagi
inpu
t p
rod
ukn
ya a
kib
at b
anyak d
ieksp
or
ke n
egara
yan
g m
em
beri
kan
harg
a tin
ggi
un
tuk b
ah
an b
aku
.
Dari
tab
el
fakto
r in
tern
al-
ekst
ern
al,
dan
skala
san
gat
tin
ggi, t
inggi, s
ed
an
g,
dan
ren
dah
, m
aka k
ed
ud
ukan
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
In
do
nesi
a d
i p
asa
r
glo
bal
dari
hasi
l an
alisi
s d
ap
at
dir
an
gku
m,
an
tara
lain
:
IFA
S
2,9
06
EFA
S
2,3
55
Tota
l nil
ai
kekuata
n (
S)
1,2
81
Tota
l nil
ai
pelu
ang (
O)
1,1
61
Tota
l nil
ai
kele
mahan (
W)
1,6
25
Tota
l nil
ai
ancam
an (
T)
1,1
94
S –
W
- 0,3
44
O
– T
-
0,3
30
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 17, Nomor 2, Mei 2021 : 107 - 122
122
Lam
pir
an 3
. M
atr
iks
anali
sis
kete
rkait
an S
WO
T
EFA
S (A
NA
LIS
IS
FA
KT
OR
EK
ST
ER
NA
L
IFA
S (A
NA
LIS
IS
FA
KT
OR
IN
TER
NA
L)
PELU
AN
G (O
)
1.
Jum
lah
pen
du
du
k g
lob
al yan
g b
esa
r m
en
jad
i p
elu
an
g p
asa
r yan
g
besa
r u
ntu
k in
du
stri
batu
bara
2.
Pert
um
bu
han
eko
nom
i gl
obal
yan
g st
abil.
3.
Pert
um
bu
han
ekst
ern
alita
s yan
g m
en
gu
ntu
ngkan
sep
ert
i pera
lih
an
pen
geta
hu
an
dan
tekn
olo
gi.
4.
Pelu
an
g y
an
g b
esa
r u
ntu
k i
nvest
asi
terh
ad
ap
pro
duk u
nggu
lan
.
5.
Pelu
an
g y
an
g b
esa
r u
ntu
k m
en
geksp
or
ten
aga k
erj
a (SD
M) yan
g
berk
ualita
s d
an
pro
fesi
on
al.
6.
Perb
aik
an
alo
kasi
su
mb
er-
sum
ber d
aya p
rod
uksi
(m
od
al, S
DM
dan
mesi
n).
AN
CA
MA
N (T
)
1.
Tin
gkat p
ers
ain
gan
glo
bal
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
yan
g tin
ggi.
2.
Terj
ad
i keku
ran
gan
kete
rsed
iaan
bah
an
baku
di
pasa
r d
ala
m n
egeri
, kare
na h
ilan
gn
ya
ham
bata
n-h
am
bata
n t
erh
ad
ap
eksp
or
bah
an
baku
.
3.
Ku
alita
s su
mb
er
daya m
an
usi
a (SD
M), t
ekn
olo
gi
dan
mo
dal n
egara
maju
yan
g leb
ih
baik
dari
In
do
nesi
a.
4.
Isu
lin
gku
ngan
yan
g b
era
nggap
an
bah
wa k
egia
tan
pen
am
ban
gan
batu
bara
sela
lu
meru
sak d
an
meru
gik
an
lin
gku
ngan
.
5.
Ad
an
ya k
risi
s m
on
ete
r dan
rese
si m
ult
i d
imen
si y
an
g b
isa terj
ad
i se
tiap
saat.
6.
Harg
a b
atu
bara
yan
g tid
ak m
en
en
tu d
i p
asa
r glo
bal.
KEK
UA
TA
N (
S)
1.
Su
mb
er
daya d
an
cad
an
gan
batu
bara
yan
g d
imil
iki
san
gat b
esa
r.
2.
Ters
ed
ian
ya s
um
ber
daya m
an
usi
a y
an
g m
em
ad
ai
den
gan
ju
mla
h p
en
du
du
k y
an
g s
an
gat b
esa
r.
3.
Pert
um
bu
han
eko
no
mi yan
g s
tab
il
4.
Iklim
in
vest
asi
yan
g k
on
du
sif
5.
Perk
em
ban
gan
tekn
olo
gi yan
g d
imilik
i su
dah
pro
ven
.
6.
Kem
am
pu
an
pen
gelo
laan
lin
gku
ngan
pert
am
ban
gan
batu
bara
ST
RA
TEG
I SO
(M
AX
I-M
AX
I)
a.
Men
ingkatk
an
kem
am
puan
SD
M a
gar
berk
ualita
s d
an
pro
fesi
on
al
un
tuk m
em
an
faatk
an
su
mb
er
daya b
atu
bara
yan
g b
esa
r agar
bis
a
men
gu
asa
i p
asa
r glo
bal.
b.
Pen
ggu
naan
tekn
olo
gi yan
g leb
ih m
od
ern
agar
men
gh
asi
lkan
pro
du
k
batu
bara
yan
g b
erk
ualita
s d
an
berd
aya s
ain
g tin
ggi
di p
asa
r glo
bal.
c.
Men
jaga p
ert
um
bu
han
eko
no
mi
yan
g s
tab
il u
ntu
k m
en
du
ku
ng a
lokasi
sum
ber
daya p
rod
uksi
yan
g leb
ih b
esa
r (m
od
al, S
DM
dan
mesi
n).
d.
Mem
bu
at p
era
tura
n d
an
peru
nd
an
g-u
ndan
gan
yan
g m
en
du
ku
ng
kem
aju
an
pen
gem
ban
gan
pert
am
ban
gan
batu
bara
un
tuk m
em
beri
kan
iklim
in
vest
asi
yan
g k
on
du
sif.
Str
ate
gi ST
(M
AX
I-M
INI)
a.
Men
ingkatk
an
ko
mpete
nsi
SD
M a
gar
bis
a b
ers
ain
g d
en
gan
SD
M n
egara
-negara
maju
di
pasa
r glo
bal.
b.
Men
ingkatk
an
ku
ali
tas
pro
du
k b
atu
bara
un
tuk m
en
gata
si k
ela
ngkaan
bah
an
baku
ind
ust
ri d
i d
ala
m n
egeri
.
c.
Men
ingkatk
an
kerj
asa
ma lin
tas
sekto
ral ju
ga d
en
gan
Litb
an
g a
gar
bis
a m
en
gh
asi
lkan
pro
du
k tam
ban
g y
an
g b
erk
uali
tas
yan
g m
am
pu b
ers
ain
g d
i p
asa
r glo
bal.
d.
Men
ingkatk
an
kem
am
puan
SD
M d
ala
m I
nfo
rmati
on
tech
no
logy (IT
) agar
bis
a
mem
asu
ki p
asa
r glo
bal
den
gan
mud
ah
e.
Men
ingkatk
an
ku
ali
tas
ko
nse
rvasi
dan
pen
gelo
laan
lin
gku
ng h
idu
p a
gar
bis
a terh
ind
ar
dari
isu
lin
gku
ngan
yan
g m
akin
gen
car
saat in
i.
KELEM
AH
AN
(W
)
1.
Infr
ast
ruktu
r (d
erm
aga, ja
lan
, p
ela
bu
han
,
kete
rsed
iaan
en
erg
i li
stri
k d
ll)
belu
m m
em
ad
ai.
An
gku
tan
eksp
or
batu
bara
masi
h m
en
gan
dalk
an
sara
na t
ran
spo
rtasi
negara
lain
2.
Pan
gsa
pasa
r eksp
or
batu
bara
In
do
nesi
a m
asi
h
kecil.
3.
Ren
dah
nya p
ela
ksa
naan
hu
ku
m d
an
atu
ran
di
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
4.
Ban
yakn
ya g
ejo
lak s
osi
al d
i w
ilayah
yan
g k
aya
akan
su
mber
daya tam
ban
g b
atu
bara
.
5.
Bir
okra
si d
an
peri
jin
an
yan
g b
erb
eli
t-b
eli
t d
an
ban
yakn
ya p
un
ggu
tan
lia
r.
6.
Daya s
ain
g p
rod
uk b
atu
bara
masi
h r
en
dah
.
ST
RA
TEG
I W
O (
MIN
I-M
AX
I)
a.
Mem
ban
gu
n i
nfr
ast
ruktu
r u
ntu
k m
en
du
ku
ng k
em
aju
an
sekto
r
pert
am
ban
gan
batu
bara
seh
ingga m
am
pu
mera
ih p
asa
r yan
g b
esa
r d
i
pasa
r glo
bal.
b.
Mem
ban
gu
n p
usa
t-p
usa
t en
erg
i li
stri
k d
i w
ilayah
yan
g k
aya a
kan
sum
ber
daya b
atu
bara
seb
agai d
uku
ngan
kep
ad
a p
eru
sah
aan
seh
ingga
pro
du
k tam
ban
g b
atu
bara
mem
ilik
i d
aya s
ain
g y
an
g tin
ggi
di p
asa
r
glo
bal.
c.
Men
ingkatk
an
eksp
lora
si u
ntu
k m
en
gata
si k
ela
ngkaan
su
mb
er
daya
dan
cad
an
gan
di m
asa
dep
an
dala
m r
an
gka m
en
du
ku
ng i
nd
ust
ri d
i
dala
m n
egeri
dari
kela
ngkaan
bah
an
baku
(in
pu
t).
d.
Men
ingkatk
an
i kem
am
pu
an
bir
okra
si d
an
SD
M d
i b
idan
g
pert
am
ban
gan
batu
bara
un
tuk m
era
ih p
elu
an
g in
vest
asi
, p
elu
an
g
eksp
or
dan
pelu
an
g p
en
ingkata
n k
ese
jah
tera
an
.
ST
RA
TEG
I W
T (
MIN
I-M
INI)
a.
Mem
ban
gu
n i
nfr
ast
ruktu
r agar
sekto
r p
ert
am
bagan
mam
pu
men
ingkatk
an
keu
ntu
ngan
dan
mam
pu
men
gh
ad
ap
i an
cam
an
pers
ain
gan
yan
g m
akin
tin
ggi d
i p
asa
r glo
bal.
b.
Men
gata
si k
ela
ngkaan
su
mb
er
daya d
an
cad
an
gan
batu
bara
di m
asa
dep
an
untu
k
men
gh
ad
ap
i an
cam
an
keku
ran
gan
bah
an
baku
di
dala
m n
egeri
.
c.
Pen
egakan
hu
ku
m y
an
g leb
ih k
eta
t la
gi, a
gar
dih
asi
lkan
bir
okra
t yan
g k
om
pete
n
seh
ingga b
isa m
en
gh
indari
an
cam
an
pen
gu
asa
an
su
mb
er
daya a
lam
di d
aera
h-d
aera
h
yan
g k
aya a
kan
su
mb
er
daya b
atu
bara
ole
h A
sin
g.
d.
Men
gata
si lem
ah
nya m
an
aje
men
SD
M m
ela
lui p
en
did
ikan
dan
pela
tih
an
(D
ikla
t) b
aik
di d
ala
m m
au
pu
n d
i lu
ar
negeri
un
tuk m
en
gata
si a
ncam
an
serb
uan
SD
M n
egara
Asi
ng.
e.
Ko
nsi
sten
si d
ala
m m
ela
ksa
nakan
pera
tura
n d
an
peru
nd
an
g-u
nd
an
gan
seh
ingga
mem
beri
kan
ko
nd
isi yan
g k
on
du
sif
bagi
para
pen
gu
sah
a tam
ban
g b
atu
bara
, agar
mam
pu b
ers
ain
g d
i p
asa
r glo
bal.
a.D
ari
an
ali
sis
kete
rkatian
dala
m m
atr
ik S
WO
T d
i ata
s d
ihasi
lkan
4 s
trate
gi,
an
tara
lain
str
ate
gi
SO
(M
axi
-Maxi
), S
trate
gi
ST
(M
axi
-Min
i),
Str
ate
gi
WO
(M
ini-
Maxi
) d
an
str
ate
gi
WT
(M
ini-
Min
i) s
eb
agaim
an
a d
iura
ikan
dala
m T
ab
el
7.
b.D
ari
perh
itu
ngan
di ata
s b
isa d
ikata
kan
bah
wa s
ekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
In
do
nesi
a i
ni m
em
ilik
i keku
ata
n y
an
g c
uku
p b
aik
, b
erd
asa
rkan
perh
itu
ngan
IFA
S p
ad
a tab
le 1
di ata
s, m
em
pu
nyai
keku
ata
n d
en
gan
po
in 1
,28
1.
c.K
ele
mah
an
sekto
r p
ert
am
ban
gan
In
do
nesi
a d
en
gan
po
in 1
,62
5,
an
gka i
ni
cu
ku
p b
esa
r u
ntu
k k
ate
go
ri k
ele
mah
an
. Selisi
h k
eku
ata
n d
an
kele
mah
an
in
i lu
mayan
besa
r, d
en
gan
sko
r -0
,34
4.
Hal
ini
dap
at
kele
mah
an
leb
ih b
esa
r
dari
keku
ata
n, se
hin
gga h
aru
s d
ijad
ikan
acu
an
bagi se
kto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
dala
m m
en
eta
pkan
keb
ijakan
-keb
ijakan
baru
yan
g leb
ih k
reatif
dan
in
ovatif se
hin
gga k
eku
ata
n y
an
g d
imilik
i d
ap
at te
rman
faatk
an
den
gan
baik
dan
kele
mah
an
yan
g d
imil
iki d
ap
at
dim
inim
ali
sir.
d.P
ad
a a
nali
sis
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
In
do
nesi
a in
i m
em
pu
nyai p
oin
pelu
an
g 1
,16
1, an
gka in
i cu
ku
p b
esa
r w
ala
up
un
masi
h j
au
h d
ari
an
gka tert
inggi yan
g m
am
pu
dim
ilik
i se
kto
r in
i, y
ait
u 4
. H
al in
i ad
ala
h d
ap
at d
ijad
ikan
pela
jara
n b
agi se
kto
r b
atu
bara
un
tuk s
ela
lu m
en
cari
pelu
an
g lain
dala
m r
an
gka m
em
aju
kan
sekto
r in
i.
e.A
ncam
an
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
In
don
esi
a b
erd
asa
rkan
perh
itu
ngan
EFA
S a
dala
h s
eb
esa
r 1
,19
4 p
oin
, in
i m
eru
pakan
an
gka y
an
g c
uku
p b
esa
r. S
eli
sish
an
tara
pelu
an
g d
an
an
cam
an
ad
ala
h -0
,33
0. B
erd
asa
rkan
perh
itu
ngan
ini, a
rtin
ya b
an
yak h
al yan
g m
asi
h h
aru
s d
iupayakan
sekto
r in
i agar
an
cam
an
yan
g leb
ih b
esa
r d
ari
pelu
an
g d
ap
at
dia
tasi
.
f.K
ead
aan
sekto
r p
ert
am
ban
gan
batu
bara
In
don
esi
a i
ni
belu
m b
isa d
ikata
kan
baik
sete
lah
dilaku
kan
an
alisi
s SW
OT.
Masi
h b
an
yak h
al
yan
g h
aru
s d
i p
erb
aik
i gu
na m
em
pero
leh
kead
aan
yan
g s
tab
il s
eh
ingga d
ap
at
men
gam
bil
kep
utu
san
yan
g t
ep
at u
ntu
k k
em
aju
an
sekto
r in
i.