digilib.uns.ac.id...iv pernyataan orisinalitas dan publikasi isi tesis saya menyatakan dengan...
TRANSCRIPT
i
STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN
DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh: Faried Rahman Hidayat
NIM. S541102027
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN
DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan
dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber acuhan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perudang-undangan
(Permendiknas No. 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister
Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari Ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Januari 2013
Materai Rp 6000
Faried Rahman Hidayat
S541102027
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
“ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (QS: Al-Baqarah ayat 286)
“Maka sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan”
(QS: Al-Insyirah ayat 5)
“Hidup penuh tantangan Hidup harus terus berjalan Hadapilah tantangan hidup
Dan jangan pernah menyesal”
“Semua jalan pasti ada hikmahnya Hikmah tersebut kita ambil
Dengan hikmah tersebut kita melangkah ke depan yang lebih cerah Kegagalan ataupun keberhasilan juga merupakan suatu hikmah
Jangan takut gagal” (Penulis, 2003)
Tesis Ini Kupersembahkan Untuk Ibunda, Ayahanda Serta Kakakku Tercinta Begitu Besar Dukungan, Cinta Dan Kasih Sayangnya Sehingga Takkan Terbalaskan Sampai Ajal Menghampiri Tidak Lupa Untuk Istri dan Calon Anakku Yang Setia Dan Sabar Menunggu Terselesainya Pendidikan Ku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan tesis ini tepat
pada waktunya. Tesis mengenai Studi Analisis Profesionalitas Dosen di STIKES
Muhammadiyah Samarinda tidak semudah yang peneliti bayangkan. Hal ini
karena keterbatasan pengetahuan peneliti dan kurangnya pengalaman dalam
penelitian kualitatif. Namun berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak,
semua hambatan dapat teratasi dan tesis ini dapat diselesaikan sebagaian syarat
untuk menempuh ujian akhir Program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat
Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak
tersebut, maka peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Megister
Kedokteran Keluarga.
4. Ari Natalia Probandiri, dr, MPH, PhD selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kedokteran Keluaraga.
5. Prof. Dr. Ambar Mugdigdo, dr, Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang
memberikan bimbingan dan bantuan serta cara tesis yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan,petunjuk maupun saran kepada peneliti.
7. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku mantan Ketua
Program Studi Megister Kedokteran Keluarga yang telah menerima kami
sebagai mahasiswa pada minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan.
8. Seluruh staf pengajar dan administratif Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada
peneliti.
9. Ketua, Dosen dan seluruh Staf Stikes Muhammadiyah Samarinda yang
telah memberikan dukungan administrasi dan proses pengambilan data
demi kelancaran tesis yang sangat membantu peneliti dalam
menyelesaikan tesis.
10. Ayahanda Ir Muhazir, Ibunda Ida Era Salam BA dan kakak saya dr Fouzy
Hanifa Hijriah yang telah memberikan yang terbaik bagi kami baik moril,
materil dan spiritual yang tiada henti–hentinya serta kasih sayangnya yang
tak terhingga. Kami tidak dapat membalas semua itu yang terlalu besar,
maafkan segala kesalahan, baik yang kami sengaja maupun tidak.
11. Kepada istri ku Rini tersayang yang telah sabar menunggu kami dalam
menyelesaikan pendidikan dan dengan tulus memberikan dorongan moril
kepada kami.
12. Kepada semua rekan-rekanku PdPK Paraler 2 dan 3 2011 yang telah
memberikan bantuan dan dorongan semangat untuk penyelesaian tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang
telah banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual demi
perampungan tesis ini.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
karenanya peneliti mengharapkan dengan senang hati menerima kritik maupun
saran yang sifatnya membangun yang diharapkan akan menyempurnakan tesis ini.
Namun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat tesis ini bermanfaat
bagi siapa saja yang memerlukannya.
Surakarta, Januari 2013
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Daftar Isi
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBINGAN ........................................................ ii
PENGESAHAN TESIS.............................................................................. iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
LEMBAR PERUNTUKAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
ABSTRACT ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................... 4
1. Profesionalitas Dosen ...................................................... 4
2. Proses Belajar Mengajar .................................................. 12
3. Standar Proses Pembelajaran ........................................... 26
B. Penelitian yang Relevan ....................................................... 40
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 47
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................. 47
C. Sumber Data ......................................................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Informan .......................................................................... 47
2. Observasi ......................................................................... 48
3. Dokumen.......................................................................... 48
D. Teknik Sampling .................................................................. 48
E. Teknik Pengumpul Data ....................................................... 48
1. Observasi lapangan .......................................................... 48
2. Wawancara mendalam ..................................................... 48
3. Analisa dokumen ............................................................. 48
F. Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 49
1. Triangulasi data ............................................................... 49
2. Bahan referensi ................................................................ 50
3. Member check ................................................................. 50
G. Analisa Data ......................................................................... 50
1. Pengumpulan data ............................................................ 51
2. Reduksi data..................................................................... 51
3. Penyajian data .................................................................. 51
4. Kesimpulan ...................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 53
1. Sejarah Stikes Muhammadiyah Samarinda ..................... 53
2. Letak geografis Stikes Muhammadiyah Samarinda ........ 55
3. Kondisi dosen dan mahasiswa ......................................... 56
4. Struktur Organisasi .......................................................... 58
5. Visi, Misi dan Motto ........................................................ 59
B. Hasil Penelitian ..................................................................... 60
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar ........................................................................... 60
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 76
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Pembahasan Penelitian ......................................................... 112
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar .......................................................................... 112
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 122
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 130
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar .......................................................................... 130
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 131
3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi
sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes
Muhammadiyah Samarinda ............................................. 131
B. Implikasi ............................................................................... 134
C. Saran ..................................................................................... 135
1. Bagi institusi perguruan tinggi ........................................ 135
2. Bagi dosen ....................................................................... 135
3. Bagi peneliti ..................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 138
Lapiran-lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Faried Rahman Hidayat. S541102027. 2012: Studi Analisis Profesionalitas Dosen Di Stikes Muhammadiyah Samarinda. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Pembimbing II: Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).
Tujuan penelitian adalah menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar, menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran dan menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Bentuk penelitian yang sesuai dengan fokus masalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus terpancang tunggal. Tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan analisa dokumen. Keabsahan data dengan triangulasi (sumber, metode, teori, dan penelitian). Tehnik analisis data mulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan yang saling berinteraksi.
Hasil dan kesimpulan penelitian pada kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang guru dan dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 7 tentang profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip kemudian dosen telah memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran sedangkan kendala dalam melaksanakan kompetensi dosen dalam belajar mengajar dan dosen memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda antara lain jumlah kelas, kelengkapan laboratorium, pengadaan literatur baru, dan kurikulum baru yang memerlukan pemahaman baru tentang kurikulum tersebut. Cara mengatasinya dengan mendayagunakan ruang yang ada seperti ruang rapat dan laboratorium, sering mengikuti pelatihan, mengusulkan pada pimpinan untuk penambahan literatur, alat dan bahan laboratorium. Kata kunci: Profesionalitas, Dosen, Stikes Muhammadiyah Samarinda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Faried Rahman Hidayat. S41102027. 2012: An Analytical Study on the Lecturer Professionalism in Stikes Muhammadiyah Samarinda. THESIS. First consultant: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Second Consultant: Prof. Dr. Sri Jutmini, S.Pd, M.Pd. Family Medical Magister Study Program of Health Profession Education Main Interest of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
ABSTRACT
For a lecturer, the success of teaching-learning process would be able to improve satisfaction, self-confidence, as well as high spirit. It means that the lecturer’s professional attitude was needed in globalization age with various progresses, particularly in the term of science and technology progresses that affected education (Usman. 2010: 5).
The objective of research were to analyze how the professional competency was in the teaching learning process, to analyze how the lecturers fulfilled the standard learning process and to analyze the obstacles the lecturer faced and how to solve them as the professional faculties in Stikes Muhammadiyah Samarinda.
The form of research was corresponding to the focus of problem by using descriptive qualitative research methods with a strategy case study single rooted. Techniques of data collection interview, observation and document analysis. The validity of the data by triangulation (sources, methods, theories, and research). Technique of analyzing data was started from data collection, data reduction, data display and conclusion, all of which were interacted each other.
The results and conclusions of research on the professional competence of teachers in the teaching-learning process in accordance with the provisions in the Act of teachers and lecturers number 14 year 2005 article 7 of the profession of teachers and lecturers are specific areas of work undertaken by several principles then teachers has fulfilled learning standards in Stikes Muhammadiyah Samarinda accordance with the Regulation of the Minister of National Education number 41 year 2007 on a standard process in the implementation of learning while the obstacles in implementing teachers competency in teaching-learning and standards lecturer at Stikes Muhammadiyah Samarinda include number of classrooms, completeness laboratory, procurement of new literature and a new curriculum requires a new understanding. How to cope with utilizing the existing space such as meeting room and laboratory, often through the course, proposes to the head to addition of the literature, equipment and materials laboratories.
Keywords: Professionalism, Lecturer, Stikes Muhammadiyah Samarinda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi
dalam menyiapkan lulusannya agar mampu berkompetisi dalam memperebutkan
pasar kerja dan menghasilkan lulusan yang inovatif dan kreatif. Secara
internasional, mulai tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA
(Asean Free Labour Area) akan dimulai. Hal ini berarti persaingan tenaga kerja
akan terbuka, konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara
terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga
kerja Indonesia akan tersisihkan oleh tenaga kerja asing dari Malaysia, Philipina,
Bangladesh, India, dan sebagainya (Prasetyaningrum.2009: 8).
Perguruan tinggi merupakan lembaga utama dalam mencapai tujuan
program pendidikan. Dalam kenyataan keberhasilan pada tingkat ini justru yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Pendidikan Nasional, oleh karena
itu pemberdayaan perguruan tinggi sebagai unit pendidikan yang secara langsung
mengelola peserta didik, diharapkan akan lebih meningkat efisiensi dan
efektifitasnya dalam program pembangunan pendidikan dimasa datang
(Haryadi.2008: 2).
Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan
dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang
tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan
pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan
tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).
Mengantisipasi hal tersebut Stikes Muhammadiyah Samarinda baru berdiri
pada tahun 2009: SK MENDIKNAS RI No: 143/D/O/2009. Merupakan salah satu
dari perguruan tinggi swasta di indonesia dan juga merupakan salah satu diantara
ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di indonesia dibawah naungan di
bawah Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (majelis
DIKTILITBANG) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Stikes Muhammadiyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Samarinda.2011). Berupaya meningkatkan mutu proses belajar mengajar dari segi
kuantitas (jumlah) dan kualitas (kemampuan) dosen.
Kuantitas (jumlah) dosen tetap Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai
dengan hasil survey november 2011 didapatkan jumlah dosen tetap sebanyak 42
orang dengan latar belakang pendidikan DIII adalah 1 dosen, S1 adalah 32 dosen
dan S2 adalah 9 dosen. Terdapat 14 dosen yang masa kerjanya kurang dari 3
tahun dan 28 dosen yang masa kerjanya diatas 3 tahun.
Kualitas (kemampuan) dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
memberi kesempatan pada para dosen untuk meningkatkan jenjang pendidikan
melalui ijin belajar maupun tugas belajar. Dari data didapat bahwa pada tahun
2011 terdapat 1 dosen yang sedang menjalani jenjang pendidikan S1, 6 dosen
sedang menjalani jenjang pendidikan S2, dan 1 dosen sedang menjalani jenjang
pendidikan S3. Selain itu dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda juga diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kemampuan dalam
proses pembelajaran misal pekerti dan AA.
Data diatas menunjukan bahwa dosen dengan latar belakang pendidikan
DIII mengajar pada tingkat DIII dan latar belakang pendidikan S1 mengajar pada
tingkat S1. Bertentangan dengan keputusan DIKTI bahwa tenaga pendidik
haruslah diatas tingkatan peserta didik. Sejalan dengan Pelaksanaan
AKREDITASI oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT),
syarat tersebut merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh BAN-PT
mengenai kompetensi seorang dosen. AKREDITASI oleh BAN-PT untuk Stikes
Muhammadiyah Samarinda rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012.
Berdasarkan pengalaman dilingkungan akademik yang dirasakan tentang
proses belajar mengajar dan berdasarken latar belakang diatas, peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih mendalam tentang profesionalitas dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini situasi sosial adalah profesionalitas dosen dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Fokus penelitian diarahkan pada:
1. Kompetensi dosen dalam proses belajar mengajar.
2. Faktor yang mempengaruhi profesionalitas dosen dalam proses belajar
mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang ditetapkan tersebut maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran?
3. Kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasi sebagai
tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar.
2. Menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran.
3. Menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana
mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah
Samarinda.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan Stikes
Muhammadiyah Samarinda sebagai masukan yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
Menambah bukti dan mendukung teori tentang profesionalitas dosen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam bab ini akan diuraikan konsep teori yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti, terutama yang berhubungan dengan objek penelitian dan segala
sesuatu yang mendasarinya.
1. Profesionalitas dosen
Dosen mempunyai tanggung jawab tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga
sebagai peneliti yang memperdalam, memperluas, dan mengembangkan IPTEK
dan seni. Kompetensi yang dibutuhkan bagi dosen bukan sekedar menguasai
IPTEK dan seni yang sudah mapan, melainkan juga menemukan IPTEK dan seni
baru melalui penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan menguasai struktur dan
metode keilmuan sampai pada tahap mutahir, melaksanakan penelitian dasar dan
terapan, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam konteks
keilmuan. selain itu juga dosen mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan potensi peserta didik usia dewasa melalui program akademik,
vokasi atau profesi, serta terikat oleh etika sivitas akademika. Dosen disiapkan di
perguruan tinggi pada jenjang pendidikan Magister dan atau Doktor (Danim.2010:
66-67).
a. Pengertian profesionalitas dosen
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Kunandar.2010: 45).
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode. Selain itu, juga menunjukan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya
(Surya.2005 dalam Kunandar.2010: 46).
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian dan pengabdian
masyarakat (Peraturan Pemerintah.2009). Dosen profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan atau
pendidikan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dosen
dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain seorang dosen yang
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman.2011: 15).
Dosen profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu
sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. kode etik
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi
oleh setiap anggotanya. Dosen memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri
sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Dosen membuat
keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut (Alma
dkk.2009: 132).
Istilah profesi, memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpang siuran tentang
arti profesi dan hal-hal yang bersangkutan dengan profesi, berikut ini
dikemukakan beberapa istilah profesi menurut Surya. H. M. (1999: 45)
sebagai berikut:
“Profesional” menunjukkan kepada dua hal. (1) orang yang menyandang
suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang “profesional”. (2) penampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
“Profesionalisme” menunjukan komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugasnya. Dengan
demikian sebutan profesionalitas lebih menggabarkan suatu keadaan derajat
keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
“Profesionalisasi” menunjukan pada proses peningkatan kualitas
maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
b. Komponen profesionalitas
Ada dua hal yang menjadi dasar profesionalitas yaitu kemampuan atau
kewenangan formal dan keahlian praktik. Profesionalitas bidang pendidikan
memerlukan dipenuhinya syarat pendidikan, keilmuan, tehnologi dan art
sampai mencapai tingkat tertentu secara terintegrasi sehingga memenuhi
standar (Alma.2009: 141).
Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, tanggung jawab
sosial, tanggung jawab intelektual, tangung jawab moral dan tanggung jawab
spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami
dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta
mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui
kompetesi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang
efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penugasan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui
penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa
tidak menyimpang dari norma agama dan moral (Surya.2005 dalam
Kunandar.2010: 47-48).
Undang-undang guru dan dosen nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7
menyatakan: profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasar prinsip berikut (Kunandar.2010: 54-55):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan kerja.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangakan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan
dosen dan peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3
tentang standar nasional, mengamanatkan pada guru dan dosen memahami,
menguasai, dan terampil menggunakan sumber belajar baru dan menguasai
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial (Sagala.2011: 30). Kompetensi tersebut dapat dijabarkan
seperti dibawah ini:
1) Kompetensi pedagogik
Kemampuan pedagorgik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.
Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditukukan oleh penguasa
pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan
yang kompleks dan sifatnya multidimensional (Alma.2009: 141)
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik meliputi (Sagala.2011: 32):
a) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
b) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga
dapat didesain strategi pelayanan pembelajaran sesuai keunikan
masing-masing peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c) Guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam
bentuk dokumen maupun implikasi dalam bentuk pengalaman belajar.
d) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana
dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan.
f) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur
dan standar yang dipersyaratkan.
g) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kemampuan pedagogik bagi seorang guru atau pendidik bukan hal
yang sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini
dapat dilihat dari aspek intelektual (Sagala.2011: 32-33) meliputi:
a) Logika pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual
mengenai lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun secara
hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hierarkis tersebut
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan
penilaian.
b) Etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional
disusun secara hierarkis. Yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan
nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.
c) Estetika sebagai pengembangan psikomotor yaitu kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Yaitu terdiri dari: gerak
refleks, gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani,
gerakan terlatih dan komunikasi nondiskursif.
2) Kompetensi kepribadian
Guru atau pengajar sering dianggap sebagai sosok yang memiliki
kepribadian ideal.oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai
model atau panutan (yang di-gugu dan di-tiru) (sanjaya.2008: 145).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Kompetensi kepribadian dilihat dari aspek psikologis guru menunjukan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (Sagala.2011: 33-
34) yaitu:
a) Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
norma hukun, norma sosial dan etika yang berlaku.
b) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik,
sekolah dan masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
d) Berwibawa yaitu prilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh
positif terhadap peserta didik.
e) Memiliki ahlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka
menolong.
Kompetensi pribadi menurut Usman (2011: 16-17) meliputi:
a) Mengembangkan kepribadian.
(1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
Pancasila.
(3) Mengembangkan sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi seorang
guru.
b) Berinteraksi dan berkomunikasi.
(1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
profesional.
(2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi
pendidikan.
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
(1) Membimbing siswa untuk memahami kesulitan belajar.
(2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d) Melaksanakan Administrasi Sekolah.
(1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah.
(2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
(1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah.
(2) Melaksanakan penelitian sederhana.
3) Kompetensi profesional
Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, serta metode teknik mengajar
yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak
menimbulkan kesulitan dan keraguan (Alma.2009: 142)
Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan (performance) yang
bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan
tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya
dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek
kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional pendidikan dan
spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan
kuantitatif (Sagala.2011: 41). Kemampuan profesional seorang guru harus
meliputi hal berikut (Usman.2011: 17-19):
a) Menguasai landasan pendidikan
(1) Mengenai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
(2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat
(3) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan
dalam proses belajar mengajar
b) Menguasai bahan pengajaran
(1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan
(2) Menguasai bahan pengayaan
c) Menyusun program pembelajaran
(1) Menetapkan tujuan pembelajaran.
(2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar.
(4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai.
(5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
d) Melaksanakan program pembelajaran
(1) Menciptakan iklim belajar yang tepat.
(2) Mengatur ruang belajar.
(3) Mengelola interaksi belajar mengajar.
e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah di laksananakan
(1) Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran.
(2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
4) Kompetensi sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan diluar
lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan
komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah
yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada
umumnya (Alma.2009: 142).
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru
berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap
orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah
dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak yang
berkepentingan dengan sekolah (Sagala.2011: 38).
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota
masyarakat dan sebagai mahluk sosial, meliputi (sanjaya.2008: 146):
a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungi setiap
lembaga kemasyarakatan.
c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun
secara kelompok.
Selain komponen diatas dosen juga harus mampu melaksanakan
penelitian dasar dan terapan guna menunjang penemuan IPTEK dan seni
(Danim.2010: 67). Dalam melakukan penelitian dosen dapat menggunakan
metode kualitatif, kuantitatif dan penelitian dan pengembangan (Research
and Development atau R&D) yang dapat dilakukan secara langsung oleh
seorang dosen maupun tidak lansung dalam bentuk bimbingan penelitian
kepada mahasiswa.
Dosen juga melaksanakan pengabdian masyarakat dan peyuluhan dalam
konteks bidang keilmuan (Danim.2010: 67). Pengabdian masyarakat dapat
dilakukan secara langsung terjun kemasyarakat maupun tidak langsung yang
berupa bimbingan mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja nyata maupun
daerah binaan.
2. Proses belajar mengajar
Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai
terjemahan dari istilah “instruction” terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar
(teaching and learning) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang (Widoyoko.2007: 4). Hal ini sesuai dengan
pendapat Ormrod (2003: 188) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
prilaku yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman.
Proses belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, keretampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau tetap dengan
adanya suatu ciri khas dari hasil proses belajar, perubahan tersebut tampak dari
belum maupun menjadi mampu (Budiningsih.2008: 10).
Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang
diajarkan, guru dan murid yang harus bermain peranan serta ada dalam hubungan
sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia (Hasibuan.2006: 10). Dapat diringkas sebagai pengelola
proses belajar mengajar, bertingkah laku sebagai fasilitator yang berusaha
menciptakan belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar mengajar, mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai
tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Usman.2011: 21).
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams and Decey dalam Basic
Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,
supervisor, motivator dan konselor (Usman.2011: 9).
Pengertian dan penjelasan mengenai proses belajar mengajar secara
singkat telah dijelaskan. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari suatu
proses pendidikan yang tidak akan lepas dari interaksi antar individu yang sangat
kompleks sehingga peran psikologi dalam pendidikan juga memegang peranan
penting. Adapun penjelasan mengenai psikologi pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pengertian psikologi pendidikan
Para pendidik, terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar
dan lain-lain. Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi,
tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi
dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang
sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi antar individu, tetapi
berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi, aspek,
unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga
banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau
prinsip-prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan
diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode, tehnik dan
pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan ini disebut “landasan psikologis dalam pendidikan” yang
secara umum atau lebih populer disebut Psikologis Pendidikan (Sukmadinata.
2009: 28).
b. Tujuan psikologi pendidikan
Guru atau dosen adalah seorang dewasa yang telah mempersiapkan diri dan
menjalankan tugas sebagai pendidik, pembimbing, pengajar dan pelatih siswa
atau mahasiswa. Interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu
yaitu lingkungan pendidikan. Ada tiga macam lingkungan pendidikan yaitu
lingkungan rumah, lingkungan sekolah atau kampus dan lingkungan
masyarakat. Ada dua tujuan utama psikologis pendidikan yaitu: (1) agar para
dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan; (2) agar para dosen,
para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mampu menyiapkan dan
melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik
dengan lebih baik (Sukmadinata.2009: 29-30).
c. Ruang lingkup psikologi pendidikan
Ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah sebagai lingkungan
pertama, lingkungan sekolah atau kampus sebagai lingkungan kedua dan
lingkungan masyarakat sebagai lingkungan ketiga mempunyai pengaruh
penting terhadap perkembangan siswa atau peserta didik. Pada psikologi
pendidikan yaitu mempelajari tentang situasi pendidikan dengan fokus utama
interaksi pendidikan yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang
berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa atau peserta didik menduduki
tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi
pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa atau peserta didik sedangkan
guru atau para pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam
interaksi pendidikan dengan siswa atau peserta didik. Berbagai bentuk
aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan oleh
guru atau para pendidik (Sukmadinata.2009: 31). Interaksi pendidikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
siswa dan guru dapat diartikan juga dengan interaksi belajar mengajar karena
dilaksanakan dalam lingkungan sekolah.
d. Faktor-faktor psikologis belajar mengajar
Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar mengajar akan memberikan
andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa
memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya penyampaian tujuan
belajar yang optimal. Pentingnya faktor-faktor psikologis dapat dipandang
sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan
pamahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang
disajikan lebih mudah. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan
berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar
menurut Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis
(Sardiman.2011: 39) antara lain:
1) Motivasi
Menurut Hill (2012) perihal motivasi dapat dijelaskan dalam bentuk
sebagai (1) interpretasi penguatan dan dorongan, (2) sisbernetika dan (3)
teori proses-berlawanan.
a) Pada interpretasi penguatan dan dorongan ada tiga trend antara lain
(Hill W F.2012: 256-257):
(1) Trend yang pertama adalah deskripsi baru mengenai dorongan
adalah salah satu dorongan yang dipuaskan melalui pengalaman
baru. (1) Dorongan yang pertama ini lebih dikenal dengan dengan
berbagai nama seperti dorongan ingin tahu, dorongan eksplorasi,
dorongan manipulasi atau dorongan mencari hal baru sebagai mana
keberadaannya didukung oleh eksperimen Harlow, Butler (1953),
Montgomery, Berlyne 1960, dan Welker (1961). (2) Dorongan jenis
kedua yang orang dipuaskan melalui aktivitas. Aktifitas tidak harus
menghasilkan stimulasi baru. Aktivitas semacam itu terjadi ketika
seekor tikus memasuki jentera (sebuah lingkaran yang bergerak
memutar bebas pada porosnya). Menurut Kagan dan Bekun (1954)
telah membuktikan bahwa kesempatan untuk berlari didalam roda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
seperti itu akan memperkuat penekanan tombol, dan Hill (1956)
menunjukkan bahwa tikus akan lebih banyak lagi berlari di dalam
roda ketika mereka kekurangan aktifitas dalam waktu yang cukup
lama. (3) Dorongan jenis ketiga disebut sebagai kenyamanan kontak
(contact comfort). Kenyamanan kontak adalah dorongan yang
dipuaskan melalui kontak tertentu secara fisik. Menurut Harlow
(1958) temuan dalam eksperimennya ini menunjukan bahwa
kenyamanan kontak yang diperlihatkan oleh rasa ketertarikan bayi
kera kepada induk buatan dari kain merupakan faktor penting dalam
perkembangan kepribadian, bukan hanya dari segi kelekatan bayi
kepada induknya,namun juga dari segi-segi lain seperti kasih
sayang, perilaku seksual, dan perkembangan hubungan sosial.
Berbagai dorongan ini mengandung arti penting buhan karena
menyadarkan kita (Hill W F.2012: 257-259).
(2) Trend kedua berupa modifikasi atas teori dorongan yang disebut
gairah optimal (optimal orausal). Menurut Barlyne dan Madsen
(1973) mengemukakan teori gairah optimal berpandangan bahwa
penguatan tidah harus berupa reduksi dorongan melainkan berupa
perubahan dorongan ke arah level optimal tertentu. Pada interpretasi
dorongan konfensional tidak terlalu berhasil menjelaskan perilaku-
perilaku seperti naik roller coaster, membaca kisah horor atau
sekedar keluhan bosan dan harapan agar terjadi sesuatu agar tidak
merasa jenuh karena teori gairah optimal menyatakan bahwa
peningkatan dan juga penurunan gairah bisa berlaku menguatkan
sehingga menuntut kita untuk memastikan kapan saatnya yang satu
dan kapan yang lainnya menguatkan (Hill W F.2012: 259-262).
(3) Trend ketiga dalam interpretasi penguatan yaitu mengaitkan
penguatan dengan respon subjek sendiri kearah suatu tujuan. Pada
respon sebagai penguat ini diungkapkan oleh Fred Shiffield (1950)
dengan melaksanakan beberapa eksperimen untuk mendukung
pendirian tersebut. Salah satu rumusan yang lebih umum mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
gagasan bahwa respon berlaku menguatkan telah dikemukakan oleh
David Premack (1959). Ia mengemukakan bahwa dari dua respon
salah satu yang lebih sering terjadi jika keduanya tersedia bisa
menguatkan lainya yang jarang lebih terjadi namun tidak sebaliknya
dengan melakukan eksperimen terhadap anak-anak dengan memberi
dua aktifitas yaitu makan kembang gula dan bermain mesin bola
tuas (pinball) dan juga dia melakukan eksperimen tentang hubungan
penguatan antara berlari dan minum pada tikus (Hill W F.2012:
262-267).
b) Studi mengenai mekanisme yang disebut teori kontrol (control theory)
atau sibernetika (cybernitics). Istilah sibernetika diperkenalkan oleh
Norbert Wiener (1948), arti kata dari sibernetika adalah ‘jurumudi’
berasal dari bahasa yunani. Jika memenginginkan suatu operasi tetap
berjalan pada jalurnya maka perlu ada kelonggaran untuk terjadinya
penyimpangan sehingga diperlukan sebuah kontrol mengarahkan suatu
operasi kembali kearah jalur yang benar. Ilustrasi ini menjelaskan
konsep umum yang disebut umpan balik negatif (negative feedback).
Umpan balik negatif merupakan penyesuaian dalam sebuah sistem
untuk menjaga agar sistem tersebut dalam keadaan stabil dengan cara
memperbolehkan terjadinya penyimpangan tertentu (Hill W F.2012:
267-268).
c) Teori proses-berlawanan awalnya dilakukan eksperimen oleh Richard
L. Solomon pada tahun 1950an dan 1960an, beliau melakukan
eksperimen yang melibatkan pemberian sengatan listrik pada anjing dan
juga mempelajari sebuah studi mengenai para penerjun payung yang
baru pertama melakukan terjun payung. Solomon merenungkan
perubahan reaksi anjing dan manusia terhadap situasi-situasi yang
semula menakutkan dan menyimpulkan bahwa reaksi emosional diawal
pengalaman menjadi melemah sementara diakhir pengalaman terjadi
reaksi berlawanan yang menjadi menguat. Akhirnya Solomon dan J. D.
Corbit (1974) mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dikenal sebagai teori proses-berlawanan (oponent-process theory) yaitu:
pertama, teori ini adalah teori hedonis (hedonic); maksutnya adalah
teori ini menunjukkan pada kenikmatan dan ketidaknikmatan. Kedua,
bisa disimpulkan bahwa setiap rasa memiliki reaksi sebaliknya
(meskipun tidak selalu setara). Rasa awal dan reaksi sebaliknya terjadi
melalui proses berlawanan arah, itulah sebabnya teori ini dinamakan
demikian. Ketiga, reaksi kebalikan meningkat seiring berulangnya
pemaparan yang diberikan dan menghasilkan perubahan (Hill W
F.2012: 272-273).
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah
yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada dua hal: (1)
mengetahui apa yang dipelajari dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inikah sebagai
dasar permulaan yang baik untuk belajar (Sardiman.2011: 40).
2) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksutkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
suatu situasi belajar. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara
detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekadarnya. Di dalam
belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, tetapi tidak konsentrasi,
maka materi yang masuk perhatian dalam pikiran mempunyai
kecenderungan berkesan tetapi samar-samar di dalam kesadaran
(Sardiman.2011: 40-41).
3) Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat
bekerja secara harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak atau
melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah
pada lingkungan tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang
memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal. Dalam hal
belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental,
kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap
fakta dan ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya (Sardiman.2011:
41-42).
4) Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan,
menata atau menempatkan bagian bahan pelajaran ke dalam satu kesatuan
pengertian. Untuk membantu siswa agar lebih cepat dapat
mengorganisasikan stimulus (fakta dan ide) dalam pikirannya, maka
diperluakan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian
akan terjadi proses yang logis (Sardiman.2011: 42).
5) Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental
makna dan filosofinya, maksut dan implikasinya serta aplikasinya
sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi. Tanpa itu skill
pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Unsur pemahaman itu tidak
dapat dipisahkan dari unsur psikologis lainnya. Dengan motivasi,
konsentrasi dan reaksi. Subjek belajar dapat mengembangkan fakta dan ide
atau skill. Kemudian dengan unsur organisasi, subjek belajar dapat menata
dan mematutkan hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola
yang logis (Sardiman.2011: 43).
6) Ulangan
Lupa merupakan suatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa adalah
sifat umum manusia. Sehubungan dengan kenyataan itu, untuk mengatasi
kelupaan, diperlukan kegiatan “ulangan”. Mengulang-ulang suatu
pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para
siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Kegiatan mengulang
harus disertai dengan pemikiran dan bertujuan (Sardiman.2011: 44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Usman (2011: 21) guru dituntut mampu mengelola proses belajar
mengajar yang memberi rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena
memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:
a. Melibatkan siswa secara aktif
Secara harfiah dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosi untuk
memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan
psikomotor (Usman.2011: 22). Mc Keachie berkenaan dengan prinsip
keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang
aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie.1976: 230 dari Gredler MEB
terjemahan Munandir.1991: 105)
b. Menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminati
(Usman.2011: 27).
Dalam proses belajar mengajar salah satu tugas seorang pendidik ialah
membangkitkan minat belajar. Penggunaan media pembelajaran, dosen harus
memahami tingkat perkembangan intelektual siswa. Dosen perlu
memperhatikan tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep maupun tahap
pengaplikasian konsep (Soemarsono.2007: 69).
c. Membangkitkan motivasi siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk mengiatkan motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan diri individu yang mendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi bisa bersifat intrinsik (dalam diri) dapat pula bersifat ektrinsik (dari
luar) (Usman.2011: 28-29).
Biggs dan Telfer (1987: 96-117) berpendapat siswa memiliki bermacam-
macam motivasi dalam belajar. Macam-macam motivasi tersebut dapat
dibedakan menjadi empat golongan yaitu: (1) motivasi instrumental (2)
motivasi social (3) motivasi berprestasi dan (4) motivasi intrinsik.
Penjalasan dari empat golongan motivasi tersebut diungkapkan Dimyati
dan Mudjiono (2009: 32) yaitu Motivasi instrumental berarti bahwa siswa
belajar karena didorong adanya hadiah atau menghindari dari hukuman.
Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas.
Motivasi prestasi dalam hal ini keterlibatan dalam menyelesaikan tugas lebih
menonjol. Motivasi intrinsik berarti belajar karena keinginan sendiri.
Motivasi instrument dan Motivasi sosial merupakan kondisi eksternal,
sedangkan motivasi prestasi dan motivasi intrinsik merupakan kondisi
internal.
Motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan
untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi
kebutuhan itu. Kaitannya tersebut tertampung dalam istilah lingkaran
motivasi yang memiliki tiga rantai dasar yaitu (1) timbulnya suatu kebutuhan
yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan itu, (2) bertingkah
laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya yang
dihayati, dan (3) tujuan tercapai sehingga orang merasa puas dan lega, karena
kebutuhan telah terpenuhi mengakibatkan seseorang kembali untuk memiliki
kebutuhan dihayati lagi (Soemarsono.2007: 12).
d. Prinsip individualitas
Peseta didik merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tetapi siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-
sifatnya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah
masalah pebedaan individual. Menurut Mursell dalam bukunya Successful
Teaching mengemukakan perbedaan individual secara vertikal dan kualitatif.
Yang dimaksutkan dengan perbedaan secara vertikal adalah intelegensi
umum dari siswa itu. Perbedaan kualitatif terletak pada bakat dan minatnya
(Usman.2011: 30).
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh pengajar dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang selama ini dilakukan kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan
kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).
e. Peragaan dalam pengajaran
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada
bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran (Usman.2011: 31).
Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang pengajar, seorang
pengajar hendaknya memiliki keterampilan dasar dalam mengajar sebagai bekal
utama dalam pelaksanaan tugas profesional (Alma.2009: 22). Adapun beberapa
konsep keterampilan belajar mengajar ialah konsep James Cooper et al.
(Alma.2009: 11-12) sebagai berikut:
a. Instructional Planning (keterampilan menyusun rencana penyajaran)
b. Writing Instructional Objective (keterampilan merumuskan tujuan
pengajaran)
c. Lesson Presentation Skills (keterampilan menyampaikan bahan
pembelajaran)
d. Quastioning Skills (keterampilan bertanya)
e. Teaching Consepts (keterampilan tentang menyusun konsep atau persiapan
mengajar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
f. Interpersonal Communication Skills (kemampuan mengadakan komunikasi
interpersonal)
g. Classroom Management (keterampilan mengelola kelas)
h. Observation Skills (keterampilan mengadakan observasi)
i. Evaluation (keterampilan mengadakan evaluasi).
Adapun konsep keterampilan belajar mengajar diambil dari pendapat
Turney et al. (Alma.2009: 12) sebagai berikut:
a. Questioning (keterampilan bertanya)
b. Classroom Managemant and Discipline (keterampilan mengelola kelas dan
menumbuhkan disiplin)
c. Variability / Varying the Stimulus (keterampilan memberikan stimulus secara
bervariasi)
d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan)
e. Explaining / Exposition (keterampilan menjelaskan)
f. Sel Induction / Introductory Procedures (keterampilan membuka pertemuan)
g. Small Group Teaching (keterampilan mengajar sacara kelompok)
h. Developing Thingking (keterampilan untuk mengembangkan pola pikir)
i. Individualing Teaching (keterampilan mengajar secara individual)
Keterampilan belajar mengajar merupakan bentuk tingkah laku yang dapat
diamati, maka melihat konsep keterampilan dasar mengajar yang diungkapkan
oleh James Cooper dan Turney tersebut lebih cenderung dalam banyak hal untuk
dijadikan suatu paket saja dan dirasakan lebih bisa diterima ialah keterampilan
belajar mengajar yang menyangkut (Alma.2009: 12-13):
a. Set Induction (kemampuan membuka pertemuan)
b. Explaining (keterampilan menjelaskan)
c. Questioning (keterampilan bertanya)
d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan)
e. Closing Procedures (keterampilan menutup pertemuan)
Pendapat lain tentang keterampilan dasar dalam proses pembelajaran
diungkapkan oleh para ahli dari Stanford University dan Sidney University
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengidentifikasi sekitar 23 jenis keterampilan mengajar yang dapat dilihat dalam
tabel berikut (Sanjaya.2008: 156):
Tabel 2.1. 23 jenis keterampilan mengajar
No Jenis terampilan mengajar No Jenis keretampilan mengajar
a. Establishing Set b. Asking Questions (Basic) c. Establishing Appropriate Frame of
Reference d.
The Use of Divergent Questions
e. Achieving Closure f. The Use of Higher Order Questions g. Recognizing and Obtaining Attending
Behavior h.
The Use of Probing Questions
i. Provinding Feedback j. Student – Initiated Questions k. Emlpoying Rewards and Punishment
(Reinforcement) l.
Completeness of Communication
m. Control of Participation n. Varying The Stimulus Situation o. Redudancy and Repetition p. Lecturing q. Illustrating and Use of Example r. Precuing s. Classroom Managements and
Discipline t. Guiding Small Group Discussion
u. Small Group Teaching and Individualized Instruction
v.
Guiding Discovery Learning and Fostering Creativity
Tidak hanya keterampilan dasar mengajar, seorang pengajar juga harus
dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat, pemilihan strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang akhirnya
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar (Uno.2011: 2).
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria
berikut, yaitu (1) orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan dengan isi
atau materi pembelajaran, (3) metode dan tehnik yang digunakan difokuskan pada
tujuan yang ingin dicapai, dan (4) media pembelajaran yang digunakan dapat
merangsang indra peserta didik secara simultan (Uno.2011: 9).
Dick dan Carry (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi
pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian
informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan
(Uno.2011: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Proses pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat
ditentukan oleh guru. Kondisi ekternal yang berpengaruh pada belajar yang
penting (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 33) adalah (1) bahan belajar, (2) suasana
belajar, (3) media dan sumber belajar, dan (4) subjek pembelajar itu sendiri.
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan
tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehan
(Dimyati dan Mudjiono.2009: 33)
Suasana belajar seperti kondisi gedung, tata ruang kelas, alat-alat belajar
mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut,
suasana pergaulan juga memegang peranan pada kegiatan belajar. Guru memiliki
peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa
(Dimyati dan Mudjiono.2009: 35).
Media dan sumber belajar dewasa ini dapat ditemukan dengan mudah.
Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata, museum,
perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni, sanggar olah raga,
televisi dapat ditemukan didekat kampus. Di samping itu buku pembelajaran,
buku bacaan berperan penting dalam memanfaatkan media dan sumber belajar
tersebut (Dimyati dan Mudjiono.2009: 36). Media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti sesuatu yang terletak
ditengah (antara dua kutu pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat
diartikan sebagai perantara suatu penghubung antara dua pihak yaitu antara
sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi (Anitah.2011: 1). Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran
dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah. Pemanfaatan
tersebut bermaksut meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar
semakin meningkat (woolkfolk dkk.1984: 307-338).
Guru atau pengajar adalah sumber pembelajar siswa. Sebagai subjek
pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa dan dapat menggolong-
golongkan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan
motivasi intrinsik siswa (Dimyati dan Mudjiono.2009: 37).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan
perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan belajar mengajar dan
mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Dengan perilaku belajar
yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, proses belajar mengajar
diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut: (1) pribadi yang mandiri (2) pelajar yang efektif (3)
pekerja yang produktif dan (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan
kualitas manusia seperti itu, kualitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri
siswa yaitu: (1) belajar untuk menjadi (2) belajar untuk belajar (3) belajar untuk
berbuat dan (4) belajar untuk hidup (Yudhawati dan Haryanto.2011: 22-23).
3. Standar Proses Pembelajaran
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
standar proses. Maka di keluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Tujuannya dilaksanakan standar
proses adalah untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
(Mendiknas.2007).
Standar proses sesuai dengan permendiknas nomor 41 tahun 2007 meliputi
(Mendiknas.2007):
a. Perencanaan proses pembelajaran
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK
(Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) (Mendiknas.2007).
Menurut para ahli pembuat kurikulum, terdapat banyak macam
komponen silabus yang tersusun dalam suatu matrik silabus. Hal inilah
yang harus dicermati dan dipilih oleh suatu institusi dalam
mengelompokkan komponen-komponen tersebut. Setiap institusi
berdasarkan kriteria atau standar yang diacu dapat menentukan sendiri
komponen apa yang dipilih dan disusun pada matrik dalam menyusun
silabus suatu mata kuliah. Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan
semakin memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun komponen silabus suatu mata
kulian, tersebut di bawah ini (Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan
Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.2007a: 7-9):
a) Identitas Mata Kuliah
Identitas mata kuliah dapat meliputi: nama mata kuliah atau blok mata
kuliah, kode mata kuliah, bobot mata kuliah, semester , dan mata kuliah
prasyarat jika ada.
b) Standar Kompetensi (SK)
Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan
sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan,
merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per
satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik
selama satu semester.
c) Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi
pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi
dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan
perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d) Indikator
Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang
merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam suatu
tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila
serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat
dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.
e) Pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang
dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar.
Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi
pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat
mahasiswa diharapkan dapat mencapai dan mempunyai kemampuan
kognitif, psikomorik, dan afektif yang sekaligus telah mengintegrasikan
kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya yang membedakan antara
perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada perbedaan
pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa.
f) Materi pokok
Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa
pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan
keterampilan.
g) Waktu
Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik
mampu menguasi KD yang telah ditetapkan.
h) Sumber pustaka
Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang
dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta
didik.
i) Penilaian
Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan
informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan (Mendiknas.2007).
Komponen RPP adalah (Mendiknas.2007):
a) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
b) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau
semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
g) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i) Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
j) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
k) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Prinsip-prinsip penyusunan RPP adalah (Mendiknas.2007):
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau
lingkungan peserta didik.
b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
RPP terdiri dari komponen program kegiatan belajar dan proses
pelaksanaan program. Komponen program mencakup KD, materi standar,
metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan waktu
belajar. Dengan demikian, RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta
berinteraksi satu dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu membentuk kompentensi
yang sudah ditetapkan sebelumnya, adapun komponen dalam RPP adalah
(Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret.2007a: 23-24):
a) Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas. Semakin kongkrit
kompetensi akan semakin mudah diamati, dan akan semakin mudah
atau semakin tepat pula merencanakan kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai kompetensi tersebut. Perlu diketahui bahwa
beberapa materi standar mungkin memiliki lebih dari satu KD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Disamping itu, perlu ditetapkan pula fokus kompetensi yang diharapkan
dari peserta didik sebagai hasil akhir pembelajaran. Kompetensi ini juga
akan menjadi pedoman bagi pengajar dalam menentukan materi standar
yang akan digunakan dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
membentuk kompetensi peserta didik.
b) Materi standar
Materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian peserta
didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya,
mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan lingkungan, institusi, dan daerah.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilakukan
oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan suatu materi
standar yang telah direncanakan oleh pengajar. Urutan kegiatan
pembelajaran menggambarkan strategi pembelajaran yang telah
ditentukan. Tahap kegiatan tersebut terdiri dari tahap
PENDAHULUAN, tahap PENYAJIAN, dan tahap PENUTUP.
d) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara dalam menyajikan
(menguraikan, memberi contoh, memberi latihan dan lain-lain) suatu
bahan kajian kepada peserta didik. Tidak semua metode pembelajaran
sesuai untuk digunakan dalam mencapai kompetensi tertentu. Oleh
karena itu harus dipilih metode pembelajaran yang paling tepat untuk
suatu kompetensi yang ingin dicapai. Berbagai contoh metode
pembelajaran yang sering digunakan antara lain ceramah, diskusi, tanya
jawab, simulasi, studi kasus, praktikum, seminar, demonstrasi, bermain
peran dan lain-lain.
e) Media Pembelajaran
Segala sesuatu yang dapat menyalurkan atau menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber pesan atau informasi ke penerima pesan atau
informasi disebut media pembelajaran. Jadi dengan adanya media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
peserta didik dapat melihat, membaca, mendengarkan atau ketiganya
sekaligus dalam menyerap berbagai informasi yang disampaikan oleh
pengajarnya. Media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar,
buku dan sebagainya. Sedangkan alat pembelajaran adalah benda-benda
atau alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran sehingga
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Alat-alat itu tidak
disebut media pembelajaran karena tidak dimaksudkan untuk membawa
pesan.
f) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
penggalian informasi. Sumber belajar ini dapat berupa dosen (sebagai
narasumber), buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian, internet, dan
lain-lain.
g) Alokasi Waktu
Jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta
didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan tahap Kegiatan
Pembelajaran.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup (Mendiknas.2007).
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran.
b) mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (Mendiknas.2007).
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
(1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber.
(2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
(3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
(4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
(5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
(1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas tertentu yang bermakna.
(2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
(4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
(5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
(6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok.
(7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok.
(8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan.
(9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
(1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
(2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
(3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
(4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: (1) berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku
dan benar. (2) membantu menyelesaikan masalah. (3) memberi
acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi. (4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. (5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) bersama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman
atau simpulan pelajaran.
b) melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik.
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
c. Penilaian hasil pembelajaran
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan
Penilaian Kelompok Mata Pelajaran (Mendiknas.2007).
Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan
pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat
pertanyaan dan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai
tentang kualitas hasil belajar (Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan
Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.2007b: 10).
Perkembangan konsep penilaian yang ada pada saat ini menunjukkan
arah yang sangat luas, konsep tersebut pada umumnya berkisar pada
pandangan sebagai berikut, yaitu (1) penilaian tidak hanya diarahkan kepada
tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-
tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul. (2)
penilaiannya tidak hanya melalui pengukuran prilaku siswa, tetapi juga
merupakan kajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan
proses maupun keluaran. (3) penilaian tidak hanya dimaksutkan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga
mengetahui apakah tujuan-tujuan penting siswa dan bagaimana siswa
mencapainya. (4) mengingatk luasnya tujuan dan objek penilaian, alat yang
digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada
tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes (Sudjana.2011: 1). Adapun jenis
penilaian dapat dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1. Jenis-jenis alat penilaian (Sudjana.2011: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Pengawasan proses pembelajaran
Pegawasan (controlling) adalah tindakan untuk tindakan untuk menuntun
dan mendeteksi pelaksanaan suatu kegiatan agar tidak menyimpang dari
perencanaan (Arifin.2011: 25).
Dalam pengawasan proses pembelajaran terdiri dari (Mendiknas.2007):
1) Pemantauan
a) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
b) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus,
pengamatan, pencatatan, perekaman, wawacara, dan dokumentasi.
c) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan
pendidikan.
2) Supervisi
a) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
b) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh,
diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
c) Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan
pendidikan.
3) Evaluasi
a) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
b) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
(1) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru
dengan standar proses.
(2) mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai
dengan kompetensi guru.
c) Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja
guru dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran
dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
5) Tindak lanjut
a) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar.
b) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum
memenuhi standar.
c) Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran lebih
lanjut.
B. Penelitian yang Relevan
1. Triyatmo T (2010). Profesionalitas guru dan kinerja kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran (studi kasus tentanng kualitas pembelajaran
di SD negeri IV Girimarto). Hasil penelitian mengenai profesionalitas guru dalam
pengelolaan pembelajaran, kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan prestasi hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
subjek penelitian, tempat penelitian dan aktivitas penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan subjek penelitian dosen sebagai narasumber yang menjadi dosen
tetap di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
2. Yuneta A E N (2010). Hubungan antara persepsi mahasiswa tentang
profesionalitas dosen dan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar
dengan prestasi belajar asuhan kebidanan 1 di fakultas kedokteran prodi D-IV
kebidanan universitas sebelas maret surakarta. Hasil penelitian ada hubungan
antara persepsi mahasiswa tentang profesionalitas dengan prestasi belajar, ada
hubungan antara kepuasan mahasiswa dengan prestasi belajar, ada hubungan
antara persepsi mahasiswa tentang profesionalitas dan kepuasan mahasiswa
dengan prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian,
subjek penelitian, tempat penelitian dan aktivitas penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan dosen sebagai narasumber yang menjadi
dosen tetap di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Johan (2003). Hubungan karakteristik dosen dengan proses pembelajaran. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan proses
pembelajaran, tidak ada hubungan antara umur dengan proses pembelajaran di
kelas, tidak ada hubungan antara umur dengan proses pembelajaran praktik, tidak
ada hubungan antara status kepegawaian dengan proses pembelajaran, ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan proses pembelajaran, ada hubungan
antara pelatihan dengan proses pembelajaran di kelas, tidak ada hubungan antara
pelatihan dengan proses pembelajaran dalam hal perencanaan dan pengembangan
praktik dan tidak ada hubungan anta pengalaman kerja di akper dan di luar akper
dengan proses pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode
penelitian, tempat penelitian dan aktivitas penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif sehingga didapatkan hasil yang lebih menyeluruh
dan mendalam. Penelitian ini juga dilakukan di STIKES Muhammadiyah
Samarinda.
4. Qoyyimah (2009). Hubungan katakteristik dosen dengan kepuasan mahasiswa
dalam proses belajar mengajar di program studi. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan antara tingkat pendidikan dan akta mengajar dengan kepuasan
mahasiswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, tempat
penelitian dan aktivitas penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode
kualitatif sehingga didapatkan hasil yang lebih menyeluruh dan mendalam.
Penelitian ini juga dilakukan di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
5. Widoyoko S E P (2007). Analisis pengaruh kinerja guru terhadap motivasi
belajar. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh positif antara kinerja guru dan
motivasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian,
tempat penelitian dan aktivitas penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif sehingga didapatkan hasil yang lebih menyeluruh dan
mendalam. Penelitian ini juga dilakukan di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
6. Giantari I G A K, dkk (2008). Analisis kepuasan mahasiswa terhadap proses
belajar mengajar Di program diploma III FE UNUD. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan mahasiswa Program Diploma III FE
UNUD secara keseluruhan termasuk klasifikasi cukup puas. Hal ini tercermin dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
hasil analisis kesesuaian antara kinerja dengan tingkat kepentingan mahasiswa
yang memberikan hasil sebesar 83,32%. Dari 25 variabel yang dianalisis maka
ada 8 (delapan) variabel yang belum memberikan kepuasan dan 14 (empat belas)
variabel yang sudah menunjukkan kepuasan. Menunjukan bahwa proses belajar
mengejar berpengaruh pada tingkat kepuasan mahasiswa sehingga diharapkan
dengan penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga didapatkan hasil
yang lebih menyeluruh dan mendalam tentang profesionalitas yang berdampak
pada peningkatan mutu proses belajar mengajar. Penelitian ini juga dilakukan di
STIKES Muhammadiyah Samarinda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2. Kerangka berpikir profesionalitas dosen
Kunandar. 2010 Tanggung jawab pribadi Tanggung jawab sosial Tanggung jawab intelektual Tanggung jawab moral Tanggung jawab spiritual
DOSEN
UU 14/2005 ps 7 1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. 2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia. 3) Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas. 4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan kerja. 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja. 7) Memiliki kesempatan untuk mengembangakan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. 8) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi Profesional (umar.2011)
1. Menguasai landasan pendidikan.
2. Menguasai bahan pengajaran.
3. Menyusun program pembelajaran.
4. Melaksanakan program pembelajaran.
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar
Usman. 2011 Peranan dan Kompetensi
Pendidik
Mengajar Perencana Motivator Konselor Fasilitator
Profesionalitas Dosen
permendiknas 41/2007 Standar Proses
Perencanaan Proses Pembelajaran. Pelaksanaan Proses Pembelajaran. Penilaian Hasil Pembelajaran.
permendiknas 41/2007 Standar Proses
Pengawasan Proses Pembelajaran
(dilakukan oleh ketua dan koordinator mata ajar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Seorang dosen atau pendidik dapat dikatagorikan sebagai tenaga profesional
bila telah melaksanakan tridarma perguruan tinggi yaitu sebagai pendidik
(educator), peneliti (researcher), pengabdian masyarakat (dedication to
community).
Peran dosen sebagai pendidik tidak lepas dari adanya proses belajar
mengajar (instruction) yang berperan sebagai pengajar sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang dapat memotivasi dan menjadi fasilitator bagi peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar serta sebagai wadah bagi peserta didik mencari
pendapat atau usulan dalam proses pembelajaran (counseling).
Standar proses yang telah ditetapkan pada permendiknas nomor 41 tahun
2007 berisi tentang standar proses yang harus dilaksanakan oleh seorang pendidik
yaitu: (1) Perencanaan Proses Pendidikan meliputi silabus dan RPP, (2)
Pelaksanaan Proses Pembelajaran merupakan implikasi dari RPP yang memuat
skenario dalam pembelajaran setiap menit dan setiap pertemuan, meliputi:
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi dan komfirmasi) dan
kegiatan penutup, (3) Penilaian Hasil Pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
harus sesuai dengan penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata
pelajaran, dan (4) Pengawasan Proses Pembelajaran meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.
Kompetensi profesional seorang pendidik tidak lepas dari 5 komponen
(Usman.2011) yaitu: (1) penguasaan landasan kependidikan, (2) menguasai bahan
ajar, (3) menyusun program pengajaran, (4) melaksanakan program pengajaran,
(5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Menguasai landasan kependidikan terdiri dari: (1) mengenal tujuan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional meliputi mengkaji tujuan
pendidikan nasional dan mengkaji kegiatan pengajaran yang menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional; (2) mengenal fungsi sekolah dalam
masyarakat meliputi peranan dan pengelolaan sekolah sebagai pusat pendidikan
dan kebudayaan; (3) mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dimanfaatkan
dalam proses belajar mengajar meliputi mengkaji prinsip belajar dan menerapkan
dalam kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Menguasai bahan pembelajaran terdiri dari: (1) menguasai bahan pengajaran
kurikulum meliputi mengkaji kurikulum dan melaksanakan kegiatan yang
dinyatakan dalam pedoman khusus; (2) menguasai bahan mengayaan meliputi
mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan studi atau mata pelajaran.
Menyusun program pengajaran terdiri dari: (1) menetapkan tujuan
pembelajaran meliputi menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan
pembelajaran atau pokok bahasan; (2) memilih dan mengembangkan bahan
pembalajaran meliputi memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; (3) memilih dan mengembangkan
strategi belajar mengajar meliputi mengkaji dan merancang prosedur belajar
mengajar yang tepat; (4) memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang
sesuai meliputi mengkaji, memilih, dan membuat berbagai media pengajaran; (5)
memilih dan memanfaatkan sumber belajar meliputi mengkaji berbagai jenis,
kegunaan dan memanfaatkan sumber belajar yang tepat.
Melaksanakan program pengajaran terdiri dari: (1) menciptakan iklim
belajar mengajar yang tepat meliputi mengkaji prinsip pengelolaan kelas dan
menciptakan suasana belajar mengajar serta menangani masalah pengajaran; (2)
mengatur ruangan belajar meliputi mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas
serta mengatur ruangan yang tepat; (3) mengelola interaksi belajar mengajar
meliputi dapat menggunakan berbagai keterampilan dasar mengajar.
Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan terdiri
dari: (1) menilai prestasi murid untuk mementingkan pengajaran meliputi
menyusun alat penilaian dan penyelenggaraan penilaian pencapaian murid; (2)
menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan meliputi
menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar dan dapat
memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar.
Dengan landasan tersebut maka dosen sebagai tenaga pendidik yang
mempunyai prinsip keprofesionalan sesuai yang tercantum dalam undang-undang
nomor 14 tahun 2005 pasal 7 yaitu dosen merupakan panggilan jiwa dan
idealisme diri sehingga memiliki komitmen untuk meningkatkan keimanan,
ketakwaan, mutu pendidikan, berahlak mulia sesuai latar belakang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kompetensi bidang tugas yang memiliki tanggungjawab atas keprofesionalannya,
memperoleh penghasilan dan berkesempatan mengembangkan
keprofesionalannya secara berkelanjutan serta memiliki organisasi profesi.
Implikasi profesional harus dimiliki seorang dosen dalam bentuk tanggung
jawab pribadi kepada diri sendiri, tanggung jawab sosial kepada lingkungan,
tanggung jawab intelektual kepada pengembangan keilmuan, tanggung jawab
spiritual dan tanggung jawab moral kepada agama dan segala perilakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di STIKES Muhammadiyah Samarinda dengan
mengambil waktu penelitian mulai bulan Oktober 2011 sampai Juli 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang sesuai dengan fokus masalah dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus
dimana orang, tempat dan waktu yang terpancang tunggal (Yin.2011: 46).
Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini dimaksutkan untuk lebih
menggali data dan informasi mengenai situasi sosial tentang profesionalitas dosen.
Penelitian ini mengambil objek penelitian yaitu dosen tetap yang melaksanakan
proses belajar mengajar di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari (Moleong.2011: 157-163):
1. Informan
Sumber data terdiri dari kata-kata orang yang diwawancarai merupakan
sumber data utama. Dalam pemilihan informan atau narasumber, peneliti
menentukan kriteria inklusi yaitu :
a. Status kepegawaian adalah dosen tetap.
b. Bersedia menjadi sumber informan.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dilakukan sesuai
dengan fokus masalah yaitu tentang kompentensi dalam proses belajar mengajar
dan faktor penghambat proses belajar mengajar bagi dosen.
Pemilihan narasumber yang akan dilakukan wawancara mendalam yaitu
sesuai dengan kriteria inklusi diatas adalah ketua STIKES Muhammadiyah
Samarinda, wakil ketua II bidang Akademik, koordinator mata ajar dan dosen.
Sebagai informasi pembanding dilakukan wawancara terhadap dan mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Observasi
Segala tindakan orang (informan) yang diamati merupakan sumber utama.
Pencatatan sumber data utama melalui pengamatan partisipan merupakan hasil
usaha gabungan dari kegiatan melihat dan mendengar.
3. Dokumen
Sumber informasi terdiri dari dari arsip dan dokumen mengenai proses
belajar mengajar di STIKES Muhammadiyah Samarinda berupa silabus, RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan dokumen proses belajar mengajar.
D. Teknik Sampling
Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik sampling yaitu
purposive sampling dan snowball sampling yang berguna untuk mendapatkan
informasi yang maksimum (data jenuh) (Sugiono.2010a: 392).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik
pengumpulan data kualitatif yaitu (Sugiono.2011: 225):
1. Observasi lapangan
Observasi dilakukan dengan metode observasi partisipan pasif dimana
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati yaitu
sebagai dosen pengajar dan lingkungan dalam proses belajar mengajar. Dengan
metode observasi partisipan pasif diharapkan dapat memahami konteks data
secara menyeluruh terutama dari faktor diluar narasumber.
2. Wawancara mendalam
Wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan
pedoman wawancara dan dilakukan pada semua sama pada semua narasumber.
Kemudian melakukan wawancara tidak terstruktur guna mengetahui secara lebih
mendalam.
3. Analisa dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dalam penelitian ini menggunakan arsip kepegawaian dan dokumen tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada
evaluasi pembelajaran.
F. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif yaitu dengan cara:
1. Triangulasi Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan metode triangulasi
yaitu mengecek data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan analisa
dokumen tentang profesionalitas dosen. Penelitian ini menggunakan triangulasi
sumber, triangulasi metode (teknik), triangulasi teori (Moleong.2011: 330) dan
tringulasi penelitian (Moleong.2011: 343) yaitu:
a. Triangulasi sumber, dalam penelitian ini melaksanakan wawancara mendalam
mengenai topik profesionalitas dosen dengan sumber yang berbeda yaitu:
ketua STIKES Muhammadiyah Samarinda, koordinator mata ajar, dosen, staf
administrasi dan mahasiswa (gambar 3.1).
Gambar 3.1. Triangulasi sumber
b. Triangulasi metode (teknik), dalam penelitian ini melaksanakan pengumpulan
data mengunakan teknik yaitu: observasi, wawancara mendalan dan analisa
dokumentasi pada dosen STIKES Muhammadiyah Samarinda (gambar 3.2).
Gambar 3.2. Triangulasi metode (teknik)
Observasi partisipan
Wawancara mendalam
Analisa dokumen
Dosen STIKES Muhammadiyah
Samarinda
Wawancara mendalam
Dosen
Mahasiswa
Koordinator mata ajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Triangulasi teori, dalam penelitian ini didapatkan data yang akan di
validasikan dengan beberapa teori tentang profesionalitas dosen
(Strauss.2009: 44-45).
d. Triangulasi penelitian, dalam penelitian ini didapatkan data yang akan
divalidasikan dengan hasil penelitian sebelumnya dengan tema
profesionalitas dosen yang menjadi acuhan yang tertuang dalam penelitian
yang relevan (Strauss.2009: 44-45).
2. Bahan referensi
Bahan referensi dalam penelitian ini berupa adanya bukti pendukung data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan referensi tersebut berupa foto yang
menjadi bukti autentik penelitian ini (Sugiono.2011: 275).
3. Member check
Member check adalah pengecekan kembali data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Pelaksanaan member check dalam penelitian ini dilakukan
setelah pengumpulan data selesai (Sugiono.2011: 276).
G. Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini, analisa data dilakukan sebelum di
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Fokus utama dari
analisis data pada penelitian kuatitatif adalah dalam analisis data selama di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Komponen dalam analisis data
tergambar pada gambar 3.2. Miler and Hubermen mengemukakan bahwa tiga
jenis kegiatan analisa dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan
proses siklus dan interaktif (Miles dan Hubermen.2009: 19).
Gambar 3.3. Komponen dalam analisis data
Pengumpulan Data Penyajian
Data
Reduction Data Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian kualitatif diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi) dan dilakukan dengan terus menerus sampai didapat data yang jenuh
(Sugiono.2010b: 87).
Cara yang dapat membantu pelaksanaan analisis bersamaan dengan
pengumpulan data yaitu: (1) membuat lembar ringkasan kontak, (2) pembuatan
koding, (3) pembuatan koding mengenai pola yang ada, (4) pembuatan memo, (5)
pertemuan analisis antar kasus bilamana studi merupakan studi kasus ganda, dan
(6) pembuatan ringkasan kasus sementara (Sutopo.2002: 98).
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari catatan yang
diperoleh dari narasumber. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal
pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan
memudahkan untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan (Sugiono.2010b: 92).
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki temuan dan
pengembangan teori yang signifikan (Sugiono.2010b: 93).
Selama melakukan reduksi data, peneliti melakukan diskusi dengan
beberapa dosen pembimbing dan teman sejawat yang lebih mampu dalam
penelitian kualitaif sehingga diperoleh data yang bermakna.
3. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miler and Hubermen (1984) menyatakan yang lebih sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
bersifat naratif. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring
kerja) dan chart (Sugiono.2010b: 95) Dalam penelitian ini peneliti menyajikan
data dalam bentuk narasi dan bagan.
4. Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti memahami kembali seluruh isi data dan
mengidentifikasi benang merah dari kumpulan katagori, tema, hubungan antar
tema dan variable (Dharma.2011: 230)
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak diketemukan
bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal, didukung oleh bukti yang valid
dan konsisten saat penelitian kembali kelapangan mengumpulkan data maka
kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel
(Sugiono.2010b: 99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Stikes Muhammadiyah Samarinda.
(sumber: Abdul Khoiri, S.E, M.Si sebagai staf administrasi, Yannie Isworo, S.KM
sebagai Wakil Ketua I bidang Akademik dan Ghozali M H, M.Kes sebagai Ketua
Stikes Muhammadiyah Samarinda. Mereka merupakan sosok yang tahu banyak
tentang berdiri dan berkembangnya Stikes Muhammadiyah Samarinda.)
Pada tahun 1995 tepatnya tanggal 1 juni 1995 berdiri Akademi Keperawatan
(AKPER) Muhammadiyah Samarinda merupakan cikal bakal dari Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Samarinda dan diprakasai oleh bapak
dr Sofyan Hasdam, bapak Harsono dan bapak Iman Sukirman sebagai dewan
pengurus Majelis Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Timur untuk
menggunakan gedung pendidikan di pagi hingga sore hari untuk pendidikan yang
malamnya telah digunakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Muhammadiyah Samarinda. Pada tanggal 7 juni 1995 dengan surat keputusan
MENKES no HK.00.06.1.1.1905 maka dengan legal dan resmi AKPER
Muhammadiyah Samarinda berdiri, dengan dewan pengurus dr Agus Sukaca
sebagai direktur, bapak Jahron sebagai pembantu direktur I, bapak Nasikin
sebagai pembantu direktur II dan bapak Mujito sebagai pembantu direktur III,
dewan pengurus periode I mulai tahun 1995-1999.
Dilanjutkan pada periode kedua di tahun 1999-2001 dengan dr. Hj. Suprapti
sebagai direktur, bapak Mujito sebagai pembantu direktur I, bapak Ghozali
sebagai pembantu direktur II dan bapak Nasikin sebagai pembantu direktur III.
Periode III AKPER Muhammadiyah Samarinda pada tahun 2001-2005 dengan
bapak Ghozali sebagai direktur, bapak Mujito sebagai pembantu direktur I, bapak
Nasikin sebagai pembantu direktur II, dan bu Rini sebagai pembantu direktur III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pada saat periode ini berdiri juga Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)
Muhammadiyah Samarinda yang diprakasai oleh bapak Imam Sukirman, bapak
Nasikin dan bapak Harsono sebagai dewan pengurus Majelis Kesehatan
Muhammadiyah Kalimantan Timur kemudian dengan surat keputusan MENKES
no HK.00.SJ.VIII.0926 pada bulan Agustus dan surat keputusan MENDIKNAS
no 159/D/O/2001 pada bulan September maka dengan resmi AKL bediri dengan
dewan pengurus periode pertama tahun 2001-2006 yaitu: bapak Siswoyo sebagai
direktur, bapak Yannie Isworo sebagai pembantu direktur I, bu Marjan Wahyuni
sebagai pembantu direktur II dan bapak Blego S sebagai pembantu direktur III.
Periode IV AKPER Muhammadiyah Samarinda pada tahun 2005-2010 dengan
bapak Ghozali sebagai direktur, bapak Maridi sebagai pembantu direktur I, bu
Dwi Rahmah Fitriani sebagai pembantu direktur II, dan bu Tri Wahyuni / bu Siti
Khoiroh / bapak Ramdhany I sebagai pembantu direktur III. Pada saat periode ini
AKL Muhammadiyah Samarinda dipimpin oleh dewan pengurus periode kedua
tahun 2006-2009, bapak Yannie Isworo sebagai direktur, bu Marjan Wahyuni
sebagai pembantu direktur I, bu Ratna Yuliawati sebagai pembantu direktur II dan
bapak Ainur Rachman sebagai pembantu direktur III.
Di tahun 2009 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah
Samarinda berdiri berdasarkan surat keputusan MENDIKNAS no 143/D/O/2009
sebagai pengembangan dari AKPER dan AKL serta penambahan dua Program
Studi jenjang sarjana yaitu Program Studi ilmu Keperawatan (S-1) dan Program
Studi Kesehatan Masyarakat (S-1). Stikes Muhammadiyah Samarinda merupakan
salah satu diantara ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia yang
bernaung dibawah Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pada periode pertama Stikes Muhammadiyah Samarinda pada tahun 2009-2013
dengan bapak Ghozali sebagai Ketua, bapak Yannie Isworo sebagai Wakil Ketua
I, bapak Suprayitno sebagai Wakil Ketua II, bapak Andri Praja Satria / bapak
Ramdhany I sebagai Wakil Ketua III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Awalnya AKPER Muhammadiyah Samarinda hanya menerima angkatan
pertama sejumlah 40 mahasiswa dengan 1 kelas kemudian pada angkatan kedua
sejumlah 70 mahasiswa dengan 2 kelas berkembang lagi pada angkatan ketiga
sampai kesembilan sejumlah 80 mahasiswa dengan 2 kelas di tahun 1997-2004
dan bertambah lagi di tahun 2005 sampai sekarang sejumlah 125 mahasiswa
dengan 2 kelas. Sedangkan awal berdirinya AKL Muhammadiyah Samarinda
hanya menerima angkatan pertama 36 mahasiswa dengan 1 kelas kemudian
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun.
2. Letak geografis Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Stikes Muhammadiyah Samarinda terletak di Kelurahan Air Putih, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kotamadya Samarinda Kalimantan Timur. Secara geografis
sangat strategis karena selain terletak di salah satu jalan pusat kota yang
merupakan salah satu pusat perekonomian juga terletak dekat dengan
persimpangan jalur keluar kota yaitu Bontang, Tenggarong dan Balikpapan.
Stikes Muhammadiyah Samarinda berbatasan langsung sebagai berikut:
Utara : Gedung Suzuki Samekarindo
Barat : Jalan Raya Juanda
Selatan : Pemukiman penduduk dan rumah makan prambanan
Timur : Tanah kosong
Lokasi tersebut sangat ideal untuk proses pendidikan khususnya Perguruan
Tinggi Swasta karena selain terletak di dekat jalan raya sehingga mudah
jangkauannya juga dekat dengan lokasi perpustakaan daerah yang dapat
menunjang proses pembelajaran.
Saat ini luas area lahan mencapai 1,1 ha tersebut terdiri dari empat gedung
yaitu gedung A dengan dua lantai terdiri ruang kuliah AKPER, perpustakaan
terpadu dan laboratorium komputer. Gedung B dengan tiga lantai terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kantor administrasi, ruang ujian CBT (computer bases test), ruang penjamin mutu
pendidikan, kantor ketua dan wakil ketua, ruang kuliah AKL ruang kepala
program studi AKL dan S1 Kesehatan Masyarakat, laboratorium bahasa, ruang
dosen AKL dan S1 Kesehatan Masyarakat. Gedung C dengan tiga lantai terdiri
dari ruang kuliah S1 Ilmu Keperawatan dan SI Kesehatan Masyarakat, ruang
kepala program studi AKPER dan S1 Keperawatan, serta ruang dosen AKPER
dan S1 Ilmu Keperawatan. Gedung D dengan tiga lantai terdiri dari Laboratorium
Keperawatan, Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Laboratorium Mikrobiologi,
Laboratorium Parasitologi, Laboratorium Kimia, Minihospital dan ruang kuliah
SCL.
3. Kondisi dosen dan mahasiswa
Berdasarkan data yang di dapat dari kepala bagian bidang administrasi umum
bahwa Stikes Muhammadiyah Samarinda memiliki 40 dosen tetap. Adapun nama
para dosen tetap dan homebase nya tersebut tercantum dalam tabel 4.1a-d.
Tabel 4.1a. Daftar nama dosen tetap Program Studi S-1 Kesehatan
Masyarakat
No Nama Dosen NIDN Tempat Tgl lahir Jabatan Struktural Gelar terakhir Perguruan Tinggi
1 Ghozali 1114077102 Jombang 14-07-1971 Ketua STIKES M.Kes Univ. Gajah Mada
2 Suprayitno 1124126301 Wonosobo 24-12-1963 Wakil Ketua I M.Kes Univ. Gajah Mada
3 Sri Sunarti 1115037801 Ngawi 15-03-1978 KA. Prodi Kesmas S.KM Univ. Diponegoro
4 Ainur Rachman 1123058301 Sumenep 23051983 Sek. Prodi Kesmas S.KM Univ. Mulawarman
5 Lia Kurniasari 1130098601 Surabaya 30091986 Koordinator I S.KM Univ. Mulawarman
6 Tri Murti 1110098802 Samarinda 10091988 Dosen S.KM Univ. Mulawarman
7 Jafron 1101016301 Bantul 01011963 Dosen M.Si Untag. Surabaya
8 Wahadi 1111045501 Bantul 11041955 Dosen M.Si Univ. Mulawarman
Sumber : Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.1b. Daftar nama dosen tetap Program Studi S-1 Ilmu
Keperawatan
No Nama Dosen NIDN Tempat Tgl lahir Jabatan Struktural Gelar terakhir Perguruan Tinggi
1 Rusni Masnina 1114027401 Banjarmasin 14021974 KA. Prodi IK SKp Univ. Indonesia
2 Siti Khoiroh 1115017703 Lamongan 15011977 Dosen S.Kep. Ns Univ. Gajah Mada
3 Dwi Rahmah F 1119097601 Samarinda 19091976 Sek. PM S.Kep. Ns Univ. Hasanuddin
4 Maridi M D 1125037202 Ciamis 25031972 KA. LP2M M.Kep Univ. Indonesia
5 Tri Wahyuni 1105077501 Blitar 05061975 KA. PM M.Kep. Sp. Mat Univ. Indonesia
6 Agus Sukaca 1102066101 Kulon Progo 02061961 Dosen M.Kes Univ. Gajah Mada
7 Andri Praja Satria 1104068405 Samarinda 04061984 Dosen S.Kep. Ns Univ. Indonesia
8 Enok Sureskiarti 1119018202 Semarang 19011982 Koordinator II S.Kep. Ns Univ. Muh Semarang
9 Joanggi W H 1122018501 Magetan 22011985 Sek. Prodi IK S.Kep. Ns Univ. Airlangga
10 Fatma Zulaikha 1101038301 Semarang 01031983 Dosen S.Kep. Ns Univ. Muh. Semarang
11 Milkhatun 1121018501 Demak 21011983 Dosen S.Kep. Ns Univ. Muh. Semarang
12 Kartika Setia 1109108701 Kendal 09101987 Dosen S.Kep. Ns Stikes Kendal
13 Alfi Ari Fakhrur 1111038602 Lamongan 11031986 Koordinator I S.Kep. Ns Stikes Muh. Lamongan
14 M. Bachtiar 1112118701 Tani Makmur 12111987 Dosen S.Kep. Ns Stikes Kendal
Sumber : Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda
Tabel 4.1c. Daftar nama dosen tetap Program Studi D-3 Kesehatan
Lingkungan
No Nama Dosen NIDN Tempat Tgl lahir Jabatan Struktural Gelar terakhir Perguruan Tinggi
1 Yannie Isworo 1122067902 Klaten 22061979 Wakil Ketua I S.KM Univ. Widiya Gama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2 Marjan Wahyuni 1109017501 Raha 09011975 KA. Prodi Kesling S.KM Univ. Hasanuddin
3 Ratna Yuliawati 1115078101 Cilacap 15071981 Sek. Prodi Kesling S.KM Univ. Diponegoro
4 Habibi 1104118401 Tenggarong 04111984 Koordinator I S.KM Univ. Mulawarman
5 Sri Isroyati 1101058601 Ciamis 01051986 Koordinator II S.S.T Poltekes Semarang
6 Pramaningsih 1121058302 Yogyakarta 21051983 Dosen M.Eng Univ. Gajah Mada
7 Nurul Fatimah 13111979 Dosen M.Kes Univ. Gajah Mada
Sumber : Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda
Tabel 4.1d. Daftar nama dosen tetap Program Studi D-3 Keperawatan
No Nama Dosen NIDN Tempat Tgl lahir Jabatan Struktural Gelar terakhir Perguruan Tinggi
1 Rini Ernawati 1102096902 Bukit Tinggi 02091969 KA. Prodi Kep M.Kes Univ. Hasanuddin
2 Ramdhany I 1110087901 Tenggarong 10081979 Wakil Ketua II S.Kep. Ns Univ. Gajah Mada
3 Mohammad 1126074801 Soppeng 26071948 Dosen Drs IKIP. Ujung Pandang
4 Yuliani Winarti 1131074801 Muara Muntai 31071980 Koordinator I S.K.M Univ. Muh. Jogja
5 Wawan Joko 1102057701 Ngampal 02051977 Dosen S.Kom Stimik. Widiyakarya
6 Sunarti 1103117901 Loa Kulu 03111979 Dosen S. Pd Univ. Mulawarman
7 Thomas Ari 1104098701 Boyolali 07091987 Dosen S.Kep. Ns Univ. Muh Surakarta
8 Ni Wayan Wiwin 1114128602 Samarinda 14121986 Dosen S.Kep. Ns Univ. Gajah Mada
9 Fitroh Asriyadi 1115058601 Kota Bangun 15051986 Sek. Prodi Kep S. Kep Stikes Muh. Samarinda
10 Taharuddin 1129058501 Samarinda 29051985 Koordinator II Amd.Kep Stikes Muh. Samarinda
11 Tri Wijayanti Ambarawa 10111986 Dosen S.Kep. Ns Univ. Muh Semarang
Sumber : Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda
Kualifikasi akademik dosen tetap di Stikes Muhammadiyah Samarinda akan
terus ditingkatkan mengingat sesuai keputusan dikti bahwa per tanggal 1 Januari
2015 bahwa dosen harus minimal tingkat pendidikannya adalah strata 2, jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
seiring dengan tuntutan tersebut maka Stikes Muhammadiyah Samarinda memberi
kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan Dari data didapat bahwa
pada tahun 2011 terdapat 1 dosen yang sedang menjalani jenjang pendidikan S1
yaitu Taharuddin melanjutkan jenjang pendidikan di Stikes Muhammadiyah
Samarinda jurusan Ilmu Keperawatan (S1), 6 dosen sedang menjalani jenjang
pendidikan S2 antara lain ibu Sri Sunarti, ibu Rusni Masnina, bapak Ramdhany
Ismahmudi, dan ibu Yuliati Winarti melanjutkan jenjang pendidikan di
Universitas Gajah Mada jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan minat utama
Perilaku dan Promosi Kesehatan, ibu Marjan Wahyuni melanjutkan jenjang
pendidikan di Universitas Mulawarman Program Studi Ilmu Lingkungan dengan
minat utama Kesehatan Lingkungan, bapak Andri Praja Satria melanjutkan
jenjang pendidikan di Universitas Brawijaya jurusan Biomed dan 1 dosen sedang
menjalani jenjang pendidikan S3 yaitu bapak Ghozali melanjutkan jenjang
pendidikan di University Putra Malaysia Kuala Lumpur jurusan Ph.D Program at
Department of Community Health, Faculty of Medicine and Health Sciences.
Kondisi jumlah dosen tetap di Stikes Muhammadiyah Samarinda masih sangat
kurang memadai mengingat jumlah mahasiswa mencapai 1041 mahasiswa tahun
ajaran 2011/2012 sehingga perlu ditambah dengan dosen luar. Adapun jumlah
mahasiswa untuk tahun ajaran 2011/2012 tercantum dalam tabel 4.2. sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Data jumlah mahasiswa angkatan 2011/2012
No Program Studi Jumlah
1 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat 172
2 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan 409
3 Program Studi D3 Kesehatan Lingkungan 106
4 Program Studi D3 Keperawatan 357
TOTAL 1041
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sumber : Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemuhammadiyahan
Stikes Muhammamadiyah Samarinda
4. Struktur organisasi.
Struktur organisasi Stikes Muhammadiyah Samarinda terdiri dari Ketua, Wakil
Ketua, Koordinator Administrasi Umum, Koordinator Adminisrasi Keuangan,
Koordinator Administrasi Akademik dan Kemuhammadiyahan, Koordinator UPT
(Unit Pelayanan Terpadu) Data dan Pelaporan, Koordinator UPT Laboratorium
dan Perpustakaan, Koordinator UPT IT dan Seleksi Mahasiswa, Koordinator UPT
Humas dan Marketing, Ketua Program Studi, Ketua LPM (Lembaga Penjamin
Mutu), Ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), dan
Dewan Dosen yang terlihat dalam gambar 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.1. Struktur organisasi Stikes Muhammadiyah Samarinda
5. Visi, Misi dan Motto.
Visi Stikes Muhammadiyah Samarinda
Menjadi Perguruan Tinggi kesehatan Terkemuka, Modern dan Islami yang
tanggap terhadap perkembangan nasional dan internasional.
Misi Stikes Muhammadiyah Samarinda
a. Menyelanggarakan pendidikan bidang kesehatan yang bermutu dan islami
b. Melaknanakan dan mengembangkan riset di bidang kesehatan
c. Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
d. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang professional, islami dan
mampu bersaing di era global
Motto Stikes Muhammadiyah Samarinda
TERKEMUKA, MODERN dan ISLAMI
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dokumen dan arsip didapatkan bahwa segala
persiapan dalam proses belajar mengajar adalah: (1) silabus, (2) RPP (Rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pelaksanaan Pembelajaran), (3) bank soal, (4) kalender akademik, (5) media
pembelajaran, dan (6) hasil penilaian mahasiswa
Analisis dokumen dan arsip dengan cara memperlihatkan dokumen dan
arsip berupa: silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), bank soal,
kalender akademik, dan media pembelajaran ini dilaksanakan sebelum proses
pengambilan data melalui wawancara. Temuan dilapangan semua dosen
menunjukan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bank soal, kalender
akademik, dan media pembelajaran dalam persiapan pelaksanaan proses
pembelajaran.
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar
Komponan kompetensi profesionalitas dosen dalam proses belajar
mengajar adalah (1) menguasai landasan kependidikan, (2) menguasai bahan
pembelajaran, (3) menyusun program pengajaran, (4) melaksanakan program
pengajaran, dan (5) menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.
Dalam pelaksanaanya pengambilan data melalui wawancara dengan
partisipan yang selengkapnya terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3. Data dosen partisipan penelitian.
No CL
Nama Partisipan Lulusan Perguruan
Tinggi Jabatan Struktural
1 Rusni Masnina. Skp Univ. Indonesia Ketua Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
2 Joanggi W H. Ns, S.Kep Univ. Unair Sekretaris Program Studi S-1 Ilmu
Keperawatan
3 Maridi M Dirdjo. Ns, S.Kep, M.Kep Univ. Indonesia Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LP2M)
4 Yannie Isworo. SKM Univ. Widiya Gama Wakil Ketua I bidang Akademik
5 Dwi Rahmah Fitria. Ns, S.Kep Univ. Hasanuddin Sekretaris Lembaga Penjamin Mutu (LPM)
6 Ramdhany Iswahmudi. Ns, S.Kep Univ. Gadjah Mada Wakil Ketua III bidang Kemahasiswaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
7 Sri Sunarti. SKM Univ. Diponegoro Ketua Program Studi S-1 Kesehatan
Masyarakat
8 Marjan Wahyuni. SKM Univ. Hasanuddin Ketua Program Studi D-3 Kesehatan
Lingkungan
9 Rini Ernawati. M.Kes Univ. Hasanuddin Ketua Program Studi D-3 Keperawatan
Sumber: Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda
a. Menguasai landasan kependidikan
1) Mengetahui tujuan pendidikan nasional dalam proses belajar mengajar di
Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: (tersenyum dan geleng-geleng kepala). (CL 1.1)
Joanggi W H: Yang jelas mencerdaskan anak bangsa dan yang pastinya kita makeknya (memakai) ilmu, kebetulan saya tidak hanya mengajar satu mata kuliah, mata kuliah seperti mungkin anfis (anatomi fisiologi) mungkin dari tahun ketahun tidak akan banyak berubah kasarnya hanya melengkapi dengan ilmu baru tapi kalau ilmu-ilmu baru seperti yang menyangkut penyakit dan lain sebagainya, tehnologi sekarang udah canggih kita pasti update ilmunya dan itu juga yang kita sampaikan ke mahasiswa, oh saya dapat ilmunya tahun 2003, mahasiswa tidak mungkin saya kasih ilmu tahun 2003, ilmu itu tetap tapi di perbaharui ilmu sekarang. (CL2: 1)
Maridi M D: Iya dalam proses memberikan pengajaran itu selalu berdasarkan undang- undang yang berlaku karena acuan kita adalah undang-undang SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional) tentu semua tindakan pendidikan yang dilakukan oleh dosen semestinya mengacu pada undang-undang tersebut. Jadi kita harus membentuk karakter bangsa yang tentunya berbeda dengan bangsa lain. (CL3: 1)
Yannie I: Tahu, secara umum yaitu untuk mencerdaskan manusia atau masyarakat Indonesia. (CL4: 1)
Dwi R F: Ya saya kira tujuan pendidikan nasional adalah sesuai dengan undang-undang SISDIKNAS yaitu mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang beradab, yang berahlak mulia dan berketuhanan Yang Maha Esa. (CL5: 1)
Sri S: Ya mengetahui, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. (CL7: 1)
Marjan W: Ya sebagai pendidik harus tetap mengacu pada peraturan pemerintah, tujuan pendidikan nasional kita secara garis besar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan diadakan pendidikan tersebut yang tidak hanya penambahan kognitifnya saja tapi afektif dan psikomotor juga. (CL8: 1)
Rini R: Jelas sekali karena tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa kalau dibidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mencetak tenaga kesehatan yang profesional. (CL9: 1)
Tujuan pendidikan nasional sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan adalah mencerdaskan
manusia Indonesia sehingga membentuk karakter bangsa yang beradab,
yang berahlak mulia dan berketuhanan Yang Maha Esa.
2) Mengenal peranan Perguruan Tinggi Stikes Muhammadiyah Samarinda
sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Yang pasti kalau sepengetahuan saya, kita kan (dosen) biasanya melaksanakan tridarma perguruan tinggi, kalau di Stikes Muhammadiyah itu caturdarma, jadi selain mendidik mengabdi dan meneliti kita sebagai kader Muhammadiyah melakukan pengabdian dalam bentuk Kemuhammadiyahan dan Islam. (CL1: 2)
Maridi M D: Iya disamping kita melaksanakan peraturan-peraturan SISDIKNAS juga jika menerapkan kaidah-kaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berlaku secara nasional sehingga apa yang ada di kaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah itu tidak jauh berbeda dengan peraturan yang ada di pemerintah yang berlaku secara nasional. Disamping itu kita kadang-kadang juga harus menggali kearifan-kearifan lokal. (CL3: 2)
Ramdhani I: Yaitu sesuai dengan visi dan misi kita untuk menjadikan Perguruan Tinggi yang terkemuka, modern dan Islami dimana dari kata terkemuka itu kita mampu menjadi Perguruan Tinggi yang terdepan dalam bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi) kemudian modern itu kita mampu mengaplikasikan ke-modernitas yang ada di masyarakat kebutuhan masyarakan baik melalui update ilmu dan lain sebagainya kemudian Islami itu menerapkan nilai-nilai Islami dalam proses pembelajaran. (CL6: 2)
Peranan Perguruan Tinggi Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
pernyataan dari dosen dapat disimpulkan peranan dari Perguruan Tinggi
Stikes Muhammadiyah Samarinda adalah sebagai pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat dan siar serta dakwah dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Kemuhammadiyahan dan Islam yang tidak meninggalkan kearifan-kearifan
lokal.
3) Mengenal dan menerapkan psikologi pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Rusni M: Ya saya mengetahuinya dan dalam penerapkannya saya lebih ke student centered learning jadi belajarnya kepada mahasiswa diharapkan mahasiswa yang lebih aktif dalam mencari sumber belajar sehingga motivasi dan keaktifan mereka dituntut untuk memecahkan masalah. (CL1: 3)
Joanggi W H: Ya saya mengenal dan saya melaksanakannya dalam proses belajar mengajar dengan memberikan tugas-tugas agar mereka lebih kreatif dalam memecahkan masalah serta dengan pengulangan isi materi diharapkan mahasiswa lebih ingat dan tidak muda lupa. (CL2: 3)
Maridi M D: Pada saat pelaksanaan pembelajaran ya dengan cara memberikan pendahuluan tentang materi yang akan diajarkan agar mahasiswa tahu apa yang akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, dengan motivasi yang tinggi mereka akan lebih berkonsentrasi. Serta dengan memberikan tugas-tugas baik yang sifatnya mandiri atau kelompok agar mereka lebih terpacu semangat belajarnya. (CL3: 3)
Yannie I: Psikologi ya, pasti karena yang kita ajar adalah manusia yang memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Kalau dalam pengajaran saya biasanya saya melaksanakan bimbingan per individu setelah melaksanakan perkuliahan pada mahasiswa yang belum paham diharapkan mahasiswa paham pada materi yang telah disampaikan. (CL4: 3)
Dwi R F: Ya, Bahwa seorang dosen hendaknya memperhatikan juga kondisi peserta didik secara psikologi dalam pembelajaran dan memfokuskan pada peserta didik. Biasanya saya sering melakukan diskusi agar dapat mengembangkan pola pikir mahasiswa untuk lebih kreatif. (CL5: 3)
Ramdhany I: Ya saya tahu, dan saya menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Dengan meningkatkan daya tangkap mahasiswa diharapkan dapat menerima materi dengan baik. Pada saat perkuliahan berlangsung saya memberikan feedback kepada mahasiswa yang saya lihat atau rasa kurang konsentrasi dengan memberikan pertanyaan tentang materinya, dan juga kita telah memiliki nilai anak-anak ini jadi kita tahu mana yang kurang itu yang kita fokuskan dalam proses pembelajaran. (CL6: 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Sri S: Ya tahu, yaitu mengenai hubungan antara pendidik dan peserta didik. Kalau dalam pelaksanaannya proses belajar mengajar memberikan pertanyaan pada mahasiswa pada setiap akhir pembelajaran dengan harapan mahasiswa ingat dengan materi yang telah diajarkan. (CL7: 3)
Marjan W: Ya saya tahu itu, dalam proses belajar mengajar saya biasa lakukan dengan meningkatkan perhatian mahasiswa agar lebih berkonsentrasi dan diharapkan mahasiswa lebih bisa memahami isi materi. Dengan menyelipkan humor segar dalam penyampaian materi dengan harapan mereka lebih enjoy dan memberikan pertanyaan yang membimbing mahasiswa agar lebih pemahami materi. (CL8: 3)
Rini E: Ya pasti saya tahu tentang psikologi pendidikan, biasanya saya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar lebih senang dangan memberikan contoh nyata dan peragaan baik dengan alat peraga maupun langsung dengan manusia karena menurut saya mahasiswa akan lebih memahami materi bila dilihatkan contoh secara langsung. (CL9: 3)
Mengenal dan menerapkan psikologi pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
pernyataan dari dosen dapat disimpulkan adalah berupa meningkatkan
motivasi dengan memberikan pendahuluan serta humor segar pada saat
penyampaiannya agar mahasiswa lebih menikmati, meningkatkan keaktifan
dengan memberi tugas, diskusi guna meningkatkan kreatifitas, pengulangan
materi yang telah disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang membimbing
diharapkan mahasiswa dapat ingat dengan materinya, dalam penyampaian
materinya dengan menggunakan media audio-visual dan membimbing
secara individu setiap mahasiswa.
b. Menguasai bahan pembelajaran
1) Menguasai bahan pengajaran sesuai dengan panduan kurikulum sesuai hasil
wawancara:
Rusni M: Ya harus menguasainya karena kurikulum merupakan pedoman dari pusat yang harus dilaksanakan dalam proses pembalajaran. Kalau program studi S-1 keperawatan kita mengacu ke AIPNI asosiasi nes kan. (CL1: 4)
Joanggi W H: Iya harus menguasainya karena itu merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengajaran, disini kita semua mengacu pada kurikulum AIPNI (asosiasi pendidikan nurse indonesia) 2010, kita mengikuti yang sudah dibuat. Di kurikulum tersebut sudah jelas penjabarannya, apa yang harus kita sampaikan, apa yang disinggung kecuali memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
ada tambahan-tambahan baru yang jumlah pertemuannya tidak melebihi pasti kita terapkan. (CL2: 4)
Maridi M D: Ya sebagai pengajar hasus menguasainya karena kurikulum nasional yang dibuat oleh AIPNI (Asosiasi Pendidikan Nurse Indonesia) nah AIPNI ini secara periodik melakukan kajian-kajian tentang kurikulum dan secara nasional sebagai bahan acuan perguruan tinggi kita, hanya dalam prosesnya ada pengembangan-pengembangan yang sifatnya muatan pelengkap nah dalam muatan pelengkap itu yang saya masukkan ada menggali kearifan-kearifan lokal. Tentu di Perguruan Tinggi kita memiliki keunggulan - keunggulan disamping berkaitan dengan misi Kemuhammadiyahan juga ada keunggulan yang ingin kita capai dari lulusan, kita harap lulusan kita cakap dalam hal emergensi sehingga dari panduan AIPNI ditambah dengan muatan lokal dan ditambah lagi kekhususan maka jadilah kurikurum institusi yang tidak bertentangan dengan kurikulum nasional dan mempunyai keunggulan-keunggulan. (CL3: 4)
Yannie I: Ya, oleh karena itu di Stikes Muhammadiyah diadakan pengkajian atau disebut lokakarya tentang kurikulum agar semua dosen memahami isi kurikulum tersebut. (CL4: 4)
Ramdhany I: Ya itu harus dan diinstitusi ini yang saya gunakan adalah kurikulum terbaru dan sudah di lokakaryakan di tingkat institusi. (CL6: 4)
Marjan W: Ya harus menguasainya karena merupakan pegangan kita dalam melaksanakan pembelajaran kepada anak-anak (mahasiswa). (CL8: 4)
Rini E: Ya menguasainya karena panduan kurikulum tersebut merupakan pegangan kita dalam melasanaka proses pembelajaran, saat ini kami menggunakan kurikulum di SISDIKNAKES, karena D-3 keperawatan masih mengacuh ke SISDIKNAKES. (CL9: 4)
Menguasai bahan pengajaran sesuai dengan panduan kurikulum sesuai
dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah menguasai bagan pengajaran merupakan suatu
kewajiban serta harus sesuai dengan panduan kurikulum yang berlaku dan
kurikulum tersebu ditetapkan melalui lokakarya ditingkat institusi dengan
kurikulum di Program Studi D-3 keperawatan dan Program Studi D-3
Kesehatan Lingkungan menggunakan kurikulum sesuai SISDIKNAKES
sedangkan untuk Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan menggunakan
kurikulum AIPNI dan untuk Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
menggunakan kurikulum IAKMI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2) Menggunakan bahan penunjang yang relevan dengan bidang studi atau mata
pelajaran sesuai hasil wawancara:
Joanggi W H: Ya harus sesuai dan relevan dengan bidang studi dan juga isi materinya harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Itu tadi seperti yang saya bilang ada beberapa mata kuliah yang kasarnya saklek (harus) seperti anatomi-fisiologi, anatomi-fisiologi dari tubuh manusia itu dari tahun ke tahun perubahannya nyaris tidak ada perubahan, dalam tubuh manusia tidak ada penambahan organ, untuk bahan penunjang diperbaharui iya pastinya, mungkin kemarin saya menyampaikan dengan 40 slide tidak bisa satu kali pertemuan jadi harus ada yang disingkat supaya mahasiswa paham tapi untuk mata kuliah manajemen, riset atau tatacara penulisan penelitian dan sebagainya ikut perkembangan yang terbaru. (CL2: 5)
Maridi M D: Bahan penunjang harus sesuai dengan mata kuliah yang akan diajarkan sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan dalam institusi tersebut adapun materinya harus terus mengikuti perkembangan jaman. Jadi materi-materi kuliah saya akan saya tinjau kembali sebelum perkuliahan karena ada perkembangan-perkembangan terbaru baik yang mungkin sudah berlaku umum maupun baru saya baca dari literatur, kebetulan saya mempunyai perpustakaan sendiri dirumah jadi berdasarkan literatur terbaru itulah bahan penunjang yang saya gunakan untuk pembelajaran, karena sekarang bentuknya dalam bentuk powerpoint jadi berbeda dengan dulu yang menggunakan OHP (overhead projector) sehingga mudah untuk dilakukan update terutama pengkembangan penelitian terbaru dan lagi sekarang termudahkan dengan adanya internet sehingga kita dapat men-searching materi-meteri yang up to date yang mana. (CL3: 5)
Yannie I: Ya kalau sudah sesuai dengan kurikulum pastinya sudah relevan dengan program studi jadi kita tinggal mengembangkan materinya. Ya saya perbaharui sesuai perkembangan dengan cara mencari materi di internet sehingga mendapatkan bahan yang update sekarang kan tidak harus dengan buku cetak, jurnal-jurnal dari internet pun dapat digunakan. (CL4: 5)
Sri S: Kita Ya sesuai dengan kurilulum yang berlaku dan harus relevan dengan program studi. Untuk materi pembelajan kita meng-update yang kita ambil dari internet untuk jurnal-jurnal baik nasional maupun internasional, buku-buku literatur baik dari dalam maupun luar negeri kebetulan kita baru pesan lagi. Disamping mengikuti seminar-seminar dan rakerrnasnya IAKMI. (CL7: 5)
Rini E: Ya harus semua indikasi tersebut sudah terdapat pada kurikulum yang kita gunakan sebagai acuan dan saya selalu melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang baru, selalu mencari literatur terbaru untuk memperbaharui bahan penunjang saya agar sesuai dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pembelajaran. Untuk bahan penunjang berupa literatur sudah cukup banyak dan mudah untuk didapatkan. (CL9: 5)
Menggunakan bahan penunjang yang relevan dengan bidang studi atau mata
pelajaran sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah
Samarinda dapat disimpulkan adalah bahan penunjang harus sesuai dengan
program studi yang sesuai dengan kurikulum berlaku dan mengembangkan
materi dengan menggunakan literatur dan dengan menggunakan jurnal-
jurnal baik cetak maupun elektonik yang terbaru.
c. Menyusun program pengajaran
1) Menetapkan dan mencapai tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran
sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai pada saat selesai ujian, seberapa banyak tingkat kelulusannya, itu tadi yang saya bilang karena ada beberapa mata kuliah yang kasarnya sudah menjadi momok dari tahun ketahun mungkin sulit tercapai, bukan berarti mahasiswanya tidak mampu karena memang mungkin materinya berat seperti farmakologi yang mungkin bahasanya 1800 mereka ngak paham dan mereka harus mempelajari itu dengan mata kuliah lain, kalau untuk mata kuliah lain yang saya ampu dalam katagori aman. (CL2: 6)
Maridi M D: Jadi tujuan pembelajaran adalah apa yang ingin kita capai tentu perkuliahan kita arahkan untuk pencapaian itu karena tujuan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi jadi kita harus berusaha untuk tercapainya tujuan agar kompetensinya juga tercapai. (CL3: 6)
Dwi R F: Ya semua proses belajar mengajar selalu berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran merupakan goal untuk dapat mencapai kompetensi mahasiswa. (CL5: 6)
Sri S: Seperti yang saya bilang tadi untuk pencapaian seratus persen tidak ya karena masalah sarana dan prasarana misal untuk Epidemologi kita butuh laboratorium Mikro Parasitologi. Tapi secara umum tujuan itu tercapai sih walaupun dengan sarana yang minimal. (CL7: 6)
Marjan W: Tujuan pembelajarannya tidak semuanya tercapai tapi kalau di kelas InsyaALLAH tercapai tapi yang di praktik itu tidak semuanya tercapai kita batasi dan disesuaikan dengan kondisi. (CL8: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Rini E: Ya penetapan tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan Alhamdulillah semua sudah tercapai untuk tujuan pembelajaran tersebut. (CL9: 6)
Menetapkan dan mencapai tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran
sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
dapat disimpulkan adalah penetapan tujuan pendidikan sesuai dengan
kurikulum dan diusahakan dapat dicapai yang pada akhirnya dapat
tercapainya kompetensi mahasiswa sehingga kita batasi dan disesuaikan
dengan kondisi.
2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan hasil
wawancara:
Maridi M D: Ya seperti yang saya katakan tadi yaitu mulai dengan pemilihan bahan penunjang yang selalu up date dan kemudian dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang akan disampaikan dalam pembelajaran ke mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (CL3: 7)
Yannie I: Dalam pelaksanaannya bahan pembelajaran kita sesuaikan dengan tujuan pembelajaran karena ditujuan pembelajaran itu target yang kita ingin capai. (CL4: 7)
Dwi R F: Dalam memilih bahan pengajaran selalu berfokus pada tujuan pengajaran, sedangkan untuk pengembangannya selalu meng-update materi yang akan diajarkan. (CL5: 7)
Ramdhani I: Saya usahakan untuk mengembangkan bahan pembelajaran dengan meng-update materi dan mengikuti pelatihan-pelatihan, jadi bahan pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. (CL6: 7)
Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan
pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah pemilihan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan pengembangannya selalu meng-update materi dan
mengikuti pelatihan-pelatihan.
3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar sesuai dengan hasil
wawancara:
Joanggi W H: Kalau yang kebetulan saat ini menggunakan masih yang konvensional ditambah dengan modifikasi agar mahasiswa tidak jenuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
monoton ceramah aja, jadi saya masukan small group discussion atau kita ganti dengan role play atau presentasi atau seven jump. Kita juga sesuaikan dengan tujuan pembelajaran tentunya. (CL2: 8)
Maridi M D: Tergantung pada situasinya kalau di Perguruan Tinggi kita sudah menganut pembelajaran orang dewasa, ada kalanya kita ceramah jika terkait dengan konsep-konsep, ada juga penugasan bisa tugas baca tugas analisa karena waktu di kampus tidak mencukupi unuk mencapai derajat ahli maka kita lakukan penugasan, ada lagi penugasan jurnaling dari apa sudah kita bahas dicari di internet dalam bentuk jurnal yang tujuanya untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa disamping itu juga mereka biasanya di keperawatan praktik nyata di rumah sakit disitulah mahasiswa belajar mendalami apa yang sudah diajarkan di kampus dan bagaimana operasionalnya dilapangan. (CL3: 8)
Dwi R F: Ya itu tadi seperti yang sudah saya katakan bahwa lebih terfokus pada mahasiswa selaku peserta didik sehingga peserta didiklah yang harus aktif dalam pengembangan diri sendiri. (CL5: 8)
Rini E: Ya saya biasa padukan antara SCL (Student Centered Leaning) dengan TCL (Teaching Centered Leaning) kalau menyampaikan konsep ya tepatnya dengan TCL karena mereka belum tahu sama sekali tentang konsep tapi bila mereka sedang berdiskusi ya dengan SCL agar kreatifitas mereka lebih terasah baik kognitif, afektif dan psikomotor. (CL9: 8)
Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar sesuai dengan
pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah dengan menggunakan pembelajaran orang dewasa
dengan memadukan antara TCL (Teaching Centered Leaning) untuk
penyampaikan konsep-konsep sedangkan SCL (Student Centered Leaning)
bisa berupa SGD (small group discussion), role play, presentasi, seven jump
atau penugasan jurnaling agar kreatifitas mereka lebih terasah baik kognitif,
afektif dan psikomotor.
4) Memilih dan mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan hasil
wawancara:
Rusni M: Ada modifikasi baru misal kalau IKD (ilmu keperawatan dasar) anak-anak penyuluhan kesehatan udah mulai terjunkan anak untuk pengabdian kemasyarakat kemudian juga kalau memang harus ada terapi bermain ini kebetulan dibawa (sambil menunjukan hasil karya mahasiswa berupa kuda lumping) nanti ada gosok gigi membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
proposal ke Unilever, tempel poster tentang gigi kadang-kadang dapat pasta gigi sama gosok gigi jadi tidak monoton presentasi di kelas. (CL1: 9)
Joanggi W H: Ya seperti pada umumnya menggunakan media laptop, LCD, whiteboard, spidol pastinya, itu berguna sangat berguna disaat keadaan lampu mati jadi kita menerangkan mahasiswanya yang aktif sendiri mereka mencatat dan mendangarkan. (CL2: 9)
Maridi M D: Dalam awal kontrak pembelajaran sudah dilakukan mana yang ceramah, mana yang diskusi, nama yang tugas mandiri, mana yang tugas kelompok , mana yang tugas jurnaling, mana yang tugas baca dan seterusnya itu sudah dilakukan jadi setiap pokok bahasan akan berbeda-beda media belajar yang digunakannya sesuai kontrak pembelajaran. Ada yang pake LCD dan laptop, ada yang langsung pada praktik di laboratorium kampus. Jadi didalam keperawatan itu ada tiga ranah yang harus dicapai yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. (CL3: 9)
Sri S: Jadi media tergantung mata kuliah misal jika kita mengajar komunikasi yang jadi media adalah hasil rekaman mereka dalam melaksanakan komunikasi di masyarakat itu yang kita jadikan bahan diskusi, tidak hanya hasil rekaman audio tapi bisa juga berupa audio-visual disamping media pembelajaran yang umum seperti powerpoint. (CL7: 9)
Rini E: Dimulai dengan pemilihan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mengadakan pengembangan media pembelajaran. Untuk media dikelas menggunakan LCD, laptop, whiteboard dan spidol jika dalam pembelajaran membutuhkan alat peraga ya ada. (CL9: 9)
Memilih dan mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan
pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan berbeda-beda setiap pokok bahasan.
Media pembelajaran dapat berupa LCD, laptop, whiteboard, spidol, alat
bermain, poster, audio, audio-visual, dan alat peraga (pantom) semua media
pembelajaran tersebut disosialisasikan pada saat kontrak pembelajaran.
5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang digunakan mahasiswa
sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Kalau perpustakaan sering dipakai, internet mereka mulai ketergantungan yang jarang mereka memanfaatkan dosen, merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pada saat tugas mandiri mereka searching, mereka buka buku sudah. Ngak tahu ya klau mereka punya pakar sendiri misal dosen-dosen kita yang luar biasa (bukan dosen tetap) kalau dosen disini (dosen tetap) jarang mereka konsultasi kecuali penugasan langsung seperti saya ngajar kuliah punya waktu baru mereka tanya. (CL1: 10)
Joanggi W H: Kalau sumber belajar bagi mahasiswa saya rasa mahasiswa sudah lebih canggih mereka lebih senang dengan e-book jadi kalau kita minta ayo searching ini, jurnal ini, meraka rata-rata telah dikenalkan dengan telaah jurnal, jadi kalau kita hanya terpaku yang perpustakaan itu susah karena literatur diperustakaan yang terbatas, jika ada tugas atau yang baru mereka langsung diskusikan dan searching sendiri. (CL2: 10)
Maridi M D: Sumber belajar kan tidak hanya dari teks book baik elektronik maupun cetak tetapi lingkungan juga dapat menjadi sumber belajar juga misalnya sewaktu mahasiswa berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman sejawat juga termasuk sumber belajar dan seperti yang tadi saya katakan bahwa keperawatan terdiri dari tiga ranah tersebut. (CL3: 10)
Dwi R F: Mereka sudah sangat paham dan mengerti tentang tehnologi jadi selain internet mereka juga menggunakan teks book yang ada di perpustakaan kampus maupun di perpustakaan daerah yang ada di seberang jalan itu. (CL5: 10)
Ramdhani I: Kalau saya menganggap sekarang dosen hanya sebagai fasilitator jadi waktu proses pembelajaran kita memberi umpan biar mahasiswa itu sendiri yang harus aktif mengembangkan ilmunya. (CL6: 10)
Sri S: Sebenarnya tepat tapi untuk buku-buku cetak di Kalimantan Timur ini sulit diakses yang terdapat di perpustakaan kampus maupun di perpustakaan daerah. (CL7: 10)
Marjan W: Menurut saya sudah tepat sebagai indikatornya mereka adalah penyelesaian tugas sesuai dengan perkembangan ilmu yang terbaru. (CL8: 10)
Memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang digunakan mahasiswa
sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
dapat disimpulkan adalah sudah tepat sebagai indikator mereka adalah
penyelesaian tugas sesuai dengan perkembangan ilmu yang terbaru. Mereka
menggunakan tidak hanya literatur cetak yang ada di perpustakaan kampus
maupun daerah juga literatur elektronik yang berupa e-book dan jurnal-
jurnal yang didapat di internet. Sumber belajar tidak hanya berupa literatur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berkomunikasi dan berdiskusi dengan ahlinya dan teman sejawat juga
merupakan sumber pelajar. Dan dosen hanya sebegai fasilitator saja.
d. Melaksanakan program pengajaran
1) Menciptakan suasana belajar mengajar sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Alhamdulillah sudah banyak di tunjang dan kita juga banyak di support, misalnya AC mati kita bisa langsung telpon kebagian perlengkapan, tidak lama dari itu sudah akan diperbaiki, kenyaman mahasiswa sudah sangat diperhatikan. Alhamdulillah sudah banyak perubahan. (CL2: 11)
Maridi M D: Kalau menurut saya suasananya sih, suasana akademik sudah mulai tumbuh tapi belum se-intens mahasiswa di Jawa yang mahasiswanya sangat aktif dalam mendapatkan ilmu pengetahuan mungkin karena faktor kompetisi di Jawa lebih tinggi daripada disini, sehingga para mahasiswa disini kurang berkompetisi, posisi kita masih dalam tahap menengah, tinggi tidak, rendah pun tidak dalam hal suasana akademiknya. (CL3: 11)
Dwi R F: Kondusif saya kira karena waktu kontrak pendidikan saya selalu menekankan bahwa HP (Handphone) mahasiswa diletakkan di tas dan saya larang untuk menggunakan laptop di kelas saat proses pembelajaran karena dapat memecah konsentrasi belajar, saya juga harus tidak membawa HP saat mengajar. Saya lakukan agar suasana belajar kondusif. (CL5: 11)
Sri S: Bisa kondusif bisa ngak. Kondusifnya karena sudah memiliki ruangan kelas dan kalau mati lampu genset bisa membantu, tetapi kami nengajar dikelas yang besar satu kelas itu sekitar 60an mahasiswa jadi bila lampu mati genset hanya dapat mengalirkan listrik ke seluruhannya kecuali ke AC sehingga mahasiswa ribut karena kepanasan, kalau dikelas yang kecil kebetulan saya ngajar pas waktu hujan jadi kelas tersebut banjir itu kan tidak kondusif. (CL7: 11)
Rini E: Sudah kondusif karena kita memiliki ruangan yang permanen, fasilitas memadai dan lagi terpasang AC. (CL9: 11)
Menciptakan suasana belajar mengajar sesuai dengan pernyataan dari dosen
di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan adalah sudah
kondusif ruangan permanen, fasilitas memadai dan terpasang AC. Ditambah
dengan pengertian antara dosen dan mahasiswa. Tetapi suasana akademik
masih lebih rendah dari pada Perguruan Tinggi di Jawa. Kondisi tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mengakibatkan suasana belajar tidak kondusif seperti lampu mati dan hujan
deras.
2) Penggunaan sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan hasil wawancara:
Rusni M: Iya, semua sudah sesuai keperluan proses pembelajaran saya, menggunakan semua sarana prasarana yang ada di kelas, kalau lampu mati lcd mati saya pake tradisional papantulis karena sudah terbiasa jadi saya tidak terganggu apapun saya bisa gunakan allhamdulillah. (CL1: 12)
Joanggi W H: Saya kira sudah sangat cukup mas, dalam proses belajar mengajar yang kita butuhkan seperti whiteboard, LCD dan spidol, alhamdulillah sudah terpenuhi semua. (CL2: 12)
Maridi M D: Kalau yang standar itu sudah terpenuhi tapi diharapkan adanya pengembangan dalam hal tehnologi misalnya sarana webside kita harus ada e-library atau tehnologi multimedia dengan e-leaning. (CL3: 12)
Yannie I: Ruangan ada sarana penunjang seperti pengeras suara, LCD, whiteboard, spidol dan laptop sudah memadai semua. (CL4: 12)
Marjan W: Menurut saya sarana dan prasarana pembelajaran dikelas sudah memadai. Tapi itu tadi di laboratorium tersebut yang belum memadai. Peralatan laboratorium dan SDM (Sumber Daya Manusia)nya. (CL8: 12)
Pengguanaan sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah untuk yang standar di kelas seperti pengeras suara,
LCD, whiteboard, spidol dan laptop sudah memadai tetapi untuk di
laboratorium yang belum memadai seperti peralatan dan SDMnya dan juga
diharapkan adanya pengembangan tehnologi berupa e-library kampus atau
berupa e-leaning.
3) Pengaturan ruangan sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Sekarang mahasiswa sudah sangat dewasa mereka istilahnya haus ilmu jadi bila saya mengajar dan waktunya presentasi kelompok maka mahasiswa dengan aktif menyusun bangku untuk presentasi demikian juga bila mereka lagi melaksanakan small group discussion meraka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
langsung hanya dengan sedikit arahan mereka langsung paham. (CL2: 13)
Maridi M D: Pengaturan ruangan di Stikes Muhammadiyah ini masih tradisional maksudnya masih meja dosen dan mahasiswa saling berhadapan mungkin karena mainset mahasiswanya masih terpaku bahwa sumber belajar hanya dari dosen padahal sumber belajar bisa dari mahasiswa itu sendiri. (CL3: 13)
Yannie I: Perubahan atau penataan itu lakukan oleh mahasiswa atas instruksi kita misalnya dibikin melingkar atau dibikin grup. (CL4: 13)
Dwi R F: Ya sebelum memulai pembelajaran saya berusaha memberi instruksi kepada mahasiswa untuk mengatur posisi duduk mahasiswa yangdapat memungkin dengan mudah membuat kondisi ribut misalnya mahasiswa yang paling belakang saya suruh untuk maju kedepan atau memberi ruang antara bangku mereka. (CL5: 13)
Sri S: Ya saya sering instruksikan kepada mahasiswa untuk mengatur bangku kelas guna meningkatkan kelancaran proses belajar mengajar misal di kelas yang besar kita sering memberi ruang agar masih ada tempat untuk jalan jadi saya masih bisa mendatangi mahasiswa yang berada di paling belakang. Bila kita ingin merubah metode pembelajaran misal dengan role play maka kita akan instruksikan kemahasiswa agar mengatur setting kelas agar sesuai apa yang kita inginkan.(CL7: 13)
Rini E: Biasanya saya menyuruh mahasiswa dalam pelaksanaannya misal pada saat akan diadakan proses belajar mengajar kebetulan waktunya diskusi maka perwakilan kelas menghadap saya, saya beri instruksi untuk penataan ruanganya lalu tunggu berapa menit ruangan telah siap. (CL9: 13)
Pengaturan ruangan sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan adalah mahasiswa sudah
sangat dewasa, memberikan instruksi kepada mahasiswa untuk mengatur
ruangan guna kelancaran proses belajar mengajar.
4) Menciptakan interaksi yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Yaitu dengan tidak hanya duduk di depan meja dosen tapi berkeliling ke mahasiswa guna menambah kedekatan dengan mahasiswa. (CL1: 14)
Joanggi W H: Kalau saya mengajar saya berkeliling tidak hanya duduk diam dan juga meningkatkan volume suara sehingga mereka lebih fokus. (CL2: 14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Maridi M D: Dengan membumbui materi dengan joke-joke guna mencairkan suasana agar tidak tegang, berkeliling di dalam kelas agar lebih dekat dengan mahasiswa. (CL3: 14)
Dwi R F: Biasanya saya mengajarnya tidak hanya duduk di belakang meja dosen tapi saya berkeliling ke setiap sudut kelas, jika ada mahasiswa yang bertanya saya menghampirinya dan melempar kembali ke mahasiswa lainya untuk merangsang agar lebih kreatif. (CL5: 14)
Rini E: Saya mengajarnya tidak hanya duduk didepan saja tetapi sambil jalan-jalan dan juga saya kalau menghapal nama mahasiswa itu mudah ingat jadi saya panggil secara pribadi nama mereka sewaktu pembelajaran agar mereka merasa senang dan diperhatikan. (CL9: 14)
Menciptakan interaksi yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
dapat disimpulkan adalah mengajar tidak hanya duduk didepan tetapi
berkeliling agar kedekatan dengan mahasiswa tercipta, meningkatkan
volume suara agar mahasiswa lebih fokus, menambahkan humor yang
menyegarkan agar tidak tegang, melempar ke mahasiswa kembali bila ada
pertanyaan dari mahasiswa agar lebih kreatif dan memanggil secara pribadi
nama mahasiswa agar merasa senang dan diperhatikan.
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
1) Membuat instrumen penilaian dan melaksanakan penilaian pencapaian
mahasiswa sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Ya pasti lah, untuk apa lagi kalau ngak, misal untuk persentasi kelompok mahasiswa dapat tugas untuk bikin makalah kemudian mereka presentasi sebelumnya disosialisasikan inilah format penilaiannya, yang nilai bukan hanya saya tapi juga ada dari kelompok, jadi antar group dan juga nanti tentunya ada ujian tulisnya jadi disetiap proses ada nilainya misal yang maju kelompok 1 ada lima kelompok, 4 kelompok akan kita beri kesempatan menyampaikan hasil observasi itu sangat bermanfaat kelebihan dan kekurangan mereka, mereka sadar untuk kelompok lebih baik. (CL1: 15)
Joanggi W H: Ya kita buat jauh-jauh hari sebelum proses pembelajaran dimulai mas, kita sudah ceklist apa aja yang kata nilai dan penetapan instrumen penilaian juga harus ada dasarnya, ada literaturnya jadi tidak semau kita dan pada pertemuan pertama waktu kontrak silabus kita jelaskan tentang masalah penilaian ini sehingga mereka bisa mengira-ngira nilai mereka. Sesudah semua dilakukan ya kita tinggal ngikut aja. (CL2: 15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Yannie I: Ya saya bikin sebelum pembelajaran dimulai kan waktu kontrak pembelajaran kan udah dijelaskan, biasanya saya dilaksanakan pada waktu proses dan di akhir semester. (CL4: 15)
Dwi R F: Instrumen penilaian dibuat sebelum perkuliahan atau proses belajar mengajar baik dikelas, laboratorium dan di klinik, penilaian ini menilai setiap kegiatan pembelajaran mahasiswa. (CL5: 15)
Ramdhany I: Saya membuat instrumen penilaian sebelum pelaksanaan proses pembelajaran jadi dimulai dengan GBPP (Garis Besar Pelaksanaan Pembelajaran) dan SAP (Satuan Acara Pembelajaran) itu instrumen penilaian harus sudah jadi. Untuk pelaksanaannya ya yang pertama harus di sosialisasikan dulu dengan mahasiswa. (CL6: 15)
Rini E: Untuk instrumennya saya membuatnya bersamaan dengan pembuatan silabus, dan sewaktu kontrak pembelajaran saya sosialisasikan ke mahasiswa. Untuk pelaksanaannya saya biasanya menggunakan instrumen penilaian berupa tugas, UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (ujian Akhir Semester) dan kehadiran itu untuk yang dikelas kalau yang praktik laboratorium pemilaiannya menggunakan OSCE (Objective Strukture Clinik Examination). (CL9: 15)
Membuat instrumen penilaian dan melaksanakan penilaian pencapaian
mahasiswa sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah
Samarinda dapat disimpulkan adalah instrumen penilaian dibuat sebelum
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, laboratorium dan di klinik.
Pelaksanaannya dapat berupa tugas, observasi mahasiswa, UTS, UAS,
kehadiaran dan OSCE (Objective Strukture Clinik Examination) bila praktik
laboratorium.
2) Melaksanakan penilaian proses belajar mengajar dalam upaya perbaikan
proses pelajar mengajar sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Penilaian proses pembelajaran ….. saya biasa lakukan langsung tanya atau diadakan sewaktu-waktu ke mahasiswa setelah saya mengadakan perkuliahan tentang pemahaman tentang materi dan proses belajar mengajar, itu yang menjadi bahan pertimbangan saya apakah saya telah menjelaskannya kurang atau mahasiswanya salah paham, jika itu terjadi harus disamakan dulu persepsinya. (CL2: 16)
Maridi M D: Penilaian proses itu kan dilakukan dari mata kuliah yang kita ajarkan pada bagian akhir pembelajaran, tapi mata kuliah di keperawatan tidak hanya kognitif aja, dan dilanjutkan di laboratorium dan kemudian kita lakukan penilaian dan ada di akhir sebelum terjun ke lapangan ada uji OSCE (Objective Strukture Clinik Examination)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
untuk afektif dan psikomotornya. Setiap penilaian proses belajar mengajar merupakan masukan yang berharga bagi dosen tersebut, sedangkan penilaian secara umum dilakukan oleh Program Studi dengan respondennya adalah mahasiswa jadi masukan tersebut tidak hanya penilaian hasil pembelajaran dan proses pembelajaran tetapi metode pembelajaran juga di nilai oleh mahasiswa. (CL3: 16)
Yannie I: Ya saya serahkan pada Program Studi yang merupakan kaki tangan dari penjamin mutu. (CL4: 16)
Dwi R F: Kalau prosesnya sih saya selalu meminta masukan ke mahasiswa diakhir proses belajar tentang materi maupun terhadap tata cara penyampaian materi dan berkoordinasi dengan Program Studi yang menyebarkan kuisioner kepada peseta didik dalam memberi evaluasi terhadap dosen. (CL5: 16)
Ramdhany I: Salama ini saya tidak menilainya karena wewenang untuk menilai adalah Program Studi jadi saya jarang untuk menilai secara individu, yang saya lakukan hanya menari kesimpulan bersama dengan mahasiswa tentang topik pembelajaran. (CL6: 16)
Marjan M: Saya menanyakan kembali tentang materi yang sudah diajarkan kepada mahasiswa apabila mahasiswa tidak dapat menjawab atau jawaban kurang lengkap maka saya harus mengulang kembali materi dari poin yang kurang di mengerti oleh mahasiswa tersebut, bisa saja ini terjadi pada waktu saya menjelaskannya terlalu cepat atau terlewatkan. (CL8: 16)
Rini E: Saya sudah terbiasa untuk selalu apersepsi ke mahasiswa jadi penilaian proses tersebut sudah otomatis terlaksana misal saya mengajar tentang tumbuh kembang anak, saya menyampaikan materi tentang tumbuh kembang setelah itu saya kembali menanyakan kepada mahasiswa tentang materi tadi sesuai dengan bahasa mereka, lalu jika sudah dilanjutkan ke materi berikutnya dan setelah itu saya apersepsi lagi begitu seterusnya. (CL9: 16)
Melaksanakan penilaian proses belajar mengajar dalam upaya perbaikan
sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
dapat disimpulkan adalah pelaksanaannya dapat dilakukan pada waktu
setelah subpokok bahasan atau setelah pokok bahasan. Untuk penilaian
pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan di akhir pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dapat digambarkan dalam gambar 4.2. sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.2. Proses Belajar Mengajar
2. Standar proses pembelajaran
Standar proses pembelajaran merupakan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui PERMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional)
nomor 41 tahun 2007. Standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran dilakukan agar proses pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Standar Proses Pembelajaran meliputi: (1) perencanaan proses
pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian hasil
pembelajaran, dan (4) pengawasan proses pembelajaran.
a. Perencanaan Proses Pembelajaran
1) Dosen membuat silabus sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Iya saya bikin silabus sebelumnya mas apa lagi kalau kita melibatkan dosen luar sebagai tim maka silabus harus jauh hari dikirim bersamaan dengan permohonan kesediaan mengajar dan jadwal nya. (CL2: 17)
Maridi M D: Iya saya membuat silabus, kami mengajarnya dalam tim jadi sebelum pembelajaran dimulai kita mengadakan rapat tim kecil untuk membahas silabus tersebut. (CL3: 17)
Dwi R F: Ya pasti karena silabus itu merupakan salah satu panduan yang diturunkan dari kurikulum inti. (CL5: 17)
Ramdhany I: Ya seperti yang saya katakan tadi GBPP, SAP, SILABUS dan instrumen penilaian itu dibuat sebelum perkuliahan dimulai, dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. (CL6: 17)
Rini E: Ya pastinya saya membuat karena semua silabus merupakan panduan dalam proses belajar mengajar yang merupakan turunan langsung dari kurikulum. (CL9: 17)
Membuat silabus sesuai dengan pernyataan dari dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan adalah pembuatan silabus
dilakukan pada awal sebelum proses pembelajaran dimulai dan diadakan
rapat kecil untuk membahas silabus tersebut.
2) Dosen menjalankan indikasi yang terpada silabus kedalam RPP sesuai
dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Sejauh ini kita mengusahan untuk melaksanakan nya, indikator itu per standar kompetensi dan larinya lagi-lagi ke tujuan pembelajaran. Jadi kita harus melaksanakannya mas. (CL2: 18)
Dwi R F: Ya semua target kompetensi yang dijabarkan dalam silabus, diupayakan dapat dipenuhi semua dengan melakukan monitoring materi terhadap tim yang terlibat bila proses belajar mengajar dalam bentuk tim. (CL5: 18)
Marjan W: Ya pastinya saya ikuti karena hal itu sebagai acuan. (CL8: 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Rini E: Ya seharusnya karena seperti yang saya bilang tadi silabus merupakan penjabaran dari kurikulum sehingga indikasi tersebut harus dijalankan dan terpenuhi. (CL9: 18)
Menjalankan indikasi yang terpada silabus kedalam RPP sesuai dengan
pernyataan dari dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat
disimpulkan adalah melaksanakannya indikator tersebut karena merupakan
kompetensi mahasiswa dan sebagai bahan acuan proses belajar mangajar.
3) Dosen membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan
hasil wawancara:
Rusni M: Iya, kebanyakan karena udah tinggal jalan ngak terlalu sulit untuk yang selanjutnya itu. (CL1: 19)
Joanggi W H: Iya setiap tatap muka, tapi ada beberapa yang misalnya kalau saya menyampaikan beberapa materi dan pertemuan berurutan jadi bisa saya satukan tapi tetap dalam RPP tersebut per pertemuan. (CL2: 19)
Maridi M D: Iya karena di RPP tersebut merupakan guide jadi mestinya harus dilaksanakan semua tapi dalam pelaksanaannya bahasanya tidak sekaku di RPP. (CL3: 19)
Dwi R F: Ya saya membuatnya dan mengusahakan setiap yang kita tulis kita laksanakan agar tujuan pembelajaran terpenuhi sehingga kompetensi mahasiswa juga terpenuhi. (CL5: 19)
Membuat RPP sesuai dengan pernyataan dari dosen dapat disimpukan
adalah membuat RPP sebagai panduan agar kompetensinya terpenuhi.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi penerapan RPP yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Sesuai
dengan hasil wawancara dengan dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda
menyatakan bahwa semua dosen melaksanakan setiap bagian tersebut secara
berurutan, beberapa dosen melakukan modifikasi sesuai dengan yang
diungkapkan oleh dosen bapak Maridi M D yaitu:
Seperti yang saya bilang tadi semua fase kita laksanakan tapi bahasanya tidak sekaku RPP misal pada fase pendahuluan ada fase apersepsi yang di RPP cuma satu contoh tapi di kelas tidak hanya satu bisa lebih dan memberikan contoh yang up to date sehingga mahasiswa merasa menarik karena ada relevansinya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dalam modifikasi tersebut juga bisa karena kondisi dikelas misal ada yang bertanya nah bahan pertanyan itu mungkin bisa jadi bahan diskusi kelas. (CL3: 20)
Para dosen juga berusaha untuk memberi inovasi-inovasi yang positif
dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya seperti yang dikemukakan oleh
dosen ibu Sri S bahwa:
Untuk penutup di kita Program Studi Kesehatan Masyarakat kita sepakat untuk disetiap penutup menjelaskan visi dan misi Program Studi ke mahasiswa yang gunanya tidak hanya untuk mahasiswa yang tahu tapi para pendidik jadi mengerti dan paham tentang visi misi tersebut diharapkan setiap tindak tanduk dosen tersebut selalu berusaha melaksanakan visi misi tersebut. (CL7: 20)
Sejalan dan sesuai dengan pelaksanaan proses pembelajaran peneliti
melaksanakan pengamatan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh dosen. Pengamatan atau observasi proses belajar mengajar
dilakukan dengan menggunakan ceklist yang sesuai dengan permendiknas no. 41
tahun 2007 tentang standar proses, pada aitem pelaksanaan proses pembelajaran
yang terdapat dalam RPP terbagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam setiap kegiatan terdiri dari beberapa
aitem-aitem yang dilakukan oleh dosen.
Adapun aitem-aitem tersebut adalah pada kegiatan pendahuluan terdiri
dari (1) dosen menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran, (2) dosen mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, (3) dosen
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan
(4) dosen menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Pada kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
eksplorasi, yang dilakukan seorang dosen adalah (1) melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber, (2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
pembelajaran, dan sumber belajar lain, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar
peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya, dan (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Pada bagian elaborasi dosen dengan peserta didik adalah
(1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas
tertentu yang bermakna, (2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis, (3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, (4) memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, (5) memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, dan (6)
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok. Untuk bagian kolaborasi, dosen dapat (1) memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun reward
terhadap keberhasilan peserta didik, (2) memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, dan (3)
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar (a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar
menggunakan bahasa yang baku dan benar, (b) membantu menyelesaikan
masalah, dan (c) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
Kegiatan yang terakhir adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup
ini dosen (1) bersama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman
atau simpulan pelajaran, (2) melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, (3)
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, (4)
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas baik tugas individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan (5)
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Hasil pengamatan didapatkan bahwa semua dosen melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut.
Kegiatan pendahuluan, dosen menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut semua dosen melaksanakan
seperti dimulai dengan berdoa, dan menanyakan kabar peserta didik dan
mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Semua dosen melaksanakan dengan me-review ulang materi
sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sesuai dengan
ungkapan dosen ibu Rusni M yaitu:
Pasti selalu diawali dengan doa, me-review materi. (CL1: 20)
Senada dengan hasil wawancara oleh mahasiswa Dedi S yaitu:
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen selalu diawali dengan salam, doa dan mengulang materi terdahulu yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. (CL15: 11)
Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai. Hasil pengamatan terdapat 6 dosen dari 9 dosen yang diamati tidak
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar materi yang akan
diajarkan seharusnya para dosen menjelaskan tujuan kompetensi yang akan di
capai sehingga mahasiswa tahu target dalam proses belajar mengajar dan berusaha
untuk mencapainya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh ibu Joanggi W H
yaitu:
Diawal pembelajaran disosialisasikan tentang tujuan pembelajarannya. (CL2: 20)
Sejalan dengan yang diutarakan dalam hasil wawancara dengan
mahasiswa Beni yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dosen diawali dengan doa, menanyakan kabar, membacakan tujuan pembelajaran pada materi yang akan diajarkan. (CL13: 11)
Dosen menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus. 5 dosen dari 9 dosen yang diobservasi menyampaikan cakupan
materi yang akan diajarkan. Sesuai dengan standar proses pembelajaran harus
disampaikan cakupan meteri sesuai yang telah ditetapkan pada silabus agar
mahasiswa mengetahui apa saya yang akan diajarkan. Sesuai dengan yang
dikatakan oleh ibu Sri S yaitu:
Mencapaikan cakupan materi yang akan di ajarkan. (CL7: 20)
Senada dengan yang dikatakan oleh mahasiswa Muh. Fathir M bahwa:
Diawal selalu dimulai dengan doa, menjelaskan pokok materi yang akan diajarkan. (CL14: 11)
Pada kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
eksplorasi, yang dilakukan adalah dosen melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber. Ditemukan dalam hasil observasi 5 dosen dari 9 dosen melibatkan
mahasiswa untuk memberikan contoh nyata atau peristiwa up to date yang
terdapat dalam lingkungan sekitar. Sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu dwi
R F yaitu:
Kemudian melaksanakan kegiatan inti yaitu penyampaian materi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. (CL5: 20)
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh mahasiswa Beni yaitu:
Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi inti dengan memberikan contoh dalam kehidupan nyata. (CL13: 11)
Dosen menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain. Dengan menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain oleh dosen
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar mahasiswa. Dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pengamatan didapatkan semua dosen melaksanakan aitem penggunaan beragam
pendekatan, media dan sumber belajar. Dosen memfasilitasi terjadinya interaksi
antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya. Dosen memanfaatkan fasilitas dan menggunakan humor-humor
yang menyegarkan guna meningkatkan proses interaksi dengan mahasiswa.
Sesuai yang diungkapkan oleh ibu Marjan W yaitu:
Saya sering membuat humor segar agar mahasiswa tidak tegang dan dengan berkeliling didalam kelas agar mahasiswa merasa diperhatikan. (CL8: 14)
Senada dengan hasil wawancara dari mahasiswa Ulfatun M bahwa:
Saat ini dosen telah lebih santai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan di ikuti oleh humor-humor yang menyegarkan sehingga kami lebih enak dalam menerima materi. (CL11: 12)
Dosen melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan mahasiswa dalam hal bermain peran sebagai
salah satu sarana proses pembelajaran dan memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk berfikir kreatif pada saat dosen menerima partanyaan dari
mahasiswa dan menanyakan kembali pertanyaan tersebut kepada mahasiswa yang
lain. Pada bagian elaborasi dosen membiasakan peserta didik membaca dan
menulis yang beragam melalui tugas tertentu yang bermakna dengan memberikan
tugas secara mandiri kepada mahasiswa dapat secara tidak langsung melatih
mahasiswa untuk selamanya sepanjang hayat. Dosen memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis serta dosen memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Pelaksanaan SCL (Student Centered Leaning) sangat sesuai untuk
mengembangkan proses pikir mahasiswa dengan menganalisa, menyelesaikan
masalah dan mengutarakannya gagasan atau idenya tanpa rasa takut. Sejalan
dengan hasil wawancara dengan mahasiswa Muh. Fathir M yaitu:
kemudian menyampaikan materi biasanya disertai dengan pemberian tugas guna pengayaan ilmu. (CL14: 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dosen memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif serta menciptakan kompetisi secara sehat bagi mahasiswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Dan dosen memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Berupa SGD (Small Group
Dicussion) dan tugas jurnaling yang dilakukan dengan bentuk penyajian data
secara individu dan kelompok. Untuk bagian kolaborasi dalam kegiatan inti dosen
dapat memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun reward terhadap keberhasilan peserta didik. Bentuk penguatan,
umpan balik positif dan reward merupakan bagian dari keterampilan dasar
mengajar yang wajib dimiliki seorang dosen sebagai seorang pendidik. dosen
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan, dengan mengadakan diskusi tentang pengalaman
belajar mahasiswa dan memberikan solusi terbaik guna peningkatan prestasi
belajar mahasiswa. Dan dosen memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar antara lain
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar, dan membantu menyelesaikan masalah, serta memberikan motivasi kepada
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang terdapat dalam standar proses
pembelajaran, kegiatan yang terakhir adalah kegiatan penutup. Pada saat
pelaksanaan pengamatan berlangsung bahwa semua dosen melasanakan kegiatan
penutup, dalam kegiatan penutup yang dilakukan dosen bersama dengan peserta
didik dan atau sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran. Senada
dengan yang diutarakan oleh mahasiswa Nova E bahwa:
Diakhiri dengan melakukan simpulan dengan mahasiswa serta berdoa. (CL16: 11)
Dosen melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Sesuai yang diungkapkan
oleh mahasiswa Eko D N yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Diakhiri dengan pertanyaan ulang oleh dosen tentang materi yang telah diajarkan dan doa. (CL10: 11)
Dosen memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Dosen merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Senada
dengan hasil wawancara pada mahasiswa Ulfatun M bahwa:
Diakhiri dengan pemberian tugas dan doa. (CL11: 11)
Dosen menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya,
kemudian diakhiri dengan doa. Sejalan dangan hasil wawancara pada mahasiswa
Dedi S yaitu:
Diakhiri dengan menyampaikan pokok bahasan materi yang akan datang dan berdoa. (CL15: 11)
c. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran
Penilaian hasil dan proses pembelajaran merupakan bagian dari tugas
seorang pendidikan dalam hal ini seorang dosen. Penilaian hasil belajar dilakukan
secara tersetruktur sedangkan penilaian proses pembelajaran dilakukan di setiap
pelaksanaan proses belajar mengajar yang berguna untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar mengajar. Penggunaan penilaian hasil
dan proses pembelajaran untuk semestinya digunakan dalam perbaikan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen di kemudian hari. Senada dengan
yang diungkapkan oleh dosen bapak Maridi M D bahwa:
Jadi biasanya kita lakukan bentuk evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat dan semua bentuk evaluasi merupakan digunakan untuk perbaikan proses belajar mengajar. (CL3: 21)
Perubahan tersebut selalu mengarah keperbaikan baik dari isi materi
pembelajaran maupun dari segi tingkat pemahaman mahasiswa, sejalan dengan
yang diutarakan oleh ibu Joanggi W H yaitu:
Iya, pasti selalu kita evaluasi poin mana yang banyak kurangnya itu yang kita perbaiki, misalnya baru-baru ini mengajarkan mata kuliah fisiologi, saya sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
menerangkan tentang susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi tetapi pada saat ujian mereka tidak tahu tentang CNS (center nerves system) dan PNS (perifer nerves system) padahal kan cuma beda bahasa aja mas, jadi saya dalam setiap pembelajaran tentang nerves saya harus sering menjelaskan tentang kesamaannya. (CL2: 21)
Perbaikan tersebut dapat berupa perubahan metode, sesuai yang
dikemukakan oleh dosen ibu Rusni M bahwa:
Ya anak-anak dengan metode saya seperti ini mereka suka, oh dengan metode ceramah diawal mereka intens masuk 90 menit mereka udah kurang sehingga tadi ada metode yang saya bilang lebih baik mereka yang aktif, mereka presentasi diakhir kita simpulkan tidak selalu metode diskusi saya bilang kadang-kadang dosen juga sebagai center teaching. (CL1: 21)
d. Pengawasan Proses Pembelajaran
Bagian terakhir dari standar proses pembelajaran adalah pengawasan
proses pembelajaran. Pada pengawasan proses pembelajaran ini dilakukan oleh
Wakil Ketua I bidang Akademik, LPM (Lembaga Penjamin Mutu) dan Kapala
Program Studi. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda selaku Wakil Ketua I bidang
Akademik adalah bapak Yannie Isworo, selaku Sekretaris Penjaminan Mutu
adalah ibu Dwi Rahmah F, selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
adalah Ibu Rusni Masnina, selaku Ketua Program Studi S-1 Kesehatan
Masyarakat adalah ibu Sri Sunarti, selaku Ketua Program Studi D-3 Keperawatan
adalah ibu Rini Ernawati dan selaku Ketua Program Studi D-3 Kesehatan
Lingkungan adalah ibu Marjan Wahyuni. Pengawasan proses pembelajaran terdiri
dari beberapa bagian antara lain pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan
tindak lanjut.
Bagian pertama dari pengawasan proses pembelajaran adalah pemantauan,
di Stikes Muhammadiyah Samarinda pemantauan yang dilakukan oleh Ketua
Program Studi sesuai yang diutarakan oleh bapak Yannie I yaitu:
Itu sudah kita lakukan pemantauan berkaitan pelaksanaan proses belajar mengajar, berkaitan dangan beban dan tugas dosen, kaitannya dengan pembagiannya. Untuk pemantauannya saya meminta laporan dan rekapan proses belajar mengajar dari setiap Program Studi. Misal dosen si A ini gimana implementasinya. (CL4: 22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Implikasi dari pelaksanaan pemantauan yang dilakukan oleh Ketua
Program Studi seharusnya telah terdapat standar operasional prosedurnya yang
dibuat oleh LPM (Lembaga Penjamin Mutu) tetapi karena LPM tersebut baru
terbentuk maka diserahkan sepenuhnya oleh Ketua Program Studi sejalan yang
diungkapkan oleh Dwi R F bahwa:
Karena LPM masih baru dibentuk sehingga masih melakukan beberapa kajian. (CL5: 22)
Pada pelaksanaannya di Program Studi menggunakan buku monitoring
yang ada di mahasiswa dan di dosen. Ketua Program Studi S-1 Kesehatan
Masyarakat dibantu oleh Sekretaris Program Studi telah memiliki silabus dan RPP
setiap dosen sehingga dapat mengvalidasi ulang sewaktu-waktu dari proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen selaras dengan yang diungkapkan
oleh ibu Sri S yaitu:
Pamantauan untuk proses belajar mengajar, saya telah memiliki silabus dan RPP setiap dosen sehingga saya dengan mudah untuk menvalidasi mana materi yang belum tersebut, disamping sekretaris Program Studi sudah mempunyai buku sendiri tentang monitoring proses pembelajaran tapi waktu validasi tidak saya tentukan. (CL7: 22)
Ketua Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan melaksanakan pemantauan
sesuai rencana oprasional sebulan sekali dengan menggunakan buku monitoring
baik dari mahasiswa dan dari absensi dosen tersebut senada dengan yang
dikatakan oleh ibu Rusni M bahwa:
Ya jadi sesuai dengan program ren ops (rencana operasional) sebulan itu, saya punya koordinator untuk mengevaluasi jumlah pertemuan dosen, kemudian juga untuk dosen luar kita rekap sesuai ngak dengan alokasi, kemudian monitoringnya selama proses pembelajaran anak-anak kita tanyakan bagaimana cara mengajar bapak ini kalian suka, ada masukan atau ngak. (CL1: 22)
Pemantauan yang dilakukan oleh Program Studi D-3 Kesehatan
Lingkungan dengan menggunakan buku monitoring yang terdapat dalam absensi
dosen sesuai yang dikemukakan oleh ibu Marjan W yaitu:
Biasanya kita hanya melihat di buku monitoring saja. (CL8: 22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sedangkan pemantauan yang dilakukan oleh Program Studi D-3
Keperawatan memberikan tugas tersebut pada koordinator akademik dan sewaktu-
waktu bila ada kelas yang tidak terdapat dosennya maka Ketua Program Studi
dapat menanyakan langsung ke koordinator akademik dan kemudian diberi
solusinya selaras yang diungkapkan oleh ibu Rini E bahwa:
Kalau selama ini InsyaALLAH iya saya lakukan, biar pun ada job description dari staf saya tapi tetap setiap hari saya tanya “ini kok kosong, siapa yang masuk” itu sebagai tanggung jawab tugas saya sebagai Ka Program Studi. (CL9: 22)
Supervisi dilaksanankan di Stikes Muhammadiyah Samarinda dengan oleh
Wakil Ketua I bidang Akademik dengan memberikan masukan dan konsultasi
pada waktu penerimaan karyawan khususnya dosen dengan mengadakan
microteaching dalam salah satu tahap penyeleksian dosen baru di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dan selanjutnya mendelegasikan supervisi kepada
Ketua Program Studi tempat dosen baru tersebut ditempatkan selaras dengan yang
diungkapkan oleh bapak Yannie I yaitu:
Kalau waktu proses pembelajaran di kelas belum tapi di laboratorium pernah, tapi kalau melihat gaya dan kemampuan dosen dalam mengajar saya pernah melihatnya sewaktu penerimaan karyawan khususnya dosen jadi setiap dosen baru melakukan micro teaching. Dengan mendelegasikan kepada Program Studi untuk supervisinya. (CL4: 23)
Supervisi yang dilaksanakan seharusnya telah ditentukan standar
operasional prosedurnya yang telah ditetapkan oleh LPM sebagai lembaga yang
berkompeten dalam urusan penjaminan mutu pendidikan di Stikes
Muhammadiyah Samarinda tetapi karena kekurangan personil dalam pelaksanaan
supervisi maka belum dapat dilaksanakan sehingga dalam pelaksanaannya di
serahkan kepada kepada Program Studi senada dengan ucapan ibu Dwi R F yaitu:
Kedalanya yaitu jumlah personil yang ada di LPM cuma dua dan kami masih diberikan jam untuk mengajar yang banyak dan kesibukan intern LPM dalam menyiapkan dokumen. masih berkoordinasi dengan Program Studi. (CL5: 23)
Di Stikes Muhammadiyah Samarinda supervisi diselenggarakan dengan
cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan dan konsultasi pada dosen baru. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
di Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat dilaksanakan tidak tersetruktur
dengan cara memberikan contoh, pelatihan dan seminar sejalan yang diucapkan
oleh ibu Sri S yaitu:
Kalau secara terprogram belum tapi biasanya saya men-supervisi dengan pembelajaran berupa tim misal saya satu tim Promosi Kesehatan dengan dosen luar maka saya setting untuk mengajar bersama jadi beliau pengajar saya second opinion. Dan sekarang sudah banyak diterapkan proses belajar mengajar dengan tim yang secara tidak langsung juga melaksanakan supervisi. Biasanya bila dalam tim mengajar ada dosen yang salah dalam memberikan materi langsung saya menambahkan tapi tidak dengan menyalahkannya. Dan diadakan pembinaan dosen untuk pembinaan tersebut misalnya ada dosen baru saya beri pengarahan tentang tugas dan kewajiban dosen dan memberikan kesempatan ikut pelatihan dan seminar. (CL7: 23)
Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan melaksanakan supervisi dengan
mengadakan pembinaan dengan cara mengikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan
sesuai yang dikemukakan oleh ibu Rusni M bahwa:
Diadakan pembinaan bagi dosen baru. Dikasih pelatihan-pelatihan. (CL1: 23)
Pada Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan supervisi belum
dilaksanakan karena terkendala SDM (Sumber Daya Manusia) sesuai yang
diungkapkan oleh ibu Marjan W yaitu:
Untuk supervisi langsung belum kami lakukan, kita hanya melihat dari buku monitoring saja, karena keterbatasan waktu dan SDM karena saya juga menjalankan tugas manajemen, tugas mengajar dan kebetulan saya juga masih kuliah. Jumlah dosen tetap untuk Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan itu sangat terbatas. (CL8: 23)
Sedangkan pada Program Studi D-3 Keperawatan supervisi dilaksanakan
dengan memberikan contoh dan diskusi pada saat pembelajaran tim tetapi
pelaksanaannya tidak terstruktur dan terencana sejalan yang diungkapkan oleh ibu
Rini E bahwa:
Untuk continue tidak ya tapi sekali-sekali pernah dan itu juga tidak terstruktur atau terencana karena kita juga mempunyai kegiatan yang lain. Biasanya untuk supervisi yang saya lakukan bila ada pembelajaran di laboratorium dengan menggunakan metode pembelajaran tim. (CL9: 23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Evaluasi proses pembelajaran bertujuan untuk mengukur kinerja dosen
dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda diserahkan kepada Program Studi masing-masing
tempat dosen tersebut mengabdi selaras dengan yang dikemukakan oleh bapak
Yannie I yaitu:
Evaluasi dosen dilakukan oleh Program Studi karena mereka yang tahu banyak tentang dosennya. Ya ada yang baik ada yang kurang untuk harapannya ya semua dosen tetap dalam pelakukan proses belajar mengajar adalah baik tapi jika ada yang kurang ya kami beri semacam teguran dan sama-sama kita cari tahu penyebabnya. (CL4: 24)
Senada dengan yang diungkapkan oleh ibu Dwi R F yaitu:
Untuk evaluasi dosen kita serahkan langsung kepada Program Studi masing-masing karena mereka yang sangat mengenal dan memahami dosennya. (CL5: 24)
Pelaksanaan evaluasi di Program Studi Stikes Muhammadiyah Samarinda
menggunakan buku monitoring, hasil belajar mahasiswa dan evaluasi dalam
bentuk kuisioner kepada mahasiswa sejalan dengan yang dikatakan oleh para
Ketua Program Studi antara lain ibu Sri S mengatakan bahwa:
Evaluasi dosen dilaksanakan diakhir semester dengan bentuk tertulis biasanya kita evaluasi dari buku monitoring, hasil belajar dan dari kuisioner mahasiswa. (CL7: 24)
Senada dengan itu ibu Rini E selaku mengungkapkan bahwa:
Evaluasi dosen dilakukan dengan mengecek jumlah kehadiran yang ada di buku monitoring, hasil evaluasi dari mahasiswa dan hasil prestasi belajar mahasiswa. Dari beberapa instrumen tersebut kita dapat mengevaluasi kinerja dosen. (CL9: 24)
Pada mekanisme pelaporan dosen proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda, secara berurutan dari dosen melaporkan kepada
penanggung jawab bidang akademik bisa berupa koordinator bidang akademik
maupun langsung pada Ketua Program Studi, sesuai dengan yang diutarakan oleh
ibu Rusni M yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Jadi kalau pelaporan itu dalam satu semester itu yang kita rencanakan per tiga bulan ya tapi setiap rapat kita bisa tanya ada kendala misalnya, kemudian ada masukan yang bagus untuk strategi pembelajaran, biasanya dilaporkan setiap rapat, pelaporan dalam bentuk lisan biar sekretaris yang mencatat dari hasil berita acara bisa ketahuan kita butuh ini misalnya dari level Prodi tidak bisa dipecahkan koordinasi ke level Stikes. (CL1: 25)
Berkas pelaporan tersebut terdiri dari silabus, RPP, buku monitoring, hasil
belajar mahasiswa sejalan dengan yang dikemukakan oleh ibu Sri S yaitu:
Ya untuk pelaporan dosen ini sudah dilakukan biasanya kita berupa silabus, RPP, dan instrumen penilaian sekaligus hasil penilaiannya. (CL7: 25)
Penyerahan berkas tersebut setiap akhir semester sesuai yang diungkapkan
oleh ibu Rini E bahwa:
Dilakukan tiap akhir semester untuk pelaporan tersebut. (CL9: 25)
Setelah berkas terkumpul dan dibuat laporan secara keseluruhan tentang
kinerja dosen maka para Ketua Program Studi menyerahkan ke LPM (Lembaga
Penjamin Mutu) dan ke Wakil Ketua I bidang Akademik senada dengan yang
diutarakan oleh yaitu:
Laporan tertulis disampaikan oleh Program Studi. (CL5: 25)
Pelaporan yang diserahkan berupa keseluruhan dari proses pembelajaran
sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Yannie I bahwa:
Setiap awal semester kita adakan pertemuan dengan para ketua dan sekretaris Program Studi untuk membahas tentang apapun sampai proses belajar mengajar dosen, bagaimana pemantauannya, bagaimana evaluasinya, dan bagaimana proses pelaporannya, jadi saya menerima pelaporan tersebut dari Program Studi dan di akhir semester juga mengadakan rapat juga yang membahas tentang hasil dari pelaksanaanya. (CL4: 25)
Tahap terakhir dari pengawasan proses pembelajaran adalah pelaksanaan
tindak lanjut. Tindak lanjut biasanya berisi tindakan baik punishment dan reward.
Pada pelaksanaanya di Stikes Muhammadiyah Samarinda dilakukan oleh Wakil
Ketua I bidang Akademik setelah menerima laporan dari Program Studi senada
dengan yang diutarakan oleh bapak Yannie I yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tindak lanjut yang kami lakukan adalah bentuk peringatan baik lisan, tertulis, sampai teguran 1, teguran 2, teguran 3 sampai pemutusan hubungan kerja. Itu bentuk punishment tapi reward juga ada. (CL4: 26)
Dari Wakil Ketua I bidang Akademik tindak lanjut tersebut di teruskan
oleh Ketua Program Studi sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ketua Program
Studi D-3 Kesehatan Lingkungan ibu Marjan W bahwa:
Ya kita melaksanakan per semester dan untuk semester ini kami udah siap kan bentuk tindak lanjut dari dosen dalam yang jarang masuk ini merupakan hasil dari evaluasi mahasiswa. Hasil tersebut akan kami koordinasikan ke level pimpinan Stikes Muhammadiyah. (CL8: 26)
Standar proses pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh
dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat digambarkan dalam gambar 4.3.
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.3. Standar Proses Pembelajaran
Mahasiswa sebagai pengguna jasa pelayanan pendidikan merupakan salah
satu dari bagian sebuah Perguruan Tinggi atau Universitas yang tidak dapat
dipisahkan sehingga evaluasi proses belajar mengajar dari mahasiswa sangat
dibutuhkan untuk perkembangan proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini
mempergunakan analisa dari mahasiswa tentang jalannya proses belajar mengajar
dengan indikator yang digunakan ialah (1) dosen menggenakan pakaian yang
layak sebagai seorang pendidik, (2) dosen sebelum pelaksanaan proses belajar
mengajar melakukan persiapan terhadap peserta didik dengan memberikan materi
yang akan diajarkan, (3) dosen menggunakan media pembelajar yang menarik, (4)
dosen mennggunakan intonasi suara atau gaya bicara yang jelas sehingga dapat
dimengerti oleh mahasiswa, (5) dosen menguasai kelas dengan baik, (6) dosen
menguasai dan menyampaikan materi dengan baik, (7) dosen memilih metode
pembelajaran yang tepat, (8) sumber belajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda,
(9) dosen menciptakan suasana belajar mengaja yang kondusif, (10) sarana dan
prasarana di Stikes Muhammadiyah Samarinda, (11) dosen melaksanakan proses
belajar mengajar dari awal sampai akhir, dan (12) dosen dapat berinteraksi
dengan baik dalam proses belajar mengajar.
Wawancara dengan melibatkan 7 mahasiswa. Data mahasiswa tersebut
antara lain:
Tabel 4.4. Data mahasiswa partisipan penelitian
No CL
Nama Mahasiswa Semester Jurusan
10 Eko Deddy Novianto 4 Program Studi D-3 Keperawatan
11 Ulfatul Muflihah 4 Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
12 Nor Faridah Ariyani 6 Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
13 Beni 2 Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
14 Muh. Fathir Mugni 4 Program Studi D-3 Keperawatan
15 Dedi Setiawan 6 Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
16 Nova Elviana 4 Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
Sumber: data penelitian
Adapun hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa sebagai berikut:
a. Dosen mengenakan pakaian yang layak sebagai seorang pendidik di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Eko D N: Kalau menurut saya ada sebagian dosen yang waktu mengajar menggunakan pakaian yang rapi tapi tidak sesuai mencerminkan sebagai pendidik yang dapat ditiru misalnya pada waktu mengajar menggunakan celana jeans dengan baju kaos berkerah dan dimasukkan, lebih baiknya menggunakan celana kain dan baju batik. (CL10: 1)
Ulfatun M: Menurut saya sebagian besar sudah menggunakan pakaian yang sesuai tetapi ada sebagian kecil dosen lebih gaul misal untuk sepatu mereka menggunakan sepatu yang lebih pasnya kalau dibilang sepatu ke mall bukan untuk nengajar karena mengajar pakaian harus formal dan rapi. (CL11: 1)
Norfaridah A: Ya saya kira dalam berpakaian sudah mencerminkan seorang dosen. (CL12: 1)
Beni: Kalau menurut saya, selama saya melaksanakan belajar di kampus ini tidak didapatkan dosen yang berpakaian kurang pantas saat masuk pembelajaran di kelas. Semua dosen yang saya temui dikelas selalu memakai pakaian hem dan bawahan celana kain untuk yang dosen prianya semikian juga wanitanya. (CL13: 1)
Muh.Fatir M: Ya kalau menurut saya di kampus kita ini masih ada dosen yang mengunakan sandal walaupun dengan alasan kakinya sakit masuk ke kelas untuk mengajar sehingga kami sebagai mahasiswa sangat kecewa dengan hal tersebut. (CL14: 1)
Dedi S: Kalau menurut saya sudah berpakaian sudah formal dan rapi sebagai dosen. (CL15: 1)
Nova E: Ya sebagian besar dosen disini telah menggunakan pakaian yang layak tapi kadang-kadang juga dosen menggunakan pakaian yang menurut saya tidak layak misalnya menggunakan dosen wanitanya menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
celana bukan rok padahal mereka sering menyuruh kami untuk menggunakan rok katanya agar lebih terlihat feminim. (CL16: 1)
b. Dosen diawal pembelajaran memberikan penjelasan tentang materi yang akan
diajarkan di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Eko D N: Dosen ada yang menjelaskan materi sebelum pelaksanaan proses pembelajaran ada juga yang tidak tetapi kebanyakan dosen menjelaskan materi sebelum pelaksanaan pembelajaran, tapi karena ada dosen yang yang tidak masuk sehinga materinya berloncat-loncat sehingga kami selaku mahasiswa agak kesulitan untuk menggabungkan materi tersebut. (CL10: 2)
Ulfatul M: Ya setiap awal pembelajaran dosen menjelaskan materi apa yang akan diajarkan kemudian menggali pengetahuan kami terntang materi tersebut, yang jadi kendala adalah jadwal dosen yang sering berganti-ganti tidak sesuai dengan jadwal silabus sehingga seharusnya dapat diawal malah dapat diakhir jadinya tidak sistematis. (CL11: 2)
Norfaridah A: Sebagaian besar dosen menjelaskan materi apa, tujuan pembelajaran dan bagaimana cara penilaiannya sebelum pembelajaran dimulai, tapi adakalanya dederapa dosen tidak sesuai dengan waktu yang ada di silabus. (CL12: 2)
Beni: Iya pak setiap kali dosen masuk mereka memberikan pengarahan tentang apa aja yang akan diajarkan. Tapi yang jadi masalah jadwal dosen yang tidak tepat waktu misalnya hari ini jadwalnya dosen A ternyata dosen tersebut berhalangan hadir sehingga ditunda, untuk kelas yang kosong diisi dengan dosen B dengan mata kuliah sama tapi beda pokok bahasannya. (CL13: 2)
Muh. Fatir M: Untuk selama kami menjalani belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah ini setiap dosen sebelum pembelajaran memberikan pendahuluan tentang apa yang akan diajarkan, tetapi ada beberapa materi yang disilabus tidak diajarkan untuk persentasenya sangat kecil pak. (CL14: 2)
Dedi S: Selama ini selalu para dosen memberikan kontrak dengan mahasiswa terdiri apa saja materi yang diajarkan dan tujuan pembelajarannya sebelum pembelajaran dimulai, dosen sering tidak masuk sesuai dengan waktunya tetapi menggati dilain hari. (CL15: 2)
Nova E: Ya menjelaskan kebanyakan dosen menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, tetapi ada jadwal dari dosen yang tidak sesuai dengan jadwal dari silabus sehingga mencari hari lain untuk menggantinya. (CL16: 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
c. Dosen menggunakan media pembelajaran yang menarik di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Eko D N: Menurut saya media pembelajaran dosen sudah menarik dan sudah mulai bervariasi. (CL10: 3)
Ulfatul M: Kalau menurut kebanyakan samua dosen menggunakan LCD dan laptop untuk media pembelajarannya dengan bentuk powerpoint, ya kalau saya boleh usul mungkin medianya agak di modifikasi sehingga tidak monoton hanya powerpoint. (CL11: 3)
Norfaridah A: Kalau media pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda saya rasa sudah sangat bagus karena segala fasilitas pembelajaran sudah memadai belum tentu di tempat lain mendapat fasilitas kelas yang baik seperti disini. (CL12: 3)
Beni: Ya saya pikir sudah sesuai tapi harus ditingkatkan untuk segi pemeriharaanya karena sering dalam pengguanannya LCD tidak menyala atau laptop tidak menyala pak. (CL13: 3)
Muh. Fatir M: Sudah cukup tapi ada memerapa media seperti LCD yang mulai pudar warnanya, laptop yang mulai sering rusak, jadi pihak kampus harus sering memperhatikan alat-alat beberapa media tersebut. (CL14: 3)
Dedi S: Kalau menurut saya penggunaan media pembelajaran dosen sudah bagus, mereka menggunakan LCD, laptop dan papan tulis, saya harapkan agar lebih bagus lagi karena perkembangan tehnologi sudah sedemikian pesatnya jadi harus ada inovasi-inovasi terbaru dalam pembelajaran. (CL15: 3)
Nova E: Menarik tapi menurut saya dosen tersebut tidak mau memberikan softcopy kata beliau takutnya flashdicsnya bervirus jadi mereka memberikan hardcopy saja, padahal kita kadang-kadang hardcopy itu hilang sedangkan teman ngak punya. (CL16: 3)
d. Dosen memiliki intonasi suara/gaya bicara yang jelas sehingga dapat
mengerti mahasiswa di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Eko D N: Kalau menurut saya intonasi atau gaya bicara dosen tidak jadi kendala karena sudah banyak dosen yang memiliki intonasi atau gaya bicara yang menarik. (CL10: 4)
Ulfatul M: Ya ada beberapa yang bervariasi misalnya mengajar sambil berkeliling sehingga lebih tertarik daripada duduk di depan dan hanya berfokus pada depan saja, kebanyakan dosen di Stikes Muhammadiyah ini untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
intonasi dan gaya bicara sudah cukup bagus, ada juga yang intonasinya datar sehingga kurang menarik. (CL11: 4)
Norfaridah A: Sebagai besar dosen sudah bagus intonasi dan gaya bicaranya sehingga kami dapat menerima materi dengan baik. (CL12: 4)
Beni: Ada beberapa dosen yang mengajarnya dengan intonasi yang baik sehingga kami dapat mudah mengerti ada yang hanya cuma menjelaskan tanpa memandang apakah kita mengerti atau tidak. (CL13: 4)
Muh. Fatir M: Setiap manusia mempunyai gaya sendiri untuk melaksanakan
proses pembelajaran untuk di Stikes Muhammadiyah ini sudah banyak dosen yang sangat menarik gaya bicaranya sehingga kami dapat dengan mudah mengerti. (CL14: 4)
Dedi S: Intonasi dan gaya bicara hanya beberapa dosen yang sudah bagus tapi beberapa yang lain tidak respect pada mahasiswa misalnya hanya bicara terus tanpa memperdulikan mahasiswanya paham atau tidak terhadap materi yang disampaikannya. (CL15: 4)
Nova E: Untuk gaya bicara sudah jelas, diawal-awal ada dosen baru yang masuk juga berbeda intonasi dengan dosen-dosen senior, jadi kalau ini dosen A mahasiswanya kondusif kalau dosen B mahasiswanya sering ribut bahkan ada yang hingga tidur. (CL16: 4)
e. Dosen menguasai kelas dengan baik di Stikes Muhammadiyah Samarinda
sesuai dengan hasil wawancara:
Eko D N: Menurut saya sudah banyak dosen yang dapat menguasai kelas misalnya menjaga mahasiswa tetap berkonsentrasi dan menjadi penengah bila terjadi diskusi. (CL10: 5)
Ulfatul M: Ya kalau menurut saya sudah baik karena dosen telah dapat menguasai kelas tidak hanya duduk di depan saja, kalau dosen yang dapat menguasai kelas selalu berinteraksi dengan para mahasiswa sehingga mahasiswa lebih diperhatikan. (CL11: 5)
Norfaridah A: Ada beberapa dosen yang sudah baik dalam penguasaan kelas tetapi ada beberapa dosen yang kurang dalam penguasaan kelas sehingaa mahasiswa ada yang ribut dan bahkan ada yang tidur saat perkuliahan karena kurangnya penguasaan kelas dari dosen. (CL12: 5)
Beni: Mungkin sebagian besar dosen menguasai kelas, mereka kemana saja setiap sudut kelas tapi ada beberapa dosen yang mengajarnya cuma mahasiswa yang paling depan saja. (CL13: 5)
Muh. Fatir M: Menurut saya penguasan kelas adalah sangat sulit karena dosen dituntut untuk memahami per individu mahasiswa, tetapi ada beberapa dosen yang belum bisa untuk menguasai kelas jadi proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pembelajarannya juga sedikit terganggu. Sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa tersebut apakah ingin ilmu atau ngak. (CL14: 5)
Dedi S: Sebagian besar dosen sudah dapat menguasai kelas dengan baik dan memandu proses pembelaran. (CL15: 5)
Nova E: Ya selama ini dosen sudah baik dalam penguasaan kelas, para dosen sudah mulai interaksi dengan mahasiswanya pada saat pembelajaran dikelas mereka berkeliling kesetiap sudut kelas bercanda dan bertanya dengan mahasiswa jadi kalau penguasaannya kelas enak materi yang disampaikan juga mudah masuk. (CL16: 5)
f. Dosen menguasai materi dengan baik di Stikes Muhammadiyah Samarinda
sesuai dengan hasil wawancara:
Eko D N: Itu tergantung kecerdasan masing-masing dosen, menurut saya sudah semua dosen menguasai materi yang diajarkan, tetapi harus ada pengembangan lagi tentang cara-cara penyampaian tidak hanya membaca slide saja harus ada variasi. (CL10: 6)
Ulfatul M: Ya tergantung pengalam dosen dalam proses pembelajaran kalau dosen senior sudah dapat menguasai materi dengan baik dan luas pemikirannya sedangkan dosen yang baru mereka hanya terfokus pada materinya saja. (CL11: 6)
Norfaridah A: Menurut saya dari dosen yang senior atau dosen yang berpengalaman lebih dapat menguasai materi daripada dosen yang baru dengan kata lain materi pembelajaran tersebut sangat luas disampaikan dan detail demikian pun cara penyampaiannya. (CL12: 6)
Beni: Selama kuliah ini, mereka sangat bagus untuk penguasaan materi sudah sangat bagus, tapi ada beberapa dosen luar yang pada waktu ada pertanyaan jawabanya ditunda untuk minggu depan, dengan enak cara penyampaian materinya dan sangat detail sehingga kami dapat mengerti materinya. (CL13: 6)
Muh. Fatir M: Alhamdulillah yang saya lihat dalam proses pembelajaran sepertinya mereka paham betul terhadap materinya, sehingga setiap pertanyaan mahasiswa selalu dijawab. Dalam penyampaianya cukup baik dan detail sehingga mahasiswa dengan mudah untuk mengerti. (CL14: 6)
Dedi S: Sebagaian besar sudah menguasai materi dan menggunakan cara dalam menyampaikan materi tersebut juga sudah baik menurut saya. (CL15: 6)
Nova E: Kalau dosen sekarang sudah mulai jelas dalam menjelaskannya materi dan ditambah lagi dosennya juga memberikan contoh dan bentuk real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dalam kehidupan sehingga mahasiswa dapat lebih memahami tentang materinya. (CL16: 6)
g. Dosen memilihan metode pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajarannya di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Eko D N: Ya sudah tepat sesuai dengan cakupan tujuan dalam pembelajaran yang dibacakan sebelum pembelajaran dimulai. (CL10: 7)
Ulfatul M: Menurut saya dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda ini sudah mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran misal diawal dengan metode ceramah tanya-jawab kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan ada lagi metode SCL yang dapat meningkatkan kemandirian mahasiswa. (CL11: 7)
Norfaridah A: Kalau menurut saya selama ini dosen sudah menggunakan beberapa metode seperti metode caramah tanya-jawab itu tidak bisa dilepaskan karena metode tersebut sangat sesuai bila dengan untuk menerangkan konsep atau dasar ilmu sedangkan untuk SCL itu lebih ke pembelajaran mandiri mahasiswa agar lebih tanggung jawab dan kreatif. (CL12: 7)
Beni: Ya selama saya menerima proses belajar mengajar itu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibacakan sebelum perkuliahan jadi sesuai menurut saya. (CL13: 7)
Muh. Fatir M: Ya menurut saya dalam metode pembelajarannya sudah sesuai dengan tujuan pembelaran yang disampaikan pada waktu awal materi. (CL14: 7)
Dedi S: Kalau metode pembelajaran di Stikes ini diawal-awal semester masih dengan ceramah tanya-jawab kemudian dilakukan diskusi kelompok dengan bimbingan dan akhirnya dengan metode SCL bisa denga problem base leaning bisa lolakarya mini. (CL15: 7)
Nova E: Untuk diawal perkuliahan kebanyakan dosen menggunakan metode ceramah dan tanya-jawab, tapi di setelah menjelaskan dasar-dasar nya baru mengubah metode dengan SCL, metode ini dapat merangsang mahasiswa untuk dapat mencari dan belajar secara mandiri tentang topik-topik yang materi secara luas. (CL16: 7)
h. Sumber belajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda apa sudah memadai
sesuai dengan hasil wawancara:
Eko D N: Menurut saya di Stikes ini sudah baik untuk sumber belajarnya ada perpustakaan dan ada laboratorium. (CL10: 8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Ulfatul M: Menurut saya memadai karena kita dapat belajar dari sumber berupa sarana online, perpustakaan dan laboratorium, ditambah lahi sekarang fasilitas untuk mahasiswa berkumpul-kumpul dan berdiskusi telah disediakan oleh pihak kampus. (CL11: 8)
Norfaridah A: Ya sudah cukup menurut saya, sudah memadai ada perpustakaan dan wifi. (CL12: 8)
Beni: Selama ini saya rasakan sudah cukup memadai. Disamping ada perpustakaan juga ada laboratoriumnya. (CL13: 8)
Muh. Fatir M: Kalau selama ini sudah memadai ya karena semua sudah ada, misal butuh buku tinggal baca di perpustakaan kampus kalau kurang tinggal menyeberang jalan ke perpustakaan daerah. (CL14: 8)
Dedi S: Menurut saya sudah cukup memadai tapi sumber belajar dari internet yang dari kampus agak lemot. (CL15: 8)
Nova E: Sudah memadai ya, cukup menurut saya. (CL16: 8)
i. Dosen menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif sesuai dengan
hasil wawancara:
Eko D N: Suasana belajar mengajar berjalan kondusif menurut saya. (CL10: 9)
Ulfatul M: Kompetisi antar mahasiswa sudah tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menciptakan suasana akademik yang baik. (CL11: 9)
Norfaridah A: Sekarang suasana pembelajaran sudah cukup kondusif. (CL12: 9)
Beni: Sudah memadai dan cukup menurut saya. (CL13: 9)
Muh. Fatir M: Sudah kondusif dan nyaman berada dikelas. (CL14: 9)
Dedi S: Di kelas suasananya sangat kondusif banyak yang bertanya dan teman-teman mahasiswa pada aktif. Kompetisi antar mahasiswa juga sudah mulai tumbuh. (CL15: 9)
Nova E: Menurut saya sudah bagus karena semua yang fasilitas sudah mencukupi jadi suasana juga menjadi kondusif. (CL16: 9)
j. Sarana dan prasarana di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
hasil wawancara:
Eko D N: Sarana prasarana di Stikes Muhammadiya sudah mencukupi hanya perlu diadakan perbaikan-perbaikan. (CL10: 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Ulfatul M: Sarana prasarana sudah memadai dan cukup hanya saja harus ada perbaikan-perbaikan dan pengembangan dari yang sudah ada. (CL11: 10)
Norfaridah A: Oya menurut saya kelengkapan dan kemajuaan tehnologi harus diterapkan dalam kelengkapan sarana prasarana laboratorium agar tidak ketinggalan jaman. (CL12: 10)
Beni: Menurut saya sarana dan prasarana sudah cukup baik dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar. (CL13: 10)
Muh. Fatir M: Sarana prasarana di kelas sudah cukup. Hanya perlu diadakan perawatan yang intensif dan berkelanjutan. (CL14: 10)
Dedi S: Dalam pelaksanaan belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas telah sangat cukup. Di kelas sudah terpasang LCD, layar, pengeras suara, AC, tempat duduk yang sesuai dan papan tulis sehingga proses belajar mengajar tidak terganggu. (CL15: 10)
Nova E: Alhamdulillah sarana prasarana telah memadai di Stikes Muhammadiyah Samarinda. (CL16: 10)
k. Dosen melaksanakan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir sesuai
dengan hasil wawancara:
Eko D N: Kalau menurut saya dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda biasanya diawali dengan salam, berdoa, mengulang materi yang telah diajarkan dengan memberikan pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi inti dan diakhiri dengan pertanyaan ulang oleh dosen tentang materi yang telah diajarkan dan doa. (CL10: 11)
Ulfatul M: Menurut saya dosen di Stikes Muhammadiyah ini kebanyakan dimulai dengan salam, doa, menanyakan kabar, menanyakan kembali materi yang telah diajarkan dilanjutkan dengan menyampaian materi pembelajarannya diikuti dengan tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas dan doa. (CL11: 11)
Norfaridah A: Biasanya dimulai dengan doa, mengabsen mahasiswa, mengulang kembalia materi sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi diakhiri membuat simpulan dan doa. (CL12: 11)
Beni: Menurut saya dosen diawali dengan doa, menanyakan kabar, membacakan tujuan pembelajaran pada materi yang akan diajarkan. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi inti dengan memberikan contoh dalam kehidupan nyata dan diakhiri dengan dosen menanyakan kembali materi yang telah diajarkan terus doa. (CL13: 11)
Muh. Fatir M: Diawal selalu dimulai dengan doa, menjelaskan pokok materi yang akan diajarkan kemudian menyampaikan materi biasanya disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dengan pemberian tugas guna pengayaan ilmu dan diakhiri dengan doa. (CL14: 11)
Dedi S: Menurut saya pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen selalu diawali dengan salam, doa dan mengulang materi terdahulu yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Kemudian mengisi materi inti di sertai dengan sesi tanya-jawab dan diakhiri dengan menyampaikan pokok bahasan materi yang akan datang dan berdoa. (CL15: 11)
Nova E: Ya menurut saya dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar selalu diawali dengan doa, absensi dan menerangkan tujuan pembelajaran kemudian menyampaikan materi dan diakhiri dengan melakukan simpulan dengan mahasiswa serta berdoa. (CL16: 11)
l. Dosen berinteraksi dengan baik dalam proses belajar mengajar sesuai dengan
hasil wawancara:
Eko D N: Dosen dalam pelaksanaan proses belajar mengajar selalu berjalan ke sekeliling kelas jadi tidak hanya duduk di depan meja dosen aja, dan juga dalam kelas dosen juga sering memanggil nama mahasiswa sehingga kami merasa nyaman. (CL10: 12)
Ulfatul M: Saat ini dosen telah lebih santai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan di ikuti oleh humor-humor yang menyegarkan sehingga kami lebih enak dalam menerima materi. (CL11: 12)
Norfaridah A: Dosen dalam mengajar selalu berkeliling ke sudut-sudut kelas tidak monoton di depan aja. (CL12: 12)
Beni: Sudah bagus kerena dosensudah sering berkeliling didalam kelas dan menggunakan humor-humor agar tidak tegang. (CL13: 12)
Muh. Fatir M: Ya saat ini banyak dosen sudah melakukan keliling dalam kelas dan menambahkan dengan joke-joke yang menyegarkan sehingga kami merasa lebih santai dan lebih enak dalam menerima materi. (CL14: 12)
Dedi S: Interaksi dosen saat proses belajar mengajar menurut saya sudah lebih positif karena kedekatan mahasiswa dengan dosennya lebih baik, dan disamping itu juga dosen sering memberikan humor saat pelaksanaan pembelajaran sehingga kami lebih santai dan lebih enak dalam menerima materi. (CL15: 12)
Nova E: Menurut saya interaksi dosen pada saat proses belajar mengajar sudah bagus mereka tidak hanya duduk di depan tetapi berkeliling ke penjuru sudut kelas sehingga kami lebih diperhatiakan. (CL16: 12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3. Kendala yang dihadapi oleh para dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga
pengajar profesional
a. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar.
1) Menguasai landasan kependidikan
a) Kendala untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional dalam proses
belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
hasil wawancara:
Dwi R F: Untuk kendalanya ya karena mahasiswa sudah terpapar dengan
tehnologi yang akhirnya mempengaruhi perilaku di kampus itu yang saya rasakan. (CL5: 1)
Sri S: Kendala banyak, karena Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat ini baru berdiri dan dari tiga Perguruan Tinggi di Kalimantan Timur hanya kita yang mempunyai program peminatan. Sehingga untuk mencapai kompetensi yang belum maksimal karena laboratorium untuk khusus Kesehatan Masyarakat belum tersedia. (CL7: 1)
Cara mengatasi untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional dalam
proses belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai
dengan hasil wawancara:
Dwi R F: Ya kita sebagai pendidik yang tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga berupaya mengembangkan dan menjabarkan kurikulum dalam metode pembelajaran sebagai pendampingan membina perilaku mahasiswa. (CL5: 1)
Sri S: Kami berupaya untuk membangun laboratorium tersebut tetapi sebelumnya kami hanya melakukan modifikasi dari laboratorium yang telah ada dan memanfaatkan laboratorium daerah. (CL7: 1)
b) Kendala untuk mengenal peranan Perguruan Tinggi Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara tidak
ditemukan.
c) Kendala untuk prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan
dalam proses belajar mengajar penerapan dalam kegiatan pembelajaran
di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Kendala… untuk ruangan saya kira karena SCL butuh banyak ruang yang lebih kecil. (CL1: 3)
Joanggi W H: Kendala ruangan pastinya. (CL2: 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Maridi M D: Kendalanya karena ini termasuk mata kuliah baru, tapi kebetulan yang saya ajar adalah mahasiswa yang sudah bekerja jadi bukan mahasiswa yang dari SMA tapi tugas belajar atau ijin belajar sehingga mereka telah memiliki pengalaman dalam hal pelayanan kesehatan nah justru saya yang belum punya pengalaman adalah ketika ini kita masukan pada mereka yang dari lulusan SMA apakah nanti proses dan output sama dengan yang ini itu yang belum tahu. (CL3: 3)
Ramdhany I: Kalau perbedaan kemampuan kognitif itu biasa dalam Perguruan Tinggi, karena input nya beragam, tidak ada pengelompokan kelas jadi hanya beberapa mahasiswa saja yang mengerti dan memahami materinya. (CL6: 3)
Cara mengatasi untuk prinsip psikologi pendidikan yang dapat di
manfaatkan dalam proses belajar mengajar penerapan dalam kegiatan
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Rusni M: Menggunakan tidak hanya kelas tapi laboratorium juga digunakan. (CL1: 3)
Joanggi W H: Mendaya-gunakan semua fasilitas misal ruang rapat, laboratorium dan lainnya. (CL2: 3)
Maridi M D: Saya rasa jika kita dipersiapkan dengan baik apa yang mau kita ajarkan, silabusnya kita perkenalkan, kemudian dengan melakukan kontrak belajar yang baik InsyaALLAH itu akan bisa terjembatani. (CL3: 3)
Ramdhany I: Pada saat perkuliahan berlangsung saya memberikan feedback kepada mahasiswa yang saya lihat atau rasa kurang konsentrasi dengan memberikan pertanyaan tentang materinya, dan juga kita telah memiliki nilai anak-anak ini jadi kita tahu mana yang kurang itu yang kita fokuskan dalam proses pembelajaran. (CL6: 3)
2) Menguasai bahan pembelajaran
a) Kendala untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
kurikulum sesuai hasil wawancara:
Rusni M: Kendala…. Kayaknya, cuman masalah ini untuk jurnal kan didalam kompetensinya anak-anak selalu harus menggunakan hasil penelitian untuk memecahkan masalah baik dalam mata kuliah system, mata kuliah yang kebutuhan dasar, ilmu sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
budaya. Kesulitannya itu anak-anak masih belum familier dengan jurnal. (CL1: 4)
Joanggi W H: Kendala sih cuma ada perbedaan kurikulum antara angkatan lama dan angkatan yang baru jika angkatan yang baru menggunakan kurikulum AIPNI 2010 tapi yang lama menggunakan AIPNI 2008. (CL2: 4)
Dwi R F: Ya karena kurikulum yang kita pake termasuk kurikulum baru sehingga dalam penerapannya masih perlu banyak bimbingan. (CL5: 4)
Ramdhany I: Ada beberapa kendala sehingga itu saya sedikit melakukan modifikasi karena mungkin orang yang membuat kurikulum ini tidak memahami kondisi secara khusus misalnya dalam perawatan komunitas itu saya harus update dengan community as patners disana kan sudah link mulai pengkajian sampai implementasi sehingga pada lokakarya di tingkat institusi itu kita sampaikan. (CL6: 4)
Sri S: Ya karena belum ada kurikulum baku tapi masih berupa draf kesepakatan dan kendalanya lagi terdapat dua draf kurikulum antara yang ada program peminatan dan tidak. (CL7: 4)
Cara mengatasi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan kurikulum di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai hasil
wawancara:
Rusni M: Ya itu tadi jadi kita mulai dari dosen-dosen dulu untuk kita kirim pelatihan analisis jurnal, kemudian anak-anak kita kasih tugas critical appraisal jurnal. (CL1: 4)
Joanggi W H: Ya kita harus menyesuaikan dengan kurikulum yang berbeda tersebut. (CL2: 4)
Dwi R F: Ya harus sering-sering melakukan koordinasi dengan pihak Program Studi yang lebih tahu banyak tentang aplikasi kurikulum tersebut. (CL5: 4)
Ramdhany I: Ya itu tadi kita harus update terus ilmu pengetahuan yang terbaru. (CL6: 4)
Sri S: Jadi kami memodifikasi kurikulum tersebut dengan menggabungkan dua kurikulum tersebut dengan adanya muatan inti sebanyak 127 SKS itu yang harus dijalani dan 22 SKS peminatan di kami terdapat 8 pilihan peminatan. (CL7: 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
b) Kendala untuk mendapatkan bahan penunjang dalam proses
pembelajaran yang terbaru update sesuai hasil wawancara:
Joanggi W H: Pastinya ada kalau kita ambil materi dari buku harus punya pengangan sendiri misalnya ambil buku riset karangan Arikunto harus ditampilkan dalam slide biar mahasiswa jelas, disini terkendala kalau mau update sarananya, sekarang aja di Jawa buku 2010 keatas, yang beredar disini buku 2008. (CL2: 5)
Dwi R F: Untuk di Samarinda literatur masih sedikit dan terbatas. (CL5: 5)
Marjan W: Kendala banyak antara lain literatur untuk di Kalimantan Timur kurang sekali untuk buku–buku Kesehatan Lingkungan yang baru adanya buku-buku jadul dan lagi akses internetnya di Stikes Muhammadiyah ini cukup lelet itu juga merupakan keluhan dari kebanyakan dosen disini, untuk jurnalnya sendiri ada tapi jarang juga. (CL8: 5)
Rini E: Kendala biasanya waktu untuk memperbaharui bahan penunjang, karena kita sudah disibukkan dengan tugas manajemen dan tugas sebagai pendidik. (CL9: 5)
Cara mengatasi untuk mendapatkan bahan penunjang dalam proses
pembelajaran yang terbaru update di Stikes Muhammadiyah Samarinda
sesuai hasil wawancara:
Joanggi W H: mau tidak mau harus mendatangkan sendiri kalau mau cepat tapi untuk mahasiswa, kita menuntut ya kasihan juga, untung sekarang ada internet dan e-book itu aja yang bisa membantu. (CL2: 5)
Dwi R F: Ya sering mengikuti pelatihan dan berusaha untuk mencari sendiri materi yang terbaru. Untung sekarang telah ada internet jadi kita dapat mencari jurnal-jurnal guna mencari materi terbaru. (CF5: 5)
Marjan W: Ya meminta ke pimpinan untuk pengadaan buku-buku literatur dan jika terpaksa harus cari buku literatur secara pribadi dan membeli modem kalau ngak gitu sulit untuk memperbaharui bahan penunjang. (CL8: 5)
Rini E: Biasanya kita bawa urusan ini kerumah jadi mengerjakannya dirumah, mau tidak mau harus gitu karena waktu dikantor yang sangat terbatas. (CL9: 5)
3) Menyusun program pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
a) Kendala untuk menetapkan dan mencapai tujuan pembelajaran dalam
proses pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: eeh misalnya saya jatah untuk ibu Dwi ngajar di jiwa 7 kali pertemuan alhamdulillah memenuhi tugasnya. SKS dosen 12 dia memenuhi tugasnya walaupun kadang-kadang jadwal nya tidak tepat. Ya itu dosen kan membimbing, dosen nguji, masuk kepanitiaan. (CL1: 6)
Maridi M D: Kalau di keperawatan itu kendalanya berkaitan dengan tehnologi-tehnologi terkini misal peralatan di literatur tehnologinya sudah maju dibandingkan dengan keadaan di laboratorium kampus maupun tempat praktik. (CL3: 6)
Yannie I: Ya kendala ada karena kita maunya seratus persen tapi juga harus didukung oleh fasilitas penunjang seperti alat dan bahan di laboratorium yang saya rasa masih kurang. (CL4: 6)
Sri S: Iya sarana dan prasarana laboratorium masih minimal yang kami miliki. (CL7: 6)
Marjan W: Sarana praktik nya kurang praktik laboratorium dan di lapangan, untuk di laboratorium masalah ruangannya dan masalah kekurang alat misal VEKTOR itu kan ada identifikasi jentik itu tidak bisa dilaksanakan karena tidak punya alat, kalau praktik lapangannya kita misal tentang pengukuran kualitas lingkungan itu juga kendalanya alatnya tidak ada. Jadi tujuan pembelajaran yang dibatasi. (CL8: 6)
Cara mengatasi untuk menetapkan dan mencapai tujuan pembelajaran
dalam proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai
dengan hasil wawancara:
Rusni M: Ya fleksibel dalam waktu pelaksanaannya. (CL1: 6)
Maridi M D: Dapat diatasi dengan adanya internet artinya walaupun kita tidak dapat menggunakan atau mempraktikkan tehnologi tersebut secara langsung karena memang tidak ada kita bisa memperkenalkan secara visual, sehingga tujuan pembelajaran tidak bisa tercapai seratus persen minimal mahasiswa mengenal alat itu, bagaimana cara kerjanya, kapan digunakan, dan bagaimana prosedur penggunaannya. (CL3: 6)
Yannie I: Ya kita sebagai dosen cuma bisa mengusulkan atau permintaan untuk pengadaanya ke pimpinan dan semua kebijakan ada pada pimpinan. (CL4: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Sri S: Ya selain yang saya bilang tadi kita juga memodifikasinya dengan menggunakan ide-ide baru seperti waktu milad Muhammadiyah kita adakan lomba promkes (promosi kesehatan) sehingga ada ide tambahan dari mahasiswa itu sendiri. (CL7: 6)
Marjan W: Ya sebagai bawahan hanya bisa menyarankan ke pimpinan untuk pengadaannya dan jika memungkinkan untuk dimodifikasi misal untuk identifikasi jentik hanya memakai lup aja. (CL8: 6)
b) Kendala untuk memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran sesuai
dengan hasil wawancara:
Rusni M: Pengadaan literaturnya sih. (CL1: 7)
Marjan W: Ya seperti yang udah saya katakan tadi bahwa literatur jadul dan koneksi internet lelet. (CL8: 7)
Cara mengatasi untuk memilih dan mengembangkan bahan
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Rusni M: buku-buku setiap tahun kita minta ke pimpinan untuk ada yang terbaru diadakan, anggarannya kan ada jadi setiap teks book kebutuhannya setiap mahasiswa bertambah kebutuhan buku juga bertambah kemudian kita juga kepingin ada langganan e-book. (CL1: 7)
Marjan W: Iya harus mengadakan sendiri semua baik buku literatur dan modem untuk koneksi internet. (CL8: 7)
c) Kendala untuk memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
sesuai dengan hasil wawancara tidak ditemukan.
d) Kendala untuk memilih dan mengembangkan media pembelajaran
sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Waktu mas, kendalanya karena berbenturan dengan beban kerja dosen tambah tugas administrasi dan tugas lainnya dan itu bersamaan. (CL2: 9)
Cara mengatasi untuk memilih dan mengembangkan media
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Joanggi W H: Ya harus mengerjakan tugas tepat waktu jangan ditunda-tunda, itu yang saya lakukan untuk mengatasinya mas. (CL2: 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
e) Kendala untuk memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang
digunakan mahasiswa sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: mereka berdiskusi dengan kita rata-rata membawa jurnal yang telah dipublikasikan itu kan biasanya jarang salah tapi tetap mereka dituntut untuk melakukan telaah jurnal, untuk kendala biasanya mereka kurang pemahamannya tentang isi dari jurnal sehingga kurang tepat dengan yang mereka inginkan misal mereka ingin mengambil penelitian murni tentang hipertensi tapi yang mereka dapatkan jurnal tentang akibat hipertensi seperti stroke, nah disinilah peran kita untuk membimbing mereka. (CL2: 10)
Maridi M D: Kalau kendala yang pertama dari jurnal apalagi jurnal-jurnal keperawatan di dalam negeri ini sangat terbatas berbeda dengan jurnal-jurnal di luar negeri itu banyak tapi kita hanya dapat mengakses yang free saja, yang membayar biasanya kan tidak, kendala yang kedua adalah bahasa yang berbeda dimana mahasiswa mulai merasa kesulitan dan ada keengganan untuk menggunakan bahasa Inggris yang terdapat pada jurnal internasional. (CL3: 10)
Yannie I: Iya karena mahasiswa sangat kesulitan kalau untuk mencari buku di perpustakaan kita. (CL4: 10)
Ramdhany I: Ya ada mahasiswa yang aktif ada yang tidak itu normal saja. (CL6: 10)
Sri S: Iya pengadaan buku-buku cetak sebagai bahan literatur tersebut. (CL7: 10)
Cara mengatasi untuk memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang
digunakan mahasiswa di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai
dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Ya jangan bosan-bosan membimbing dan mengarahkan mereka disamping itu juga kita harus terus meningkatkan pengetahuan secara pribadi. (CL2: 10)
Maridi M D: Saya sempat mengusulkan pada pimpinan disini untuk bergandengan dengan e-library supaya kita punya link agar dapat mengakses jurnal-jurnal internasional tanpa harus membayar tapi udah dibayar institusi. Untuk yang kendala bahasa saya sudah mulai antisipasi pada waktu mengajar dalam slide saya tidak murni bahasa Indonesia tetapi saya campur dengan bahasa Inggris sehingga keinginan mereka untuk belajar bahasa Inggris muncul. (CL3: 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Yannie I: Ya mencari sumber online lainya tidak hanya dari dalam kampus misal pencarian jurnal-jurnal nasional maupun internasional gitu. (CL4: 10)
Ramdhany I: Memberikan reward dan punishment sehingga mahasiswa itu semakin terpacu untuk hasil yang lebih baik. (CL6: 10)
Sri S: Pertama dengan pengadaan buku-buku cetak secara institusi dengan memesan buku cetak baik dalam negeri maupun luar negeri dan juga memanfaatkan internet dalam mencari literatur berupa jurnal. (CL7: 10)
4) Melaksanakan program pengajaran
a) Kendala untuk menciptakan iklim belajar yang tepat sesuai dengan hasil
wawancara:
Joanggi W H: Ya mas kelas yang berdampingan itu menggangu sekali mas apalagi ditambah dengan mahasiswa yang ribut tambah ngak dengar, untungnya suara saya keras tapi ya tidak terus kita balapan kenceng sama kelas sebelah. (CL2: 11)
Ramdhany I: Ya itu benar kelas yang berdampingan, tapi tidak terlalu berpengaruh pada saya karena memang suara saya besar sehingga saya tidak perlu menggunakan pengeras suara. (CL6: 11)
Sri S: kalau mati lampu genset bisa membantu, tetapi kami nengajar dikelas yang besar satu kelas itu sekitar 60an mahasiswa jadi bila lampu mati genset hanya dapat mengalirkan listrik ke seluruhannya kecuali ke AC sehingga mahasiswa ribut karena kepanasan, kalau dikelas yang kecil kebetulan saya ngajar pas waktu hujan jadi kelas tersebut banjir itu kan tidak kondusif. (CL7: 11)
Marjan W: Iya itu lampu mati yang mengakibatkan suasana kelas dalam proses pembelajaran tidak kondusif. Disamping itu juga kelas yang berhimpitan sehingga bila di sebelah ribut maka kita terganggu. (CL8: 11)
Rini E: Ya dengan kelas yang berdampingan, saya terganggu juga karena sekarang setiap dosen menggunakan pengeras suara. (CL9: 11)
Cara mengatasi untuk menciptakan iklim belajar yang tepat di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Ya saya minta pada mahasiswa untuk tidak ribut dan duduknya lebih kedepan sehingga lebih fokus dalam mendengarkan. (CL2: 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Ramdhany I: Ya kita harus pandai-pandainya menfokuskan mahasiswa. (CL6: 11)
Sri S: Saya biasa yang saya lakukan adalah pada saat lampu mati, bila di pertengahan proses saya mengajak mahasiswa untuk tetap tenang dan berusaha menyelesaikan proses belajar mengajar dengan cepat. Bila diawal proses pembelajaran saya mengganti metode pembelajaran dengan penugasan dan dipersentasikan pada saat waktu lain. Untuk kelas yang kebanjiran ya saya hanya bisa mengusulkan ke pimpinan untuk diadakan perbaikan. (CL7: 11)
Marjan W: Ya kalau waktu lampu mati seperti itu pinter-pinternya kita jadi pembelajaran yang dilakukan ngak serius-serius amat jadi ngajarnya sambil bergurau kalau ngak gitu mahasiswa akan tambah stress. Untuk kelas yang berhimpitan ya kita suruh anak-anak untuk posisi duduknya lebih maju kedepan agar lebih konsentrasi. (CL8: 11)
Rini E: Kita koordinasi sesama dosen agar dalam mengajar itu mengecilkan pengeras suaranya. (CL9: 11)
b) Kendala untuk penggunaan sarana dan prasarana dalam proses belajar
mengajar sesuai dengan hasil wawancara:
Marjan W: di laboratorium tersebut yang belum memadai. Peralatan laboratorium dan SDM (Sumber Daya Manusia)nya. (CL8: 12)
Cara mengatasi untuk penggunaan sarana dan prasarana dalam proses
belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
hasil wawancara:
Marjan W: Ya itu kita sebagai bawahan hanya bisa mengusulkan saja ke pimpinan. (CL8: 12)
c) Kendala untuk pengaturan ruangan sesuai dengan hasil wawancara:
Maridi M D: Merubah mainset mahasiswa bahwa sumber belajar tidak hanya dosen. (CL3: 13)
Cara mengatasi untuk pengaturan ruangan di Stikes Muhammadiyah
Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Maridi M D: Dengan memberi pengarahan dan melakukan perubahan posisi duduk mahasiswa misalnya saling berhadapan bila presentasi, melingkar waktu berdiskusi. (CL3: 13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
d) Kendala untuk menciptakan interaksi yang menyenangkan dalam proses
belajar mengajar sesuai dengan hasil wawancara tidak ditemukan.
5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
a) Kendala untuk membuat instrumen penilaian dan melaksanakan
penilaian pencapaian mahasiswa sesuai dengan hasil wawancara:
Sri S: Ada, mungkin waktu karena saya di manajemen dan saat ini saya lagi melaksanakan kuliah jadi kadang untuk perbaikan dan perbaharuan soal jarang saya laksanakan. (CL7: 15)
Cara mengatasi untuk membuat instrumen penilaian dan melaksanakan
penilaian pencapaian mahasiswa di Stikes Muhammadiyah Samarinda
sesuai dengan hasil wawancara:
Sri S: Saya lakukan perbaikan dan perbaharui soal tersebut sewaktu saya memeriksa hasil ujian mahasiswa dan Alhamdulillahnya karena saya sudah mempunyai bank soal jadi saya akan memilih soal yang sesuai dengan kebutuhan SAP. (CL7: 15)
b) Kendala untuk melaksanakan penilaian proses belajar mengajar dalam
upaya perbaikan proses pelajar mengajar sesuai dengan hasil
wawancara:
Rusni M: Kendala sih mungkin butuh waktu aja misal saat saya harus butuh SCL kelas karena SCL kelasnya kecil-kecil sementara kelas saya cuman ada empat butuh tambahan tiga. (CL1: 16)
Cara mengatasi untuk melaksanakan penilaian proses belajar mengajar
dalam upaya perbaikan proses pelajar mengajar di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Rusni M: Jadi harus jauh-jauh hari saya harus sudah berkoordinasi dengan bagian ruangan. (CL1: 16)
b. Standar proses pembelajaran
1) Perencanaan proses pembelajaran
a) Kendala untuk membuat silabus sesuai dengan hasil wawancara tidak
ditemukan.
b) Kendala untuk menjalankan indikasi pada silabus kedalam RPP sesuai
dengan hasil wawancara tidak ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
c) Kendala untuk membuat RPP sesuai dengan hasil wawancara tidak
ditemukan.
2) Pelaksanaan proses pembelajaran
a) Kendala untuk melaksanakan aitem dalam RPP sesuai dengan hasil
wawancara:
Joanggi W H: Ya itu tadi karena tergantung pada situasi kelas sehingga modifikasi pada pelaksanaannya pun dibutuhkan. (CL2: 20)
Yannie I: Ya seperti waktu pelaksanaanya yang tidak sesuai dengan jadwal karena kesibukan yang tidak hanya mengajar tapi juga sebagai pejabat struktural. Misal pertemuannya 12 kali tapi yang terlaksana sesuai jadwal cuma 10 kali. (CL4: 20)
Ramdhany I: Ada kendala mungkin pada saat kita terburu-buru dalam proses belajar mengajar kadang-kadang ada fase yang terbolak-balik malahan ada yang tertinggal itu terjadi di bagian isi materi. (CL6: 20)
Sri S: Saya rasa kendala itu waktu pelaksanaannya yang tidak sesuai, karena saya sibuk di manajemen sibuk kuliah jadi pengajaran yang kena imbasnya. (CL7: 20)
Cara mengatasi untuk melaksanakan aitem dalam RPP di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil wawancara:
Joanggi W H: Kita harus mengerti dan memahami betul apa tujuan pembelajarannya sehingga modifikasi tersebut tidak membuat malah bikin tujuannya tidak tercapai. (CL2: 20)
Yannie I: Ya kita berusaha mencari ganti nya diwaktu yang lain misalnya hari sabtu atau minggu. (CL4: 20)
Ramdhany I: Ya dengan selalu menyiapkan materi yang sesuai dengan RPP tersebut. (CL6: 20)
Sri S: Ya saya mengganti waktu pertemuan di lain hari yang terpenting jika saya diberi tugas untuk 14 kali pertemuan saya selesaikan juga dengan 14 kali pertemuan. (CL7: 20)
3) Penilaian hasil pembelajaran
a) Kendala untuk memanfaatkan penilaian hasil dan proses untuk
perbaikan sesuai dengan hasil wawancara tidak ditemukan.
4) Pengawasan proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
a) Kendala untuk melaksanakan pemantauan pada dosen dalam proses
pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
Dwi R F: Karena LPM masih baru dibentuk sehingga masih melakukan beberapa kajian. (CL5: 22)
Sri S: Untuk pemantauan sih ngak ada kendala tapi yang susah dipantau itu dosen luar jadi kami hanya terfokus pada buku monitoring saja. Kalau dosen dalam mudah sekali memantaunya bisa dengan lisan dan dari buku. (CL7: 22)
Rini E: Iya kendala biasanya bila ada kelas kosong dan kebetulan yang masuk dosen luar dan dosen tersebut dihubungi tidak bisa untuk meminta klarifikasi itu yang menjadi kendala. (CL9: 22)
Cara mengatasi untuk melaksanakan pemantauan pada dosen dalam
proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
hasil wawancara:
Dwi R F: Kegiatan tersebut masih berkoordinasi dengan Program Studi karena sebelumnya memang sudah dilaksanakan di tingkat Program Studi masing-masing. (CL5: 22)
Sri S: Saya biasanya suruh mahasiswanya yang aktif karena sebelum perkuliahan ada kontrak silabus jadi mahasiswa harusnya paham dan tahu mana materi yang sudah dan mana yang belum, lah itu biasanya saya lakukan di hari jum’at yang kita setting hari itu tidak ada perkuliahan murni untuk diskusi dengan mahasiswa karena jam 8 itu pengajian jadi mulai jam 10an sampai jam 11an itu waktu kita dan setiap tingkat ada penanggung jawabnya masing-masing seperti saya tingkat 3, pak Ainur itu tingkat 2 dan bu Lia itu tingkat 1 jadi mereka ngobrol-ngobrol santai tentang apa saja ya seperti curhat lah. Nah disitu kita meminta untuk mahasiswa selalu mengejar materi dosen khususnya dosen luar. Dan juga misalnya dalam tim Promosi Kesehatan saya dengan dosen luar sabagai tim maka saya yang inisiatif untuk menegur “pak maaf materi ini belum diberikan ya saya masuk mahasiswa masih bingung” misalnya cara menegurnya. Tidak berupa teguran tertulis itu tidak enak banget. (CL7: 22)
Rini E: Ya terpaksa jam yang kosong tersebut digunakan oleh dosen lain yang kebetulan sama mata ajarnya tetapi beda pokok bahasannya. (CL9: 22)
b) Kendala untuk melakukan supervisi kepada dosen dalam proses
pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Yannie I: Kendala mungkin waktu ya karena saya masih dikenakan tugas mengajar, belum lagi tugas di struktural jadi saya kira waktu itu kendalanya. (CL4: 23)
Dwi R F: Kedalanya yaitu jumlah personil yang ada di LPM cuma dua dan kami masih diberikan jam untuk mengajar yang banyak dan kesibukan intern LPM dalam menyiapkan dokumen. (CL5: 23)
Marjan W: Ya kendalanya karena keterbatasan waktu dan SDM karena saya juga menjalankan tugas manajemen, tugas mengajar dan kebetulan saya juga masih kuliah. Jumlah dosen tetap untuk Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan itu sangat terbatas. (CL8: 23)
Cara mengatasi untuk melakukan supervisi kepada dosen dalam proses
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Yannie I: Dengan mendelegasikan kepada Program Studi untuk supervisinya. (CL4: 23)
Dwi R F: Ya seperti tadi yang saya katakan masih berkoordinasi dengan Program Studi. (CL5: 23)
Marjan W: Ya kita hanya bisa berharap kebesaran jiwa seorang pengajar untuk memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. (CL8: 23)
c) Kendala untuk melakukan evaluasi kepada dosesn dalam proses
pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
Yannie I: Ya kendala itu aja jika mengevaluasi dosen tetap yang memang tugasnya dan kewajibannya mengajar saya kira hanya waktu proses belajar mengajarnya yang biasanya tidak tepat waktu karena beban kerja dosen yang tinggi tapi untuk targetnya semua sudah terlaksana secara keseluruhan. (CL4: 24)
Cara mengatasi untuk melakukan evaluasi kepada dosen dalam proses
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Yannie I: Ya Program Studi harus fleksibel dalam penempatan waktu pembelajarannya. (CL4: 24)
d) Kendala untuk mekanisme pelaporan dari dosen setelah proses
pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Dwi R F: Ya karena masih baru LPM ini dibentuk. (CL5: 25)
Sri S: Kendala untuk dosen dalam semua udah bikin tapi untuk dosen luar biasanya kita yang bikin kita buatkan karena beberapa dosen luar yang kita minta beberapa kali tidak ada respons jadi kita buatkan aja. (CL7: 25)
Rini E: Kendala ada ya, karena tidak semua dosen menyerahkan berkas pelaporannya tepat waktu. Khususnya dosen luar. (CL9: 25)
Cara mengatasi untuk mekanisme pelaporan dari dosen setelah proses
pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil
wawancara:
Dwi R F: Ya kita berusaha menyiapkan draf untuk pelaksanaanya dan standar operasionalnya. (CL5: 25)
Sri S: Iya tapi itu hanya beberapa saja yang lain membuat. (CL7: 25)
Rini E: Ya kita turut membantu misal untuk dosen luar RPP nya tersendat kita hubungi dulu kalau masih kesulitan menyerahkannya baru kemudian kita yang bikinkan RPP tersebut karena harus ada sebagai syarat akreditasi Perguruan Tinggi. (CL9: 25)
e) Kendala untuk melaksanakan tindak lanjut dari hasil pelaporan proses
pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara:
Sri S: Untuk kendala mungkin SDM (Sumber Daya Manusia) nya yang kurang, kelas semakin besar, materi semakin banyak, tapi SDM nya tetap. (CL7: 26)
Cara mengatasi untuk melaksanakan tindak lanjut dari hasil pelaporan
proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan
hasil wawancara:
Sri S: Memaksimalkan dosen dalam dan memanfaatkan dosen luar. (CL7: 26)
C. Pembahasan Penelitian
1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Kompetensi profesional merupakan salah satu dari beberapa kompetensi
yang harus dimiliki seorang pendidik antara lain guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya. Seorang pendidik tidak hanya menguasai tehnik-tehnik
dasar mengajar tetapi lebih luas yaitu membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU no. 14 tahun
2005). Dalam kondisi dilapangan di Stikes Muhammadiyah Samarinda saat ini
terdapat 10 dosen tetap yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi S-2 dari
40 dosen tetap yang terdaftar (sumber data Kepala Bagian Administrasi Umum
Stikes Muhammadiyah Samarinda). Dosen tetap yang sedang menyelesaikan
jenjang pendidikan S-2 sebanyak 6 orang dan jenjang pendidikan S-3 ada 1 orang.
Jika sesuai yang dijadwalkan pada tahun 2013 Stikes Muhammadiyah Samarinda
memiliki 17 dosen yang telah memenuhi kualifikasi akademik dan secara bertahap
meningkatkan jenjang pendidikan bagi dosen yang belum memenuhi kualifikasi
akademik diharapkan semua dosen telah memenuhi kualifikasi akademik sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi dosen di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sudah mencukupi, sebagian besar lulusannya di
bidang kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang menunjang. Tidak hanya itu saja yang
dapat dikatakan seorang dosen tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU no. 20 tahun 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Untuk tujuan pendidikan nasional secara umum telah sesuai dengan hasil
wawancara terhadap dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan
bahwa mencerdaskan manusia Indonesia sehingga membentuk karakter bangsa
yang beradab, yang berahlak mulia dan berketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
pelaksanaannya tujuan pendidikan nasional lebih bersifat umum dan luas untuk
seluruh jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal.
Salah satu jenjang pendidikan formal adalah jenjang pendidikan di
Perguruan Tinggi yang kita ketahui peranan dan fungsi Perguruan Tinggi tidak
lepas dari tridarma Perguruan Tinggi adapun tridarma tersebut adalah Perguruan
Tinggi sebagai media transport kognitif, afektif, dan psikomotor yang tercermin
dalam perubahan knowladge, attitude dan skill menjadi lebih baik, Perguruan
Tinggi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dengan cara pengembangan
penelitian dan Perguruan Tinggi sebagai wadah mencetak manusia yang siap
terjun dalam pengabdian masyarakat sedangkan di Stikes Muhammadiyah
Samarinda menerapkan caturdarma Perguruan Tinggi. Selain peran dan fungsi
Perguruan Tinggi secara umum, di Stikes Muhammadiyah Samarinda merupakan
salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah mengemban nilai dan kaidah-kaidah
Kemuhammadiyahan yang dalam pelaksanaan selalu mencerminkan budaya
Islami. Nilai-nilai Islami tidak lepas dari segi siar dan dakwah Islam sehingga
Perguruan Tinggi sebagai ajang siar dan dakwah islam. Hal ini sesuai wawancara
yang dikemukan oleh dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda melalui
simpulan wawancara adalah sebagai pendidikan, penelitian, pengabdian
masyarakat dan siar serta dakwah dalam bentuk Kemuhammadiyahan dan Islam
yang tidak meninggalkan kearifan-kearifan lokal.
Guna memenuhi peran perguruan tinggi tersebut maka diharapkan sebuah
institusi pendidikan mempunyai visi, misi serta tujuan yang jelas sehingga dapat
dijalankan oleh seluruh staf dan dosen di institusi tersebut. Bagi seorang pendidik
memiliki kemampuan mengetahui dan menerapkan prinsip psikologi pendidikan
dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar merupakan dasar yang harus
diketahui serta diterapkan guna menciptakan proses belajar mengajar yang efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa prilaku belajar siswa dalam psikologi
pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh peubahan prilaku yang baru secara keseluruan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Yudhawati
dan Haryanto.2011: 22). Di Stikes Muhammadiyah Samarinda penerapan prinsip
psikologi pendidikan adalah berupa meningkatkan motivasi dengan memberikan
pendahuluan serta humor segar pada saat penyampaiannya agar mahasiswa lebih
menikmati, meningkatkan keaktifan dengan memberi tugas, diskusi guna
meningkatkan kreatifitas, pengulangan materi yang telah disampaikan dalam
bentuk pertanyaan yang membimbing diharapkan mahasiswa dapat ingat dengan
materinya, dalam penyampaian materinya dengan menggunakan media audio-
visual dan membimbing secara individu setiap mahasiswa.
Pelaksanaan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi merupakan media
perpindahan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang tidak lepas dari
peran pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya
Perguruan Tinggi dengan memberikan keleluasaan bagi Perguruan Tinggi tersebut
untuk mengembangkan kurikulum institusi secara mandiri. Pada pelaksanaan
pengembangan kurikulum di Stikes Muhammadiyah Samarinda masih mengacu
ke kurikulum yang bersifat nasional dan secara berkelanjutan dikembangkan oleh
perhimpunan pendidikan profesi yang salah satu tugasnya adalah secara periodik
untuk mengembangkan kurikulum bagi Perguruan Tinggi yang menciptakan
lulusan keprofesian misalnya S-1 Ilmu Keperawatan adalah AIPNI (Asosiasi
Pendidikan Nurse Indonesia) atau S-1 Kesehatan Masyarakat dengan IAKMI
(Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Seperti yang dikemukakan oleh
para dosen kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum di Program Studi
D-3 Keperawatan dan Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan menggunakan
kurikulum sesuai SISDIKNAKES sedangkan untuk Program Studi S-1 Ilmu
Keperawatan menggunakan kurikulum AIPNI dan untuk Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat menggunakan kurikulum IAKMI. Hal ini sejalan dengan
yang ditertuang dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Nasional Pendidikan pasal 9 ayat 1 yang berbunyi “Kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut yang
bersangkutan untuk setiap program studi”.
Pengembangan kurikulum yang digunakan Perguruan Tinggi masih
bersifat umum sehingga disesuaikan dengan sarana prasarana dan keunggulan-
keunggulan Perguruan Tinggi tersebut. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda
mempunyai keunggulan dibidang emergensi (kegawatdaruratan) sehingga
kurikulum yang bersifat nasional tersebut diberi tambahan dengan muatan-muatan
lokal maka munculnya kurikulum institusi. Kurikulum intitusi ini yang menjadi
acuan para dosen dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi sesuai dengan
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 9 ayat 4 yang berbunyi “Kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan kedalamam muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh
perguruan tinggi masing-masing”.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan dosen selalu
mengacuh pada kurikulum institusi yang dibuat melalui lokakarya interen
Perguruan Tinggi yang khusus membahas tentang kurikulum yang akan
digunakan oleh institusi, lokakarya ini rencananya akan dilakukan secara periodik
guna peningkatan mutu pendidikan ditingkat Perguruan Tinggi. Penyusunan
program pembelajaran dilakukan oleh dosen dengan menentukan tujuan
pembelajaran yang merupakan bentuk pencapaian mahasiswa dalam proses
belajar mengajar.
Penentuan tujuan pembelajaran ini merupakan bentuk turunan dari
kurikulum institusi yang mengacu pada kurikulum nasional, tujuan pembelajaran
mendukung pencapaian kompetensi. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda
penetapan tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum dan diusahakan dapat
dicapai yang pada akhirnya dapat tercapainya kompetensi mahasiswa sehingga
kita batasi dan disesuaikan dengan kondisi. Senada dengan yang dikemukakan
oleh Hamnuri bahwa tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
menentukan strategi, materi dan evaluasi pembelajaran karen tujuan pembelajaran
merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
(Hamruni.2011: 12).
Setelah menentukan tujuan pembelajaran langkah berikutnya adalah
mencari bahan penunjang. Bahan penunjang yang baik ialah bahan penunjang
yang relevan dengan program studi atau mata kuliah dan juga sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Materi kuliah merupakan ilmu terkini (up to date). Untuk
mendapatkan bahan penunjang yang update, seorang dosen harus berusaha untuk
mencari dari literatur (buku-buku) yang tahun penerbitanya baru, jurnal-jurnal
ilmiah yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan lembaga yang berkompeten
dalam pengambangan ilmu pengetahuan serta browsing di internet menggunakan
situs-situs atau website yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengambilan materi sebagai bahan penunjang dengan jurnal-jurnal juga harus
terlebih dahulu dilakukan telaah ilmiah (critical appraisal) yang fungsinya untuk
mengetahui apakah jurnal-jurnal tersebut dapat digunakan sebagai landasan atau
acuan.
Bahan pembelajaran merupakan rangkuman yang diambil dari beberapa
bahan penujang. Kumpulan bahan penunjang yang digunakan tidak hanya satu
bahan penunjang atau satu sumber saja tetapi ada beberapa bahan penunjang dari
beberapa sumber yang terpecaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam
membuat bahan pembelajaran harus sesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan
sesistematis mungkin sehingga mahasiswa dapat menerima pembelajaran dengan
baik. Sejalan yang ungkapkan oleh Hamnuri bahwa bahan pembelajaran
merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi
yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat (Hamruni.2011: 12).
Pemilihan strategi pembelajaran ikut berperan dalam trasport ilmu
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang disampaikan dosen. Strategi
pembelajaran mencakup metode pembelajaran atau prosedur dan tehnik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
pembelajaran atau alat atau media sehingga dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar yang terencana untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara tepat guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Dalam
pelaksanaannya pemilihan strategi pembelajaran di Stikes Muhammadiyah
Samarinda dengan menggunakan pembelajaran orang dewasa dengan memadukan
antara TCL (Teaching Centered Leaning) untuk penyampaikan konsep-konsep
sedangkan SCL (Student Centered Leaning) bisa berupa small group discussion,
role play, presentasi, seven jump atau penugasan jurnaling agar kreatifitas mereka
lebih terasah baik kognitif, afektif dan psikomotor. Pembelajaran orang dewasa
dapat diartikan bahwa manusia (peserta didik) berusaha sendiri dengan berlatih
dan belajar guna memenuhi tuntutan kebutuhannya. Semua usaha tersebut
berujung pada kepuasan mahasiswa dalam menerima materi. Hal ini sesuai
dengan klasifikasi strategi pembelajaran yang terbagi menjadi lima yaitu
langsung, tak langsung, interaktif, mandiri dan melalui pengalaman
(Hamruni.2011: 8)
Metode pembelajaran merupakan cara yang di seorang pendidik dalam
proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Cara yang dipakai
dalam proses pembelajaran dapat berbeda-beda sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan oleh dosen
sebagai tenaga pendidik telah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk proses
komunikasi horisontal antara pendidik dan peserta didik. Guna kelancaran dan
mengurangi kesalahan dalam komunikasi tersebut dengan menggunakan media,
media sendiri berarti tengah-tengah (antara dua pihak), penggunaan media
pembelajaran ini merupakan bentuk dari tehnik pembelajaran yang sangat
membantu mahasiswa selaku peserta didik untuk dapat menerima materi
pembelajaran dengan baik dan mudah. Dengan perkembangan ilmu dan tehnologi
saat ini mendorong juga untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih
interaktif dan lebih menarik. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti
perkembangan tehnologi. Penggunaan media pembelajaran berbasis pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
tehnologi diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar
mengajar yang dalam pelaksanaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam
proses pembelajaran. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda dalam memilih dan
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan berbeda-beda setiap pokok bahasan. Media pembelajaran dapat berupa LCD,
laptop, whiteboard, spidol, alat bermain, poster, audio, audio-visual, dan alat
peraga (pantom) semua media pembelajaran tersebut disosialisasikan pada saat
kontrak pembelajaran.
Mahasiswa adalah pengguna jasa dari pendidikan yang diselenggarakan
oleh Perguruan Tinggi sehingga sumber belajar sangat diperlukan oleh mahasiswa
untuk mengembangkan pengetahuan yang tidak hanya didapat dari pertemuan di
kelas. Sumber belajar yang terdapat di Perguruan Tinggi berupa perpustakaan,
sarana online, ruang diskusi dan laboratorium. Sumber belajar tidak hanya berupa
bentuk fisik seperti buku dan elektronik melainkan bentuk komunikasi mahasiswa
antara teman dan dosen juga merupakan bentuk sumber belajar. Di Stikes
Muhammadiyah Samarinda sumber belajar sudah tepat sebagai indikator mereka
adalah penyelesaian tugas sesuai dengan perkembangan ilmu yang terbaru.
Mereka menggunakan tidak hanya literatur cetak yang ada di perpustakaan
kampus maupun daerah juga literatur elektronik yang berupa e-book dan jurnal-
jurnal yang didapat di internet. Sumber belajar tidak hanya berupa literatur,
berkomunikasi dan berdiskusi dengan ahlinya dan teman sejawat juga merupakan
sumber pelajar. Dan dosen hanya sebagai fasilitator saja. Senada dengan yang
dikemukakan oleh Woolkfolk bahwa guru dapat membuat program pembelajaran
yang memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah, pemanfaatan
tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar sehingga mutu hasil belajar
semakin meningkat (Woolkfolk dkk.1984: 307-338)
Dosen juga memiliki peranan yang penting dalam menciptakan suasana
belajar. Suasana belajar yang kondusif dapat meningkatkan minat dan motivasi
mahasiswa dalam pembelajaran. Suasana belajar dapat berupa kelengkapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
banguan fisik berupa gedung kelas, tata ruang kelas, alat-alat belajar dan keadaan
proses belajar mengajar. Selain berupa kelengkapan bangunan fisik, suasana
pergaulan kampus atau sering disebut suasana akademik juga berpengaruh pada
kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sardiman
bahwa untuk mengajar suati kelas guru dituntut mampu mengelola kelas yakni
menyediakan kondisi yang kondusif untuk keberlangsungan proses belajar
mengajar, kegiatan pengelolaan kelas akan menyangkut pengaturan tataruangan
kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar
yang serasi (Sardiman.2011: 169). Di Stikes Muhammadiyah Samarinda sudah
kondusif ruangan permanen, fasilitas memadai dan terpasang AC. Ditambah
dengan pengertian antara dosen dan mahasiswa. Suasana akademik berangsur-
angsur meningkat. Kondisi tertentu mengakibatkan suasana belajar tidak kondusif
seperti lampu mati dan hujan deras.
Pengaturan ruangan juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Dengan pengaturan ruangan tersebut, dosen menciptakan kondisi yang
dapat meningkatkan kearah yang optimal dalam proses belajar mengajar. Dosen
dapat melakukan mengatur ruang sesuai dengan strategi dan metode pembelajaran
yang dipakai sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada pelaksanaanya
di Stikes Muhammadiyah Samarinda mengenai pengaturan ruangan ditujukan
pada mahasiswa dengan memberi instruksi yang dapat memperlancar proses
belajar mengajar dan perubahan posisi tempat duduk. Perubahan posisi tempat
duduk juga dilakukan bila dosen melakukan perubahan metode pembelajaran
misalnya dengan perubahan dari ceramah ke diskusi kelompok.
Sarana prasarana sangat mendukung terpenuhinya suasana belajar yang
kondusif. Sarana prasarana pendidikan dalam bentuk fisik antara lain berupa
bangunan kelas, sarana prasarana proses pembelajaran dikelas, lahan parkir,
perpustakaan, dan ruang dosen sedangkan dikelas sudah terpasang papan tulis,
LCD, layar, pengeras suara dan AC guna kenyamanan dalam proses belajar
mengajar. Sarana prasarana pada proses belajar di laboratorium kampus masih
perlu peningkatan pengadaan peralatan dan SDM (Sumber Daya Manusia)nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Selain itu juga sarana prasarana lain juga harus perlu dikembangkan khususnya
bidang tehnologi informatika guna dapat bersaing dengan kemajuan jaman yang
semakin pesat.
Interaksi dosen dan mahasiwa dalam berbagai macam kegiatan baik
didalam maupun diluar kelas juga dapat mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar mengajar. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda
dalam pelaksanaan interaksi dosen dan mahasiswa dosen yang mengajar tidak
hanya duduk didepan tetapi berkeliling agar kedekatan dengan mahasiswa
tercipta, meningkatkan volume suara agar mahasiswa lebih fokus, menambahkan
humor yang menyegarkan agar tidak tegang, melempar ke mahasiswa kembali
bila ada pertanyaan dari mahasiswa agar lebih kreatif dan memanggil secara
pribadi nama mahasiswa agar merasa senang dan diperhatikan. Sesuai dengan
yang diungkapkan Sardiman bahwa sikap yang harus diperhatikan guru selama
memimpin proses belajar mengajar ini meliputi baik sikap tubuh pada waktu
mengajar, sikap terhadap kondisi ruang atau jumlah siswa, terhadap kebutuhan,
terhadap keinginan dan perhatian siswa, terhadap peranan dan fungsi media,
terhadap jalannya interaksi, terhadap tingkah laku yang menyimpang dan terhadap
waktu yang tersedia serta sikap guru dalam berbusana (Sardiman.2011: 200).
Tahap yang juga tidak kalah penting adalah tahap penilaian karena pada
tahap ini merupakan dimana seorang dosen dapat melakukan evaluasi guna
perbaikan proses belajar mengajar. Penilaian yang dilakukan seorang dosen terdiri
dari dua penilaian yaitu penilaian hasil belajar mahasiswa dan penilaian proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Pada pelaksanaan di Stikes
Muhammadiyah Samarinda penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan sesuai
prosedur penilaian yang telah ditetapkan pada silabus dan disosialiasaikan kepada
mahasiswa dan membuat instrumen penilaian dan melaksanakan penilaian
pencapaian mahasiswa di Stikes Muhammadiyah Samarinda instrumen penilaian
dibuat sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, laboratorium dan di
klinik. Pelaksanaannya dapat berupa tugas, observasi mahasiswa, UTS, UAS,
kehadiaran dan OSCE (Objective Strukture Clinik Examination) bila praktik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
laboratorium. Penilaian tersebut disebut juga penilaian sumatif yang dilaksanakan
pada akhir program tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para
siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk bukan proses (Sudjana.2011: 5).
Penilaian proses belajar mengajar dilakukan sewaktu-waktu pada saat
melaksanakan proses pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Penilaian
proses belajar mengajar tersebut ditujukan guna mengetahui tingkat capaian
mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Penilaian proses belajar mengajar dalam upaya perbaikan dapat dilakukan pada
waktu setelah subpokok bahasan atau setelah pokok bahasan. Untuk penilaian
pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan di akhir pembelajaran. Penilaian
tersebut disebut juga penilaian formatif adalah penilaian yang dillaksanakan pada
akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri, dengan demikian penilaian formatif beroientasi kepada
proses belajar mengajar (Sudjana.2011: 5)
2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran
Istilah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
menciptakan “manusia seutuhnya” sesuai dengan falsafah Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yaitu individu-individu yang mampu menjangkau
segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan
manusia lain dalam kehudupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri
sehingga pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal pikiran,
perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani maupun rohani
yang berkembang secara penuh (Sardiman.2011: 118-119). Oleh karena itu dalam
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran yang
meliputi: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran selalu
bertujuan membentuk manusia seutuhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Perencanaan proses pembelajaran meliputi pembuatan silabus dan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang harus dilakukan oleh seorang dosen
adalah membuat perencanaan itu dengan baik dan searah dengan kurikulum
institusi dan mengacu pada kurikulum nasional. Moh yamin mengungkapkan
bahwa kurikulum menjadi kunci sukses maupun gagalnya sebuah pendidikan
yang akan digelar oleh guru dan sekolah (Yamin.2009: 31). Dengan mengaju pada
kurikulum nasional maka secara tidak langsung sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam
pengembangan kurukurum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya dengan kata lain adanya perencanaan yang cermat mengenai
strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat dapat
diwujutkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki oleh siswa
(Nasution.2010: 78). Pada waktu pelaksanaan di Stikes Muhammadiyah
Samarinda sesuai dengan hasil analisis dokumen semua dosen telah membuat
silabus dan RPP. Pada pembuatan silabus dan RPP sesuai hasil analisa dokumen
telah sesuai dengan standar proses pembelajaran yang telah diatur dalam
Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi penerapan RPP yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dosen
di Stikes Muhammadiyah Samarinda menyatakan bahwa semua dosen
melaksanakan setiap bagian tersebut secara berurutan, beberapa dosen melakukan
modifikasi dan juga para dosen juga berusaha untuk memberi inovasi-inovasi
yang positif dalam proses belajar mengajar senada dengan yang diungkapkan oleh
Sardiman yaitu guru yang lebih komprehensif akan memiliki tingkatan kualifikasi
profesional, yakni: capability, inovator dan developer (Sardiman.2011: 161). Pada
pengamatan atau observasi proses belajar mengajar yang dilakukan dengan
menggunakan ceklist yang sesuai dengan permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang
standar proses, telah terpenuhi pada aitem pelaksanaan proses pembelajaran yang
terdapat dalam RPP terbagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Penilaian hasil pembelajaran meliputi penilaian hasil belajar dan proses
belajar mengajar senada dengan ungkapan bahwa keberhasilan pengajaran tidak
hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi
prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasi belajar siswa bergantung pula pada
proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebeb itu , perlu dilakukan
penilaian terhadap proses belajar-mengajar (Sudjana.2011: 65). Di Stikes
Muhammadiyah Samarinda pemanfaatan penilaian hasil dan proses pembelajaran
untuk digunakan dalam perbaikan proses belajar mengajar. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sudjana bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
mutu pendidikan dengan cara memanfaatkan hasil dari penilaian yang dilakukan
secara sistematis dan periodik baik penilaian hasil belajar maupun penilaian
proses belajar mengajar (Sudjana.2011: 161).
Pengawasan dalam pendidikan merupakan merupakan pengawasan yang
khas yang hanya berlaku dalam pendidikan, bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik melalui kegiatan belajar yang bermutu yang dilayani guru.
Dikatakan khas karena sifat pengawasannya berkaitan dengan pengakuan dan
penghargaan atas diri anak sebagai manusia utuh yang harus dihargai dan
dihormati. Proses mengajar yang ditangani guru dalam mengaktifkan kegiatan
belajar murid sebagai pembelajaran, kegiatannya berupa transaksi akademik
diantara guru dan peserta didik yang harus ditangani secara profesional oleh orang
yang mempunyai keahlian (Suhardan.2010: 13-14).
Pengawasan proses pembelajaran merupakan tahap terakhir dari standar
proses pembelajaran. Bagian pertama dari pengawasan proses pembelajaran
adalah pemantauan, di Stikes Muhammadiyah Samarinda pemantauan yang
dilakukan oleh Ketua Program Studi. Ketua Program Studi telah memiliki Silabus
dan RPP setiap dosen sehingga dapat mengvalidasi ulang sewaktu-waktu dari
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen. Pelaksanakan pemantauan
sesuai rencana oprasional sebulan sekali dengan menggunakan buku monitoring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
baik dari mahasiswa dan dari absensi dosen. Hal ini sesuai dengan yang tersurat
dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Supervisi dilaksanankan di Stikes Muhammadiyah Samarinda dengan oleh
Wakil Ketua I bidang Akademik dengan memberikan masukan dan konsultasi
pada waktu penerimaan karyawan khususnya dosen dengan mengadakan
microteaching dalam salah satu tahap penyeleksian dosen baru di Stikes
Muhammadiyah Samarinda dan selanjutnya mendelegasikan supervisi kepada
Ketua Program Studi tempat dosen baru tersebut ditempatkan. Supervisi yang
dilaksanakan seharusnya telah ditentukan standar operasional prosedurnya yang
telah ditetapkan oleh LPM sebagai lembaga yang berkompeten dalam urusan
penjaminan mutu pendidikan di Stikes Muhammadiyah Samarinda tetapi karena
kekurangan personil dalam pelaksanaan supervisi maka belum dapat dilaksanakan
sehingga dalam pelaksanaannya di serahkan kepada Ketua Program Studi. Pada
implikasinya di Stikes Muhammadiyah Samarinda supervisi diselenggarakan
dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan dan konsultasi pada dosen baru.
dilaksanakan tidak terstruktur dengan cara memberikan contoh, pelatihan, seminar
dan diskusi pada saat pembelajaran tim. Hal ini sesuai yang tercantum dalam
permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses. Hal senada juga
diungkapkan oleh Suhardan yaitu supervisi adalah pengawasan profesional dalam
bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang
kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar
pengawas biasa. Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang
yang diawasinya dan menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang mendalam
serta kesanggupan untuk melihat peristiwa pembelajaran dengan tajam
(Suhardan.2010: 36).
Evaluasi proses pembelajaran bertujuan untuk mengukur kinerja dosen
dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda diserahkan kepada Program Studi masing-masing
tempat dosen tersebut mengabdi. Pelaksanaan evaluasi di Program Studi Stikes
Muhammadiyah Samarinda menggunakan buku monitoring, hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
mahasiswa dan evaluasi dalam bentuk kuisioner kepada mahasiswa seperti yang
diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa evaluasi pembelajaran
merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan
pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran. Evaluasi
pembelajaran mencakup pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai atau manfaat
prohram, hasil dan proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono.2009: 221). Hal
tersebut senada yang tersurat dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang
standar proses.
Pada mekanisme pelaporan dosen proses pembelajaran di Stikes
Muhammadiyah Samarinda, secara berurutan dari dosen melaporkan kepada
penanggung jawab bidang akademik bisa berupa koordinator bidang akademik
maupun langsung pada Ketua Program Studi. Berkas pelaporan tersebut terdiri
dari silabus, RPP, buku monitoring, hasil belajar mahasiswa. Penyerahan berkas
tersebut setiap akhir semester. Setelah berkas terkumpul dan dibuat laporan secara
keseluruhan tentang kinerja dosen maka para Ketua Program Studi menyerahkan
ke LPM (Lembaga Penjamin Mutu) dan ke Wakil Ketua I bidang Akademik. Hal
ini telah sesuai dengan permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Tahap terakhir dari pengawasan proses pembelajaran adalah pelaksanaan
tindak lanjut. Tindak lanjut biasanya berisi tindakan baik punishment dan reward.
Pada pelaksanaanya di Stikes Muhammadiyah Samarinda dilakukan oleh Wakil
Ketua I bidang Akademik setelah menerima laporan dari Program Studi. Dari
Wakil Ketua I bidang Akademik tindak lanjut tersebut di teruskan oleh Ketua
Program Studi dalam pelaksanaan isi tindak lanjut tersebut, seirama dengan yang
tersurat dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.
3. Kendala yang dihadapi oleh para dosen cara mengatasi sebagai tenaga pengajar
profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Analisis yang dilakukan pada kajian kendala yang dihadapi oleh para
dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda didapatkan bahwa ada tiga kendala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
besar yaitu sarana dan prasarana dan SDM (Sumber Daya Manusia). Dalam
subbab lebih lanjut akan dibahas mengenai kendala-kendala tersebut.
Sarana dan prasarana antara lain yang pertama adalah kekurangan jumlah
kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang
sangat mendesak, dengan adanya strategi pembelajaran yang baru sehingga kelas
besar pada strategi pembelajaran TCL (Teaching Centered Learning) berganti
dengan kelas yang lebih kecil pada strategi pembelajaran SCL (Student Centered
Learning) mengakibatkan kekurangan kelas sehingga memaksimalkan seluruh
ruangan yang ada dilingkungan Stikes Muhammadiyah Samarinda guna
memenuhi kekurangan ruang misal ruang rapat dan laboratorium .
Kedua adalah penempatan ruang kelas yang berhimpitan juga merupakan
kendala dalam proses belajar mengajar karena suara yang ditimbulkan dari kelas
sebelah sangat menggangu konsentrasi dari mahasiswa dan dosen. Ditambah lagi
dengan penggunaan media pengeras suara mengakibatkan kelas yang berhimpitan
sangat tidak kondusif. Keuntungan bagi para dosen yang telah memiliki suara
keras sehingga dengan keunggulan tersebut dapat meminimal gangguan dari kelas
sebelah untuk mengatasi hal tersebut dengan berkoordinasi dengan kelas sebelah
untuk mengecilkan sedikit pengeras suaranya juga bisa dengan memusatkan
perhatian mahasiswa dengan mengatur posisi tempat duduk kearah menjauhi kelas
sebelah dan meminta mahasiswa agar tidak ribut.
Ketiga adalah bila keadaan lampu mati atau terputusnya pasokan listik
dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) maka di Stikes Muhammadiyah Samarinda
menghidupkan sebuah genset tetapi hanya bisa mengalirkan listrik selain ke AC
(Air Conditioner) ruangan sehingga bila berada dikelas pada saat proses belajar
mengajar kelas jadi panas dan akibatnya tidak kondusif untuk mengatasi bila
terjadi kondisi lampu mati saat proses pembelajaran berlangsung dengan
memberikan humor-humor yang menyegarkan sehingga mahasiswa tidak semakin
stress. Hal berbeda dalam penanganan kondisi lampu mati dengan mempercepat
proses pembelajaran bila kondisi tersebut berlangsung pada saat proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
mengajar bila terjadi sebelum proses belajar mengajar maka perkuliahan akan
ditunda atau merubah metode pembelajaran.
Keempat adalah guna memenuhi sumber belajar yang memadai untuk
mahasiswa, pengadaan dan pemerolehan literatur terutama buku cetak. Di
Kalimantan sendiri peredaran buku terutama buku baru sangat kurang sehingga
pengadaan literatur yang terbaru merupakan suatu keharusan guna meningkatkan
mutu pendidikan deng memaksimalkan sumber belajar mahasiswa untuk
mengatasinya dengan berusaha untuk mencari sendiri bila ingin literatur tersebut
cepat didapat disamping diuntungkan dengan ada fasilitas internet juga sering
mengikuti pelatihan merupankan salah satu cara dalam mengatasi minimnya
literatur.
Kelima adalah akses internet yang lambat di Stikes Muhammadiyah
Samarinda mengakibatkan kendala pencarian literatur dari buku elektronik. Cara
mengatasinya dengan mengadangan pembelian modem sendiri.
Keenam adalah akses jurnal, dalam pemenuhan kompetensi mahasiswa
diharuskan dapat mengakses jurnal. Jumlah jurnal-jurnal kesehatan di dalam
negeri sangat terbatas berbeda dengan jurnal-jurnal di luar negeri yang cukup
banyak untuk mengatasi kendala tersebut dengan mengirim para dosen untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang analisis jurnal dan juga dengan membuka
hubungan dunia maya seperti bergandengan dengan e-library.
Ketujuh adalah alat dan bahan laboratorium yang menjadikan kendala
adalah dari pengadaannya. Perkembangan tehnologi tidak dapat dipungkiri telah
sangat cepatnya, penggunaan tehnologi dalam perkembangan ilmu kesehatan juga
mengalami perkembangan yang pesat. Di literatur tehnologinya sudah sangat
maju sedangkan di laboratorium kampus maupun laboratorium klinik masih
menggunakan tehnologi yang lama. Cara mengatasinya yaitu menggunakan media
pembelajaran yang up to date yaitu media pembelajaran dengan audio-visual,
menghadirkan tehnologi tersebut dalam bentuk audio-visual sehingga tujuan
pembelajaran mahasiswa tidak sampai pada mendemostrasikan tapi hanya sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
tahu dan paham mengenai jenis alat, cara kerja, kapan digunakan, dan bagaimana
prosedur penggunaanya. Pengadaan alat dan bahan yang masih kurang di
laboratorium kampus mengakibatkat tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa
seluruhnya terpenuhi kenyataanya tidak semua terpenuhi. hal tersebut tidak hanya
dialami di laboratorium kampus juga dalam pelaksanaannya dilapangan juga
pengadaan alat menjadi kendala yang serius. Cara mengatasi hal tersebut para
dosen hanya bisa mengusulkan atau permintaan pengadaan ke pimpinan dan
selama ini mengadakan beberapa modifikasi serta menjalin kerjasama dengan
pihak yang lebih berkompeten. Kekurangan pengadaan alat dan bahan
laboratorium tidak semuanya ber dampak negatif, dari kekurangan alat dan bahan
tersebut dapat menciptakan modifikasi dan ide-ide cemerlang. Tidak hanya
pengadaan alat dan bahan laboratorium yang masih belum memadai masalah
SDM (Sumber Daya Manusia) juga menjadi kendala di Stikes Muhammadiyah
Samarinda.
SDM (Sumber Daya Manusia) juga merupakan kendala besar yang ada di
Stikes Muhammadiyah Samarinda. Kendala SDM ada beberapa antara lain
pertama adalah kurikulum baru sehingga membutuhkan pemahaman kembali.
Mengakibatkan dalam proses pembelajaran di lapangan terjadi menggunakan dua
kurikulum yang berbeda yaitu menggunakan kurikulum yang terbaru dan
menggunakan kurikulum yang lama. Belum lagi kendala dari pusat tentang
kurikulum yang belum disahkan untuk mengatasinya dengan berusaha untuk
berkoordinasi kepada yang lebih kompeten dalam pemahaman kurikulum dan
menyesuaikan diri serta memodifikasi kurikulum tersebut juga dapat dilakukan
dengan mengadakan telaah kurikulum seperti melakukan lokakarya di tingkat
institusi.
Kedua adalah jumlah dosen tetap yang karena kelas selalu bertambah
akibat tuntutan masyarakat dan pengembangan institusi sedangkan SDM dosen
tetap tidak bertambah sehingga untuk mengatasinya dengan memaksimalkan
tenaga dosen tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Ketiga adalah masalah beban kerja dosen tetap akibat kekurangan jumlah
dosen, beban kerja dosen tetap cukup maksimal. Beban kerja dosen tetap sudah
cukup maksimal sehingga waktu pelaksanaan belajar mengajar sering tidak sesuai
jadwal untuk mengatasi beban kerja dosen tetap dengan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dan memberikan flesibilitas waktu.
Keempat adalah dosen luar yang dihargai jasanya untuk mengurangi
beban kerja dosen tetap. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dosen luar
jika ada yang berhalangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan
sangat sulit dihubungi untuk mengatasi kekosongan jam kerena ketidakhadiran
dosen luar adalah dengan mengganti dosen luar dengan mata kuliah yang sama
tetapi materi berbeda. Selain masalah dosen luar yang tidak dapat mengisi materi
dalam proses belajar mengajar, dosen luar juga sebagian susah untuk
pengumpulan berkas guna pelaporan berupa pembuatan RPP cara mengatasi
tersendatnya pelaporan dosen luar biasanya untuk kemudahan terpaksa dibantu
dalan hal pembuatannya.
Kelima adalah LPM (Lembaga Penjamin Mutu) yang baru terbentuk dan
terkendala pada kurangnya SDM sehingga peran dari LPM kurang maksimal
untuk mengatasi hal tersebut dengan selalu berkoordinasi dengan Ketua Program
Studi dalam pelaksanaan fungsi sebagai penjamin mutu akademik karena sebelum
LPM dibentuk semua urusan akademik diserahkan kepada Program Studi selama
ini yang dilakukan oleh LPM berusaha untuk membuat draf SOP (Standar
Operasional Prosedur) tentang akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan penelitian yang ditetapkan maka dapat disimpulkan
dari masalah penelitian sebagai berikut:
4. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar
Dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda telah memenuhi kompetensi
profesional dalam proses belajar mengajar dapat ditarik kesimpulan yaitu
Pendidikan tinggi merupakan salah satu jenjang formal yang implikasinya
dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai wadah dari
pendidikan tinggi menjalankan perannya yang tercantum dalam UU no. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 20 yaitu perguruan tinggi sebagai
penyelengara pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sedangkan di
Stikes Muhammadiyah Samarinda sebagai salah satu perguruan tinggi yang
melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi juga mempunyai peranan sebagai
sarana siar dan dakwah. Keunggulan Stikes Muhammadiyah Samarinda menjadi
nilai lebih dimana Stikes Muhammadiyah Samarinda mempunyai keunggulan
dalam hal penanganan pasien gawat darurat sehingga di Stikes Muhammadiyah
Samarinda mempunyai kurikulum institusi yang memiliki kekhususan dan tidak
bertentangan dengan kurikulum nasional.
Dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Stikes
Muhammadiyah Samarinda selalu dilandasi dengan kurikulum yang berlaku
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dijabarkan dalam penentuan bahan
penunjang pembelajaran, pemilihan bahan pembelajaran, media pembelajaran dan
strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi sarana dan prasaran
ataupun kondisi kelas. Dosen juga dituntut untuk menjalin interaksi yang positif
dengan mahasiswa sehingga dapat membentuk suasana belajar yang kondusif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
disamping dosen juga harus melaksanakan penilaian baik penilaian hasil belajar
maupun penilaian proses belajar.
5. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran
Standar proses pembelajaran telah terlaksana dan secara garis besar telah
dilaksanakan oleh dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Pelaksanaannya
standar proses pembelajaran tersebut mulai dari perencanaan proses pembelajaran
yaitu kurikulum yang berlaku di institusi dijabarkankan dalam bentuk silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian pada pelaksanaan proses
pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat
berdasarkan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dilaksanakan sesuai fase
dalam RPP yang terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup. Setelah itu pada
penilaian proses pembelajaran yaitu melaksanakan penilaian baik penilaian hasil
belajar maupun penilaian proses belajar mengajar. Sedangkan pada pengawasan
proses pembelajaran telah dilakukan oleh dosen dan pihak yang berkompeten
antara lain pada saat pemantauan, supervisi dan evaluasi proses pembelajaran
dilakukan langsung oleh ketua program studi maupun staf yang telah diberi tugas
kemudian untuk pelaporannya di lakukan oleh ketua program studi kepada wakil
ketua II bidang akademik yang selanjutnya wakil ketua II bidang akademik
melakukan tindak lanjut berdasarkan hasil laporan tersebut sedangkan untuk
standar operasional prosedur setiap elemen proses pembelajaran ditetapkan oleh
lembaga penjamin mutu.
6. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar
profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda
Kendala-kendala pada kompetensi profesional dosen dalam proses belajar
mengajar meliputi:
a. Menguasai landasan pendidikan
(4) Mengenai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
yaitu kurangnya sarana dan prasarana untuk laboratorium sehingga tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Cara mengatasinya dengan
memodifikasi laboratorium dan memanfatkan laboratorium daerah.
(5) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat tidak ditemukan kendala.
(6) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan dalam
proses belajar mengajar yaitu perbedaan kognitif karena input yang
beragam dan kendala kurangnnya ruangan. Cara mengatasinya lebih
menfokuskan mahasiswa dan pendayagunaan ruangan selain ruang kelas
seperti ruang rapat dan laboratorium.
b. Menguasai bahan pengajaran
1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan yaitu kurangnya
pemahaman tantang kurikulum yang baru, kurikulum yang kurang update
karena kurikulum dibuat secara umum sedangkan ilmu pengetahuan terus
berkembang. Cara mengatasinya dengan melakukan pelatihan-pelatihan,
update ilmu pengetahuan, menjadi suatu keharusan dan sering
berkoordinasi dengan pihak yang lebih mengerti kurikulum
2) Menguasai bahan pengayaan yaitu referensi literatur masih kurang. Cara
mengatasinya dengan pemanfaatan internet, berlangganan e-book, dan
mengajukan pada pimpinan untuk pengadaan literatur terbaru.
c. Menyusun program pembelajaran
1) Menetapkan tujuan pembelajaran yaitu berkaitan dengan tehnologi terkini
sehingga di literatur sudah lebih maju dibandingkan dengan di kampus
maupun di tempat praktik dan peralatan dan bahan laboratorium. Cara
mengatasinya dengan hanya memperkenalkan tehnologi tersebut secara
visual dan memodifikasi laboratorium yang telah ada serta tepat
mengusulkan pada pimpinan untuk pengadaan alat dan bahan
laboratorium.
2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran yaitu kurangnya
literature. Cara mengatasinya dengan mengusulkan pada pimpinan untuk
pengadaan literatur terbaru dan memanfaatkan internet dengan
berlangganan e-book.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar tidak ditemukan
kendala.
4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai yaitu
tingginya beban kerja dosen sehingga pemilihan dan pengembangan media
pembelajaran kurang terlaksana. Cara mengatasinya dengan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar yaitu kurangnnya akses jurnal,
kurangnya pemahaman tentang isi jurnal, pengadaan literatur sehingga
keterbatasan literatur di perpustakaan. Cara mengatasinya dengan selalu
membimbing dan mengarahkan mahasiswa, mengusulkan pada pimpinan
untuk pengadaan literatur dan berkerja sama dengan e-library.
d. Melaksanakan program pembelajaran
1) Menciptakan iklim belajar yang tepat yaitu merubah mainset mahasiswa
dari pedagogik menjadi andragogik, proses belajar mengajar yang
terganngu karena kelas yang berdampingan dan mahasiswanya ribut serta
bila lampu padam maka suasana dikelas sangat panas karena listrik dari
genset hanya dapat dipergunakan untuk selain AC. Cara mengatasinya
dengan memberikan pengarahan, menfokuskan perhatian mahasiswa dan
mengubah metode pembelajaran.
2) Mengatur ruang belajar yaitu kurangnya peralatan dan sumber daya
manusia (SDM) pada laboratorium kampus. Cara mengatasinya dengan
mengusulkan pada pimpinan untuk pengadaan alat dan bahan
laboratorium.
3) Mengelola interaksi belajar mengajar tidak diketemukan kendala.
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah di laksananakan
1) Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran yaitu
keterbatasan waktu perbaikan dan pembaharuan soal yang jarang
dilakukan. Cara mengatasinya dengan melakukan perbaikan dan
perbaharuan soal saat pemeriksaan hasil ujian mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan yaitu terkendala
oleh ruangan yang kurang. Cara mengatasinya dengan kerkoordinasi pada
pihak pengelola ruangan jauh-jauh hari sebelumnya.
Sedangkan kendala pada pemenuhan standar proses pembelajaran meliputi:
a. Perencanaan proses pembelajaran tidak ditemukan kendala.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran yaitu ada fase terbolak-balik dan ada materi
yang tertinggal dan ketidaksesuaian jadwal perkuliahan karena kesibukan.
Cara mengatasinya dengan selalu menyiapkan materi yang sesuai dengan
RPP dan menggati waktu perkuliahan.
c. Penilaian proses pembelajaran tidak ditemukan kendala.
d. Pengawasan proses pembelajaran
1) pelaksanaan pemantauan pada dosen dalam proses pembelajaran yaitu baru
terbentuknya lembaga penjamin mutu (LPM) sehingga masih melakukan
beberapa kajian dan pemantauan untuk dosen luar yang hanya berfokus
pada buku monitoring saja. Cara mengatasinya dengan berkoordinasi
dengan program studi krn sudah dilakukan sebelumnya di tingkat program
studi dan memberikan waktu khusus untuk bertemu dengan mahasiswa
dan membicarakan tentang kesulitan dalam proses belajar mengajar.
2) pelaksanaan supervisi kepada dosen dalam proses pembelajaran yaitu
keterbatasan waktu akibat kesibukan dan kekurangan jumlah anggota pada
LPM. Cara mengatasinya dengan berkoordinasi dengan program studi
untuk dapat melakukan supervisi.
3) pelaksanaan evaluasi kepada dosen dalam proses pembelajaran yaitu
kendala ketidaktepatan waktu perkuliahan. Cara mengatasinya dengan
fleksibel dalam penempatan waktu pembelajaran
4) mekanisme pelaporan dari dosen pengajar setelah pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu LPM yang masih baru dan tidak semua dosen
menyerahkan berkas pelaporannya tepat waktu khususnya dosen luar. Cara
mengatasinya dengan LPM berusaha untuk menyiapkan draf standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
operasional prosedur dan membuat berkas pelaporan bagi dosen tidak
membuatnya karena merupakan syarat akreditasi perguruan tinggi.
5) pelaksanaan tindak lanjut dari hasil pelaporan yaitu kurangnya SDM. Cara
mengatasinya dengan memaksimalkan dosen dalam dan memanfaatkan
dosen luar.
B. Implikasi
Profesionalitas dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar sangat mempengaruhi mutu pendidikan dan
motivasi belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar mahasiswa
yang kedepannya dapat mempengaruhi kualitas lulusan Stikes Muhammadiyah
Samarinda. untuk itu profesionalitas dosen sebagai tenaga pendidik harus selalu
ditingkatkan dengan selalu meningkatkan wawasan dan pengetahuannya serta
mengembangkan inovasi-inovasi pembelajaran melalui kegiatan yang dapat
meningkatkan daya kreatifitas seorang dosen seperti mengikuti kegiatan seminar
motivator, seminar pembelajaran interaktif, seminar pembelajaran berbasis
tehnologi, workshop, lokakarya pendidikan, membaca literatur baik nasional
maupun internasional tentang pembelajaran, selalu mengikuti perkembangan
pendidikan dengan pemanfaatan internet dengan baik dan sebagainya. Dengan
semakin meningkatnya profesionalitas dosen tidak hanya dapat meningkatkan
mutu pendidikan baik ditingkat institusi maupun mutu pendidikan ditingkat
nasional.
C. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi yang dikemukakan di atas,
maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Perguruan Tinggi
a. Institusi Perguruan Tinggi agar dapat meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana yang dapat meningkatkan juga motivasi belajar mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
b. Institusi Perguruan Tinggi agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
dosen guna peningkatan mutu pendidikan.
c. Institusi Perguruan Tinggi agar dapat menyaring dari berbagai macam input
mahasiswa dan secara berkelanjutan untuk mengadakan pengarahan tentang
pembelajaran secara mandiri
2. Bagi Dosen
a. Para dosen meningkatkan profesionalitasnya sebagai pendidik dengan
mengembangkan wawasan dan pengetahuan secara optimal.
b. Para dosen meningkatkan profesionalitasnya sebagai pendidik dengan
menerapkan dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
3. Bagi Peneliti
a. Diharapkan kepada peneliti untuk dapat mempersempit fokus masalah
penelitian agar penjelasan dan kedalaman penelitian dapat terpenuhi
b. Diharapkan kepada peneliti untuk dapat mengkaji kembali dan melakukan
penelitian agar dapat menemukan terobosan baru dalam inovasi proses
pembelajaran sehingga diharapkan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user