orientasi pengembangan profesionalitas guru.docx

27
Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru SETELAH membicarakan mengenai membangun budaya profesionalisme guru pada lembaga pendidikan, maka pada bagian ini perlu disajikan beberapa gagasan tentang perlunya orientasi pengembangan profesionalistas guru. Setidaknya melalui sajian ini diharapkan memberikan kontribusi tentang langkah-langkah ke depan yang harus diambil untuk pengembangan profesionalistas guru di suatu lembaga pendidikan. Seperti yang terlihat, terdengar dan mungkin telah menjadi fakta bahwa kondisi guru di setiap sekolah pada umumnya, dan termasuk juga di sekolah Islam seringkali dikesankan jauh panggang dari sikap profesionalisme. Akhir-akhir ini, ada beberapa hal yang mendapatkan sorotan dan menjadi isu utama dalam banyak pembicaraan yaitu mengenai masalah mutu profesi guru.[1] Menurut Willian Castetter,[2] pengembangan dapat dipahami sebagai upaya individu untuk menumbuhkan dirinya sendiri supaya mengembangkan tugas kewajibannya, terutama dalam pendidik yang belum mempunyai standar in servis education, seperti pendidik yang belum memenuhi persyaratan baik dari segi penguasaan bahan, ketrampilan, maupun metodologi dalam melaksanakan tugasnya. Sementara dalam pandangan Edwin B. Flippo[3] pengembangan dapat memberikan dampak positif baik kepada dirinya sendiri maupun kepada institusi. Jadi esensi yang dikemukakan oleh kedua pandangan di atas, bahwa pengembangan merupakan tuntutan yang harus dijalankan supaya menambah keluasan dan keefektifan dalam menjalankan tugasnya.

Upload: winda-tri-lestari

Post on 13-Apr-2015

165 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru

SETELAH membicarakan mengenai membangun budaya profesionalisme guru pada lembaga pendidikan, maka pada bagian ini perlu disajikan beberapa gagasan tentang perlunya orientasi pengembangan profesionalistas guru. Setidaknya melalui sajian ini diharapkan memberikan kontribusi tentang langkah-langkah ke depan yang harus diambil untuk pengembangan profesionalistas guru di suatu lembaga pendidikan.

Seperti yang terlihat, terdengar dan mungkin telah menjadi fakta bahwa kondisi guru di setiap sekolah pada umumnya, dan termasuk juga di sekolah Islam seringkali dikesankan jauh panggang dari sikap profesionalisme. Akhir-akhir ini, ada beberapa hal yang mendapatkan sorotan dan menjadi isu utama dalam banyak pembicaraan yaitu mengenai masalah mutu profesi guru.[1]

Menurut Willian Castetter,[2] pengembangan dapat dipahami sebagai upaya individu untuk menumbuhkan dirinya sendiri supaya mengembangkan tugas kewajibannya, terutama dalam pendidik yang belum mempunyai standar in servis education, seperti pendidik yang belum memenuhi persyaratan baik dari segi penguasaan bahan, ketrampilan, maupun metodologi dalam melaksanakan tugasnya. Sementara dalam pandangan Edwin B. Flippo[3] pengembangan dapat memberikan dampak positif baik kepada dirinya sendiri maupun kepada institusi. Jadi esensi yang dikemukakan oleh kedua pandangan di atas, bahwa pengembangan merupakan tuntutan yang harus dijalankan supaya menambah keluasan dan keefektifan dalam menjalankan tugasnya.

Pengembangan profesionalisme guru berarti proses improvisasi diri (self improvement) yang tiada henti. Sebab terkait dengan akselerasi perkembangan ilmu dan teknologi telah memberikan tekanan pada sekolah dalam berbagai hal seperti fasilitas, struktur organisasi serta sumber daya manusia semakin tidak terprediksi. Alasan pokok terhadap pengembangan profesionalisme yaitu guru merupakan personel yang bertanggung jawab dalam memberikan sumbangan pada pertumbuhan dan pengembangan ilmu, mengembangkan kemampuan belajar siswa, serta melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

Mengingat beratnya tugas yang dijalankan, maka proses pengembangan profesinalisme merupakan upaya untuk meringankan bagian-bagian dari tugas yang dipikulnya tersebut. Sehingga untuk melakukan pengembangan

Page 2: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

harus berangkat dari komitmen dan semangat yang serius. Kalau pengembangan dipahami sebagai komitmen pembenahan diri maka akan muncul motivasi dan orientasi yang positif. Namun jika pengembangan hanya dipahami sebagai formalitas, maka akan muncul kejenuhan dan membosankan.

Pengembangan profesionalitas guru di lembaga pendidikan seringkali belum sepenuhnya dapat berjalan secara signifikan. Hal ini diakibatkan adanya ketergantungan guru terhadap pimpinan sangat tinggi, sementara manajemen kepemimpinan sekolah kurang kondusif sehingga justru tidak berjalan secara fungsional. Selain itu, motivasi yang masih rendah juga menyelimuti di kalangan guru, khususnya mereka yang eksistensinya belum jelas.

Padahal, motivasi sangat diperlukan untuk menjalin kerjasama yang baik. Motivasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertama, setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak. Kedua, pengaruh, kekuatan yang menimbulkan perilaku individu. Ketiga, setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang, dan keempat, proses dalam menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals).

Berdasarkan persoalan tersebut di atas, maka tidak bisa dipisahkan apabila banyak sekolah-sekolah yang mutunya rendah. Mutu yang rendah, salah satu penyebabnya adalah karena mutu guru yang rendah. Dengan demikian, permasalahan guru di sekolah harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan karier, perlindungan profesi, dan administrasinya.

Dalam konteks kekinian, sumber permasalahan sekolah yang terbesar adalah adanya perubahan (change), sehingga permasalahan akan senantiasa ada sampai kapan pun. Karena itu guru dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut maka secara sadar atau tidak diperlukan sebuah reorientasi pengembangan profesionalisme guru. Adapun pengembangan profesionalisme guru dapat diarahkan sebagai berikut.

Pembenahan Kompetensi Guru

Kompetensi Guru merupakan salah satu ukuran yang ditetapkan bagi seorang

Page 3: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional guru, sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Persyaratan dimaksud adalah penguasaan proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. Jabatan fungsional guru adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah kompetensi bidang substansi atau bidang studi (profesional), kompetensi bidang pembelajaran (pedagogi), kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan (kepribadian) serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat (sosial).

Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya sebagai tenaga edukatif yang berwibawa dan mandiri.

Pola dan gaya masyarakat saat ini, hampir telah mempercayakan sepenuhnya sebagian tugasnya kepada guru. Sehingga tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan (life skills), dan nilai-nilai serta belief. Selain itu, guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan-kegiatan menjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklasifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi the real life dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik.

Selain itu, dituntut mengusai dan mampu memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dan berubah peran menjadi fasilitator yang membelajarkan siswa sampai menemukan sesuatu (scientific curiosity). Selebihnya guru juga harus bersikap demokratis serta menjadi profesional yang mandiri dan otonom. Peran guru seperti itu sejalan dengan era masyarakat madani (civil society).

Page 4: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

Lebih jauh lagi akibat adanya sinergi dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta perubahan masyarakat yang lebih demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu tekanan atau pressure serta tuntutan atau demand terhadap profesionalisme guru dalam mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi tersebut. Termasuk dalam hal pertanggungjawaban atau akuntabilitasnya. Sebagaimana profesi-profesi lain, guru adalah profesi yang kompetitif. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Di masa depan dapat dipastikan bahwa profil kelayakan guru akan ditekankan kepada aspek-aspek kemampuan membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan atau merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan.

Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalnya kemampuannya dalam: 1) merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan, 2) mengelola kegiatan individu, 3) menggunakan multi metode, dan memanfaatkan media, 4) berkomunikasi interaktif dengan baik, 5) memotivasi dan memberikan respons, 6) melibatkan siswa dalam aktivitas, 7) mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa, 8) melaksanakan dan mengelola pembelajaran, 9) menguasai materi pelajaran, 10) memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran, 11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) mampu melaksanakan penelitian.

Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, memonitor kelas, mengadakan, penilaian dan seterusnya, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat guru, mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orangtua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesiflk guru harus dapat mengelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektifdan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa belajar dan meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens sembilan keterampilan dasar yang penting dikuasai oleh guru adalah keterampilan; 1) membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan, 2) menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran, 3) menyajikan

Page 5: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing, 4) memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detil, 5) memberikan latihan yang berkualitas, 6) mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya, 7) membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru, 8) memberikan balikan dan koreksi, dan 9) memonitor kemajuan siswa. Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru misalnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa.[4]

Pendeknya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru sehingga secara kumulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal.

Dalam upaya meningkatkan sikap profesional, maka guru harus membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik. Di samping itu, kritik, pendapat dan berbagai harapan masyarakat juga harus menjadi perhatiannya. Jadi, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, dan masyarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.

Memperluas Jaringan Profesi Guru

Setelah berbicara tentang pembenahan kompetensi guru, maka pada bagian ini akan dibicarakan mengenai jaringan profesi guru. Maksud dari jaringan profesi guru adalah kesadaran guru terhadap pembentukan kelompok profesi untuk meningkatan hubungan kerjasama dalam rangka saling memberi dan menukar informasi.

Dengan terbentuknya jaringan profesi guru, maka menurut hemat penulis, guru bisa berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal

Page 6: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.

Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service tarining dan berbagai upaya lain untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.

Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jaringan kerja guru bisa dimulai dengan skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama teman, sambil berolah raga, silaturahmi atau melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses rekannya sehingga mereka dapat mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai. Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang lebih luas dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, misalnya melalui korenspondensi dan mungkin melalui intemet untuk skala yang lebih luas. Apabila korespondensi atau penggunaan internet ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di seluruh dunia. Pada dasarnya networking/jaringan kerja ini dapat dibangun sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.

Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih

Page 7: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies).

Development of Teacher Professionalism Orientation

After talking about building a culture of professionalism of teachers in educational institutions, then this section needs to be presented some ideas about the need for teacher development orientation profesionalistas. At least through this dish is expected to contribute about the next steps to be taken for the development of profesionalistas teachers in an educational institution.

As can be seen, heard and may have been the fact that the conditions of teachers in each school in general, and Islam as well as in schools is often suggested far from professionalism. Lately, there are some things that get the spotlight and become a major issue in many of the discussions on the issue of the quality of the teaching profession. [1]

According to William Castetter, [2] the development of an individual can be understood as an attempt to regenerate himself to develop his duty, especially in the educators who do not have service standards in education, such as teachers who do not meet the requirements in terms of mastery of the material, skills, and methodologies in perform their duties. Meanwhile, in view of the Edwin B. Flippo [3] development can positively impact both to themselves and to the institution. So the essence of the views put forward by the two above, the development of a requirement that must be executed in order to increase the breadth and effectiveness in performing their duties.

Orientasi Pengembangan Profesionalitas

Page 8: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

Professional development of teachers means the process of improvisation (self improvement) is relentless. Because associated with the acceleration of the development of science and technology has put pressure on the school in various ways such as facilities, organizational structure and human resource increasingly unpredictable. The principal reasons for the professional development of teachers is responsible for personnel to contribute to the growth and development of science, develop students' ability to learn and carry out the administration of the school.

Given the severity of the task is executed, the process of developing profesionalism an attempt to lighten the parts of assuming the task. So to do the development must begin a serious commitment and passion. If development is understood as a commitment to self improvement and motivation will display a positive orientation. But if development is understood only as a formality, it will appear boredom and tedious.

Professional development of teachers in educational institutions are often not fully able to walk significantly. This is due to the dependence of the head teacher is very high, while the management of the school leadership unfavorable so it does not run functional. In addition, low motivation also blanketed among teachers, especially those whose existence is not yet clear.

In fact, the motivation is very necessary to establish a good cooperation. Motivation can be formulated as follows: First, any feelings or wishes and desires are easily affect the willingness of individuals, so that individuals are encouraged to behave and act. Secondly, the influence, the power that raises individual behavior. Third, any actions or events that cause changes in behavior, and the fourth, in the process of determining the movement or behavior of individuals to the objectives (goals).

Based on the above issues, it can not be separated when many schools are low quality. Quality is low, one reason is because of the low quality of teachers. Thus, the problems of teachers in schools must be resolved comprehensively addresses all relevant aspects of the welfare, qualifications, career coaching, professional protection, and administration.

In the present context, the source of the schools the biggest being a change (change), so that the problem will continue to exist forever. Therefore

Page 9: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

teachers are required to adjust to changing developments in society. To adapt to these changes so consciously or not required a reorientation of professional development of teachers. The professional development of teachers can be directed as follows.

Settling Teacher Competency

Teacher competence is one of the specified size for a teacher to master a set of skills to berkelayakan functional positions occupied one teacher, according to the field tasks and levels of education. Requirement in question is mastery teaching, learning and knowledge acquisition. Functional position is the position that teachers demonstrate duty, responsibility, authority, and the right of a teacher in the performance of its duties based on expertise and / or skills and be independent.

Teacher professionalism built through mastery of the competencies actually required in completing the work. Competencies are important professorship competence substance field or field of study (professional) competence areas of learning (pedagogy), competency education and guidance values (personality) as well as competence and service relations / community services (social).

Professional development of teachers include increased competency, performance improvement (performance) and welfare. Teachers as professionals are required to continuously improve skills, knowledge and creativity as lecturers authoritative and independent.

The pattern and style of today's society, almost entirely been entrusted part of their duties to teachers. So the task of the teacher carried out of the overflow of the task, among others, is the transfer of culture in a broader sense, life skills (life skills), and the values and belief. In addition, teachers must be deeply involved in activities to explain, define, prove, and classifying. His job as educators is not only to transfer knowledge, skills and attitudes, but prepare for a better generation in the future. Therefore, teachers must have competence in guiding students ready to face the real life and were even able to give a good example.

In addition, the required mengusai and able to utilize information and communication technologies and the changing role of a facilitator who

Page 10: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

membelajarkan students to find something (scientific curiosity). More teachers should be democratic and be professional, independent and autonomous. The role of the teacher as it is in line with the era of the civil society (civil society).

Furthermore, due to the synergy of the development of information and communication technology and changes in society that is more democratic and open will result in a pressure or pressure and the demands or demand in the professionalism of teachers in utilizing information and communication technologies. Included in the terms of liability or accountability. As with other professions, teachers are competitive profession. Therefore, teachers must be prepared to be tested periodically to ensure their competence in order to remain eligible professional performance continues to grow. In the future it is certain that the profile of the teacher will be emphasized to the feasibility aspects membelajarkan abilities of students, starting from analyzing, planning or design, develop, implement, and assess learning based on the application of educational technology.

Abilities that have to be mastered teachers will also be required actualization. For example, the ability to: 1) plan and formulate learning objectives, 2) managing the activities of individuals, 3) using a multi-method, and the use of media, 4) interactive communicate well, 5) motivate and respond, 6) involving students in activities, 7 ) make adjustments to the conditions of students, 8) implementing and managing learning, 9) master the subject matter, 10) to improve and evaluate learning, 11) provide guidance, interact with peers and accountable to constituents and, 12) capable of carrying out the research.

Specifically, the implementation of the tasks of daily teacher in the classroom such as making students to concentrate on the task, the class monitor, conduct, evaluation and so on, should be continued with additional activities and tasks that are not as important as learning to discuss the issue at a meeting of teachers, communicating with the student learning outcomes parents and discuss the issues of education and learning with peers. Even more spesiflk teachers should be able to manage learning time in every hour lessons are effectively and efficiently. To be able to manage an effective and efficient learning, the teacher must constantly learn and improve basic skills. According to Rosenshine and Stevens nine essential basic skills is a skill mastered by the teacher; 1) open learning by briefly reviewing previous lessons related to the lesson to be presented, 2) briefly presents learning

Page 11: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

objectives, 3) presenting material in small steps and accompanied by training each, 4) provide an explanation and a clear and detailed, 5) provide quality training, 6) ask questions and provide many opportunities for students to demonstrate their understanding, 7) to guide students to master a new skill or procedure, 8 ) provide feedback and corrections, and 9) to monitor student progress. In addition, of course, there are other skills that must be mastered teachers as well close the lesson by making a summary and provide guidance on follow-up to be done students. [4]

In short a lot of little things that must be considered and controlled by the teacher so that cumulatively form a unity of professional skills that can be displayed in the form of optimal performance.

In an effort to enhance the professional attitude, the teacher must make an assessment of their own performance or want to do self-criticism. In addition, criticism, opinions and expectations of the community should also be a concern. Thus, teachers should improve their own professionalism, and community help to refine and the drivers.

Expanding Teacher Professional Networks

After talking about revamping teacher competence, then this section will be discussed regarding the teaching profession network. The purpose of the network is the awareness of teachers teaching profession to the formation of professional groups to improve cooperative relationships in order to give each other and exchange information.

With the formation of teachers' professional networks, then according to the writer, the teacher could try to do the following: First, understand the demands of the existing professional standards, the Second achieve the required qualifications and competencies, Third, establish a good and spacious kesejawatan. Fourth, develop a work ethic or work culture that promotes high-quality services to constituents, Fifth, adopting innovations or develop creativity in the utilization of cutting-edge information and communication technologies that are not always behind in its ability to manage learning.

Efforts to understand the demands of the existing professional standards should be a top priority if you want to increase the professionalism of

Page 12: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

teachers. It is based on the following reasons: First, global competition now allow for mobility of teachers across the country. Secondly, as a teacher professional development must comply with the demands of the profession globally, and the demand of the people who want better service. The only way to meet the standards of this profession is to learn continuously throughout life, with the opening up that will hear and see the new developments in the field.

Later efforts to achieve the required qualifications and competencies is also important for teachers. In compliance with the appropriate qualifications and competencies that teachers have a strong bargaining position and meet the requirements needed. Improving the quality and competence can be reached through in-service tarining and other efforts to gain new knowledge and experience.

Efforts to establish a good and spacious kesejawatan teachers can do to foster networks or networking. Teachers should try to find out what has been done by a successful colleague. So they can learn to achieve the same success or even better. Through this networking teachers gain access to innovations in the field of profession. Teachers can begin networking with narrow scales, such informal meetings kinship with peers, while exercising, gathering or other social activities. On such occasions, the teacher can discuss freely success stories success or colleagues so that they can take lessons through a casual conversation. It could also be fostered through wider networks by using information and communication technology, eg through korenspondensi and possibly through the Intemet to a broader scale. If the correspondence or the use of the Internet can be done intensively will be available to run professional tips from fellow teachers around the world. Basically networking / networks can be built according to the circumstances and culture.

Further efforts to build a work ethic or work culture that promotes high-quality pelavanan constituents is a necessity in today's world. All fields are required to provide excellent service. Teachers also have to provide excellent service to its constituents, namely students, parents and schools as stakeholders. Moreover, educational services, including public services are funded, organized, controlled by and for the public interest. Therefore, teachers must take responsibility for performance of its duties to the public.

Page 13: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

One thing that can be pursued to increase the professionalism of teachers is through the adoption of innovation or the development of creativity in the use of educational technology which utilizes cutting-edge information and communication technology. Teachers can use the media and new ideas in technology education as media presentations, computer (hard technologies) as well as new approaches to educational technology (soft technologies).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.1) Kompetensi PedagogikKompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;

Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

Page 14: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

2) Kompetensi KepribadianKompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

Page 15: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3) Kompetensi SosialKompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi ProfesionalKompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum

Page 16: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

According to the Minister of National Education of the Republic of Indonesia Number 16 Year 2007 on Standards and Competencies Academic Qualifications Master, as for a variety of competencies that should be possessed by teachers include: pedagogical, personal, professional and social development acquired through professional education. These four competencies are integrated in teacher performance.1) Pedagogic CompetencePedagogic competencies include understanding the teacher to the learner, the learning design and implementation, evaluation of learning outcomes, and the development of a variety of learners to actualize its potential. In detail, each subkompetensi translated into an essential indicator as follows;

    Understand in depth the learners have the essential indicators: understanding learners by utilizing the principles of cognitive development; understand learners by utilizing the principles of the personality, and identify the provision of teaching early learners.    Designing learning, including understanding the educational foundation for learning needs have the essential indicators: understanding the educational foundation; apply theory and learning; determine instructional strategies based on the characteristics of learners, the competencies to be achieved, and teaching materials, as well as draft based learning strategy chosen.    Implementing learning has an essential indicator: set background (setting) learning, and implementing learning conducive.    Designing and implementing an evaluation of learning has essential indicators: designing and implementing evaluation (assessment) process and the learning outcomes on an ongoing basis by various methods; analyzing the results of the evaluation process and learning outcomes to determine the level

Page 17: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

of mastery learning (mastery learning), and utilize assessment results to improve learning quality learning programs in general.    Developing learners to actualize its potential, it has an essential indicator: to facilitate learners to develop a variety of academic potential, and to facilitate learners to develop the potential of nonakademik.

2) Competence PersonalityCompetence is the ability of personal identity that reflects the personality of a steady, stable, mature, wise, and dignified, a role model for students, and noble. In detail subkompetensi can be described as follows:

    Steady and stable personality has an essential indicator: to act in accordance with the rule of law; act in accordance with social norms; proud as a teacher, and had the consistency in acting according to the norms.    Adult personality has an essential indicator: displays independence in acting as an educator and has a work ethic as a teacher.    Personality wise has an essential indicator: displays the action that is based on the benefit of students, schools, and communities and demonstrate openness in thinking and acting.    Commanding personality has an essential indicator: have a positive effect on the behavior of learners and have a respectable behavior.    Noble character and can be a role model has the essential indicators: act according to the norms of religious (faith and godly, honest, sincere, helpful), and has an exemplary behavior of learners.

3) Social CompetenceSocial competence is the ability of teachers to communicate and interact effectively with students, fellow teachers, staff, parents / guardians of students, and the surrounding community. Competence has subkompetensi with essential indicators as follows:

    Ability to communicate and interact effectively with learners have the essential indicators: communicate effectively with learners.    Ability to communicate and interact effectively with fellow teachers and education personnel.    Ability to communicate and interact effectively with parents / guardians of students and the surrounding community.

4) Professional Competence

Page 18: Orientasi Pengembangan Profesionalitas Guru.docx

Professional competence is the mastery of a broad and deep learning, which includes mastery of subjects in the school curriculum and the substance of the shade material science, as well as mastery of the structure and scientific methodology. Each subkompetensi has essential indicators as follows:

    Mastering the substance of science-related field of study has an essential indicator: understanding the teaching materials are in the school curriculum; understand the structure, concepts and methods of science that overshadow or coherent with teaching materials; understand the relationships between concepts related subjects, and apply scientific concepts in everyday life.    Mastering the structure and methods of science have mastered the essential indicator measures the critical research and study to deepen the knowledge / field of study material.

The four competencies mentioned above is holistic and integrative in teacher performance. Therefore, the full figure of the teacher competencies include (a) the introduction of learners in depth, (b) mastery of the field of study of both disciplines (disciplinary content) as well as teaching materials in the school curriculum (c) organization that educates learning that includes planning and execution learning, evaluation processes and learning outcomes, and follow-up for the improvement and enrichment, and (d) personal and professional development on an ongoing basis. Teachers who have the competencies will be able to perform their duties in a professional manner (Ngainun Naim, 2009:60).