iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan...

14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Letak geografis Direktorat Polisi Satwa Baharkam POLRI berada di Jalan Komjen Pol. M. Jasin, Kelapadua, Cimanggis, Pasir Gn. Sel., Cimanggis, Kota Depok Jawa Barat sekitar 160 km dari kota Bandung. Luas areal sekitar ± 5 hektar dan berada pada ketinggian sekitar 300 mdpl. Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Berikut keadaan cuaca di daerah Depok : 1) Temperatur : a) Dini hari : 22 o C b) Pagi hari : 25 o C c) Siang hari : 33 o C d) Malam hari : 25 o C 2) Kelembaban : 58 % 3) Curah hujan : 53 % 4) Kecepatan angin : 10 km/h 5) Aksestabilitas : a) Arah Utara : Jalan Nusantara b) Arah Barat : Jalan Akses UI c) Arah Timur : Jalan Raya Jakarta-Bogor

Upload: lamcong

Post on 06-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

Letak geografis Direktorat Polisi Satwa Baharkam POLRI berada di Jalan

Komjen Pol. M. Jasin, Kelapadua, Cimanggis, Pasir Gn. Sel., Cimanggis, Kota Depok

Jawa Barat sekitar 160 km dari kota Bandung. Luas areal sekitar ± 5 hektar dan berada

pada ketinggian sekitar 300 mdpl. Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim

tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim

musim. Berikut keadaan cuaca di daerah Depok :

1) Temperatur :

a) Dini hari : 22oC

b) Pagi hari : 25oC

c) Siang hari : 33oC

d) Malam hari : 25oC

2) Kelembaban : 58 %

3) Curah hujan : 53 %

4) Kecepatan angin : 10 km/h

5) Aksestabilitas :

a) Arah Utara : Jalan Nusantara

b) Arah Barat : Jalan Akses UI

c) Arah Timur : Jalan Raya Jakarta-Bogor

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

d) Arah Selatan : Jalan Kelapa Dua Raya

6) Peta lokasi

Ilustrasi 1. Peta Lokasi Penelitian, Direktorat Polis Satwa Depok Jawa Barat .

7) Kondisi Geografis :

06º 26’ Lintang Selatan , 106º 48’ Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok

berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah

Jabotabek.

4.2 Tatalaksana Pemeliharaan Kuda

Pemeliharaan dilakukan oleh Aswasada, setiap Aswasada bertanggung jawab

atas satu ekor kuda. Setiap pagi hari Senin sampai Jumat pukul 07.00-07.30 kuda

dikeluarkan dan diikutkan dalam apel pagi karena seluruh Aswasada wajib

melaksanakan apel pagi. Pukul 07.30-09.00 kuda yang telah selesai mengikuti apel

pagi diikat dibatas besi yang telah disediakan di luar kandang karena Aswasada akan

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

melaksanakan tugas wajib yaitu perawatan kuda dan istal, dengan tahapan Aswasada

mulai mengambil kotoran dan serbuk kayu yang basah terkena kencing kuda dan

rumput sisa makanan menggunakan pengki, kemudian dibuang ke tempat yang telah

disediakan. Serbuk untuk alas di dalam kandang ditambahkan apabila sudah menipis.

Kemudian kuda dilakukan pengerokan seluruh badan , menyikat bulu secara merata,

mengelap mata dan mulut dengan handuk basah, mencungkil kaki dan menyisir rambut

dan ekor.

Pada pukul 09.00-10.00 dilakukan pemeriksaan kesehatan kuda di klinik

veteriner, namun pemeriksaan dilakukan seminggu sekali pada hari selasa. Pukul

10.00-11.30 kuda dibawa ke tempat latihan untuk melaksankan latihan sesuai dengan

jadwal yang ada. Pukul 11.30-12.00 setelah selesai melaksanakan latihan Aswasada

membersihkan dan mengecek kondisi kuda. Pada pukul 12.00-13.00 semua aswada

melakukan istirahat. Pukul 13.00-14.15 Aswasada melaksanakan perawatan dan

kontrol pada kuda, pukul 14.30 Aswasada mengecek kondisi air apakah kurang atau

masih cukup. Pukul 14.45-15.30 seluruh Aswasada wajib melaksanakan apel siang

dan setelah selesai apel sebelum meninggalkan area polisi satwa, Aswasada wajib

mengecek kondisi kuda.

Kebersihan kuda harus selalu dijaga dengan melaksanakan pemeliharaan dan

perawatan secara rutin termasuk perlengkapan kandang dan alat-alat pemeliharaan

lainnya. Pemeliharaan kuda dilaksanakan dengan cara membuat jadwal pemeliharaan

yang di bagi menjadi 3 yaitu harian, mingguan dan bulanan. Alat-alat yang digunakan

dalam pemeliharaan kuda antara lain sikat pesolek (Dandy Brush), sikat tubuh (Body

Brush), sikat air (Water Brush), kerok seng (Curry Comb), sisir suri (Mane Comb),

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

cungkil kuku (Hoof Pick), lap handuk kandang (Stable Rubber), karet busa (Sponger),

pembersih keringat (Sweat Scrapper) dan Massage Pad yaitu alat yang berfungsi untuk

memperjelas otot-otot pada kuda dalam merangsang peredaran darah ke kulit sehingga

menambah nilai estetika pada performa kuda (Vogel, 1995).

4.2.1 Pakan

Pakan yang diberikan di Polisi Satwa ini diberikan secara teratur sesuai jadwal

yang telah disediakan yaitu pada pagi hari konsentrat berbentuk pellet dengan merk

royal horse S100 sebanyak 3 kg/kuda, rumput segar 14 kg/kuda dan ditambah molases,

kemudian sore hari kuda diberikan kembali pakan konsentrat kembali sebanyak 3

kg/kuda ditambah molases secukupnya dan terakhir pemberian pakan rumput hay

sebanyak 3 kg/kuda. Pemberian molases disini menurut keterangan agar terdapat

pemanis dalam pakan yang diberikan dan perangsang makanan untuk kuda yang ada.

Sehingga total pemberian pakan pada kuda kepolisian di Polisi Satwa sebanyak 20

kg/ekor/hari.

Komposisi dari royal horse terdiri dari produk gandum, kacang kedelai, bungkil

sawit, singkong, molases, garam, sodium bicarbonate dan premix. Energi yang dapat

dicerna dari pemberian konsentrat royal horse S100 yaitu sebesar 2.450 Kcal/Kg.

Pemberian pakan yang diberikan di Polisi Satwa sudah cukup baik dan teratur karena

adanya pemberian rumput, konsentrat dan molases secukupnya, hal ini sesuai dengan

pernyataan (Nozawa dkk, 1981) menurutnya kuda perlu diberi pakan tambahan berupa

konsentrat. Konsentrat merupakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat untuk kuda

dibagi menjadi dua jenis yaitu 1) konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung,

produk tepung, sorgum dan 2) produk non sereal yaitu terdiri dari bit, rumput kering

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

(alfalfa), legume, kacang-kacangan seperti soya. Penambahan molases pada

pemberian konsentrat sesuai dengan pernyataan (Maswarni dan Nofiar, 2014)

menyatakan bahwa molases sering ditambahkan pada pakan konsentrat untuk

meningkatkan kandungan energy dari campuran konsentrat serta meningkatkan

kandungan protein.

Ilustrasi 2. Bentuk Konsentrat

4.2.2 Perkandangan

Membangun kandang di daerah yang beriklim tropis, diusahakan agar memiliki

ventilasi yang cukup sehingga pertukaran udara bias berjalan dan tidak menimbulkan

udara yang panas didalam kandang. Air hujan jangan sampai masuk ke dalam kandang.

Kandang yang ada di Polisi Satwa adalah kandang individu dan sudah cukup baik

karena mulai dari ukuran 4 x 4 m2 dan 3 x 3 m2, ventilasi yang memadai sehingga

keluar masuknya udara lancar, ada penyinaran sinar matahari, lantai yang memakai

bahan semen, lantai beralaskan serbuk kayu dengan ketebalan 15 cm, pintu yang cukup

aman, perlengkapan pakan dan minum tersedia, kipas angin (karena apabila pada siang

hari cuaca sangat panas dan dengan kipas bias menurunkan suhu yang ada) dan

pembuangan air yang tersedia. Setiap kandang harus memiliki bak minum permanen

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

di dalam atau sekitar kandang dengan air minum yang adlibitum. Hal ini sesuai dengan

pernyataan McBane (1991) yang menyatakan bahwa bagian kandang harus tersedia air

bersih.

Ilustrasi 3. Kandang kuda

4.2.3 Kesehatan Kuda

Pemeriksaan kesehatan pada kuda di polisi satwa dilakukan sesuai dengan

jadwal yang telah ada yaitu pada hari selasa setiap minggunya, namun apabila ada kuda

yang terkena penyakit tetap dilakukan perawatan yang intensif dari pemberian obat dan

perawatan lanjutan oleh bagian veteriner.

Pemberian obat atau vitamin diberikan satu bulan sekali. Apabila kuda dalam

kondisi yang sedang sakit namun tidak terlalu parah kuda tersebut dapat mengikuti

tugas yang ada dan dengan pemberian pakan pun yang sama tidak ada yang dibedakan.

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

Ilustrasi 4. Perawatan Penyakit Kuda

4.3 Deskriptif Data Ukuran Lingkar Dada dan Bobot Badan Aktual

4.3.1 Lingkar Dada

Hasil pengukuran lingkar dada terhadap 23 ekor kuda kepolisian di

Ditpolsatwa Baharkam Polri Depok, ditampilkan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Data Lingkar Dada Kuda kepolisian

No. Nilai Lingkar Dada

1. Minimum (cm) 170

2. Maksimum (cm) 202

3. Rata-rata (cm) 188,8

4. Simpangan Baku (cm) 1,42

5. Koefisien Variasi (%) 0,01

Berdasarkan Tabel 1 dapat dikemukakan bahwa rata-rata lingkar dada pada 23

ekor kuda kepolisian adalah 188,8 ± 1,42 cm, dengan koefisien variasi sebesar 0,01%.

Nilai koefisien variasi sebesar 0,01% menunjukkan bahwa lingkar kuda kepolisian

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

yang berada di Ditpolsatwa Baharkam Polri Depok relatif seragam. Menurut

Nasoetion (1992), bila nilai koefisien variasi dibawah 15% maka masih dianggap

seragam.

Lingkar dada pada kuda kepolisian sebesar 188,8 ± 1,42 cm tergolong besar

apabila dibandingkan dengan kuda asli indonesia seperti kuda Tomohon 151,22 ±

12,78 cm, kuda Manado 136,55 ± 8,94 cm (Hutasoit, 2012), dengan demikin perbedaan

lingkar dada yang besar dikarenakan jenis kuda yang berbeda dan timbunan lemak yang

ada di dada. Bertambahnya ukuran dada dapat menyebabkan bertambahnya bobot

badan, dimana daerah dada akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian

tersebut akan tertimbun oleh otot, maupun lemak. Penimbunan otot akan

mempengaruhi perubahan badan yang akan semakin membesar dan bertambah berat

(Dwiyanto, dkk., 1984).

4.3.2 Bobot Badan Aktual

Hasil pengukuran bobot badan aktual terhadap 23 ekor kuda kepolisian di

Ditolsatwa Baharkam Polri Depok, ditampilkan pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis Data Bobot Badan Aktual Kuda Kepolisian

No Nilai Bobot Badan Aktual

1 Minimum (kg) 335

2 Maksimum (kg) 579,5

3 Rata-rata (kg) 461,02

4 Simpangan Baku (kg) 10,18

5 Koefisien Variasi (%) 0,02

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa rata-rata bobot badan aktual pada 23 ekor

kuda kepolisian adalah 461,02 ± 10,18 kg, dengan koefisien variasi sebesar 0,02%.

Nilai koefisien variasi sebesar 0,02% menunjukkan bahwa bobot badan kepolisian

yang berada di Ditpolsatwa Baharkam Polri Depok relatif seragam. Menurut

Nasoetion (1992),bila nilai koefisien variasi dibawah 15% maka masih dianggap

seragam.

Bobot badan pada kuda kepolisian sebesar 461,02 ± 10,18 kg tergolong besar

apabila dibandingkan dengan kuda asli Indonesia seperti kuda Tomohon 292 ± 49 kg

dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut di

akibatkan dari perbedaan jenis kuda, manajemen pemeliharaan dan faktor lingkungan.

Laju pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor

lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sistem manajemen atau pengelolaan

yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim (Tomaszewska dkk.,

1993).

4.3.3 Penyimpangan Bobot Badan Dugaan dengan Menggunakan Pita Rondo

terhadap Bobot Badan Aktual

Hasil dari perhitungan penyimpangan dan persentase penyimpangan bobot

badan dugaan dengan menggunakan pita rondo pada kuda kepolisian di Ditpolsatwa

Baharkam Polri Depok, berdasarkan penggunaan pita rondo terhadap bobot badan

aktual menunjukan bahwa rata-rata penyimpangan bobot badab dugaan yang di

dapakan adalah 551,34 kg atau sebesar 19,89 %.

Rata-rata penyimpangan bobot badan dugaan dengan menggunakan pita rondo

ini tidak sesuai dengan pernyataan Ellis dan Hollands (1989) serta Milner dan Hewitt

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

(1969) bahwa rata-rata penyimpangan bobot badan dugaan menggunakan pita ukur

bobot badan adalah berkisar antara 10,1% - 12% dibanding bobot badan aktual.

Penyimpangan bobot badan dugaan terhadap bobot badan aktual yang cukup tinggi di

sebabkan karena fungsi dari pita rondo ini memang untuk menduga bobot badan ternak

babi dan sapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wangcuk, dkk. (2018) bahwa

pendugaan bobot badan yang berlebih dengan menggunakan pita rondo disebabkan

karena pita rondo tersebut dikalibrasi untuk ternak sapi eropa yang memiliki ukuran

lebih besar.

Hasil pengukuran bobot badan terhadap 23 ekor kuda kepolisian menggunakan

pita rondo di Ditpolsatwa Baharkam Polri Depok, ditampilkan pada Tabel 3 sebagai

berikut.

Tabel 3. Penyimpangan Bobot Badan Dugaan dengan Menggunakan Pita Rondo

terhadap Bobot Badan Aktual

No Jenis Kelamin Bobot Badan

Aktual (Kg)

Bobot Badan

Dugaan (Kg)

Penyimpangan

(%)

1 Jantan 428 512 19,62

2 Jantan 554,5 649 17,04

3 Jantan 464 540 16,37

4 Jantan 377 420 11,40

5 Jantan 460,5 530 15,09

6 Jantan 464 587 26,50

7 Jantan 355 400 12,67

8 Jantan 360,5 457 26,76

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

9 Jantan 501 560 11,77

10 Jantan 524,5 680 29,64

11 Jantan 499 578 15,83

12 Jantan 408,5 520 27,27

13 Jantan 579,5 621 7,16

14 Jantan 547,5 649 18,53

15 Jantan 457 608 33,04

16 Jantan 562,5 640 13,77

17 Jantan 469 540 15,13

18 Jantan 464,5 599 28,95

19 Betina 413,46 504 21,89

20 Betina 464,31 530 14,49

21 Betina 391,6 540 37,89

22 Betina 425,34 487 14,49

23 Betina 432,47 530 22,55

Jumlah 10603,68 12681 457,65

Rata-rata 461,02 551,34 19,89

4.3.4 Penyimpangan Bobot Badan berdasarkan Persamaan Regresi terhadap

Bobot Badan Aktual

Hasil pengukuran bobot badan 23 ekor kuda kepolisian di Ditpolsatwa

Baharkam Polri Depok, berdasarkan persamaan regresi ditampilkan pada Tabel 4

sebagai berikut.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

Tabel 4. Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Persamaan Regresi

Terhadap Bobot Badan Aktual

No Jenis Kelamin Bobot Badan

Aktual (Kg)

Bobot Badan

Dugaan (Kg)

Penyimpangan (%)

1 Jantan 428 441,92 3,25

2 Jantan 554,5 534,14 3,67

3 Jantan 464 455,11 1,91

4 Jantan 377 356,31 5,48

5 Jantan 460,5 448,52 2,60

6 Jantan 464 488,04 5,18

7 Jantan 355 336,55 5,19

8 Jantan 360,5 389,24 7,97

9 Jantan 501 468,28 6,53

10 Jantan 524,5 547,32 4,35

11 Jantan 499 481,45 3,51

12 Jantan 408,5 441,93 8,18

13 Jantan 579,5 514,38 11,23

14 Jantan 547,5 534,14 2,43

15 Jantan 457 501,21 9,67

16 Jantan 562,5 527,56 6,21

17 Jantan 469 455,11 2,96

18 Jantan 464,5 494,62 6,48

19 Betina 413,46 414,14 0,16

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

Persamaan linear sederhana atau fungsi pendugaan bobot badan (Y) dari

lingkar dada (X) pada kuda kepolisian mengikuti model sebagai berikut :

Fungsi pendugaan : Y = -783,154 + 6,587X

r = 0,888

R2= 0,789

Nilai -783,154 dalam persamaan tersebut berarti bahwa bila variabel bebas

berupa lingkar dada memiliki nilai nol, maka variabel terikat berupa bobot badan akan

bernilai sebesar -783,154 kg. Nilai 6,587 menunjukan bahwa setiap penambahan 1 cm

lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 6,587 kg. Nilai koefisien

determinan (R2) sebesar 0,789 menunjukan bahwa variabel independen (lingkar dada)

hanya menjelaskan sebesar 78,9% terhadap variabel dependen (bobot badan) sehingga

dapat dikatakan bahwa model tersebut kurang andal untuk digunakan. Menurut

Sugiyono (2005) bahwa jika koefisien determinasi (R2) semakin mendekati angaka 1

maka model yang digunakan semakin tinggi keterandalannya. Nilai koefisien korelasi

sebesar 0,888 ini menjukan hubungan yang kuat antara lingkar dada dengan bobot

badan, menurut Tama, dkk. (2016) koefisien korelasi yang tinggi antara bobot badan

20 Betina 464,31 498,71 7,40

21 Betina 391,6 440,15 12,4

22 Betina 425,34 401,10 5,69

23 Betina 432,47 433,63 0,27

Jumlah 10603,

68

10603,68 121,54

Rata-rata 461,02 461,02 5,28

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umummedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140101_4_4846.pdf · dan kuda Manado 243 ± 45,6 kg (Takaendengan dkk., 2011), perbedaan tersebut

dan lingkar dada yang tinggi berhubungan langsung dengan dada dan abdomen dimana

sebagian besar bobot badan ternak berasal dari bagian dada hingga pinggul, sehingga

semakin besar lingkar dada maka bobot badan semakin berat.

Hasil dari perhitungan penyimpangan dan presentase bobot badan dugaan pada

kuda kepolisian yang di hitung menggunakan persamaan regresi terhadap bobot badan

aktual menunjukan bahwa rata-rata penyimpangan sebesar 461,02 kg atau sebesar

5,28%. Rendahnya penyimpangan bobot badan pada persamaan regresi berdasarkan

ukuran lingkar dada menujukan bahwa persamaan regresi linear dapat dijadikan

persamaan untuk menduga bobot badan kuda kepolisian. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Cam, dkk. (2010) bahwa persamaan regresi dapat digunakan untuk

menduga bobot badan secara akurat, selain itu menurut Malewa (2009) lingkar dada

merupakan ukuran tubuh yang mempunyai hubungan paling erat deangan bobot badan.