isu-isu kritis program akselerasi bagi anak berbakat

Upload: sinta-adjah

Post on 12-Jul-2015

733 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

TUGAS VIII BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN KHUSUS (Isu-isu Kritis Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat) Dosen: Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. Djaja Rahardja Dr. M.ED Permanarian Somad. M.Pd

Oleh Sinta Yuni Susilawati NIM 1006985

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 BAB I

PENDAHULUAN Selama ini penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia lebih banyak bersifat klasikal, yaitu pendidikan yang berorientasi pada pelayanan pendidikan yang disamaratakan. Kenyataan kebutuhan yang dan terjadi dengan keunikan individu serta mungkin hambatan yang dimilikinya

menimbulkan belum terakomodasikannya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa pada umumnya. Hal tersebut disebabkan karena potensi siswa tidak dapat disalurkan atau berkembang secara optimal. Untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, pemerintah memiliki pendidikan mencanangkan yang program adalah; bagi anak-anak yag kecerdasan diatas rata-rata dengan Program alternatif Pengayaan

diantaranya

(Enrichment), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk siswa lainnya. Program ini cocok untuk siswa yang bertipe "enriched learner". Serta program Percepatan (Acceleration), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa , dengan memberi kesempatan program kepada mereka untuk dapat yang menyelesaikan lebih singkat reguler dalam jangka waktu

dibanding teman-temannya. Program ini cocok bagi siswa yang bertipe "accelerated learner". Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk

alternative pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat. Dengan demikian, melalui program ini, siswa yang berbakat diharapkan akan mendapatkan layanan pendidikan sesuai irama kecepatan belajarnya. BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Anak Berbakat Joseph Renzulli 1986, (J. David Smith, 2006) mengemukakan bahwa perilaku berbakat mencerminkan satu interaksi di antara tiga kelompok dasar sifat manusia: (1) tingkat kemampuan umum dan/atau kemampuan spesifik di atas rata-rata, (2) tingkat komitmen tugas yang tinggi (motivasi), dan (3) tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai. Hasil penelitian yang kemudian melengkapi teori Triadik Renzulli (dari Amerika) menjadi Triadik Renzulli-Mnks yang dipublikasinya tahun 1988 (Monks & Ypenburg,1995).

Triadik Renzulli-Mnks Dengan pendekatan teori ini, maka keberbakatan

kemudian dipandang sebagai suatu konsep multidimensional dan dinamis, yaitu penekanannya bukan hanya faktor kognitif (sebagai potensi bawaan), tetapi juga faktor tumbuh kembang, faktor personalitas dan lingkungan, Mnks & Ypenburg, 1995; Hoogeveen dkk, 2004 (Julia Maria Van Tiel). Sebab, tumbuh kembang manusia adalah suatu proses yang dinamis dan mempunyai interaksi dengan lingkungannya, Mnks & Ypenburg, 1995 (Julia Maria Van Tiel).2. Kebutuhan Belajar Anak Berbakat (Akselerasi)

ciri-ciri yang dimiliki dari keberbakatan (kemampuan berpikir tingkat tinggi, kritis, kreativitas, motivasi) jelas akan berimplikasi kuat pada munculnya kebutuhan tersendiri yang berbeda dengan anak normal dalam berbagai aspek perkembangan atau bidang kehidupan, baik dalam kesehatan mental, pengembangan diri, perkembangan kognitif, prestasi akademik, karir masa depan, dan sebagainya.

Dalam untuk mereka

konteks

pendidikan,

implikasinya bidang

mendesak pendidikan melalui dan

dilakukan

berbagai

reformasi

dengan memberikan akses yang luas dan terbuka pada untuk mengembangkan keberbakatnnya perspektif, feasible, aplicable, rumusan program layanan pendidikan yang tepat, terpadu, fungsional mantap, berkesinambungan sejak TK sampai perguruan tinggi. Hal tersebut terutama melalui pelaksanaan pendidikan yang berdiferensiasi, sehingga memiliki jangkauan yang lebih luas di luar jangkauan program sekolah biasa, serta melalui penerapan sistem model akselerasi. nasional Dijelaskan yang oleh Sunaryo asas Kartadinata 1993 (Sunardi, 2011) bahwa sesuai dengan pendidikan kita, menganut pemerataan, model akselerasi merupakan model yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih karena diperkirakan mampu menyentuh seluruh populasi anak berbakat di berbagai wilayah, sehingga lebih bermakna, bervariasi, kompetitif, dan perspektif. 3. Pengertian Akselerasi Program Percepatan Belajar adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka DIT PSLB (Sulipan, 2010) . Colangelo (1991) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery).

Sebagai model pelayanan, muda, meloncat kelas, pada kelas diatasnya.

pengertian akselerasi termasuk

juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia dan mengikuti pelajaran tertentu Sementara itu, sebagai model dari

kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar

yang seharusnya di kuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas regular, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatannya menjadi satu tahun atau dengan cara selft-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan 4. Landasan Yuridis Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa secara tegas telah dinyatakan sejak GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1983, yang menyebutkan : " Demikian pula perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal" (Dit PLB ) Tekad ini berlanjut terus dan dipertahankan dalam GarisGaris Besar Haluan Negara berikutnya yaitu GBHN Tahun 1988, yang berbunyi: Anak didik berbakat istimewa perlu mendapat pertumbuhan perhatian khusus agar sesuai mereka dengan 1993 dapat tingkat yang mengembangkan kemampuan belajarnya sendiri. (http://smanisda.webnode.com/akselerasi/)

pribadinya;

GBHN

Tahun

menyatakan Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian khusus agar dapat

dipacu

perkembangan

prestasi

dan

bakatnya";

dan

selanjutnya GBHN Tahun 1998 mengamanatkan bahwa : "Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya (Dit PLB). Demikian pula di dalam UndangUndang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 8 ayat (2) menegaskan bahwa:"Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Begitu pula dalam Pasal 24 dinyatakan bahwa "setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hakhak sebagai berikut: (1) mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (2) mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri, maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan; (6) menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan (Dit PLB). Kesungguhan untuk mengembangkan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa ditekankan pula oleh Presiden Republik Indonesia ketika menerima anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) tanggal 19 Januari 1991, yang menyatakan bahwa: Agar lebih memperhatikan pelayanan pendidikan terhadap anakanak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa (Dit PLB). Implementasi pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa diatur

dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah Dasar, yang dinyatakan dalam pasal 15: (1) Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. (2) Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa pendidikan dan kecerdasan sekolah luar biasa melalui jalur dapat diberikan dengan

menyelenggarakan: a. Program Percepatan b. Program Khusus c. Program Kelas Khusus d. Program Pendidikan Khusus(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dan ayat (2) ditetapkan Direktur Jenderal (Dit PLB). Sedangkan untuk tingkat SMP ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 054/U/1993, seperti yang disebutkan dalam: Pasal 15: (1) "Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah, dan jalur pendidikan luar sekolah. (2) "Pelayanan istimewa pendidikan pendidikan luar siswa luar dapat yang biasa memiliki melalui bakat jalur dengan dan kecerdasan sekolah,

diberikan

menyelenggarakan program khusus dan program kelas khusus. Pasal 16 (1) "Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di SLTP sekurang kurangnya 2 (dua) tahun. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal ? (Dit PLB). Demikian juga untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489/U/1992, seperti dinyatakan dalam: Pasal 16: (1) Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang ditetapkan dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di SMU sekurang-kurangnya dua tahun. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal (Dit PLB). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kembali menegaskan bahwa: Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5 ayat 4). Begitu pula dalam pasal 12 ayat 1 dinyatakan bahwa: setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program

pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 5. Landasan Teoretis a. Batasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini berkait erat dengan latar belakang teoretis yang digunakan. Potensi Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun juga beberapa jenis kemampuan lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Intelligences kecerdasan (1983) musikal, yaitu, kecerdasan spasial, linguistik, kecerdasan kecerdasan

logikal-matematikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja. Ada dua acuan yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum yaitu acuan unidimensional, yang lebih dikenal sebagai batasan yang diberikan oleh Lewis Terman (1922) dan acuan multidimensional, yang disampaikan oleh Renzulli, Reis, dan Smith (1978) dengan Konsepsi Tiga Cincin (The Three Ring Conception). Untuk pendekatan unidimensional, kriteria yang digunakan hanya semata-mata skor IQ saja. Secara

operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechsler. Sedangkan untuk pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu. Dalam hal ini, batasan yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas (ditetapkan skor IQ 125 ke atas skala Wechsler), dimensi kreativitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku cukup) dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik). b. Ciri-Ciri Keberbakatan Sejak program percepatan belajar dirintis oleh tiga sekolah swasta pada tahun ajaran 1998/1999, hingga saat ini konsepsi keberbakatan yang digunakan berasal dari Renzulli, Reis, dan Smith (1978) yang menyebutkan bahwa keberbakatan menunjuk pada adanya keterkaitan antara tiga kelompok ciri (Kluster) yaitu kemampuan umum, kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas rata-rata. Dengan menggunakan konsepsi keberbakatan dari Renzulli, Reis, dan Smith (1978) dan disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah maka definisi peserta bakat oleh didik yang memiliki dalam potensi Program guru kecerdasan Mereka prestasi dan yang istimewa psikolog

Percepatan Belajar adalah: dan/atau diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik.

Untuk mendapatkan peserta didik yang tergolong berbakat seperti yang disebutkan dalam definisi di atas, berikut disampaikan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan tiga aspek tersebut, Balitbang Depdikbud, 1986 (Dit PLB):1) Lancar

Berbahasa

(mampu

mengutarakan

pemikirannya);2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu

pengetahuan;3) Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis

dan kritis;4) Mampu belajar/bekerja secara mandiri; 5) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); 6) Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau

perbuatannya;7) Cermat atau teliti dalam mengamati; 8) Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam

pemecahan masalah; 9) Mempunyai minat luas;10) Mempunyai daya imajinasi yang tinggi; 11) Belajar dengan mudah dan cepat; 12) Mampu

mengemukakan

dan

mempertahankan

pendapat; 13) Mampu berkonsentrasi; dan 14) Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.

BAB III PEMBAHASAN A. Tujuan Program Akselerasi DIT PLB (Sulipan, 2010) menyatakan Tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar (Akselerasi)bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa : 1. Tujuan Umum :

a. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya. b. Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri. c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. d. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik. e. Menimbang masyarakat f. peran dan peserta kebutuhan didik sebagai aset untuk masyarakat

pengisian peran. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. 2. Tujuan Khusus a. Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya. b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik. c. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal. d. Memacu mutu siswa untuk peningkatan keceradasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimabang.

B. Bentuk Penyelenggaraan Program Program percepatan belajar dapat diselenggarakan dalam 3 (tiga) bentuk pilihan, Carlk 1983 (Dit PLB) :

1. Kelas

Reguler, siswa

dimana lainnya

siswa di

yang kelas

memiliki reguler

potensi (model

kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut :a.

Kelas reguler dengan kelompok (cluster). Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dengan kelompok khusus.

b. Kelas reguler dengan pull out. Siswa yang memiliki

potensi

kecerdasan

dan

bakat

istimewa

belajar

bersama siswa lain (normal) di kelas reguler, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar2. Kelas

kelompok, dimana

dan/atau siswa

belajar yang

dengan

guru

pembimbing khusus. Khusus, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus;3. Sekolah Khusus, dimana semua siswa yang belajar di

sekolah

ini

adalah

siswa

yang

memiliki

potensi

kecerdasan dan bakat istimewa. C. Waktu Belajar Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-

masing dari 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun (Dit PLB). D. Persyaratan Peserta Didik Siswa yang diterima sebagai peserta program percepatan belajar adalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Persyaratan Akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata

nilai Rapor, Nilai Ujian Nasional, serta Tes Kemampuan Akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,00.2. Persyaratan

Psikologis, psikologis

yang

diperoleh tes

dari

hasil

pemeriksaan

meliputi

kemampuan

intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes psikologi adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ > 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ > 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.3. Informasi Data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh

dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orangtua (parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.4. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan

sehat dari dokter.5. Kesediaan Calon Siswa dan Persetujuan Orangtua (Dit

PLB) . E. Kurikulum

Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program reguler. Perbedaannya terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih singkat. Adapun kurikulum program percepatan belajar adalah :1. Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dimodifikasi

dengan

penekanan

pada

materi

esensial

dan

dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan konvergen, untuk memenuhi tuntunan masa kini dan masa mendatang.2. Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dikembangkan

secara

berdiferensiasi

untuk

memenuhi

pendidikan

peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun jenisnya.3. Pengembangan kurikulum berdiferensiasi untuk program

percepatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara sebagai berikut :a.

Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan dengan kecepatan belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa;

b. Modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial; c.

Modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan baru;d. Modifikasi lingkungan belajar yang memungkinkan

siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat memenuhi kehausan akan pengetahuan;e.

Modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara mandiri, berpasangan, maupun berkelompok.

4. Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama

dengan kelas reguler, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat dari pada kelas reguler. Untuk itu sekolah dapat menyusun kalender pendidikan khusus untuk program percepatan belajar (Dit PLB). F. Pendidik/Guru Guru yang mengajar pada program percepatan belajar pada dasarnya sama dengan guru yang mengajar pada program reguler, hanya saja dipilih yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan terbaik diantara guru yang ada (the best of the best). Berikut ini adalah beberapa persyaratan bagi guru anak berbakat :1. Memiliki pengetahuan tentang sifat dan kebutuhan anak

berbakat.2. Memiliki

keterampilan

dalam

mengembangkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi.3. Memiliki

pengetahuan tentang kebutuhan afektif dan

kognitif anak berbakat.4. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pemecahan

masalah secara kreatif.

5. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahan ajar

untuk anak berbakat.6. Memiliki

kemampuan

untuk

menggunakan

strategi

mengajar perorangan.7. Memiliki kemampuan untuk menunjukkan teknik mengajar

yang sesuai.8. Memiliki kemampuan untuk membimbing dan memberi

konseling kepada anak berbakat dan orangtuanya.9. Memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian (Dit

PLB). G. Sarana Prasarana Sekolah Sekolah berupa penyelenggara dan program sarana percepatan belajar kegiatan adalah sekolah yang memiliki kelengkapan fasilitas belajar prasarana penunjang pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang memiliki keberbakatan intelektual tinggi. Beberapa sarana belajar yang diharapkan tersedia diantaranya kelengkapan sumber belajar (seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM), media pembelajaran (seperti radio, casette recorder, TV, OHP, Wireless, Slide Projector, LD/LCD/VCD/DVD Player, Komputer), serta adanya sarana Information Technology (IT) : seperti jaringan internet, dan lain-lain (Dit PLB). H. Sistem Evaluasi Evaluasi yang dilakukan untuk siswa pada program percepatan belajar pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada program reguler, yaitu untuk mengukur ketercapaian materi (daya serap) yang sejalan dengan prinsip belajar tuntas. Laporan hasil belajar (rapor) siswa program

percepatan belajar mempunyai format yang sama dengan rapor siswa program reguler. Namun, pembagian dan tanggal diberikannya rapor sesuai dengan kalender pendidikan program percepatan belajar yang telah disusun secara khusus (Dit PLB). I. Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan agar potensi keberbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal. Dalam konteks konseling sebagai bagian ntegral dari pendidikan, maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang inovatif, komprehensif, dan integratif sehingga mampu menjamin terakselerasi dan terdiferensiasikannya berbagai keunggulan potensi anak, sehingga mampu berkembang secara optimal. Program Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan social. Hendaknya dijaga agar jangan sampai penyelenggara Program Cerdas Istimewa (Akselerasi) terlalu menekankan perkembangan intelektual emosional Konseling dan dan kurang sosial Selain mementingkan anak itu, seirama Program mencegah perkembangan dengan Bimbingan dan jiwa dan

keremajaannya.

diharapkan

dapat

mengatasi

potensi-potensi negative yang dapat terjadi dalam proses percepatan belajar. Potensi negative tersebut, misalnya, siswa akan mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, siswa menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain karena sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya, ataupun

kegelisahan akibat harus menentukan keputusan karier lebih dini dari biasanya. Berbagai fungsi pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dapat diupayakan dngan melakukan langkah sebagai berikut : Pertemuan rutin dengan orang tua siswa. Menghimpun berbagai data dari guru yang mengajar di kelas akselerasi, khususnya berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Menjaring J. Laporan Dengan Berbakat. Berdasarkan fakta lapangan menunjukkan bahwa sekolah akselerasi memberikan dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari program akselerasi adalah keberbakatan anak dapat terakomodasi, dengan demikian peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikya. Anak berbakat akan tumbuh dan berkembang dengan optimal karena adanya program sebagai wadah dalam mengembangkan kemampuan yang dimilinya. Sedangkan dampak negatif yang timbul yaitu pada aspek akademik emosi dan sosialnya yaitu; Tidak menyukai atau cepat bosan terhadap tugas rutin, mudah tersinggung atau peka terhadap kritik orang lain, kurang sabar atau kurang toleran. Dengan permasalahan yang dapat muncul pada anak berbakat, maka dengan demikian perlu adanya bimbingan konseling bagi anak berbakat untuk mengembangkan aspek akademik, emosi dan pribadinya. data siswa melalui daftar cek masalah, sosiometri kelas, angket, ataupun wawancara. Hasil Observasi Lapangan Pendidikan Sehubungan Bagi Anak Penyelenggaraan

Peran bimbingan dan konseling sehubungan dengan pelaksanaan sekolah akselerasi yaitu untuk memberikan layanan dan bimbingan mengalami sikapnya. SMAN 1 hambatan Yogyakarta konseling kepada anak yang emosioanal bahwa perilaku sekolah dan ini dalam

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di menunjukkan

mengimplementasikan pendidikan akselerasi sejak 2002. Untuk masuk disekolah ini dengan adanya tes tulis dan wawancara. Sekolah akselerasi ini dapat di tempuh hanya 2 tahun dengan percepatan bahan pelajaran yang di pelajari. Hasil wawancara dengan anak yang sekolah di SMAN 1 Yogyakarta mereka bisa mengikuti pelajaran dengan tanpa banyak beban meskipun dengan beban belajar yang berat dan waktu belajar yang lama. Di sekolah ini di sediakan beberapa ekstrakulikuler demi menunjangnya proses belajar didik. Dengan di sekolah ini untuk mengembangkan semua keberbakatan dan kemampuan yang dimiliki peserta demikian sekolah ini dapat memberikan kontribusi yang baik seubungan dengan pendidikan akselerasi bagi anak berbakat.

BAB IV KESIMPULAN Penyelenggaraan program percepatan belajar (Akselerasi) bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Namun hal yang perlu diperhatikan bahwa anak dengan bakat istimewa juga memungkinkan timbulnya masalah. Untuk itu perlu layanan bimbingan konseling agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan tepat.

Referensi Direktorat PLB. (Tt). Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat AkademiK. [Online]. http://ditplb.or.id/profile.php?id=35. [25 November, 2011] Julia Maria van Tiel. (Tt). Pengalaman pengasuhan dan pendidikan anak berbakat dengan disinkronitas perkembangan di Belanda. [Online]. http://berbakatdisinkroni.com/Penglaman_GT_di_Belanda.pdf. [17November, 2011] Smith J. David (2006). Inklusif Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung; Nuansa Sunardi. (2011). Konseling Karir Anak Berbakat. [Online]. ) http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1960 02011987031-SUNARDI/karya_tlsmateri_ajar_pdf/KONSELING_KARIR_ANAK_BERBAKAT.pdf. [26 November 2011] Sulipan. (2010). Pedoman Program Percepatan Belajar (Akselerasi) Pendidikan Dasar dan Menengah. [Onlien]. http://sulipan.wordpress.com/2010/07/02/pedomanprogram-percepatan-belajar-akselerasi-pendidikan-dasardan-menengah/. [25, November 2011]