isu etika dalam praktik akuntansi

19
ISU ETIKA DALAM PRAKTIK AKUNTANSI Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi Oleh : Aldilla Rizki Aulia ( 0910230038) Nungky Ratna Setyaningsih ( 0910230108) Evanti Andriani ( 0910233013 ) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: evha-adja

Post on 08-Apr-2016

496 views

Category:

Documents


108 download

DESCRIPTION

etika dalam praktik akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

ISU ETIKA DALAM PRAKTIK AKUNTANSIMata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :

Aldilla Rizki Aulia ( 0910230038)

Nungky Ratna Setyaningsih ( 0910230108)

Evanti Andriani ( 0910233013 )

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA2012

Page 2: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

BAB 4. KESADARAN ETIS INDIVIDU DI ANTARA KEAGUNGAN DAN

KEANGKUHAN PROFESIONALISME

1. Pengantar

Tindakan merupakan suatu proses yang berkesinambungan,suatu aliran, di mana

monitoring refleksif yang dipertahankan individu itu merupakan dasar bagi pengendalian

tubuh yang biasanya diteruskan oleh actor- actor itu dalam kehidupannya (Gidens,2003:11).

Sementara itu monitoring reflektif merupakan ciri yang terus menerus dari tindakan manusia

sehari-hari dan melibatkan perilaku tidak hanya individu namun juga perilaku orang lain

(Giddens,2003:6)

Dalam bentuk pergulatan pemikiran itulah monitoring reflektif kemudian berlangsung.

Sebuah dinamika yang berkembang karena adanya kesadaran individu atas fenomena etika

dalam praktik kehidupan sosial dan professional, yang bersumber baik dari pengalaman

dirinya maupun dari pengalaman orang lain yang direkamnya.

2. Fenomena Sosok Kontroversial

Pemimpin adalah pemilik, seklaigus actor utaa yang banyak menentukan

kelangsungan hidup sebuah KAP. Bagi sebagian orang, sosok Madia (partner pimpinan KAP

“Drs. Madia Subakti) adalah sosok yang kontroversial. Sikap Madia dalam banyak hal

berimplikasi pada cara menangani pekerjaan professional yang dilakukan dan dikembangkan

di kantornya selama ini. Ini tidak urung sempat memicu munculnya “suara sumbang” di

kalangan tersebut. “Suara sumbang” di kalangan akuntan ini mencapai puncaknya pada saat

Madia dan KAP-nya mendapatkan sanksi dari IAI dan Departemen Keuangan.

Dalam posisinya, tentu sorotan atas kinerja KAP tidak bisa dilepaskan dari sosok

kepribadiannya, positif maupun negatif. Madia adalah sosok yang keras, dan dalam beberapa

hal dianggap sebagai pribadi yang tidak konsisten. Pencitraan yang melekat pada diri Madia

hanyala stereotype negatif atas dirinya sebagai akademisi dan professional akuntan.

Pencitraan ini berlanglangsung sampai pada kurun waktu yang seolah tidak terbatas, di mana

Madia sebenarnya juga telah menstransformasikan dirinya untuk menjadi sosok yang

“moderat” sebagai manusia biasa. Madia telah menstransformasikan dirinya dari seorang

Page 3: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

anak petani menjadi seorang akuntan. Proses yang berjalan demikian berlangsung secara

dinamis.

Diri atas Dari pengalaman atas proses transformasi diri Madia, sosoknya adalah

“Manusia yang mau sepenuhnya baik dan mau sepenuhnya tidak jahat”. Demikian halnya

yang terjadi pada diri Madia dalam menjalani kehidupannya, khususnya sebagai pimpinan

KAP. Pada titik ini Madia menjalani proses sejarah kehidupan menuju kesadaran pribadi

yang baik, yang bijak dna yang utama.

.

3. Keuntungan Materill (uang) bukan yang utama

Akuntan sebagai individu yang berkehendak mempunyai seperangkat pengetahuan

dari akumulasi pengalaman hidupnya. Dalam konteks profesionalisme, pengetahuan etika ini

menjadi bagian yang tidak bisa ditawar oleh akuntan. Ini dikarenkan profesionalisme

masyarakat unsur etika, selain keharusan untuk dimilikinya unsur keahlian dan pengetahuan.

Pengetahuan atas dasar etika dapat menjadi dasar membuka kesadaran diri akuntan untuk

berperilaku etisDalam diri akuntan,semenjak mareka kuliah selalu diperkenalkan dan

bergumul dengan ‘uang’ dalam dimensi ekonomis. Mereka mendapati dalam proses

perkuliahan itu bahwa pada akhirnya segalanya harus ternilai dengan uang. Tidak selayaknya

jika seorang (akuntan professional) hanya bekerja dan memenuhi kualitas pekerjaannya

sekedar bermotifan imbalan uang sebagai mana yang disepakati dalam kontrak penugasan.

Gaya hidup yang aktifitas sehari-harinya menggunakan mobil dapat dicermati dari

pandangan tentang bekerja dan harta (yang dapat direpresentasikan dengan penguasaan

uang). Madia adalah sosok yang mau belajar dan dapat belajar dari pengalaman. Proses yang

demikian kemudian memperkaya wawasan dirinya, dan kemudian berkembang menjadi

falsafah hidup dan kehidupannya. Bagi Madia sekolah tidak sekedar untuk mendapat ilmu

pengetahuan namun jua mendapatka kesadaran untuk lebih menerima suatu proses kehidupan

yang lebih bermakna dan bernilai.

Dengan internalisasi pemahaman bahwa uang bukanlah ukuran keberhasilan

pekerjaan,dapat menjadi motivasi bagi kaum professional,dan kemudian selalu menjadi cirri

untuk menentukan profesionalismenya (Koehn,2000;31). Kesadaran diskursif, dimana dapat

berarti mampu menempatkan sesuatu ke dalam kata-kata (Giddens,2003:53), merupakan

Page 4: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

potensi positif yang layaj dimiliki oleh seorang individu untuk dapat bertindak sebagai actor

kehidupan.

4. “ Membantu Klien” sebagai Keutamaan

Bagi Madia dengan memperhatikan sisi sosial kehidupan pun tidak menutup

kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dalam bisnis,setidaknya untuk jangka panjang.

Kelak keuntungan bisnis juga akan didapatkan karena adanya rasa yang terjalin pada diri

klien yang merasa terbantu tersebut. Pada kenyataannya kondisi yang demikian memang

berdampak pada masih banyaknya klien yang dalam jangka waktu tertentu selalu

memanfaatkan jasa KAP ini,baik untuk audit maupun non audit.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan pengusaha kecil menengah di Indonesia

belum dapat menyusun laporan keuangan sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam

standar akuntansi keuangan. Seringkali laporan keuangan yang disajikannya belum layak

untuk diaudit.

5. Jejak Kesadaran Etis pada Pribadi yang Lain

Yang terjadi pada staf professional,mereka tidak selalu memposisikan diri pada actor-

aktor tak berdaya pada sembarang situasi. Sebagai manusia yang verkesadaran,secara

diskursif mereka mampu membedakan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan.

Walupun keputusan yang mereka ambil tetap pada batasan di bawah kontrol pimpinan KAP-

nya,namun mereka menyerap substansi “membantu” klien dalam menjalankan suatu

penugasan. Standar (akuntansi atau auditing) bagi mereka bukanlah harga mati yang tidak

dapat ditawar ketika diimplemantasikan pada keadaan tertentu,terlebih pada kenyataannya

tidak terdapat standar yang berbeda untuk skala usaha yang berbeda.

BAB 5. JEJAK ETIKA DALAM PRAKTIK ORGANISASI

1. Pengantar

Dalam teori strukturisasi disebutkan bahwa individu sebagai agen mempunyai peran

yang sama pentingnya dengan peran organisasi yang melingkupi keberadaan individu

tersebut. Organisasi adalah kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai “ tujuan” yang

Page 5: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

sama. Bab ini berfokus pada pemaparan hasil eksplorasi dan sintesa atas dimensi – dimensi

etika dalam konteks praktik organisasional yang berkembang di KAP “ Drs. Madia Subakti

“.organisasi tersebut berguna untuk melacak jejak-jejak dimensi struktur dalam strukturasi

praktik etika. Namun tidak dipungkiri hasil dari praktik rekursif mendapatkan berbagai

bentuk pemahaman bahwa dimensi tersebut tidak dapat diabaikan. Sehubungan kegiatan ini

berlangsung secara strukturatif maka dalam praktik sosial ini termasuk hal yang sangat

esensial.

2. Informalitas Manajemen Organisasi Profesional

Organisasi sebagai sebuah komunitas,mempunyai seperangkat instrument untuk

menjalankan aktifitasnya. Khususnya bagi organisasi formal atau rasional, instrument –

instrumen tersebut meliputi perangkat keras maupun perangkat lunak organisasi. Secara

umum, perangkat lunak organisasi antara lain dapat meliputi kerangka nilai ( organizational

values ), peraturan organisasional, rumusan rencana strategi, rencana operasional, pelaporan,

struktur organisasi dan uraian pekerjaan, serta sistem pengelolaan sumber daya manusia.

Kesemuanya ini seharusnya terdapat dalam dokumentasi yang jelas dan

terinstitusionalisasikan.

Keberadaan seperangkat instrument organisasi sebagaimana disebutkan di atas

sebenarnya juga dimaksudkan untuk menjaga kualitas organisasi. Kualitas yang harus

dipunyai tersebut dapat menjaga kepastian kepada klien bahwa jasanya dilakukan secara

nyata, andal, responsif,terjamin, dan empati (McLeod,Jr.,1995;95)

Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan

Sebagai salah satu instrument organisasi,keberadaan struktur organisasi dan uraian

pekerjaan dalam sebuah KAP merupakan sebuah keharusan. Lebih – lebih di dalam SPM

(seksi 100 paragraf 03), sebagaimana telah dikutip di atas, disebutkan bhawa dalam kerangka

sistem pengendalian mutu KAP, organisasi KAP harus memperhatikan keberadaan struktur

organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan

memadai tentang kesesuaian perikatan professional dengan SPAP.

Keberadaan struktur organisasi juga dapat menentukan tingkat kerentanan permainan

politik dalam organisasi (Goetsch&Davis,1997;582). Politik dalam organisasi akan berakibat

positif jika itu dimaksudkan positif jika itu dimaksudkan untuk menjaga secara proporsional

Page 6: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

kepentingan organisasi di atas kepentingan orang per orang dalam organisasi. Dengan

demikian keberadaan struktur organisasi secara etis dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

permainan politik dari orang atau sekelompok orang tertentu demi mencapai kepentingan –

kepentingan semata.

Melihat pentingnya hal ini,maka struktur organisasi dan uraian pekerjaan haruslah

diadakan secara formal,sehingga berbagai unsure di organisasi memahami posisi mereka

masing-masing. Dengan ini pula,maka akan jelas siapa mempunyai kewenangan dan

tanggungjawab atas apa.Keberadaan struktur organisasi dan uraian pekerjaan yang jelas akan

memberikan kerangka aktivitas bagi anggota organisasi untuk tidak melakukan tindakan

disfungsi. Ini berarti struktur organisasi dan uraian pekerjaan juga merupakan means dalam

mencegah terjadinya dilemma etis bagi semua anggota KAP.

Pengelolaaan Personil

Personil ( sumberdaya manusia ) merupakan salah satu dari beberapa jenis

sumberdaya utama organisasi yang harus dikelola oleh manajemen. Dengan tingginya rotasi

staf, sebuah tipikal dalam organisasi KAP, merupakan tantangan tersendiri bagaimana

manajemen sumberdaya manusia dapat berlangsung secara efektif.

Upaya serius pembenahan ini terlihat dalam realisasinya rumusan sistem

pengendalian mutu yang masih dalam tahapan penyusunan. Sedangkan yang berlangsung

selama ini masih bersifat kebijakan lisan dan praktik keseharian yang berjalan begitu saja. Ini

dapat diperhatikan dari beberapa kejadian,yang sebenarnya sangat krusial bagi kepentingan

organisasi.

1. Rekruitmen Staft. Proses ini seringkali terjadi karena faktor kebetulan belaka. Ini

berlangsung karena rekruitmen staf terjadi karena adanya famili keluarga Madia atau

anak dari kolega Madia yang berlatar belakang pendidikan akuntansi ( atau bidang

relevan lainnya) yang sedang membutuhkan pekerjaan.

2. Jenjang Jabatan dan penggajian. Sementara itu informasi kebijakan juga terdapat

pada ketentuan penetapan jenjang jabatan dan penggajian staf. Di KAP ini tidak

terdapat ketentuan formal tentang hal tersebut. Tidak ada criteria baku yang

mendasari keharusan staf untuk dapat mencapai posisi karir tertentu. Substance over

form merupakan istilah dalam akuntansi yang menunjukkan sebuah kondisi di mana

akuntan bersikap atau bekerja dengan lebih mendasarkan pada substansi daripada

Page 7: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

bentuk formal atau status hukum dari apa yang harus dikerjakannya. Namun

demikian,meski sudah terdapat rumusan atas jumlah pendapatan yang bakal diperoleh

oleh seseorang berdasar konvensi ini,masih saja terdapat perasaan ketidakpastian(dan

kemudian ketidakpuasan) bagi para staf. Satu diantaranya adalah bahwa kadang-

kadang mereka tidak mendapatkan gaji sesuai dengan prosentase pekerjaan yang telah

mereka selesaikan,setidaknya berdasarkn perkiraan mereka seblemunya. Bahkan

kemudian terdapat kesan pada diri staf,bahwa sistem penggajian yang dijalankan

bersifat subyektif.

Pengelolaan KAP ini jika merujuk pada pemilahan yang dilakukan oleh Velasquez

(2002:445),termasuk dalam model “organisasi sebagai suatu jejaring hubungan

personal yang berfokus pada perhatian “. Beberapa aspek yang mendasari model the

caring organization, sebagaimana dikutip oleh Velasquez (2002;492), adalah

perhatiannya:

- Sama sekali terfokus pada orang,bukan pada “kualitas”,”profit” ataupun hal – hal

lainnya.

- Dijalankan sebagai akhir dan bertahan pada diri, dan tidak hanya berarti menuju

pencapaian kualitas, profit dan lain-lainnya.

- Personil secara esensial pada akhirnya membutuhkan keasyikan individual

tertentu, pada level subjektif dalam memelihara individu tertentu yang lain.

- Peningkatan yang tumbuh untuk memelihara, dalam hal itu menggerakkan

menuju kegunaan dan pengembangan kapasitas penuhnya, dalam konteks

kebutuhan dan aspirasi yang didefinisikannya.

3. Diseminasi (dan Praktik ) Etika dalam Konteks Interaksi Informal

Upaya-upaya yang dilakuakn masih bersifat informal,yang kemudian berkembang

menjadi sebuah konvensi. Tremasuk di dalam ketiadaan secra dokumnetatif deskripsi kerja

antar staf,status kepegawaian staf,maupun pedoman-pedoman organisasi lainnya (termasuk

yang memuat nilai-nilai yang dianut organisasi ataupun etika organisasi).

Beberapa di antara dokumen pedoman organisasi pada saat penelitian ini dilakukan

masih dalam proses perumusan (drafting). Dalam kerangka pandang yang demikian maka

penebaran nilai-nilai di KAP ini berlangsung melalui pendekatan individual dan bersifat

Page 8: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

informal. Dalam lingkup organisasi KAP kecil,pada intensitas tertentu pola seperti ini

dimungkinkan berlangsung. Serapan nilai oleh anggota KAP pada pola yang demikian dapat

terjadi,walaupun tidak sepenuhnya berlangsung secara efektif.

4. Menabur Kebebasan Menuai Loyalitas

Kebebasan merupakan unsur hakiki dari keberadaan manusia. Dalam sejarahnya,

perjuangan terberat manusia adalah menemukan kebebasan. Perjuangan ini meliputi upaya

pembebasan dirinya atau komunitasnya dari suatu kungkungan atau terbelengguan. Sebuah

penegasan untuk mengembangkan kreatifitas diri di KAP ini.Tentu hal demikian pada

akhirnya diharapkan juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan diri staf. Ini dapat

terjadi jika keleluasaan yang diberikan kepada staf juga diikuti oleh kemampuan para staf

professional dalam mendapatkan klie. Dari didapatkan klien oleh staf professional ini,maka

yang bersangkutan juga akan mendapatkan pengahasilan tambahan.

Pengalaman professional yang baik untuk menanamkan tanggungjawab pada

pekerjaan dan sekaligus loyalitas pada KAP. Dengan pola bekerja yang demijkian,staf

merasa nyaman dan secara umum hal demikian juga berdampak positif pada perkembangan

KAP.

5. Sanksi Berbuah Hikmah

Dalam kehidupannya, termasuk kehidupan organisasi pun, pengalaman selalu

mempunyai peran dalam menentukan langkah menuju masa depan, Interaksi antara KAP

dengan IAI maupun Depkeu, dengan berbagai instrumennya, juga menumbuhkan proses

bagi berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan secara lebih baik. Dampak positif yang dialami

oleh KAP ini dalam menjalani praktik profesionalnya setelah kejadian ini adalah di

kedepannya prinsip kehati-hatian dalam menerima pekerjaan. Sementara pengalaman lainnya

yang berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh IAI dan Dep.keu adalah

pelaksanaan peer review. Sebagaimana kelaziman yang dialami KAP lainnya,KAP ini juga

telah menjalani peer review. Peer review merupakan pemeriksaan atas kelayakan

pelaksanaan suatu pekerjaan professional ( terutama auditing) yang dilaksanaka oleh sebuah

KAP. Ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas pekerjaan professional berdasarkan standar

yang ada. Selama ini pelaksanaan peer review di Indonesia dilakukan oleh BPKP, walaupun

Page 9: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

seharusnya sebagaimana yang dilakukan di Negara lain (khususnya di Amerika Serikat)

dilakukan oleh sesama KAP.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi yang tercipta sedemikian ini tidak dapat

dilepaskan dari peran pimpinan organisasi dalam mengarahkan organisasinya untuk sedapat

mungkin mematuhi dan melaksanakan keputusan pihak yang mempunyai otoritas dalam garis

kewenangan professional di bidangnya.

BAB 6.HIPOKRISI AKUNTAN DI ZAMAN EDAN

1. Pengantar

Dalam pemikiran strukturasinya, Giddens (2003:xxvii) mengemukakan bahwa

hakikatnya interaksi sosial bisa ditelaah dalam kaitannya dengan lokal-lokal yang berbeda

yang dikoordinasikan oleh aktifitas-aktifitas harian individu. Dalam pemahaman strukturatif,

tindakan individu tidaklah terjadi sekehendak individu yang bersangkutan, tetapi merupakan

hasil persinggungan dengan konteks yang mengitarinya. Demikian yang disampaikan juga

oleh Fromm (2002; 28) menyangkut kerangka pemikiran Marx tentang konsep manusia, di

mana Marx tidak pernah lupa bahwa “bukan hanya lingkungan yang membuat manusia,

tetapi manusia juga membuat lingkungan”.

Struktur sosial terbangun dan berkembang secara dimanis, selain karena kehendak

individu-individu di dalamnya, juga sesuai dengan konteks situasi lingkungan yang lebih

besar yang mengitarinya. Demikian halnya dengan praktik etika dalam profesi akuntan.

Praktik ini diwarnai oleh dinamika yang berkembang dalam situasi lingkungan yang dinamis

pula. Dinamika lingkungan, bagaimanapun, terjadi dalam konteks lokalitas yang berbeda di

mana etika (profesi) itu dikembangkan dan diterapkan.

Dalam konteks ini pula, dapat dicermati bahwa struktur sosial dapat dipahami secara

bertingkat, yaitu dalam konteks organisasi dan konteks masyarakat dalam pengertian yang

lebih luas. Sekaligus dalam pemahaman strukturasi atas praktik etika, ternyata tidak cukup

jika hanya memahami praktik etika dalam konteks hubungan individu dengan organisasi

tempat dua beraktifitas. Ini dikarenakan sebagai tindakannya dan tindakan organisasinya juga

sangat dipengaruhi oleh konteks lingkungan sosial yang melingkupinya. Maka di sinilah

sangat relevan mengkaitkan struktur sosial dengan istilah sistem sosial, di mana Giddens

(2003: 199) menyebutkan bahwa seluruh masyrakat merupakan sistem sosial dan sekaligus

Page 10: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

terdiri dari persinggungan-persinggungan sistem sosial ganda. Sistem sosial merupakan

hubungan yang direproduksi antara aktor atau yang diorganisasikan sebagai praktik sosial

regular (Gidden, 2003: 30)

2. Praktik Profesional di Tengah Realitas Zaman Edan

Dalam skala internasional, kasus ambruknya Enron dan meruginya perusahaan

lainnya di Amerika Serikat telah menunjukkan lemahnya moralitas di kalangan professional.

Bahkan akuntan dalam kasus ini disebut sebagai aktor sentral dari terjadinya berbagai

skandal. Skandal-skandal ini yang kemudian mendorong lahirnya sebuah undang-undang di

bidang perusahaan publik di Amerika Serikat yang disebut sebagai “Sarbanes & Oxly Act

2002”. Undang-undang yang mengatur praktik auditing oleh akuntan publik dan praktik

akuntabilitas yang harus dijalankan oleh perusahaan.

Kondisi makro yang demikian menunjukkan karakteristi “edan” dari suatu zaman, di

mana moralitas telah diletakkan dibalik jubah dan mahkota kehormatan duniawi. Kondisi ini

tentu saja berdampak pada preferensi moral individu para akuntan, khususnya yang

beraktifitas di KAP. Tuntutan untuk menjaga kelangsungan keberadaan KAP, serta

“tanggungjawab” untuk menghidupi staf dan karyawan di KAP menjadi argumentasi yang

dipermalukan oleh sebagian kalangan untuk larut dalam situasi “edan” ini.

Konteks terjadinya suatu praktik etika dapat terdorong karena aspek yang bersifat

internal di KAP ataupun eksternal dari pihak luar KAP. Praktik professional akuntan dan

KAP dipengaruhi oleh IAI dan Departemen Keuangan serta beberapa pihak lainnya, di mana

pengaruh ini dapat bersifat positif maupun negatif bagi keberlangsungan praktik etika. Pihak

luar yang berkaitan langsung dengan output jasa profesi akuntan. Pihak luar tersebut adalah

klien, perbankan dan petugas pajak. Pemikiran futuristik Ronggowarsito telah

menggambarkan rusaknya berbagai tatanan sosial yang melingkupi kehidupan masyarakat.

Dalam konteks yang lebih sederhana, pemakai langsung atas hasil akuntan itulah

yang mendominasi eksistensi KAP. Struktur dominasi menandai adanya penguasaan atas

kepentingan ekonomis dari proses kerja professional akuntan. Kondisi sosial ini

menempatkan struktur dominasi atas professional akuntan pada keadaan “mendapatkan klien

atau tidak”. Dominasi ekonomi ini kemudian juga menjadi dominasi psikologis bagi profesi

Page 11: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

akuntan. Karena itulah mereka harus menjadi familiar dengan skemata simbolik atas

keberlangsungan praktik professional.

Dalam kondisi sosial yang demikian berbagai hukum dan norma moral (kode etik

profesi) menjadi tidak berfungsi untuk menjaga kewibawaan profesi. Yang ada hanyalah

idiom “tahu sama tahu” di antara rekan seprofesi dan rekan bisnis. Sehingga beberapa

pengaturan tentang KAP pun akan disiasati bersama. Bagaimanapun perilaku tidak etis

adalah suatu fenomena sosial yang inheren, di mana dia meliputi hubungan antara aktor yang

ada juga terlibat dalam struktur hubungan sosial dengan yang lain ( Brass dkk., 1998).

3. Belenggu Kapitalisme : Sebuah Manifestasi Kehidupan Profesional Akuntan di Zaman

Edan

Kapitalisme, sebagai sebua sistem ekonomi, mempunyai beragam keunikan.

Sebagaimana dideskripsikan oleh Suseno (2003: 163-164), Karl Mark melihat bahwa dari

segi proses, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang hanya mengakui satu hukum, yaitu

tawar menawar di pasar dan bebas dari pembatasan-pembatasan. Dengan demikian tujuan

sistem ini adalah semata-mata keuntungan, di mana makin banyak keuntungan perusahaan

maka makin kuat kedudukannya di pasar.

Perhatian berlebih pada nilai-nilai materialistik dan kepentingan diri individu pemilik

modal dalam kapitalisme ini kemudian mendorong terjadinya pola usaha dan pola kehidupan

destruktif. Dalam konteks Capra (2003; 342) mengemukakan, ‘Obsesi kita dengan

pertumbuhan ekonomi dan sistem nilai yang mendasarinya telah menciptakan suatu

lingkungan fisik dan mental di mana kehidupan telah menjadi sangat tidak sehat”.

Statements of Accounting Principles Board No 4 menyebutkan akuntansi sebagai

suatu aktifitas jasa yang berfungsi untuk menghasilkan informasi kuantitatif yang bersifat

keuangan dari entitas ekonomik yang dimaksud untuk digunakan dalam pengambilan

keputusan ekonomik ( Suwardjono 1996 : 6). Dirumuskan oleh Financial Accounting

Standard Board (FASB), di mana dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)

No 1 disebutkan dalam salah satu highlights-nya bahwa pelaporan keuangan bukanlah akhir

dari dirinya tetapi dimaksudkan untuk memberikan informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi. Sementara disebutkan pula bahwa fokus utama

pelaporan keuangan adalah informasi tentang laba dan komponen-komponennya.

Page 12: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Di Amerika Serikat akuntansi berkembang mengiringi perkembangan pasar modal.

Berdasarkan pemaparan Mathews & Perera (1993; 131) kerangka pengembangan

(pengaturan) akuntansi berangkat dari kolaborasi kepentingan pasar (liberalisme) dengan

negara (legalisme), sehingga disebut sebagai mode associationism. Dalam mode seperti ini

peran masyarakat untuk memperjuangkan kepentingannya menjadi sangat minim. Demikian

kemudian Wallman 91995) mengemukakan “… Untuk semua alasan yang dinyatakan

sebelumnya, arus informasi pelaporan keuangan adalah komponen kriris dari sistem

kapitalisme dan demokrasi kita”.

Keberadaan profesi akuntansi (secara spesifik auditor) ditentukan oleh adanya

hubungan antara principal dan agen. Konstruksi hubungan agensi ini adalah konflik

kepentingan di antara kedua belah pihak atas kepemilikan dan pengelolaan harta perusahaan.

Akuntansi berada di tengahnya untuk “meredam” terjadinya konflik di antara keduanya.

Hubungan agensi dalam konteks masyarakat Amerika Serikat terfasilitasi dalam

aktifitas di pasar modal. Dengan suasana ini pulalah profesi akuntansi di Amerika Serikat

tumbuh menjadi besar. Sementara jika kita mencermati lebih mendalam yang terjadi di

Indonesia, pasar modal bukanlah instrumen terpenting yang mendorong keberlangsungan

perekonomian negara atau masyarakat. Demikian halnya pasar modal bukanlah satu-satunya

media yang penting bagi profesi akuntansi untuk memainkan perannya sebagai seorang

professional. Yang bermain pasar modal hanya mereka yang tergabung dalam KAP yang

terkategori besar (khusunya the big four).

Page 13: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

DAFTAR PUSTAKA

Ludigdo, U.2007. Paradoks Etika Akuntan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta