isu dan masalah dalam upaya menggali potensi pajak/retribusi

40
Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009 Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi Daerah dari Sektor Informal Teguh Kurniawan Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI http://staff.blog.ui.edu/teguh1 [email protected]

Upload: duongdiep

Post on 15-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi Daerah dari Sektor Informal

Teguh KurniawanDepartemen Ilmu Administrasi FISIP UIhttp://staff.blog.ui.edu/[email protected]

Page 2: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Isi PresentasiSektor Informal secara Teori dan Praktek serta Kontribusinya dalam Perekonomian KotaPajak dan Retribusi Daerah secara Teori dan Prakteknya menurut Ketentuan Perundang-undangan Republik IndonesiaSektor Informal dan Potensinya bagi Pajak/Retribusi Daerah: Isu dan Masalah yang dihadapiPenutup: Kesimpulan dan Saran

Page 3: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Bagian 1

Page 4: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Definisi Sektor InformalAktivitas ekonomi yang mengambil tempat diluar norma formal dari transaksi ekonomi yang dibentuk oleh negara dan dunia bisnis. Sektor informal tidak berarti ilegal. Secara umum, istilah sektor informal mengacu pada usaha kecil atau mikro yang dikelola secara individual atau keluarga. Sektor informal memproduksi dan menukarkan barang-barang dan jasa yang legal tetapi tidak dilengkapi dengan izin usaha yang memadai, pelanggaran kode zona, kegagalan untuk melaporkan kewajiban pajak, tidak patuh terhadap aturan ketenagakerjaan yang mengatur masalah kontrak dan kondisi kerja, dan atau tidak memiliki jaminan legal dalam berhubungan dengan pemasok dan pelanggan

Sumber: O’Hara, 2001

Page 5: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Karakteristik Sektor InformalMudah untuk dimasuki/dilakukanBergantung pada sumberdaya asli/yang ada di sekitarnya (indigenous resources)Kepemilikan usaha oleh keluargaLingkup usaha berskala kecilPadat kerja dan mengadopsi teknologi sederhanaKeahlian yang dibutuhkan bukan berasal dari sistem sekolah formalTidak mengikuti aturan dan pasar yang kompetitifUnit kerja/usaha berada diluar jangkauan administrasi formal yang mencakup sektor formalKebutuhan modal relatif kecil

Sumber: UNESCAP, 2002

Page 6: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Penyebab Munculnya Sektor Informal

Sistem pengaturan yang berlebihanEkonomi formal mahal dan tidak atraktif karena untuk menjadi legal memerlukan biaya masuk yang tinggi melalui biaya perizinan dan persyaratan pendaftaran; serta memerlukan biaya yang besar untuk mempertahankan status formal terkait aturan perpajakan, birokrasi, ketenagakerjaan dan lingkungan

Sistem pengawasan kepatuhan yang tidak efisien dan korup (birokrasi dan korupsi)Budaya kepatuhan pajak yang rendahTingginya tingkat pengangguranTingkat literasi yang rendahPenghasilan yang rendah di sektor publik Fasilitas infrastruktur yang buruk

Sumber: Braun & Loayza, 1994 serta berbagai sumber lain

Page 7: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Peran Sektor Informal dalam Perekonomian Kota

Data BPS, Februari 2008 72% orang bekerja di sektor informal. Angka ini lebih besar dibandingkan angka tahun 2004 sebesar 64% Sektor Informal memberikan kontribusi sebesar 70% dari pekerjaan di kota (Rukmana, 2008) Jumlah PKL di Jakarta tahun 2006 tercatat sebanyak 141.071 Sektor informal layak untuk mendapatkan ruang di perkotaan guna mengakomodir aktivitas mereka yang merupakan bagian dari ekonomi kota Konsep Informalitas Perkotaan, model urbanisasi yang menghubungkan sejumlah aktivitas ekonomi dan ruang dalam wilayah kota (Roy dan Alsayyad, 2004 dalam Rukmana, 2008)

Page 8: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Bagian 2

Page 9: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Definisi Pajak/RetribusiPajak: iuran wajib kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan legal sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hukum untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya (Rahardja & Manurung, 2004).Menurut Fisher (1996), tidak ada hubungan secara langsung antara pembayaran pajak oleh wajib pajak dengan pelayanan yang diterimanya dari pemerintahRetribusi (user charges/fees): biaya yang dibebankan oleh pemerintah untuk pelayanan atau hak istimewa tertentu dan digunakan untuk membiayai semua atau sebagian biaya dalam menyediakan pelayanan tersebut (Fisher, 1996)

Page 10: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Definisi menurut UU 34/2000Pajak Daerah: iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan DaerahRetribusi Daerah: pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan

Page 11: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Fungsi Pajak/Retribusi

Fungsi anggaran/budgetairFungsi pengaturan/regulerendFungsi stabilitasFungsi redistribusi pendapatan

Page 12: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Persyaratan bagi Struktur Pajak yang Baik

Distribusi beban pajak harus merata (adil)Pajak yang dipilih harus dapat meminimalisir campur tangan dari keputusan ekonomi atau dapat menciptakan pasar yang efisien netralitas ekonomiKetika kebijakan pajak digunakan untuk mencapai tujuan lain seperti untuk memberi insentif investasi, maka sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir ketidaksetaraan sistemStruktur pajak harus dapat memfasilitasi penggunaan kebijakan fiskal dalam rangka stabilisasi dan pencapaian sasaran pertumbuhanSistem pajak harus memiliki administrasi yang adil dan non arbiter serta harus dapat dimengerti oleh pembayar pajak kejelasan aturan pajakBiaya administrasi dan kepatuhan harus rendah dan sebanding dengan tujuan lain Sumber: Musgrave &

Musgarve, 1983

Page 13: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Karakteristik PajakEfisiensi ekonomi: sistem pajak tidak boleh mengganggu alokasi sumberdaya (penghasilan)Kesederhanaan administrasi: sistem pajak harus mudah dan murah untuk diadministrasikanFleksibel: sistem pajak harus dapat merespon dengan mudah (dalam beberapa kasus secara otomatis) terhadap perubahan lingkungan ekonomiTanggungjawab politik: sistem pajak harus didesain agar individu dapat memastikan apa yang mereka bayar serta dapat mengevaluasi seberapa akurat sistem telah merefleksikan keinginan merekaKeadilan: sistem pajak harus adil dalam memperlakukan individu yang berbeda

Sumber: Stiglitz, 2000

Page 14: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kriteria Pajak DaerahKesetaraan: sebuah pajak harus adilKolektabilitas/dapat dipungut: sebuah aspek keadilan yakni pajak harus sulit untuk dihindariEfisiensi: sebuah pajak harus dapat memberikan hasil yang tinggi dibandingkan biaya pemungutannyaPajak harus dikenakan kepada penerima pelayananDampak pajak terhadap perilaku masyarakatMengapung atau elastis dapat menyesuaikan diri dengan perubahan penghasilan atau kebutuhanDasar pajak (tax base) yang tetapDapat dilihat dan dapat dipertanggungjawabkanSesuai dengan pajak lainnya dampak pajak dapat diterima oleh pajak lainnya Sumber, Norton,

1994

Page 15: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Prinsip Umum Retribusi yang Efisien

Pembiayaan retribusi menjadi lebih menarik sebagai akibat dari peningkatan keuntungan margin dari pengguna langsungPembiayaan retribusi membutuhkan kondisi bahwa pengguna langsung dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikecualikan (pada biaya yang pantas) dari mengkonsumsi pelayanan kecuali apabila harga dibayar, dengan asumsi bahwa kebanyakan keuntungan dari sebuah pelayanan atau fasilitas diterima oleh pengguna langsungKasus efisiensi bagi pembiayaan retribusi lebih kuat ketika permintaan lebih elastis harganyaKeuntungan margin dan bukan keuntungan total sangat berpengaruh dalam menentukan retribusi Sumber: Fisher,

1996

Page 16: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Pengenaan Pajak/Retribusi oleh Pemerintahan Daerah

Ketentuan mengenai pengenaan Pajak/Retribusi Daerah diatur dalam

UU 34/2000 tentang Perubahan atas UU RI No. 18/1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPP 65/2001 tentang Pajak DaerahPP 66/2001 tentang Retribusi Daerah

Page 17: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Perda Pajak/Retribusi yang Dibatalkan Pusat

Sampai saat ini terdapat 2.431 Perda tentang Pajak/Retribusi Daerah yang dibatalkan PusatDari jumlah tersebut terdapat 1 Perda dari DKI Jakarta (Perda 1/2006 tentang Retribusi Daerah); serta 157 Perda dari wilayah Provinsi Jawa Barat

http://www.djpk.depkeu.go.id/pdrd/

Page 18: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Alasan Perda Pajak/Retribusi Bermasalah

Pungutan dilakukan oleh Daerah berdasarkan keputusan/peraturan kepala daerahMuatan/materi yang diatur dalam Perda tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undanganTumpang tindih dengan pungutan PusatRetribusi bersifat pajakPajak/Retribusi merintangi arus lalu lintas manusia, barang/jasa antar daerahPungutan sumbangan pihak ketiga

Page 19: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

UU 34/2000Jenis-jenis Pajak yang dapat dipungut oleh DaerahKriteria Pajak lain yang dapat dipungut oleh DaerahKetentuan mengenai Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah Kriteria mengenai Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan TertentuKetentuan mengenai Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah

Page 20: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kriteria Pajak Daerah menurut UU 34/2000

Bersifat pajak dan bukan retribusiObjek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah yang bersangkutanObjek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umumObjek pajak bukan merupakan objek pajak Provinsi dan/atau objek Pajak PusatPotensinya memadaiTidak memberikan dampak ekonomi yang negatifMemperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, danMenjaga kelestarian lingkungan

Page 21: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kriteria Retribusi Jasa Umum menurut UU 34/2000

Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi jasa perizinan tertentujasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasijasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar Retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umumjasa tersebut layak untuk dikenakan retribusiretribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannyaretribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensialpemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik

Page 22: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kriteria Retribusi Jasa Usaha menurut UU 34/2000

Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau retribusi jasa perizinan tertentujasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah

Page 23: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kriteria Retribusi Perizinan Tertentu menurut UU 34/2000

perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasiperizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umumbiaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan

Page 24: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Jenis Pajak Daerah menurut PP 65/2001

Pajak Kendaraan Bermotor (Provinsi)Pajak Kendaraan di Atas Air (Provinsi)Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (Provinsi)Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (Provinsi)Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Provinsi)Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (Provinsi)Pajak HotelPajak RestoranPajak HiburanPajak ReklamePajak Penerangan JalanPajak Pengambilan Bahan Galian Golongan CPajak ParkirPajak Lainnya sesuai dengan Kriteria yang ditetapkan UU (UU 34/2000)

Page 25: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Jenis Retribusi Jasa Umum menurut PP 66/2001

Retribusi Jasa Umum obyeknya: pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemda untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan

Retribusi Pelayanan KesehatanRetribusi Pelayanan Persampahan/KebersihanRetribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan SipilRetribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan MayatRetribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan UmumRetribusi Pelayanan PasarRetribusi Pengujian Kendaraan BermotorRetribusi Pemeriksaan Alat Pemadam KebakaranRetribusi Penggantian Biaya Cetak PetaRetribusi Pengujian Kapal Perikanan

Page 26: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Jenis Retribusi Jasa Usaha menurut PP 66/2001

Retribusi Jasa Usaha obyeknya: pelayanan yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial

Retribusi Pemakaian Kekayaan DaerahRetribusi Pasar Grosir dan/atau PertokoanRetribusi Tempat PelelanganRetribusi TerminalRetribusi Tempat Khusus ParkirRetribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/VillaRetribusi Penyedotan KakusRetribusi Rumah Potong HewanRetribusi Pelayanan Pelabuhan KapalRetribusi Tempat Rekreasi dan Olah RagaRetribusi Penyeberangan di Atas AirRetribusi Pengolahan Limbah CairRetribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Page 27: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu menurut PP 66/2001

Retribusi Perizinan Tertentu obyeknya: kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan

Retribusi Izin Mendirikan BangunanRetribusi Izin Tempat Penjualan Minuman BeralkoholRetribusi Izin GangguanRetribusi Izin Trayek

Retribusi lain-lain sesuai kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang (UU 34/2000)

Page 28: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Bagian 3

Page 29: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Mengapa Sektor Informal penting untuk dikenakan Pajak/Retribusi

Kebutuhan akan sumber pendapatanFenomena ukuran dan pertumbuhan dari sektor informalDampak terhadap kepatuhan pajak pada sektor formalLegitimasi negaraTuntutan dari sektor informalAkuntabilitas perpajakan Sumber: dari berbagai

sumber

Page 30: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Karakteristik Sektor Informal sebagai Subyek Pajak/Retribusi

Susah untuk dikenakan pajakKepemilikan individual atau keluarga dan berbasis di rumah tanggaKebanyakan transaksi dilakukan secara tunaiBukan merupakan bagian dari sistem pengaturan formalTidak dibantu oleh tenaga profesional sehingga tidak terinformasi secara baik atau tidak terdidik mengenai hak dan kewajiban yang dimilikiMenggunakan keluarga sebagai pekerja atau tenaga kerja yang tidak dibayar serta biasanya bergantung kepada tenaga kerja secara manual daripada kepada mesin dan peralatan yang canggihKeterbatasan modal yang tersedia, dapat disuntik atau diakumulasiFleksibel, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk masuk dan keluar secara mudah dalam aktivitas ekonomi sebagai respon terhadap kebutuhan pasarLokasi dan waktu usaha disesuaikan dengan kenyamanan konsumenKecenderungan untuk berbisnis secara kecil-kecilan dan tidakterjangkau oleh perusahaan besar

Sumber: dari berbagai sumber

Page 31: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Masalah Pengenaan Pajak/Retribusi bagi Sektor Informal

Budaya penyimpanan data penjualan yang burukTidak terbiasa dengan bank dan transaksi finansial lainnyaKesenjangan dalam membedakan secara jelas antara harta kepemilikan dan modal usahaKesenjangan komunikasi antara pemerintah dan sektor bisnis informalPengenaan pajak terhadap sektor informal merupakan suatu pekerjaan yang berat dan melelahkanTransaski bisnis biasanya dilakukan secara tunaiMekanisme perpajakan yang tidak tepatHambatan kapasitasMasalah insentifPolitik pengenaan pajak sektor informal sektor informal besar dan potensial bagi suara dalam pemilu

Sumber: Alm, 2004 dan berbagai sumber lain

Page 32: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kelayakan Sektor Informal untuk Dikenakan Pajak/Retribusi Daerah

Harus dilihat dulu dari potensinya perlu kajian mendalam mengenai kondisi sektor informal yang adaMelalui kajian tersebut harus dapat menggambarkan potensi dan kemampuan ekonomi, potensi keberlanjutan usaha, serta permasalahan yang dihadapi sektor informal baik secara administratif maupun lainnya

Page 33: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Prasyarat dan Kondisi yang Harus Diperhatikan

Fasilitasi Pemda terhadap sektor informal baik dari sisi pelaksanaan usaha sektor informal maupun legalisasi dan administrasi pencatatan transaksiPeningkatan kemampuan administrasi dari aparat Pemda yang bertanggungjawab dalam masalah pengumpulan pajak/retribusi daerah

Page 34: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Kesiapan Pemda terkait Fungsi Administrasi Perpajakan

Pendaftaran dan pelayanan pembayar pajakDeklarasi atau penilaian pajakAkuntansi pendapatan dan pembayar pajakPengawasan terhadap penyimpangan/ketidakpatuhanAuditPenegakan hukumTuntutan atau protes Sumber: Shah, 2007

Page 35: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Bagian 4

Page 36: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

KesimpulanSektor informal memiliki fungsi penting dalam perekonomian dan merupakan bagian dari sistem perekonomian kotaUntuk mengenakan pajak/retribusi terhadap sektor informal harus didahului kajian mendalam mengenai potensinya, serta upaya fasilitasi Pemda terhadap keberlanjutan usaha dan legalisasi usahanyaPemda juga harus dapat memastikan kesiapan perangkatnyaPajak/Retribusi Daerah harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang ada secara teori maupun berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku

Page 37: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

SaranDalam menentukan apakah Sektor Informal (PKL) dan kegiatannya potensial untuk dikenakan pajak berdasarkan Perda, perlu dipertimbangkan:

Apakah Pajak/Retribusi Daerah yang akan dikenakan telah memenuhi prinsip-prinsip dan ketentuan persyaratan mengenai Pajak/Retribusi berdasarkan teori-teori yang ada? Apakah Pajak/Retribusi Daerah yang akan dikenakan telah sesuai dengan kewenangan Pemerintahan Daerah (PP 18/2007) serta sesuai dengan kaidah-kaidah dalam UU 34/2000, PP 65/2001 dan PP 66/2001?

Page 38: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

SaranPemerintah Daerah juga perlu melakukan pembinaan yang baik dan memadai terhadap Sektor Informal (PKL) sebelum melakukan pembebanan pungutan terhadap mereka, sehingga dapat diciptakan kondisi yang saling menguntungkan baik untuk Sektor Informal (PKL), Pemerintah Daerah, maupun masyarakat luas merupakan tugas Pemda (khususnya Kota) untuk menyediakan prasaranan dan jaringan kegiatan untuk sektor informal sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 huruf c, UU 26/2007 tentang Tata Ruang

Page 39: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Referensi RujukanAlm, James, Jorge Martinez-Vasquez, and Sally Wallace (Eds), 2004, Taxing the Hard to Tax: Lessons from Theory and Practice, Amsterdam: ElsevierBraun, Juan and Norman V Loayza, 1994, “Taxation, Public Seervices, and the Informal Sector in a Model of Endogenous Growth”, Working Paper No. 1334, Washington: The World BankFisher, Ronald C, 1996, State and Local Public Finance, Second Edition, Chicago: IrwinMusgrave, Richard A and Peggy B Musgrave, 1983, Public Finance in Theory and Practice, Third Edition, Asian Student Edition, New York: McGraw HillNorton, Alan, 1994, International Handbook of Local and Regional Government: A Comparative Analysis of Advanced Democracies, Cheltenham: Edward ElgarO’Hara, Phillip Anthony, 2001, Encyclopedia of Political Economy, London: Routledge

Page 40: Isu dan Masalah dalam Upaya Menggali Potensi Pajak/Retribusi

Seminar Satu Hari “Menggali Potensi Pajak dari PKL di Jakarta dan Bandung: Kesempatan dan Tantangan”, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung 21 Januari 2009

Referensi Rujukan ….lanjutanRahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikro Ekonomi & Makro Ekonomi, Edisi Revisi, Depok: Penerbitan FE UI Rukmana, Deden, 2007, “thugs and street vendors in Jakarta”, Jakarta Post, 14 MeiRukmana, Deden, 2008, “do street vendors deserve urban space?”, Jakarta Post, 8 NovemberShah, Anwar (Ed), 2007, Local Budgeting, Washington DC: The World BankStiglitz, Joseph E, 2000, Economics of the Public Sector, Third Edition, New York: W W Norton & Companyhttp://www.gdrc.org/informal/http://indonesiaurbanstudies.blogspot.comhttp://www.djpk.depkeu.go.id/pdrd/