isolasi mikroalga
DESCRIPTION
mikroalga adalahTRANSCRIPT
ISOLASI SPESIES MIKROALGA
Oleh:
Nama : Wisiva Tofriska P.NIM : B1J010189Kelompok : 5Rombongan : IIAsisten : Fitri Rahmawati
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroalga umumnya bersel satu dan hidup sebagai tumbuhan yang dikenal
sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan
dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air dan
merupakan dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan baik laut maupun
tawar dimana fitoplankton merupakan pakan alami bagi zooplankton dan ikan – ikan
kecil. Pesatnya usaha perikanan di Indonesia terutama pembenihan ikan, udang
maupun kerang menyebabkan peranan mikroalga sebagai pakan alami semakin besar
khususnya mikroalga sebagai pakan awal (initial feed) larva. Ketersediaan
fitoplankton yang sesuai baik jumlah maupun mutu serta kesinambunganya
merupakan salah satu faktor diantara penentu keberhasilan pemeliharaan larva ikan,
udang, kepiting dan rajungan. Hal ini berarti setiap usaha pembenihan, teknik kultur
fitoplankton secara terkontrol harus dikuasai sehingga kegagalan pemeliharaan larva
yang disebabkan oleh kekurangan pakan alami tidak terjadi
Sumber daya alam di Indonesia termasuk berada dalam kondisi keragaman
yang tinggi. Banyak diantaranya terdapat di lautan antara lain tumbuhan laut yang
beraneka ragam jenis dan manfaatnya. Contoh dari tanaman laut antara lain Alga.
Dalam dunia tumbuhan alga atau sering disebut ganggang termasuk kedalam dunia
thallopyta (tumbuhan thallus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun
secara jelas. Namun banyak diantaranya kurang dimanfaatkan oleh manusia karena
sukar diperoleh dan terdapat banyak kendala dalam mengisolasinya, terutama dalam
pengisolasian mikroalga.
Isolasi termasuk salah satu langkah penting sebelum melakukan metode
biakan murni sebagai salah satu langkah untuk melakukan kultur mikroalga . Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi alga dari mikroorganisme lainnya
seperti protozoa sehingga bibit murni untuk kultur mikroalga dapat diperoleh.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk membuat biakan murni mikroalga dengan
metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi pengulangan sub kultur, metode
isolasi pipet kapiler, dan metode isolasi goresan.
C. Tinjauan Pustaka
Teknik isolasi mikroalga merupakan langkah awal yang memegang peranan
penting dalam kultur pakan alami. Sediaan inokulum atau bibit yang mempunyai
kualitas dan kuantitas yang baik serta berkesinambungan sangat diharapkan untuk
mendukung proses pembenihan ikan atau udang, isolasi spesies fitoplankton bukan
masalah yang sederhana karena sifat alami sel fitoplankton dari pakan alami itu
sendiri. Secara individu sel mikroalga sangat kecil dan biasanya berasosiasi dengan
spesies epiphytic lain yang tidak sesuai (Suriadyani, 2006).
Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) menyatakan ada beberapa cara isolasi
mikroalga untuk mengambil kultur murni jenis tunggal. Cara-cara ini tidak hanya
digunakan untuk memisahkan jenis yang diinginkan dari populasi berbagai jenis
plankton alam, tetapi juga digunakan untuk memisahkan satu jenis atau mikroalga
yang telah terkontaminasi oleh organisme lain. Pada dasarnya ada lima cara yaitu
metode isolasi pipet kapiler, metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi
secara biologis metode isolasi goresan pada cawan petri dan metode sub kultur
berulang.
Tujuan isolasi adalah untuk memperoleh fitoplankton/mikroalga monopesies
(murni) dengan cara mengambil sampel air di alam dengan menggunakan
planktonnet, untuk selanjutnya diamati dibawah mikroskop.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, object glass,
cover glass, pipet, pipet kapiller, tempat film, planktonnet dan kamera digital.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi sampel mikroalga dan
akuades
B. Metode
Sampel mikroalga diambil menggunakan planktonnet dan dimasukkan ke dalam
tempat film.
Sampel diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan di ujung object glass
Akuades diteteskan sebanyak tiga tetes pada permukaan object glass.
Sampel mikroalga dari air diteteskan pada salah satu tetesan akuades.
Mikroalga diisolasi dengan bantuan mikroskop dan pipet kapiler kemudian
dipindahkan dari satu media ke media lain hingga didapat satu spesies mikroalga.
Monospesies mikroalga yang didapat kemudian difoto dengan kamera digital
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 5. Coelastrum sp. (10x10)
B. Pembahasan
Menurut Anonim (2011), klasifikasi Coelastrum sp. adalah sebagai berikut:
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa: Chlorococcales
Suku : Coelastraceae
Marga : Coelastrum
Jenis : Coelastrum sp.
Coelastrum sebagai produsen primer dapat langsung dimakan oleh larva ikan
atau melalui rantai yang dimakan dahulu oleh zooplankton. Menurut Insan et al.,
(2000), Coelastrum dengan ukuran 0,01–0,1 mm merupakan pakan pertama larva
ikan betutu umur tiga hari dengan ukuran mulut larva berkisar 0,10–0,28 mm dan
mendominasi isi alat pencernaan larva hampir 100%. Walaupun dalam alat
pencernaan itu terdapat juga fitoplankton lain dalam jumlah sedikit yaitu Chlorella
sp. dan Eudorina sp. Coelastrum dimanfaatkan larva ikan betutu hingga umur 10
hari. Fitoplankton yang bisa bergerak seperti zooplankton ini dipilih oleh larva betutu
disamping ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulutnya juga karena
pergerakannya yang lambat dibanding zooplankton lain dengan ukuran sama,
sehingga mudah bagi larva yang pergerakannya belum begitu aktif untuk
memangsanya.
Menurut Nagasaki dan Yamaguchi (1997), Isolasi juga dilakukan untuk
mengetahui efek mikroba lain seperti misalnya virus pada aktivitas suatu alga seperti
yang terjadi pada mikroalga Heteroshigma akashiwo yang menyebabkan
perkembangan alga terlalu cepat di lautan yang menyebabkan kematian pada ikan
kultur seperti salmon atau yellowtail.
Perkembangan yang terlalu cepat tersebut kemungkinan disebabkan oleh
aktivitas lysis virus pada spesies inang (mikroalga) yang mengakibatkan
perkembangan mikroalga yang terlalu cepat, walaupun sebenarnya efek virus
tersebut di dalam system akuatik lainnya masih membingungkan.
Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), metode kultur murni mikroalga di
laboratorium untuk memperoleh satu jenis mikroalga (monospesies) dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Metode pipet kapiler
Metode kultur murni dengan menggunakan metode pipet kapiler dapat dilakukan
dengan cara sel mikroalga yang akan dikultur dipisahkan dengan menggunakan pipet
kapiler steril lalu dipindahkan ke dalam media yang sesuai. Pipet yang akan
digunakan untuk metode ini adalah pipet yang mempunyai diameter antara 3 – 5 kali
besar mikroalga yang akan diisolasi dan pipetnya dilakukan pembakaran pada bagian
ujungnya.
Proses isolasi ini dilakukan dibawah mikroskop dengan cara mengambil
mikroalga yang diperoleh dengan menggunakan alat planktonnet. Kemudian
mikroalga tersebut dilakukan penyaringan dan diteteskan pada gelas obyek. Dengan
menggunakan pipet kapiler ambil tetesan mikroalga tersebut dan amati dibawah
mikroskop. Kemudian mikroalga tersebut dikultur dalam tabung reaksi volume 10 ml
yang telah diperkaya dengan jenis pupuk yang sesuai dengan mikroalga yang akan
diisolasi dan lakukan pengamatan jenis mikroalga yang tumbuh dibawah mikroskop
setiap hari dan lakukan kegiatan tersebut sampai diperoleh jenis mikroalga yang
diinginkan.
2. Metode media agar
Metode media agar adalah suatu metode pemurnian individu dari suatu
sampel perairan dengan cara membuat kultur murni dengan menggunakan media
agar. Media yang digunakan pada saat inokulasi adalah media agar yang dilengkapi
dengan larutan nutrien pengkaya, larutan trace element dan vitamin. Media nutrient
tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan untuk sintesis protoplasma
pada proses kulturnya. Media yang umum digunakan adalah media Conway dan
media Guillard. Media Conway digunakan untuk phytoplankton hijau sedangkan
pupuk Guillard untuk phytoplankton coklat.
3. Metode subkultur
Metode subkultur adalah suatu metode mengisolasi mikroalga dimana metode
ini dapat digunakan jika mikroalga yang kita inginkan bukan mikroalga yang
dominan. Peralatan yang digunakan dalam mengisolasi fitoplankton dengan metode
ini adalah mikroskop, pipet, autoklaf, oven, haemocytometer, gelas ukur, gelas piala
dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah medium Bristole, air tanah,
akuades, vitamin B12, vitamin B6, vitamin B1 dan sampel air kolam. Prosedur yang
digunakan dalam metode subkultur ada dua tahapan yaitu pertama melakukan
sterilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan dan yang kedua adalah
melakukan isolasi. Sterilisasi dilakukan pada semua alat dan bahan yang akan
digunakan dalam kultur mikroalga / fitoplankton.
4. Metode pengenceran berseri
Metode pengenceran berseri merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengisolasi mikroalga atau phytoplankton jika jenis mikroalga atau
phytoplankton yang kita inginkan adalah jenis yang dominan. Adapun peralatan yang
digunakan adalah sama dengan metode subkultur, sedangkan bahan yang digunakan
adalah medium Bristol, akuades, sampel air kolam,vitamin B12, vitamin B6 dan
vitamin B1. Peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam metode pengenceran
berseri dilakukan isolasi. Isolasi peralatan dan bahan yang akan digunakan sama
dengan metode subkultur.
Isolasi dilakukan berdasarkan karakteristik dan ukuran atau jumlah mikroalga yang
dibutuhkan.
1. Metode isolasi secara biologis, dengan menggunakan pengaruh sifat
phototaksis organisme yang akan diisolasi
2. Metode isolasi pengenceran berseri, digunakan bila jumlah jenis organisme
banyak dan ada spesies dominan, memindahkan sampel ke dalam beberapa
tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan yang akan diisolasi
3. Metode isolasi pengulangan subkultur, hampir sama dengan metode isolasi
pengenceran berseri, tapi jumlah dan jenis organisme yang terkumpul sedikit;
4. Metode isolasi pipet kapiler, dimana sampel 10-15 tetes diteteskan di tengah
gelas obyek, dan sekelilingnya ditetesi 6-8 tetes medium
5. Metode isolasi goresan, untuk mengisolasi fitoplankton tunggal dengan
menggunakan media agar.
Kelebihan dari metode isolasi kapiler yang dilakukan adalah bahan yang
dibutuhkan hanya memerlukan jumlah yang sedikit dan tidak memakan banyak
tempat sedangkan kekurangannya tidak bisa dilakukan untuk organisme yang jumlah
dan jenisnya banyak, juga memerlukan ketelitian yang tinggi pada saat menyaring
mikroalga saat menggunakan akuades, agar akuades tidak terlalu banyak sehingga
monospesies mikroalga bisa didapatkan dengan tepat (Prasetyo, T, 1967).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Mikroalga yang didapat dari hasil isolasi adalah Coelastrum sp.
2. Metode isolasi yang dilakukan adalah metode isolasi pipet kapiler, dimana
sampel yang telah diambil diteteskan beberapa kali di tengah gelas obyek
sebelum disaring dengan meneteskan akuades yang berada di tepi gelas obyek
dan diamati di bawah mikroskop hingga monospesies mikroalga diperoleh.
DAFTAR REFERENSI
Anonim, 2012. Coelastrum sp. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 9 April 2012
Anonim, 2011. Herbarium Bandungese: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/. Diakses tanggal 8 April 2012
Bougis, P. 1979. Marine Plankton Ecology. American Elsevier Publishing Company, New York.
Erlina, A. dan W. Hastuti. 1986. Kultur Plankton. Ditjenkan-IDRC, Jakarta.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.
Feldman, Y. 1951. Ecology of Marine. Stanford University, California.
Isnansetyo, Ir. A., dan Kurniastuty, Ir., 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton, Pakan alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Kusnadi, P., Syulasmi, A., Purwianingsih, W., & Diana. 2003. Mikrobiologi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 68-80.
Nagasaki, Keizo and Mineo Yamaguchi. 1997. Isolation of a virus infectious to the harmful bloom causing microalga Heterosigma akashiwo (Raphidophyceae). Journal of Aquatic Ecology. Vol. 13: 135-140,1997
Prasetyo, Triastono Imam.1967. Beberapa Genus Alga Air Tawar. Malang: UM PRESS.