protein mikroalga

Download Protein Mikroalga

If you can't read please download the document

Upload: shinta-jeshycka

Post on 28-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 1

    SKRIPSI

    UJI PENGARUH VARIASI MEDIA KULTUR TERHADAP

    TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROTEIN,

    LIPID, KLOROFIL, DAN KAROTENOID PADA MIKROALGA

    Chlorella vulgaris Buitenzorg

    OLEH :

    Tangguh Wijoseno

    0706270106

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2011

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • SKRIPSI

    UJI PENGARUH VARIASI MEDIA KULTUR TERHADAP

    TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROTEIN,

    LIPID, KLOROFIL, DAN KAROTENOID PADA MIKROALGA

    Chlorella vulgaris Buitenzorg

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan

    disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian Skripsi.

    Tangguh Wijoseno

    0706270106

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2011

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Tangguh Wijoseno

    NPM : 0706270106

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 27 Juni 2011

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Tangguh Wijoseno

    NPM : 0706270106

    Program Studi : Teknik Kimia

    Judul Skripsi : Uji Pengaruh Variasi Media Kultur terhadap Tingkat

    Pertumbuhan dan Kandungan Protein, Lemak, Klorofil, dan

    Karotenoid pada Mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai

    bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    pada program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : 1. Ir. Dianursanti, M.T. (...)

    Penguji : Dr. Ir. Heri Hermansyah, M.Eng. (...)

    Penguji : Dr. Eng. Muhamad Sahlan (...)

    Penguji : Dr. Ir. Sukirno . M.Eng (...)

    Ditetapkan di : Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

    Depok

    Tanggal : 28 Juni 2011

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT ,

    Tuhan semesta alam yang maha kuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi-Mu ya

    Allah yang telah memudahkan segala urusan dalam penelitian ini. Ya Tuhanku,

    anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau

    anugerahkan kepadaku dan kepada orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan

    yang Engkau Ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan

    hamba-hamba-Mu yang saleh(An-Naml:19).

    Atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi ini

    tepat pada waktunya. Makalah skripsi dengan judul Uji Pengaruh Media Kultur

    terhadap Tingkat Pertumbuhan dan Kandungan Esensial pada Mikroalga

    Chlorella vulgaris Buitenzorg ini disusun untuk melengkapi persyaratan untuk

    meraih gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Kimia FTUI. Selain itu, makalah

    ini diharapkan menjadi langkah awal bagi riset grup bioproses dalam menentukan

    medium terbaik dalam kultivasi mikroalga Chlorella vulgaris.

    Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada,

    1. Kepada kedua orang tuaku yang terus mendoakan dan memberikan semangat

    dalam menjalani penelitian. Juga kepada kakakku Danny Sulistiowaty dan

    adikku Hanifah Galdis Amalia. Semoga Allah selalu memuliakan kalian di dunia

    dan di akhirat nanti. Doaku selalu menyertaimu.

    2. Ibu Ir. Dianursanti M.T. selaku pembimbing skripsi yang sangat kami hormati

    dan kami cintai. Terimakasih banyak atas kasih sayang yang diberikan dalam

    bentuk bimbingan, bantuan, waktu, dan sarannya. Semoga ibu dan keluarga

    selalu dalam lindungan dan kasih sayan Allah.

    3. Prof, Dr. Ir. Widodo W. Purwanto, DEA selaku beserta seluruh dosen Ketua

    Departemen Teknik Kimia FTUI yang telah memberikan ilmu dan membagikan

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • vi

    wawasannya. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi amal yang tiada

    pernah putus pahalanya sampai kapanpun.

    4. Dr.Ir. Heri Hermansyah M.Eng., Dr.Ir.Sukirno M.Eng, dan Dr. Eng. Muhamad

    Sahlan Ssi.M.Eng, sebagai penguji sidang skripsi dan telah memberikan segala

    kritik dan saran dalam

    5. Seluruh Dosen Departemen Teknik Kimia UI yang telah memberikan bimbingan,

    segala ilmu dan wawasan kepada penulis. . Semoga Allah memberkahi ilmu

    bapak ibu sekalian ilmu yang telah diberikan pada kami semua.

    6. Sahabat seperjuangan Algae Community dalam menjalani penelitian, Faris

    Najmuddin Zahir, Irfan Pratama, dan Novida Theodora. Terimakasih banyak

    atas segala bantuan dan kerjsamanya selama lebih dari 3 bulan. Semoga

    keindahan persahabatan kita akan terus bersemi hingga akhir waktu nanti.

    7. Teman teman Teknik Kimia UI angkatan 2007 reguler & Extensi atas

    kerjasamanya dan kebersamaannya dalam menjalani penelitian. Semoga gelak

    tawa kebersamaan kita akan menjadi pengindah kehidupan di tengah tengah

    penatnya penelitian dan penulisan skripsi.

    8. Kepada seluruh karyawan Departemen Teknik Kimia UI yang telah membantu

    proses operasional dan admisnistrasi. Semoga selalu diliputi kebahagiaan,

    kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan.

    9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah seminar ini baik secara

    langsung ataupun tidak langsung.

    Semoga Tuhan YME membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Amin.

    Penulis menyadari bahwa makalah seminar ini masih memiliki banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

    untuk dapat menyempurnakan seminar ini dan perbaikan di masa yang akan datang.

    Depok, 8 Juni 2011

    Penulis

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • vii

    ABSTRAK

    Tangguh Wijoseno

    NPM 0706270106

    Departemen Teknik Kimia

    Dosen Pembimbing:

    Ir. Dianursanti MT.

    Uji Pengaruh Media Kultur terhadap Tingkat Pertumbuhan dan kandungan Protein,

    Lipid, Klorofil, dan Karotenoid pada Mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg.

    Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk indonesia kini telah mencapai 225 juta jiwa,

    dengan angka pertumbuhan bayi mencapai 1,39% pertahun atau setara dengan 3,5 juta jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi ini jelas akan menimbulkan suatu dampak sistemik

    bagi kehidupan bangsa Indonesia. salah satu Potensi masalah yang ditimbulkan dari bertambahnya

    jumlah penduduk menurunnya ketahanan pangan masyarakat. Dewasa ini telah dikembangkan

    berbagai sumber pangan alternatif yang kaya akan kandungan essensial yaitu mikroalaga Chlorella. sp.

    Mikroalga Chlorella vulgaris dikenal sebagai makhluk hidup yang kaya akan karbohidrat, protein, dan

    lemak dimana zat zat ini begitu penting dalam memperkuat ketahanan pangan. Besarnya kadar kandungan essensil tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhannya sebagai sumber

    nutrisi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data kadar kandungan essensil

    pada Mikroalga Chlorella vulgaris dengan variasi nutrisi pada medium yang diberikan sehingga

    memudahkan para peneliti untuk mengidentifikasi jenis nutrisi terbaik untuk mendapatkan kandungan

    essensil yang optimal. Pada penelitian sebelumnya, sudah dilakukan perbandingan pengaruh medium

    EDTA dan Urea untuk menguji kadar kandungan essensil pada mikroalga Chlorella vulgaris. Pada penelitian ini akan digunakan medium Beneck dan BG-11 sebagai sumber nutrisi. Penelitian

    dilakukan dengan cara mengembangbiakkan satu jenis mikroalga Chlorella vulgaris di dua

    Fotobioreaktor yang berbeda. Fotobioreaktor pertama diisi dengan medium Beneck sebagai kontrol

    dan fotobioreaktor kedua diisi dengan medium BG-11 dan reaktor ketiga diisi dengan medium .

    Setelah sampai pada masa pemanenan, dilakukan pengambilan biomassa dan dilakukan uji kandungan

    dan kadar kandungan essensil lemak, lipid, beta karoten, dan protein. Berdasarkan penelitian ini di

    dapatkan berhasil di dapatkan data kepadatan sel di tiap tiap medium. Dalam medium control yaitu medium beneck kepadatan sel mencapai 0.8 g/L, medium walne 0.7392 g/L, dan medium BG-11

    mencapai 1.1030 g/L. ada pun kandungan lipid Chlorella vulgaris dari medium beneck sebesar 37 %,

    lipid dalam medium walne sebesar 43% dan lipid dalam medium BG-11 sebesar 39%. Dalam

    penelitian ini uga didapatkan nilai Carbon Ttransfer Rate (CTR) di tiap medium. Keberhasilan penelitian ini akan memudahkan bagi para peneliti lainnya dalam menentukan medium dan nutrisi

    terbaik bagi mikroalga Chlorella vulgaris untuk mendapatkan kandungan essensil yang penting dalam

    menunjang kecukupan nutrisi bagi manusia.

    .

    Kata kunci: Mikroalga Chlorella vulgaris, Medium BG-11, Walne, Beneck, Protein, beta

    karoten, klorofil , Lipid.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

    ABSTRAK ............................................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ....................................................................... xii

    BAB I ..................................................................................................................... 14

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 14

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH .............................................................. 14

    1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 18

    1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 18

    1.4 BATASAN MASALAH ............................................................................... 18

    1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................................... 19

    TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 20

    2.1 Mikroalga Chlorella vulgaris ........................................................................ 20

    2.2 Fotobioreaktor ............................................................................................... 25

    2.3 Manfaat Chlorella sp. .................................................................................... 25

    2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Chlorella vulgaris.............. 26

    2.4.1. Unsur Hara ............................................................................................ 26

    2.4.2. Pencahayaan .......................................................................................... 29

    2.4.3. Karbondioksida (CO2) dan Oksigen (O2) .............................................. 29

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • ix

    2.4.4. Derajat Keasaman (pH) ......................................................................... 29

    2.4.5. Temperatur ............................................................................................ 30

    2.4.6. Tekanan Osmotik .................................................................................. 30

    2.5 Fotosintesis Pada Chlorella sp. ...................................................................... 30

    2.6. Kandungan Protein, Lemak, klorofil, dan karotenoid .................................... 38

    2.6.1. Protein ................................................................................................... 38

    2.6.2. Lemak ................................................................................................... 39

    2.6.3. Beta Karoten.......................................................................................... 40

    2.6.4. Klorofil.................................................................................................. 41

    2.7. Media Kultur ................................................................................................ 42

    2.7.1. Air ......................................................................................................... 43

    2.7.2. Sumber energi ....................................................................................... 44

    2.7.3. Sumber karbon ...................................................................................... 44

    2.7.4. Sumber aseptor elektron ........................................................................ 44

    2.7.5. Sumber mineral ..................................................................................... 44

    2.7.6. Faktor tumbuh ....................................................................................... 45

    2.7.7. Sumber nitrogen .................................................................................... 45

    2.8. State of the Art ............................................................................................. 45

    BAB III................................................................................................................... 49

    METODE PENELITIAN ........................................................................................ 49

    3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 49

    3.2 Tahap Persiapan ............................................................................................ 50

    3.2.1 Pembuatan medium benneck dan BG-11................................................. 50

    3.2.2 Pembuatan rangkaian peralatan ............................................................... 51

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • x

    3.2.3. Kultivasi kultur murni Chlorella vulgaris Buitenzorg dalam medium

    benneck & BG-11 ........................................................................................... 52

    3.2.4 Penentuan jumlah inokulum.................................................................... 52

    3.3 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ................................................................... 54

    3.4 Pengambilan Data ......................................................................................... 54

    3.4.1 Pengolahan Data OD600 .......................................................................... 54

    3.4.2. Pengolahan Data pH .............................................................................. 55

    3.4.3 Pengolahan Data CTR dan qCO2 .............................................................. 56

    3.4.4. Metode Pengambilan Data Lipid (Bligh Dryer) ...................................... 57

    3.4.5. Metode Pengambilan Data Klorofil........................................................ 57

    3.4.6. Pengambilan Data Beta Karoten (karotenoid) ........................................ 58

    3.4.7. Metode Pengambilan Data protein (Metode Lowry)............................... 58

    BAB IV .................................................................................................................. 61

    HASIL & PEMBAHASAN .................................................................................... 61

    4.1. Pembahasan Umum .................................................................................. 61

    4.2. Data Penelitian.......................................................................................... 66

    4.2.1 Pengaruh Variasi Media Kultur terhadap Tingkat Pertumbuhan .............. 67

    4.2.2 Pengaruh Variasi Media Kultur Terhadap Laju Pertumbuhan ()

    Chlorella vulgaris Buitenzorg. ........................................................................ 71

    4.2.3 Pengaruh Variasi Media Kultur terhadap [HCO3-] dalam Medium ..... 73

    4.2.4 Pengaruh Variasi Medium Kultur Terhadap Laju Fiksasi

    Karbondioksida oleh Chlorella vulgaris Buitenzorg ....................................... 75

    4.2.5. Pengaruh Variasi Media Kultur Terhadap CTR (Carbon Transfer Rate)

    76

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • xi

    4.2.6. Pengaruh Variasi Pertumbuhan terhadap Akumulasi Lipid Chlorella

    vulgaris. .......................................................................................................... 78

    4.2.7 Pengaruh Variasi Media Pertumbuhan terhadap Akumulasi Protein

    Chlorella vulgaris. .......................................................................................... 80

    4.2.8.Pengaruh Variasi Pertumbuhan terhadap Akumulasi Protein klorofil

    vulgaris. .......................................................................................................... 82

    4.2.9. Pengaruh Variasi Pertumbuhan terhadap Akumulasi Proteinbeta karoten

    Chlorella vulgaris. .......................................................................................... 84

    BAB V .................................................................................................................... 86

    KESIMPULAN & SARAN .................................................................................... 86

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 87

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • xii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

    Gambar 2. 1 Koloni Chlorella Sp. ........................................................................... 21

    Gambar 2. 2 Rumus bangun fosfolipid .................................................................... 40

    Gambar 2. 3 Struktur Kloroplas ................................ Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 4 Reaksi Gelap siklus Calvin .......28

    Gambar 2.5 Trigliserida..32

    Gambar 2.6 Struktur beberapa senayawa beta karoten...32

    Gambar 2.7 struktur Klorofil a dan klorofil b.34

    Gambar 3.1. Susunan alat pada fotobioreaktor..19

    Gambar 3.2. Kurva kalibrasi uji protein.43

    Gambar 4.1. Perbandingan Kurva pertumbuhan Berat Kering Chlorellavulgaris di

    berbagai media kultur...50

    Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan Maksimum (max) pada Berbagai Media

    Pertumbuhan.55

    Gambar 4. 3 Pengaruh Variasi Media Kultur Terhadap [HCO3-]56

    Gambar 4.4 Pengaruh Variasi Media Pertumbuhan terhadap Laju Fiksasi

    Karbondioksida (qCO2).58

    Gambar 4.5 Pengaruh Variasi Medium Pertumbuhan terhadap CTR59

    Gambar 4.6 Pengaruh Variasi Medium terhadap Kandungan Lipid Chlorella

    Vulgaris...61

    Gambar 4.7 Pengaruh Variasi Medium terhadap Kandungan Protein Chlorella

    vulgaris.63

    Gambar 4.8 Pengaruh medium terhadap kandungan klorofil dalam Chlorella

    Vulgaris..64

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • xiii

    Gambar 4.9 Pengaruh medium terhadap kandungan karotenoid dalam Chlorella

    vulgaris.67

    Tabel 2.1 Komposisi Biomassa Chlorella vulgaris.11

    Tabel 3.1. Perbandingan Komposisi Nutrisi Medium Pembiakan Chlorella

    vulgaris33

    Tabel 3.2 Penentuan kadar protein dengan metode Lowry..42

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

    Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam dan keragaman

    budaya yang luar biasa. Negara ini memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan

    kaya. Begitu juga dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar. Sebagaimana kita

    ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk tertinggi

    keempat setelah china, india, dan amerika serikat. Menurut data statistik dari BPS,

    jumlah penduduk indonesia kini telah mencapai 225 juta jiwa, dengan angka

    pertumbuhan bayi mencapai 1,39% pertahun atau setara dengan 3,5 juta jiwa.

    Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi ini jelas akan

    menimbulkan suatu dampak sistemik bagi kehidupan bangsa Indonesia. Terdapat

    beberapa potensi masalah yang ditimbulkan dari bertambahnya jumlah penduduk.

    Salah satunya adalah melambungnya tingkat kebutuhan akan pangan dan nutrisi. Hal

    ini akan berbanding lurus seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dimana

    semakin banyak jumlah penduduk, maka akan semakin banyak kebutuhan pangan dan

    akan mengganggu ketahanan pangan yang ada di indonesia. .

    Melihat masalah di atas, perlu dikembangkan suatu tanaman yang

    kandungannya berpotensi sebagai salah satu solusi dari melemahnya ketahanan

    pangan . Salah satu bentuk kemajuan teknologi dan informasi adalah ditemukannya

    Mikroflora (tumbuhan dengan ukuran mikro) yang di sini kita sebut sebagai

    Mikroalga. Mikroalga dapat tumbuh dan berkembang biak di medium air dan

    membutuhkan CO2 serta cahaya sebagai sumber kehidupannya. Di dalam komponen

    penyusun mikroalga, terdapat begitu banyak nutrisi seperti lemak, karbohidrat,

    protein, vitamin, mineral, klorofil, hidrokarbon, bioaktif, yang dapat dimanfaatkan

    untuk kepentingan hidup manusia dan menopang ketahanan pangan di Indonesia.

    Namun, dalam proses pembentukkan kandungan Essensial dipengaruhi beberapa

    faktor, diantaranya adalah nutrisi yang diberikan pada mikroalga Chlorella vulgaris

    selama masa kultivasi melalui medium perkembangbiakkannya. Chlorella merupakan

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 15

    Universitas Indonesia

    alga bersel tunggal dari golongan alga hijau (Chlorophyta) yang telah dimanfaatkan

    secara komersial karena nilai gizinya yang tinggi. Kandungan protein, karbohidrat,

    lemak, vitamin, mineral, asam amino essensial, enzim, beta karotin, dan klorofilyang

    signifikan memberikan berbagai alternative pemanfaatan Chlorella sp. sebagai

    suplemen makanan maupun pakan alami maupun buatan.

    Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

    campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

    pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-

    molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media

    pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga

    memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Indra, 2008). Jenis jenis nutrisi

    pada medium perkembangbiakkan Chlorella akan mempengaruhi sintesa protoplasma

    dan hal ini merupakan faktor lingkungan kimia utama penentu kualitas alga.

    Sebelumnya penelitian ini pernah dilakukan dengan menggunakan medium EDTA,

    Alen Miguel, Vonshak, dan Urea + TSP. pada penelitian ini kualitas yang diamati

    adalah kadar protein, klorofil, lipid dan karotenoid. Pada penelitian ini menunjukkan

    bahwa tingkat pertumbuhan dan kadar kandungan esensil sangat dipengaruhi oleh

    medium pertumbuhannya dan setiap jenis medium memberikan pengaruh berbeda

    terhadap kualitas Chlorella vulgaris.

    Keragaman kandungan komponen berbagai media tumbuh alga diduga akan

    mempengaruhi kualitas kandungan essensial pada Chlorella. Penelitian ini telah

    dilakukan oleh sriharti dan Carolina dari Sekolah Teknologi Pertanian Subang.

    Dengan menggunakan medium EDTA, Allen Miguel, Vonshak, dan Urea + TSP,

    berhasil dilakukan uji kadar kandungan essensial ( Lemak, Protein, Karbohidrat) yang

    di uji dengan masing masing medium tersebut. hasil penelitian menunjukkan

    bahwa tingkat pertumbuhan Chlorella tertinggi terdapat pada medium Urea + TSP.

    Sedangkan kadar berat kering tertinggi yaitu 9,795 mg/l diperoleh pada Chlorella

    yang ditumbuhkan di media Vonshak. Media Vonshak juga menghasilkan alga

    dengan kadar protein tertinggi. Sedangkan kadar karbohidrat dan lemak tertinggi

    ditemukan pada kultur yang tumbuh pada media Allen Miguel. Berdasarkan hasil

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 16

    Universitas Indonesia

    percobaan ini dapat disimpulkan bahwa jenis media memberikan pengaruh berbeda

    terhadap kualitas Chlorella.

    Pada dasarnya, perbedaan kualitas alga Chlorella pada berbagai media

    disebabkan oleh kekhususan komponen kimia yang terkandung di dalam masing

    masing media. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Carolina dari sekolah

    teknologi pertanian subang, dengan menggunakan media urea + TSP misalnya,

    mengandung lebih banyak sulfur yang berguna untuk pembelahan sel. Sehinga pada

    penelitiaannya puncak kepadatan populasi dicapai pada waktu yang relatif singkat.

    Nilai kandungan gizi Chlorella berupa protein, karbohidrat, dan lemak merupakan

    tolak ukur dari kualitas Chlorella, terutama yang akan dimanfaatkan sebagai bahan

    makanan.

    Penelitian serupa juga dilakukan oleh Widianingsih , , Fakultas Perikanan dan

    Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus UNDIP Tembalang pada tahun

    2008. Dengan judul Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media

    yang Berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi

    Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne, teknis dan kontrol. Kelimpahan

    S. Plantesis tertinggi dicapai pada kultur dengan media walne, demikian juga

    kandungan protein, karbohidrat, air, abu dan lemaknya. Pada media Walne,

    kandungan protein, karbohidrat dan lemak S. plantesis berturut-turut sebesar

    50,050,53; 15,480,47; dan 0,510,12%. Sedangkan, pada media teknis, kandungan

    protein, karbohidrat dan lemak pada S. plantesis berturut-turut adalah 16,230,4;

    12,570,22; dan 0,180,03 %. Perbedaan ini disebabkan oleh kandungan nutrient

    yang ada pada media kultur. Menurut Vonshak et al. (2004) dan Sanchez-Luna et al.

    (2006) kualitas kandungan nutrien Spirulina sp. berkaitan dengan komposisi nutrien

    di media kultur dan parameter kualitas airnya. Sedangkan pada pusat-pusat

    pengadaan bibit kultur murni mikroalga yang berskala laboratorium maupun massal

    (Andersen, 2005) kultur S. plantesis menggunakan media Walne. Perbedaan kualitas

    air dan media kultur ini diduga mengakibatkan perbedaaan kandungan nutrisi pada

    Spirulina yang dihasilkannya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya akan makro

    dan mikronutrien untuk kehidupannya. Spirulina sp membutuhkan makronutrien (N,

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 17

    Universitas Indonesia

    P, S, K, Si dan Ca) dan mikronutrien serta kandungan nitrat optimum (0,9 -3,5 mg/l)

    untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhannya (Becker, 1995; Andersen, 2005).

    Mikronutrien seperti Fe, Mo, Cu, Ca, Mn, Zn, Co (Andersen, 2005) dibutuhkan

    dalam jumlah yang lebih kecil tetapi harus ada dalam budidaya Spirulina sp.. Agar

    mikronutrien tetap larut dalam media diperlukan chelator berupa EDTA (Etilen

    Diamin Tetra Asetat Acid). Selain itu mikroalga juga memerlukan mikronutrien

    organik berupa unsur vitamin yang menunjang pertumbuhannya, antara lain

    Cobalamin (B12), Thiamin (B1) dan biotin (Taw, 1990; Becker, 1995; Andersen,

    2005). Begitu pentingnya peranan nilai kandungan nutrisi S. platensi bagi manusia

    dan beberapa organisme laut, maka media kultur yang tepat untuk mendapatkan

    kandungan nilai nutrisi yang maksimal perlu dikaji lebih dalam. Oleh karenanya,

    penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar karbohidrat, protein, lemak, air dan abu

    dari S. platensis yang dikultur pada media Walne dan media Teknis. Kandungan

    Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda (Widianingsih,

    dkk).

    Terdapat beberapa unsur hara yang berpengaruh langsung terhadap

    pertumbuhan Chlorella, diantaranya adalah seperti N, P, dan Fe dapat meningkatkan

    kenaikkan jumlah sel . Sulfur dapat membantu akselerasi pembelahan sel, Mg dan Fe

    membantu meningkatkan klorofil. Zn sebagai unsur yang yang dapat meningkatkan

    fiksasi CO2 sehingga mendukung dicapainya fotosintesis yang lebih efisien dan hal

    ini yang akan meningkatkan nilai berat dari biomassa yang didapatkan.

    Kandungan nutrisi pada media menentukan kualitas Chlorella yang ditumbuh-

    kembangkan di dalamnya. Dengan demikian penentuan jenis media yang akan

    dipergunakan untuk memperbanyak sel Chlorella dapat diatur tergantung pada tujuan

    dari perbanyakkan sel tersebut. Selain perbanyakkan sel serta kandungan protein,

    karbohidrat dan lemak, komponen lain yang diperlukan dari Chlorella dapat pula

    menjadi tujuan budidaya.

    Ketersediaan berbagai jenis media anorganik dengan kandungan unsur kimia

    yang berlainan satu sama lain, mendasari dilakukannya penelitian ini. Informasi

    mengenai kelebihan dan kekurangan masing masing media tumbuh ditinjau dari

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 18

    Universitas Indonesia

    respon alga ber-sel Chlorella sp. diharapkan dapat menjadi acuan bermanfaat bagi

    pemilihan media dalam membudidayakan Chlorella tersebut.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    1. Adakah pengaruh variasi media kultur terhadap tingkat pertumbuhan dan laju

    fiksasi CO2 pada mikroalga Chlorella vulgaris ?

    2. Seberapa besar pengaruh unsur hara dalam pembentukkan kandungan Protein,

    Lemak, klorofil, dan karotenoid dalam sel Chlorella vulgaris ?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    1. Mengetahui laju pertumbuhan Chlorella vulgaris pada media kultur yang berbeda.

    2. Mengetahui laju fiksasi gas CO2 oleh Chlorella vulgaris dalam variasi media

    pertumbuhan.

    3. Mengeteahui kadar kandungan esensial seperti klorofil, beta karoten, lemak, dan

    protein pada Chlorella vulgaris.

    1.4 BATASAN MASALAH

    Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioproses Departemen Teknik Kimia

    Universitas Indonesia.

    2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis media kultur pada

    produksi biomassa dan kandungan essensial yang terbentuk pada Chlorella

    vulgaris Buitenzorg.

    3. Produksi biomassa dalam penelitian ini baru terbatas pada peningkatan jumlah sel

    kering.

    4. Mikroalga yang digunakan adalah Chlorella vulgaris Buitenzorg.

    5. Medium yang digunakan untuk perkembangbiakan mikroalga ini adalah larutan

    Benneck, BG-11, dan Walne.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 19

    Universitas Indonesia

    6. Sistem reaktor yang digunakan adalah fotobioreaktor tunggal dengan volume 18

    L.

    7. Konsentrasi CO2 yang digunakan sebesar 5%

    1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

    penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisikan studi literatur secara umum dan secara khusus mengenai hal-

    hal yang berkaitan dengan penelitian yaitu mikroalga chrollella

    vulgaris, larutan benneck, BG-11, walne dan kandungan essensial

    mikroalga.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Berisikan diagram alir penelitian, alat & bahan yang digunakan dalam

    penelitian, prosedur penelitian yang meliputi persiapan uji operasi,

    pengoperasian rangkaian alat, dan analisis sampel, serta pengolahan

    data.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menyajikan data-data hasil pengamatan dan pengolahannya

    beserta pembahasannya.

    BAB V KESIMPULAN

    Bab terakhir ini menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah

    dilakukan berdasarkan hasil yang telah didapat pada bab sebelumnya.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 20

    Universitas Indonesia

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Mikroalga Chlorella vulgaris

    Mikroalga adalah alga kecil (ukuran 2-20 m) berupa tanaman talus yang

    memiliki klorofil sehingga mampu melakukan fotosintesis. Mikroalga bereproduksi

    secara aseksual melalui pembelahan sel. Mikroalga terdiri dari banyak spesies yang

    hampir semuanya merupakan organisme akuatik. Mikroalga ini banyak dikultur di

    berbagai negara terutama negara yang memiliki industri akuakultur seperti Indonesia,

    Thailand, Taiwan, Jepang, Ekuador dan beberapa negara di kawasan benua Eropa.

    Terdapat begitu banyak spesies dari mikroalga, diantaranya adalah Chlorella

    vulgaris.

    Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar,

    laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola. Di dalam tubuhnya

    terdapat kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif

    dengan membelah diri. Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat

    sel baru yang tidak mempunyai flagel. Ganggang ini sering digunakan di

    laboratorium untuk penyelidikan fotosintesis Karena sifatnya yang unik, para ahli

    berpendapat bahwa Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan pangan manusia di

    masa yang akan datang. Chlorela juga merupakan mikroorganisme yang termasuk

    dalam filum Chlorophyta atau yang sering kita kenal sebagai alga hijau. Alga hijau

    memiliki struktur yang hampir sama dengan tumbuhan, salah satunya ialah dinding

    selnya. Chlorella juga mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa. Selain

    tersusun atas selulosa, beberapa spesies Chlorella mempunyai dinding sel yang juga

    tersusun atas sporopollenin. Sporopollenin juga terdapat pada spora dan serbuk sari

    yang merupakan suatu biopolimer dari karotenoid yang mempunyai kemampuan

    resisten yang luar biasa terhadap degradasi oleh enzim atau reagen-reagen kimia yang

    kuat. Selain mempunyai kemampuan resisten yang sangat kuat, Sporopollenin ini

    juga mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi ion logam dari suatu larutan

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 21

    Universitas Indonesia

    membentuk kompleks logam dengan ligan. Hal ini menyebabkan alga hijau ini

    disebut sebagai filter feeder, yaitu organisme yang mampu menyaring partikel yang

    berasal dari suspensi di lingkungan hidupnya. Selain itu,Chlorella vulgaris juga

    merupakan alga ber-sel tunggal dari golongan alga hijau (Chlorophyta) yang telah

    dimanfaatkan secara komersial karena nilai gizinya yang tinggi. Kandungan protein,

    karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, asam amino esensial, asam lemak esensial,

    enzim, beta karotin, dan klorofil yang signifikan dalam memberikan berbagai

    alternatif pemanfaatan Chlorella sp. sebagai suplemen makanan maupun pakan alami

    maupun buatan.

    Gambar 2. 1 Koloni Chlorella Sp. (balasco,2007)

    Chlorella vulgaris mempunyai waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena

    itu dalam waktu yang relatif singkat, perbanyakan sel akan terjadi secara cepat,

    terutama jika tersedianya cahaya dan sumber energi yang cukup. Pola pertumbuhan

    berdasarkan jumlah sel dapat dikelompokan menjadi lima fasa yaitu, fasa tunda (lag

    phase), fasa pertumbuhan logaritmik (log phase), fasa penurunan laju pertumbuhan,

    fasa stationer dan fasa kematian. Kelima fasa tersebut dapat ditunjukan dengan kurva

    jumlah sel vs waktu

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 22

    Universitas Indonesia

    Fas

    a Lag

    Fas

    a Log

    Fas

    a Pen

    uru

    nan

    Laj

    u P

    ertu

    mbuhan

    Fas

    a Sta

    sioner

    Fas

    a K

    emat

    ian

    Log J

    um

    lah S

    el

    Waktu

    Gambar 2.2. Kurva Pertumbuhan Chlorella vulgaris (Sumber : Wirosaputro, 2002)

    a). Fasa Tunda (lag phase)

    Lag phase adalah suatu tahap setelah pemberian inokulum ke dalam media

    kultur dimana terjadi penundaan pertumbuhan yang dikarenakan Chlorella vulgaris

    memerlukan pembelahan. Dalam fasa ini tidak terjadi pertambahan jumlah sel. Fasa

    ini adalah fasa penyesuaian yaitu suatu masa ketika sel-sel kekurangan metabolit dan

    enzim akibat dari keadaan tidak menguntungkan dalam pembiakan terdahulu,

    menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Enzim-enzim dan zat antara

    terbentuk dan terkumpul sampai konsentrasi yang cukup untuk kelanjutan

    pertumbuhan.

    b). Fasa Pertumbuhan Logaritmik (log phase)

    Pada fasa ini, sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi pertambahan dalam

    jumlah sel. Selama fasa ini, sel-sel berada dalam keadaan yang stabil. Bahan sel baru

    terbentuk dengan konstan tetapi bahan-bahan baru itu bersifat katalitik dan massa

    bertambah secara eksponensial. Hal ini bergantung dari satu atau dua hal yang terjadi,

    yaitu apabila tidak atau lebih zat makanan dalam pembenihan habis maka hasil

    metabolisme yang beracun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan. Kultur

    dalam fasa pertumbuhan eksponensial tidak hanya berada dalam keseimbangan

    pertumbuhan tetapi jumlah dari sel-sel dalam kultur ini bertambah dengan kecepatan

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 23

    Universitas Indonesia

    yang konstan. Dalam penggunaan mikroorganisme pada dunia perindustrian,

    dibutuhkan bibit atau starter untuk proses fermentasi suatu bahan makanan, biasanya

    digunakan mikroorganisme yang sedang berada dalam fasa eksponensial. Hal ini

    dikarenakan mikroorganisme tersebut tidak akan mengalami fasa pertumbuhan

    sebelum fasa eksponensial dalam media yang baru.

    c). Fasa Penurunan Laju Pertumbuhan

    Pada fasa ini, tetap terjadi pertambahan sel namun laju pertumbuhannya

    menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kompetisi yang sangat tinggi di dalam media

    hidup karena zat makanan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah populasi

    akibat dari pertambahan yang sangat cepat pada fasa eksponensial sehingga hanya

    sebagian dari populasi yang mendapatkan makanan yang cukup dan dapat tumbuh

    serta membelah.

    d). Fasa Stasioner

    Fasa stasioner adalah fasa pemberhentian pertumbuhan. Pada fasa ini, jumlah

    sel kurang lebih tetap. Hal ini disebabkan oleh habisnya nutrisi dalam medium atau

    karena menumpuknya hasil metabolisme yang beracun sehingga mengakibatkan

    pertumbuhan berhenti. Dalam kebanyakan kasus, pergantian sel terjadi dalam fasa

    stasioner, dimana adanya kehilangan sel yang lambat karena kematian yang

    diimbangi dengan pembentukan sel-sel yang baru melalui pembelahan. Bila hal ini

    terjadi, maka jumlah sel akan bertambah secara lambat, meskipun jumlah sel hidup

    tetap.

    e). Fasa Kematian

    Dalam fasa ini, jumlah populasi ini menurun. Selama fasa ini, jumlah sel yang

    mati per satuan waktu secara perlahan-lahan bertambah dan akhirnya kecepatan sel-

    sel yang mati menjadi konstan.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 24

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1 Komposisi Biomassa Chlorella vulgaris

    (Sumber : http://www.gtamart.com/mart/products/chlorella_vulgaris/)

    Komponen

    Protein g/100g 33-45

    Lemak g/100g 6.9-16.1

    Air g/100g -

    Klorofil g/100g 0.7-2.7

    Sumber Mineral g/100g 6.5-10.5

    Lipid g/100g 6.5-12.5

    Rohfaser g/100g 6.6-7.5

    Ballaststoffe g/100g 27.1-32.5

    Karbohidrat g/100g 0.9-2

    Mineral

    Kalsium mg/100g 321-604

    Magnesium mg/100g 273-325

    Seng mg/100g 04-Jun

    Besi mg/100g 40-70

    Kalium mg/100g 1000-2900

    Iodium mg/100g

  • 25

    Universitas Indonesia

    2.2 Fotobioreaktor

    Fotobioreaktor adalah reaktor yang digunakan sebagai tempat

    perkembangbiakkan mikroalga yang dirancang dengan sistem yang diberikan

    pencahayaan. Fotobioreaktor terbagi dalam dua sistem, yaitu system terbuka (open

    system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka bisa berupa air alami

    seperti danau, lagoon (danau di pinggir laut). Untuk fotobioreaktor sistem tertutup

    terdiri dari fotobioreaktor tubular dengan tube dalam berbagai bentuk, ukuran, dan

    panjang yang disesuaikan dengan material yang digunakan Pada masa yang akan

    datang, sistem kolam terbuka yang digunakan untuk memproduksi mikroorganisme

    dalam skala besar, mempunyai potensi inovasi yang lebih rendah dibanding sistem

    tertutup. Untuk produk yang bermutu tinggi, fotobioreaktor sistem tertutup lebih

    dipilih karena variabel-variabel yang mempengaruhi dalam perkembangan

    mikroorganisme dapat dikontrol seperti intensitas cahaya dan temperatur, serta lebih

    menghemat penggunaan ruang.

    2.3 Manfaat Chlorella sp.

    Tahun 1960, ilmuwan Jepang menemukan bahwa Chlorella sp. mengandung

    banyak vitamin, mineral, dan nutrien yang penting bagi tubuh. Sejak saat itu

    pengambangan Chlorella sp. berpindah haluan kearah suplemen kesehatan. Apalagi

    ketika Dr. Fujimake dari Peoples Scientific Research di Tokyo berhasil melakukan

    pemisahan suatu substansi yang larut dalam air melalui Chlorella sp. secara

    elektroforesis yang selanjutnya dikenal dengan nama CGF (Chlorella Growth

    Factor). CGF dapat menunjang pertumbuhan dan meningkatkan kekebalan tubuh

    alami. Selain itu, Chlorella sp. juga merupakan mikroalga hijau yang sangat special

    karena kandungan klorofilnya yang paling tinggi dibandingkan seluruh mikroalga

    hijau bahkan seluruh tanaman tingkat tinggi. Sel Chlorella mempunyai dinding sel

    kuat dan getah usus manusia tidak mampu mencernakannya. Dinding Chlorella yang

    sangat tebal (14 mm) terdiri dari 27% protein; 9,2% lemak; 15,4% selulosa; 31%

    hemiselulosa; 3,3% glukosamin; dan 5,2% abu yang banyak mengandung zat besi

    serta kapur. Struktur dinding sel Chlorella mirip dengan dinding sel bakteri dan

    jamur. Dari berbagai penelitian tentang dinding sel, dinding sel yang utuh juga

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 26

    Universitas Indonesia

    diperlukan sebagai salah satu perangsang system kekebalan tubuh, menyerap

    kolesterol, menyerap racun, dan merangsang limfosit dinding usus. Namun,

    pemanfaatan Chlorella sebagai bahan pangan alternative mengharuskan seluruh

    dinding sel dipecahkan dan dipisahkan. Sedangkan pemanfaatan Chlorella sebagai

    makanan kesehatan memerlukan tersedianya sebagian dinding sel dalam keadaan

    utuh.

    2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Chlorella vulgaris.

    Chlorella membutuhkan cahaya, CO2, H2O, nutrien dan elemen-elemen yang

    lain. Berikut akan diuraikan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan mikroalga hijau Chlorella vulgaris:

    2.4.1. Unsur Hara

    Seperti halnya makanan pada manusia, medium perkembangbiakkan pada

    alga merupakan tempat diserapnya nutrisi bagi pertumbuhan alga yang nantinya akan

    mempengaruhi metabolisme pada alga. Agar Chlorella vulgaris dapat hidup, maka

    medium pembiakannya harus memiliki berbagai nutrisi yang diperlukan untuk

    pertumbuhan dan perkembangannya. Terdapat berbagai jenis medium yang dapat

    digunakan sebagai media hidup mikroalga hijau Chlorella, seperti, Beneck, BG-11,

    MN Medium, ASN III. N-8 Medium, dan lain sebagainya. Semua jenis medium

    tersebut memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

    mikroalga hijau Chlorella, seperti N, P, K, S, Ca dan mineral lainnya. Kebutuhan

    unsur hara bagi kehidupan alga secara garis besar terbagi dua, yaitu unsur hara makro

    dan unsur hara mikro. Unsur hara makro itu terdiri dari N, P, K, S, Na, Si, dan Ca,

    sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, Co dan B. pada

    penelitian ini digunakan medium Beneck, walne, Allen dan BG-11 sebagai sumber

    nutrisi yang akan diberikan pada mikroalga Chlorella vulgaris.

    Unsur unsur makro maupun mikro biasanya diberikan dalam bentuk senyawa.

    unsur makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif

    banyak.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 27

    Universitas Indonesia

    Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.

    Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain,

    pertumbuhan dan pembentukan sel secara vegetative . Fosfor (P), diberikan dalam

    bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran sel,

    pengaturan metabolisme alga, pengaturan produksi pati/amilum, pembentukan

    karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino

    serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat. Unsur K (kalium) memperkuat

    organ alga, memperlancar metabolisme dan memperlancar penyerapan makanan,

    unsur S (sulfur) berperan dalam pembentukan asam amino dan vitamin, unsur Ca

    (kalsium) berperan membantu menyusun dinding sel, mengatur permeabilitas

    membran. Mg (magnesium) diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O berperan dalam

    pembentukan klorofil, pembentukan karbohidrat, lemak, vitamin dan untuk

    meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein. Kalium (K), diberikan dalam

    bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk pemanjangan sel, memperkuat tubuh alga,

    memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium ditransfer secara

    cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik di antara sel.

    Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein,

    seperti asam amino dan vitamin B1.

    Unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan mikroalga dalam jumlah

    sedikit. Unsur Fe biasanya diberikan dalam bentuk senyawa dan berfungsi sebagai

    penyangga kestabilan pH medium dan berperan dalam pembentukan klorofil, Mn

    berperan sebagai aktivator enzim, unsur Zn berperan sebagai aktivator enzim dan

    penyusun klorofil, unsur Cu berperan sebagai bagian enzim fenolase, laktase, dan

    askorbat aksidase, unsur B berfungsi dalam translokasi karbohidrat, sebagai aktivator

    dan inaktivator zat pengatur tumbuh, unsur Cl berperan sebagai ion yang berpengaruh

    terhadap aktivitas enzim, Mo berperan dalam membentuk enzim reduktase, sintesis

    asam askorbat dan ikut dalam metabolisme fosfor.

    Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh medium terhadap kandungan

    essensial yang terbentuk dalam tubuh mikrolaga. Oleh karena itu, memilih nutrisi

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 28

    Universitas Indonesia

    terbaik adalah hal yang penting dalam penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan

    medium Benneck, BG-11, Walne, dan Allen. Alasan digunakannya medium ini

    diantaranya, pertama diketahui pada penelitian penelitian yang telah dilakukan

    bahwa tiap medium menghasilkan kecepatan pertumbuhan yang mempengaruhi

    besarnya biomassa yang dihasilkan. Selain itu ternyata besarnya sel mikroalga yang

    terbentuk dapat dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan melalui medium. Menurut

    Vonshak et al. (2004) dan Sanchez-Luna et al. (2006) kualitas kandungan nutrien

    pada mikroalga berkaitan dengan komposisi nutrien di media kultur dan parameter

    kualitas airnya. Sedangkan pada pusat-pusat pengadaan bibit kultur murni mikroalga

    yang berskala laboratorium maupun massal (Andersen, 2005) kultur menggunakan

    media Walne. Perbedaan kualitas air dan media kultur ini diduga mengakibatkan

    perbedaaan kandungan nutrisi pada mikroalga yang dihasilkannya. Hal ini berkaitan

    dengan kebutuhannya akan makro dan mikronutrien untuk kehidupannya. Chlorella

    vulgaris membutuhkan makronutrien (N, P, S, K, Si dan Ca) dan mikronutrien serta

    kandungan nitrat optimum (0,9 -3,5 mg/l) untuk menunjang kehidupan dan

    pertumbuhannya (Becker, 1995; Andersen, 2005). Mikronutrien seperti Fe, Mo, Cu,

    Ca, Mn, Zn, Co (Andersen, 2005) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil tetapi

    harus ada dalam budidaya Chlorella vulgaris. Agar mikronutrien tetap larut dalam

    media diperlukan chelator berupa EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat Acid).pada

    medium BG-11, Walne, dan Allen terdapat EDTA yang diduga nantinya dapat

    meningkatkan kandungan essensial pada Chlorella vulgaris. Selain itu mikroalga juga

    memerlukan mikronutrien organik berupa unsur vitamin yang menunjang

    pertumbuhannya, antara lain Cobalamin (B12), Thiamin (B1) dan biotin (Taw, 1990;

    Becker, 1995; Andersen, 2005) yang akan ditambahkan pada medium walne, allen,

    dan BG-11.

    Media Walne, BG-11, dan Allen memiliki komposisi nutrien yang lengkap

    bila dibandingkan dengan media Benneck, sehingga diduga akan didapatkan

    kepadatan sel yang lebih tinggi serta fase pertumbuhan yang lebih lama. Hal ini

    diperkuat oleh Becker (1995), Vonshak et al. (2004), dan Andersen (2005) yang

    mengatakan bahwa pertumbuhan sel akan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur utama

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 29

    Universitas Indonesia

    dalam lingkungan kultur yaitu berupa C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg dan

    keberadaan unsur mikro nutrien. Komponen vitamin yang tersedia dalam media dapat

    mempercepat pertumbuhan terutama vitamin B12 (Andersen, 2005).

    2.4.2. Pencahayaan

    Proses pencahayaan dapat dibagai menjadi 3 bagian, yaitu pencahayaan

    kontinyu, terang gelap (fotoperiodesitas) dan pencahayaan dengan kenaikan intensitas

    cahaya (alterasi). Selain tiga metode pencahayaan di atas, terdapat juga pencahayaan

    dengan panjang gelombang tertentu dan pencahayaan dengan intensitas tertentu.

    2.4.3. Karbondioksida (CO2) dan Oksigen (O2)

    CO2 ini digunakan sebagai carbon source untuk melakukan fotosintesis /

    metabolisme yang menunjang pertumbuhan Chlorella. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan, konsentrasi CO2 yang optimal untuk pertumbuhan mikroalga yaitu sekitar

    5-10%. Selain karbon dioksida, oksigen juga diperlukan untuk proses respirasi pada

    mikroorganisme. Walaupun dari reaksi fotosintesis dihasilkan oksigen,

    mikroorganisme tidak dapat berfotosintesis jika tidak terdapat cahaya sebagai sumber

    energi sehingga diperlukan juga udara dari luar sebagai sumber oksigen dalam proses

    respirasi.

    2.4.4. Derajat Keasaman (pH)

    pH, mempengaruhi tidak saja aktivitas mikroalga, tetapi juga keragaman

    spesiesnya. Aktivitas enzim mikroba tergantung kepada ion H+, oleh karena itu pH

    medium akan mempengaruhinya. Pada umumnya kebanyakan mikroorganisme

    tumbuh optimum pada kisaran pH 6 8. Meskipun demikian mikroalga juga masih

    dapat tumbuh dengan baik diluar kisaran pH tersebut. pH memiliki peran dalam

    mengatur kerja dari enzim. pH yang optimum bagi perkembangan Chlorella vulgaris

    adalah 7,0 8,0. Chlorella sp. Sangat tahan terhadap lingkungan asam sampai pada

    pH 2. Untuk mencegah perubahan pH media dalam kultur alga, perlu ditambahkan

    EDTA (Ethyl Diamine Tetra Acetat) ke dalam media, hal ini disebabkan karena

    EDTA dapat berfungsi sebagai buffer sehingga pH menjadi stabil.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 30

    Universitas Indonesia

    2.4.5. Temperatur

    Temperatur, mempengaruhi kecepatan semua proses yang terjadi di dalam

    mikroorganisme. Denaturasi enzim merupakan pembatas bagi temperatur

    maksimum, ini sangat bevariasi diantara mikroorganisme sehingga mikroorganisme

    berbeda-beda akan kebutuhannya terhadap temperatur (maksimum, minimum &

    optimum) untuk prtumbuhannya. Berdasar temperatur mikroorganisme terbagi atas

    golongan psikrofil (

  • 31

    Universitas Indonesia

    karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula

    sebagai molekul penyimpan energi.

    Kloroplas terdapat pada Chlorella vulgaris dan di dalam kloroplas terdapat

    pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai

    bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh

    dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya

    terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli. Di dalam stroma juga

    terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan

    granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat

    terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran

    tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti

    protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi

    protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion

    logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu). Pigmen fotosintetik

    terdapat pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi

    energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang

    dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian

    dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.

    Chlorella vulgaris bersifat autotrof yang artinya dapat mensintesis makanan

    langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air

    untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi

    untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi

    yang menghasilkan glukosa berikut ini:

    6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2

    Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti

    selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung

    melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada alga. Secara umum reaksi yang terjadi

    pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 32

    Universitas Indonesia

    (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan

    karbon dioksida, air, dan energi kimia.

    Chlorella vulgaris menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut

    klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat

    dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan

    dalam fotosintesis. Seluruh bagian tubuh alga yang berwarna hijau mengandung

    kloroplas. Di dalam lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung kloroplas dan

    cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju

    mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.

    Semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi

    ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian

    stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan

    terdekat terlebih dahulu.

    Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian

    utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak

    memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).

    (Gambar 2.3 Struktur kloroplas)

    (Sumber :.http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Reaksiterang.png)

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 33

    Universitas Indonesia

    Reaksi terang terjadi pada grana sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam

    stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan

    menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik

    yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi

    yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses

    reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk

    mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Dari

    semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang

    dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang

    berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas

    cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan

    violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap

    fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam

    fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang

    memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada

    panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai

    contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b

    menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a

    berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung

    berperan dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya

    elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan

    ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang

    reaksi fotosintesis.

    Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[

    Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan

    penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua

    fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.Fotosistem I (PS I)

    berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya

    pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi

    P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 34

    Universitas Indonesia

    Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II

    menyerap cahaya matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan

    menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan

    mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan

    dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan

    mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari

    air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.

    Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer

    tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+

    yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II

    adalah:

    2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- 4H+ + O2 + 2PQH2

    Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS

    I dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah

    bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini

    juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi

    yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah:

    2PQH2 + 4PC(Cu2+) 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)

    Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I.[21]

    Fotosistem ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung

    kompleks inti terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui

    kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I

    berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein

    Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah:

    Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe

    3+) 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 35

    Universitas Indonesia

    Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir

    pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini

    dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah:

    4Fd (Fe2+

    ) + 2NADP+ + 2H

    + 4Fd (Fe3+) + 2NADPH

    Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam

    ATP sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan

    pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H

    + pada ATP

    sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi)

    menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai

    berikut[1]

    :

    Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O ATP + NADPH + 3H

    + + O2

    Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus

    Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson alga mengubah

    senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga

    yaitu senyawa 3-phosphogliserat.. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada alga

    ini dibantu oleh enzim rubisco.

    Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa

    difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzim

    alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan

    kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika

    kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid

    menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak

    di permukaan luar membran tilakoid. Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+

    , yang

    memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya. Ketiga, reaksi ini

    distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian

    cahaya.

    Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan

    kloroplas. Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 36

    Universitas Indonesia

    Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua

    molekul 3-fosfogliserat(3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam

    3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-

    Pgaldehida). Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-

    (Gambar 2.4 Reaksi Gelap siklus Calvin)

    (Sumber :.http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Reaksiterang.png)

    PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-

    bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.

    ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 37

    Universitas Indonesia

    terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi

    tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2

    elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP

    menjadi ATP.

    Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk

    bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui

    stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2

    yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP,

    kemudian daur dimulai lagi.

    Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya

    adalah 1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati,

    sebagian lainnya dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi

    konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa

    fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa

    Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat

    memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak

    memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang

    penting bagi proses fotosintesis.Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap

    beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan,

    konsentrasi karbondioksida (CO2).Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai

    faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.

    Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi

    optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya

    faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan

    mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi

    karbohidrat, umur pertumbuhan, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ

    yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju

    fotosintesis.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 38

    Universitas Indonesia

    Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:

    1. Intensitas cahaya

    Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.

    2. Konsentrasi karbon dioksida

    Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang

    dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

    3. Suhu

    Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada

    suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan

    meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.

    4. Kadar air

    Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat

    penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.

    5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)

    Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik.

    Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis

    akan berkurang

    2.6. Kandungan Protein, Lemak, klorofil, dan karotenoid

    2.6.1. Protein

    Komponen protoplasma yang sangat penting, di samping air yaitu protein.

    Senyawa ini terdiri dari unsur-unsur: karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.

    Molekul-molekul protein merupakan molekul pekerja; mereka berperan sebagai

    katalisator berbagai reaksi kimia, memberi kekakuan struktural, memantau

    permeabilitas selaput, pengatur kadar metabolit yang diperlukan, menyebabkan

    gerakan dan memantau kegiatan gen. Bahan baku protein adalah molekul-molekul

    asam amino yang disebut demikian karena mengandung gugus karboksil dan gugus

    amina. Berdasarkan struktur molekulnya, protein diklasifikasikan sebagai berikut:

    protein fibrosa dengan contoh: kolagen, fibrin, aktin dan sebagainya. Selain itu

    protein digolongkan pula sebagai sebagai protein struktural dan fungsional. Protein-

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 39

    Universitas Indonesia

    protein struktural antara lain membentuk membentuk kerangka sel atau sitoskelet.

    Selain itu protein struktural dijumpai pula sebagai penyusun kolagen pada kulit,

    rawan dan tulang, keratin pada kuku, rambut dan sebagainya. Protein fungsional

    merupakan protein yang terlibat langsung dalam metabolisme sel, mudah terurai dan

    terakit kembali. Protein mencakup enzim-enzim yang merupakan katalisator pada

    proses metabolisme, hormon, hemoglobin dan sebagainya.

    2.6.2. Lemak

    Lemak mecakup asam lemak, lemak netral, fosfolipid, glikolipid, terpen dan

    steroid. Asam lemak memiliki dua daerah yaitu: 1) rantai karbon yang bersifat

    hidrofobik, tidak larut atau sedikit larut air, kurang reaktif tetapi sangat larut dalam

    pelarut organik non polar seperti aseton, benzene dan kloroform, 2) gugus asam

    karboksilat, yang mengion di dalam larutan, larut dalam air dan mudah bereaksi

    membentuk ester. Asam lemak merupakan sumber makanan. Terdapat dalam

    sitoplasma berupa tetesan-tetesan gliserida yang terdiri dari tiga rantai asam lemak

    yang masing-masing terikat pada gliserol. Selain sebagai sumber makanan dan

    tenaga, peranan asam lemak yang terpenting adalah sebagai penyususn selaput

    plasma, selaput tipis ini sebagian besar dari fosfolipid.

    Setiap molekul fosfolipid memiliki ekor hidrofilik yang terdiri dari dua buah

    rantai asam lemak dan gugus kepala yang bersifat polar dan hidrofilik. Molekul

    fosfolipid sesungguhnya adalah detergen. Tetesan fosfolipid pada air akan

    membentuk lapisan tipis di permukaan air tersebut. Selaput ini terdiri dari satu lapis

    molekul-molekul fosfolipid pada berkaitan ekor dengan ekor membentuk dwilapisan

    fosfolipid yang merupakan struktur dasar selaput plasma.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 40

    Universitas Indonesia

    (Gambar 2.5 Trigliserida)

    (Sumber : http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/organic/lipid.html)

    2.6.3. Beta Karoten

    Karotenoid merupakan suatu kelompok pigmen organik berwarna kuning

    oranye, atau merah oranye yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan yang

    berfotosintesis, ganggang, beberapa jenis jamur dan bakteri. (Gross, 1991).

    Karotenoid adalah sanyawa poliena isoprenoid yang tidak larut dalam air, mudah

    diisomerisasi dan dioksidasi, menyerap cahaya, meredam oksigen singlet, memblok

    reaksi radikal bebas dan dapat berikatan dengan permukaan hidrofobik (Dutta, dkk,

    2005). Saat ini lebih dari 600 karotenoid yang telah diisolasi dan dikelompokkan

    (Holden, 1999). Beberapa diantaranya adalah :

    Gambar 2.6. Struktur beberapa senayawa beta karoten

    (Sumber http://nsplanarity.info/index.)

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 41

    Universitas Indonesia

    Senyawa -karoten merupakan suatu produk yang penting dan bernilai

    ekonomis karena senyawa ini berguna terhadap kesehatan. Beberapa manfaat -

    karoten adalah sebagai provitamin A yang berguna pada pembentukan vitamin A,

    menurunkan resiko penyakit kanker, meningkatkan sistem daya kekebalan tubuh,

    memperlambat penuaan serta mencegah penyakit katarak (Roth, 1991, Sahidin,

    2001,Dutta, 2005). Salah satu sumber karotenoid yang utama adalah minyak sawit

    mentah ( Crude Palm Oil ) dengan konsentrasi karotenoid yang terkandung di

    dalamnya berkisar 500 700 ppm dan sekitar 80 % dari karotenoid tersebut adalah

    senyawa -karoten. (Choo, 1993; Sahidin,2001) Karotenoid dalam CPO ini dapat

    diperkaya dengan cara mereaksikan campuran metil ester karotenoid dengan larutan

    urea dalam etanol 25% hingga diperoleh karotenoid dalam ester asam lemak dengan

    konsentrasi 3452 ppm. (Catherine, 2010).vSalah satu ciri dari karotenoid adalah

    adanya sistem ikatan rangkap terkonjugasi dengan elektron yang terdelokalisasi di

    sepanjang rantai poliena. Hal inilah yang menyebabkan karotenoid memiliki

    reaktifitas kimia dan dapat menyerap cahaya sehingga karotenoid memiliki warna

    (Wikipedia, 2011).

    2.6.4. Klorofil

    Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan,

    menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang

    menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan

    memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam

    proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat

    pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta

    dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta

    diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta.

    Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan

    bantuan cahaya matahari.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 42

    Universitas Indonesia

    (Gambar 2.7. struktur Klorofil a dan klorofil b)

    2.7. Media Kultur

    Media kultur adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan

    (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme

    memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk

    menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat

    mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

    pertumbuhannya (Indra, 2008). Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba,

    isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah

    mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan

    metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa

    media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi. Medium

    pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba.

    Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan

    pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba

    mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula.

    Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang

    terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun utama

    sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya 95% dari berat kering sel,

    sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain. Apabila dilihat susunan

    senyawanya, maka air merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 43

    Universitas Indonesia

    bagian lain sebanyak 10-20 % terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk

    cadangan makanan, polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain.

    Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur

    tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya

    berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya

    diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam

    bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk

    beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggi

    diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri

    fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang

    lain.

    Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun

    cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong

    tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong

    tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat,

    tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan

    enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal

    digestion.

    Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai

    sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam

    garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber

    energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan

    sumber nitrogen.

    2.7.1. Air

    Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai

    sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi

    sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 44

    Universitas Indonesia

    2.7.2. Sumber energi

    Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau

    anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.

    2.7.3. Sumber karbon

    Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun

    anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam

    organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik

    misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama

    untuk tumbuhan tingkat tinggi.

    2.7.4. Sumber aseptor elektron

    Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan

    elektron dari substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas,

    maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap

    elektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi.

    Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa

    organik, NO3- , NO2

    - , N2O, SO4

    2-, CO2, dan Fe

    3+..

    2.7.5. Sumber mineral

    Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N,

    H, dan P. unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl.

    Unsur mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo,

    Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur

    yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur

    oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat

    sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam

    medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain berfungsi

    sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose,

    kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasi reduksi (redox potential)

    medium.

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 45

    Universitas Indonesia

    2.7.6. Faktor tumbuh

    Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

    (sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis

    dari sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh

    dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan

    fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino,

    sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat;

    dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian akti dari enzim.

    2.7.7. Sumber nitrogen

    Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam

    amino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung

    pada jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk

    gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.

    2.8. State of the Art

    Keragaman kandungan komponen berbagai media tumbuh alga diduga akan

    mempengaruhi kualitas kandungan essensial pada Chlorella. Penelitian ini telah

    dilakukan oleh sriharti dan Carolina dari Sekolah Teknologi Pertanian Subang.

    Dengan menggunakan medium EDTA, Allen Miguel, Vonshak, dan Urea + TSP,

    berhasil dilakukan uji kadar kandungan essensial ( Lemak, Protein, Karbohidrat) yang

    di uji dengan masing masing medium tersebut. hasil penelitian menunjukkan

    bahwa tingkat pertumbuhan Chlorella tertinggi terdapat pada medium Urea + TSP.

    Sedangkan kadar berat kering tertinggi yaitu 9,795 mg/l diperoleh pada Chlorella

    yang ditumbuhkan di media Vonshak. Media Vonshak juga menghasilkan alga

    dengan kadar protein tertinggi. Sedangkan kadar karbohidrat dan lemak tertinggi

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 46

    Universitas Indonesia

    ditemukan pada kultur yang tumbuh pada media Allen Miguel. Berdasarkan hasil

    percobaan ini dapat disimpulkan bahwa jenis media memberikan pengaruh berbeda

    terhadap kualitas Chlorella.

    Pada dasarnya, perbedaan kualitas alga Chlorella pada berbagai media

    disebabkan oleh kekhususan komponen kimia yang terkandung di dalam masing

    masing media. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Carolina dari sekolah

    teknologi pertanian subang, dengan menggunakan media urea + TSP misalnya,

    mengandung lebih banyak sulfur yang berguna untuk pembelahan sel. Sehinga pada

    penelitiaannya puncak kepadatan populasi dicapai pada waktu yang relatif singkat.

    Nilai kandungan gizi Chlorella berupa protein, karbohidrat, dan lemak merupakan

    tolak ukur dari kualitas Chlorella, terutama yang akan dimanfaatkan sebagai bahan

    makanan.

    Penelitian serupa juga dilakukan oleh Widianingsih , Ali Ridho, Retno

    Hartati, & Harmoko dari Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus UNDIP Tembalang pada tahun 2008.

    Dengan judul Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang

    Berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi Spirulina

    platensis yang dikultur pada media Walne, teknis dan kontrol. Kelimpahan S.

    Plantesis tertinggi dicapai pada kultur dengan media walne, demikian juga kandungan

    protein, karbohidrat, air, abu dan lemaknya. Pada media Walne, kandungan protein,

    karbohidrat dan lemak S. plantesis berturut-turut sebesar 50,050,53; 15,480,47;

    dan 0,510,12%. Sedangkan, pada media teknis, kandungan protein, karbohidrat dan

    lemak pada S. plantesis berturut-turut adalah 16,230,4; 12,570,22; dan 0,180,03

    %. Perbedaan ini disebabkan oleh kandungan nutrient yang ada pada media kultur.

    Menurut Vonshak et al. (2004) dan Sanchez-Luna et al. (2006) kualitas kandungan

    nutrien Spirulina sp. berkaitan dengan komposisi nutrien di media kultur dan

    parameter kualitas airnya. Sedangkan pada pusat-pusat pengadaan bibit kultur murni

    mikroalga yang berskala laboratorium maupun massal (Andersen, 2005) kultur S.

    plantesis menggunakan media Walne. Perbedaan kualitas air dan media kultur ini

    diduga mengakibatkan perbedaaan kandungan nutrisi pada Spirulina yang

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 47

    Universitas Indonesia

    dihasilkannya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya akan makro dan mikronutrien

    untuk kehidupannya. Spirulina sp. membutuhkan makronutrien (N, P, S, K, Si dan

    Ca) dan mikronutrien serta kandungan nitrat optimum (0,9 -3,5 mg/l) untuk

    menunjang kehidupan dan pertumbuhannya (Becker, 1995; Andersen, 2005).

    Mikronutrien seperti Fe, Mo, Cu, Ca, Mn, Zn, Co (Andersen, 2005) dibutuhkan

    dalam jumlah yang lebih kecil tetapi harus ada dalam budidaya Spirulina sp.. Agar

    mikronutrien tetap larut dalam media diperlukan chelator berupa EDTA (Etilen

    Diamin Tetra Asetat Acid). Selain itu mikroalga juga memerlukan mikronutrien

    organik berupa unsur vitamin yang menunjang pertumbuhannya, antara lain

    Cobalamin (B12), Thiamin (B1) dan biotin (Taw, 1990; Becker, 1995; Andersen,

    2005). Begitu pentingnya peranan nilai kandungan nutrisi S. platensi bagi manusia

    dan beberapa organisme laut, maka media kultur yang tepat untuk mendapatkan

    kandungan nilai nutrisi yang maksimal perlu dikaji lebih dalam. Oleh karenanya,

    penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar karbohidrat, protein, lemak, air dan abu

    dari S. platensis yang dikultur pada media Walne dan media Teknis. Kandungan

    Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda (Widianingsih,

    dkk).

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 48

    Universitas Indonesia

    Tabel. 2.2 State of the Art

    Jenis Alga Media Kultur Tahun Institusi Peneliti

    Chlorella

    pyrenoidosa

    EDTA +

    MgCl2

    1998 Department

    of Botany,

    University

    College of

    Swansea,

    Singleton

    Park,

    Swansea

    John and P.J.

    Syrett

    Chlorella sp. C14 2000 Departement

    of

    Micrbiology ,

    College of

    Medicine ,

    Universuty of

    Florida

    Paul F Elner

    Chlorella

    zofingiensis

    Allen Miguel 2004 Pontificia

    Universidad

    Catlica de

    Valparaso --

    Chile

    Borowitzka

    Chlorella sp. Ekstrak Tauge 2005 Departemen

    Biologi,

    Fakultas

    MIPA,

    Universitas

    Indonesia,

    Depok

    Nining

    Betawati

    Prihantini,

    Berta Putri, dan

    Ratna Yuniati

    Chlorella

    pyrenoidosa

    A8 2007 Microbiology

    Department,

    Queen

    Elizabeth

    College,

    Campden

    Hill, London

    W8 7AH

    Margaret Watts

    and John Pirt

    Chlorella

    vulgaris

    Buitenzorg

    Benneck 2008 Departemen

    Teknik Kimia

    UI

    Sang Made

    Chlorella

    vulgaris

    Buitenzorg

    Benneck

    termodifikasi

    gas Nitrogen

    2010 Departemen

    teknik kimia

    UI

    Fadli Yusandi

    Uji pengaruh ..., Tangguh Wijoseno, FT UI, 2011

  • 49

    Universitas Indonesia

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Diagram Alir Penelitian

    Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan yang terdiri dari perangkaian alat pada

    reaktor tunggal, pembuatan medium dengan variasi sumber nitrogen, pembiakan

    kultur murni Chlorella sp. dan penentuan jumlah inokulum. Tahap selanjutnya adalah

    tahap pelaksanaan penelitian dengan mengembang biakkan kultur Chlorella sp.

    Skemanya ialah sebagai berikut:

    Mulai

    Studi Literatur

    Tahap Persiapan:

    1. Perakitan alat fotobioreaktor

    2. Pembuatan medium Benneck, Walne & BG-11

    3. Pembiakkan kultur murni Chlorella vulgaris Butenzorg

    dalam medium Benneck, Walne, & BG-11

    4. Penentuan Jumlah Onikulum Pelaksanaan penelitian pembiakkan Chlorella vulgaris Buitenzorg dalam medium Benneck, BG-11,

    Walne

    Pelaksanaan Uji kandungan Essensial Chlorella vulgaris

    Buitenzorg

    Pengambilan & pengolahan