isip.usni.ac.idisip.usni.ac.id/jurnal/1. indah.docx · web viewpendidikan yang baik adalah...
TRANSCRIPT
KREDIBILITAS DOSEN DAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DI USNI (UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA)
Indah KurniawatiUniversitas Satya Negara Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. No. 11
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Prodi Ilmu Komunikasi
ABSTRAKPendidikan bagi manusia sangatlah penting bukan hanya untuk membangun diri akan tetapi untuk berguna bagi nusa dan bangsa, namun demikian pendidikan yang diperoleh tetaplah harus memiliki karakter bagsa yang tidak boleh lepas dari individu tersebut, keafiran lokal yang menjadi ciri khas bangsa tetap diutamakan, dan untuk mewujudkan hal tersbut dosen atau pendidik yang berkredibilitas sangatlah diperlukan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kredibilitas dosen dan nilai-nilai kearifan lokalnya di Universitas Satya Negara Indonesia, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini mengemukakan dosen-dosen USNI yang mengutamakan kredibitasnya melalui kompetensi, kepribadian, dan kemampuan verbal dan noverbal serta dengan memasukkan nilai-nilai kearifan lokal sesuai dengan yang dianutnya. Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pembaca juga para mahasiswa serta seluruh civitas akademika USNI. Kata Kunci: Kredibilitas, Dosen, Nilai-nilai Kearifan Lokal
ABSTRACTEducation for human beings is important not only for self-development but for the benefit of the nation and the nation, nevertheless the education that is obtained must still have the character of the loaves that can not be separated from the individual, the local disbelief characteristic of the nation remains preferred, and to realize It is necessary to have a credible lecturer or educator. In this research will be discussed about the credibility of the lecturer and the values of his local wisdom at Satya Negara Indonesia University, using qualitative descriptive research method, this research suggests USNI lecturers who prioritize their credibility through competence, personality, and verbal and noverbal skills and by incorporating The values of local wisdom in accordance with the dianutnya. This research is expected to be useful for the readers as well as the students as well as the entire academic community of USNI.Keywords: Lecturer's, Credibility, Local Wisdom Values
PENDAHULUAN
Pada Abad ini pendidikan adalah
hal yang substansial bagi keberlangsungan
Bangsa. Identitas bangsa ini ditentukan
oleh sejauh mana sebuah pendidikan
mampu membawa nama baik Bangsa ke
mata dunia Internasional. Pendidikan
adalah hal yang penting bagi sebuah
bangsa, tetapi pendidikan yang memiliki
integritas merupakan pendidikan yang
harus diprioritaskan. Namun demikian
pendidikan yang bertujuan untuk
menciptakan manusia yang mandiri serta
sehat secara mental dan spiritual harus
dibangun dengan upaya-upaya tertentu.
Saat ini banyak mahasiswa atau para
pemuda yang terbentuk karakter
pendidikannya yang hanya menjadi syarat
utama dalam menjalani masa depan
mereka, tanpa mereka miliki hal-hal yang
menjadi dasar utama pendidikan utama itu
sendiri.
Kearifan lokal saat ini perlahan
sudah mulai dikesampingkan dari
perilaku-perlaku kehidupan sehari-hari
kita, kearifan lokal yang dimiliki setiap
daerah bukan hanya milik para sesepuh-
sesepuh daerah saja, tapi sudah seharusnya
kearifan lokal menjadi dasar utama dalam
komunikasi pendidikan serta menjadi
landasan bagi pendidik atau peserta didik
untuk menerapkannya dalam bidang
pendidikan.
Pada dasarnya pengertian
pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20
tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. berdasarkan penejelasan
tersebut maka dalam pendidikan tentu saja
dibutuhkan proses penyampaian
komunikasi yang efektif yang tentu saja
dalam hal ini komunikator harus
menyesuaikan dengan komunikannya.
Komunikasi yang kerap dijadikan
alat untuk meyampaikan pesan diharapkan
mampu menjadi sumber dalam
membentuk jati diri mahasiswa yang
mengerti akan nilai, dan moral dari
berbagai penerapan kearifan lokal. Karena
pada dasarnya komunikasi dalam
pendidikan adalah hal yang utama ketika
guru menjadi komunikator yang
diharapkan mampu menyampaikan nilai-
nilai moral yang bukan hanya menjadi
pesan semata tetapi mampu memasuki
nilai-nilai kearifan lokal kedalam kognisi
mahasiswa secara berkala. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang
didalamnya tetap terdapat manfaat-
manfaat tertentu bagi mahasiswa, sehingga
pendidikan bukanlah hanya berkisar pada
angka kumulatif yang bisa dijadikan alat
ukur keberhasilan mahasiswa itu sendiri.
Terlebih dari itu bagaimana menerapkan
pendidikan yang didalamnya memiliki
nilai-nilai moral tersendiri. Komunikasi
pendidikan dengan berdasarkan kearifan
lokal merupakan hal yang penting dalam
upaya menyampaikan pesan yang efektif
dalam membentuk integritas diri anak
didik/mahasiswa.
Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti beranggapan komunikasi
pendidikan yang dalam hal ini didasari
penerapan kearifan lokal menjadi alat yang
sangat penting dalam membentuk jati diri
anak didik/ mahasiswa sehingga
pendidikan bangsa yang maju bukan
berarti menjadi indikator kemajuan bangsa
ini akan tetapi lebih dari itu pendidikan
dan komunikasi yang ada didalamnya
berupaya agar pendidikan itu memiliki arti
lebih mendalam yang menjadikan
mahasiswa pintar secara akademik dan
secara mental spriritual. Berdasarkan
deskripsi yang ada pada pendahuluan,
maka penelitian ini mencoba untuk
mengangkat masalah Kredibilitas Dosen
dan Nilai-nilai Kearifan Lokal di
Universitas Satya Negara Indonesia
(USNI).
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimanakah kredibilitas Dosen
dalam melakukan proses komunikasi
pendidikan berbasis kearifan lokal
pada saat mengajar dikelas maupun di
luar kelas.
2. Bagaimanakah penerapan nilai-nilai
kearifan lokal serta prinsip integritas
oleh Dosen dan Mahasiswa dalam
komunikasi pendidikan pada saat
mengajar dikelas maupun di luar
kelas.
KERANGKA TEORITIS
Teori Belajar Konstruktivisme
Berdasarkan perspektif studi teori
belajar konstruktivisme kaum kstruktivis
menjelaskan bahwa belajar sebagai
kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya dan
sesuai dengan pengalaman. Menurut teori
ini, satu prinsip yang mendasar adalah
dosen tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa, namun
mahasiswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam
memorinya. Dalam hal ini, Dosen dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini,
dengan membri kesempatan kepada
mahasiswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara
sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Dosen dapat
memberikan siswa anak tangga yang
membawa mahasiswa ke tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dengan
catatan mahasiswa sendiri yang mereka
tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka
sendiri.
Konstruktivisme adalah salah satu
filsafat yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan (kunstruksi)
kita sendiri (Von Olaserfeld). Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan juga
gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakanhasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang
diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut. Jika behaviourisme menekanlan
keterampilan atau tingkah laku sebagai
tujuan pendidikan, sedangkan
maturasionisme menekankan pengetahuan
yang berkembang sesuai dengan usia,
sementara konstruktivisme menekankan
perkembangan konsep dan pengertian
yang mendalam, pengetahuan sebagai
konstruksi aktif yang dibuat seseorang.
Jika seseorang tidak aktif
membangun pengetahuannya, meskipun
usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu
berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan atau fenomena
yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer begitu saja, melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-
masing orang. Pengetahuan juga bukan
sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu
proses yang berkembang terus menerus.
Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Mengikuti pemikiran Jean Peaget,
dapat dijelaskan bahwa perilaku
mahasiswa adalah tindakan mencipta suatu
makna dari apa yang dipelajari, dialami,
dan yang dirasakan sebagai mahasiswa.
Mahasiswa berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoaalan
yang harus ditanggapinya secara kognitif
(mental). Dalam hal ini teori
konstruktivisme dianggap memiliki
peranan penting terhadap keputusan
mahasiswa dalam bertindak, dan
memahami nilai-nilai integritas yang
sesungguhnya. Komunikasi pendidikan
hanyalah sebuah metode atau salah satu
alat yang dapat menyampaikan nilai-nilai
hakiki dari sebuah penerapan pengetahuan
yang sesungguhnya. Tuntutan agar
memiliki indeks prestasi yang tinggi
menjadi salah satu pemicu mahasiswa
yang secara mental tidak mampu untuk
berhadapan dengan tantangan tersebut.
Ekspektasi Dosen yang terlalu besar
terhadap mahasiswanya dalam
memperoleh nilai serta pemahaman
menyebabkan penyimpangan nilai-nilai
integritas oleh mahasiswa.
Kepercayaan (credibility)
Komunikator yang baik dan efektif harus
memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut
Kathleen S. Abraham (1997:181)
kredibilitas adalah, “A set perception
about excesss had by source is so that
accepted and followed by its hearer”.
Artinya kredibilitas adalah seperangkat
persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang
dimiliki sumber sehingga diterima dan
diikuti oleh pendengarnya. Pengembangan
kepercayaan (credibility) dapat
dikembangkan melalui teori Aristoteles.
Menurut Hafied Changara (2007:91) teori
tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos.
Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos
ialah pengendalian emosi. Logos ialah
kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk
mengembangkan kepercayaan atau
kredibilitas, seseorang harus mampu
memperkuat karakter pribadinya,
mengendalikan emosinya dan memiliki
kemampuan berargumentasi yang baik dan
berdasar.
Daya tarik (attractive)
Daya tarik adalah salah satu faktor yang
harus dimiliki oleh seorang komunikator
selain kredibilitas. Faktor daya tarik
(attractiveness) banyak menentukan
berhasil tidaknya komunikasi. Hafied
Changara (2007:94) mengemukakan
bahwa, “Pendengar atau pembaca bisa saja
mengikuti pandangan seorang
komunikator, karena ia memiliki daya
tarik dalam hal kesamaan (similarity),
dikenal baik (familiarity), disukai (liking)
dan fisiknya (physic).
Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa
orang bisa tertarik pada komunikator
karena adanya kesamaan demografis
seperti bahasa, agama, suku, daerah asal
dan sebagainya. Dikenal maksudnya
seorang komunikator adalah seorang yang
sudah lama dikenal oleh para khalayak.
Disukai artinya komunikator adalah orang
yang disenangi dan disukai oleh khalayak.
Fisik artinya seorang komunikator akan
dapat diterima dengan baik apabila
memiliki tampilan fisik yang baik dan
menarik.
Katherin Miller (2005:59) mengemukakan
bahwa, “Communicator capable to become
pleasant person and have appearance of
interesting physical will is easily accepted
by hearer”. Artinya, komunikator yang
mampu menjadi pribadi yang
menyenangkan dan memiliki penampilan
fisik yang menarik akan dengan mudah
diterima oleh khalayak. Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan daya tarik maka
seseorang harus mampu belajar dan
mengembangkan diri untuk menjadi
pribadi yang menyenangkan dan menjaga
penampilan fisik.
Kekuatan (power)
Kekuatan dapat diartikan sebagai
kekuasaan dimana khalayak dengan
mudah menerima suatu pendapat kalau hal
itu disampaikan oleh orang yang memiliki
kekuasaan. Hafied Changara (2007:95)
mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah
kepercayaan diri yang harus dimiliki
seorang komunikator jika ia ingin
mempengaruhi orang lain”.
Selanjutnya, Hafied Changara
(2007:95) mengemukakan bahwa,
“Kepercyaan diri dalam komunikasi akan
tumbuh apabila komunikator mampu
memproyeksikan dirinya ke dalam orang
lain”. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa, apabila seseorang ingin memiliki
kekuatan dalam berkomunikasi, maka ia
harus mampu mengembangkan
kepercayaan dirinya.
Nilai-nilai Kearifan Lokal
Pendidikan bebasis kearifan lokal
adalah pendidikan yang lebih didasarkan
kepada pengayaan nilai- nilai cultural.
Pendidikan ini mengajarkan peserta didik
untuk selalu dekat dengan situasi konkrit
yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan
kata lain model pendidikan ini mengajak
kepada kita semua untuk selalu dekat dan
menjaga keadaan sekitar yang bersifat nilai
yang berada di dalam lokal masayarakat
tersebut. Model pendidikan ini bisa
diidentifikasi dengan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Gagasan dan dasar hukum yang
melindungi gagasan tentang pendidikan
berbasis kearifan lokal ini berawal dari
sebuah ungkapan yang disampaikan oleh
John Naisbit (1990) yang kemudian
direspon dan dikembangkan oleh sebagian
para pakar sosial dengan ungkapan “thinks
globaly acts localy” (berpikir global dan
bertindak lokal). Maksud dari ungkapan
tersebut adalah, seseorang bisa mengambil
pengalaman dan pengetahuan apapun, dari
suku manapun dan bangsa manapun, akan
tetapi dalam pengaplikasiannya dalam
sebuah tindakan ketika seseorang berada di
dalam suatu tempat, maka ia harus
menyesuaikan dengan nilai dan budaya
yang ada di tempat tersebut. Dengan
adanya pengetahuan yang bersifat global,
seseorang akan dapat dengan mudah
membaca dan mengenali suatu masalah
dan memecahkannya. Maka dari itu
seseorang perlu untuk
berpengetahuan banyak agar wawasan
menjadi relatif luas. Akan tetapi dalam hal
pendidikan pada umumnya dan belajar
mengajar khususnya, seorang pendidik
tidak cukup hanya dengan berpengetahuan
banyak dan berwawasan luas, akan tetapi
untuk merefleksikan transfer of knowladge
(proses pembelajaran) tersebut juga harus
disertai dengan emotion skill (kemampuan
emosi) yaitu bagaimana seorang pendidik
harus bisa masuk ke dalam dunia di mana
anak didik tersebut berada. Dalam masalah
ini ada satu hal yang perlu diingat yaitu
“seorang anak didik yang datang ke
sebuah kelas dalam suatu sekolah tidaklah
seperti gelas kosong, akan tetapi mereka
sudah membawa pengetahuan dan
kebiasaan- kebiasaan dari tempat di mana
ia tinggal”. Dengan kata lain bahwa
lingkungan yang menjadi tempat tinggal
seorang anal didik yang satu, berbeda
dengan lingkungan yang menjadi tempat
tinggal anak didik yang lain. Dengan
begitu sudah barang tentu bahwa status
sosial dan ekonomi merekapun pasti
berbeda- beda. Begitu juga dalam lokal
masyarakat, di dalam sebuah lokal
masyarakat yang satu, pasti akan berbeda
dengan lokal masyarakat yang lain. Itulah
sebabnya kenapa di Indonesia ada
semboyan “Bineka Tunggal Ika” yang
maksud dari semboyan tersebut adalah
walaupun kita berasal dari suku yang
berbeda serta budaya yang berbeda pula,
akan tetapi kita memiliki satu kesatuan
yaitu Indonesia.
Dari kata semboyan yang tersebut di atas
bisa disimpulkan bahwa negara Indonesia
memang telah mempunyai banyak sekali
lokal masyarakat yang tentunya memiliki
keanekaragaman budaya yang berbeda-
beda pula. Maka dari itu sudah barang
tentu bahwa negara Indonesia sebenarnya
telah memiliki kekayaan budaya yang
pastinya bisa memberi sebuah warna dan
corak yang bisa dikembangkan menjadi
sebuah karakter bangsa.
Pendidikan bebasis kearifan lokal
sebenarnya adalah bentuk refleksi dan
realisasi dari Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19/ 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu pasal 17 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa ”kurikulum tingkat
satuan pendidikan SD- SMA, atau bentuk
lain yang sederajat dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
sosial budaya, dan peserta didik”.
Tujuan dan manfaat dari pendidikan yang
berbasis pada kearifan lokal
Tujuan dari pendidikan berbasis
kearifan lokal ialah sesuai dengan nas
yang telah termaktub dalam undang-
undang nasional yaitu Undang- undang
(UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Metode ini berguna
untuk membuat gambaran mengenai
situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi
hanya data dasar. Dalam mengumpulkan
data digunakan teknik wawancara dengan
panduan interview.
IHASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Sikap
ditinjau Berdasarkan Kepribadian,
Toleransi, dan Kecenderungan
Berperilaku Dosen.
Kredibilitas dosen yang salah satunya
diukur berdasarkan kepribadian, menjadi
aspek penting yang harus diperhatikan,
karena kepribadian mencerminkan
keadaan diri dan kondisi mental dosen
yang akan mempengaruhi komunikasi
pendidikan terhadap mahasiswa. Seperti
yang diungkapkan salah seorang
mahasiswa Fakultas Ekonomi USNI “...
beberapa Dosen mempunyai kepribadian
yang baik dan dapat menjadi contoh atau
teladan bagi mahasiswanya, dosen- dosen
disini rapih enak dilihatnya kalo ngajar,
cara menyampaikan materinya juga enak
jelas bisa diterima dan di mengerti”. Dari
pernyataan tersebut kepribadian bukan
hanya menjadi kunci keberhasilan dalam
membentuk keadaan diri bagi mahasiswa
tersebut, karena dosen juga merupakan
model yang selalu dijadikan contoh dan
tolok ukur tersendiri.
Selain kepribadian, toleransi dan
kecenderungan berprilaku dosen dianggap
mampu meberikan nilai tersendiri, perilaku
yang sopan dan santun yang diterapkan
dalam kehidupan pendidikan merupakan
point penting dalam membentuk integritas
mahasiswa. Upaya dosen dalam
menerapkan berbagai aturan adalah salah
satu hal yang harus dilakukan demi
membentuk penilaian yang objektif,
namun hal tersebut bukan berarti tidak ada
toleransi, karena dunia pendidikan
bukanlah tempat seperti dunia militerisasi.
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Tujuan
Ditinjau Berdasarkan Penyampaian
Materi dan nilai-nilai Moral
didalamnya.
Sebagai profesi Dosen yang secara
substansinya memang memberikan materi
atau ilmu pengetahuan yang dimiliki
sehinga, mahasiswa bukan lagi menjadi
‘gelas kosong’ tetapi hampir menjadi
manusia yang penuh akan pengetahuan.
Tetapi menjadi profesi Dosen memang
lebih dari hanya sekedar memberikan
pengetahuan saja, tetapi mendidik
mahasiswa mengenai bagaimana
memanfaatkan pengetahuan tersebut.
Dosen yang baik tentu saja akan
memikirkan hal tersebut untuk anak
didikannya. Menurut beberapa pengakuan
mahasiswa USNI ketika di wawancarai
mereka paham betul mengenai
karakteristik Dosen yang ada di USNI,
terutama mengenai bagaimana mereka
ketika mengajar dikelas dan
menyampaikan materi-materinya “....ada
salah satu dosen yang kalau mengajar itu
cukup tegang, karena kalau kita ditanya
kita suka takut ga bisa jawab bu, tapi itu
justru membuat kami sebelum matakuliah
itu kita selalu belajar dulu, dan akhirnya
memang kita bisa bu.”, selain itu ada
beberapa respons mahasiswa yang
mengutarakan bahwa adapula dosen yang
mengajar selalu menyisipkan cerita-cerita
pribadinya yang didalamnya tersisipkan
nilai-nilai moral.
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Tujuan
Ditinjau Berdasarkan Dinamika
Menjadi seorang Dosen memang
dituntut untuk cakap dalam segala hal,
kemampuan bukan hanya perkara
memberikan materi semata tetapi
bagaimana materi tersebut dapat sampai
dan diterima oleh komunikan dalam hal ini
adalah mahasiswa dan pihak-pihak yang
berinteraksi dengan dosen tersebut. Cara
menyampaikan materi yang menarik,
mulai dari menggunakan alat bantu
mengajar yang menarik membuat animasi-
animasi dengan tampilan menarik sampai
pada penyampaian materi yang jauh dari
kata membosankan. Hal-hal tersebut
dianggap menjadi kemampuan dasar bagi
orang-orang yang ingin berprofesi sebagai
dosen. Rasa humor yang tinggi juga
sepantasnya dimiliki pada pribadi dosen
karena hal-hal tersebut lah yang
menjadikan dosen dapat dikatakan dosen
yang menarik, sehingga dengan daya tarik
tersebut mahasiswa cukup nyaman dengan
pribadi dosen yang memiliki unsur-unsur
tersebut.
Penerapan Nilai-nilai Kearifan Lokal
Sebagai upaya dalam membentuk
integritas mahasiswa, yang dalam hal ini
peran dosen dianggap yang paling penting
dan utama, maka peran dosen dalam
mengkomunikasikan segala hal yang
berkaitan dengan mengkonstruk sebuah
pemikiran yang juga diaplikasikan pada
setiap tindakan. Salah satu upaya
membentuk integritas adalah dengan
menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan
kearifan lokal dan nilai moral dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini diterapkan
oleh setiap dosen kepada para
mahasiswanya, misalnya menerapkan
disiplin pada saat jam masuk kelas, displin
dalam menjalankan perannya sebagai
mahasiswa (membuat tugas dan
sebagainya). Pendidikan tanpa didasari
nilai-nilai moral didalamnya tidak akan
berarti apa-apa.
Sebagai dosen ada tanggung jawab
moral yang diemban secara khusus dalam
dirinya. Mendidik bukan hanya sekedar
mentransfer ilmu dari yang dimiliki oleh
sang dosen akan tetapi menjadikan
mahasiswa atau murid agar memiliki
kepribadian yang baik sebagai bekal
ketikan mahasiswa tersebut ada di kancah
persaingan dunia. Cara-cara yang secara
etis disampaikan oleh oleh dosen semata-
mata untuk menimbangi antara
kemampuan berpikir yang intelektual
dengan dengan prinsip-prinsip yang
diterapkan dalam berperilaku.
Salah satu nilai yang kerap kali
diterapkan adalah mengenai kedisipilnan
yang telah menjadi komitmen antara pihak
institusi dengan seluruh elemen kampus,
misalnya mengenai disiplin tepat waktu
yang diberlakukan dalam segala hal. Baik
ketika mahasiswa masuk dalam
perkuliahan, ataupun disiplin dalam bidang
lainnya, seperti ujian, mengerjakan tugas,
dan sebagainya. Selain menerapkan
kedisiplinan, para Dosen di USNI pun
menerapkan nilai-nilai kearifan lokal
dalam bidang lainnya, seperti menerapkan
kebiasaan-kebiasaan saling berbagi, saling
menyayangi, saling berempati, dan
berusaha untuk sangat mengenal pribadi
mahasiswa, sehinga mahasiswa merasa
sangat diperhatikan oleh Dosennya.
Integritas Dosen di USNI ternyata tidak
diragukan oleh mahasiswanya, hal itu
terbukti dari perilaku-perilaku yang kerap
dilakukan saat dikelas maupun diluar
kelas.
Keterampilan Dosen dalam
Berkomunikasi Secara Verbal dan
Nonverbal
Salah satu kemampuan dosen yang
mempengaruhi keberhasilan pembentukan
integritas pada mahasiswa adalah
bagaimana seorang dosen mampu
berkomunikasi secara lisan, baik dalam
penggunaan bahasa, pemilihan kata-kata
sampai pada gerak tubuh yang digunakan
pada saat berkomunikasi. Sebagai
komunikator. Kemahiran dosen dalam
menyampaikan pesan yang bukan hanya
sekedar mentransformasikan materi
pelajaran, namun lebih dari itu
pembentukan makna pesan agar mampu
dicerna dan diaplikasikan oleh mahasiswa.
Setiap dosen diharapkan memiliki cara
atau metode tersendiri yang dianggap
efektif dalam proses komunikasi
pendidikan, beberapa mahasiswa
mengharapkan pendekatan pesikologis
agar diterapkan oleh dosen dalam upaya
proses pembentukan inegritas mahasiswa.
Namun dalam hal sistem komunikasi
pendidikan di USNI sudah dianggap cukup
baik, karena selalu ada koordinasi antara
dosen dan maahasiswa, sehingga
mahasiswa memahami apa yang
diinginkan oleh dosen yang bersangkutan,
dan begitu pula sebaliknya.
Pembentukan karakter pada diri
mahasiswa ditentukan oleh berbagai upaya
dosen sebagai salah satu tokoh utama
dalam hal terssebut. Bagaimana
mahasiswa dapat memahami arti
pendidikan moral, nilai-nilai kearifan,
dimana hal tersebut harus mereka pahami
dan juga mereka terapkan dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam hal ini
pada dunia pendidikan yang tengah
mereka jalani. Pendidikan tanpa
pembentukan integrits diri hanya akan
melahirkan pribadi-pribadi yang cerdas
namun kurang memiliki moral yang baik.
Dalam hal ini komunikasi pendidikan
adalah media yang penting dalam
membentuk kepribadian yang dalam hal
ini dosen atau tenaga pengajar sebagai
salah satu tokoh yang berperan penting
untuk menciptakan hal tersebut, selain
keadaan diri dari mahasiswa itu sendiri.
KESIMPULAN
Keberhasilan mahasiswa yang
berintegritas didasari oleh kredibilitas
komunikator yang dalam hal ini adalah
Dosen yang berperan dalam mengkonstruk
sebuah pemahaman akan integritas.
Kredibilitas yang menjadi syarat utama
dalam keberhasilan komunikasi
pendidikan setidaknya harus dimiliki oleh
komunikator, dari sekian banyak
kredibiitas tersebut, beberapa keterampilan
berkomunikasi menjadi hal yang utama
dalam komunikasi pendidikan. Ethos,
Pathos, dan Logos adalah kredibilitas
utama yang wajib dimiliki, Ethos terkait
dengan karakter pribadi komunikator,
Pathos terkait pada pengendalian emosi,
dan Logos adalah kemampuan
berargumentasi yang baik dan berdasar.
Selain Ethos, Ptahos, dan Logos,
kredibilitas lain yang menunjang adalah
tentang daya tarik pribadi baik secara fisik
maupun kecenderungan berperilaku, serta
power atau kekuatan dalam
mengendalikan sistuasi atau kondisi.
Kredibilitas Ditinjau dari kompetensi
Dosen
Kredibilitas dosen bedasarkan
kompetensinya dianggap sudah memenuhi
syarat, terlihat dari kemampuan kognitif
yang mumpuni dan dapat bepikir analisis
dalam menyelasikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi, selain itu
terlihat pula dari segi kualifikasi
pendidikan yang memenuhi syarat
administratif sebagai seorang dosen.
Kompetensi lainnya yang
menandakan kredibilitas dosen adalah
pengendalian tindakan kelas. Sebagai
pendidik dosen adalah pemimpin yang
mengendalikan berbagai macam kejadian
di kelas, artinya jalannya proses
komunikasi pendidikan diatur oleh dosen.
Prosedur dan aturan-aturan yang berlaku
didalam kelas harus disepakati oleh dosen
dan mahasiswanya. Menciptakan suasana
akrab dengan dan kedekatan yang
profesional didalam kelas merupakan
metode dengan pendekatan komunikasi
antar persona dalam komunikasi
pendidikan.
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Sikap
ditinjau Berdasarkan Kepribadian,
Toleransi, dan Kecenderungan
Berperilaku Dosen.
Kredibilitas dosen yang salah
satunya diukur berdasarkan kepribadian,
menjadi aspek penting yang harus
diperhatikan, karena kepribadian
mencerminkan keadaan diri dan kondisi
mental dosen yang akan mempengaruhi
komunikasi pendidikan terhadap
mahasiswa.
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Tujuan
Ditinjau Berdasarkan Penyampaian
Materi dan nilai-nilai Moral
didalamnya.
Para Dosen di USNI dianggap telah
mahir dalam menyampaikan materi
ajarnya, dan bukan hanya mahir
menyampaikan materi saja tetapi juga
mampu untuk menyampaikan nilai-nilai
moral yang sudah semestinya disampaikan
kepada mahasiswa. Karena tanggung
jawab moral sebagai seorang Dosen lebih
jauh daripada hanya menyampaikan materi
ajar saja. Hal ini dapat diketahui dari
kepribadian mahasiswa USNI terutama
dalam hal sopan santun dan disiplin.
Kredibilitas Dosen Pada Aspek Tujuan
Ditinjau Berdasarkan Dinamika
Cara menyampaikan materi yang
menarik, mulai dari menggunakan alat
bantu mengajar yang menarik membuat
animasi-animasi dengan tampilan menarik
sampai pada penyampaian materi yang
jauh dari kata membosankan. Hal-hal
tersebut dianggap menjadi kemampuan
dasar bagi orang-orang yang ingin
berprofesi sebagai dosen. Rasa humor
yang tinggi juga sepantasnya dimiliki pada
pribadi dosen karena hal-hal tersebut lah
yang menjadikan dosen dapat dikatakan
dosen yang menarik, sehingga dengan
daya tarik tersebut mahasiswa cukup
nyaman dengan pribadi dosen yang
memiliki unsur-unsur tersebut.
Penerapan Nilai-nilai Kearifan Lokal
Sebagai upaya dalam membentuk
integritas mahasiswa, yang dalam hal ini
peran dosen dianggap yang paling penting
dan utama, maka peran dosen dalam
mengkomunikasikan segala hal yang
berkaitan dengan mengkonstruk sebuah
pemikiran yang juga diaplikasikan pada
setiap tindakan. Salah satu upaya
membentuk integritas adalah dengan
menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan
kearifan lokal dan nilai moral dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini diterapkan
oleh setiap dosen kepada para
mahasiswanya, misalnya menerapkan
disiplin pada saat jam masuk kelas, displin
dalam menjalankan perannya sebagai
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Blum, Lawrence A.. 2001. “Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras” Yogyakarta: Tiara Wacana.
Bell Gredler, E. Margaret. 1991.Belajar dan
Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Calhoun,F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Edisi ketiga). Semarang : IKIP Semarang Press
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy dan Solatun, (ed), 2007. Metode Penelitian Komunikasi; Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulyana, Deddy,2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J.2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Bandung Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jallaudin.2005. Psikologi Komunikasi. Jakarta: CV. Rajawali
Suryabrata.S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.