manfaat hutan

24

Click here to load reader

Upload: ipulsv

Post on 10-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biologi

TRANSCRIPT

Manfaat hutanjuga sangat bagus untuk membangun perekonomian Negara. Semakin banyak dan terjaga kelestarian hutan, semakin banyak keuntungan yang bisa didapat secara ekonomi bagi Negara. Pemanfaatan hutan secara positif akan menguntungkan dalam mengembangkan usaha secara legal dan resmi. Dengan begitu akan membuka lapang pekerjaan yang mampu mengurangi pengangguran.Manfaat hutanjuga bisa dijadikan sebagai sumber makanan. Oleh karena itu, kita sebagai bagian dari ekosistem dunia harus menjaga keselarasan hutan agar terjadi keseimbangan antara lingkungan dan alam dan kehidupan ekosistem lainnya sehinggamanfaat hutanakan bisa dirasakan dalam jangka waktu lama dan selamanya.Di Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya sehingga Indonesia bisa dikatakan sebagai paru-paru dunia. Akan tetapi sekarang, dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, membuatmanfaat hutanmenjadi berkurang keselarasannya.Manfaat hutansangat besar bagi kehidupan mahluk hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat kerusakan hutan dari sisi kebakaran hutan. Ternyata ada 15 provinsi di Indonesia yang terdapat titik api kebakaran hutan/lahan.

Bukan itu saja, titik api di 15 provinsi itu diperkirakan akan bertambah apabila pemerintah setempat tidak peduli dengan keberadaan hutan di daerah masing-masing.

"Kami akan terus melakukan pemantauan terhadap keberadaan titik api di setiap provinsi di Indonesia, dan upaya penanggulangan sudah dilakukan untuk penanganan kebakaran hutan," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Data titik api di seluruh Indonesia itu adalah di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 46 titik api, Kalbar (27), Kalteng (19), Kalsel (16), Sultra dan Sulsel (5), kemudian Sumsel, Kaltara, dan Sulteng masing-masing sebanyak 4 titik api, selanjutnya Jatim terdapat 3 titik api, Riau (2), serta Aceh, Lampung, dan Bali masing-masing sebanyak 1 titik api.

Titik api itu merupakan hasil pemantauan yang dilakukan oleh pihak BNPB pada hari Senin (8/9) menggunakan setelit NOAA18 dan terlihat ada 15 provinsi dengan 138 titik api.

tak terkecuali di Aceh. Khusus di Aceh, menurut Gubernur Zaini Abdullah, kerusakan hutan mencapai 23.000 hektare/tahun.Kondisi memilukan terkait hutan Aceh diungkapkan Gubernur Zaini Abdullah pada peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional Tahun 2014 yang ditandai dengan penanaman pohon secara simbolik di Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan, Saree, Sabtu (6/12). Kegiatan itu dihadiri perwakilan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkorpimda).Gubernur Zaini menjelaskan, HMPI merupakan agenda lingkungan hidup yang ditetapkan secara nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2008.Melalui kegiatan ini Pemerintah menargetkan adanya gerakan penanaman satu miliar pohon setiap tahun di seluruh Indonesia. Kita tentu saja berharap agar masyarakat Aceh turut memberi kontribusi untuk mensukseskan program ini, kata Zaini.Gubernur menambahkan, HMPI dan Bulan Menanam Nasional diselenggarakan karena keprihatinan atas pengrusakan hutan yang semakin tidak terkendali. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan, tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 0,5 sampai 1 juta hektare per tahun. Tingkat deforestasi itu berdampak pada pengurangan emisi karbon sebesar 489 juta.Laju deforestasi terbesar, lanjut Zaini, disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu. Sedangkan penyebab terbesar kedua adalah akibat dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan.Gubernur mengungkapkan, kondisi hutan Aceh juga tidak kalah memilukan. Laju kerusakannya mencapai hampir 23.000 hektare per tahun. Kebijakan moratorium logging yang dicanangkan sejak 2007 ternyata tidak cukup ampuh menahan gempuran kapitalis yang ingin menangguk keuntungan dari hutan Aceh"Hutan-hutan Indonesia mengandung keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi, termasuk 10 persen dari tanaman dunia, 12 persen dari mamalia dunia, 16 persen dari reptil-amfibi dunia dan 17 persen dari spesies burung dunia," menurut studi tersebut, yang dimuat dalam jurnalNature Climate Change."Penebangan pohon di hutan primer Indonesia yang ekstensif menyebabkan hilangnya habitat dan punahnya tanaman dan tumbuhan."Pohon-pohon tua menyimpan lebih banyak emisi karbon dari atmosfer dibandingkan yang baru, dan untuk periode yang lebih lama, sehingga menanggulangi pemanasan global.Riset tersebut, dipimpin oleh ahli geografi Belinda Margono dari University of Maryland, melihat gambar-gambar satelit jangka panjang.Selama 2000-2012, tutupan hutan di Indonesia berkurang 15,79 juta hektar, dimana 6,02 juta hektar diantaranya atau 38 persen adalah hutan primer.(AFP)

Indonesia memiliki luas hutan 120 juta ha, 58 juta ha adalah kawasan hutan produksi (48%), 33,5 juta ha kawasan hutan lindung (28 %), 20,5 juta ha kawasan hutan konservasi (17 %) dan 8 juta ha kawasan hutan yang dapat dikonversi atau 7 % (Paduserasi TGHK dan RTRWP, 1999 dalam Riyanto, 2004). Ini artinya, bahwa sejak awal telah diprioritaskan porsi terbesar adalah hutan produksi yang akan memproduksi hasil hutan (terutama kayu) dalam pembagian kawasan hutan Indonesia guna menopang ekonomi nasional yang buruk pada era 60 an. Sisanya dilindungi dan dikonservasi (45 %) dan sebagian kecil (7 % ) diperuntukkan guna kepentingan di luar kehutanan. Pada dasarnya sejak awal telah dilakukan pembagian kawasan berdasarkan fungsinya yang cukup arif dan dituangkan dalam Tata Guna Hutan Kesepakatan, dengan harapan dapat dikelola sesuai fungsinya sehingga memberikan manfaat optimal untuk kepentingan negara dan masyarakat (Riyanto, 2004). Berdasarkan data yang ada luas hutan produksi di Indonesia adalah 57,7 juta ha dan yang dikelola oleh pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu seluas 37,58 juta ha serta sisanya seluas 20,12 juta ha tidak terdapat pengelolanya. Hal ini menunjukan bahwa hanya 65,13 % dari luas hutan produksi yang dikelola sedangkan sisanya atau 34,87 % dari luas hutan produksi tidak dikelola (Pusat Wilayah Pembentukan Kawasan Hutan, 2006). Pada kawasan yang tidak terdapat pengelolanya maka pemerintah dan pemerintah daerah harus mengambil peran dalam pembangunan hutan Jurnal Perennial, 3(2) : 59-6660 tersebut, hal ini telah diamanahkan pada UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Dikutip dari Mashable, Ahad, 29 Juni 2014, pemerintah Indoensia menyatakan bahwa moratorium atau penanggulangan penebangan hutan telah dilakukan pada Mei 2011, tapi peneliti dari University of Malryland Matthew Hansen menjelaskan, tindakan itu tidak terlalu berpengaruh. Sejak 2000 hingga 20012, hutan utama di Indonesia telah hilang sebanyak 6.020.000 hektar per tahun.Selain itu, Hansen menjelaskan bahwa menghilangkan hutan dengan cara membakar juga berdampak pada peningkatkan suhu global. Sebab, karbon dan metana banyak tersimpan dalam hutan di Indonesia. Dengan membakar lahan gambut untuk membersihkan jalanan akan melepaskan karbon dan metana ke atosfer dan mempengarui suhu bumi secara keseluruhan.

Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian dianataranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.

Dampak Kerusakan Hutan

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Apa hanya itu?

Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini.

Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat.

Gambaran Umum Kerusakan Hutan di IndonesiaSetiap 12 detik, menurut data Bank Dunia 2002, satuLapangan Bola Hutan Tropis Indonesia Lenyap.Saban tahun rimba seluas40 kali wilayah Jakarta hilang dari peta.Negara rugi 45 triliun pertahun. Indonesia juga menyandang gelar juara pertamaLombamerusak Hutan sedunia, denganMelenyapkanHutan tropisnya setiap tahun. Akibat buruknya bisa datang setiap saat. Banjir, longsor, susutnya air, kerusakan ekologi, lingkungan hidup, pancaroba cuaca, dan masih banyak lagi[1].Kerusakan Hutan di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkanPemanasan GlobalatauGlobal Warmingyang berdampak/mengakibatkan terjadinyaPerubahan Iklim. Harus diakui bahwa Indonesia memang sempat mengalami perusakan Hutan yang cukup besar. Dari hasil pengamatan citra landsat tahun 2000 diketahui bahwa perusakan Hutan periode1997-2000 mencapai 2,83 juta hektar pertahun untuk lima pulau besar, termasuk Maluku dan Papua. Hutan Indonesia yang selama ini dikenal sebagaiParu-paru Dunia,kini telah berubah fungsi. Fungsi Hutan Indonesia yangsangat baik untuk menyerap racunKarbon Dioksidaatau gas beracun sekaligus juga menjadi pembersih udara di Bumi ini. Kini hanya tinggal kenangan Akibat perusakanHutan Indonesia oleh para pelaku perambah Hutan atau pelakuIlleggal Loging maka fungsi hutan yang selama ini sebagai pengaman dan pembersih udara di bumi kini telah musnah. Hutan tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Hal inilah yang mengakibatkanPemanasan GlobalatauGlobal Warmingyang berdampak terhadapPerubahan Iklimsemakin cepatterjadi.Meski bila di cermati, penyebab utamaPemanasan Global atau Global Warmingtersebut ada 4. Satu, dari kelistrikan yang menyumbang 42 persen, dua transfortasi 24 persen, industri sekitar 20 persen, dan sisanya kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial 14 persen. Hutan yang rusak sekalipun bukan penyebab utama emisi karbon atau yang dikenal dengan gas karbon dioksida. Namun perlu disadari bahwa fungsi Hutan adalah menyerap emisi karbon. Jadi, dengan rusaknya Hutan maka berdampak kepadaPemanasan Global dan Perubahan Iklim.Pemanasaan Global atau Global Warmingyang terjadi di Bumi kita ini adalahSumbangandari Negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat yang telah menyumbang gas emisi karbon sebanyak 24 persen, China 14 persen, Rusia 6 persen, sisanya industri raksasa Jepang serta India menyumbang 5 persen.Meskipun tiga perempat (75%) dari emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, perusakan Hutan yang disebabkan olehPenebangan Liar, kebakaran hutan dan perubahan fungsi lahan hutan tetap dianggap memperparah terjadinya emisi karbon yang menyebabkanPemanasan Global atau Global Warmingyang pada akhirnya mengakibatkanPerubahan Iklim.Akibat dariPemanasan GlobalatauGlobal Warmingtersebut adalah terjadinya pencairan es di kutub yang menciutkan cairan es artik 2,7 persen per dekade. Meningkatnya tinggi muka air laut 0.5 mili meter pertahun, kenaikan suhu rata-rata dunia 0,13 derajat celcius dan badai yang sering kita rasakan[2].Kerusakan Hutan yang berakibatPemanasan Globalini juga bisa menyebabkan lapisan ozon berlubang dan ternyata mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit. Seperti malaria, demam berdarah, penurunan imunnitas tubuh hingga kemasalah lingkungan hidup.Pemanasaan GlobalatauGlobal Warmingjuga mengakibatkan naiknya permukaan air laut, kekeringan dan juga kebanjiran. Bencana-bencana tersebut dapat kita saksikan di televisi. Berbagai daerah pantai Indonesia diterjang banjir dan air pasang laut yang cukup tinggi berkisar 2-3 meter diantaranya di teluk Jakarta(daerah Jakarta Utara)dan Tangerang. Yang tak kalah mengerikan adalahPemanasan Globalini bila tidak segera di antisipasi maka bisa juga menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia[3].Suka atau tidak suka,bencana-bencana itu akan melanda Bumi kita inisilih berganti, dia pasti akan datang. Maka tidak terhitunglah jumlah yang akan menjadi korbannya, baik itu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, tanah, lingkungan hidup, bahkanalam ini yangtak dapat di gantikan lagi.Bumi kita sedang diancam kehancuran? Sangat di butuhkan sebenarnya sebuahGerakan Kepedulian Bersamademi penyelamatan Bumi kita yang memang hanya satu-satunya ini. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat harus bersama-sama menyatukan kekuatan. Dan hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi karena sudah merupakan sebuah ancaman bagi kelangsungan hidup manusia. Akar masalah ini semua adalah dari sifat keserakahan manusia itu sendiri, yang selalu mau menguasai atau mendominasi alam ciptaan Tuhan. Manusia yang sebenarnya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan dan memelihara Bumi ini tapi sebaliknya menghancurkannya demi kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Sifat kekerasan manusia terhadap ciptaan yang lainjuga menyebabkanPemanasan GlobalatauGlobal Warmingini. Maka dari itu sebenarnya manusialah satu-satunya makhluf yang paling bertanggung jawab atas bencanaPemanasan GlobalatauGlobal Warmingyang berdampak terhadapPerubahan Iklim di Bumi kitaini.Kekerasan dan Eksploitasi terhadap HutanDalam Kamus Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan perbuatan seseorang dan kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan manusia bukanlah insting(Naluri)melainkan tindakan yang disengaja. Kekerasan tidak hanya melibatkan tindakan individual, namun dapat pula tertanam dalam struktur, politik dan ekonomi, yang secara sistematik mensubordinasi orang terhadap yang lain. Dalam Perjanjian Baru, Pemerintah dan Penguasa yang memerintah dunia ini tampak sebagai sumber kekerasan, dan mereka memang kehadiran kejahatan. Penguasa dan Pemerintah, sebagaimana adanya, merupakan personalitas lembaga-lembaga tersebut. Penguasa-penguasa ini diperkuat dan di topang oleh keputusan-keputusanIndividual, namun mereka tampaknya melampaui kekuasaan individu-individu. Ketika mereka di rusak oleh pola-pola berdosa, mereka menjadi penguasa demonis dan memperbudak seluruh masyarakat dalam pola-pola berpikir dan bertindak yang destruktif[4].Kekerasan mungkin juga dapat di defenisikan sebagai usaha individu atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya terhadap orang lain melalui cara-cara non verbal, verbal atau fisik yang menimbulkan luka psikologis dan fisik. Kekerasan secara langsung diperkuat oleh kekerasan budaya dan struktural. Kekerasan-kekerasan yang terjadi terhadap Hutan ataupun yang lainnya dilakukan oleh Manusia itu demi keuntungan pribadi atau kenikmatan sendiri tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi setelah melakukan kekerasan atau eksploitasi terhadap Hutan tersebut. Sehingga Bumi ini menuju kehancuran. Pemanfaatan atau pendayagunaan Hutandemi keuntungan sendiri atau kelompoknya adalah sebuah tindakan yang sangat tidak di benarkan. Faktor kekuasaan atau individu sangat berpengaruh terhadap kehancuran Hutan ini. Sistem dominasi legal rasional yang bertumpu pada kekuatan hukum formal dan impersonal. Dominasi terkait fungsi bukan person.Kekuasaan dalam organisasi di justifikasi lewat kompetensi rasionalitas pilihan. Hal ini paling sering di gunakan oleh para cukong-cukong atau mafia perambah Hutan untuk melegitimasi setiapkegiatan mereka untuk mengeksploitasi Hutan mengatasnamakan penguasa atau power. Agar dalam setiap kegiatan mereka dalam melakukan Perambahan Hutan seolah-olah memiliki ijin alias legal namun pada kenyataanselalu adaKKN.Penyalahgunaan kekuasaan inilah yang banyak terjadi sehingga ideologi yang mereka pakai adalah dominasi kekuasaan atau power dari individu yang berkuasa dalam sebuah pemerintahan(sering kita kenal dengan istilah beking). Sistem ideologi yang mereka anut adalah ideologi yang di cermati dari banyak konsep dan pengertian yang mereka anut dengan maksud tujuan masing-masing dalam pengertian ideologi yang deskriptif atau pejoratif. Ideologi yang menjadi sebuah sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial serta merasionalisasikan suatu bentuk kekuasaan. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan di dalam masyarakat[5].Salah satu contoh yangmenggunakan dominasi Kekuasaan atau Power dalam sebuah pemerintahan, sebut saja kasus Perambahan Hutan atau perusakan Hutan Lindung yang terjadi di provinsi Riau. Polda Riau dengan tegas menyapu bersih semua para pelaku Perambahan Hutan atau pelaku ileggal logging yang ada di provinsi Riau, diantara pelaku Perambah Putan itu tertangkaplah dua pelaku perambahHutan Riauyang sudah puluhan tahun menghancurkan Hutan di Propinsi ini.Dua perusahaan raksasa bubur kertas (Pulp Paper), yaitu PT Indah Kiat dan PT RAPP[6].Penangkapan kedua perusahaan raksasa ini adalah perintah dariKapolri Sutanto kepada Kapolda Riau Brigjen Sutjiptadiyang benar-benar menindak para pelakuIlleggal Logging atau Perambah Hutandengan tidak melihat siapa pemilik atau punBeking Perusahaantersebut.Ini berlaku bukan hanya bagi Polda Riau tapi menyeluruh. Karena ini adalah kebijakan Kapolri selaku pemimpin aparat Kepolisian yang tertinggi. Demi menegakkan supremasi hukum dan keadilan di negeri ini. Sehingga secara serentak Polda-polda yang ada di seluruh Indonesia dengan tegas pula menangkap siapapun dalang dari Perambah-perambah hutan tersebut. Salah satu diantaranya polda Riau yang berhasil menangkapPerusahan-perusahaan Raksasayang telah jelas-jelas melakukanPerusakan Hutan di Riau, dengan memanfaatkan ijin yang ada, lalu di salah gunakan oleh Perusahaan tersebut untuk merambah Hutan Riau. Namun apa yang terjadi? Ketika Polri bermaksud menegakkan hukum dan menangkap para pelaku Perambah Hutan, ternyata tidak sejalan denganDepartemen Kehutanan.Departemenini menganggapPolda Riau Kebablasanmenangkap Perusahaan-perusahaan yang memiliki ijin, padahal jelas-jelas Perusahaan tersebut telah menyalahgunakan ijinnya(misalnya PT atau Perusahaan itu memiliki ijin HPH Hutan seluas 10000 hektar tapi Hutan yang di tebang seluas 20000 hektar)sehinggaPolda Riauberani menangkap mereka.Polda Riausebenarnya telah memiliki bukti dan alasan yang cukup kuat untuk menangkap Perusahaan-perusahaan Nakal tersebut. Namun sekali lagi Polda Riau tetap berbedapendapat denganDepartemen Kehutanan. Sepertinya Departemen ini membela Perusahaan yang telah jelas-jelas menghancurkan Hutan di Riau. Apakah kasus ini jadi diusut? Ternyata tidak,Menteri Kehutanan Malem Sambat Kaban melapor ke Presiden agar kasus itu di hentikan, karena bila hal itu tidak di hentikan maka dua perusahaan raksasa bubur kertas akan berhenti dan ratusan ribu karyawan-ti akan menganggur, serta negara dirugikan Triliunan rupiah karena kedua Perusahaan itu telah menyumbang Devisa Negara dan membayar pajak yang cukup tinggi. Dengan alasan yang kelihatan masuk akal maka penyidikan kasus Perambahan Hutan di Riau pun di hentikan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim khusus pemberantasan Ileggal Logging yang di Ketuai Menkopolhukam Widodo AS, Praktis Polisi berhenti menangkap para dalang Penghancur Hutan Riau karena Presiden membentuk tim yang baru[7].Kembali, hal ini disebabkan oleh faktorPenguasa dan Kepentingan Pribadi dan Kelompokyang pada akhirnya sangatmerugikan Negara. Hanya karena pemilik kedua Perusahaan itu memiliki kedekatan terhadap Pemerintah yang berkuasa saat ini sehingga kejahatan yang mereka lakukan pun seolah-olah dapat di tutupi. Padahal kerusakan Hutan yang diakibatkan oleh kedua Perusaahan raksasa ini telah menghancurkan3 juta hektar dari 5 juta hektar Hutan yang ada di Riau. Sebenarnya negara sangat di rugikan dari perbuatan penjarahan atau perusakan Hutan ini. Coba kita bayangkan saja berapa species binatang yang punah, keanekaragaman hayati yang musnah, akibatnya Riau semakin panas, sering terjadibanjir,longsor, dan kerusakan ekosistem alam yang tidak bisa di nilai denganuang. Kerusakan Hutan Riau yang sangat luar biasa ini juga salah satu penyumbang semakin cepatnya terjadiPemanasan Global atau Global Warming yang berdampak terhadap Perubahan Iklim di Bumi.Namun sekali lagi inilah politik Dominasi kekuasaan kelompok atau Power individu. Meskipun rakyat dan negara sangat banyak yang menjadi korban tapi bila para Perambah Hutan itu dekat denganPenguasamaka apapun yang dia lakukan tidak tersentuh oleh hukum, mereka bebas melenggang kangkung kesana kemari tanpa pernah takut di tangkap oleh aparat penegak hukum karena penguasa atau pemerintahtertinggi di negeri ini melakukan sebuah ijin pembiaran terhadap mereka. Walaupun Perusahaan-perusahaan itu telah melakukan penyalahgunaan ijin penguasaan Hutan. Tapi inilah yang terjadi Hutan kita di Riau semakin hancur.Tidak tertutup kemungkinan, mungkin juga kasus-kasus Perambahan Hutan di Riau memiliki kesamaan dengan Daerah-daerah lain di Indonesia. Coba kita bayangkan berapa juta hektar HutanIndonesia yang telah luluh lantak oleh para pelaku perambah Hutan itu. Kembali kepada masyarakatlah yang menilai bagaimana kepemimpinan Pemerintahan ini yang telah jelas-jelas membiarkan penghancuran Hutan. Padahal akibatnya sangat berbahaya yaitu terjadinya Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Bila perusakan Hutanini terus terjadi makabersiaplah menghadapi bencana-bencana yang akan datang silih berganti melanda Negeri kita Indonesia. Bila para cukong-cukong Perambah Hutan itu masih seenaknya saja menghabisi Hutan di Bumi Indonesia ini.Kerusakan Hutan di IndonesiaLuas Hutan di Indonesia di laporkan terus menurun.Di tahun 1966 tercatat luas hutan Indonesia berjumlah 144 juta hektar,tetapidi tahun 1990 angka ini menurun menjadi 119,7 juta hektar[8].Kerusakan Hutan di Indonesia semakin parah dan terus berlanjut, secara Nasional menurutMenteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyebut angka kerusakan Hutan dan lahan di Indonesia 59,2 juta hektar (2006) laju kerusakan 1,19 juta hektar pertahun.Beliau juga mengutip data departemen Kehutanan, Rachmat menyatakan tahun 2002-2003 luas lahan berhutan di Indonesia masih 92,9 juta hektar tapi tahun 2005 tinggal 70, 8 juta hektar[9].Angka-angka tersebut patut membuat orang Indonesia merenungkan secara lebih mendalam akibat-akibat penghancuran Hutan yang cukup cepat di Tanah Air kita.Kerusakan Hutan yang besar-besaran itu akan ikut mempengaruhiPemanasan GlobalatauGlobal Warmingdan juga menghancurkan kekayaan keanekaragaman hayati yang selama ini menjadi kebanggaan kita bangsa Indonesia. Kini telah musnah. Sekali Hutan kita telah hancur maka tidak akan mungkin kembali tumbuh seperti semula.Kerusakan Hutan di DuniaMenurut Peta Lingkungan yang di terbitkan tahun 1990, tersisa kurang lebih50% hutan tropis yang asli, yakni 750-800 juta hektardari keseluruhan Hutan tropis yang di perkirakan1,5 milyar-1,6 milyar hektar. Namun saat ini persentase hutan yang tinggal sudah pasti lebih kecil dari data ini.Sehingga dapat dimengerti akibat dari kehancuran Hutan ini adalah terjadinya Pemanasan Global dan Perubahan Iklim yang merupakan bencana yang sangat dasyat di abad ini. Kerusakan Hutan di muka Bumi ini adalah tanggung jawab kita bersama, karena yang menghancurkan Hutan juga adalah manusia, bukan binatang atau yang lain.Fungsi-Fungsi Hutan bagi KehidupanFugsi hutan Indonesia ada tiga jenis antara lain Hutan konservasi, Hutan produksi dan tanaman kehutanan atau kebun kayu. Hutan konservasi meliputi Hutan lindung dan Hutan suaka alam. Hutan produksi meliputi Hutan yang saat ini sebagian arealnya dikelola dengan sistem HPH. Kebun kayu meliputi tanaman jati, tanaman pinus dan Hutan tanaman industri (HTI) yang akan dibangun di berbagai tempat. Ketiganya sangat berbeda, baik sosok tegakannya, fungsi utamanya, dan metode pengelolaaannya.Hutan konservasi tegakannya berlapis, fungsi utama ekologi ialah tidak boleh disentuh pembalakan atau perambahan. Kebun kayu tegakannya bersosok kebun dan fungsi utama untuk perekonomian. Kalau hutan konservasi berfungsi ekologi dan kebun kayu berfungsi ekonomi, hutan (alam) produksi berfungsi keduanya, ekologi dan ekonomi. Kedua fungsi ini tidak terpisah, ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan sekalipun dapat dengan mudah di bedakan. Meskipun berbeda, ketiganya tidak boleh disamakan. Kita salah kalau mengatakan melestarikan hutan, padahal membangun kebun kayu acacia mangium atau sengon. Tanaman acacia mangium itu sama saja dengan kebun karet atau kebun kelapa, sama-sama menghasilkan kayu tapi tidak sama dengan Hutan. Di Sabah, kebun kayu di sebutLadang kayu, di Afrika dan di banyak tempat kebun kayu di sebutPlantationatauTimber estate.Hutan dan kebun kayu itu jauh sekali bedanya. Kita belum mengetahui fungsi Hutan sebenarnya, dan mungkin kita tidak akan pernah tahu. Kita bisa melihat bagaimana Negara yang mengubah Hutannya menjadi padang rumput, lahan pertanian atau kebun kayu. Disana populasi burung melonjak.Burung yang banyak itu melahap kawat listrik, mengganggu lapangan terbang dan memusnahkan berbagai jenis serangga.Nah, bila serangga habis, manusia bisa musnah di makan penyakit. Sebab yang melawan bibit penyakit itu, termasuk serangga. Fungsi Hutan yang utama adalah tempat tinggal ratusan juta jenis mahkluf hidup Tuhan. Di dalam hutan, mahkluf hidup yang jutaan itu hidup saling tergantung satu sama lain sehingga jumlah mereka tetap seimbang, tidak ada yang muncul menjadi pembunuh massal makhluf lain bila luas Hutan menciut, keseimbangan itu akan terganggu dan makhluf pembunuh massal itu bisa saja muncul. Untuk menghindari hal itu luas hutan tidak boleh menciut banyak[10].Melihat fungsi hutan yang sangat luar biasa maka seharusnya manusia wajib bertanggung jawabuntukmenjaga dan melestarikannya, karena fungsi Hutan sangat baik bagi kehidupan makhluf hidup di muka Bumi ini dan bukan malah merusaknya.Kerusakan Hutan mengakibatkan terjadinya Pemanasan GlobalYang dimaksud denganPemanasan Globalialah naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK sendiri sangatlah berguna, karena tanpa adanya ERK rata-rata suhu permukaan bumi adalah -18 derajat celcius. Dengan adanya ERK suhu rata-rata permukaan bumi ialah 15 derajat celcius. ERK terjadi karena sinar infra merah yang di pancarkan kembali oleh bumi terserap oleh gas tertentu yang di sebut gas rumah kaca (GRK). GRK terpenting ialah CO2, CFC, metan, ozon dan N2O, masing-masing kurang dari 10% dengan demikian pada waktu ini GRK terpenting ialah CO2 disusul CFC.Pemantauan atmosfir bumi menunjukkan kadar GRK menunjukkan gejala meningkat. Karena itu orang sangat khawatir, intensitas ERK akan naik sehingga suhu permukaan bumi juga akan naik. Berdasarkan atas hasil pemantauan itu orang memproyeksikan suhu akan naik 3 derajat celcius. Pada kira-kira tahun 2030. Karena pengetahuan para pakar tentang ERK masih jauh dari sempurna, maka perkiraan tentang kenaikan suhu masih berbeda, bahkan ada yang memperkirakan akan terjadi pendinginan karena adanya umpan balik negatif, antara lain dari uap air. Namun demikian, meskipun masih banyak ketidak pastian, karenaPemanasan Globalakan mempunyai dampak yang besar terhadap kesejahteraan manusia pada umumnya, seyogianyalah kita berusaha untuk mengurangi terjadinyaPemanasan Global.Salah satu penyebab kenaikan CO2 yang merupakan GRK terpenting ialah Penebangan Hutan dan pembakaran biomassanya serta Konversi Hutan menjadi tataguna lahan nir-hutan. Dengan ini karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas kedalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis Hutan berkurang. Kemampuan penyerapan CO2 dan penyimapanan karbon disebut endapan (sink) karbon. Selain hutan, laut merupakan pula endapan karbon yang besar.Setelah Hutan di tebang, sinar matahari dapat langsung mengenai permukaan-permukaan tanah[11].Dengan kenaikan suhu itu dekomposisi bahan organik di atas tanah dan dan di dalam tanah di percepat, sehingga terlepaslah karbon yang tersimpan dalam bahan organik itu. Tindakan penebangan Hutan di daerah tropik akhir-akhir ini banyak terjadi, sehingga timbullah tuduhan bahwa kehancuran Hutan tropik ini merupakan penyebab utama terjadinyaPemanasan Global. Meskipun akibat terjadinyaPemanasan GlobalatauGlobal Warmingini bukan saja dari akibat penghancuran Hutan. Banyak faktor-faktor yang lain. Akantetapi sudah pastiKehancuran Hutanadalah salah satu faktor yang mempercepat terjadinyaPemanasan Global atauGlobal Warmingyang berdampak terhadapPerubahan Iklim di Bumi kita ini.PenutupBumi dan segala isinya di ciptakan oleh Tuhan dengan maksud dan tujuan yang baik, ini bisa kita lihat dan baca di Alkitab yakni di Kejadian 1 dan 2. Pada proses perjalanannya, ketika Manusia di beri tugas dan tanggung jawab oleh Tuhan untuk menguasai dalam arti mengusahakan dan melestarikanya. Ternyata, setelah Manusia jatuh dalam dosa, maka sifatKeberdosaan Manusiadan keserakahannya telah menguasia dirinya. Berawal dariKekerasanyang telah berlangsung seumur hidup manusia itu sendiri akhirnya ikut berpartisipasi untuk menghancurkan Bumi dan segala isinya. Dengan mengatas namakanDemi sesuap nasiakhirnya kekerasan terhadap ciptaan lain itu pun berlangsung, sasaran empuknya Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Manusia. Babakpenghancuran baru dimulai. Manusia dalam kurun waktu yang sangat panjang kemudian menghancurkan Hutan-hutan yang sebenarnya adalah untuk menjaga ekosistem alam akhirnya luluh lantak. Tahun demi tahun Bumi semakin panas akibatPenghancuran Hutanyang seolah tanpa akhir, bencana-demi bencana datang silih berganti. Bencana yang di ciptakan oleh Manusia itu sendiri.Pemanasan Global atau Global Warmingdatang tanpa di undang. Binatang apa pula ini yang menjadi sebuah ancaman bagi kelangsungan kehidupan kita di muka Bumi yang kita cintai ini. Apa yang masih bisa saya lakukan? Sebuah pertanyaan datang di tengah ketakutan yang luar biasa. Mari kita serukan kepada seluruh Manusia yang ada di Bumi untuk menjadi pelestari bagi Bumi yang memang hanya satu-satunya ini,jadilahPahlawan-pahlawan Kemanusiaandi dalam kehidupan sehari-hari.Pahlawan peduli Hutan dan Lingkungan Hidup. Seperti yang telah dilakukan oleh sesama kita, di sana, Desember 2007 lalu di sebuah gedung di Bali ada 189 Negara yang sedang bergumul memikirkan nasib Bumi ini?.Bagaimana dengan anda? Cukupkah hanya pasrah dan diam tanpa melakukan sesuatu bagi Bumi kita?Kalau kita tidak mampu membersihkansampah seberat 1 ton, marilah kita membuang sampah pada tempatnya bukan di sembarang tempat.Kalau kita tidak mampu mereboisasi Hutan jutaan hektar, marilah kita menanam 1 atau 2 Batang Pohon di halaman rumah masing-masing.Dan yang terpenting segeralahmenghemat Energi dan berantas Pencemaran Udara.Bila seluruh isi Planet inimelakukan hal yang sama, maka ada secercah harapan untuk kelangsungan hidup di bumi yang kini diambang kehancuran oleh bencana Pemanasan Global. Keinginan untuk menjaga dan melestarikan bumi bukan karena ada imbalan apa-apa.Kiranya muncul dari kesadaran akan betapa pentingnya mempedulikan Bumi dan bukan karena ada tawaran 227 miliar rupiah bagi setiap orang siapapun yang bisa menyelamatkan bumi dari gas karbon dioksida dengan memindahkan 1 ton gas tersebut keluar dari atmosfir.Bukan berarti dengantawaran itu membuat kita mau menyelamatkan Bumi dari kehancuran. Tanpa hadiah itupun,dimanapun anda berada, apapun yang yang sedang anda lakukan, anda semua bisa melakukan sesuatu bagi Bumi ini, dengan menolong Lingkungan di sekeliling anda tetap bersih dan lestari. Kini kita semua bisa mengambil tanggungjawab untukPlanetyang kita cintai ini.Menanam Sebatang Pohon sama dengan Memuja Tuhan, tidak membuang Sampah Sembarangan sama dengan memuliakan Allah, menghemat Energi juga sama dengan mengasihisesama Ciptaan Tuhan.Segera Kampanyekan bersama!!! Sebelum terlambat!!!!!!!!!Tuhan Yesus Memberkati!! AMENSebagai penutup tulisan iniSaya mengutip dari dariInjil Markus 16 ayat 15 :Pergilah keseluruh DuniaBeritakanlah Injil kepada seluruh Mahkluk.Dr Robert Valentino Tarigan Berkata : Wariskanlah Mata Air Bagi Anak Cucu Kita, Jangan Wariskan Air MataKEPUSTAKAAN1. Drummond, Deane Celia, Teologi dan Ekologi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 20062. Greenberg Russel dan Gradwohl Judith, Menyelamatkan Hutan Tropika, Yayasan Obor Indonesia, 19913. Khim Yang, Liem, Dr, Kebenaran Allah Lawan Kebenaran Sendiri, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 20024. Leenhouwers, P Manusia Dalam Lingkungannya: Refleksi Filsafat Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta, 19885. Lefebure, D, Leo, Penyataan Allah Agama Dan Kekerasan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 20076. Lubis, Mohctar, Melestarikan Hutan Tropika Permasalahan, Manfaat dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 19927. Pratney Winkie, Memulihkan Negeri, Andi, Yogyakarta, 20038. Susanta Gatut Dkk, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Penebar Plus, Jakarta, 20089. Majalah Tempo, Edisi 16 September 200710. Makalah, Susilo dan Riris Johanan Siagian 2007, Kekerasan, Johan Galtung.Bahan dari Internet :WWW. KOMPAS.Com

[1]Tempo, 16 September 2007, hal 23[2]Kompas, 25 September 2007[3]Kompas, 12 Februari 2007[4]Leo D. LEFEBURE: Pernyataan Allah, Agama Dan Kekerasan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003[5]Frans Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, 1991, Hal 203 dalam Susilo dan Riris JohanaSiagian Segitiga Kekerasan, Johan Galtung, Presentasi Kelompok, di UKSW Salatiga, September 2007[6]Tempo, 16 September 2007, hal 27-30[7]Tempo, 16 September 2007, hal 34[8]Mochtar Lubis, Melestarikan Hutan Tropika: Permasalahan dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992[9]Kompas, 24 September 2007[10]Mochtar Lubis, Melestarikan Hutan Tropika : Permasalahan, Manfaat dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992, hal 74

Ia menyebutkan ada empat faktor penyebab kerusakan hutan pada era reformasi dan lebih parah daripada era Orde Baru.

Empat faktor penyebab kerusakan hutan itu adalah izin buka lahan untuk hutan tanaman industri, adanya perkebunan kelapa sawit yang mengambil lahan di hutan, maraknya aktivitas pertambangan, dan adanya hak penguasaan hutan yang semena-mena.

"Semoga pada masa mendatang pemerintah di negeri ini bisa lebih memperhatikan hutan agar tidak hilang ditelan waktu akibat ulah tangan tangan nakal, dan negeri ini pun terhindar dari bencana alam," katanya.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyatakan saat ini ada sekitar sembilan provinsi yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan karena beberapa faktor, salah satunya akibat adanya kekeringan di daerah tersebut.

Data KLH menyebutkan ada sembilan provinsi yang harus bersiaga agar cepat melakukan tindakan pemadaman terhadap kebakaran hutan.

Deputi III Kementerian Lingkungan Hidup Arief Yuwono menyebutkan nama sembilan provinsi yang berpotensi mengalami kebakaran hutan atau lahan itu, yakni Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara.

Dari sembilan provinsi itu, kebakaran hutan yang terhebat terjadi di Provinsi Riau pada tahun lalu, sedangkan pada tahun ini terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.

"Khusus Riau, sejak 2013 hingga 2014, hutan yang terbakar seluas 20.000 hektare dan kerugian secara ekonomi sebesar Rp10 triliun lebih, sedangkan dari kerugian ekologi sudah tidak terhitung," ujar Arief Yuwono.

Saat ini, kata dia, ada beberapa provinsi yang sedang terjadi kebakaran hutan dan pemerintah setempat harus cepat melakukan penindakan untuk pemadaman agar tidak terus merambah.

Bagi daerah yang berpotensi kebakaran hutan tetapi belum terjadi, katanya, seharusnya sedini mungkin melakukan upaya pencegahan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perusahaan, dan kepada semua pihak.

Pemerintah setempat, ujarnya, juga harus melakukan tindakan tegas kepada setiap pelaku pembakaran hutan, baik itu perorangan, perusahaan, maupun kelompok, yang tertangkap tangan dengan sengaja melakukan perbuatan tersebut.

Upaya PenanggulanganDi sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat kerusakan hutan dari sisi kebakaran hutan. Ternyata ada 15 provinsi di Indonesia yang terdapat titik api kebakaran hutan/lahan.

Bukan itu saja, titik api di 15 provinsi itu diperkirakan akan bertambah apabila pemerintah setempat tidak peduli dengan keberadaan hutan di daerah masing-masing.

"Kami akan terus melakukan pemantauan terhadap keberadaan titik api di setiap provinsi di Indonesia, dan upaya penanggulangan sudah dilakukan untuk penanganan kebakaran hutan," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Data titik api di seluruh Indonesia itu adalah di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 46 titik api, Kalbar (27), Kalteng (19), Kalsel (16), Sultra dan Sulsel (5), kemudian Sumsel, Kaltara, dan Sulteng masing-masing sebanyak 4 titik api, selanjutnya Jatim terdapat 3 titik api, Riau (2), serta Aceh, Lampung, dan Bali masing-masing sebanyak 1 titik api.

Titik api itu merupakan hasil pemantauan yang dilakukan oleh pihak BNPB pada hari Senin (8/9) menggunakan setelit NOAA18 dan terlihat ada 15 provinsi dengan 138 titik api.

"Kami selain melakukan pemantauan melalui setelit NOAA18, juga melakukan monitoring untuk dilakukan observasi titik api melalui pemantauan data Modis," ucapnya.

Upaya yang harus dilakukan pemerintah setempat yang wilayahnya berpotensi terjadi kebakaran hutan, kata Sutopo, adalah melakukan kerja sama dengan para pihak untuk mengatasi musibah tersebut.

Dengan kerja sama yang baik dengan para pihak, menurut dia, setiap kejadian kebakaran hutan akan cepat dilakukan tindakan pemadaman agar tidak terus merambah ke daerah lain.

Menurut Sutopo, ada tiga cara untuk menghindari kebarakaran hutan, yakni melakukan pencegahan dengan memberikan peringatan dini kepada seluruh pihak dan memelihara dengan baik penggunaan air pada musim kering.

Selanjutnya, melakukan penanggulan dengan cepat apabila terjadi kebakaran hutan yang belum begitu besar dengan mengerahkan seluruh fungsi yang terlibat.

"Memberikan tindakan hukum bagi siapa saja yang sengaja membakar hutan baik dilakukan secara perorangan, perusahaan, maupun kelompok," katanya.

Banyak penyebab kebakaran, mulai dari foktor cuaca sampai tidak hati-hati dalam membuka lahan yang kebanyakannya dilakukan perusahaan ataupun masyarakat.

Masyarakat tentu berharap pemerintah menindak tegas dengan menjerat pelaku pembakaran hutan melalui 11 undang-undang di luar dari UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Upaya pencegahan, penanggulangan, dan penindakan tegas terhadap pelaku bisa diharapkan akan memberi efek jera, dan pelaku tidak lagi melakukan pembakaran hutan yang nantinya bisa menimbulkan bencana alam yang merugikan banyak orang./e

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 18 TAHUN 2013TENTANGPENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN