isibe2h rev 1
DESCRIPTION
fghnvnvcngvTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urea merupakan produk penting industri petrochemical. Yang mana
produksi dan konsumsinya mengalami kenaikan terus-menerus. Produksi tahunan
urea dunia jumlahnya lebih dari 100 juta ton, yang mana jumlah berlimpah
digunakan sebagai pupuk mineral (IFA dan IFDC, 2003). Kapasitas produksi yang
besar ini mengharuskan konsumsi energi dan bahan baku yang luas di semua area.
Istilah "material mentah" berarti tidak hanya dasar reaktan amonia dan karbon
dioksida yang sangat diperlukan untuk sintesis urea tetapi juga air sebagai utilitas
penting setiap proses skala besar yang menggunakannya sebagai reaktan atau
pemanas atau chiller atau dalam bentuk uap. Selain efek dari amonia, karbon
dioksida dan urea yang dilepaskan dari pabrik, efek lainnya yaitu konsumsi energi
yang banyak dan memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan ekonomi. Catatan
terperinci pada produksi urea dengan penekanan pada energi efisiensi energi dapat
ditemukan di Fabek's Master's thesis (Fabek, 2005).
Pabrik urea diamati telah beroperasi sejak tahun 1983 berdasarkan lisensi
proses pelepasan CO2 Stamicarbon. Sejauh ini belum ada perbaikan proses utama
dalam hal penyimpanan utilitas. Pada bagian ini pabrik melepaskan ke lingkungan
hampir 800 ton/hari limbah tercemar yang tak berguna dengan mudah, begitu
berarti, jumlah urea dan amonia. Menjadi percuma, limbah ini tidak dapat
digunakan kembali dalam setiap segmen produksi urea (Matijasevic et al, 2009).
1
PT Pupuk Kujang di Desa Dawuan, Cikampek, Jawa Barat, Perkembangan
pabrik dimulai pada awal bulan juli 1976. Bulan Oktober flushing dan start up
dari pabrik sehingga pada tanggal 7 November 1978 pabrik amonia sudah
menghasilkan produksi yang pertama. Pabrik pupuk kujang mulai berproduksi
dengan kapasitas terpasang, yaitu:
a. 1000 ton/hari (330.000ton/tahun) pabrik ammonia,
b. 1925 ton/hari (570.000 ton/tahun) pabrik urea,
c. 30 ton/hari (9.900 ton/tahun) hasil samping dari NH3.
Pada tanggal 12 Desember 1978 pabrik Pupuk Kujang diresmikan oleh
Presiden Soeharto. PT Pupuk Kujang mulai beroperasi secara komersial pada
tanggal 1 April 1979. Produk Utamanya adalah pupuk urea 46% N dengan hasil
sampingan NH3, oksigen (www.pupuk kujang.co.id).
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di PT. Pupuk Kujang
Cikampek adalah:
1. Mengetahui gambaran umum perusahaan yang bersangkutan.
2. Mengetahui dan mempelajari proses pengolahan limbah pupuk terpadu di PT.
Pupuk Kujang dari proses produksi pupuk hingga pada bagian pengolahan
limbah.
3. Mengetahui dan mempelajari alat-alat yang digunakan pada proses
pengolahan limbah pupuk terpadu.
2
4. Mengetahui dan mempelajari limbah apa saja yang dihasilkan dari pengolahan
limbah pupuk terpadu serta penanganannya.
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Manfaat yang diharapkan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan di PT.
Pupuk Kujang, Cikampek adalah :
1. Mengetahui dan memahami gambaran umum perusahaan yang bersangkutan.
2. Mengetahui dan memahami proses pengolahan limbah pupuk terpadu yang
ada di PT Pupuk Kujang dari proses produksi pupuk hingga pada bagian
pengolahan limbah.
3. Mengetahui dan memahami alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan
limbah pupuk terpadu.
4. Mengetahui dan memahami limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan
limbah pupuk terpadu dan penanganan terhadap limbah tersebut.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pupuk Urea
Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah
persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi
dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang
dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman (Nyanjang, 2003). Pupuk urea adalah pupuk kimia yang
mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara
yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal
berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, urea termasuk pupuk yang
higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembapan 73%, pupuk ini sudah
mampu menarik uap air dari udara. Oleh karena itu, urea mudah larut dalam air
dan mudah diserap oleh tanaman. Apabila diberikan ke tanah, pupuk ini akan
mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Padahal kedua zat ini
berupa gas yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh air dan
mudah terbakar oleh sinar matahari (Murbandono, 2005).
Pupuk N memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman
seperti padi sawah, sedangkan sumber pupuk N yang utama adalah urea. Namun,
tanaman menyerap hanya 30% dari pupuk N yang diberikan (Dobermann, 2000).
Efisiensi pemakaian pupuk N di lahan, contohnya padi sawah dapat
dimaksimalkan dengan jalan pemupukan tepat-waktu yaitu disesuaikan dengan
tahapan perkembangan tanaman padi dimana puncak kebutuhan nutrisi N terjadi,
4
dan dengan cara penempatan pupuk dalam tanah (Mutert dan Fairhurst, 2002).
Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam sistem
usahatani padi sawah intensif untuk menghasilkan efisiensi agronomi,
peningkatan efisiensi ekonomis dan dampak positif bagi kelestarian fungsi
lingkungan (Siregar, 2011).
Ciri-ciri pupuk Urea:
1. Mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi.
2. Berbentuk butir-butir kristal berwarna putih.
3. Memiliki rumus kimia NH2 CONH2.
4. Mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air
(higroskopis).
5. Mengandung unsur hara N sebesar 46%.
6. Standar SNI-02-2801-1998.
Unsur hara nitrogen dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunaannya
bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya :
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses
fotosintesa.
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-
lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
5
5. Dengan pemupukan yang tepat dan benar (berimbang) secara teratur, tanaman
akan tumbuh segar, sehat dan memberikan hasil yang berlipat ganda dan tidak
merusak struktur tanah.(www.pusri.co.id)
Proses pembuatan urea pada industri dibuat dengan bahan baku gas CO2
dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik amonia. Proses pembuatan Urea
tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu:
1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk mensintesa
dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 di dalam urea reaktor dan ke dalam
reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle carbonat yang berasal dari bagian
recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil sintesa urea
dikirim ke bagian purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbomat dan
kelebihan amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2. Dekomposisi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amoniak di unit
sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan
dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2 dan22,2 kg/cm2.
Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirm ke bagian recovery sedangkan
larutan urea dikirim ke bagian kristaliser.
3. Konsentrasi Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum kemudian
kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea maupun panas
6
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP absorber
dari recovery.
4. Prilling Granulation Unit
Kristal urea kluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8% dari
berat dengan udara panas kemudian dikirmkan ke bagian atas prilling tower untuk
dilelelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor
dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan
produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.
5. Recovery Unit
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor
sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.
6. Waste Water Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan di bagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hidroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali ke
bagian purifikasi untuk direcover sedang air kondensatnya di kirim ke utilitas
(www. pursi .coi.id ).
7
Gambar 1. Skema Pembuatan Pupuk Urea (www.pupukkaltim.com).
B. Pengolahan Limbah
Limbah selalu dikaitkan dengan aktivitas manusia dan merupakan
sampingan yang terdapat dalam setiap proses perkembangannya. Hari ini,
kuantitas yang kritis dan keragaman limbah yang dihasilkan oleh industri dan kota
menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Menjadi
suatu yang penting supaya menciptakan kesadaran di kalangan pengusaha,
8
Sintesis
Prilling
NH3CO2
Urea, inert NH3,CO2, H2O
Kalor Urea, inert NH3, CO2, H2O
Karbonat
H2O
Pendinginan
Kalor
Urea prill
Kalor
NH3, CO2, H2O
Pemulihan
Pengolahan Air LimbahKonsentrasi
Proses Kondensat
Urea
Dekomposisi
produsen, lokal, otoritas dan sebagainya. Teknologi yang bervariasi berkembang
untuk mengobati dan mendaur ulang limbah dan mengubahnya menjadi kekayaan.
Eksploitasi sewenang-wenang sumber daya alam dan ketidaktahuan dampak
buruknya telah mengakibatkan peningkatan yang mengkhawatirkan pencemaran
lingkungan bersama urbanisasi, industrialisasi dan mengubah praktek-praktek
pertanian. Berlawanan dengan kepercayaan populer, pencemaran lingkungan
khususnya di negara-negara berkembang, tidak sebanyak yang disebabkan oleh
emisi industri atau limbah nuklir yang disebabkan oleh kehidupan sehari-hari
manusia, karena polusi industri terkonsentrasi di kota-kota besar dan kota-kota
tertentu, yang dapat diperintahkan untuk ditutup tetapi tidak ada tindakan dapat
diambil untuk larangan polusi manusia yang terjadi di semua tempat. Hasil
limbah padat, limbah cair dan limbah kotoran manusia yang dihasilkan
menimbulkan cemaran paling menakutkan dan luas dari semua masalah
lingkungan. Pembuangan limbah yang terus-menerus menjadikan terjadinya
penimbunan limbah, sehingga membutuhkan Pengelolaan limbah berbahaya yang
tepat (Haghi, 2010).
Peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di
berbagai bidang terutama bidang industri dan perdagangan, terdapat
kecenderungan semakin meningkat pula penggunaan bahan berbahaya dan
beracun bahwa sampai saat ini terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
yang mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, akan tetapi masih
belum cukup memadai terutama untuk mencegah terjadinya pencemaran dan atau
9
kerusakan lingkungan hidup bahwa untuk mencegah terjadinya dampak yang
dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya
diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun secara terpadu sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (3) Undang-undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkandan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan B3 adalah
kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan atau membuang B3. Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan
untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya (PP No 74, 2001).
Pada pengolahan limbah pupuk urea di industri – industri sebagian besar
dilakukan secara terpadu karena banyak bahan yang harus di proses secara
terpisah seperti anomiak (NH3), Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co dan sebagainya. Yaitu
seperti pengoalahan limbah cair, padat, dan gas. PT Pupuk Kujang (Annual
Report, 2009) mengelola dan memanfaatkan limbah cair dan limbah padat dalam
kaitannya dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) untuk
10
meningkatkan program pemeringkatan (PROPER) kinerja bidang lingkungan.
Berikut pengeloan limbah pada industri urea :
1. Limbah cair
Urea adalah senyawa kimia berbasis nitrogen yang disintesis dari reaksi
antara ammoniadengan karbon dioksida pada kisaran temperatur dan tekanan
tertentu. Untuk memproduksi setiap ton urea dibutuhkan air sebanyak 12 m3
dan menghasilkan limbah cair sebesar 2,3 m3 (Swaminathan et al.,2005). G
Urea adalah senyawa kimia berbasis nitrogen yang disintesis dari reaksi
antara ammonia dengan karbon dioksida pada kisaran temperatur dan tekanan
tertentu. Untuk memproduksi setiap ton urea dibutuhkan air sebanyak 12 m3
dan menghasilkan limbah cair sebesar 2,3 m3 (Swaminathan et al, 2005).
Limbah cair yang dihasilkan ini mengandung amonium, karbon dioksida dan
urea. Biasanya dalam aliran limbah, kandungan amonium berkisar antara 2–
9% berat limbah, karbon dioksida 0,8–6% berat limbah dan urea 0,3–1,5%
berat limbah (Van Baal, 1996) Limbah ini berasal dari sejumlah unit yang
terdapat dalam plant urea yang dibuang ke tempat penampungan dan
pengolahan limbah. Limbah ini membutuhkan pengolahan agar tidak
mencemari lingkungan dan dapat digunakan sebagai reuse fresh water pada
urea plant (Rahimpour dan Mottaghi, 2010). Berikut tahapan pengolahannya :
a. Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik
amoniak dan pabrik urea.
b. Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan
pompa.
11
c. Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit
Demineralisasi.
d. Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air.
e . Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan
Koliform.
2. Limbah padat dan debu
Debu urea adalah butiran halus dari segala macam ukuran yang keluar
melalui puncak Menara Pembutir (prilling tower) atau unit granulator ke
udara sekitar sebagai emisi, hasil reaksi dari pembentukan urea di pabrik urea
adalah sebagai berikut :
2 NH3 + CO2 CO(NH2) +
H20
(NH3)CO(ONH4)
Urea yang terbentuk dari reaksi tersebut berupa urea melt yang kemudian
dibutirkan di menara pembutir. Urea melt tersebut jatuh bebas dari ketinggian
lebih dari 50 meter dan dari bawah dihembuskan udara pendingin dari
Blower, maka urea melt tersebut menjadi padat, berbentuk amorf dan disebut
Urea prill. Butiran urea yang ukurannya kecil (diatas 19 mesh) terbawa oleh
udara keluar dari Menara Pembutir sebagai emisi debu urea. Pada unit
granulator terjadinya urea padat melalui proses getaran, goyangan dan
bubbling udara sehingga terbentuk urea granule yang ukurannya lebih besar
dari pada urea prill, sedangkan butiran urea yang halus yang keluar dari
granulator akan terbawa oleh udara dari bubbling sebagai emisi debu urea
(Rachman, 2006). Berikut pengolahan limbahnya :
12
a. Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung
oksida-oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan
penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual
kembali.
b. Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan,
urea dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle.
3. Limbah gas dan kebisingan
Limbah gas yang berpotensi menjadi polusi udara adalah uap asam
amoniak (NH3). Limbah gas ini dihasilkan oleh menara pembutir dan
sintesa pabrik amoniak. Pada pabrik pupuk gas amoniak dapat di olah
kembali dan menjadi bahan baku lagi ketika sudah di tanggulangi dengan
Pure Gas Recovery. Pure Gas Recovery merupakan unit pengolah gas
buang dari pabrik amoniak. Dalam pabrik pupuk juga terdapat beberapa
pabrik dan salah satunya adalah pabrik amonik yang berfungsi untuk
menghasilkan amoniak yang digunakan sebagai bahan baku pupuk. Untuk
emisi gas NH3 dan debu yang dihasilkan oleh menara pembulir akan
ditanggulangi dengan dust separator system wet scrubber. Berikut
pengolahan limbahnya :
a. Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan
reformer dari pabrik utilitas dan pabrik amoniak. Diatasi dengan
pengoperasian boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan
oksigen berlebih.
13
b. Emis gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara
pembutir.
c. Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber
dan penggantian filter secara kontinyu.
d. Limbah gas buang (Purge gas) yang berasal dari daur sintesa pabrik
amoniak diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2.
e. Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik amoniak
dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setian pekerja memakai
alat penyumbat telinga.
PT Pupuk Kujang menetapkan kebijakan antara lain :
1. Mematuhi persyaratan, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Melaksanakan pengendalian mutu secara terus menerus untuk memenuhi
kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
3. Melakukan upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta pencegahan terhadap terjadinya pencemaran limbah yang dihasilkan
oleh pabrik amoniak, pabrik urea, dan pabrik NPK.
4. Melaksanakan pengelolaan lingkungan dan penghematan sumber daya gas
dan air.
5. Melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan pada sistem yang ada dan
melaksanakan pengawasan disetiap kegiatan.
6. Kebijakan ini ditinjau secara periodik dan dikomunikasikan kepada seluruh
karyawan, kontraktor, pemasok dan seluruh pihak yang memerlukan.
14
PT Pupuk Kujang Menuju Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER) hijau pada pengelolaan lingkungan hijau dalam rangka mewujudkan
PROPER hijau, PT Pupuk Kujang telah mengeluarkan berbagai kebijakan dengan
didukung berbagai upaya nyata yang dapat mendukung kepada pencapaian
tersebut. Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan sehubungan dengan
hal tersebut antara lain :
1. Kebijakan pengurangan emisi udara.
2. Kebijakan perlindungan keanekaragaman hayati.
3. Kebijakan efisiensi energi dan konservasi sumber daya alam.
4. Kebijakan pengembangan masyarakat.
5. Kebijakan pengurangan dan Limbah B3 (LB3).
6. Kebijakan pengelolaan limbah padat non B3 (www.pupuk kujang.co.id).
15
III.METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Pupuk Kujang,
Cikampek, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat selama 25 hari pada bulan Januari-
Februari 2015.
B. Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
1. Kondisi umum PT. Pupuk Kujang, Cikampek, Kabupaten Kerawang, Jawa
Barat.
2. Proses produksi pupuk hingga menjadi limbah kemudian ke bagian
pengolahan limbah pupuk, ke tempat pengolahannya sampai limbah siap
dibuang kelingkungan atau pun di gunakan untuk kepentingan lain.
3. Cara kerja dan manfaat alat-alat yang digunakan pada proses limbah pupuk
terpadu.
4. Limbah yang dihasilkan dari produksi pupuk hingga proses pengolahan
limbah pupuk terpadu beserta penanganan dari limbah tersebut.
C. Metode Praktik Kerja Lapangan
Kerja praktik yang dilakukan di PT. Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat,
adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut :
16
1. Berpartisipasi aktif
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh perusahaan.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang
dikaji untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi sebenarnya.
3. Jenis dan teknik pengambilan data :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung, baik melalui
pengamatan ataupun wawancara dengan instansi terkait. Adapun data
primer yang diambil meliputi :
1. Proses produksi pupuk sampai keluar di ruang pengolahan limbah.
2. Mekanisme kerja alat yang ada di ruang pengolahan limbah.
3. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah dan
penanganannya.
b. Data sekunder adalah data yang dimiliki oleh perusahaan, pustaka dan
literatur maupun sumber-sumber lain yang mendukung.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Berdirinya PT Pupuk Kujang yang terletak di Dawuan, Cikampek.
Mempunyai latar belakang yang relevan mengapa dibangun dikawasan tersebut,
hal ini disebabkan karena cikampek dekat dengan daerah Karawang yang
merupakan pusat lumbung padi Jawa Barat. Selain itu Karawang menyediakan
bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik tersebut, dan dengan jarak yang tidak
terlalu jauh dengan Cikampek membuat hal tersebut mempunyai tempat yang
strategis untuk mendirikan pabrik pupuk terbesar di Jawa Barat, atau yang telah di
kenal dengan nama PT Pupuk Kujang.
Di tahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan pelaksanaan program
peningkatan produksi pertanian didalam usaha swasembada pangan. Demi
suksesnya program pemerintah ini maka kebutuhan akan pupuk ini mutlak harus
di penuhi mengingat produksi PUSRI waktu itu diperkirakan tidak akan
mencukupi menyusul ditemukannya beberapa sumber gas alam di bagian utara
jawa barat, muncullah gagasan untuk membangun pabrik urea di jawa barat. Pada
tahun 1973 pemerintah menunjuk Departemen Pertambangan dan Pertanian untuk
melaksanakan proyek tersebut. Departemen Pertambangan kemudian
melimpahkan wewenang pelaksanaan proyek Tersebut kepada Pertamina dengan
konsultan sebuah perusahaan prancis yaitu BEICP, untuk meneliti kemungkinan
membangun pabrik pupuk tersebut. Tim teknisi dibentuk dan langkah-langkah
18
selanjutnya diambil oleh Pertamina untuk menentukan Jatibarang, Balongan
sebagai lokasi proyek.
Pada tahun 1975 keluarlah surat keputusan presiden NO. 16/1975 tertanggal
17 april 1975 yang memutuskan untuk mengalihkan tugas pelaksanaan proyek
pabrik pupuk di jawa barat ini dari Departermen Pertambangan ke Departemen
Perindustrian. Kemudian pada bulan april 1975, menteri Perindustrian
mengeluarkan syarat keputusan No. 25/M/SK/4/1975 untuk membentuk tim
penyelesian proyek pupuk jawa barat yang di ketuai oleh dirjen industri kimia
dasar Ir. A. Salmon Mustafa dan Ir. Didi Suardi sebagai pemimpin lapangan.
Pengelolaan pabrik pupuk urea yang akan berdiri tersebut diberikan kepada
sebuah badan hukum yang akan dibentuk sesuai dengan peraturan pemerintah No.
19/1975 tertanggal 2 juni 1975. Pemberian nama badan hukum tersebut dilakukan
oleh bapak Aang Kunaefi selaku Gubernur Jawa Barat saat itu, yakni dengan
nama PT Pupuk Kujang. Kemudian dengan aktiv Notaris Sulaeman Ardjasasmita,
SH No. 19 tanggal 9 Juni berdirilah secara resmi PT Pupuk Kujang sebagai
sebuah badan usaha milik negara di lingkungan Departemen Perindustrian. Pada
Bulan juli 1976, pembangunan pabrik mulai dilakukan dengan kontraktor utama
Kellog Oversesas Corporation (USA) dan Toyo Enginering Corp (Japan) sebagai
kontraktor pabrik urea. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada tanggal 7
November 1978 pabrik sudah mulai berproduksi dengan kapasitas 570.000
ton/tahun dan 330.000 ton/ tahun amonia, ini terjadi 3 bualan lebih awaldari
jadwal. 12 Desember 1978, Presiden Soeharto berkenan meresmikan pembukaan
pabrik dan 1 april 1979, PT Pupuk Kujang mulai komersional.
19
B. Kondisi Wilayah
Lokasi pabrik urea PT.PUPUK KUJANG (PERSERO) terletak di Desa
Dawuan, Kecematan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Tepatnya di JL. Jend. A. Yani, Cikampek dengan luas 370 ha. Lahan yang sudah
di manfaatkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Pabrik pupuk urea Kujang 1A dan 1B, dan fasiliitas pendukungnya
Diatasnya lahan tersebut sudah terdapat berbagai pabrik meliputi :
pabrik amoniak, pabrik urea, pabrik utilitas, dan unit penyimpanan
pupuk (bagged storage) dengan luas lahan 57 ha.
2. Pabrik pupuk NPK Granular
menempati lahan dengan luas 5.381 m2. Lokasinya berada di sebelah
utara pabrik kujang 1A. Kapasitas produksi adalah 100.000 ton/tahun.
3. Fasilitas Penunjang
Berbagai fasilitas penunjang yang berada di area pabrik menempati
seluas 310 ha, yang terdiri atas.
1. Bagunan perkantoran.
2. Fasilitas kesehatan/poliklinik
3. Fasilitas perumahan untuk karyawan dari tingkat kasi/staf
setingkat sampai direksi sebanyak 400 unit.
4. Sekolah dari play grup sampainsekolaj lanjutan tingkat
pertama.
5. Fassilitas olah raga.
6. Bangunan penunjang lain seperti gedungserba guna.
20
7. Kolam unntuk cadangan air baku, taman, dan green belt dengan
tanaman jati dan bambu.
Kemudia lokasi dipilih karena berdasarkan pertimbangan-perimbangan
sebagai berikut:
a. Dekat dengan PLTA JATI LUHUR
b. Dekat dengan sember gas alam PERTAMINA, dimana PERTAMINA
mengambil dari tiga buah sumbernya yaitu dari OFFSHORE: Arco dan L.
Perigi dilepas pantai Cilamaya sekitar 70 Km dari kawasan pabrik dan
sumber gas alam Mundu, Kabupaten Indramayu.
c. Dekat ke sumber air tawar, yakni daerah patung Kadali, Bandungan Curug
dan Cikao sebelah hilir bendungan Jati Luhur.
d. Dekat dengan sungai sebagai tempat buangan air dari pabrik, yaitu
Cikarang Gelam.
e. Tersedianya angkutan darat yang baik, dalam hal ini jalan raya dan jalan
kereta api.
f. Berada di tengah lingkungan atau daerah pemasaran pupuk urea.
C. Tujuan Perusahaan
Tujuan dari PT pupuk kujang tersirat didalat visi dan misinya. Inti dari visi
perusahaan adalah “Menjadi industri kimia dan pendukung pertanian yang
berdaya saing dalam skala nasional”.
Adapun inti dari misi dan motto yang dimiliki oleh perusahaan adalah
“Menghasilkan produk bermutu dan melakukan perdagangan yang berdaya saing
21
tinggi dengan mengutamakan kepuasan pelanggan”. Moto di PT Pupuk
Kujang : Selamat, Integritas, Adaptif, Pelanggan.
Di bawah ini dapat diterangkan lebih lanjut beberapa misi dan visi dari PT
Pupuk Kujang yang lain adalah sebagai berikut:
1. Ingin mensejahterakan Pertanian Indonesia
2. membangun perekonomian negara melalui pemberdayaan pupuk
3. sebagai salah satu jalan untuk penggerak pembangunan memanfaatkan
sumber daya untuk kelangsungan habitat lingkungan yang sehat.
4. memberikan pengenalan tentang bagaimana pentingnya pupuk untuk
pertanian pada para petani.
5. mengolah bahan kimia agar bisa bermanfaat bagi sektor atau unit yang
membutuhkan.
6. Memperlancar perekonomian negara dengan pihak luar karena PT
Pupuk Kujang pun mengekspor hasil dari pengolahan pupuk dan
bahan-bahan kimia.
Sesuai dengan salah satu visi dan misi dari BUMN maka PT Pupuk Kujang
telah melakukan pembinaan kepada pengusaha kecil dan koperasi. Pembinaan
diberikan kepada dua kelompok usaha kecil antara lain :
a. Usaha yang menghasilkan barang yang berpotensi untuk pasar dalam
negeri maupun ekspor seperti kerajinan keramik, batu aji dan lain-lain.
b. Usaha kecil yang menghasilkan barang yang dipakai oleh PT Pupuk
Kujang seperti suku cadang pabrik dan lain-lain. Bentuk bantuan yang
diberikan kepada usaha kecil dan koperasi berupa :
22
1. Manajerial berupa pembinaan dalam mengelola usaha agar
pengusaha menjadi maju dan mandiri dalam mengembangkan
usahanya.
2. Teknik produksi berupa diklat maupun bimbingan dalam
peningkatan mutu produk,penelitian bahan dan alat pertanian yang
sering digunakan.
3. Pinjaman untuk modal kerja dan peralatan dengan bunga rendah
agar lebih terjangkau oleh masyarakat kecil dalam
mengembangkan usahanya.
4. Promosi pemasaran agar hasil produk mereka bisa dikenal lebih
luas oleh masyarakat.
Karena dasar dari pembangunan PT Pupuk Kujang ini adalah ingin
meningkatkan produksi pertanian dalam usaha swasembada pangan maka motto,
visi dan seluruh isi misi di atas sangat membantu usaha petani di nusantara, agar
lebih mudah dalam mengembangkan sektor perusahaan mereka.
D. Struktur Organisasi Perusahaan
PT Pupuk Kujang merupakan Badan Usaha Milik Negara Usaha Milik
Negara (BUMN) yang strukter organisasi bedarsarkan Surat Kepala Direkri No.
023/SK/DU/X/2014 terdapat tiga unsur utama, yaitu unsur pimpinan, unsur
pembantu pimpinan, dan unsur pengawas, seperti yang berada pada lampiran 1.
1. Unsur Pimpinan
Unsur Pimpinan tersebut adalah para direktur yang termasuk dalam dewan
direksi yaitu sebagai berikut :
23
a. Direktur Utama
b. Direktur Produksi, Teknik dan Pengembangan
c. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum
d. Direktur Komersil
Dewan direksi ini bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang
mewakili pemerintah sebagai pemegang saham melalui departemen pertanian,
departemen perindustrian, departemen keuangan, dan kementrian Negara BUMN.
2. Unsur Pembantu Pimpinan
Unsur pembantu pimpinan yang dimaksud adalah para kepala kompartemen.
Para kepala kompatermen ini bertanggung jawab kepada para direktur. Beberapa
kompatermen tersebut diantaranya :
a. Kompartemen Produksi
b. Kompatermen Pemeliharaan
c. Kompatermen Teknik dan pengembangan
d. Kompatermen Sumberdaya Manusia
e. Kompatermen Logistik dan Umum
f. Kompatermen Administrasi Keuangan
g. Kompatermen Pemasaran
Para kepala kompatermen tersebut akan membawahi beberapa departemen
3. Unsur Pengawas
Unsur Pengawas pada perusahaan ini adalah satuan pengawas internal yang
lansung berada di bawah komando direktur utama. Fungsi pengwasan internal di
PT Pupuk Kujang ialah membantu tugas direksi untuk memantau seluruh kegiatan
24
perusahaan dan memastikan bahwa sistem pengendalian menajemen telah berjalan
dengan baik.
E. Ketenaga Kerjaan
Tenaga kerja di PT Pupuk Kujang di bedakan atas karyawan tetap, honorer
dan berdaasarkan ikatan kerja dengan total karyawan 1172 orang karyawan
berdasarkan rekapitulasi kekuatan karyawan bulan januari 2016 seperti padaa
lampiran 2. Tingkat pendidikan tenaga kerja secara umum dari keseluruhan
karyawan yaitu :
1. Pasca sardana = 23
2. Sarjana = 266
3. Sarjana muda = 133
4. SMA (DI dan DII) = 748
5. SMP = 1
6. SD = 1
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi golongan seorang karyawan.
Karyawan PT Pupuk Kujang di dominasi oleh laki – laki, yaitu karyawan berjenis
kelamin laki – laki yaitu 1073 dan berjenis perumpuan 99 orang.
Untuk hari kerja di bagi untuk karyawan pabrik dan karyawan yang berada
di pabrik. Karyawan yang bekerja di kantor beroperasi mulai dari pukul 07:00
hingga 16:00 pada hari senin hingga jumat, istirahat pukul 11:30 hingga 12:30.
Sedangkan untuk hari jumat, istirahat dimulai dari pukul 11:30 hingga pukul
13:00 dengan jangka waktu kerja pukul 07:00 hingga pukul 16:30. Pabrik sendiri
25
beroperasi 24 jam , yang dikerjakan oleh tiga shift pekerja yang terbagi dalam
beberapa shift. Pembagian shift adalah sebagai berikut :
1. Night shift, pukul 23:00 sampai 07:00
2. Day shift, pukul 07:00 sampai 15:00
3. Swing shift, pukul 15:00 sampai 23:00
Gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan tergantung dari golongan
karyawan yang bersangkutan. Golongan juga akan mempengeruhi pangkat dan
jabatan seorang karyawan dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lama kerja
karyawan tersebut. Di samping gaji pokok tersebut, karyawan juga akan
memperoleh upah tambahan bila bekerja lembur atau di panggil di luar jam kerja.
F. Pengelolaan Limbah Cair
a. Spesifikasi Unit Pengolahan Limbah
Spesifikasi dari alat-alat yang digunakan untuk pengolahan limbah yang
ada di pabrik 1A maupun 1B adalah sebagai berikut :
1. Kolam Netralisasi
Kolam netralisasi ada di pabrik 1A dan 1B. kolam ini dilengkapi
dengan alt-alat ukur pH meter otomatis yang mengukur pH air
buangan yang masuk sampai yang keluar secara otomatis. Selain
itu dilengkapi juga dengan pipa sirkulasi untuk mengaduk asam
atau basa agar tercampur merata dengan pH netral dapat dicapai
dengan lebih cepat.
2. Kolam Stabilisasi
26
Kolam pengendap lumpur 1 dan 2 memiliki kapasitas yang
sama yaitu 10.000 m2, dengan kedalaman ±8 m dan cukup untuk
menampung lumpur selama 3 tahun. Dengan kolam aerasi
dilengkapi dengan 2 buah aerator yang berfungsi untuk
meningkatkan nilai DO (Oksigen Terlarut) dalam air limbah.
3. Oily Water Separator
Oily water separator berfungsi untuk memisahkan minyak/oli dari
air buangan, alat ini terdapat di dua pabrik yakni di 1A dan di 1B.
4. Ammonia Removal
Ammonia removal yang ada di pabrik 1A ada 2 unit, stripper 1
tetapi sekarang hanya 1 yang ber fungsi tatapi massih bisa
menunjang kinerja dalam pengelolaan limbahnya.
5. Filler Press
Filler press hanya ada di pabrik 1B, alat ini dilengkapi
dengan pompa-pompa untuk memompakan lumpur. Selain itu juga
terdapat bak penampungan lumpur dengan kapasitas 72m3 dan
polymer day tank yang mempunyai kapasitas 4,4 m3.
b. Proses Pengolahan Limbah
Berdasarkan limbah cair yang dihasilkan maka terdapat beberapa unit
pengolahan air limbah, antara lain:
1. Kolam Netralisasi
27
Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan regenerasi resain
dari unit demineralisasi, terdapat di masing-masing pabrik baik 1A
maupun 1B. adapun proses penetralan air regenerasi resain
adalah: Air buangan yang bersifat asam akan dinetralkan
dengan ditambahkan basa berupa NaOH, sedangkan jika buangan
bersifat basa maka akan ditambahkan H2SO4. Nilai pH yang
keluar dari kolam netralisasi ini diupayakan bisa mencapai pH
netral sebelumdialirkan ke badan air penerima. Air yang sudah
dinetralkan di kolam netralisasi selanjutnya dialirkan menuju sungai
Cikaranggelam.
2. Oily Water Separator
Oily water separator merupakan alat yang berfungsi untuk
memisahkan minyak atau oli bekas air buangan yang dating
dari plant site. Proses pemisahan minyak dalam oily water separator
adalah:
a. Air buangan yang mengandung minyak oli ditampung
dalam suatu bak, kemudian di dalam ruangan
dihembuskan udara dengan menggunakan plant air atau
udara bertekanan yang dialirkan melalui pipa berlubang
sebagai distributor, agar hembusan udara merata. Dengan
adanya hembusan udara tersebut, maka oli yang
menggumpal atau melekat pada air buangan akan terlepas
atau terpisah.
28
b. Dengan lepasnya oli dari air buangan tersebut, maka oli
atau minyak akan naik ke permukaan karena perbedaan berat
jenis oli atau minyak akan berada di atas dan air berada di
bagian bawah. Kemudian oli/minyak akan mengalir ke
dalam suatu sekat dan langsung mengalir ke bak
penampungan untuk dipompa dan dialirkan ke ammonia
removal, karena air buangan tersebut mengandung NH3.
3. Ammonia Removal
Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan ammonia yang
terkandung dalam limbah cair yang berasal dari pabrik ammonia
dan pabrik urea, proses pemisahan NH3 dalam ammonia removal:
Air buangan yang mengandung ammonia dialirkan dari bagian atas
turun ke bawah melalui packing pall ring untuk memperluas
permukaan, air limbah yang mengandung ammonia akan kontak
langsung dengan sistem tekanan rendah akibatnya ammonia akan
terikat oleh steam dan terpisah dari air limbahnya. Berdasarkan dari
analisis laboratorium ammonia removal ini memiliki efisiensi rata-
rata 99%.
4. 150 E (Stripper)
Pada dasarnya fungsi dari stripper ini sama dengan ammonia
removal yaitu untuk memisahkan ammonia dari air buangan. Proses
pemisahan ammonia dalam stripper: Air buangan yang mengandung
ammonia dilewatkan bagian atas stripper dan dari bagian
29
bawah dialirkan steam. Kontak yang terjadi akan menyebabkan
ammonia terpisah dari air dan terbawa steam.
5. Kolam Stabilisasi
Air limbah dari blow down water dan sludge flock treator
dialirkan ke kolam pengendap lumpur kemudian mengalami proses
biologis di kolam aerasi yang selanjutnya di endapkan kembali di
kolan pengendap lumpur dan selanjutnya dialirkan sebagian
irigasi ke sawah. Kolam aerasi berfungsi untuk menurunkan
kandungan ammonia sebesar ± 10%.
6. Clow Unit
Fungsinya adalah untuk menghilangkan bau busuk yang dapat
mengganggu lingkungan, selain itu juga berfungsi untuk
membunuh bakteri sebelum dibuang ke kolam stabilisasi.
7. Filter Press
Filter press merupakan alat yang berfungsi untuk
menghilangkan kandungan air dalam lumpur.
8. Condensate Treatment
Fungsi dari condensate treatment ini adalah untuk memisahkan
urea, ammonia (NH3), dan gas CO2 dari condensatenya.
G. Pengelolaan Emisi Gas
Industri pupuk berpotensi dalam manimbulkan pencemaran lingkungan
hidup, termasuk di dalamnya pencemaran udara. Sebagai industri penghasil
30
pupuk, PT pupuk kujang pun tidak mungkin lepas dari masalaah pencemaran
udara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian terhadap emisi bagi kegiatan
industri pupuk.
A. Sumber pencemaran udara yang dihasilkan PT pupuk kujang.
Pabrik PT pupuk kujang menggunakan teknologi untuk mendukung proses
produksi yang lebih hemat energi dan lebih ramah lingkunga. Walaupun begitu
suatu proses produksi tidak mungkin sama sekali tidak mungkin sama sekali tidak
mengeluarkan residu (dalam hal ini berupa pencemaran udara). Karena PT pupuk
kujang merupakan industri yang memproduksi pupuk urea, maka potensi emisi
yang dikeluarkan PT pupuk kujang adalah :
1. Gas – gas polutan (Nox, Sox, dan NH3)
2. Partikel debu
Dibawah ini akan di jelaskan sumber – sumber pencemaran udara di PT Pupuk
Kujang
1. Unit Utilitas
Unit utilitas merupaakan unit yang berfungsi untuk menyediakan bahan –
bahan baku dan bahan – bahan penunjang untuk kebutuhan pada sistem produksi
diseluruh pabrik PT Pupuk Kujang. Sumber pencemaran udara di unit utilitas di
antaranya :
1. Package boiler
Package boiler adalah unit yang berfungsi untuk menghasilkan steam.
Emisi yang dihasilkan Package boiler diantaranya SO2 NO2 dan partikel
karbon
31
2. Gas Turbin Generator
Gas Turbin Generator merupakan sumber utrama tenaga listrik yang di
butuhkan oleh PT pupuk kujang. Emisi yang di hasilkan Gas turbine
generator adalah NO2
3. Waste Heat Boiler
Waste Heat Boiler, gas buang yang berasal dari gas turbine generator
dinaikan temperaturnya hingga melebihi 2800oF untuk menghaasilkan
steam dengan tekanan yang lebih tinggi. Emisi yang duhasilkan oleh
Waste Heat Boiler adalah NO2 dan uap air
2. Unit Produksi Ammonia
Unit produksi Ammonia merupakan unt yang berfungsi untuk memproduksi
ammonia cair (NH3) dengan gas karbon dioksida CO2. Sumber pencemaran udara
di unit produksi ammonia adalahh primary reformer. Pada proses pembuatan gas
sintesis di primary reformer, terjadi reaksi pembakaran antara gas alam dengan
udara. Dari reaksi pembakaran ini, dihasilkanlah emisi gas berupa Nox.
3. Unit Produksi Urea
Unit produksi urea merupakan unit yang berfungsi untuk memproduksi
pupuk urea yang di hasilkan dari reaksi antara NH3 dengan CO2. Sumber
pencemaran udara di unit prosuksi urea adalah prilling tower. Emisi yang di
hasilkan oleh prilling tower adalah partikel debu urea dan gas ammoni. Partikel
debu urea dan gas ammonia berasal dari bagian distribusi urea pada prilling
tower.
32
Proses terbentuknya partikel debu urea dan gas ammonia di mulai dari
dihembuskannya udara kering dan dingin yang berasal dari dasar menara prilling
tower menuju ke atas untuk mempertemukan larutan urea dan udara tersebut,
sehingga terbentuk padatan urea (urea prill) pada temperatur 40oC. Urea yang
ukurannya sangat kecil dan ringan akan terbawa udara tersebut dan keluar ke
atmosfer.
4. Unit Pengantongan
Unit Pengantongan menerima pasokan urea dari pabrik Pupuk Kujang.
Emisi yang dihasilkan unit pengantongan adalah debu urea yang merupakan urea
ceceran atau urea di unit pengantongan dapat timbul karena adanya keesalahan
saat kantong diisi dengan urea ataupun saat pengiriman urea dari pabrik urea.
B. Pengendalian Pencemaran udara PT Pupuk kujang
Dalam menangani limbah gas dan debu, PT Pupuk Kujang umumnya
menggunakan peralatan pengendalian pencemaran udara yang sederhana. Dalam
meminimalisi limbah gasnya PT pupuk kujang melakukan proses recovery atau
menggunakan kembali gas buang ke dalam proses. Dengan begitu, emisi gas yang
di keluarkan ke atmosfer sudah semakin kecil konsentrasinya. Contoh pengelolaan
pencemaran udara yang dilakukan PT Pupuk Kujang diantaranya :
1. Gas buang (pure gas) di manfaatkan kembali sehingga di hasilkan H2
murni dengan sistem Hydrogen Recorery Unit
2. Gas amonia di serap dengan sistem scrubber, sehingga dapat mencegah
3. Debu urea diserap dengan dust recovery system, sehingga dapat
mengarungi pencemaran udara.
33
Pengendalian pencemaran udara PT pupuk kujang dilakukan dengan tujuan :
1. Menekan atau meniadakan tingkat pencemaran
2. Mengurangi dampak pencemaran serendah mungkin
Pengendalian pencemaran udara dilakukan pada
1. Sumber penghasil faktor pencemar
2. Lingkungan
3. Objek lain yang mungkin terkena dampak pencemaran
Dari sumber – sumber pencemaran udara yang telah ddilakukan
sebelumnya, pengendali pencemaran udara yang digunakan di masing – masing
sumber tersebut adalah:
1. Package boiler
Pada Package boiler digunakan alat pengendali pencemaran udara
demister. Demister berfungsi untuk menangkap gas, cairan, dan partikel.
Menurut lampiran Kepmen LH No.133 tahun 2004 tentang baku Mutu
Emisi bagi kegiatan Industri, parameter pencemaran udara yang harus di
periksa di Package boiler beserta baku mutunya adalah :
a. Total partikel : 230 mg/Nm3
b. Sulfur dioksida (SO2) mg/Nm3
c. Nitrogen dioksida (NO2) : 1000 mg/Nm3
d. Opasitas : 20%
2. Gas Turbin Generator
Pada gas turbin generator digunakan sistem pengontrol emisi Nox yang
dinamakan soloNox. SoloNOx berfungsi untuk menurunkan emisi Nox
34
sehingga konsentrasinya sudah sangat kecil saat dilepaskan ke atmosfer.
Menurut Kepmen LH No.133 tahun 2004 tentang baku Mutu Emisi bagi
kegiatan Industri, Parameter pencemaran udara yang harus di periksa di
gas turbine generator adalah nitrogen dioksida (NO2) dengan baku mutu
125 mg/Nm3
3. Waste Heat Boiler
Pada Waste Heat Boiler tidak terdapat alat pengendali pencemaran udara
meskipun begitu, Waste Heat Boiler tetap harus di periksa emisinya secara
berkala untuk memastikan terpenuhinya baku mutu pencemaran udara
yang di izinkan. Menurut lampiran IIB Kepmen LH No.133 tahun 2004
tentang baku Mutu Emisi bagi kegiatan Industri, Parameter pencemaran
udara yang harus di periksa di Waste Heat Boiler adalah nitrogen dioksida
(NO2) dengan baku mutu 125 mg/Nm3
4. Primary reformer
Pada Primary reformer tidak terdapat alat pengendali pencemaran udara
meskipun begitu, Primary reformer tetap harus di periksa emisinya secara
berkala untuk memastikan terpenuhinya baku mutu pencemaran udara
yang di izinkan. Kepmen LH No.133 tahun 2004 tentang baku Mutu Emisi
bagi kegiatan Industri, Parameter pencemaran udara yang harus di periksa
di Primary reformer adalah nitrogen dioksida (NO2) dengan baku mutu
700 mg/Nm3
5. Prilling tower
35
Pengelolaan debu urea di prilling tower di lakukan dengan cara daur ulang
atau pemanfaatan kembali, yaitu dengan dust recovery system. Cara kerja
dust recovery system hampir sama dengan wet scrubber tipe spray
chamber yaitu :
a. Udara dari sistem pengeringan dan pendinginan butiran urea umumnya
masih mengandung urea dan ammonia.
b. Udara tersebut masuk ke dust chamber pada dust recovery system.
c. Di dalam dust chamber, debu dan ammonia akan di serap oleh air
(water scrubbing).
d. Debu urea dan amonia yang larut dalam air jutuh ke sumo pit,
sementara udara yang masih mengandung sedikit debu urea yang halus
dan amonia mengalir melalui filter ke udara bebas.
e. Kandungan amonia dalam udara yang mengalir dari cerobong prilling
tower selalu di pantau oleh analizer CEM (Continous Emission
Monitoring) yang dapat dibaca setiap saat. Sedangkan kandungan debu
urea dalam udara yang mengalir dari cerobong prilling tower di pantau
hsecara berkala setiap tiga bulan sekali oleh PT Unilab Perdana
Menurut lampiran IIB KepMenLH No. 133 Tahun 2004 tentang baku mutu Emisi
bagi kegiatan industri, parameter pencemaran udara yang harus di periksa di
prilling tower beserta baku mutunya adalah :
Total partikel : 250 mg/Nm3
Amoniak (NH3) : 300mg/Nm3
6. Unit Pengantongan
36
7. Dalam meminimalisi pencemar debu urea, maka secara rutin debu urea
dikumpulkan dengan alat pengumpul debu maupun dengan cara di sapu.
Kemudian debunya di kirim kembali ke pabrik urea untuk dilarutkan dan
di proses kembali menjadi produk pupuk urea yang baru. Pada unit
pengantongan dipasang pula dehumidifier yang berfungsi untuk menjaga
agar ruangan mesin tidak lembab sehingga debu urea yang bertebangan
tidak mengakibatkan lantai becek.
C. Pemantauan (monitoring)
Dalam keaddaaan operasi normal, industri pupuk akan menghasilkan
pencemaran udara berupa gas buang dan partikulat dari sumber – sumber
pencemaran udara yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan dalam keadaan
darurat, peristiwa terlepasnya gas NH3 dari tempat penyim panan dan venting gas
atau peristiwa lainnya dapat menimbulkan dampak pula bagi kualitas udara di
sekitarnya. Hal ini bisa menurunkan kualitas udara ambien di tapak pakrik dan
sekitarnya . oleh karena itu upaya pengelolaan jelas sangat di perlukan, begitu
halnya dengan pemantauan (monitoring)
Mengingat PT Pupuk Kujang adalah sebuah industri pupuk, maka parameter
yang harus diukur dan dipantau adalaah CO, NO2, SO2, NH3, dan debu. Tolak
ukur yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan emisi adalah keputusan
menteri Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004. Sedangkan tolak ukur yang
digunakan dalam pemeriksaan udara ambien adalah PP RI No. 41 tahun 1999.
Pengelolaan dilakukan selama operasi pabrik berlangsung dengan frekuensi
pemeriksaan kualitas gas emisi dilakukan di sumber – sumber pencemaran udara
37
seperti boiler, reformer, dan prilling. Sedangkan untuk pemeriksaan udara
ambiennya, PT Pupuk Kujang melakukan di tiga lokasi, yaitu di wilayah
pemukiman, pabrik, dan lapangan olahraga.
PT Pupuk Kujang melakukan analisis pencemaran emisi dengan melakukan
pemantauan yang di bantu dengan PT UNILAB PERDANA keputusan menteri
negara lingkungan hidup No. 133 tahun 2004 baku mutu emisi pabrik Pupuk
kujang
a. Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1atm)
b. Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7% Oksigen
c. Opositas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan
total partikel
Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-DN menyatakan bahwa PT Pupuk
Kujang emisi yang di hasilkan lebih kecil dari baku mutu yang telah di tentukan
kemenLH.
D. Analisis Pembahasan
PT Pupuk Kujang Merupakan industri yang memproduksi pupuk. Dengan
bahan baku pupuk berupa gas alam, air, dan udara maka secara ilmiah potensi
pencemaran udara yang dihasilkan PT pupuk kujang diantaranya adalah gas – gas
polutan seperti Nox, Sox, dan NH3, serta partikel debu seperti debu urea. Karena
industri pupuk memiliki potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup,
maka perlu dilakukan pengendalian terhadap emisi bagi kegiatan industri pupuk.
38
Seperti disebutkan dalam pasal 7 ayat (1) kepMenLH No. 133 tahun 2004,
maka PT Pupuk Kujang wajib untuk :
a. Menyediakan sarana dan prasarana pengendalian pencemaran udara Pada
setiap alat yang menghasilkan pencemaran udara, selalu terdapat cerobong
emisi yang tentunya dimensinya sudah diperhitungkan agar tidak
mengemisikan pencemar udara dalam jumlah di atas ambang batas. Selain
cerobong emisi, terdapat pula sarana pendukung dalam pengukuran
pencemaran udara seperti tangga, lantai kerja (platfrom), dan aliran listrik.
Meskipun tidak semua sumber pencemaran udara memiliki alat
pengendalian pencemaran udara, namun buangan yang dikeluarkannya
masih berada jauh di bawah baku mutu sehingga hal ini tidak terlalu
bermasalah.
b. Memasang alat pemantau kualitas emisi secara terus – menerus (Continous
Emission Monitoring/CEM) pada sumber – sumber tertentu. Untuk
sementara ini, PT Pupuk Kujang baru memiliki CEM untuk mengukur
konsentrasi NH3 di prilling tower. Biaya instalasi CEM memang sangat
tinggi dan tidak semua sumber pencemaran udara yang harus dipasangi
CEM. Namun bagi sumber pencemaran udara yang tidak dipasangi CEM
tetap memiliki kewajiban untuk melakukan pengukuran secara manual
paling tidak dalam waktu enam bulan sekali. Di PT Pupuk Kujang , semua
sumber yang mengemisikan pencemaran udara selalu diperiksa secaara
berkala setiap tiga bulan sekali.
c. Memantau sarana dan prasarana pengendalia pencemaran udara
39
d. Sarana dan prasarana pengendalian pencemaran udara selalu dipantau dan
sekali dalam setahun dilakukan program PERTA (perbaikan Tahunan)
yang di dalamnya mencakup perbaikan alat pengendalian pencemaran
udara jika di perlukan.
e. Menyampaikan laporan hasil pemantauan
f. Hasil pemantauan selalu di selalu dilaporkan dalam bentuk laporan RKL-
RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan – Rencana Pemantauan
Lingkungan) setiap enam bulan sekali
g. Mengambil tindakan penanggulangan yang diperlukan apabila terjadi
kondisi tidak normal dan atau keadaan darurat
h. Dalam kondisi tidak normal atau keadaan darurat seperti terjadinya
kebocoran atau masalah electricity failure, selalu diambil tindakan
penanggulangan yang sigap dan tepat. Contohnya jika terjadi keadaan
darurat, aktivitas pabrik akan dihentikan (Plant Shut Down) dan jika
terjadi situasi berbahaya, pegawai pabrik akan diungsikan ke tempat yang
aman. Jika terjadi kebocoran amoni, dengan melihat arah angin PT pupuk
kujang akan segera memberi peringatan kepada daerah yang menjadi arah
tujuan angin tersebut untuk segera mengambil tindakan dan berhati – hati.
i. Subtansi pencemaran udara yang dihasilkan oleh prilling tower adalah
NH3 dan partikel debu urea. Partikel debu urea dapat dihasilkan dari
prilling tower karena dalam pembentukan urea prill, diberikan udara
bertekanan dari lantai dasar kemudian bertemu dengan larutan urea yang
akan di-prill. Larutan urea yang bertemu dengan udara dalam ukuran
40
sangat kecil akan naik dan menjadi sumber pencemaran udara ini.
Sedangkan NH3 dapat dihasil dari prilling tower karene air yang
digunakan untuk di spray pada nozzel merupakan air yang berasal dari
PCT (Process Condensate Treatment) dimana di dalamnya masih
terkandung NH3.
H. Pengelolaan Limbah Padat B3
Identifikasi Limbah Padat PT Pupuk Kujang
Identifikasi sumber limbah padat di PT Pupuk Kujang dapat dibedakan
menjadi dua, yakni dari aktivitas produksi dan dari sektor non produksi. Skema
timbulan limbah padat dijelaskan sebagai berikut: pada proses pengolahan air
dihasilkan limbah padat yang berupa sludge berbentuk padatan yang kemudian
dibuang dengan cara landfill. Pada unit amonia dihasilkan limbah padat yang
berupa katalis bekas (katalis cobalt-molibdenum,katalis ZnO, katalis Nikel,
Katalis Fe, Katalis Cu), karbon aktif, dan padatan ZnS. Pada unit urea sebagian
limbah padat yang dihasilkan adalah ceceran urea. Sedang pada unit bagging
sebagian besar berupa pelet, karung bekas, dan ceceran urea. Pada unit utility,
ammonia, urea, dan bagging dihasilkan limbah padat berupa drum bekas oli, kain
majun serta scrap besi.
A. Limbah Padat Dari Unit Produksi
1. Limbah Padat dari unit utilitas
Limbah yanag dihasilkan dari unit utilitas ini berupa limbah dari kegiatan
penggunaan bahan baku dan bahan penunjang produksi serta hasil samping dari ,
41
pasir, kegiatan operasional produksi berupa sludge, pasir, drum bekas, scrap besi
dan kain majum. Dapat dilihat di tabel 1.
Tabel 1. Limbah padat unit utilitasNo Jenis Limbah sumber
1 Sludge Hasil samping proses dari sand filter
2 Pasir Hasil samping proses dari sand filter
3 Drum bekasPenggunaan bahan – bahan kimia, pamekaian oli untuk
perawatan mesin
4 Scrap besi Sisa kegiatan perawatan dan perbaikan mesin produksi
5 Kain majun Pembersihan mesin
2. Unit Amonia
Limbah yang dihasilkan dari unit unit ini berupa limbah dari kegiatan
penggunaan bahan baku dan penunjang, serta dari hasil samping operasional
produksi. Limbah yang dihasilkan berupa katalis bekas, filter, botol bahan kimia,
jerigen, debu, scrap besi, karbon aktif, padatran ZnS, damn kain maju. Dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Limbah padat unit amoniaNo Jenis Limbah sumber
1 Katalis Bekas Penggantian katalis pada proses
2 Filter Penggantian filter yang rusak
42
3 Botol bahan kimia Penggunaan bahan – bahan kimia
4 Scrap besiSisa kegiatan perawatan dan perbaikan mesin
produksi
5 Kain majun Pembersihan mesin
6 Debu Sisa kegiatan penyaringan gas
7 Drum bekas oli Pemakaian oli untuk perawatan mesin
8 Padatan ZnsPada unit penghilangna sulfur hasil
penyingkiran sulfur organik
9Karbon aktif yang
menandung HgPada unit penghilangan merkuri
3. Unit Urea
Limbah yang dihasilkan dari unit ini berupa limbah dari kegiatan
penggunaan bahan baku dan bahan penunjang, serta dari hasil samping
operasional produksi. Limbah yang dihasilkan beruoa ceceran urea, scrap besi,
drum besi, dan kain majun. Dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Limbah padat unit ureaNo Jenis Limbah sumber
1 Ceceran urea Hasil kristalisasi di prilling tower
2 Drum bekas oli pamekaian oli untuk perawatan mesin
3 Scrap besi Sisa kegiatan perawatan dan perbaikan mesin produksi
43
4 Kain majun Pembersihan mesin
4. Unit Pengantongan
Limbah yang dihasilkan dari unit ini berupa limbah dari kegiatan
penggunaan bahan baku dan bahan penunjang, serta dari hasil samping
operasional produksi. Limbah yang dihasilkan beruoa ceceran urea, scrap besi,
pellet, karung rusak, drum besi, dan kain majun. Dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Limbah padat unit pengantonganNo Jenis Limbah Sumber
1 Ceceran urea Hasil kristalisasi di prilling tower
2 Drum bekas pamakaian oli untuk perawatan mesin
3 Scrap besi Sisa kegiatan perawatan dan perbaikan mesin produksi
4 Pellet Sisa kegiatan perawatan dan perbaikan
5 Karung rusak Pangantongan
6 Kain majun Pembersihan mesin
B. Limbah Padat dari Non Produksi
1. Kebersihan
Sampah kebersihan yang ada berasal dari proses pemotongan rumput
pada taman, dan hasil pemangkasan tanaman. Sampah kebersihan yang
lain berasal dari daun – daun dan ranting yang berjatuhan.
44
2. Perkantoran
Limbah padat dari perkantoran umumnya berupa limbah domestik. Limbah
domestik ini berasal dari aktivitas menusia, seperti makan, minum serta aktivitas
tulis menulis. Sehingga limbah yang dihasilkan berupa sisa makanan dan
minuman, pembungkus makanan dan minuman kertas yang kotor.
3. Poliklinik
Limbah padat yang berasal dari poliklinik ini umumnya berasal dari sampah
infeksius dan sampah domestik. Sampah infeksius berupa jarum suntik dan
kapas/perban bekas luka. Sedangkan sampah domestik berupa kertas, daun,
plastik bekas pembungkus.
4. Identifikasi Sumber Limbah Padat B3
Limbah padat B3 yang ada di PT Pupuk Kujang sebagian besar berasal dari
proses proses produksi. Hal ini dikarenakan didalam proses produksi yaitu pada
unit amonia mengandung merkuri dan sulfur, sedangkan pada unit urea
menggunakan amonia cair sebagai bahan baku pembuatan urea. Sehingga limbah
berupa katalis bekas (ZnO, Co-Mo,HGR Granural, Ni, Fe, Cu, NiO, Promoted
Iron) dan karbon aktif yang dipakai di unit amonia yang mengandung merkuri
dan sulfur dikategorikan sebagai limbah B3. Selain dari proses produksi, limbah
padat B3 di PT Pupuk Kujang berupa sisa analisa laboraturium, dan sisa kegiatan
poliklinik. Tabel 5 adalah identifikasi terbentuknya limbah padat B3.
45
Tabel 5. Identifikasi Sumber Limbah Padat B3N
o
Jenis
LimbahSumber Limbah Hasil
1 Sludge
1. Pengolahan air (Plan utilitas)
2. Pengolahan lumpur IPAL,
dewatering sludge (utilitas)
Limbah B3
(Hidrokarbon bersifat
toksik, dan mudah
terbakar)
2
Katalis
bekas (ZnO,
Co-Mo,
HGR
Granular,
Ni, Fe, Cu,
NiO,
Promoted
iron
Proses pembakaran amoniaLimbah B3 (bersifat
karsinogenik dan toksik)
3
Karbon
aktif yang
mengandun
g Hg
Proses penghilangan merkuriLimbah B3 (bersifat
Toxic)
4 Botol
Kemasan
Proses Produksi (Plan Utilitas, Limbah B3 (bersifat
46
kimia amonia, urea) Toxic)
5Padatan
ZnSProses penghilangan sulful
Limbah B3 (bersifat
Toxic)
6 Accu bekas
Pengoperasian dan perawatan
mesin dan peralatan (plan
utilitas)
Limbah B3 (bersifat
toxic, iritasi dan mudah
terbakar)
7
Drum bekas
oli, drum
bekas bahan
kimia
1. pengoprasian dan perawatan
masin dan peralatan ( Plan
utilitas, amonia, urea, dan
pengantongan)
2. Pemakaian bahan kimia dan
bahan injeksi lain
Limbah B3 (bersifat
toxic dan mudah
terbakar)
8 Filter Unit amoniaLimbah B3 (bersifat
toxic)
9Jarum
suntikUnit pengantongan
Limbah B3 (bersifat
infeksius)
10 Kain majun Unit produksiLimbah B3 (bersifat
terbakar)
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada pengelolaan limbah cair PT Pupuk Kujang sudah sangat baik,
perusahaan ini memakai standar yang telah di rekomendasikan oleh Kementrian
Lingkungan hidup Nomer 5 tahun 2014 sehingga limbah cair yang di buang ke
lingkungan tidak mencemarkan dan air pun dapat di pakai untuk keperluan warga
Pada emisi gas sendiri PT Pupuk Kujang sudah baik dengan memakai alat –
alat untuk penanggulangan emisi gas yang dihasilkan PT Pupuk Kujang
melakukan analisis pencemaran emisi dengan melakukan pemantauan yang di
bantu dengan PT UNILAB PERDANA keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 133 tahun 2004 baku mutu emisi pabrik Pupuk kujang.
Menurut PP No. 101 tahun 2014 bahwa limbah berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3. Bahan
berbahaya dan Beracun (B3) diartikan sebagai zat, energi, atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia dan makhluk lain.
Suatu limbah diketegorikan limbah B3 apabila limbah tersebut memiliki
karakteristik meliputi mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosi,
dan beracun. Katalis menjadi salah satu yang bersifat racun. Karakteristik
48
tersebut menyebabkan katalis menjadi limbah B3. Katalis bekas sebagai limbah
B3 perlu dilakukan pengelolaan untuk menghindari terjadinya ancaman
kerusakan terhadap lingkunngan sekitar. Pengelolaan limbah padat dilakukan
dengan pengurangan dan pemanfaatan limbah. Pengukuran limbah B3 dapat
dilakukan dengan memodifikasi peralatan, mengurangi penggunaan B3, atau
memperpanjang masa pakai bahan. Pemanfaaatan dapat dilakukan dengan
mendaur ulang limbah B3 menjadi produk yang lebih bermanfaat.
B. Saran
PT Pupuk Kujang dan perusahaan lain yang telah di anugerahkan PROPER
hijau atau lebih harus lebih dapat memperhatikan perusahaan atau masyarakat
yang berpotensi mengeluarkan limbah yang belum dapat di kelola dengan baik
dan belum mencapai tingkat pengelolaan limbah yang baik supaya semua kegiatan
yang berpotensi mengeluarkan limbah yang berbaha bagi lingkungan dapat di olah
dengan baik dan dapat bermanfaat bagi lingkungan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Haghi, A.K. 2010. Waste Management. Canada :Nova Science.
Baal van, H. 1996. The environmental impact of a stamicarbon 2000 mtd urea plant. Proceeding of Eighth Stamicarbon Urea Symposium, 4-7.
Dobermann A. 2000. Future Intensification of Irrigated Rice Systems. In: J.E. Sheehy, P.E. Mitchell, B. Hardy, (Eds.). Redesigning Rice Photosynthesis to Increase Yield. Makati City, Philipines/ Amsterdam: International Rice Research Institute/Elsevier. pp. 229-247.
Fabek, R., 2005. Optimizing the synthesis section of urea production plant. Thesis. Masterswork (in Croatian). University of Zagreb. FKIT. Zagreb. pp 8–21.
IFA and IFDC, 2003, Fertilizer feeds the world. Nitrogen Fertilizer Production Technology workshop. Brussels, Belgium.
Matijasevic, et al. 2009. Treatment of wastewater generated by urea production. Faculty of Chemical Engineering & Technology, University of Zagreb.
Murbandono. 2005. Membuat Kompos. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Mutert, E. & T.H. Fairhurst. 2002. Developments in rice production in Southeast Asia. Better Crops Internat. 15: 1-6.
Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman Teh Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding Teh Nasional. Gambung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun.
PT Pupuk Kujang. 2009. Annual Report.
PT Pupuk Kujang. 2013. http://www.pupuk-kujang.co.id/home . d iakses 18 November 2015.
50
Pupuk Kaltim. 2013. Skema Pembuatan Pupuk Urea. http://www.pupukkaltim. com/ ina/ skema - pembuatan-pupuk-urea/. diakses 18 November 2015.
PUSRI. 2013. Proses Produksi Urea. http://www.pusri.co.id/ina/urea-proses-produksi-urea/ diakses 17 November 2015.
PUSRI. 2013. Tentang Urea. http://www.pusri.co.id/ina/urea-tentang-urea/ . diakses 18 November 2015.
Rahimpour, M. R., Mottaghi, H. R. 2010. Enhancement of urea, amonia and carbon dioxide removal from industrial wastewater using a cascade of hydrolyser–Desorber Loops, Chemical Engineering Journal, 160, 594–606
Rachman, S. 2006. Pengelolaan Emisi Debu Urea Menuju Produksi Bersih ( Studi Kasus Di Pt. Pupuk Kaltim Tbk. Bontang ). Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar A. & I. Marzuki. 2011. The Efficiency of Urea Fertilization on N uptake and Yield of Lowland Rice (Oryza sativa, L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 7: 107-112.
Swaminathan, B., Goshwani, M., Singh, A. K. 2005. Water conservation in Indian fertilizer industry, IFA Technical Committee Meeting, Egypt, 11-13 April.
Tim Penyusun Pedoman PKL dan Skripsi Fakultas Pertanian. 2012. Pedoman Praktik Kerja Lapangan Dan Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
51
LAMPIRAN
52