isi

Upload: rifni-amalia

Post on 14-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGAnak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya. Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

1.2 TUJUAN Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang Hiperaktifitas pada anak dari awal gejala anak hiperaktifitas hingga peran orang tua dalam mengangani anak yang mempunyai gangguan Kejiawaan Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : Definisi dari hiperaktif Faktor-faktor yang mempengaruhi anak hiperaktifitas Mengetahui ciri-ciri anak hiperaktif Peran orang tua dalam mengangani anak hiperaktifitas

1.3 RUMUSAN MASALAH1. Apakah penyebab anak hiperaktif?2. Mengapa anak hiperaktif mempunyai gangguan konsentrasi?3. Apakah anak hiperaktif akan mengalami gangguan perkembangan pada masa dewasa nanti?4. Apakah tindakan orang tua terhadap anak hiperaktif?5. Gangguan perkembangan pada anak hiperaktif terdapat pada aspek apa?

1.4 MANFAAT1. Bagi institusi pendidikan menambah informasi, wacana dan referensi tentang hiperaktifitas pada anak2. Bagi penulis dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai hiperaktifitas pada anak3. Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari media elektrik , biuku dan pakar4. Bagi pembaca menambah bahan pembelajaran dan gambaran tentang hiperaktifitas pada anak.BAB IIPEMBAHASAN

2.1 SKENARIOSeorang ibu berrsama suaminya datang ke Klinik Tumbuh Kembang Anak dibawah asuhan seorang psikiatri anak untuk memeriksakan anak laki-lakinya R berusia 7 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 1 Sekolah dasar. Orang tuanya sering kali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa dia seringkali mendapatkan masukan dan laporan dari guruunya bahwa dia sering kali jalan-jalan dikelas. R lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya. Orang tuanya pun mengakui bahwa di rumah pun R berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih ke permainan lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. R sering kali dikontrol, dia sering mengabaikan apa yang ibunya perintahkan. Mereka datang ke klinik tersebut dengan rujukan dari seorang dokter anak sehubungan dengan kondisi anaknya yang sampai saat ini belum bisa bicara dan sulit berinteraksi dengan lingkungannya. Meskipun selintas anak terlihat tumbuh secara fisik namun anaknya terlihat berbeda dengan anak sesusianya karena dia sangat lasak dan hampir tidak dapat berkonsentrasi.

2.2 LEARNING OBJECTIVE1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tahap perkembangan Psikososial2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan definisi hiperaktif3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan etiologi hiperaktif4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tanda dan gejala hiperaktif5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pemeriksaan hiperaktif6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan hiperaktif

2.3 TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIALObjek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Elizabeth Hurlock mengemukakan jenis-jenis perubahan selama proses perkembangan dan sifat-sifat khusus dalam perkembangan.1. Jenis-jenis perkembangan (Types of changes in Development)Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan digolongkan ke dalam 4 jenis; yaitu: Perubahan dalam ukuran (changes in size) Perubahan dalam perbandingan ( changes in proportion) Pengertian wujud ( Disappearance of Old Features) Memperoleh wujud baru ( Acquisition of New Features)2. Sifat-sifat khusus perkembangan (Characteristics of Development)Ada beberapa sifat khusus yang dapat kita lihat dalam perkembangan. Dan hanya diambil yang jelas menunjukkan pengaruh yang besar; yaitu:a. Perkembangan berlangsung menurut suatu pola tertentu.b. Perkembangan berlangsung dari sifat-sifat umum ke sifat-sifat khusus.c. Perkembangan adalah tidak terputus-putus.d. Perbedaan kecepatan perkembangan antara kanak-kanak akan tetap berlangsung.e. Perkembangan dari pelbagai bagian badan berlangsung masing-masing dengan kecepatan sendiri.f. Sifat-sifat dalam perkembangan ada sangkut pautnya antara satu dengan lainnya.g. Perkembangan dapat dikira-kirakan lebih dahulu.h. Tiap-tiap fase perkembangan mempunyai coraknya masing-masing.i. Apa yang disebut sikap yang menjadi persoalan kerapkali sikap biasa sesuai dengan umurnya.j. Tiap-tiap orang yang normal akan mencapai masing-masing fasenya terakhir dalam perkembangan.

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.Teori perkembangan psikososial berkaitan dengan prinsip-prinsip perkembangan psikologi dan sosial. Teori ini merupakan bentuk pengembangan dari teori psikoseksual yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Erikson membagi tahapan perkembangan psikososial menjadi delapan tahapan seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.Tahap Perkiraan UsiaKrisis Psikososial

ILahir - 18 bulanTrust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

II18 bulan - 3 tahunAutonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan)

III3 tahun 6 tahunInitiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah)

IV6 tahun 12 tahunIndustry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri)

V12 tahun -18 tahunIdentity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas)

VIDewasa awal ( 18 tahun 40 tahun)Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi)

VIIDewasa pertengahan ( 40 tahun 65 tahun)Generativity vs Self Absorption (generativitas vs stagnasi)

VIIIDewasa akhir / tua ( 65 ke atas)Integrity vs Despair (integritas vs keputusasaan)

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan. Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan). Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun) Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asaMereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

2.4 DEFINISI HIPERAKTIFAnak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatianMereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsiveMereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.3. Tipe gabunganMereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.Anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.

2.5 ETIOLOGI HIPERAKTIFBeberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah : Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan. Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak. Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping. Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut : perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik & isyarat. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.

2.6 GEJALA DAN TANDA HIPERAKTIF Tidak ada perhatian Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain. Hiperaktif Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur. Impulsif Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.MenentangAnak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.

DestruktifPerilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.Tanpa tujuanSemua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.

Tidak sabar dan usilYang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu, komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.

Intelektualitas rendahSeringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.6. Sering terlalu banyak bicara.7. Sering sulit menunggu giliran.8. Sering memotong atau menyela pembicaraan.9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).2.7 PENATALAKSANAAN HIPERAKTIFKarakter utama yang harus dimiliki seorang guru dalam menangani anak yang berperilaku hiperaktif adalah fleksibilitas, sensitivitas, yaitu luwes, terbuka, punya empati yang tinggi dan mau menyesuaikan diri dengan masalah yang dialami anak. Ia harus memahami bahwa rentang perhatian anak yang mengalami gangguan hiperaktif lebih singkat dari pada anak-anak yang lain, sehingga dalam proses pembelajaran atau pada aktifitas lainnya tidak disamakan dengan anak yang lain. Selain itu seorang guru harus mampu mengelolah pembelajaran secara profesionalBeberapa jenis bantuan dapat dilakukan oleh guru dan pendidik AUDI dalam menangani anak yang berperilaku hiperaktif diantaranya: 1) Menempatkan posisi duduk pada bagian depan berhadapan dengan guru, membelakangi anak-anak yang lain agar tidak mudah perhatian beralih pada hal-hal yang lain, atau menempatkan pada posisi yang memungkinkan berdiri selama pelajaran tanpa mengganggu anak-anak lain misalnya posisi duduk dekat dinding, atau menyiapkan kursi kosong didekatnya 2) Pemberian informasi atau penjelasan harus jelas dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan dilakukan secara klasikal untuk semua anak dan dilanjutkan dengan individual untuk anak yang hiperaktif, penjelasan harus jelas, kongkrit, singkat dengan menggunakan kontak mata langsung pada setiap kali pengajaran 3) Dampingi anak dalam penyelesaian tugas-tugas dan bagi dalam bentuk unit-unit yang lebih kecil, misalnya memberikan tugas mewarnai gambar rumah, tugaskan anak mewarnai bagian atap, badan rumah, kemudian dinding, dan seterusnya. Setiap tugas yang berhasil diselesaikan beri penguatan atau pujian, misalnya bagus, pintar, luar biasa, hebat dan lain sebagainya. Ini bertujuan untuk mengembangkan gangguan perhatian, tanggung jawab dan kedisiplinan. Memberikan terapi tingkah laku merupakan prioritas utama yang perlu dikembangkan bagi anak yang berrperilaku hiperaktif

4) Memanfaatkan energy anak dengan tugas lain yang dapat menguras tenaganya, misalnya memberi tugas menghapus white board, mengajak anak bermain peran dengan pentas kecil-kecilan, menyususn puzzel, membawa anak ke tempat wisata (dalam pembelajaran ada unsur pergerakan tubuh) ini dimaksudkan agar energi anak dapat tersalur 5) Untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki dapat dilakukan dengan (a) teknik Ekstingsi, yaitu ketika tingkah laku yang tidak diinginkan terjadi jangan direspon sampai anak menghentikannya. Dengan asumsi bahwa tanpa penguatan terhadap satu respon akan menurunkan atau menghilangkan respon tersebut, contoh, seorang guru mengabaikan anak yang berjalan kesana kemari pada saat pembelajaran ia akan bosan sendiri dan berhenti melakukannya,(b) Satiasi, berusaha menghilangkan alasan yang memungkinkan perilaku negatif terjadi, misalnya memberi perhatian sebelum anak menuntut diperhatikan,(c) Time out, menghilangkan keempatan anak untuk mendapatkan sambutan atau imbalan. Dengan cara anak dipindahkan dari tempat dimana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi, dan membuat anak melewatkan waktu yang tidak menarik bagi dirinya (d) Pemberian hukuman, ini dilakukan jika cara lain tidak berhasil, misalnya memukul pantat anak dengan pelan dan tidak dalam keadaan marah. 6) Konsultasi dengan pihak yang lebih profesional, dengan maksud memperoleh keterampilan atau teknis dalam membantu mengatasi masalah anak yang berperilaku hiperaktif . Untuk melatih anak agar fokus, ciptakan suasana yang kondusif jangan tekan dia, terima kaadaan apa adanya, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dantegas didalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam, mintalah agar anak menatap mata anda ketika berbicara atau diajak berbicara, berilah arahan dengan nada yang lembut tanpa harus membentak. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten, jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikan dia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa anda berharap dia melakukan seperti itu. Adapun upaya yang dilakukan guru dengan pemberian hukuman untuk merubah perilaku anak hiperaktif sebaiknya tidak dilakukan. Guru harus memahami bahwa anak hiperaktif bukan tidak mau mematuhi aturan yang ada tetapi ia tidak mampu melakukannya karena adanya permasalahan perhatian yang dialami. Anak yang hiperaktif sangat mudah kecewa dan merasa rendah diri, tetapi apabila mendapat sambutan atau penghargaan atas perilaku positif yang dilakukan maka perkembangan pribadinya akan lebih terarah, dan bila tidak mendapatkan sambutan atau penghargaan maka ia akan menjadi rendah diri dan egoisnya makin tinggi dan akan bersifat masa bodoh. Olehnya itu pemberian penghargaan atau pujian sangat diharapkan untuk dilakukan oleh guru atau pendidik lainnya.anak yang hiperaktif cenderung lebih patuh terhadap penyelesaian tugas dan merubah perilakunya, jika ia memperoleh suatu pujian atau penguatan karena melakukannya, dari pada tidak diberi imbalan karena tidak melakukannya. Pemberian sanksi bukan berarti tidak efektif tetapi dapat dilakukan sebagai pilihan, bahwa imbalan lebih efektif jika digunakan dengan cara yang lebih positif. Beberapa imbalan yang dapat diberikan adalah, komentar yang positif, pemberian stiker atau bintang, tanggung jawab tambahan di dalam kelas, membawa kelas agar rileks, memberikan waktu bebas, membebaskan pilihan permainan dan sebagainya. pujian adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menolong anak agar berubah, pujian yang diberikan secara jelas dan sering merupakan senjata rahasia anda terhadap aspek perilaku negatif anak yang berperilaku hiperaktif. Namun perlu diingat bahwa di dalam memberikan imbalan/ pujian upayakan pujian itu bervariasi.Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :1) Applied Behavioral Analysis (ABA)ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.2) Terapi WicaraHampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.3) Terapi OkupasiHampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.4) Terapi FisikAutisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.5) Terapi SosialKekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.6) Terapi BermainTerapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.7) Terapi PerilakuAnak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,8) Terapi PerkembanganFloortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.9) Terapi VisualIndividu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.10) Terapi BiomedikTerapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.

BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANPerilaku anak yang hiperaktif tampak mengalami kesulitan di dalam memusatkan perhatian ia dapat mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak dapat duduk tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif, kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan modifikasi perilaku yang didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil melakukannya.. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatianb. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsivec. Tipe gabungan

3.2 SARANSemoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi pembaca dan terutama bagi penulis. Apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini diharapkan kritik dan saran dari pembaca agar selanjutnya makalah yang dibuat oleh penulis lebih baik.

20