isi

32
BAB I PENDAHULUAN Hidrosefalus ialah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan cairan serebrospinalis sehingga terjadi penimbunan cairan didalam rongga-rongga ventrikel otak akibat ketidakseimbangan antara pembentukan dan absorpsi caiaran serebrospinal (CSS) yang biasanya disertai peninggian tekanan intrakranial. 1,2 Hidrosefalus harus dibedakan dengan penimbunan cairan didalam rongga-rongga otak yang terjadi sekunder akibat volume jaringan otak yang kurang pada atrofi otak.Hidrosefalus bukan merupakan suatu penyakit atau sindrom,melainkan suatu keadaan patologis otak dengan penyebab multipel.Saat ini terapi standar adalah pemasangan pintas ventrikuloperitonealis (VP). 1 Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalusdiperkirakan mendekati 1 : 1000. sedangkan insiden hidrosefaluskongenital bervariasi untuk tiap- tiap populasi yang berbeda. HersheyBL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalahkongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. 1

Upload: anika

Post on 15-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anestesi

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Hidrosefalus ialah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) sehingga terdapat pelebaran ruangan

tempat mengalirkan cairan serebrospinalis sehingga terjadi penimbunan cairan

didalam rongga-rongga ventrikel otak akibat ketidakseimbangan antara

pembentukan dan absorpsi caiaran serebrospinal (CSS) yang biasanya disertai

peninggian tekanan intrakranial.1,2

Hidrosefalus harus dibedakan dengan penimbunan cairan didalam rongga-

rongga otak yang terjadi sekunder akibat volume jaringan otak yang kurang pada

atrofi otak.Hidrosefalus bukan merupakan suatu penyakit atau sindrom,melainkan

suatu keadaan patologis otak dengan penyebab multipel.Saat ini terapi standar

adalah pemasangan pintas ventrikuloperitonealis (VP).1

Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalusdiperkirakan mendekati 1 :

1000. sedangkan insiden hidrosefaluskongenital bervariasi untuk tiap-tiap

populasi yang berbeda. HersheyBL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada

anak-anak adalahkongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi.

Jikahidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh

karenakongenital.2

1

Page 2: Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Sistem Ventrikular

Ventrikel-ventrikel otak adalah ventrikulus lateralis, ventrikulus tertius,

dan ventrikulus quartus. Kedua ventrikulus lateralis berhubungan dengan

ventrikulus tertius melalui foramen interventrikulare (monro). Ventrikulus tertius

dihubungkan dengan ventrikulus quartus oleh aqueductus cerebri (aqueductus

sylvii). Selanjutnya,ventrikulus quartus berlanjut menjadi canalis centralis medula

spinalis yang sempit dan dihubungkan dengan ruang subarakhnoid melalui tiga

buah foramina pada atapnya. Canalis centralis mempunyai pelebaran kecil pada

ujung inferiornya yang disebut sebagai ventrikulus terminalis. Ventrikel-ventrikel

tersebut berkembang dari rongga tubulus neuralis. Seluruh ventrikel dilapisi oleh

ependima dan berisi cairan serebrospinal.3

2

Page 3: Isi

a. Ventrikulus lateralis

Ada dua buah ventrikulus lateralis dan masing-masing terdapat di dalam

setiap hemispherium cerebri. Ventrikulus secara kasar merupakan suatu rongga

berbentuk seperti huruf C dan dapat dibagi menjadi corpus yang menempati lobus

parietalis; dan dari corpus ini, cornu anterior membentang ke dalam lobus

occipitalis, dan cornu inferius ke dalam lobus temporalis. Ventrikulus lateralis

berhubungan dengan rongga ventrikulus tertius melalui foramen

interventriculare.3

b. Ventrikulus tertius

Ventrikulus tertius adalah celah sempit diantara kedua talamus. Di anterior

ventrikel ini berhubungan dengan ventrikulus lateralis melalui foramen

interventrikulare (monro), sedangkan di posterior berhubungan dengan

ventrikulus quartus melalui aqueductus cerebri (sylvii).3

c. Ventrikulus quartus

Ventrikulus quartus merupakan rongga berbentuk tenda yang berisi cairan

serebrospinal. Ventrikel ini terletak di anterior cerebellum dan di posterior pons

serta setengah bagian atas medula oblongata. Rongga ini dilapisi oleh ependima

dan keatas berlanjut dengan aquadduktus serebri di mesencephalon serta kebawah

pada canalis centralis di dalam medula olongata dan medulla spinalis.3

2.2. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal terdapat di dalam ventrikel otak serta ruang

subaraknoid di sekeliling otak dan medulla spinalis. Cairan ini jernih dan tidak

berwarna; mengandung larutan garam-garam anorganik yang sama dengan yang

terdapat di dalam plasma darah. Kadar glukosa kira-kira setengah kadar glukosa

yang ada di dalam darah dan hanya terdapat sedikit protein sel limfosit (0-3

sel/m3).3

3

Page 4: Isi

Fungsi Cairan Serebrospinal

1. Sebagai bantalan dan pelindung susunan saraf pusat dari trauma

2. Memberikan daya apung mekanik dan menyangga otak

3. Berfungsi sebagai tempat penampungan dan membantu regulasi isi kranium

4. Memberi nutrisi untuk susunan saraf pusat

5. Mengangkut zat-zat metabolit dari susunan saraf pusat

6. Berfungsi sebagai lintasan sekret glandula pinealis untuk mencapai kelenjar

hipofisis.3

a. Produksi CSS

CSS dibentuk terutama dalam sistem ventrikel melalui pleksus choroideus,

yang berada dalam ventrikulus lateralis, tertius dan quartus; sebagian kecil berasal

dari ependima yang melapisi ventrikel dan dari jaringan otak melalui ruang

perivaskuler.(3) Meskipun sebagian besar CSS diproduksi dalam ventrikel

lateralis, sekitar 25% berasal dari sumber di luar koroid, termasuk endotel dalam

parenkim otak. Ada pengendalian neurogenik aktif pembentukan CSS karena

pleksus koroid diinervasi oleh saraf-adrenergik dan kolenergik. Perangsangan

sistem adrenergik mengurangi produksi CSS, sedangkan pemacuan saraf

kolinergik dapat melipat-gandakan kecepatan produksi CSS normal. Pada anak

normal, produksi CSS 20 ml per jam. Volume total CSS pada bayi sekitar 50 ml,

dan pada ornag dewasa 150 ml. CSS dibentuk oleh pleksus koroidalis dengan

rangkaian langkah yang ruwet, ultrafiltrat plasma akhirnya diproses menjadi

sekresi , yaitu CSS. CSS dapat mengalir dikarenakan adanya perbedaan tekanan

antara sistem ventrikel dan vena. Tekanan dalam ventrikel dapat setinggi 180

mmHg pada keadaan normal sedangkan tekanan pada sinus sagitalis superior

berkisar 90 mmHg.4

b. Sirkulasi CSS

Sirkulasi dimulai dengan sekresi cairan serebrospinal dari plexsus

choroideus di dalam ventrikel dan produksinya dari permukaan otak. Cairan

mengalir dari ventrikulus lateralis ke ventrikulus tertius melalui foramen

4

Page 5: Isi

interventrikulare. Selanjutnya, cairan mengalir ke dalam ventriculus quartus

melalui aqueductus cerebri lalu cairan berjalan melalui apertura mediana (foramen

Magendie) dan apertura lateralis (foramen Luschka) di recessus lateralis ventrikuli

quarti, kemudian masuk ke ruang subarakhnoid. Cairan perlahan-lahan bergerak

dan mengalir ke superior melalui incisura tentorii dari tentorium cerebelli untuk

mencapai permukaan inferior cerebri. Selanjutnya CSS berjalan ke atas melalui

aspek lateral masing-masing hemisperium serebri. Dari sini, cairan mengalir

kedalam vili arakhnoidalis yang menjorok ke dalam sinus venosus sagitalis yang

besar dan sinus venosus lainnya di serebrum.Sebagian cairan serebrospinal

berjalan ke inferior di dalam ruang subarakhnoid di sekeliling medula spinalis dan

cauda equina. Hidrosefalus akibat dari obstruksi dalam sistem ventrikel disebut

hidrosefalus obstriktif atau tidak berkomunikasi.5,3

c. Absorbsi CSS

Absorbsi cairan serebrospinal melalui vili Arakhnoidalis, secara

mikroskopis merupakan penonjolam ke dalam seperti jari dari memberan

arakhnoid melalui dinding sinus venosus ke dalam sinus tersebut. Kumpulan vili

disebut granulasi arakhnoidalis yang terlihat menonjol kedalam sinus. Dengan

menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel

yang memiliki jalur vesikular yang langsung menembus badan sel. Jalur tersebut

cukup besar untuk memungkinkan aliran yang relatif bebas dari serebrospinal,

molekul protein terlarut dan bahkan pertikel-partikel sebesar eritrosit dan leukosit

ke dalam darah vena. Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskular

juga mengangkut partikel asing keluar dari otak. Misalnya, ketika terjadi infeksi

di otak, sel darah putih dan debris infeksius lainya dibawa keluar melalui ruang

perivaskular. Hidrosefalus yang akibat dari obliterasi sisterna subaraknoid atau

salah satu viliaraknoid disebut hidrosefalus non-obstruktif atau berkomunikasi.3,5

2.3. Definisi

5

Page 6: Isi

Hidrosefalus bukan merupakan suatu penyakit atau sindrom, melainkan

suatu keadaan patologis otak yang penyebabnya multipel. Hidrosefalus adalah

penimbunan cairan di rongga-rongga ventrikel otak akibat ketidakseimbangan

antara pembentukan dan absorbsi cairan serebro spinal (CSS) yang biasanya

disertai peninggian tekanan intrakranial.2

2.4. Etiologi

1. Kelainan bawaan

a. Stenosis Aqueductus Sylvii

Penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%).

Aqueductus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal

lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir

atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama sejak lahir.1,2

b. Spina Bifida dan Kranium Bifida

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom

arnold-chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata

dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum

sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.1,2

c. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia kongenital foramen luschka dan magendie dengan

akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama

ventrikel quartus yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu

kista yang besar di daerah fosa posterior.1,2

d. Kista Arachnoid

Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder

suatu hematoma.1,2

e. Anomali Pembuluh Darah

Terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai

arteri serebralis posterior dengan vena galeni atau sinus transversus dengan

akibat obstruksi aqueduktus.1,2

2. Infeksi

6

Page 7: Isi

Infeksi dapat menimbulkan perlekatan meningen sehingga terjadi

obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut

meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi

mekanis eksudat purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis.

Hidrosefalus banyak terjadi pascameningitis. Pembesaran kepala dapat

terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari

meningitisnya.1,2

3. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan

ventrikel quartus atau aqueducrus sylvii bagian terakhir biasanya suatu

glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian

depan ventrikel tertius biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.1,2

4. Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,selain

penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari daerah itu sendiri.1,2

2.5. Patofisiologi

Hidrosefalus Obstruktif

Hidrosefalus obstruktif atau tidak berkomunikasi berkembang paling lazim

pada anak karena kelainan akuaduktus atau lesi pada ventrikel keempat. Stenosis

akueduktus akibat dari penyempitan akueduktus Sylvius secara abnormal yang

seringkali disertai dengan pencabangan. Akibat penyempitan akueduktus sylvii

kongenital,dimana cairan yang dibentuk oleh pleksus koroideus dari kedua

ventrikel lateral dan ventrikel tertius volume ketiga ventrikel tersebut sangat

membesar,hal ini menyebabkan penekanan otak terhadap tengkorak sehingga otak

menjadi tipis. Tekanan yang meningkat ini juga mengakibatkan kepala neonatus

membesar. Pada sebagian kecil kasus, stenosis akueduktus diwariskan sebagai ciri

resesif terkait seks. Penderita ini kadang- kadang mengalami defek penutupan

tuba neuralis minor, termasuk spina bifida okulta. Kadang- kadang stenosis

akuaduktus disertai dengan neurofiromatosis. Gliosis akueduktus mungkin juga

menimbulkan hidrosefalus. Sebagai akibat meningitis dan perdarahan subaraknoid

7

Page 8: Isi

pada bayi prematur, lapisan aqueduktus ependima terganggu dan respons glia

yang cepat mengakibatkan obtruksi total. Infeksi virus intrauterin dapat juga

menimbulkan stenosis akueduktus yang kemudian diikuti dengan hidrosefalus dan

pada anak yang menderita meningoensefalitis, parotitis epidemika telah

dilaporkan juga sebagai penyebab hidrosefalus. Malformasi vena Galen dapat

berkembang hingga besar ukurannya dan karena posisinya di garis tengah,

menyumbat aliran CSS. Lesi atau malformasi fossa posterior merupakan

penyebab utama hidrosefalus, termasuk tumor fossa posterior otak, malformasi

Chiari, dan sindrom Dandy Walker.4

Hidrosefalus non-Obstruktif

Hidrosefalus non-Obstruktif atau komunikans dapat disebabkan oleh pleksus

koroideus neonatus yang berkembang berlebihan sehingga lebih banyak cairan

yang terbentuk daripada yang direabsorpsi oleh villi arakhnoidalis. Dengan

demikian,cairan terkumpul didalam ventrikel maupun diluar otak sehingga kepala

membesar sekali dan otak mengalami kerusakan berat. Akan tetapi hidrosefalus

non-obstruktif atau berkomunikans justru lebih banyak disebabkan oleh gangguan

reabsorbsi cairan cerebrospinal.4

Hidrosefalus non-obstruktif atau berkomunikasi paling lazim mengikuti peredaran

subaraknoid, yang biasanya merupakan akibat perdarahan intraventrikuler pada

bayi prematur. Darah dalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan obliterasi

sisterna atau villi araknoid , dan obstruksi aliran CSS. Meningitis tuberkulosa dan

pneumokokus mempunyai kecendrungan menghasilkan eksudat yang tebal dan

lengket yang akan menymbat sisterna basalis, dan infeksi intrauterin dapat juga

menghancurkan jalur CSS. Akhirnya, infiltrat leukemia dapat menyebar ke ruang

subaraknoid dan menimbulkan hidrosefalus komunikasi.4

8

Page 9: Isi

2.6.Gejala Klinis

Tanda klinis hidrosefalus adalah bervariasi dan tergantung pada banyak

faktor termasuk usia mulainya,sifat lesi yang menyebabkan obstruksi,dan lama

serta kecepatan munculnya tekanan intrakranium.4

a. Tekanan intrakranial yang meninggidapat menimbulkan gejala berupa

muntah,nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat

edema papil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi (choked disk).

b. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri,yaitu bila

tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup.

c. Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh. Ini dipastikan

dengan mengukur lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan

dengan lingkaran dada dan angka normal pada usia yang sama. Lebih

penting lagi ialah pengukuran berkala lingkaran kepala,yaitu untuk melihat

pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal.

d. Ubun ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya,teraba

tegang atau menonjol.

e. Dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis,tegang dan

mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.

f. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar. Didapatkan pula

‘cracked pot sign’ yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada

perkusi kepala.

g. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang

supraorbita.

h. Sklera tampak di atas iris sehingga iris seakan-akan matahari yang akan

terbenam (sunset sign).

i. Pergerakan bola mata yang tidak teratur dan nistagmus tidak jarang

terdapat.

j. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa:

gangguan kesadaran, motoris atau kejang,kadang-kadang gangguan pusat

vital,bergantung kepada kemampuan kepala untuk membesar dalam

mengatasi tekanan intrakranial yang meninggi.1,2

9

Page 10: Isi

2.7. Diagnosis

Diagnosis biasanya mudah dibuat secara klinis dan pemeriksaan

penunjang.Pada anak yang besar kemungkinan hidrosefalus diduga bila terdapat

gejala dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Pemeriksaan penunjang

yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis ialah transluminasi kepala,

ultrasonografi kepala bila ubun-ubun besar belum menutup, foto Rontgen kepala

dan tomografi CT-scan dan MRI. CT-scan dan MRI menentukan lokalisasi

penyumbatan. Pemeriksaan untuk menentukan lokasi penyumbatan ialah dengan

menyuntikkan zat warna PSP kedalam ventrikel lateralis dan menampung

pengeluarannya dari pungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang

subarakhnoid. Sebelum melakuskan uji PSP ventrikel ini, dilakukan dahulu uji

PSP ginjal untuk menentukan fungsi ginjal. Ventrikulografi dapat dilakukan untuk

melengkapi pemeriksaan. Namun dengan adanya pemeriksaan CT-scan kepala, uji

PSP tidak dikerjakan lagi.2

2.8. Penatalaksanaan

Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested

hidrosephalus ), mungkin rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi

pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan

100%, kecuali bila penyebab tumor yang masih dapat diangkat.

Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus :

1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis

dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi

hasilanya tidak memuaskan. Obat asetozolamid (Diamox) dikatakan

mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi dengan tempat absorbsi

yakni menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid misalnya

ventrikulosisternotomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak

hasilnya kurang memuaskan, karenasudah ada insufisiensi fungsi absorbsi.

3. Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial

a. Drainase ventrikulo-peritoneal

10

Page 11: Isi

b. Drainase lumbo-peritoneal

c. Draenase ventrikulo-pleural

d. Drainase ventrikulo-ureterostomi

e. Drainase ke dalam antrum mastoid

f. Cara kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena

jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter valve),

yang memungkinkan pengaliran CSS kesatu arah. Keburukan cara ini

ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak.

Hasilnya belum memuaskan, karena masih sering terjadi infeksi

sekunder dan sepsis.1

Terapi untuk hidrosefalus bergantung pada penyebabnya. Manajemen

medik, termasuk penggunaan asetazolamid dan furosemid, sementara dapat

melegakan dengan mengurangi kecepatan produksi CSS, tetapi hasil jangka

panjangnya mengecewakan. Sebagian besar kasus hidrosefalus memerlukan shunt

ekstrakranial terutama shunt ventrikuloperitoneum.4

2.9. Prognosis

Prognosis hidrosefalus tergantung pada penyebab dilatasi ventrikel dan

bukan pada ukuran mantel korteks pada saat dilakukan operasi. Anak dengan

hidrosefalus meningkat resikonya untuk berbagai ketidakmampuan

perkembangan. Rata-rata kemampuan intelegesia berkurang dibanding dengan

populasi umum, terutama kemampuan melakukan tugas dan verbal. Kebanyakan

anak menderita fungsi memori. Masalah visual adalah lazim, termasuk strabismus,

kelainan visuospasial, defek lapangan penglihatan, dan atrofi optik dengan

pengurangan ketajaman akibat kenaikan tekanan intrakranial.4

11

Page 12: Isi

2.10. Definisi Anestesi

Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu yang

bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesi yang

sempurna harus memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi) yaitu6,9 :

a. Hipnotik, hilang kesadaran

b. Analgetik, hilang perasaan sakit

c. Relaksan, relaksasi otot-otot

2.11. ANASTESI UMUM

Yaitu suatu keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan

hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi

dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi

dan intramuskular.6,7,8,9

Stadium anestesi umum6,7,8 :

1. Stadium I (Stadium Analgesia/ Stadium Disorientasi)

Dimulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran

Ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata

2. Stadium II (Stadium Excitement/ Stadium Delirium)

Dimulai dari hilangnya kesadarab sampai permulaan bernafas

teratur

Ditandai dengan hilangnya refleks kelopak mata

Pada stadium ini bisa terjadi batuk, nafas panjang, melawan/

berontak dan muntah

3. Stadium III (Stadium Surgical Anestesia)

Dimulai dari pernafasan yang teratur sampai henti nafas (respiratory

arrest). Stadium ini terdiri atas :

Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan

bola mata

12

Page 13: Isi

Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan

dari paralise otot interkostal

Plane 3 : dari permulaan hingga komplit paralise dari otot-otot

interkostal

Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise

diafragma

4. Stadium IV (Stadium Overdosis)

Dimulai dari permulaan paralise diafragma hingga henti jantung

(cardiac arrest)

Stadium ini sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena

overdosis obat-obatan anestesi

Premedikasi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi.

Tujuan premedikasi6,7,8 :

Meredakan kecemasan dan ketakutan

Memperlancar induksi anestesi

Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

Mengurangi refleks yang tidak diharapkan

Mengurangi isi cairan lambung

Mengurangi rasa sakit

Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi

Menurunkan basal metabolisme tubuh

Obat-obat premedikasi yang sering digunakan6,8 :

1. Sulfas atropin

Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg

Merupakan golongan parasimpatolitik dengan cara kerja

berkompetisi dengan asetilkolin pada ujung-ujung saraf yang

mempersyarafi organ-organ post ganglion kolinergik

Keuntungan : mengurangi sekresi ludah dan menekan refleks vagal

13

Page 14: Isi

Kerugian : menaikan temperatur, mengentalkan lendir dan

membesarkan pupil

2. Valium

Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB

Memberikan efek sedativa, amnesia, tranquilizer, relaksasi otot,

hipnotik kuat, analgesi kurang

3. Pethidine

Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB

Efek farmakologi yakni sebagai analgetik, bersifat sedativa,

mendepresi pusat pernafasan, menaikkan tekanan CSF,

menimbulkan vasodilatasi, pupil mengecil dan mulut kering

Induksi Anestesi

Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi

tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan.

Sebelum memulai induksi anestesia, selayaknya disiapkan peralatan dan obat-

obatan yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi

dengan lebih cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya

kita ingat kata STATICS7,8 :

S = Scope

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope,

pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus

cukup terang

T = Tubes

Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5

tahun dengan balon (cuffed)

A = Airway

Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring

(naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak

sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas

T = Tape

Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut

14

Page 15: Isi

I = Introducer

Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah

dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan

C = Connector

Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S = Suction

Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

Induksi anestesi dapat diberikan secara intravena, intramuskular, inhalasi

dan per rektal. Induksi intravena paling banyak dikerjakan dan digemari, apalagi

sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenangkan. Obat induksi bolus

disuntikkan dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesia,

pernafasan pasien, nadi dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan

oksigen. Tiopental diberikan secara intravena dengan kepekatan 2,5% dan dosis

antara 3-7 mg/kgBB. Propofol intravena diberikan dengan kepekatan 1%

menggunakan dosis 2-3 mg/kgBB. Ketamin (ketalar) intravena dengan dosis 1-2

mg/kgBB. Paska anestesia dengan ketamin sering menimbulkan halusinasi, karena

itu sebelumnya dianjurkan menggunakan sedativa seperti midazolam. Ketamin

tidak dianjurkan pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Ketamin menyebabkan

pasien tidak sadar, tetapi dengan mata terbuka.6,7,8

Induksi inhalassi hanya dikerjakan dengan halotan (fluotan) atau

sevofluran. Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang

jalur vena atau pada dewasa yang takut disuntik. Induksi halotan memerlukan gas

pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2 > 4

liter/menit atau campuran N2O : O2 = 3:1 aliran > 4 liter/menit, dimulai dengan

halotan 0,5 vol% sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Kalau pasien batuk

konsentrasi halotan diturunkan untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi

sampai konsentrasi yang diperlukan. Induksi dengan sevofluran lebih disenangi

karena pasien jarang batuk, walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi

tinggi sampai 8 vol%.6,7,8

Induksi intramuskular sampai saat ini hanya dapat menggunakan ketamin,

dengan dosis i.m 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur. Induksi per

15

Page 16: Isi

rektal hanya digunakan untuk anak atau bayi dengan menggunakan tiopental atau

midazolam.6,8

2.12. Intubasi Endotrakeal

Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa

pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan

penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.6,8

Indikasi intubasi endotrakeal6,7,8 :

1. Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun

2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

4. Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan

5. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang

dan tak ada ketegangan

6. Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol

7. Untuk mencegah kontaminasi trakea

8. Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan

pengisian cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster

9. Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme

10. Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord

Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu6 :

Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang

cukup

Posisi kepala dan leher yang tepat

Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut

Alat-alat yang digunakan dalam intubasi endotrakeal6,7,8 :

a. Pipa endotrakea

Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya

dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa

16

Page 17: Isi

trakea dalam milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan

dewasa berbeda, penampang melintang trakea bayi dan anak kecil di

bawah usia 5 tahun hampir bulat sedangkan dewasa seperti huruf D, maka

untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar dan

dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Pipa endotrakea dapat

dimasukkan melalui mulut atau melalui hidung.

Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :

Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (thn)

Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)

Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)

b. Laringoskop

17

Page 18: Isi

Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah

alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita

dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar

dikenal dua macam laringoskop :

Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)

Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)

18

Page 19: Isi

Kesulitan dalam teknik intubasi6,7:

Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap

Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi

Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)

Kesulitan membuka mulut

Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)

Abnormalitas pada daerah servikal

Kontraktur jaringan leher

Komplikasi pada intubasi endotrakeal6,7,8 :

Memar & oedem laring

Strech injury

Non specific granuloma larynx

Stenosis trakea

Trauma gigi geligi

Laserasi bibir, gusi dan laring

Aspirasi

Spasme bronkus

19

Page 20: Isi

BAB III

KESIMPULAN

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit

ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan

rasa sakit pada tubuh.Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel

Holmes Sr pada tahun 1846.

Tujuan anestesi umum adalah hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi

otonom. Intubasi endotrakeal termasuk tatalaksana yang cepat, sederhana, aman

dan teknik nonbedah yang dapat mencapai semua tujuan dari tatalaksana jalan

napas yang diinginkan, misalnya menjaga jalan napas tetap paten, menjaga paru-

paru dari aspirasi, membuat ventilasi yang cukup selama dilakukan ventilasi

mekanik, dan sebagainya.

Hidrosefalus ialah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) sehingga terdapat pelebaran ruangan

tempat mengalirkan cairan serebrospinalis sehingga terjadi penimbunan cairan

didalam rongga-rongga ventrikel otak akibat ketidakseimbangan antara

pembentukan dan absorpsi caiaran serebrospinal (CSS) yang biasanya disertai

peninggian tekanan intrakranial.

Terapi untuk hidrosefalus bergantung pada penyebabnya. Manajemen

medik, termasuk penggunaan asetazolamid dan furosemid, sementara dapat

melegakan dengan mengurangi kecepatan produksi CSS, tetapi hasil jangka

panjangnya mengecewakan. Sebagian besar kasus hidrosefalus memerlukan shunt

ekstrakranial terutama shunt ventrikulus peritoneum.

20

Page 21: Isi

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetomenggolo Taslim S & Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Balai

Penerbit IDAI. Jakarta 1999. Hal 137-141.

2. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Balai Penerbit FK UI.Jakarta 1985.

Hal.474-478

3. Snell Richard S. Neurologi Anatomi Klinik. Jakarta EGC. Jakarta 2007.

Hal.505-511.

4. Nelson walab E, MD. Ilmu kesehatan Anak. Vol. III Eds. 15. EGC. Jakarta

2000. Hal.2050-2052

5. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Eds. 11. EGC. Jakarta

2007. Hal.804-806.

6. Siahaan O. 2014. Anestesi Umum dan Anestesi Lokal. Dosen

Anestesiologi Fakultas Kedokteran UMI/ UNPRI Medan

7. Latif SA, Suryadi KA & Dachlan MR. 2007. Petunjuk Praktis

Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran UI

8. Aitkenhead AR, Rowbotham DJ & Smith G. 2002. Textbook of

Anaesthesia. Ed 4. United Kingdom : Elsevier Science

9. Longnecker DA, et al. 2008. Anesthesiology. United States of America :

McGraw Hill Company

21

Page 22: Isi

22