isi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh apa yang disebut sebagai megacity atau kota
besar seperti Tokyo, Mumbai atau New York, siap menjadi masalah besar bagi kebijakan
global seiring dengan bertumbuhnya kota-kota besar di seluruh dunia.
Hal itu diungkapkan para ahli yang menghadiri World Health Summit di Berlin,
Jerman, sehubungan dengan semakin menjamurnya kota-kota besar di dunia seiring
dengan semakin meningkatnya arus urbanisasi, yang berdampak pada kian meningkatnya
masalah kesehatan.
Megacity, yang didefinisikan sebagai kota dengan jumlah penduduk lebih dari 10
juta, bermunculan di seluruh dunia karena penduduk dunia semakin banyak yang
bermigrasi dari kampung halaman mereka dan meninggalkan pekerjaan bercocok tanam
menuju pusat-pusat perkotaan yang dianggap lebih menjanjikan.
Selain itu, kota-kota besar itu sendiri tumbuh pada tingkat yang amat cepat. "Untuk
setiap menit saya berbicara, orang baru akan pindah ke Lagos, Kinshasa atau Dhaka,"
kata Ricky Burdett dari London School of Economics.
Satu dari setiap 25 orang di planet ini akan tinggal di megacity hingga 2025,
demikian perkiraan Francisco Armada Perez, seorang pejabat Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO).
Isu-isu kesehatan yang ditemukan di tempat lain, semakin parah muncul di megacity.
Penyakit seperti AIDS, SARS atau flu burung H5N1 dapat menyebar dengan mudah
seperti api, khususnya melalui daerah kumuh, yang merupakan kawasan yang dihuni
sepertiga penduduk kota.
Kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk mempercepat penularan tuberclosis
(TB), dan ini merupakan tantangan utama lain yang dihadapi petugas kesehatan di kota-
kota besar.
2
Burdett juga menyebutkan bahwa 300 orang meninggal setiap hari dalam kecelakaan
mobil di India. "Itu setara dengan sebuah jumbo jet jatuh setiap hari dan tidak ada
seorangpun yang pernah membicarakan tentang itu," katanya.
Selain itu, tiga perempat dari emisi CO2 global berasal dari daerah perkotaan, yang
berarti bahwa perubahan kecil dalam cara orang di kota besar mengonsumsi energi dapat
memiliki efek besar pada perubahan iklim.
Namun demikian, masalah kesehatan yang dihadapi di dalam megacity tidak terbatas
pada negara berkembang, para ahli mengatakan.
Kondisi yang digambarkan oleh para ahli itu kini juga dialami oleh Jakarta, yang
boleh juga disebut sebagai megacity karena penduduknya kini mencapai sekitar 10 juta
orang. Bagaimana tidak, berbagai kondisi yang dapat memicu bermacam masalah
kesehatan ada di Jakarta, seperti buruknya sanitasi, pengelolaan sampah, menjamurnya
kawasan kumuh, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin berkurangnya
ruang hijau.
Untuk itu, dibutuhkan kebijakan yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah
untuk mencegah semakin meningkatnya arus urbanisasi, antara lain dengan menciptakan
lapangan kerja baru di daerah-daerah dan melakukan pemerataan pembangunan. Dengan
begitu, beban kota-kota besar tidak semakin berat oleh kedatangan penduduk baru.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai adanya kesehatan dalam perkotaan?
2. Apakah tujuan dari kesehatan dalam perkotaan?
3. Apa-apa saja tipe masyarakat perkotaan tersebut?
4. Jelaskan mengenai jenis-jenis pelayanan kesehatan dalam perkotaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan mengenai adanya kesehatan dalam perkotaan?
2. Menjelaskan tentang tujuan dari kesehatan dalam perkotaan?
3. Menjelaskan tipe masyarakat perkotaan tersebut?
4. Menjelaskan mengenai jenis-jenis pelayanan kesehatan dalam perkotaan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adanya Kesehatan Perkotaan
Sistem pelayanan kesehatan dalam perkotaan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu keadaan penduduk, keadaan social ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah
penduduk miskin.
Dalam hal ini keadaan penduduk dapat menjadi hal yang begitu berperan dalam
kesehatan masyarakat perkotaan karena pertumbuhan masyarakat yang begitu pesat serta
perkembangan yang secara tidak merata. Sehingga di daerah perkotaan lebih padat
penduduknya akibat dari masyarakat yang berimigran dari desa ke kota. Hal ini
mempengaruhi pelayanan kesehatan yang akan diberikan secara merata terhadap
masyarakat.
Dalam hal keadaan social ekonomi dalam perkotaan relatif cukup baik dan
menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan. Peningkatan produktivitas
ekonomi didominasi oleh sektor perdagangan dan pariwisata di perkotaan. Dengan
peningkatan ekonomi mendorong berkembangnya taraf kehidupan secara makro
termasuk kesehatan dalam perkotaan. Meningkatnya aktifitas ekonomi dibidang
perdagangan dan pariwisata menyebabkan peningkatan sektor usaha kecil dan menengah
disektor industri kecil.
Dalam hal tingkat pendidikan, kesehatan yang ada di perkotaan mengalami
peningkatan yang cukup melambung pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat lebih
memuaskan.
Jumlah penduduk miskin yang semakin bertambah akan memperburuk tingkat
kesehatan di perkotaan karena penduduk miskin terkadang memiliki kebiasaan buruk
dalam sehari-hari seperti membuang sampah sembarangan, minum air sungai yang telah
tercemar oleh limbah pabrik, dan lain-lain. Ini diakibatkan karena penduduk miskin tidak
mampu memenuhi kebutuhannya agar dapat hidup bersih setiap harinya.
4
B. Tujuan Kesehatan Perkotaan
Tujuan diadakannya kesehatan di perkotaan merupakan hal yang digunakan untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan di perkotaan yaitu antara lain :
1. Fenomena urbanisasi berdampak pada kesehatan.
Lonjakan urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang cepat menimbulkan
berbagai masalah, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan yang
kurang sehat, tindak kriminal, dan penggunaan obat terlarang.
2. Polusi tiap tahun bertambah.
Menurut data Badan Pusat Statistik pada 2004, di Indonesia jumlah kendaraan
bermotor setiap tahunnya bertambah 12%. Peningkatan itu tentunya disertai dengan
bertambahnya zat-zat pencemar berbahaya yang tiap hari terpaksa dihirup oleh warga,
seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan oksida nitrogen (NOx).
3. Masalah ketersediaan air minum dan sanitasi.
Lebih dari 100 juta rakyat di Tanah Air misalnya masih kesulitan akses air minum
yang aman. Sementara, lebih dari 70% dari 220 juta penduduk Indonesia masih
tergantung pada sumber air yang terkontaminasi.
4. Akibat perubahan gaya hidup.
Seperti kurang olahraga, makan makanan tidak bergizi, dan merokok telah
menjadikan penyakit degeneratif semakin banyak menyasar masyarakat perkotaan.
Ironisnya, penyebaranpenyakit menular klasik seperti tuberkulosis (TB), diare, dan
demam berdarah masih belum bisa dituntaskan penyebarannya.
5. Penyakit tidak menular tidak hanya saja telah menjadi masalah
Kesehatan masyarakat di negara berkembang tetapi juga di negara sedang
berkembang. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya umur harapan hidup, telah dapat
diatasinya beberapa jenis penyakit.(rendra hanggara)
Adapun tujuan lain yang akan dicapai pada kota-kota besar adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, yang memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dalam rangka
5
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dinas Kesehatan
sebagai Dinas teknis Walikota yang mengelola kesehatan dituntut perannya dalam
pengelolaan dan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan keadaan :
a. Terciptanya kondisi pelayanan kesehatan secara prima
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta membudayakan
hidup bersih dan sehat.
c. Semakin meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh
puskesmas terutama pada keluarga miskin dan rentan social.
d. Terbentuknya masyarakat yang berkualitas yang ditandai dengan semakin banyaknya
jumlah keluarga yang mempunyai derajat kesehatan yang semakin tinggi.
e. Semakin banyak keterlibatan sector swasta dan masyarakat dalam kegiatan pelayanan
kesehatan.
C. Tipe Masyarakat Perkotaan
Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas
masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak
dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari
semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial,
bangsa, golongan dan sebagainya.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat
kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan.
Dipandang dari cara terbentuknya, tipe masyarakat perkotaan dapat dibagi dalam :
1. masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain
2. masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
o masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti
gerombolan, suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan
6
o masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan
atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan
sabagainya
D. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Perkotaan
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk makin meningkatkan kualitas dan
pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu merupakan hal yang penting.
Sarana Kesehatan
a. Rumah Sakit
Jenis pelayanan rumah sakit dikelompokkan atas :
o Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan, yakni : (1)
pelayanan rawat jalan, (2) pelayanan rawat darurat, (3) pelayanan rawat inap,
(4) pelayanan bedah sentral, (5) pelayanan rawat intensif, dan (6) pelayanan
rehabilitasi medik.
o Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis pelayanan,
yakni : (1) pelayanan radiology dan imaging, (2) pelayanan laboratorium, dan
(3) pelayanan farmasi.
o Kelompok penunjang non medik, mencakup 6 (enam) jenis pelayanan, yakni
(1) pelayanan gizi rumah sakit, (2) pelayanan pemulasaran jenazah, (3)
pelayanan binatu, (4) pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana, (5)
pelayanan pelatihan dan pelatihan, dan (6) pelayanan sosial.
b. Puskesmas
Fasilitas pelayanan yang tersedia di kota-kota besar saat ini, secara umum
sudah memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan puskesmas meliputi promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan
masyarakat, sosialisasi program kesehatan), pencegahan penyakit menular
(surveilens epidemiologi, pelacakan kasus penyakit), pengobatan (poli umum,
poli gigi, Unit Gawat Darurat, Puskesmas Keliling), kesehatan ibu dan anak
(ANC, PNC, KB, persalinan, rujukan resti), upaya peningkatan gizi
(penimbangan, pelacakan gizi buruk, penyuluhan gizi)
7
c. Apotik
Sudah banyak apotik-apotik yang berdiri sendiri di kota-kota besar, agar
masyarakat mampu menjangkaunya tanpa harus pergi ke rumah sakit membeli
obat. Pelayanan yang diberikan apotik yaitu memberikan obat yang dibutuhkan
oleh pembeli dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Tenaga Kesehatan
Dalam hal ini tenaga kesehatan tersebut berupa dokter, bidan, perawat, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, apoteker, tenaga farmasi, analis labor, tenaga
kesehatan lingkungan ahli fisioterapi, tenaga rekam medic, dan non kesehatan.
Jenis pelayanan yang diberikan di kota-kota besar berdasarkan kebijakan
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap antara lain :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, kebersihan lingkungan dan menciptakan mutu sumber daya
manusia yang baik
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kesehatan tersebut perlu dimulai dalam
usia kandungan sampai usia lanjut. Masing-masing keluarga tetap dapat memelihara
kesehatan orang tua, sehingga tanggung jawab pemeliharaan kesehatan tetap berada
dalam keluarga masing-masing.
3. Memperbaiki dan meningkatkan saranan dan fasilitas lembaga kesehatan termasuk
penyediaan obat-obatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
4. Meningkatkat mutu pelayanan kesehatan sehingga timbul citra terhadap pelayanan
kesehatan terutama pada rumah sakit pemerintah, puskesmas, dan posyandu.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah-masalah kesehatan yang terdapat di kota-kota besar dapat ditanggulangi
dengan melakukan berbagai upaya pemberian pelayanan kesehatan. Antara lain
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, kebersihan lingkungan dan menciptakan mutu sumber daya
manusia yang baik, meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kesehatan tersebut perlu
dimulai dalam usia kandungan sampai usia lanjut, masing-masing keluarga tetap dapat
memelihara kesehatan orang tua, sehingga tanggung jawab pemeliharaan kesehatan tetap
berada dalam keluarga masing-masing, memperbaiki dan meningkatkan saranan dan
fasilitas lembaga kesehatan termasuk penyediaan obat-obatan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat, dan meningkatkat mutu pelayanan kesehatan sehingga timbul citra terhadap
pelayanan kesehatan terutama pada rumah sakit pemerintah, puskesmas, dan posyandu.
B. Saran
Saran kami sebagai pembuat makalah ini yaitu agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya dan dimanfaatkan sebaik-baiknya di kehidupan sehari-hari oleh para
pembaca. Dan kami juga berharap makalah ini dapat diterima oleh hal layak yang
membacanya.