isi

27

Click here to load reader

Upload: dede-mahendra

Post on 01-Jul-2015

64 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam keseharian kita dituntut oleh berbagai kesibukan yang menuntut keterampilan

menyimak. Menyimak merupakan proses yang mencangkup kegiatan mendengar,

mengidentifikasi menginterprestasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interprestasi

menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Menyimak dialog dalam

lingkungan keluarga antara ayah dengan ibu, kakak dengan adik dan sebagainya. Pada

masyarakat pun ada kegiatan menyimak seperti diskusi antar rekan kerja, teman, dan

sebagainya. Selain itu, siswa atau mahasiswa harus mampu menyimak jika ingin berhasil

dalam jenjang pendidikannya. Kemajuan IPTEK, khususnya dalam bidang

perkomunikasian, menyebabkan arus informasi melalui telepon, radio televisi, ataupun film

semakin deras.

Namun, saat ini keterampilan menyimak, terutama menyimak karya ilmiah dan karya

ilmiah populer sangat kurang. Itu disebabkan karena bahasa yang digunakan untuk karya

ilmiah memang cukup ilmiah. Berbeda dengan karya ilmiah populer yang bahasanya

sederhana dan mampu dimengerti oleh masyarakat awam. Agar kita bsa menyimak karya

ilmiah dan mengerti tentang karya ilmiah tersebut, ada baiknya kita mempertajam daya

simak. Sehingga kita bisa menyimak dengan baik suatu karya ilmiah dan karya ilmiah

populer yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 2: ISI

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana cara mempertajam daya simak ?

2. Apa itu menyimak karya ilmiah dan karya ilmiah popular ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mempertajam daya simak.

2. Untuk mengetahui apa itu menyimak karya ilmiah dan karya ilmiah populer.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Agar kita memahami cara untuk mempertajam daya simak.

2. Agar kita memahami tentang menyimak karya ilmiah dan karya ilmiah popular.

2

Page 3: ISI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mempertajam Daya Simak

Dalam kehidupan sehari – hari kita dihadapkan pada berbagai kesibukan yang

menuntut keterampilan menyimak. Dialog dalam lingkungan keluarga, antara anak dengan

orang tua, antara ayah dengan ibu, antara kakak dengan adik menuntut keterampilan

menyimak. Keluar dari lingkungan keluarga, dialog, percakapan atau diskusi terjadi dengan

teman, rekan kerja, tetangga, dan sebagainya. Disini pun dituntut keterampilan menyimak

dari setiap individu yang terlibat. Siswa ataupun mahasiswa harus mampu menyimak jika

ingin sukses dalam pendidikannya. Kemajuan IPTEK, khususnya dalam bidang

perkomunikasian, menyebabkan arus informasi melalui, radio, televise ataupun film

semakin deras. Hal ini pun menuntut keterampilan menyimak dari setiap pelaku yang

terlibat di dalamnya.

Penelitian mengenai menyimak boleh dikatakan masih sangat jarang dilakukan. Pada

tahun 1929, Paul T. Rankin, dari Detroit Public Schools, merampungkan sebuah survei

yang berkaitan dengan penggunaan waktu keempat keterampilan berbahasa (menyimak,

membaca, berbicara, menulis). Rankin menelaah komunikasi pribadi 68 orang dari

berbagai pekerjaan dan jabatan untuk menentukan presentase waktu yang digunakan untuk

menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Selama kira – kira 2 bulan, ke 68 orang itu

diawasi dalam bidang kegiatan tadi setiap 15 menit dalam hari – hari jaga mereka. Rankin

menemukan bahwa presentase penggunaan waktu berkomunikasi mereka sebagai berikut :

- menulis 9%

- membaca 16%

- berbicara 30%

- menyimak 45%

apa arti temuan Rankin itu? Pasti Anda dapat menyimpulkannya. Menyimak seperti yang

telah kita bicarakan pada awal tulisan ini memang memegang peranan penting bagi

3

Page 4: ISI

manusia dalam kehidupannya sehari – hari. Tetapi apakah dalam pengajaran keterampilan

berbahasa di sekolah – sekolah, porsi penekanan pada pengajaran menyimak itu sama

dengan porsi penekanan pada pengajaran keterampilan berbicara, membaca, dan menulis?

Menurut hasil penelitian Rankin, ternyata sedikit sekali perhatian diberikan untuk melatih

siswa untuk menyimak. Pada sekolah – sekolah di Detroit, Rankin menemukan bahwa

dalam penekapan pengajaran di kelas, membaca memperoleh 52%, sedangkan menyimak

hanya 8% saja.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak, bagaimana perbandingan antara kegiatan

menyimak (M) dengan berbicara (B) dalam diskusi yang jumlah pesertanya berbeda –

beda. Dalam diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan untuk berbicara bagi

setiap anggotanya setengah jam, maka perbandingan antara M : B = 2 : 1. Jika jumlah

peserta diskusi enam orang, perbandingan menjadi M : B = 5 : 1. Jadi, semakin banyak

peserta diskusi semakin lama kegiatan menyimak.

Dari ilustrasi di atas Anda memperoleh gambaran yang jelas bahwa keterampilan

menyimak amat diperlukan dalam berbagai kegiatan menusia.

Aktivitas menyimak lebih sering kita lakukan bila dibandingkan dengan aktivitas

berbicara, membaca ataupun menulis.

Dari uraian diatas, Anda telah mengetahui bahwa dalam praktik komonikasi dengan

menggunakan bahasa lisan, kedudukan menyimak tidak kalah penting dengan berbicara.

Sebagai sebagai orang yang berpendidikan ada kalanya kita ingin mengetahui seberapa

kuat atau seberapa tajam daya simak kita.pengenalan kekuatan sendiri dalam menyimak

amat berfaedah bagi kita. Jika kita mengetahui kelemahan ataupun kekuatan kita dalam

menyimak maka kita dapat mengatasi kelemahan dan meningkatkan kekuatan kita dalam

menyimak itu.

Pasti, Anda pun ingin mengetahui bagaimana cara untuk mengetahui kualitas daya

simak Anda sendiri. Dalam hal ini, Kopp telah menemukan cara mengevaluasi kegiatan

dalam menyimak. Kemudian cara itu dimodifikasi oleh Greence dan Petty menjadi “

Cheeking Up On My Listening (1969)”. Hal-hal yang digunakan dalam memeriksa daya

simak itu sendiri yaitu:

4

Page 5: ISI

1. Kesiapan

Kesiapan dijaring dengan pertannyaan:

- Siapkah saya untuk menyimak?

- Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dan strategis sehingga saya dapat

melihat dan mendengarkan si pembicara?

- Terarahkah pandangan saya kepada si pembicara?

Kedua pertanyaan terakhir untuk memeriksa kesiapan diri sendiri, baik fisik maupun

mental.

2. Konsentrasi

Untuk mengukur sejauh mana taraf konsentrasi terhadap apa yang disampaikan si

pembicara digunakan pertanyaan :

Berkonsentrasikah saya terhadap pembicara yang akan disampaikan?

- Dapatkah saya menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?

- Siapkah saya memikirkan topic pembicaraan dan menghubungkannya dengan

pengetahuan, siapkah saya mengenai hal itu?

- Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan si

pembicara?

3. Pemahaman

Pertanyaan yang diajukan dari si penyimak untuk memeriksa kadar pemahamannya:

Siapkah saya memulai menyimak?

- Pada menit menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh si pembicara?

- Dapatkah saya temukan ide sentral sehingga saya mengikutinya sepanjang

pembicaraan?

4. Pembuktian atau Penunjang

Pertanyaan berikut masih berkaitan dengan butir pemahaman.

Dapatkah saya temukan ide penunjang dari ide sentral?

- Apakah saya memanfaatkan petujuk-petunjuk si pembicara (misalnya, yang

pertama, yang kedua, yang terpenting) guna membantu menyusun ide-ide dalam

pikiran saya?

5

Page 6: ISI

- Akankah saya memanfaatkan waktu ektra saya untuk merangkum atau membuat

catatan-catatan tertulis atau bersifat mental?

5. Pengevaluasian

Mengevaluasi isi pembicaraan pembicaraan yang dilakukan oleh si penyimak

dengan pertanyaan:

- Sesuiakah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?

- Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan si pembicara sehingga saya dapat

mengatakan setuju atau tidak setuju dengan si pembicara?

Untuk menduga daya simak diri, Anderson (1972), seperti halnya Greene dan Petty

juga menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh penyimak.

Ada tujuh pertanyaan yang harus dijawab oleh si penyimak :

1. Apakah saya telah siap untuk menyimak ?

2. Apakah saya memperhatikan si pembicara ?

3. Apakah saya berpikiran sama dengan si pembicara ?

4. Dapatkah saya memilih ide pokok ?

5. Dapatkah saya mengingat hal – hal dengan baik ?

6. Dapatkah saya mengikuti petunjuk – petunjuk ?

7. Dapatkah saya menceritakan kembali apa yang saya simak ?

Dengan maksud yang sama yaitu menduga daya simak sendiri Salisbury menyediakan

sembilan pertanyaan :

1. Apakah saya mempunyai sikap reseptif ? (ingin belajar)

2. Apakah saya memusatkan perhatian ? (menyingkirkan, menganggap tidak ada bantuan)

3. Apakah saya berpikir bersama si pembicara ? (mendengarkannya secara wajar)

4. Apakah saya telah menemukan organisasi pembicaranya ? (topik utama dan subtopik)

5. Apakah saya menyaringnya baik – baik ? (memisahkan yang tidak berguna dan yang

berguna)

6. Apakah saya menyadari hal yang tidak dikatakan ? (menyadari adanya kendala –

kendala)

6

Page 7: ISI

7. Apakah saya mendengarkan dengan seksama dan mencatat data – data penting ?

8. Apakah saya mwmpraktikkan perluasan kreatif konsep – konsepnya ?

9. Apakah saya mempergunakan penalaran logis dan melatih pemahaman pengertian

kritis?

Setelah mengetahui bagaimana cara menduga daya simak diri itu pasti Anda ingin

mencobanya. Silakan Anda coba sendiri, seorang pun tidak ada yang tahu! Semua

pertanyaan harus dijawab dengan jujur. Bagaimana hasilnya? Alangkah baiknya jika semua

pertanyaan Anda jawab “ya”. Jika masih ada juga jawaban “tidak”, sebaliknya Anda

berusaha memperbaiki diri sendiri sehingga akhirnya jawaban menjadi “ya”. Bila ini

terjadi, tidak diragukan lagi Anda mempunyai daya simak yang tinggi. Pada akhirnya nanti

Anda menjadi penyimak yang baik.

Memang, setiap manusia yang normal memiliki potensi untuk terampil menyimak.

Potensi ini harus dijaga dan dikembangkan melalui latihan – latihan yang sistematis,

terencana, dan berkesinambungan agar dapat mencapai kualitas penyimak yang baik.

Pengetahuan tentang ciri – ciri penyimak yang baik amat berguna, baik bagi mereka

yang tergolong penyimak yang baik maupun mereka yang tergolong penyimak yang kurang

baik. Bagi golongan pertama, pengetahuan ini dapat menyempurnakan dari

mengembangkan keterampilan menyimaknya, sedangkan bagi golongan kedua,

pengetahuan ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan – kebiasaan buruk yang

sering mereka lakukan dalam proses menyimak.

Ciri – ciri menyimak yang baik itu:

1. Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik sungguh – sungguh mempersiapkan diri untuk menyimak; fisiknya

sehat, segar; jiwanya stabil dan pikirannya jernih.

2. Konsentrasi

Penyimak yang baik mampu memusatkan pikiran dan perhatiannya kepada apa yang

akan disimaknya. Ia bahkan mampu menghubungkan topik yang akan diuraikan dengan

apa yang telah diketahuinya.

3. Motivasi

7

Page 8: ISI

Penyimak yang baik mempunyai alasan pribadi yang kuat mempunyai tujuan, ingin

menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatu. Hal ini dijadikan sebagai alat

pemicu dan penggerak untuk giat menyimak.

4. Objektif

Penyimak yang baik tidak berpasangka, artinya, ia tidak melihat siapa yang berbicara

melainkan melihat apa yang dibicarakan.

5. Menyeluruh

Penyimak yang baik menyimak secara utuh, lengkap, dan menyeluruh. Ia tidak

menyimak secara melompat – lompat.

6. Menghargai

Penyimak yang baik tidak meremehkan apa yang disampaikan oleh pembicara, tidak

menganggap dirinya paling tahu. Ia selalu menghargai pendapat orang lain.

7. Selektif

Penyimak yang baik selektif dalam memilih bagian – bagian penting dari bahan

simakan.

8. Penyimak yang baik benar – benar menyimak isi pembicaraan meskipun isi

pembicaraan itu tidak disenanginya.

9. Tidak mudah terganggu

Penyimak yang baik tidak mudah terganggu perhatiannya untuk menyimak si

pembicara. Ia seolah – olah menamengi dirinya untuk meredam gangguan kebisingan

lingkungan.

10. Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik cepat tanggap terhadap situasi. Ia mampu dengan tepat menghayati

dan menyesuaikan diri dengan irama pembicaraan, materi pembicaraan, dan tuntutan

lainnya.

11. Kenal arah pembicaraan

Pada menit – menit pertama pembicaraan berlangsung, penyimak yang baik sudah

dapat menduga ke mana arah pembicaraan dan apa garis besar isi pembicaraan.

12. Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak pembicara dengan cara

memperhatikan dan memberikan dukungan kepada pembicara melalui ucapan – ucapan

8

Page 9: ISI

adasingkat. Misalnya : ya, benar, setuju, saya sependapat! Dapat juga dengan cara

menunjukkan perhatian dengan jalan mengangguk – anggukkan kepala, acungan

jempol.

13. Merangkum

Penyimak yang baik dapat menangkap isi pembicaraan. Hal ini dibuktikan dari hasil

rangkuman lisan / tulisan yang disampaikan penyimak setelah proses menyimak selesai.

14. Mengevaluasi

Proses penilaian terhadap materi yang disampaikan pembicara merupakan bagian akhir

dari proses menyimak. Pada tahap akhir penyimak mulai menimbang, memeriksa,

membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang disampaikan pembicara didukung

oleh argumentasi yang kuat atau tidak. Fakta yang terima penyimak dikaitkan dengan

pengalaman atau pengetahuan atau sejenis yang dimiliki penyimak.

15. Merespon

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan menilai hasil simakan, penyimak menyatakan

sikapnya terhadap isi pembicaraan yang diterimanya. Sikap setuju atau tidak setuju,

sependapat atau tidak sependapat diaktualisasikan dalam bentuk reaksi tanggapan

verbal atau nonverbal.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak

adalah :

1. Identifikasi Kata Kunci

Bila Anda mendengarkan wacana lisan yang berupa kalimat ataupun paragraph,

Anda harus dapat memilih kata – kata penting yang merupakan inti dari wacana lisan

yang Anda simak itu. Kata – kata semacam inilah yang disebut kata kunci. Ingat, salah

memilih kata kunci berarti salah menangkap isi wacana lisan yang Anda simak.

Coba carilah kata – kata kunci dalam wacana berikut ini!

Semua karangan terutama buku ilmu ilmu pengetahuan selain dapat dibagi ke

dalam bentuk berdasarkan subjeknya ialah barang apa yang jadi pokok pembicaraan,

dapat pula dibagi ke dalam bentuk berdasarkan cara – cara peraturannya. Berdasarkan

9

Page 10: ISI

cara peraturannya, karangan itu ada tiga macam, yaitu karangan asli, karangan

terjemahan, dan saduran.

Tentu Anda sependapat bahwa kata – kata kunci dalam wacana di atas adalah :

karangan – berdasarkan – cara penyampaiannya – karangan asli – terjemahan –

saduran.

Cara di atas masih tetap digunakan meskipun bahan simakannya berupa sebuah

artikel yang agak panjang. Jika bahan simakan berupa teks lisan yang panjang, tugas

Anda sebagai penyimak harus mampu mencari dan menetapkan sejumlah kata yang

berfungsi sebagai kata kunci sehingga Anda dapat mengambil inti sari dari bahan

simakan tersebut.

2. Merangkum

Suatu saat Anda harus menyimak bahan simakan yang panjang, misalnya

mendengarkan orasi ilmiah yang diucapkan oleh seorang guru besar pada waktu Anda

mengikuti upacara wisuda di kampus Undiksha. Menangkap atau mengingat teks lisan

yang panjang itu tentu tidak mungkin. Cara yang dapat ditempuh untuk mengingat isi

wacana lisan yang panjang itu adalah melalui penyingkatan atau merangkum isi dalam

beberapa kalimat saja. Dalam rangkuman, ide pokok yang merupakan inti pembicaraan

harus tetap jelas tergambar.

3. Menjawab pertanyaan

Cara lain yang dapat digunakan untuk menjaring isi bahan simakan yang agak

panjang adalah melalui pertanyaan – pertanyaan yang dianjurkan saat proses menyimak

berlangsung. Pada saat itu pula si penyimak mencari jawaban atas pertanyaan yang

diajukannya dari bahan simakan. Biasanya pertanyaan yang dipakai berkaitan dengan

apa, mengapa, dan bagaimana isi bahan simakan. Jawaban dari pertanyaan – pertanyaan

itu merupakan inti dari pembicaraan yang Anda simak. Dengan kata lain, garis besar isi

bahan simakan dapat Anda rekonstruksikan berdasarkan bahan baku jawaban

pertanyaan yang telah Anda ajukan itu.

10

Page 11: ISI

2.2 Menyimak Karya Ilmiah dari Karya Ilmiah Populer

2.2.1 Karya Ilmiah dan Karya Ilmiah Populer

Perhatikan contoh berikut:

Kemajuan pesat dalam ilmu Fisika terapan yang terjadi dalam pertengahan

abad ke-20 ini adalah konversi langsung dari panas menjadi listrik. Dr. Volney C.

Wilson telah mendemonstrasikan alat ciptaan yang disebut Thermionikc vonventer.

Alat itu berupa gelas tabung berukuran 6,5 x 40 cm yang diisi dengan gas

bertekanan rendah dan buah elektrode mental yang dipasang paralel. Satu electrode

dipanasi elektron-elektron dari orbitnya dalam atom dari metal tersebut. Oleh sebab

adanya beda temperatur antara 2 metal yang lebih dingin dan timbullah aliran

listrik.

(Brotowidjoyo, 1993.24)

Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa informasi yang

ingin disampaikan penulisnya dikemukakan secara lugas, jujur. Apabila karangan

itu dibacakan, si penyimak tidak akan tergugah emosinya karena memang wacana

itu tidak berisi ajakan emotif. Apabila orang awam menyimak pembacaan karangan

itu akan mengalami kesulitan karena kata-kata yang digunakan dalam karangan itu

amat teknis sifatnya. Bahasa yang digunakan bahasa formal. Ide yang terkandung di

dalamnya tersusun logis. Tidak pelak lagi lagi contoh di atas tergolong karya

ilmiah.

Dalam karya ilmiah disajikan fakta umum yang ditulis menurut metodologi

penulisan yang baik dan benar, yang kebenarannya dapat dibuktian. Karya ilmiah

itu ditulis dengan bahasa yang konkret. Pandangan atau pendapat yang ada dalam

karya ilmiah selalu disertai dengan bukti pendukung. Bukti pendukung yang berupa

fakta itulah yang akan bebicara sendiri kepada pembaca aau pendengarnya.

11

Page 12: ISI

Karangan ilmu pengetahuan dapat disajikan secara teknis tinggi dan dapat

pula disajikan secara ilmiah populer. Karangan jenis pertama biasanya disebut

karya ilmiah, sedangkan jenis kedua disebut karya ilmiah populer. Sasaran karya

ilmiah ditujukan pada sekelompok anggota masyarakat professional, sedangkan

karya ilmiah populer ditujukan kepada masyarakat umum yang cara dan, ditulis

tingkat bepikirnya berbeda dengan kelompok masyarakat professional.

Karya ilmiah populer merupakan karangan ilmu pengetahuan populer,

artinya dikenal banyak orang, ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah

dicerna oleh pembacanya. Gaya bahasa dalam jenis karangan ini tidak formal,

artinya kata-kata yang digunakan penulisnya tidak khas kata-kata atau istilah teknis.

Jika penulis terpaksa menggunakan kata istilah teknis maka istilah itu segera diikuti

dengan definisinya yang dirumuskan secara populer. Di samping itu, judul yang ada

pada karya ilmiah populer biasanya ditulis secara atraktif sehingga mudah dibaca

dan pembaca terangsang ingin membaca isinya.

Perhatikan contoh berikut!

Hutan Tropis Digorok, Dolar Dikail

Sepanjang tahun 1989, isu lingkungan seakan tidak henti - hentinya bertiup di

dunia intrenasional. Yang sampai sekarang terus disuarakan di antaranya adalah

adanya gerakan untuk memboikot penggunaan kayu tropis oleh konsumen di

Negara industry, dengan alas an penebangan karya tropis merusak plasma nutfah

hutan tropis.

Di Indonesia kasus terkahir adalah mundurnya perusahaan kertas

multinational Scott Industry yang berpatung dengan perusahaan nasional

membangun pabrik di Irian Jaya karena protes keras LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) di luar negeri.

Indonesian termasuk salah satu Negara yana paling sering dikecam karena

diaangap kurang berupaya melindungi keanekaragaman haati dan kecaman itu bisa

12

Page 13: ISI

dimengerti karena Indonesia termasuk salah satu dari tiga Negara di dunia yang

memiliki hutan tropis terbesar.

(AKUTAHU, Maret 1990 : 24)

Contoh diatas menggunakan fakta umum dengan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh pembaca awam. Maka jelas sudah bahwa karya ilmiah

populer itu karya ilmiah juga, tetapi disajikan secara populer karena konsumennya

adalah masyarakat awam, bukan masyarakat profesional.

2.2.2 Menyimak Karya Ilmiah dan Karya Ilmiah Populer

Menyimak merupakan proses yang mencangkup kegiatan mendengar,

mengidentifikasi menginterprestasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil

interprestasi maka dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa

tersebut. Namun, menyimak karya ilmiah berbeda dengan menyimak suatu iklan

atau menyimak sebuah pidato. Pada dasarnya Karya Ilmiah merupakan karya tulis

yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan

oleh seorang penulis atau peneliti untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis

dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari

jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu

yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah

sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis

orang lain. Jikapun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama,

tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu atau disebut

juga dengan penelitian lanjutan.

Berbeda dengan Karya Ilmiah Populer. Karya Ilmiah Populer merupakan

karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa

umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Dengan pengertian seperti

ini, benar bila dikatakan bahwa ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara

13

Page 14: ISI

ilmu dengan masyarakat awam. Serta dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer

cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di

sekitarnya Berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat

dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.

Karya ilmiah populer, biasa juga disebut dengan feature ilmiah populer. Kata

“populer” dipakai untuk menyatakan sesuatu yang akrab dan menyenangkan

(disukai banyak orang) karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu karya

ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran tersebut, selain

keilmiahannya.

Menurut pendapat Soeseno ( 1993 : 88), “ciri feature pengetahuan yang jelas

ialah kedalaman pembahasan materi dan keobjektifan pandangan yang

dikemukakan”.

Selain itu seperti sudah dikatakan di atas bahwa kata populer merujuk pada

menyatakan sesuatu yang akrab dan menyenangkan, maka dalam penulisannya

perlu memperhatikan unsur keakraban dan menyenangkan tersebut. Jadi, dengan

demikian dapat ditambahkan bahwa ciri karya ilmiah populer adalah bahan dan cara

penyajian yang menarik. Menarik itu relatif sekali, namum Soeseno (1993 : 18)

menyatakan bahwa menarik disini “setidak – tidaknya dapat diukur kadarnya

dengan pertanyaan : apakah bahan itu mengandung unsur baru / aneh / terkenal /

luar biasa / kontroversial?”

Contoh karya ilmiah :

Simaklah dengan baik!

Marie Curie

Marie Sklodowska Curie, (1867 – 1934), seorang wanita ahli kimia kelahiran

Polandia, bersama suaminya Piere Curie (1859 – 1906), mengabdikan dirinya

14

Page 15: ISI

dalam bidang radioaktivitas. Nama mereka dipakai sebagai suatu satuan

radioaktivitas. Mereka menemukan bahwa Thorium memancarkan energy tanpa

adanya sumber lain di luar unsur itu. Pierre dan Marie Curie juga menemukan

Polonium dan Radium sebagai unsur radioaktif. Di bidang kedokteran, sampai

sekarang ini, Radium dipakai untuk menjinakkan penyakit yang menakutkan,

kanker

(Brotowidjoyo, 1993 : 24 – 25)

Apa komentar Anda? Pasti Anda menjumpai beberapa kata teknis dalam

bahan simakan itu sehingga Anda agak mengalami kesulitan dalam memahaminya.

Jadi, wacana di atas termasuk karya ilmiah. Karangan itu bersifat informatif,

setengah teknis, dan bahasanya formal.

Simaklah sekali lagi dengan contoh berikut!

Logika

Logika merupakan salah satu cabang matematika, dirintis beberapa tahun

yang lampau. Logika di dalam matematika terus berkembang sehingga mencapai

taraf seperti sekarang ini. Melalaui hubungan Bukan dan Atau serta kombinasi

diantaranya, ditambah dengan hubungan jika …., maka …. Logika telah muncul

dalam bentuk logika proporsional, logika predikat, dan entah apa lagi.

Pada masa lampau, logika demikian lebih banyak dibahas di kalangan ahli

matematika daripada di kalangan lain. Pada saat ini dengan munculnya komputer,

logika pun menjadi salah satu pokok penting di dalam pelajaran komputer. Di

beberapa sekolah komputer, logika muncul dalam bentuk pelajaran logika aljabar

dan logika algoritma. Seperti halnya pelajaran matematika lainnya, kedua pelajaran

logika ini pun sering menghantui dan memusingkan para pelajar di bidang

komputer.

(Akutahu, Februari 1990 : 74)

15

Page 16: ISI

Seperti halnya contoh sebelumnya, contoh di atas pun memuat istilah – istilah

teknis yang tidak dipahami orang awam. Istilah itu hanya dipahami oleh kalangan

tertentu, yaitu para ahli matematika. Kesimpulan yang dapat Anda tarik bahwa

contoh di atas termasuk karya ilmiah.

16

Page 17: ISI

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.1.1 Mempertajam Daya Simak

A. Hal-hal yang digunakan dalam memeriksa daya simak itu sendiri yaitu:

1. Kesiapan

2. Konsentrasi

3. Pemahaman

4. Pembuktian atau penunjang

5. Pengevaluasian

B. Ciri – ciri menyimak yang baik itu :

1. Siap fisik dan mental

2. Konsentrasi

3. Motivasi

4. Objektif

5. Menyeluruh

6. Menghargai

7. Selektif

8. Tidak mudah terganggu

9. Cepat menyesuaikan diri

10. Kenal arah pembicaraan

11. Kontak dengan pembicara

12. Merangkum

13. Mengevaluasi

14. Merespon

17

Page 18: ISI

C. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan

menyimak adalah :

1. Identifikasi kata kunci

2. Merangkum

3. Menjawab pertanyaan

3.1.2 Menyimak Karya Ilmiah dari Karya Ilmiah Populer

Menyimak merupakan proses yang mencangkup kegiatan mendengar,

mengidentifikasi menginterprestasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil

interprestasi maka dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana

bahasa tersebut. Karya Ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang

menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik

dan benar. Kata – kata yang digunakan kata – kata teknis, ditujukan kepada

masyarakat yang mempunyai pengetahuan teknis tertentu.

Karya Ilmiah Populer merupakan karya tulis yang berpegang kepada

standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum sehingga mudah

dipahami oleh masyarakat awam. Karya ilmiah populer pada dasarnya

merupakan karya ilmiah yang disampaikan secara populer dan bahasanya

mudah dipahami karena konsumennya masyarakat awam

3.2 Saran

3.2.1 Sebagai sebagai orang yang berpendidikan ada kalanya kita ingin mengetahui

seberapa kuat atau seberapa tajam daya simak kita. Pengenalan kekuatan

sendiri dalam menyimak amat berfaedah bagi kita. Jika kita mengetahui

kelemahan ataupun kekuatan kita dalam menyimak maka kita dapat mengatasi

kelemahan dan meningkatkan kekuatan kita dalam menyimak itu.

3.2.2 Sebagai seorang guru hendaknya kita bisa memahami bagaimana cara

menyimak yang baik agar ketika kita menyimak sebuah karya ilmiah ataupun

18

Page 19: ISI

karya ilmiah populer kita bisa memahami dengan baik sehingga informasi

yang akan kita berikan kepada peserta didik bisa disampaikan dengan benar.

3.2.3 Sebagai seorang guru kita harus bisa membedakan antara karya ilmiah dan

karya ilmiah popular agar informasi yang akan kita berikan kepada peserta

didik tersebut benar adanya.

19