isi skripsi

71
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi mikrobiologi yang menyebabkan demineralisasi pada jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya disolusi dan kerusakan yang terlokalisir pada jaringan tersebut. Peran mikroorganisme sangat penting terhadap proses terjadinya karies gigi yang juga didukung faktor lainnya. Awal terjadinya proses karies gigi ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalam rongga mulut. Streptococcus mutans adalah mikroorganisme penyebab karies gigi yang sangat berperan pada awal mula terjadinya karies gigi. 1, 2, 3 Terdapat faktor yang menjadi penyebab karies, diantaranya mikroorganisme, substrat, host, dan waktu. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut. 2 1

Upload: lia-martina

Post on 25-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

mnbvcxcvbnmkjhgf

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGKaries gigi adalah suatu penyakit infeksi mikrobiologi yang menyebabkan demineralisasi pada jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya disolusi dan kerusakan yang terlokalisir pada jaringan tersebut. Peran mikroorganisme sangat penting terhadap proses terjadinya karies gigi yang juga didukung faktor lainnya. Awal terjadinya proses karies gigi ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalam rongga mulut. Streptococcus mutans adalah mikroorganisme penyebab karies gigi yang sangat berperan pada awal mula terjadinya karies gigi.1, 2, 3 Terdapat faktor yang menjadi penyebab karies, diantaranya mikroorganisme, substrat, host, dan waktu. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut.2Mengingat bahwa prevalensi penderita karies gigi berkisar 60% yang berarti 10 orang Indonesia, enam dari orang tersebut di antaranya menderita karies gigi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan karies gigi sedini mungkin dan salah satu caranya adalah dengan mengurangi jumlah mikroorganisme Streptococcus mutans di dalam rongga mulut.3Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengurangi jumlah mikroorganisme Streptococcus mutans di dalam rongga mulut dengan memanfaatkan bahan alam karena hal ini dianggap sangat bermanfaat dimana sejak dahulu kala masyarakat kita telah percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai macam penyakit dan jarang menimbulkan efek samping yang merugikan dibanding obat yang terbuat dari bahan sintesis.4, 5Analisis Fitokimia juga telah menunjukkan bahwa tanaman jarak ( Jatropha Curcas L. ) mengandung Tannin, flavonoid, saponin. Saat Ini tanaman yang mengandung senyawa bioaktif ini telah mandapatkan banyak perhatian karena manfaatnya sebagai anti microbial, anti inflamasi, dan anti kanker serta anti oksidan. Beberapa studi telah menunjukkan ekstrak tanaman jarak mengandung atau menunjukkan aktivitas antioksidan, anti inflamasi, flavonoid dan saponin.6Pemakaian getah dalam mengatasi nyeri gigi adalah meneteskan satu atau dua tetes getah kedalam lubang gigi. Penggunaan getah jarak pagar ini dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun.6Selain tumbuhan terdapat hewan yang bisa bermanfaat bagi kesehatan, seperti lendir bekicot yang di gunakan masyarakat desa dalam mengatasi nyeri gigi.7, 8Protein achasin lendir bekicot merupakan protein yang mempunyai fungsi biologik penting, selain dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penguapan, membantu pergerakan secara halus, juga untuk melindungi tubuh dari luka-luka mekanis. Oleh karena itu walaupun tubuhnya sangat fragil dan kondisi jaringan kulitnya sangat basah, binatang ini mempunyai resistensi terhadap mikroorganisme. Keberadaan faktor antibakteri tampaknya ada dalam lendir tersebut.7, 8Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Getah Tumbuhan Jarak ( Jatropha Curcas L ) dan Lendir Bekicot ( Achatina Fulica ) terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus Mutans.1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ? Bagaimana perbandingan daya hambat getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?1.3 TUJUAN PENELITIAN Mendapatkan gambaran pengaruh getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Mendapatkan gambaran perbandingan daya hambat getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

1.4 MANFAAT PENELITIAN Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan dari getah tanaman jarak ( Jatropha curcas ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ). Dapat menjadi data awal bagi peneliti-peneliti untuk menelah lebih lanjut mengenai getah tumbuhan jarak dan lendir bekicot. Memberikan informasi bahwa di sekeliling kita terdapat tumbuhan maupun hewan yang dapat digunakan sebagai obat alternatif.1.5 HIPOTESIS PENELITIAN Ada pengaruh getah tanaman jarak ( Jatropha curcas ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Bakteri streptococcus mutans 2.1.1 Sejarah streptococcus mutansStreptococcus mutans dikemukakan pertama kali oleh Jk Clark pada tahun 1924 setelah ia mengisolaisnya dari suatu lubang luka tetapi sampai pada tahun 1960-an mikroba tersebut tidak ditemukan. Mikroba tersebut dihasilkan ketika peneliti mulai belajar kerusakan pada gigi. Secara biokimia sangat serupa tetapi setelah membawa juru gambar antigenic berbeda, semuanya menjadi 7 serotypes yaitu a, b, c, d, e, f dan g yang diuraikan.9Penelitian selanjutnya melihat pada profil protein tegangan, struktur dinding sel bakteri-bakteri dan gross DNA komposisi menetapkan serological penemuan yang memiliki variasi perlu dipertimbangkan,di antara sejumlah besar pengisolasian yang dikenali seperti Streptococcus mutans.9 2.1.2 Morfologi streptococcus mutansStreptococcus mutans merupakan bakteri obligat fakulatif yang menerima energi melalui fermentasi asam laktat. Streptococcus mutans tergolong jenis bakteri Streptococcus dalam kelas hemolitik alfa yang akan muncul kehijauan pada piring agar darah pada penelitian. Bakteri ini memiliki sel-sel bulat yang muncul dalam rantai karena divisi seluler dalam satu bagian pesawat dan mitosis sitokinesis lengkap yang dapat dilihat pada (gambar 1). Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif, nonmotile anaerob fakultatif yang dapat tumbuh optimal pada suhu berkisar 18-40 derajat Celcius.9 Klasifikasi Streptococcus mutans Kingdom : Monera Divisio : Firmicutes Class : Bacilli Order : Lactobacilalles Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus mutans

Gambar 1. Streptococcus mutansSumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www .glogster.com/media/5/22/23/14/22231445.jpg&imgrefur=http:/ /volleyball3setter.glogster.com/streptococcusmutanscavities/&usg 2.1.3 Peran streptococcus mutans pada proses terjadinya kariesStreptococcus mutans adalah salah satu mikroorganisme penyebab terjadinya karies gigi dan akan bertambah parah jika tidak segera ditangani. Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) akan melekat dan bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta bakteri Streptococcus mutans juga melekat pada glikoprotein tersebut.10, 11Meskipun, banyak bakteri lain yang juga melekat pada permukaan gigi tetapi hanya bakteri Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan lubang pada gigi (karies). Pada proses selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis tersebut di bawah kondisi-kondisi aerob merupakan asam laktat. Asam laktat kemudian menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH dalam jumlah tertentu menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi sehingga mendorong ke arah pembentukan karies.10, 11

2.2 Karies 2.2.1 Sejarah kariesPada tahun 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki tentang penyakit karies gigi. W.D. Miller kemudian menemukan bahwa terdapat bakteri yang hidup di dalam rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi dengan plak yang menempel pada bagian gigi tersebut. Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik, sehingga penemuan Miller, bersamaan dengan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang masih digunakan hingga saat ini.12 2.2.2 Definisi karies gigiKaries gigi adalah suatu penyakit infeksi mikrobiologi yang menyebabkan demineralisasi pada jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya disolusi dan kerusakan yang terlokalisir pada jaringan keras gigi.1, 2 2.2.3 Etiologi kariesAda 4 faktor yang menjadi penyebab karies, diantaranya mikroorganisme, substrat, host, dan waktu. Paduan keempat faktor tersebut kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bersitumpang. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut.2

Fermentable carbohydratesCariogenic biofilmHostTime Gambar 2. Faktor penyebab karies Sumber: Sturdevant's art & science of operative dentistry 2012 2.2.3.1 MikroorganismeKaries gigi tidak akan terjadi tanpa mikroorganisme. Meskipun demikian tidak semua mikroorganisme di dalam mulut berperan dalam proses ini. Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan karies antara lain berbentuk strain Streptococcus, Lactobacillus, Actinomyces, dan lain-lain.2Mikroorganisme menempel di gigi bersama dengan plak atau debris. Plak gigi adalah media lunak nonmineral yang menempel erat di gigi. Plak terdiri dari mikroorganisme (70%) dan bahan antar sel (30%). Akumulasi mikroorganisme ini terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika permukaan gigi bersih terpapar di rongga mulut makan akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang berasal dari saliva yang terbentuk beberapa saat setelah permukaan gigi yang bersih atau setelah menyikat gigi. Pelikel ini bersifat sangat lengket dan mampu atau mempunyai kecendrungan untuk mengikat mikroorganisme tertentu pada permukaan gigi.2, 13Streptococcus mutans dan lactobacillus merupakan mikroorganisme yang kariogenik karena mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuanya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.13 2.2.3.2 SubstratSubstrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikomsumsi sehari-hari yang menempel di permukaan gigi.2Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Makanan akan mempengaruhi keaadaan di dalam mulut secara lokal selama pengunyahan.2Pada umumnya karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Pada proses terjadi dalam hubungannya dengan substrat dan mikroorganisme di dalam plak, fase pertama adalah proses penempelan streptococcus di pelikel, yaitu antara glikoprotein di pelikel dengan permukaan streptococcus, saat ini belum ada sukrosa. Fase kedua ialah proses menjadi banyaknya streptococcus yang menempel dan terjadi sintesis ekstraseluler glukan dengan mediator sel-sel lain. Sterptococcus bertambah banyak dan sukrosa juga menjadi padat.2Metabolisme glukan oleh streptococcus melalui enzim glikosil transferase menghasilkan energi dan asam laktat yang diperlukan oleh mikroorganisme. Energi dan asam laktat akan terus terbentuk selama ada sukrosa. Asam akan banyak terbentuk apabila banyak terjadi metabolisme. Metabolisme akan terjadi bila banyak mikroorganisme dan cukup sukrosa. Jika jumlah sukrosa terbatas (diet sukrosa yang ketat), hanya terjadi metabolisme di dalam sel-sel yang ada dan tidak terjadi penambahan mikroorganisme, artinya tidak terjadi fase kedua yaitu perlekatan mikroorganisme yang banyak.2Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Potensi kariogenik makanan sangat dipengaruhi kandungan gula yang ada dalam makanan, dan di antara berbagai macam gula, sukrosa adalah yang paling tinggi kariogenitasnya. Hal ini dikarenakan sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang melekat pada gigi untuk membentuk asam, pH plak akan menurun sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Di samping itu untuk menilai kariogenitas makanan sebetulnya perlu mempertimbangkan tiga faktor, yaitu kariogenitas makanan itu sendiri, frekuensi masuknya, dan kerentanan gigi.13 2.2.3.3 Host (Gigi dan Saliva) GigiPermukaan gigi yang ditutupi dengan pelikel dari endapan berbagai faktor pendukung, seperti glikoprotein saliva, enzim, dan imunoglobulin adalah permukaan ideal untuk perlekatan Streptococcus di rongga mulut. Jika dibiarkan, plak akan cepat terbentuk hingga kedalaman yang cukup untuk menghasilkan lingkungan anaerob yang berbatasan dengan permukaan gigi. Plak yang mengandung mikroorganisme ini merupakan awal bagi terbentuknya karies. Daerah permukaan gigi yang mudah diserang karies adalah:1, 13 Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak. Email pada tepian di daerah servikal gigi sedikit di atas tepi gingival. Permukaan servikal gigi. Tepi restorasi yang terbuka atau terdapat microleakage. Pit dan FisurPrevalensi karies gigi pada umumnya banyak terjadi pada daerah pit dan fisur karena pada daerah ini merupakan tempat yang sangat baik untuk perlekatan mikroorganisme dan bagi komunitas yang didominasi oleh Streptococcus sanguis dan Streptococcus lainnya. Proporsi relatif dari Streptococcus mutans sangat mungkin menentukan potensi kariogenik pada daerah pit dan fisur. Kumpulan mikroorganisme yang kompleks yang didominasi oleh mikroorganisme filamen, misalnya pada daerah celah gingiva tampak kurang berkembang pada daerah pit dan fisur. Munculnya Streptococcus mutans dalam pit dan fisur biasanya terjadi selama 6-24 bulan kemudian baru terbentuk karies.1 A. Mandibular first molar has undermined discolored enamel due to extensive pitand -fissure caries.Gambar 3. Karies pada pit dan fisur Sumber: Sturdevant's art & science of operative dentistry-4th ed.Pit dan fisur yang secara klinis bebas karies, mungkin secara histologi menunjukkan tanda-tanda pembentukan lesi awal karies. Sementara itu, tersangkutnya sonde pada fisur belum tentu secara histologi menunjukkan adanya karies. Tersangkutnya sonde tersebut mungkin karena bentuk fisur yang tajam.13 Permukaan EmailEmail pada daerah proksimal adalah daerah yang juga rentan terhadap karies. Secara fisik area tersebut terlindungi dan relatif bebas dari pengaruh pengunyahan, gerakan lidah, dan aliran saliva. Jumlah dan jenis mikroorganisme yang membentuk komunitas plak pada daerah proksimal bervariasi. Faktor penentu ekologi yang penting bagi komunitas plak pada daerah proksimal adalah topografi permukaan gigi, ukuran dan bentuk papila gingiva, dan kebersihan mulut pasien. Permukaan gigi yang kasar (yang disebabkan oleh karies, restorasi berkualitas buruk [baru atau lama], atau terjadi kerusakan struktural) membatasi pembersihan plak secara adekuat Hal ini menyebabkan retensi plak sampai pada tahap selanjutnya yang mendukung terjadinya karies atau penyakit periodontal pada jaringan. Lesi yang tampak pada permukaan ini ditemukan pada tahap yang relatif sudah terlambat yaitu pada saat lesi telah mencapai dentin dan terlihat sebagai daerah yang berwarna abu-abu kemerah-merahan di daerah ridge.1

A. A young adult with multiple active carious lesions involving teeth No. 8 to No. 12.B. Cavitated areas (a) are surrounded by areas of extensive demineralization that are chalky and opaque (b). Some areas of incipient caries have superficial stain.Gambar 4. Karies permukaan email yang halus Sumber: Sturdevant's art & science of operative dentistry-4th ed. Permukaan AkarPermukaan akar, khususnya di dekat garis servikal sering terpengaruh oleh tindakan prosedur kebersihan seperti flossing karena kemungkinan memiliki kontur permukaan anatomi yang konkaf (beralur). Kondisi ini, ketika terpapar oleh lingkungan mulut (sebagai akibat dari resesi gingiva), dapat mendukung pembentukan plak. Daerah ini sulit untuk dibersihkan sehingga permukaan ini sering menjadi tempat bagi plak yang menyebabkan terbentuknya karies akar.1Karies akar merupakan hal yang mengkhawatirkan karena: (1) memiliki progres relatif cepat, (2) sering asimtomatik, (3) lebih dekat ke pulpa, dan (4) lebih sulit untuk direstorasi.1

Area SubgingivaSulkus gingiva merupakan habitat yang unik. Metabolit yang dilepaskan dari plak mudah menembus lapisan sulkus epital yang tipis dan menimbulkan reaksi inflamasi yang kuat sehingga kapiler membesar dan menjadi sangat mudah ditembus yang mengakibatkan kebocoran plasma darah ke jaringan.1Beberapa metabolit memiliki sifat chemotactic yang menginfiltrasi sel darah putih ke daerah tersebut. Hasil reaksi inflamasi gingiva pada jaringan sulcular mengeluarkan cairan plasma yang mengandung imunoglobulin, leukosit PMN, albumin, dan hemins. Materi imunologi dapat mengubah beberapa karakteristik plak dengan menghilangkan mikroorganisme yang paling rentan.1Komunitas plak mengalami perubahan secara progresif dari massa coccus dalam plak supragingiva menjadi sebuah komunitas plak yang didominasi oleh mikroorganisme filamen dan Spirochetes di habitat subgingival. Melaninogenicus bacteroides dapat memanfaatkan habitat ini, karena protein dan zat besi yang mengandung senyawa (hemins) tersedia. Pembentukan populasi yang cukup besar dari B. melaninogenicus manghasilkan plak yang sangat patogen karena mikroorganisme ini menghasilkan beberapa enzim yang mampu menghancurkan epitel gingiva.1

Saliva Pengertian saliva pada umumya adalah suatu cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut. Saliva yang terbentuk di rongga mulut sekitar 90% dihasilkan oleh kelenjar submaksiler dan kelenjar parotis, 5% oleh kelenjar sublingual, dan 5% lagi oleh kelenjar-kelenjar saliva yang kecil. Pada individu yang sehat, gigi geligi secara terus-menerus terendam dalam saliva (resting saliva) sampai sebanyak 0,5 ml yang akan membantu melindungi gigi, lidah, membrana mukosa mulut, dan orofaring.13, 14Kecepatan sekresi stimulasi saliva normal pada orang dewasa adalah 1 - 2 ml tiap menit. Pada orang yang menderita gangguan fungsi kelenjar saliva yang berat misalnya xerostomia, kecepatan sekresi ini bisa turun sampai kurang dari 0,1 ml per menit. Pada keadaan berkurangya produksi saliva yang tidak begitu parah kecepatan sekresinya bisa berkisar antara 0,7 - 0,1 ml per menit.13Meskipun 99% dari saliva adalah air, sisanya merupakan komponen yang terdiri dari bahan anorganik, bahan organik, dan molekul-molekul makro termasuk bahan-bahan anti mikroba, sangat penting fungsinya untuk menjaga integritas jaringan mulut. Sangat penting untuk diketahui dalam hubungan dengan terjadinya karies adalah kecepatan sekresi yang juga akan mempengaruhi pH dan jumlah konstituen yang ada di dalamnya, dan selanjutnya juga akan mempengaruhi kapasitas buffer-nya. Sedang adanya rangsangan sangat mempengaruhi kecepatan sekresi dan komposisinya.15, 16Secara teori saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara, yaitu: Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan dalam rongga mulut. 15, 16 Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan F ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies. 15, 16 Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat mikroorganisme plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas volume dan buffer saliva yang tersedia untuk permukaan gigi memiliki peran besar dalam perlindungan karies. 15, 16 Kapasitas buffer saliva terutama ditentukan oleh konsentrasi ion bikarbonat. Manfaat dari buffer adalah untuk mengurangi potensi pembentukan asam. 15, 16 Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lysozyme, laciopet-oxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti mikroorganisme yang langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya berkurang. 15, 16 Molekul IgA disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat di dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies. 15, 16 Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan acquired pellicle sehingga dapat membantu menghambat pengeluaran ion fosfat dan kalsium dari email. 15, 16Di dalam rongga mulut sIgA (Imunoglobulin A sekretori) berfungsi melindungi permukaan mukosa dari infeksi virus dengan cara menghambat pertumbuhan virus. Antibodi ini mampu mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur alternatif dan mempunyai aktivitas opsonisasi, efek bakterisidal, dan efek bakteriolitik. Secara in vitro, sIgA dapat menghambat perlekatan Streptococcus salivarius pada permukaan epitel mukosa pipi. Hal ini mungkin juga berlaku pada perlekatan, agregasi, dan kolonisasi Streptococcus mutans pada proses pembentukan plak gigi dan karies gigi.14Karies merupakan penyakit yang terjadi secara intermiten yang mencakup baik hospes, mikroorganisme, maupun substratnya. Walaupun demikian, ada cukup bukti yang menunjang adanya korelasi negatif antara kapasitas buffer saliva yang tidak dirangsang atau dirangsang dengan karies. Selain itu, tidak diragukan lagi bahwa jika saliva tidak ada atau jumlahnya menurun drastis, maka karies rampan akan terjadi. Oleh sebab itu, usaha preventif harus segera dilakukan jika ada gangguan terhadap fungsi saliva yang memungkinkan hilangnya produksi saliva dan jika kapasitas buffer-nya menurun.13, 15

2.2.3.4 WaktuPengertian waktu di sini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Frekuensi masukan gula juga perlu mendapat perhatian. Masukan gula sekali dalam jumlah banyak ternyata lebih aman dari pada masukan dalam jumlah sedikit tetapi dilakukan berkali-kali karena serangan asam yang berulang kali akan menyebabkan demineralisasi yang berulang kali pula.2, 16Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.13

2.3 Tanaman Jarak Pagar Gambar 5. Jarak PagarSumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://tanaman herbal.files.wordpress.com/2007/12/jarakpagar.jpg&imagreful=htt p://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/15/jarak-pagar/&usg 2.3.1 Sejarah pohon jarak (Jatropha Curcas L.)Jatropha Curcas L. adalah tanaman yang berasal dari daerah tropis di Meksiko, Amerika Tengah. Saat ini Jatropha Curcas L. telah menyebar diberbagai tempat di Afrika dan Asia.17Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) telah lama dikenal masyarakat Indonesia, yaitu semasa penjajahan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Pada masa itu masyarakat diperintahkan untuk menanam jarak pagar di pekarangannya untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan perang bangsa Jepang. Oleh karena itu tidak mustahil kalau tanaman jarak pagar memiliki beberapa nama daerah (lokal) antara lain jarak budeg, jarak gundul, jarak cina (Jawa), baklawah, nawaih (NAD), dulang (Batak), jarak kosta (Sunda), jarak kare (Timor), peleng kaliki (Bugis), kalekhe paghar (Madura), jarak pager (Bali), lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara), kuman nema (Alor), jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi), dan ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).17Pohon Jarak dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi tanah yang baik. Pada lahan-lahan yang subur dimana air tidak tergenang merupakan tempat yang cocok bagi tanaman ini untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal.17Tanaman Jarak berbentuk pohon kecil maupun belukar besar yang tingginya mencapai lima meter. Cabang-cabang pohon ini bergetah dan dapat diperbanyak dengan biji, stek atau kultur jaringan dan mulai berbuah delapan bulan setelah ditanam.17Klasifikasi Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) :17Tanaman jarak termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : JatrophaSpesies : Jatropha curcas L. 2.3.2 KandunganKandungan kimia yang terkandung pada tanaman jarak (Jatropha curcas) sangatlah banyak sekali. Selain sebagai penghasil minyak bahan bakar ( biofuel ) juga mengandung senyawa yang dapat dijadikan sebagai obat. Berdasarkan analisis fitokimia telah menunjukkan bahwa tiap bagian tanaman jarak (Jatropha curcas) mengandung senyawa fenol, flavonoid, saponin dan senyawa alkaloid.18Penelitian Fagbenro Beyiohu meneliti adanya kandungan aktivitas antiparasit dari getah daun jarak. Selain itu penelitian juga menemukan adanya kandungan antimikroba, antioksidan, serta anti inflamasi yang tekandung pada tumbuhan jarak.17Adapun kandungan kimia yang terkandung dalam jarak berdasarkan anatomi tumbuhan yaitu : Biji mengandung zat kimia minyak jarak ( oleum ricini, kastrolo ) yang mengandung berbagai macam trigleserida, asam palmitat, Asam risinoleat, asam oleat, asam linileat. Selain itu juga mengandung Alkaloida risinin, dan beberapa macam enzim diantaranya enzim lipase. Daun mengandung Saponin, senyawa flavonoida antara lain kaempferol, nikotoflorin, kuersetin, astragalin, risinin, dan vitamin C. Akar mengandung metal trans -2 dekana 4,6,8 trinoat dan 1 tridekana 3,5,7,9,11 pentin beta sitosterol. Ektrak kulit batang jarak tak kalah banyak kandungannya , diantaranya adalah saponin, steroid, tannin, glikosida, alkaloida, dan flavonoid. Getahnya mengandung tannin , saponin, dan flavonoid. 2.3.3 ManfaatDibeberapa Negara termasuk Indonesia Jarak (Jatropha curcas)digunakan selain sebagai bahan bakar juga dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Biji tumbuhan jarak dapat dijadikan sebagai bahan bakar ramah lingkungan ( biofuel).17Manfaat lain dari tumbuhan jarak adalah digunakan sebagai obat rakyat seperti untuk mengobati penyakit luka bakar, batu penyakit kulit, diare, demam, peradangan dan sebagainya.17 Daun jarak sering digunakan untu mengobati bengkak, terkilir, luka berdarah, gatal gatal, eksim, dan kutu air. Kadang digunakan untuk memperlancar ASI. Buah dan biji jarak di manfaatkan sebagai obat borok, rematik sedangkan getah untuk mengobati kudis, sembelit dan sakit gigi.17

2.4. Bekicot

Gambar 6. BekicotSumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://tanaman herbal.files.wordpress.com/2007/1 www.aryaniarts.com/201/05 htt p://.wordpress.com/2007/12/15/cara-mudah-mengusir-bekicot/&usg

2.4.1. Sejarah dan macam-macam bekicotBekicot diperkirakan berasal dari Afrika Timur, dan bukan merupakan satwa asli Indonesia. Bekicot (Achatina fulica), diperkirakan tiba di Indonesia sekitar tahun 1922, selain jenis bekicot tersebut yang ada di Indonesia adalah Achatina fulica, yang diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1942, yaitu bersamaan dengan masuknya Jepang ke Indonesia.19Secara biologi bekicot termasuk binatang lunak (Mollusca), dari division mollusca diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelas Gastropoda atau binatang berkaki perut. Lebih rinci lagi binatang ini termasuk dalam genus Achatina. Bekicot apabila dibedakan berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :Achatina variegate, Achatina fulica, Helix pomatia, dan Helix aspersa. Keempat jenis bekicot tersebut adalah sebagai berikut :19 Achatina variegate yang memiliki ciri-ciri : mempunyai rumah (cangkang) lebih mencolok berwarna coklat lenggak lenggok, berat badan sekitar 150 sampai 200 gram, dengan ukuran antara 90 sampai 130 mm, jumlah telur sekitar 100 sampai 300 butir dengan masa bertelur tiga sampai empat kali setahun. Achatina fulica, yang memiliki ciri-ciri : memiliki cangkang tidak begitu mencolok dan bentuk cangkang cenderung meruncing, berat badan antara 150 sampai 200 gram dengan ukuran antara 90 sampai 130 mm, jumlah telur antara 100 sampai 300 butir dengan masa bertelur antara tiga sampai empat kali setahun. Helix pomatia, yang memiliki ciri-ciri : mempunyai cangkang yang kuat dengan warna cokelat keputih-putihan, berat badan antara 15 sampai 25 gram dengan ukuran antara 40 sampai 50 mm, jumlah telur antara 30 sampai 50 butir dalam sekali bertelur. Helix aspersa, yang memiliki ciri-ciri : mempunyai cangkang yang lemah dengan warna cokelat muda sampai kehitam-hitaman dengan garis-garis tidak teratur, berat badan antara 4 sampai 20 gram dengan ukuran antara 30 sampai 45 mm, jumlah telur antara 50 sampai 170 butir dengan masa bertelur satu sampai tiga kali dalam satu musim.19

2.4.2. Lendir bekicot sebagai obat tradisional penyembuh lukaPada lendir bekicot terdapat peptida antimikroba yang dapat mempengaruhi viabilitas ultrastruktur bakteri gram negatif dan gram positif melalui perubahan ultrastruktur sel.19Bekicot (Achatina fulica) secara turun temurun digunakan sebagai obat penyembuh luka ringan, penyakit kuning, penyakit kulit, serta lendirnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit gigi. Lendir bekicot menghilangkan rasa nyeri dengan menghambat mediator nyeri, sehingga nyeri tidak terjadi, hal ini disebabkan oleh mediator nyeri terhalangi untuk merangsang reseptor nyeri, sehingga nyeri tidak diteruskan ke pusat nyeri. Lendir bekicot juga dapat digunakan untuk meredakan sakit gigi, yaitu dengan menempelkan lendir bekicot pada gigi yang sakit dengan bantuan kapas.19Lendir bekicot memberikan reaksi positif dan nilai biologis yang tinggi, yaitu dalam penyembuhan dan penghambatan proses inflamasi. Bekicot sebagai salah satu obat tradisional dari bahan hewan, perlu diteliti dan dikembangkan. Secara tradisional, bekicot digunakan oleh masyarakat sebagai obat penyembuh luka baru. Secara ilmiah pemah diiakukan penelitian tentang kemampuan fraksi hasil pemisahan lendir bekicot sebagai antimikroba Eschericia coli, Streptococcus haemoliticus, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans dan efek cairan atau lendir, ekstrak air dan ekstrak etanol daging bekicot terhadap penyembuhan luka terbuka, lendir bekicot mempunyai kemampuan sebagai antiinflamasi yang relatif sama dengan daya antiinflamasi asetosal.19

BAB III

Lendir bekicotGetah tumbuhan jarak3.1 KERANGKA TEORI

Protein AchasinSaponinFlavonoidtannin

Waktu

SubstratHostKaries

Mikroorganisme

ActinomycesLactobacillusStreptococcus

Streptococcus mutansStreptococcus nitisStreptococcus sanguisStreptococcus salivarius

Keterangan :: di teliti: tidak di teliti

3.2 KERANGKA KONSEP

BekicotJarak PagarDaunCangkang

DagingBiji

LendirGetahBuah

Protein AchasinSaponinTanninFlavanoid

Antimikroba

Streptococcus mutans

Karies

Keterangan:: Lingkup penelitian: Variabel independen: Luar lingkup penelitian: Variabel Intervening: Variabel dependenBAB IVMETODE PENELITIAN4.1 JENIS PENELITIAN: Exsperimental laboratorium 4.2 RANCANGAN PENELITIAN: The Posted-Only Control Group Design 4.3 WAKTU PENELITIAN: Bulan Maret 2013 4.4 LOKASI PENELITIAN: Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar 4.5 DATA DAN ANALISIS DATA: Data skala rasio dan uji T 4.6 VARIABEL PENELITIAN: 1. Variabel Independen : Getah jarak dan Lendir bekicot 2. Variabel Dependen : Streptococcus mutans 3.Variabel Intervening: Kandungan Saponin, Tannin, dan Flavanoid di getah jarak dan kandungan Protein Achasin di lendir bekicot 4.7 DEFENISI OPERASIONAL: 1. Getah jarak pagar ( Jatropha curcas L ) adalah cairan bening atau agak keputihan yang didapatkan dengan cara melukai batang atau tangkai daun dari tanaman jarak pagar. 2. Lendir bekicot ( Achatina fulica ) adalah cairan yang diambil dari bekicot dengan jalan memecahkan bagian belakang cangkang bekicot yang runcing dan diambil menggunakan spoit 5 cc. 4.8 BAHAN DAN ALAT: Bahan :1. Getah tumbuhan jarak 8 ml2. Lendir bekicot 8 ml3. Bakteri Streptococcus Mutans Alat :1. Cawan petri8. Tabung reaksi 2. Oral diagnostik9. Botol vial3. Handskun10. Masker4. Tabung reaksi11. Autoklaf 5. Pisau scalpel12. Inkubator 6. Ose bulat13.Pinset7. Jangka sorong14. Almunium foil

4.9 PROSEDUR PENELITIAN:Secara keseluruhan prosedur kerja dalam penelitian ini mengacu kepada standar oprasional prosedur sterilisasi, semua alat yang digunakan harus steril. Prosedur yang dilakukan terdiri dari : sterilisasi alat, pembuatan medium kultur, pemurnian bakteri Streptococcus mutans, pengambilan getah jarak dan lendir bekicot, uji daya hambat, dan pengamatan zona inhibisi. 4.9.1. Sterilisasi Sterilisasi alat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut: Tip mikropipet, sarung tangan, dam gelas ukur masing-masing dibungkus dengan kertas dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Cawan petri, pinset, batang pengaduk, dan tabung reaksi dibungkus dengan alumunium foil dan di sterilkan menggunakan oven. Labu Erlenmeyer diisi dengan aquades sebanyak 250 ml lalu ditutup dengan kapas yang dipadatkan sedemikian rupa dan di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

4.9.2. Pembuatan medium kulturKomposisi medium nutrient agar (NA)- Peptone from meat 5g- Meat extract3g- Agar12gCara membuat :Nutrien agar (NA) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 1,15 g, kemudian tambahkan aquades sebanyak 50 ml ke dalam labu Erlenmeyer. Panaskan labu Erlenmeyer pada pemanas air sampai NA larut dengan air. Kemudian sterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Kemudiantuang ke dalam cawan petri, dimana setiap cawan petri berisi 15-20 ml NA cair kemudian biarkan sampai memadat. Setelah memadat siap untuk digunakan. 4.9.3 Pemurnian Streptococcus mutans Pemurnian dilakukan untuk memperoleh bakteri Streptococcus mutans dari biakan murni. Tahapan kerja pemurnian Streptococcus mutans adalah sebagai berikut : Ose bulat dipanaskan di atas lampu spirtus sampai membara lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi biakan murni Streptococcus mutans, tetapi sebelum menyentuh sediaan, ose dibiarkan dingin dengan merasakan suhu pada dinding tabung. Selanjutnya ose digoreskan pada biakan murni sampai terlihat mikroba menempel pada ose, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi NA yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Cawan petri yang berisi bakteri Streptococcus mutans diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC. 4.9.4 Pengambilan getah dan lendir bekicot Mengambil cairan bening atau agak keputihan yang didapatkan dengan cara melukai batang atau tangkai daun dari tanaman jarak pagar. Mengambil dari bekicot dengan jalan memecahkan bagian belakang cangkang bekicot yang runcing dan diambil menggunakan spoit 5 cc. 4.9.5 Uji daya hambat antimikroba Siapkan labu Erlenmeyer yang berisi NA yang telah dibuat kemudian msukkan biakan Streptococcus mutans aduk sampai tercampur. Siapkan 3 ( tiga ) buah cawan petri kemudian masukkan NA yang telah tercampur dengan isolat Streptococcus mutans masing-masing cawan petri diisi dengan 25 ml NA, biarkan hingga memadat. Masukkan 2 buah pencadang ke dalam setiap cawan petri kemudian isikan bahan uji ke dalam pencadang tersebut. Semua cawan petri selanjutnya disimpan dalam inkubator selama 1x24 jam pada suhu 37oC. 4.9.6. Pengamatan zona inhibisiDaya hambat diketahui berdasarkan pengukuran zona bening yang terbentuk disekitar pencadang. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong.

4.10 ALUR PENELITIAN:

Sterilisasi alat

Pembuatan bahan uji

Lendir bekicotGetah jarak pagar

Medium kultur NASuspensi Streptococcus MutansPemurnian biakan Streptococcus MutansPembuatan medium kultur

Uji daya hambat

Inkubasi

Pengamatan zona inhibisi

Analisis data( hasil )

Diskusi/Pembahasan

Kesimpulan

BAB VHASIL PENELITIANPada penelitian ini bahan uji yang digunakan getah jarak dan lendir bekicot dengan konsentrasi 100%. Kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans setelah 1x24 jam pada suhu 370C. Hasil pengamatan setelah di inkubasi adalah sebagai berikut :Percobaan 1 Lendir bekicot Getah jarakTabel 1. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans cawan petri 1 ( masa inkubasi 1x24 jam )SampelPengukuran zona inhibisi ( mm )

1.Getah jarak 100%15 mm

2.Lendir bekicot 100%9 mm

Sumber : Data primer Skala : RasioPada percobaan 1 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir bekicot. Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih besar diameter zona hambatnya daripada lendir bekicot.Percobaan 2 Lendir bekicot Getah jarakTabel 2. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans cawan petri 2 ( masa inkubasi 1x24 jam )SampelPengukuran zona inhibisi ( mm )

1.Getah jarak 100%16 mm

2.Lendir bekicot 100%8,5 mm

Sumber : Data primer Skala : RasioPada percobaan 2 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir bekicot. Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih besar diameter zona hambatnya daripada lendir bekicot.Percobaan 3 Lendir bekicot Getah jarakTabel 3. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans cawan petri 3 ( masa inkubasi 1x24 jam )SampelPengukuran zona inhibisi ( mm )

1.Getah jarak 100%16,5 mm

2.Lendir bekicot 100%9 mm

Sumber : Data primer Skala : RasioPada percobaan 3 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir bekicot. Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih besar diameter zona hambatnya daripada lendir bekicot.Dari hasil ketiga percobaan diatas menunjukan getah jarak dan lendir bekicot dapat mengambat bakteri Streptococcus mutans dan getah jarak lebih efektif mengambat bakteri Streptococcus mutans dari pada lendir bekicot. 5.4 Analisis DataDari hasil analisis data uji T menunjukkan nilai P 0,001. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini signifikan.Tabel 4. Hasil uji TJENISNMEANSTD. DEVIATIONSIG(2-TAILED)P

Daya hambat lendir bekicot38,830,280,0000,001

Daya hambat getah jarak315,830,760,001

BAB VIPEMBAHASANPenelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar pada bulan Maret 2013, bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan mendapatkan gambaran perbandingan daya hambat getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.Untuk mengetahui apakah ada pengaruh getah jarak dan lendir bekicot terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans dan bagaimana perbandingan daya hambatnya maka pada penelitian ini digunakan getah jarak dan lendir bekicot dengan konsentrasi 100% kemudian dilakukan replikasi sebanyak 3 kali pada bakteri Streptococcus mutans.Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu pada kedua bahan uji terlihat adanya zona bening yang terbentuk yang berarti bahwa adanya daya hambat pada getah jarak dan lendir bekicot terhadap bakteri Streptococcus mutans, dan memperlihatkan getah jarak lebih efektif menghambat bakteri Streptococcus mutans dari pada lendir bekicot.Pada percobaan pertama memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar 15 mm dan lendir bekicot sebesar 9 mm.Pada percobaan kedua memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar 16 mm dan lendir bekicot sebesar 8,5 mm.Pada percobaan ketiga memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar 16,5 mm dan lendir bekicot sebesar 9 mm.Dari hasil tiga kali percobaan memperlihatkan adanya zona inhibisi pada setiap bahan uji. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lendir bekicot dan getah jarak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.Efektifitas getah jarak dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dilihat dari besarnya zona inhibisi yang dihasilkan tentunya menambah manfaat dari getah jarak tersebut, selain dapat menghambat jamur Candida sp yang terdapat di sariawan dan dapat digunakan juga sebagai obat analgesik, getah jarak tersebut ternyata efektif juga dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Daya hambat ini sangat dipengaruhi oleh adanya zat-zat antibakteri yang terdapat dalam getah jarak.6Pencegahan karies sesuai dengan prinsip intervensi minimal adalah merupakan perawatan non invasif tanpa adanya pengambilan jaringan keras gigi. Mengkondisikan suasana rongga mulut yang sehat yaitu dengan cara mengendalikan pertumbuhan bakteri adalah salah satu usaha untuk mencegah karies. Bakteri penyebab karies adalah Streptococcus Mutans yang merupakan bakteri anaerob fakultatif dan merupakan mikroflora rongga mulut.4Dimana getah jarak mengandung zat antimikroba yaitu saponin, tannin, dan flavonoid, sedangkan lendir bekicot mengandung peptida sebagai protein. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa banyaknya zat antimikroba dalam kandungan getah jarak sehingga pada ketiga percobaan tersebut memperlihatkan zona inhibisi yang dihasilkan oleh getah jarak tersebut lebih luas dari pada zona inhibisi yang dihasilkan oleh lendir bekicot.5, 7Zona inhibisi yang dihasilkan oleh lendir bekicot karena adanya peptida, peptida tersebut adalah protein Achasin. Faktor antibakteri Achasin ini dapat bekerja dengan menyerang atau menghambat pembetukan bagian-bagian dari strain bakteri seperti, lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma. Lapisan peptidoglikan adalah komponen pembentuk dinding sel, dimana pada bakteri dinding sel ini diperlukan cukup kuat untuk menahan tekanan osmotik dari luar. Hal ini menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik keluar sehingga sitoplasma bakteri lama-kelamaan akan menyusut akibatnya mati. Tidak berfungsinya lagi dinding sel yang mempertahankan bentuk dan melindungi bakteri, bakteri tersebut tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar dan segera mati.8Teori tersebut menunjukkan bahwa protein Achasin di lendir bekicot dapat menghambat pertumbuhan bakteri sejalan dengan hasil pada penelitian ini. Kecilnya zona hambat yang dihasilkan dari lendir bekicot tersebut disebabkan karena lendir bekicot hanya mempunyai peptida sebagai protein yang bisa mengambat pertumbuhan bakteri.Dibandingkan dengan getah jarak yang memiliki tiga zat antimikroba yaitu saponin, tannin, dan flavonoid yang merupakan senyawa kompleks sehingga lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 5

BAB VIIPENUTUP7.1 KESIMPULAN Pada getah jarak zona bening yang dihasilkan lebih besar dari pada zona bening yang dihasilkan lendir bekicot sehingga getah jarak lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan dengan lendir bekicot.7.2 SARAN Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan bisa dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenani pemanfaatan getah tumbuhan jarak dan lendir bekicot dalam bidang kedokteran gigi.

DAFTAR PUSTAKA1. Theodore M, Harald O, Edward J. Sturdevants art and science of operative dentistry. ed. 4. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc,; 2002. Hal. 65, 67, 80, 83-85, 89.2. Ismu SS. Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC; 1992. Hal.6, 14, 21-23, 25,27.3. Poetry Oktanauli, Fransiska Nuning, Lidiawati. Efek Antimikroba Polifenol The Hijau tehadap Streptococcus mutans 20114. Devi Ayu Purnamasari, Elly Munadziroh, R. Mohammad Yugiartono. Konsentrasi Ekstak Biji Kakao sebagai Material Alam dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. 20105. Jarak Pagar (Jatropha Curcas ): http:/www.wikipedia.com 6. Irmaleny, Sumawinata Narlan, Fatma Dewi, Abdassah Marrline. Dosis Efektif Getah Jarak Pagar ( Jatropha Curcas L ) sebagai Analgesik Dengan Menggunakan Tes Geliat.20107. Titiek Berniyanty, Suwarno. Karakterisasi Protein Lendir Bekicot ( Achasin ) Isolat Lokal sebegai Faktor Antibakteri.20078. Susantini Uke Iluh.Daya Anti Mikroba Berbagai Konsentrasi Lendir Bekicot ( Achatina Fulica ) Terhadap Diameter Zona Hambat Bakteri Streptococcus mutans secara in vitro.20109. Nugraha.A.W. Plak dimana-mana. Fakultas farmasi USD. Yogyakarta. 2008. hal.1-3.10. Basri A.Gani, Endang WB, Boy MB, Retno S, I Wayan TW. Profil antigen streptococcus mutan yang dideteksi dengan immunoglobulin ayam anti Streptococcus mutans. Maj Ked Gigi 2006; 13(2): 106-7.11. Simon L. The role of Streptococcus mutans and oral ecology in the formation of dental caries. Dental Information. New York. p. 281.12. Anderson, T. Dental treatment in Medieval England. British Dental Journal, 2004, 19713. Jannis.J. Karies Gigi. Menuju gigi dan mulut sehat. Fakultas kedokteran gigi USU. Medan. 2008. hal. 4-7.Edi HS. Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta: UI-press; 2005. Hal. 20-22, 60-67, 85-86.14. Edwina AM, Sally J. Dasar-dasar karies; penyakit dan penaggulangannya. Alih bahasa, Narlan S, Safarida F. Jakarta: EGC; 1992. Hal. 2-5, 8-9, 51, 66,-67, 73-74, 9415. Sabir A. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro), Maj. Ked.Gigi 2005. 38(3) : 136.16. Tarigan S. Karies gigi.ed.Liliana Yuwono. Jakarta; Hipokrates. 1995.hal.17-34.17. Mahmud, Zainal. Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.),2007. Info Tek Jarak Pagar, Bogor.18. Oskoueian Ehsan, Abdullah Norhani, Zuhainis Wan. Antioxidant, Anti-inflamatory and anticancer activities of methanolic extracts from jatropha curcas Linn, 2011. Journal of Medicinal Plants Research. Malaysia.19. Agung A.A., Gejir N., Kencana S. 2009. Efektivitas Cairan Bekicot DalamMengurangi Rasa Sakit Pada Karies Gigi. Badan PPSDM Depkes RI tahun 2009.

21