isi skripsi

Upload: adroewpascaperdana

Post on 02-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lo

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGKecelakaan lalu lintas menjadi masalah serius di negara-negara ASEAN. Sebagai negara terbesar di wilayah, Indonesia masih harus bekerja keras untuk mengelola dengan baik masalah keselamatan dalam perjalanan pada periode seperti sekarang ini.1Pada tahun 2007, tercatat 16.548 korban jiwa dan luka-luka 66,060. Kecelakaan lalu lintas membawa dampak yang sangat besar pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.1Hilangnya struktur wajah dapat memiliki dampak fisik, sosial dan psikologis bagi mereka yang terkena dampak dari trauma maksilofasial.2 Protesa maksilofasial yang memulihkan dan menggantikan struktur wajah, bertujuan untuk meningkatkan estetika pasien, memulihkan dan menjaga kesehatan dari struktur yang tersisa dan membuat mental serta fisik pasien menjadi lebih baik.2

28

Perawatan protesa maksilofasial menawarkan perbaikan dalam fungsi penampilan dan kesehatan dari pasien dengan kelainan bawaan dan cacat kraniofasial.3Adapun yang membutuhkan perawatan dengan protesa maksilofasial yaitu bibir sumbing dan celah pada langit langit. Penyebab dari celah bibir dan langit langit tidak diketahui, namun penyebab yang memungkinkan yaitu kekurangan gizi dan terkena radiasi selama kehamilan, stres psikologis, agen teratogenik, agen infeksi (virus), dan keturunan.3Kebanyakan celah bibir kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan beberapa non - genetik. Rekonstruksi rahang bagian anterior penting pada kasus ini.3Wajah seseorang adalah sumber dari banyak informasi. Hal ini dapat menunjukkan emosi, juga merupakan sebuah jalan untuk berkomunikasi.4Bedah kepala dan leher dapat merusak dan memperburuk penampilan serta dapat sangat mempengaruhi bagaimana individu merasa mengenai diri mereka sendiri. Cacat yang dihasilkan dari hilangnya mata dapat menyebabkan gangguan psikologis serta gangguan sosial.4Tujuan dari setiap prosedur pembuatan mata palsu adalah untuk menyiapkan pasien di masyarakat dengan penampilan yang normal. Namun, dengan kemajuan dalam operasi ophthalmic atau operasi bedah bagian mata dan pembuatan protesa mata, pasien yang mendapat tindakan ophthalmic atau bedah bagian mata dapat direhabilitasi dengan efektif.4Perawatan prostetik maksilofasial untuk pasien dengan cacat bawaan dan kraniofasial tidak hanya mengatasi kekurangan fisik dan fungsional tetapi idealnya juga mengevaluasi efek psikologis yang mungkin timbul dari pada deformitas wajah.3Oleh sebab itu, saya sangat tertarik untuk meneliti mengenai penyebab umum dari terjadinya trauma maksilofasial dan apa saja kasus kasus trauma maksilofasial di Makassar yang membutuhkan pembuatan protesa maksilofasial melihat dari banyaknya jumlah kecelakaan maupun cacat dari lahir pada saat ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH Apa saja penyebab umum dari terjadinya kelainan maksilofasial? Apa saja kasus kasus kelainan maksilofasial di Makassar yang memerlukan pembuatan protesa maksilofasial?

1.3 TUJUAN Untuk mengetahui penyebab umum dari terjadinya kelainan maksilofasial. Untuk mengetahui kasus kasus kelainan maksilofasial di Makassar yang memerlukan pembuatan protesa maksilofasial.

1.4 MANFAAT Mengetahui jenis jenis kelainan pada bagian kraniofasial yang membutuhkan penanganan protesa maksilofasial. Mengetahui penyebab penyebab dari terjadinya kasus kasus kelainan maksilofasial.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 ETIOLOGI TRAUMA MAKSILOFASIALSalah satu penyebab terjadinya trauma maksilofasial adalah kecelakaan lalu lintas.Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas dalam kehidupan saat ini. Intensitas kecelakaan mempengaruhi keparahan cedera mulai dari lecet kecil sampai dengan luka yang menyisakan defek yang luas.5

2.2 WILAYAH MAKSILOFASIALWilayah maksilofasial umumnya terlibat dalam berbagai jenis cedera di wajah.Avulsi kulit dan subkutan struktur kepala dan leher sangat jarang. Avulsi ini dapat meninggalkan bagian tengkorak dan tulang yang mendasarinya tanpa cakupan jaringan.5Cacat pada daerah wajah dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, perubahan patologis, radiasi, luka bakar, atau karena intervensi bedah atau campur tangan dari bedah.Perluasan dari cacat mulai defek kecilatau bahkan sampai mencakup ke jaringan keras maupun jaringan lunak, baik intraoral maupun ekstraoral. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pengucapan, masuknya cairan dari rongga mulut kedalam rongga hidung, serta gangguan fungsi mastikasi.62.3 PERAWATAN MAKSILOFASIALPerawatan trauma maksilofasial untuk pasien prostetik dengan cacat bawaan dan kraniofasial tidak hanya mengatasi kekurangan fisik dan fungsional tetapi idealnya juga mengevaluasi efek psikologis yang mungkin timbul dari pada deformitas wajah.3Perawatan protesa maksilofasial menawarkan perbaikan dalam fungsi penampilan, kesehatan dari pasien dengan kelainan bawaan dan cacat kraniofasial.3Tujuan utama dalam merehabilitasi pasien dengan trauma maksilofasial adalah mengembalikan fungsi mastikasi, mengembalikan bentuk anatomi sehingga menjadi normal kembali dan mencapai estetik yang baik pada wajah.6

2.4 KASUS BIBIR SUMBINGAdapun yang membutuhkan perawatan dengan protesa maksilofasial yaitu kasus bibir sumbing dan celah pada langit langit.Penyebab bibir sumbing dancelah pada langit langit tidak diketahui, namun penyebab yang memungkinkan yaitu kekurangan gizi dan terkena radiasi selama kehamilan, stres psikologis, agen teratogenik, agen infeksi (virus), dan keturunan.Kebanyakan celah bibir kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan beberapa nongenetik. Rekonstruksi rahang bagian anterior penting pada kasus ini.3Saat ini, karena meningkatnya pengetahuan mengenai perubahan pertumbuhan dan perkembangan serta perawatan bedah dan ortodontik yang lebih baik, pasien dengan celah pada langit - langit dapat menerima perawatan yang lebih baik.3Disamping itu, mereka juga memerlukan sedikit banyaknya penanganan dari bagian prostodonsi. Akan tetapi, walaupun hanya diperlukan sedikit, perawatan prostodonsi tetap penting, bila ada ruang yang kurang pada saat perawatan celah langit langit.3Usia rata rata pasien yang mengalami kelainan celah bibir dan langit langit yaitu 9,2 tahun (jarak dari usia 15 hari hingga 18 tahun). Total dari 57 pasien anak, 5 kasus (8,7%) mengalami kelainan celah bibir, 6 kasus (10,5%) mengalami kelainan celah langit langit dan 46 kasus (80,7%) mengalami kelainan celah bibir dan langit langit. 37 kasus dari 46 kasus dengan kelainan celah bibir dan langit langit yaitu kelainan celah bibir dan langit langit pada satu sisi (unilateral) dan 20 kasus lainnya yaitu kelainan celah bibir dan langit langit pada dua sisi (bilateral).7Bibir sumbing dan atau celah langit-langit juga merupakan salah satu kelainan kongenital dari kepala dan daerah leher. Penyebabnya juga bervariasi yaitu menurut ras, letak geografis, jenis kelamin, dan kewarganegaraan.7Umumnya bagian yang paling sering hilang pada pasien dengan celah langit langit adalah bagian kongenital anterior pasien. Baik celah pada satu sisi (unilateral) maupun dua sisi (bilateral), gigi insisivus lateral yang paling sering hilang meskipun gigi kaninus maupun gigi insisivus sentralis kemungkinan juga akan terpengaruh.3

2.5 TRAUMA MAKSILOFASIAL PADA MATAPara penderita dengan kehilangan mata dapat menyebabkan masalah fisik dan emosional yang signifikan. Rehabilitasi seorang pasien yang telah menderita trauma psikologis dari hilangnya mata membutuhkan prostesis yang akan memberikan hasil estetik dan fungsional yang optimal.2Adapun pembuatan protesa okular untuk mata yang mengalami enukleasi.Para penderita yang kehilangan mata dapat menyebabkan gangguan psikologis serta sosial yang signifikan. Tujuan dari setiap prosedur protesa okular adalah untuk menyiapkan pasien di masyarakat dengan penampilan normal.4Prosedur bedah dalam pembuatan dari suatu mata tiruan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu evisceration (pengeluaran isi), dan excenteration. Setelah enucleation, sebuah plastik conformer dan antibiotic corticosteroid ditempatkan di dalam soket.4Plastik conformer yang ada didalam soket, diletakkan selama 4 sampai 6 minggu untuk mengurangi edema dan mempertahankan kontur dari soket dari sebuah mata prostetik.4

Pada pembuatan protesa mata, ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu:1. Primary Impression 1. Secondary Impression 1. Wax pattern trial 1. Flasking 1. Dewaxing 1. Packing and flasking1. Final finishing and polishing of the prosthesis[2]Ketika daerah bedah telah sembuh dengan baik dan dimensi stabil, pembuatan fabrikasi dari suatu mata prostesis dapat dilakukan. Manajemen awal dari anophthalmic soket yaitu mencegah kehilangan volume di daerah orbital anterior dan wajah yang asimetri,4Berbagai metode rehabilitasi dari sebuah anopthalmic soket yaitu termasuk stock eye prosthesis atau persediaan protesa mata (prefabrikasi) dan custom made ocular prosthesis.4

2.6 KANKER WAJAH DAN LEHERKanker kepala dan leher adalah istilah yang diterapkan pada kelompok tumor ganas yang terjadi di daerah anatomis kepala dan leher. Kanker paling umum melibatkan rongga mulut adalah sel karsinoma skuamosa.8Rekonstruksi cacat kepala dan leher dapat dicapai dengan operasi, pembuatan protesa, atau keduanya. Tujuan rekonstruksi pembedahan adalah untuk memperbaiki cacat, memungkinkan keberhasilan penyembuhan luka, mengembalikan fungsi, dan penyediaan estetik yang lebih baik.8Kanker kepala dan kanker leher mencapai 17% dari semua kasus kanker.Ini mempengaruhi struktur fisik dari wajah dan rongga mulut.Hal ini mempengaruhi berbagai fungsi seperti fungsi menelan, pengucapan, pernapasan dan estetika. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hidup individu.9Dalam rehabilitasi, ada keterbatasan bedah di mana satu-satunya pilihan adalah sebuah prostesa. Prostesis maksilofasial adalah cabang dasar kedokteran gigi yang berhubungan dengan rehabilitasi protesa buatan untuk cacat bawaan atau yang diperoleh dari mulut dan wajah yang mempengaruhi fungsi dan estetik.9Obturators termasuk ke dalam jenis protesa hibrid. Istilah ini digunakan untuk desain komposisi campuran maupun konvensional, yang mempunyai manfaat untuk memperbaiki kerusakan sebagian atau total pada bagian rahang. Ini adalah suatu perangkat yang dibuat untuk mengembalikan fungsi mastikasi, artikulasi atau pengucapan, dan estetik.9Rekonstruksi pada bagian kepala dan leher yang cacat dapat dilakukan dengan pembedahan, pembuatan protesa, ataupun keduanya. Tujuan dari operasi rekonstruksi adalah untuk memperbaiki yang bagian yang rusak pada wajah, memungkinkan penyembuhkan luka, mengembalikan fungsi, dan menyediakan estetik yang baik.9

2.7 ECTODERMAL DYSPLASIAEctodermal Displasia (ED) didefinisikan oleh National foundation for ectodermal dysplasia sebagai gangguan genetik di mana ada cacat bawaan lahir dari dua atau lebih struktur ektodermal.10Thurman menerbitkan laporan pertama dari pasien dengan ED pada tahun 1848, tetapi laporan tersebut tidak dapat dibuktikan sampai pada tahun 1929 dibuktikan oleh Weech.10Jumlah pasien perempuan yang terkena penyakit ini lebih banyak dibandingkan laki-laki akan tetapi pada perempuan hanya menunjukkan sedikit tanda tanda atau bahkan tidak menunjukkan kondisi apapun.10Lamartine pada tahun 2003 telah menggambarkan berbagai definisikan mengenai ectodermal displasia yaitu : Hypohidrotic (anhidrotic), Hidrotic (Cloustonsyndrome), Ectrodactyly-ectodermal dysplasia-cleft syndrome (EEC), Rapp- Hodgkin Syndrome, Hay-Wells syndrome or ankyloblepharon ectodermal dysplasia.10Biasanya ektodermal dysplasia dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada jumlah dan fungsi kelenjar keringat sebagai berikut : Hypohidrotic (anhidrotic) ectodermal displasia (Christ-Siemens-Tourine Syndrome) Hidrotic Ectodermal Dysplasia (Clouston Syndrome).10Ektodermal displasia sering melibatkan fitur yang tumpang tindih, sehingga rumit mengidentifikasi klasifikasinya. Beberapa sindrom ektodermal displasia mungkin ada yang ringan sedangkan yang lainnya dapat mematikan.11Diagnosis menjadi sulit karena karakteristik dari ektodermal displasia tidak jelas selama kelahiran, meskipun selama periode neonatal ada skala yang luas pada kulit.11

2.8 PROTESA MAKSILOFASIALProstesa maksilofasial adalah perawatan khusus kedokteran gigi yang bertujuan untuk memulihkan wajah cacat yang disebabkan oleh kelainan anatomi oleh kanker, trauma atau kongenital melalui perangkat buatan, yang umumnya melekat pada kulit dengan bantuan perekat.12Protesa maksilofasial mempunyai peran yang penting dalam rehabilitasi pasien yang menderita cacat pada wajah yang parah yang disebabkan oleh kanker, trauma, penyakit atau kelainan bawaan.12Perangkat prostetik maksilofasial dapat dipasang dengan bantuan perekat, dengan cara mekanis, implant kraniofasial dan anatomi jaringan lunak. Perekat merupakan metode yang efektif dan umum digunakan.12Pemulihan bagian tubuh yang hilang karena kelainan bawaan atau akibat dari kejadian umum seperti kecelakaan dan penggantian bagian tubuh tersebut berfungsi untuk memulihkan fungsi dan estetika yang hilang, yang dilakukan dengan menggunakan bahan bio-kompatibel.Penggunaan bahan tersebut untuk memulihkan bagian tubuh yang hilang telah digunakan selama bertahun-tahun sampai sekarang.

2.9 BAHAN PROTESA MAKSILOFASIALUntuk saat ini, tidak ada bahan-bahan yang tersedia secara komersial yang memenuhi semua persyaratan bahan yang ideal.Setiap bahan memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Penelitian kedepannya diharapkan dapat fokus pada dua tujuan utama yaitu : Meningkatkan sifat bahan, sehingga akan sama kurang lebih seperti jaringan pada manusia. Warna dari pewarna stabil untuk mewarnai protesa wajah.12Yang paling penting dalam pengobatan prostetik pada pasien seperti ini yaitu retensi yang memadai, kestabilan dan juga dukungan. Ukuran dan lokasi cacat biasanya mempengaruhi jumlah gangguan dan kesulitan dalam rehabilitasi prostetik.12Adapun selama berabad abad protesa digunakan untuk menutupi kerusakan maksilofasial.Meski ada perbaikan dalam teknik bedah dan restorasi, bahan bahan yang digunakan dalam prostetik maksilofasial adalah jauh dari ideal. Sebagai tambahan, bahan tersebut harus menyerupai kulit dalam warna dan tekstur.13Adapun bahan maksilofasial yaitu :1. Lateks. Adalah bahan lunak dan tidak mahal yang digunakan untuk membuat protesa yang menyerupai bentuk sesungguhnya. Sayangnya bahan ini lemah, cepat mengalami degenerasi, menunjukkan ketidakstabilan warna serta dapat menyebabkan reaksi alergi. Akibatnya, lateks jarang digunakan dalam pembentukan protesa maksilofasial.1. Vinil Plastisol. Resin vinil yang diplastiskan kadang kadang digunakan dalam aplikasi maksilofasial. Plastisol adalah cairan kental berisi partikel kecil vinil yang tersebar dalam suatu bahan pembuat plastis. Bahan pewarna ditambahkan pada bahan ini untuk menyesuaikan warna kulit individu. Sayangnya, vinil plastisol mengeras dengan bertambahnya waktu karena hilangnya bahan pembuat plastis. Sinar ultraviolet juga memiliki efek samping terhadap bahan bahan ini, untuk alasan inilah penggunaan vinil plastisol menjadi terbatas.1. Karet Silikon. Silicon yang digunakan saat ini adalah silicon vulkanisasi panas dan vulkanisasi temperatur ruangan, keduanya mempunyai keuntungan dan kekurangan.1. Polimer Poliuretan. Poliuretan adalah bahan yang paling sering digunakan akhir akhir ini dalam prostetik maksilofasial. Pembuatan protesa poliuretan memerlukan perbandingan proporsi yang akurat dari 3 komponen. 13

BAB IIIKERANGKA KONSEPMedical Record\

Kasus Kelainan Maksilofasial

Akibat Kelainan KongenitalAkibat Kanker/TumorAkibat Kecelakaan

Dapat ditangani dengan operasi plastikTidak dapat ditangani dengan operasi plastikDapat ditangani dengan operasi plastikTidak dapat ditangani dengan operasi plastikTidak dapat ditangani dengan operasi plastikDapat ditangani dengan operasi plastik

Butuh Protesa MaksilofasialButuh Protesa MaksilofasialButuh Protesa Maksilofasial

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1 JENIS PENELITIANJenis penelitian yaitu Observasional Deskriptif.

4.2 DESAIN PENELITIANDesain penelitian ini yaitu study cross sectional.

4.3 TEMPAT DAN WAKTUPenelitian akan dilakukan di empat lokasi di Makassar, yaitu :- Rumah Sakit Polisi Bhayangkara- Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea bagian Prostodonsi- Klinik Family Dentistry Makassar- Klinik Denta Medica Makass4.4 SUBJEK PENELITIANSubjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh Medical Recordpasien dengan kasus cacat maksilofasial di empat lokasi penelitian di Makassar yaitu Rumah Sakit Polisi Bhayangkara, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea bagian Prostodonsi, Klinik Family Dentistry Makassar dan Klinik Denta Medica Makassar dari tahun 2001 hingga 2011.

4.5 DEFINISI OPERASIONALKasus Cacat Maksilofasial: Kasus kasus yang dialami oleh seseorang yang mengalami kehilangan atau kerusakan pada bagian kraniofasial. Yang termasuk dalam kasus trauma maksilofasial adalah trauma yang terjadi dari faktor faktor seperti akibat kecelakaan, tumor atau kanker, kelainan kongenital maupun akibat operasi.Kasus kasus tersebut diambil dari data data yang lengkap dari medical record empat lokasi di Makassar yang telah ditentukan, dimana data yang diambil yaitu data pasien selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2001 2011.4.6 PROSEDUR PENELITIANPenelitian akan dilakukan dengan cara melihat data sekunder dari medical record yang menjadi sampel penelitian. Sampel yang diambil dan digunakan yaitu hanya data pasien yang telah dilakukan perawatan prostetik maksilofasial dengan rentang waktu sepuluh tahun terakhir.Setelah data dari medical record diambil dan didapatkan data data pasien yang telah menjalani perawatan prostetik maksilofasial, kemudian dilakukan analisis dengan bantuan referensi yang telah dikumpulkan.

Penentuan Lokasi Penelitian4.7 ALUR PENELITIAN

Pengambilan Medical Record

Pengambilan Data Sesuai Kriteria Penilaian

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

4.8 PENGOLAHAN DATAAnalisis data dilakukan secara deskriptif dengan membuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian kemudian mendistribusikannya ke dalam bentuk tabel ataupun diagram.

BAB VHASIL PENELITIANAdapun setelah dilakukan penelitian dengan mengambil medical record dari empat lokasi penelitian di Makassar yang telah ditetapkan, didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 5.1 Jumlah medical record dari tahun 2001-2011 dari empat lokasi penelitian di Makassar.No.TahunYang DitanganiYang Tidak Ditangani

1.2001 2531

2.2002518

3.20031427

4.2004924

5.20051526

6.20061630

7.20071231

8.20081629

9.2009928

10.2010230

11.2011921

12.Tidak Diketahui2-

recordJumlah134295

Persentasi31,23%68,76%

Sumber: Lesal E, Kebutuhan protesa maksilofasial di Makassar dari tahun 2001-2011.Data Primer.2012.Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa jumlah medical record dari empat tempat penelitian di Makassar dengan rentang waktu dari tahun 2001-2011 sebanyak 429 medical record. Adapun medical record yang ditangani sebanyak 134 medical record atau sebesar 31,23% dan yang tidak ditangani sebanyak 295 medical record atau sebesar 68,76%. Pada tahun 2001 terdapat 25 jumlah medical record yang ditangani sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 31 medical record. Tahun 2002 sebanyak 5 medical record yang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 18 medical record.Tahun 2003 sebanyak 14 medical record yang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 27 medical record.Tahun 2004 sebanyak 9 medical record yang ditangani sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 24 medical record.Tahun 2005 sebanyak 15 medical record yang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 26 medical record.Tahun 2006 sebanyak 16 medical record yang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani yaitu sebanyak 30 medical record.Tahun 2007 sebanyak 12 medical record yang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 31 medical record. Tahun 2008 sebanyak 16 medical recordyang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 29 medical record yang tidak ditangani. Tahun 2009 sebanyak 9 medical recordyang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 28 medical record.Tahun 2010 sebanyak 2 medical recordyang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 30 medical record dan pada tahun 2011 sebanyak 9 medical recordyang ditangani, sedangkan yang tidak ditangani sebanyak 21 medical record.Adapun jumlah medical record yang paling banyak ditangani yaitu pada tahun 2001 dengan total 25 medical record yang ditangani dan yang paling sedikit yaitu pada tahun 2010 sebanyak 2 medical record. Jumlah medical record yang paling banyak tidak ditangani yaitu pada tahun 2001 dan 2007 dengan masing masing sebanyak 31 medical record dan paling sedikit yaitu pada tahun 2002 dengan 18 medical record. Juga ada medical record yang tidak dicantumkan tahun pembuatan medical record-nya sebanyak 2 medical record.

Tabel 5.2.Data identitas pasien yang ditangani berdasarkan medical record dari tahun 2001-2011.NoIdentitasJumlah Orang%

1.Jenis Kelamin :1. Laki-laki1. Perempuan805459,70%40,29%

2.Usia (tahun) :1. 0 10 tahun1. 11 20 tahun1. 21 30 tahun1. 31 40 tahun1. 41 50 tahun1. 51 60 tahun1. 61 70 tahun1. 71 80 tahun1. 81 90 tahun1. Tidak Diketahui152530171310522211,19%18,65%22,38%12,68%9,70%7,46%3,73%1,49%1,49%18,65%

3. Pendidikan :1. SD1. SMP1. SMA 1. Mahasiswa1. Tidak Diketahui21341241,49%0,74%2,23%2,98%92,53%

4. Pekerjaan :1. Tidak Ada1. Nelayan1. Petani1. Tukang Ojek1. Guru1. Kuli Bangunan1. Supir Pete Pete1. Pelajar1. Perawat1. Buruh Harian1. Pegawai 1. Pedagang1. Swasta 1. Tukang Cukur1. Pensiunan 10326131210116311176,86%1,49%4,47%0,74%2,23%0,74%1,49%7,46%0,74%0,74%4,47%2,23%0,74%0,74%0,74%

Sumber: Lesal E, Kebutuhan protesa maksilofasial di Makassar dari tahun 2001-2011.Data Primer.2012Pada Tabel 5.2 mengenai identitas pasien seperti jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan, dapat diketahui bahwa pasien dengan kelainan maksilofasial lebih didominasi oleh laki laki dibandingkan perempuan yaitu 80 orang laki laki atau sebesar 59,70% dan 54 perempuan atau sebesar 40,29%. Adapun dari segi usia, yang sangat dominan yaitu rentang usia 21 30 tahun dengan jumlah 30 orang atau sebesar 22,38% sedangkan rentang usia dengan jumlah paling sedikit yaitu usia 71 80 tahun dengan jumlah 2 orang atau sebesar 1,49% dan usia 81 90 tahun dengan jumlah 2 orang juga atau sebesar 1,49%. Dari segi pendidikan banyak yang tidak diketahui pendidikannya dengan jumlah 124 orang atau sebesar 92,53%. Adapun data medical record yang diketahui pendidikannya paling banyak yaitu mahasiswa sebanyak 4 orang atau sebesar 2,98%. Dan dari segi pekerjaan, sebanyak 103 orang tidak diketahui pekerjaannya atau sebesar 76,86%. Akan tetapidari data yang ada mengenai pekerjaan, didapatkan bahwa pelajar paling banyak dengan jumlah 10 orang atau sebesar 7,46% dan paling sedikit yaitu tukang ojek, kuli bangunan, perawat, buruh harian, swasta, tukang cukur dan pensiunan dengan masing masing berjumlah 1 orang atau masing masing sebesar 0,74%.

Gambar 5.3.Diagram distribusi lokasi pemasangan protesa maksilofasial yang digunakan di Makassar dalam rentang waktu 2001-2011.Berdasarkan Gambar 5.3. mengenai diagram distribusi lokal pemasangan protesa maksilofasial yang digunakan di Makassar dalam rentang waktu 2001-2011, didapatkan data bahwa pada region maksilofasial, paling banyak dilakukan pemasangan pada bagian mata yaitu sebesar 50%, hidung sebesar 1% dan telinga sebesar 1%. Berdasarkan regio pada rahang atas dan rahang bawah, didapatkan data bahwa pada rahang atas dilakukan pemasangan protesa sebesar 44% dan pada rahang bawah sebesar 2%. Adapun pada data juga, terdapat gabungan dari pemasangan pada rahang atas dan bawah sebesar 1%, gabungan dari rahang atas dan hidung sebesar 1% serta gabungan dari rahang atas dan mata sebesar 1%.

Gambar 5.4. Diagram distribusi penyebab pemakaian protesa maksilofasial di Makassar dalam rentang waktu 2001-2011.Berdasarkan Gambar 5.4. mengenai diagram distribusi penyebab pemakaian protesa maksilofasial di Makassar dalam rentang waktu 2001-2011, didapatkan data bahwa adapun penyebab penyebab sehingga dilakukannya perawatan dengan menggunakan protesa maksilofasial ada 4, yaitu akibat cacat dari lahir, trauma, tumor atau kanker dan akibat dari post operasi. Dari data yang telah didapatkan, diketahui bahwa pemakaian protesa maksilofasial akibat cacat dari lahir sebanyak 11 medical record, pemakaian protesa maksilofasial akibat trauma sebanyak 2 medical record, pemakaian protesa maksilofasial akibat tumor atau kanker sebanyak 55 medical record dan pemakaian protesa maksilofasial akibat post operasi sebanyak 52 medical record. Adapun selain dari keempat faktor yang menyebabkan pasien menjalani perawatan dengan menggunakan protesa maksilofasial, didapatkan data dari medical record mengenai perbaikan protesa yang telah dibuatkan dan digunakan sebanyak 5 orang, yang dengan kata lain kemungkinan protesa maksilofasial yang sebelumnya telah dibuatkan telah longgar atau dibuat baru tetapi tidak sesuai dan tidak estetik. Dan juga ada medical record tanpa keterangan mengenai alasan pasien datang sebanyak 9 medical record.

BAB VIPEMBAHASANDari data data yang diperoleh dari medical record dari 4 lokasi penelitian di Makassar dengan rentang waktu dari tahun 2001-2011 atau selama 10 tahun terakhir, didapatkan sebanyak 429medical record. Adapun medical record yang ditangani sebanyak 134 medical record atau sebesar 31,23% dan yang tidak ditangani sebanyak 295 medical record atau sebesar 68,76%. Dari medical record tersebutdidapatkan bahwa laki laki lebih banyak melakukan perawatan protesa maksilofasial dibandingkan perempuan, yaitu laki laki sebanyak 80 orang atau 59,70% dan perempuan sebanyak 54 orang atau sebesar 40,29%.Kemungkinan dapat disimpulkan bahwa laki laki lebih banyak yang terkena kelainan atau cacat maksilofasial dibandingkan dengan perempuan.Dari usia diambil data berdasarkan medical record yaitu dari usia 0-90 tahun dengan pembagian tiap 10 tahun dan didapatkan data yaitu data paling banyak didapatkan dari rentang usia dari 21-30 tahun yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 22,38% dan yng paling sedikit yaitu dari rentang usia 71-80 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 1,49% dan rentang usia 81-90 tahun yaitu sebanyak 2 orang juga atau sebesar 1,49% . Dari data yang diperoleh juga didpatkan ada yang tidak dicantumkan umurnya sebanyak 2 orang.Dari segi pendidikan didapatkan sebanyak 124 orang yang tidak tercantum pendidikannya atau sebesar 92,53%. Dari data pendidikan yang didapatkan paling banyak yang berstatus mahasiswa yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 2,98%. Selebihnya yaitu SD sebanyak 2 orang atau sebesar 1,49%, SMP sebanyak 1 orang atau sebesar 0,74%, dan SMA sebanyak 3 orang atau sebesar 2,23%.Adapun dari segi pekerjaan, didapatkan dari medical record bahwa sebanyak 103 orang tidak ada data mengenai pekerjaannya atau sebesar 76,86%. Selebihnya, yaitu nelayan sebanyak 2 orang atau sebesar 1,49%, petani sebanyak 6 orang atau sebesar 4,47%, tukang ojek sebanyak1 orang atau sebesar 0,74%, guru sebanyak 3 orang atau sebesar 2,23%, kuli bangunan sebanyak 1 orang atau sebesar 0,74%, supir pete pete sebanyak 2 orang atau sebesar 1,49%, pelajar sebanyak 10 orang atau sebesar 7,46%, perawat sebanyak 1 orang atau sebesar 0,74%, buruh harian sebanyak 1 orang atau sebesar 0,74%, pegawai sebanyak 6 orang atau sebesar 4,47%, pedagang sebanyak 3 orang atau sebesar 2,23%, serta swasta, tukang cukur dan pensiunan masing masing sebanyak 1 orang atau masing- masing sebesar 0,74%.Adapun dari segi distribusi lokasi pemasangan protesa maksilofasial, didapatkan data dari medical record pada region maksilofasial, paling banyak didapatkan data pemasangan pada bagian mata yaitu sebanyak 66 orang atau sebesar 50%, telinga sebanyak 1 orang atau sebesar 1% dan hidung sebanyak 2 orang atau sebesar 1%. Berdasarkan regio pada rahang atas dan rahang bawah, didapatkan data bahwa pada rahang atas dilakukan pemasangan protesa sebanyak 58 orang atau sebesar 44% dan pada rahang bawah sebanyak 3 orang atau sebesar 2%. Adapun pada data terdapat gabungan atau lebih dari 1 pembuatan dan pemasangan protesa maksilofasial yaitu gabungan dari pemasangan pada rahang atas dan bawah sebanyak 1 orang atau sebesar 1%, gabungan dari rahang atas dan hidung sebanyak 1 orang atau sebesar 1% serta gabungan dari rahang atas dan mata sebanyak 1 orang atau sebesar 1%.Dari segi distribusi kebutuhan protesa maksilofasial yang didapatkan dari empat lokasi penelitian di Makassar dengan rentang waktu dari tahun 2001-2011, didapatkan data bahwa adapun penyebab penyebab sehingga dilakukannya perawatan dengan protesa maksilofasial ada 4, yaitu akibat cacat dari lahir, trauma, tumor atau kanker dan post operasi. Data yang didapatkan bahwa pemakaian protesa maksilofasial akibat cacat dari lahir sebanyak 11 medical record, pemakaian protesa maksilofasial akibat trauma sebanyak 2 medical record, pemakaian protesa maksilofasial akibat tumor atau kanker sebanyak 55 medical record dan pemakaian protesa maksilofasial akibat post operasi sebanyak 52 medical record. Adapun selain dari keempat faktor tersebut, didapatkan data dari medical record mengenai perbaikan protesa yang telah dibuatkan dan digunakan sebanyak 5 orang dan juga ada medical record tanpa keterangan sebanyak 9 medical record.Dari data data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa laki laki lebih banyak mendapatkan perawatan dengan protesa maksilofasial dibandingkan perempuan, berdasarkan faktor faktor seperti cacat dari lahir, trauma, kanker atau tumor dan post operasi. Rata rata yang melakukan perawatan protesa maksilofasial yaitu yang berusia 21-30 tahun. Dari segi pendidikan, yang mendapatkan penanganan lebih banyak yaitu mahasiswa dan dari segi pekerjaan yang lebih mendominasi yaitu pelajar, sesuai dengan data medical record yang didapatkan karena lebih banyak medical record yang tidak mencantumkan pendidikan dan pekerjaan dari pasien pasien tersebut.Dari segi lokasi, lebih banyak dibuatkan protesa maksilofasial pada bagian mata dibandingkan daerah maksilofasial lainnya.Serta faktor yang paling sering menjadi penyebab sehingga perlunya dilakukan perawatan dengan protesa maksilofasial adalah faktor akibat tumor atau kanker sebanyak 55 medical record.Adapun penyebab lebih banyaknya jumlah laki laki yang mendapatkan perawatan protesa maksilofasial dilihat dari keempat faktor umum penyebab terjadinya cacat pada bagian maksilofasial. Dilihat dari faktor trauma, laki laki lebih beresiko terkena cacat maksilofasial dibandingkan dengan perempuan karena laki laki lebih banyak mengendarai kendaraan pribadi dibandingkan perempuan, terlebih juga dilihat dari pekerjaan yang dilakukan oleh laki laki, terkadang lebih berat dan berbahaya daripada pekerjaan yang dilakukan perempuan.Dilihat dari segi umur juga, paling banyak ditemukan pada rentang usia 21-30 tahun dimana pada usia seperti ini kurangnya perhatian akan kehati hatian baik dari laki laki maupun perempuan. Kanker kepala dan kanker leher mencapai 17% dari semua kasus kanker.Ini mempengaruhi struktur fisik dari wajah dan rongga mulut dan tidak menutup kemungkinan baik laki laki maupun perempuan dapat terkena kanker ini. Adanya operasi plastik saat ini dapat membantu masalah estetik terutama pada wajah akan tetapi ada pula cacat pada maksilofasial yang tidak dapat ditangani secara bedah plastik sehingga memerlukan perawatan dengan protesa maksilofasial. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa cacat pada bagian maksilofasial adalah hasil dari operasi plastik yang tidak sempurna atau kesalahan sewaktu melakukan operasi plastik.Kelainan pada maksilofasial pun ada yang didapatkan secara turun temurun ataupun adanya gangguan pada saat sedang hamil, atau juga karena faktor dari luar seperti lingkungan hidup dan gaya hidup.Selain dari faktor penyebab tersebut, jumlah kasus yang tidak ditangani lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus yang ditangani. Kemungkinan penyebab hal tersebut yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini seperti drg spesialis prostetik, kurangnya alat, bahan dan tempat yang diperlukan untuk melakukan perawatan dengan protesa maksilofasial, kurangnya ekonomi dari pasien yang ingin melakukan perawatan dengan protesa maksilofasial serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya estetik.

BAB VIIPENUTUP7.1 SIMPULANDari data data dan penjelasan yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa :1. Cacat pada daerah wajah dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, perubahan patologis, radiasi, luka bakar, atau karena intervensi bedah atau campur tangan dari bedah. 1. Berdasarkan data yang ada, diperoleh data bahwa terdapat empat faktor umum serta yang menyebabkan perlunya penanganan dengan protesa maksilofasial yaitu akibat kelainan bawaan, trauma, kanker atau tumor dan post operasi.1. Para penderita dengan kehilangan mata dapat menyebabkan masalah fisik dan emosional yang signifikan. Rehabilitasi seorang pasien yang telah menderita trauma psikologis dari hilangnya mata membutuhkan prostesis yang akan memberikan hasil estetik dan fungsional yang optimal.1. Kanker kepala dan kanker leher mencapai 17% dari semua kasus kanker. Ini mempengaruhi struktur fisik dari wajah dan rongga mulut. Hal ini mempengaruhi berbagai fungsi seperti fungsi menelan, pengucapan, pernapasan dan estetika. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hidup individu.1. Ectodermal Displasia (ED) didefinisikan oleh National foundation for ectodermal dysplasia sebagai gangguan genetik di mana ada cacat bawaan lahir dari dua atau lebih struktur ektodermal.1. Kemungkinan penyebab lebih banyaknya kasus tidak ditangani dibandingkan yang ditangani yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini seperti drg spesialis prostetik, kurangnya alat, bahan dan tempat yang diperlukan untuk melakukan perawatan dengan protesa maksilofasial, kurangnya ekonomi dari pasien yang ingin melakukan perawatan dengan protesa maksilofasial serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya estetik.

7.2 SARAN- Sebaiknya di setiap rumah sakit lebih memperhatikan mengenai kasus kasus yang membutuhkan penanganan dengan protesa maksilofasial.-Lebih meningkatkan kinerja rumah sakit dengan alat serta bahan yang digunakan untuk pembuatan protesa maksilofasial.-Meningkatkan kualitas dari dokter dan penyediaan dokter atau dokter gigi spesialis untuk kasus kasus kelainan maksilofasial.-Sebaiknya dokter dokter gigi lebih memberikan perhatiannya dalam membuat medical record setiap pasien yang berkunjung dan medical record tersebut diisi secara lengkap mengenai data data umum pasien, penyakit yang diderita dan penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA1. Sutomo H, Purtowo H. Assessing road accident fund in Indonesia. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies 2010 Vol.8.2. Somkuwar K, Mathai R, Jose P. Ocular prosthesis: patient rehabilitation-a case report. Peoples Journal Of Scientific Research 2009 (2):21-26.3. Ayna E,Basaran EG, Beydemir K. Prosthodontic rehabilitation alternative of patients with cleft lip and palate (CLP): two cases report .International Journal of Dentistry 2009.4. Ardash N, Pradeep, Suresh BS, Yogesh RB, Rachana KB. Ocular prosthesis made easy a case report. International Journal Of Dental Clinic 2011;3:105-6.5. Joshi U, Patil SK. Maxillofacial trauma with scalp avulsion: a case report. International Journal Of Dental Clinic 2010;2:58-60.6. Kumar L, Gupta R, Yadav A. Prosthetic rehabilitation of maxillofacial trauma patient ?a case report. Available from http://www.webmedcentral.com. September 10, 2011. 12:01:09 PM.7. Yaman A, Saatci P, Arikan G, Soylu A, Saatci AO, Kavukcu S.Ocular findings in children with nonsyndromic cleft lip and palate.The Turkish Journal of Pediatrics 2009;5:350-3.8. Bilhan H, Geckili O, Bural C, Sonmez E, Guven E. Prosthetic rehabilitation of apatient after surgical reconstruction of the maxilla : a clinical report. Journal Of Prosthodontic 2011;20:74-78.9. Teran JF, Castillo RJ, Arciniega RB. Hybrid prostheses in total maxillectomy. Revista Odontolgica Mexicana: 2011 Apr-Jun;15(2):120-3.10. Varsha M, Rucha V: Prosthetic management of an ectodermal dysplasia: a case report. Peoples Journal of Scientific Research 2010 Jul:3(2):37.11. Sanchez GJ, Ortega A, Barcelo SF, Palacios AJ:Preparation of an adhesive in emulsion for maxillofacial prosthetic. International Journal of Molecular Sciences 2010;11:3906-21.12. Maller SU, Karthik SK, Maller VS. Maxillofacial prosthetic materials-past and present trend. JIADS 2010 Vol-1:25-30.13. Anusavice KJ. Phillips Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004, p.224-5.

DATA MEDICAL RECORDNONAMAL/PMRUMURPEKERJAANPENYAKIT

1. YacobusL200885 tahun-Basalioma pada hidung

2.NursiahP200136 tahun-Tidak ada hidung

3.SukriL200120 tahun-Telinga kanan hilang separuh oleh karena trauma

4.Hasan AbusamanL200559 tahunPensiunan departemen sosialExcenteratio orbita squamous cell KA

5.Andrew SantosaL200118 tahunMahasiswaLymphangioma

6.Abdul MalikL200132 tahunTukang cukurBola mata kiri tidak ada

7.Indo UpeP200128 tahun-Bola mata kanan tidak ada

8.H. M. ZazaliL2004--Konsul pembuatan protesa dengan OD post eviserasi

9.Hong KuntoroL200125 tahun-Pembuatan artificial eye (OD)

10.Edo ParasetyoL20013 tahun 8 bulan-Pembuatan artificial eye

11.A. Pasamangi WawoL2001--Post eviserasi bola mata kiri untuk pemasangan artificial eye

12.HendroL200316 tahun-Melanoma Maliena

13.HariantoL20019 tahun-Evaluasi artificial eye yang agaknya kebesaran, apa bisa dipoles untuk diperkecil sedikit

14.DanansL200118 tahun-Pemasangan protesa mata kanan

15.Dr. Syamsul Hilal SalamL2004--Pemasangan artificial eye pada mata kiri

16.H. DarmawatiP2002--Konsul untuk pembuatan protesa mata kanan

17.Mewas TarioL200610 tahun-Post eviserasi mata kanan

18.RianL20063 tahun 4 bulan-Post enukleasi

19.JumriahP200723 tahun-Pemasangan artificial eye (OS) dikeluarkan bola matanya (eviserasi)

20.RahimL200717 tahun-Atropi bulbous aeulus sinistra

21.Hadiya SabirP2007--Pemasangan artificial eye yang telah puluhan tahun memakai artificial eye

22.H. TasimahP200772 tahun-Post eviserasi mata kiri

23.MurniatiP200715 tahun-Anindia Congenital

24.Johanes MinggiL200938 tahun--

25.St. AmsariatiP200124 tahun-Bola mata kiri post extirpasi

26.Abd. RazakL200324 tahunWiraswastaPemasangan protesa pada mata kanan, belum eviserasi, mungkin dapat dicoba dengan protesa T.S

27.Abdullah AnggodaL200436 tahunPegawai perusahaan kayuEviserasi, pemasangan mata palsu pada mata kanan

28.S. Sakka BrmL2005-Pegawai P4Post eviserasi mata kanan

29.SanusiL200524 tahunPegawai PT. Benecom KendariPost eviserasi mata kiri

30.Suhardi L200529 tahun-Post eviserasi mata kiri

31.Bondro dg. Kadere L200182 tahun-Pembuatan praksi hidup

32.Aitas L200518 tahunSiswa Post eviserasi mata kanan

33.Yasinta P20054 tahun-Bola mata kanan missing sejak lahir

34.Rahmat L200131 tahunP4Post eviserasi mata kiri

35.Paseranhi L200520 tahunMahasiswa Post eviserasi mata kiri korban mahasiswa UNHAS (tawuran)

36.Marian P200630 tahun-Post eviserasi bola mata kiri

37.Hawa YntanP200619 tahun-Pemasangan artificial eye kanan

38.YulianaP200620 tahun-Pemasangan artificial eye (OS)

39.Abed NegoL200644 tahunPT. HimexPemasangan artificial eye

40.H. DjumadiL200663 tahunDagang Post enukleasi mata kanan

41.SyafruddinL200619 tahun-Pemasangan artificial eye

42.Iskandar L200840 tahunSupir pete - peteMaxilectomi kiri, ameloblastoma

43.Zainal AbidinL200819 tahun-Post enukleasi mata kiri

44.Hasmawati P2003-Ibu Rumah TanggaPembuatan protesa mata kiri post eviserasi

45.GunawanL200317 tahunSiswa SMA kelas IIPost exenterasi mata kiri

46.Kasiam P200828 tahun-Post eviserasi

47.L. Hehanusa P200770 tahun-Post eviserasi mata kanan

48.Hasriani H SP200713 tahunSiswa Post eviserasi mata kiri

49.Halik L200866 tahun-Post eviserasi mata kiri

50.LeoL200823 tahun-Post eviserasi mata kiri

51.A. NapiantoL200820 tahunMahasiswa Post eviserasi mata kanan

52.Ibrahim L200332 tahun-Post eviserasi mata kiri oleh karena air aki

53.SaeraP200850 tahunJualan ?

54.Halik L200866 tahun-Post eviserasi mata kiri

55.Ir. AkhjarL200928 tahun-Post eviserasi mata kiri

56.NataliaP20099 tahun-Dibuatkan artificial lebih sesuai untuk mata kiri karena kebesaran

57.Yangga L200140 tahunDagang kecilBola mata kiri tidak ada

58.Suardi L2009--Pemeriksaan apa sudah dapat dipasang mata palsu yang mendapat kecelakaan

59.Tanri AbengL---Post eviserasi

60.SuryaniP200821 tahunMahasiswi Post eviserasi mata kiri

61.Nn. AsmaP200825 tahun-Post eviserasi mata kanan

62.Warman RahmadiL200911 tahunSiswa Post enukleasi mata kiri

63.Dewi SartikaP200310 tahunMurid SD kelas IIIPemasangan protesa mata kiri

64.Suker MantoL200627 tahun-Atrofi bulbi oleh trauma perforasi, dipasang artificvial eye OD

65.YuliP200921 tahun-Post eviserasi mata kanan

66.BakaringL200244 tahunTaniPasca enukleasi bulba

67. Irma NurafiahP20026 setengah tahun-Pemasangan protesa mata kiri