isi pkm 2012

21
1 A. JUDUL Keanekaragaman Jenis dan Faktor Pendukung Keberadaan Kelelawar Penghuni Gua Di Kawasan Karst Batu Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. B. LATAR BELAKANG MASALAH Karst merupakan suatu bentang alam yang rumit dan terbentuk dalam kurun waktu jutaan tahun. Kerumitan tersebut meliputi yang ada di permukaan (eksokarst) dan yang ada di dalamnya (endokarst) serta yang lebih rumit lagi adalah terjadinya interaksi antara keduanya secara fisik, kimia dan biologis. IUCN (1997) dalam Samodra (2001) menyatakan bahwa bentang karst memiliki sisi penting dari keragaman bumi. Kalimantan Selatan sebagai salah satu provinsi yang ada di Pulau Kalimantan, memiliki wilayah yang terdiri dari dataran rendah berbukit-bukit dan lahan berawa. Kalimantan Selatan juga memiliki kawasan karst yang secara geologi tatanannya berbeda dengan kawasan karst di Pulau Jawa. Kawasan karst di Kalimantan Selatan merupakan batuan sedimen yang secara geologis berusia muda, termasuk juga batuan pasir, lumpur dan kapur. Kalimantan Selatan juga memiliki banyak sistem sungai besar. Sungai-sungai ini memiliki peranan yang sangat penting dalam

Upload: helltothelaw

Post on 17-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PKM KELELAWAR

TRANSCRIPT

Page 1: Isi PKM 2012

1

A. JUDUL

Keanekaragaman Jenis dan Faktor Pendukung Keberadaan Kelelawar

Penghuni Gua Di Kawasan Karst Batu Tangga, Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, Kalimantan Selatan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Karst merupakan suatu bentang alam yang rumit dan terbentuk dalam

kurun waktu jutaan tahun. Kerumitan tersebut meliputi yang ada di permukaan

(eksokarst) dan yang ada di dalamnya (endokarst) serta yang lebih rumit lagi

adalah terjadinya interaksi antara keduanya secara fisik, kimia dan biologis.

IUCN (1997) dalam Samodra (2001) menyatakan bahwa bentang karst

memiliki sisi penting dari keragaman bumi.

Kalimantan Selatan sebagai salah satu provinsi yang ada di Pulau

Kalimantan, memiliki wilayah yang terdiri dari dataran rendah berbukit-bukit

dan lahan berawa. Kalimantan Selatan juga memiliki kawasan karst yang

secara geologi tatanannya berbeda dengan kawasan karst di Pulau Jawa.

Kawasan karst di Kalimantan Selatan merupakan batuan sedimen yang secara

geologis berusia muda, termasuk juga batuan pasir, lumpur dan kapur.

Kalimantan Selatan juga memiliki banyak sistem sungai besar. Sungai-sungai

ini memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan distribusi

beberapa jenis mamalia. Sungai-sungai sering menandai batas antara jenis dan

anak jenis mamalia (Payne et al., 2000). Kondisi ini membuat Kalimantan

Selatan mempunyai potensi berupa gua-gua di kawaasan kars yang menjadi

habitat bagi berbagai jenis fauna, sehingga sangat mungkin memiliki tingkat

biodiversitas yang tinggi salah satunya kelelawar penghuni gua. .

Perlu diketahui sejauh ini kawasan karst dianggap hanya memiliki

potensi sebagai bahan galian golongan C saja, sehingga pada akhirnya akan

rusak dan hal yang sama juga terjadi pada kawasan karst di Kalimantan

Selatan. Kawasan karst yang rusak tidak dapat diperbaharui kembali. Hal ini

terjadi karena sangat minimnya pengetahuan mengenai fungsi keberadaan

Page 2: Isi PKM 2012

2

kawasan karst di Kalimantan Selatan, termasuk biodiversitas yang ada di

daerah tersebut, salah satunya adalah kelelawar.

Pemanfaatan kawasan karst yang tidak bijaksana seperti eksploitasi

untuk bahan galian golongan C akan berdampak negatif pada keberadaan

populasi kelelawar penghuni gua, yang pada akhirnya berdampak negatif pula

terhadap keseimbangan lingkungan di kawasan tersebut dan punahnya spesies-

spesies langka, apalagi hingga saat ini di negara kita masih minim data-data

mengenai keanekaragaman dan peranan kelelawar.

Berdasarkan beberapa alasan inilah, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis dan faktor pendukung

keberadaan kelelawar penghuni gua di kawasan karst Batu Tangga, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

C. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa saja jenis kelelawar penghuni gua yang ada di kawasan karst Batu

Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan?

2. Apa saja faktor pendukung keberadaan kelelawar penghuni gua yang ada di

kawasan karst Batu Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan

Selatan?

D. TUJUAN

1. Mengetahui jenis kelelawar penghuni gua yang ada di kawasan karst Batu

Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

2. Mengetahui faktor pendukung keberadaan kelelawar di kawasan karst Batu

Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari program penelitian ini adalah artikel ilmiah

yang memuat data primer kenekaragaman jenis dan dan faktor pendukung

keberadaan kelelawar penghuni gua di kawasan karst Batu Tangga, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini juga dapat

Page 3: Isi PKM 2012

3

dijadikan sebagai dasar evaluasi kebijakan pemerintah setempat dalam

pengelolaan kawasan karst, mengingat selama ini kawan karst dianggap hanya

memiliki potensi berupa bahan tambang golongan C saja, padahal kawasan

karst juga memiliki potensi hayati yang memiliki peranan penting dalam

sebuah ekosistem. Luaran ini akan dipublikasikan pada beberapa jurnal ilmiah

maupun seminar-seminar dan diberikan kepada Badan Konservasi Sumber

Daya Alam (BKSDA) setempat dalam bentuk laporan hasil penelitian yang

berisi rekomendasi terkait pengelolaan kawasan karst yang dijadikan sebagai

lokasi penelitian.

F. KEGUNAAN

1. Dalam bidang penelitian

Hasil penelitian yang berupa data primer ini dapat dimanfaatkan

sebagai data awal untuk melakukan penelitian lanjutan di kawasan karst

Batu Tangga. Hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai data

pendukung bagi penelitian lain yang berkaitan.

2. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi

akademisi untuk menggambarkan betapa pentingnya keberadaan kelelawar

maupun kawasan karst kepada peserta didiknya.

3. Bagi kelembagaan

Terutama yang bergerak dalam bidang lingkungan dapat

memanfaatkan data ini sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan,

langkah yang akan diambil dan pola pengelolaan suatu kawasan dalam

usaha konservasi kelelawar maupun kawasan karst sebagai salah satu

habitatnya.

Page 4: Isi PKM 2012

4

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kelelawar

a. Sistematika

Kelelawar merupakan takson yang berasal dari kingdom Animalia,

filum Chordata, infrakelas Eutheria, kelas Mammalia, superordo

Laurasiatheria dan ordo Chiroptera, yang digolongkan menjadi dua

subordo, yaitu kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) dan

kelelawar pemakan buah (Megachiroptera). Secara umum, kelelawar

hidup secara berkoloni namun ada juga yang hidup sendiri atau soliter

(Suyanto, 2001).

Di dunia terdapat 18 suku, 192 marga dan lebih dari 977 jenis

kelelawar. Merupakan jumlah jenis terbesar kedua setelah Rodentia di

dalam kelas Mammalia, sekitar 20% dari jumlah total seluruh jenis

mamalia (Nowak, 1999). Sedangkan di Indonesia, terdapat 9 suku, yang

mana di dalamnya terdapat 72 jenis Megachiroptera (sekitar 20% tinggal

di gua) dan 133 jenis Microchiroptera (lebih dari 50% tinggal di gua).

Megachiroptera terdiri dari satu suku yaitu Pteropodidae, mempunyai

ukuran tubuh relatif besar dan di dunia terdapat 163 jenis. Memiliki ciri

yang mudah dikenali, yaitu memiliki moncong mirip anjing dan mata

besar. Microchiroptera terdiri dari 17 suku, memiliki ukuran tubuh relatif

kecil dan di dunia terdapat 814 jenis dengan ciri yang mudah dikenali

bentuk daun hidung dan telinga rumit serta terdapat tragus atau

antitragus pada telinganya (Corbet & Hill, 1992).

b. Peranan

Kelelawar yang tergolong subordo Megachiroptera mengonsumsi

buah, dedaunan, nektar dan serbuk sari, sehingga memiliki peranan

penting sebagai polinator tanaman spesifik dan sebagai agen penyerbuk

tanaman tertentu. Kebanyakan bertengger di tempat terbuka seperti di

ranting pohon atau daun dan terkadang membentuk koloni besar,

sedangkan yang lain bertengger dalam kelompok kecil atau soliter

(Corbet and Hill, 1992).

Page 5: Isi PKM 2012

5

Kelelawar subordo Microchiroptera umumnya berperan sebagai

predator serangga yang tergolong hama tanaman petanian dan

Arthropoda lainnya, tetapi ada juga memakan ikan, katak, kadal, tikus

kecil, kelelawar lainnya dan bahkan penghisap darah. Kebanyakan

bertengger di tempat tertutup dan bervariasi seperti lubang pohon, di

bawah daun, gua, celah batuan, bangunan buatan manusia seperti

pertambangan, bangunan dan jembatan (Corbet and Hill, 1992).

Kelelawar yang area bertenggernya di pohon akan menghasilkan

kotoran kelelawar (guano) yang dapat menjadi pupuk alami, karena

memiliki kandungan amoniak tinggi. Sedangkan untuk kelelawar yang

area bertenggernya di gua, kotoran kelelawar (guano) merupakan sumber

energi utama bagi kehidupan di dalam ekosistem tertutup sebuah gua.

2. Karst Batu Tangga

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari

bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di

negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batu gamping dan proses

pelarutan, namun saat ini istilah karst telah diadopsi untuk istilah bentuk

lahan hasil proses perlarutan (Adji & Haryono, 2004).

Ekosistem karst pegunungan Meratus merupakan kawasan

pegunungan yang membelah Provinsi Kalimantan Selatan menjadi dua,

membentang sepanjang ± 600 km² dari arah tenggara dan membelok ke

arah utara hingga perbatasan Kalimantan Timur. Secara geografis kawasan

Pegunungan Meratus terletak di antara 115°38’00" hingga 115°52’00" BT

dan 2°28’00" hingga 20°54’00" LS. Pegunungan ini menjadi bagian dari 10

kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu: Hulu Sungai Tengah

(HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong,

Kotabaru, Tanah Laut, Banjar, Tapin, Balangan dan Tanah Bumbu (Al

Fatah & Tio, 2004). Salah satu bagian dari dari bentangan karst Meratus

adalah karst Batu Tangga yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Satuan morfologi ini penyebarannya memanjang hampir barat daya

sampai timur laut menempati hampir sekitar 15% dari luas daerah

Page 6: Isi PKM 2012

6

penyelidikan dengan ketinggian berkisar dari 100 – 275 meter di atas

permukaan air laut dengan puncak-puncaknya antara lain adalah G.

Batulaki (275 m), G. Palangpitu (200 m), G. Pagettalangit dan G. Talikur

(182 m). Batuan penyusunnya didominasi oleh batu gamping dari Formasi

Berai yang sebagian telah mengalami kristalisasi. Ciri khas dari satuan

morfologi ini dengan bentuk tofografi berupa karst yang kasar dan terjal

dan ditemukannya aliran-aliran sungai bawah permukaan (Triono &

Mulyana, 2006).

3. Faktor Pendukung Keberadaan Kelelawar Penghuni Gua di

Kawasan Karst.

Beberapa faktor pendukung keberadaan kelelawar penghuni gua

adalah vegetasi di sekitar gua, serangga yang menjadi makanan kelelawar

subordo Microchiroptera, mikroklimat gua dan karakteristik kawasan karst.

Menurut Whitten, et al. (2000) berdasarkan perbedaan parameter

lingkungan di dalam gua, maka lorong gua dibedakan menjadi tiga bagian.

Pertama, merupakan zona peralihan (twilight zone) terletak di derah sekitar

mulut gua, yang memungkinkan mendapat cahaya matahari secara

langsung pada siang hari. Pada zona ini memiliki kelimpahan organisme

yang cukup tinggi. Zona berikutnya adalah zona tengah (middle zone) yang

di cirikan dengan adanya daerah gelap total, terdapat fluktuasi temperatur

dan kelembaban udara antara siang dan malam hari. Zona ini mendapat

cahaya secara tidak langsung melalui pantulan. Terakhir adalah zona gelap

total (totally dark zone) yang dicirikan dengan daerah gelap total abadi,

secara alami tidak ada cahaya yang dapat masuk. Temperatur dan

kelembaban udara relatif konstan sepanjang tahun dan kalaupun terdapat

variasi parameter fisik yang terukur akan mempunyai fluktuasi yang kecil

(Poulson & White, 1969). Pada zona tengah kelimpahan lebih sedikit

dibandingkan dengan zona peralihan. Sedangkan zona gelap total dari segi

kelimpahannya lebih sedikit dari kedua zona tersebut namun, memiliki

tingkat endemisitas yang tinggi.

Page 7: Isi PKM 2012

7

Karakteristik kawasan karst yang menjadi faktor pendukung

keberadaan kelelawar penghuni gua tergantung pada curah hujan dan iklim,

jenis dan sifat litologi, pengaruh struktur geologi, waktu, kemampuan

batuan dalam menyerap air, menyimpan dan mengatur pengeluaran air pada

musim kemarau, kerapatan vegetasi penutup, tebal tipisnya lapisan tanah

serta campur tangan manusia dalam mengelola lahan (Samodra, 2001).

H. METODE PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Jenis vegetasi di sekitar kawasan karst Batu Tangga dan jenis

serangga yang menjadi makanan kelelawar subordo Microchiroptera dan

terdapat di kawasan karst Batu Tangga serta kondisi mikroklimat gua

(suhu, kelembaban dan intensitas cahaya).

2. Instrumen

a. Alat

Global Position System (GPS), jaring tangan, jaring kabut, alat

tulis, buku identifikasi kelelawar, kantong blacu, thermometer,

higrometer, luxmeter, jangka sorong, injektor/suntikan (syringe),

pakaian pelindung (wearpack), helm, senter sepatu bot, kantong plastik,

ember plastik, toples kaca, toples plastik, pisau bedah (scalpel), pinset,

pita dymo, benang, jarum, kamera SLR dan handycamp.

b. Bahan

Formalin 8%, alkohol 70%, kloroform, air dan kapas.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Koleksi

1) Eksplorasi

Eksplorasi dilakukan untuk mengetahui area bertengger

kelelawar dari mulut sampai ujung gua. Eksplorasi juga dilakukan

untuk menghitung jumlah individu kelelawar dengan menggunakan

metode blok dan mengambil data mikroklimat gua pada masing-

masing zona (zona terang, remang dan gelap) dimana ditemukan area

Page 8: Isi PKM 2012

8

bertengger kelelawar yang meliputi suhu udara, kelembaban udara

dan intensitas cahaya.

2) Pengambilan sampel dengan jaring tangan

Jaring tangan digunakan untuk menangkap kelelawar langsung

pada lorong gua yang dijadikan sebagai area bertenggernya.

3) Pengambilan sampel dengan jaring kabut

Jaring kabut yang digunakan memiliki ukuran 4 x 1,75 m dan

mesh 30 mm. Jaring ini dipasang melintang pada mulut gua atau

lorong-lorong yang memungkinkan, sehingga kelelawar yang sedang

terbang melintas akan terjebak di jaring kabut.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati jenis-jenis kelelawar yang

ditemukan, pemilihan tempat dan cara bertengger kelelawar di gua-gua

yang sudah ditentukan.

4. Analisis Data

Pengolahan dan pemaknaan data yang diperoleh saat melakukan

penelitian di lapangan, laboratorium serta data tambahan berupa hasil

wawancara, studi literatur dan lain-lain menggunakan analisis deskriptif.

I. JADWAL KEGIATAN

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Pengambilan data lapangan

Dilaksanakan pada bulan ke-I sampai bulan ke-II (Februari – Maret

2012) di beberapa gua yang terdapat di kawasan karst Batu Tangga,

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Pengambilan data

di lapangan terdiri dari pengambilan sampel kelelawar, identifikasi

(morfometri dan mengamati morfologi tiap jenis kelelawar) dan

pengawetan sementara menggunakan formalin 8%.

b. Pengolahan data dan identifikasi lanjutan

Dilaksanakan mulai bulan bulan ke-II sampai bulan ke-IV (Maret –

Mei 2012) di laboratorium Zoologi Biologi UNY dan laboratorium

Page 9: Isi PKM 2012

9

mamalia Puslit-Biologi LIPI. Pengolahan dan pemaknaan data

menggunakan analisis deskriptif. Proses di laboratorium terdiri dari

identifikasi lanjutan terdiri (melihat struktur gigi dan tengkorak) dan

pengawetan permanen menggunakan alkohol 70%.

2. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan

KegiatanBulan ke-

I II III IV V

Persiapan

Survey lokasi

Pengembangan instrumen

Pengambilan data lapangan

Pengolahan dan analisis

data

Penyusunan laporan

kemajuan perkembangan

Seminar kemajuan

perkembangan (monev)

Penyusunan laporan akhir

Penggandaan dan

pengiriman laporan

J. RANCANGAN BIAYA

1. Peralatan dan Bahan

a. Sewa Global Position System (GPS)……………….. Rp 800.000,00

b. Formalin 8% 2 liter x @ Rp 95.000,00……………. Rp 190.000,00

c. Alkohol 70% 2 liter x @ Rp 30.000,00……………. Rp 60.000,00

d. Kloroform 500 ml …………………………………… Rp 80.000,00

Rp 1.130.000,00

2. Transportasi

a. Yogyakarta – Banjarmasin (PP)

Page 10: Isi PKM 2012

10

Pesawat terbang : Rp 700.000,00 x 3 orang………… Rp 2.100.000,00

b. Transportasi ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Sewa mobil dan sopir : Rp 500.000,00 x 2 (pp)……… Rp 1.000.000,00

c. Akomodasi selama kegiatan…………………………... Rp 4 00.000,00

Rp 3.500.000,00

3. Konsumsi

3x 30 hari x 3 org x Rp 5.000,00…............................. Rp 1.350.000,00

4. Administrasi

a. Proposal print, jilid & kirim (permohonan bantuan) Rp 100.000,00

b. Proposal print & jilid (PKM)………………………..... Rp 100.000,00

c. Pembuatan dan pengiriman laporan penelitian…… .. Rp 100.000,00

d. Laporan kemajuan print dan jilid (UNY & Dikti)……..Rp 100.000,00

e. Laporan akhir print dan jilid……………………….. Rp 12 0.000,00

Rp 520.000,00

Jumlah Rp 6.500.000,00

K. DAFTAR PUSTAKA

Adji CN, Haryono E. 2004. Pengantar geomorfologi dan hidrologi karst. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Al Fatah Y, Tio B. 2004. Intip hutan. Jakarta: Balai Konservasi Sumberdaya Alam.

Corbet GB, Hill JE. 1992. The mammals of the Indomalayan region: a systematic revie. 1st Ed. Oxford: Natural History Museum Publications and Oxford University press. P.54 – 161.

Ford D, Williams P. 1992. Karst geomorphology and hydrology. London: Chapman and Hall.

Nowak L. 1999. Walker’s mammals of the world, Vol. I. London : John Hopkins University Press.

Payne J, Francis CM, Phillipps K, Kartikasari SN. 2000. Panduan lapangan mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Jakarta: Prima Centra.

Page 11: Isi PKM 2012

11

Poulson TL, White WB. 1969. The cave environment. Science. P.165, 971 – 981.

Samodra H. 2001. Nilai strategis kawasan karst di Indonesia: pengelolaan dan perlindungannya. Bogor: Puslitbang Geologi.

Summerfield. 1991. Global geomorphology. New York: John Wiley and Sons.

Suyanto A. 2001. LIPI, Seri Panduan Lapangan: Kelelawar di Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI.

Triono U, Mulyana. 2005. Eksplorasi bitumen padat dengan out crops drilling daerah Malutu dan sekitarnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Whitten T, Soeriaatmadja RH, Affif SA. 2000. Caves. The Ecology of Indonesian Series, Vol. II: The Ecology of Java and Bali. Singapore: Dalhousie University.

L. LAMPIRAN

1. Biodata Ketua serta Anggota Kelompok

Ketua Kelompok

a. Nama Lengkap : David Pebri Kosnendar

b. NIM : 09308141027

c. Fak./ Program Studi : MIPA/ Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Mengetahui,

(David Pebri K) NIM. 09308141041

Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Muhammad Luthfi Azis

b. NIM : 09308141007

c. Fak./ Program Studi : MIPA/ Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Page 12: Isi PKM 2012

12

Mengetahui,

(Muhamamad Luthfi A) NIM. 09308141007

Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Kumalasari Anjas M.

b. NIM : 10304241005

c. Fak./ Program Studi : MIPA/ Pendidikan Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Mengetahui,

(Kumalasari A. M.) NIM. 10304241005

Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Adryanto Trlaksono

b. NIM : 09308141040

c. Fak./ Program Studi : MIPA/ Pendidikan Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Mengetahui,

(Adryanto T) NIM. 09308141040

2. Biodata Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Satino, M.Si.

b. NIP : 19650831 199802 1 001

c. Golongan/ Pangkat : III/a

d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Fak./ Program Studi : MIPA/ Pendidikan Biologi

f. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

g. Bidang Keahlian : Ekologi, Biologi Laut, Biologi Invertebrata

Page 13: Isi PKM 2012

13

Mengetahui,

(Satino, M.Si.) NIP.19650831 199802 1 001