isi laporan
DESCRIPTION
omfTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Omfalitis adalah infeksi yang terjadi pada tali pusat. Omfalitis biasanya
ditemukan sebagai selulitis superficial yang dapat menyebar ke seluruh dinding
abdomen dan dapat berkembang menjadi mionekrosis, necrotizing fasciitis, atau
penyakit sistemik. Omfalitis jarang ditemukan di negara-negara industry;
bagaimanapun, omfalitis merupakan penyebab tersering pada mortalitas neonatus
di daerah-daerah berkembang. Omfalitis merupakan penyakit predominan pada
neonatus. Hanya sedikit kasus yang dilaporkan terjadi pada dewasa.
Sekitar tiga perempat dari kasus omfalitis merupakan polimikrobial. Bakteri
aerob ditemukan pada sekitar 85% dari infeksi, didominasi oleh Staphylococcus
aureus, Streptococcus grup A, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan
Proteus mirabilis. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh organism gram-
positif (seperti S. aureus dan Streptokokus grup A) sebagain penyebab terjadinya
omfalitis. Hal tersebut juga diikuti oleh penelitian mengenai pengaruh bakteri
gram negatif sebagai penyebab omfalitis. Penelitian ini menyarankan bahwa
perubahan etiologi mungkin telah disebabkan oleh profilaksis tali pusat
menggunakan agen anti-stafilokokus seperti hexachlorophene.
Monitoring penyebab mikroba dari omfalitis merupakan hal yang pentig,
seperti tren masa kini yang kembali lagi ke perawatan kering tali pusat tanpa
memberikan antiseptik topikal secara rutin. Hal ini telah diterima dan didukung
oleh American Academy of Pediatrics (AAP), dimana mendukung erawatan
kering tali pusat setelah kelahiran.perawatan kering tali pusat mengarah ke
pemisahan awal tali pusat setelah kelahiran. Hal tersebut juga mengarah ke
laporan mengenai tali pusat yang basah dan bau.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1. SUBJECTIVE
Telah lahir bayi secara spontan, jenis kelamin laki-laki, apgar score 8/9/10,
berat badan 2800 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada
30 cm, dengan air ketuban keruh. Pada tanggal 13 Desember 2012.
Usia di dalam kandungan: 38 minggu. Nama ibu: Nur Setiani.
II.2. OBJECTIVE
- Menangis kuat, gerakan aktif
- Muntah (-)
- Vital sign :
o Suhu : 36.9°C
o Nadi : 120 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+), hepar/lien tidak teraba, tali pusat
segar (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Genital :
o Laki-laki, anus (+)
2
APGAR SCORE:
0 1 2 Apgar
score
1
menit
5
menit
10
menit
Tidak
ada
<100 >100 Denyut
jantung
2 2 2
Tidak
ada
Tidak
teratur
Baik Pernafasan 2 2 2
Lemah Sedang Baik Tonus otot 1 2 2
Tidak
ada
Meringis Menangis Peka
rangsang
2 2 2
Biru /
putih
Merah
jambu,
ujung
biru-biru
Merah
jambu
Warna 1 1 2
TOTAL 8 9 10
II.3. ASSESSMENT
- Neonatus aterm
II.4. PLANNING
Planning diagnostik:
- Gula darah anak
- Darah lengkap
Planning terapi:
- Injeksi Neo K 0.5 mg
- Resusitasi
- ASI/PASI ad libitum
- Termoregulasi
3
Planning monitoring:
- Keadaan umum
- Vital sign
4
II.5. Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
14 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.4°C
o Nadi : 120 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
- Neonatus aterm
- Omphalitis
Planning diagnostik:
-PCR
Planning terapi:
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
5
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit: berkeriput
15 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36°C
o Nadi : 128 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
-Bilirubin direk
-Bilirubin total
Planning terapi:
-Infus D10 150 ml/24
jam
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
6
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit: Kramer IV
- Hasil lab:
- Bilirubin direk: 0.91 mg/dl
- Bilirubin indirek: 11.59 mg/dl
- Bilirubin total: 12.50 mg/dl
- CRP (+)
16 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.2°C
o Nadi : 128 kali/menit
o RR : 36 kali/menit
- Berat badan : 2900 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
Planning terapi:
-Infus D10 150 ml/24
jam
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
7
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
- Hasil lab
- CRP (+)
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
17 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.4°C
o Nadi : 125 kali/menit
o RR : 37 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
- Bilirubin direk
- Bilirubin total
- DL
8
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
Planning terapi:
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Cefixim 2x1 gr
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
18 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- Vital sign :
o Suhu : 36.5°C
o Nadi : 122 kali/menit
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
- Bilirubin direk
- Bilirubin total
- DL
9
- BAB/BAK normal o RR : 36 kali/menit
- Berat badan : 2900 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat segar
(+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
- Hasil lab:
Planning terapi:
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Cefixim 2x1 gr
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
10
- Bilirubin direk: 2.38 mg/dl
- Bilirubin total: 13 mg/dl
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Definisi
Omfalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya tali pusat,
pada bayi baru lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus, di antaranya
kombinasi dari tunggul tali pusat dan penurunan kekebalan yang ditemukan saat
infeksi. Hal ini jarang dilaporkan di luar masa neonatus. Variasi pada keadaan
kongenital merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi pada tali pusat.
Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai macam
komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah. Meskipun
kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian lain di dunia, dimana
perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan kematian neonatus di Afrika,
terutama bagi bayi yang dilahirkan di rumah tanpa bidan yang terampil dan berada
pada kondisi yang tidak higienis.
Gambar 1. Proses lepasnya tali pusat
12
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam
15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi
yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat
penting untuk mencegah sepsis.
III.2. Epidemiologi
Omfalitis jarang terjadi di negara maju, dengan angka kejadian 0.2 – 0.7 %.
Untuk kejadian di negara berkembang, terjadi antara 2 – 7 dalam setiap 100
kelahiran hidup. Namun, kejadian ini bahkan lebih tinggi di masyarakat dengan
aplikasi praktek di rumah yang tidak steril. Rumah sakit berbasis penelitian
memperkirakan bahwa 2 – 54 bayi per 1000 kelahiran akan mengembangkan
kejadian omfalitis.
III.3. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan omfalitis yakni:
- Penanganan tali pusat yang tidak pantas (misalnya aplikasi budaya
seperti pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk, atau minyak
sawit pada tali pusat).
- Infeksi sekunder:
o Ketuban pecah dini
o Ibu dengan infeksi
o Proses kelahiran yang tidak steril
o Prematuritas
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada
bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis
13
dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas
masih rendah.
o Bayi berat lahir rendah
Merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
o Ibu tidak mandi (mencuci perineum dengan air dan sabun) atau
mencukur sebelum proses kelahiran
- Faktor risiko lain:
o Neonatus dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
imunodefisiensi atau yang dirawat di rumah sakit dan mengalami
prosedur invasif. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap Streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.
o Sindrom kekurangan leukocyte adhesion (LAD) dan mobilitas
neutrofil.
III.4. Etiologi
Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:
- Bakteri aerob:
o Staphylococcus aureus (penyebab tersering)
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat
pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir, atau
selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering
dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna
terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat
sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali
14
pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di
minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke
dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya
tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
o Streptokokus grup A
o Escherichia coli
o Klebsiella
o Proteus
- Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis):
o Bacteroides fragilis
o Peptostreptococcus
o Clostridium perfringens
III.5. Patofisiologi
Tali pusat menyajikan substrat yang unik untuk kolonisasi bakteri, tanpa
penghalang normal pertahanan kulit, dan mengalami iskemia dan degradasi
sehingga tali pusat mengering dan lepas. Biasanya, daerah tali pusat menjadi
tempat kolonisasi bakteri patogen intrapartum atau segera setelah kelahiran.
Bakteri memiliki potensi untuk menyerang tali pusat, yang menyebabkan
terjadinya omfalitis.
Spektrum bakteriologis dalam omfalitis sedang mengalami perubahan,
dimana terjadi perubahan dalam perawatan tali pusat, penggunaan antibiotik,
resistensi bakteri, dan praktek-praktek lokal lainnya.
III.6. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi tali pusat:
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk,
dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan
15
terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local
atau terbatas.
b. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area
1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta
bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat
berat atau meluas.
Gambar 2. Infeksi Tali Pusat Berat
III.7. Gejala Klinik
Gejala klinik yang dapat ditemukan pada omfalitis yaitu:
- Gejala lokal:
o Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali
pusat.
o Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal
- Gejala sistemik:
o Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)
o Hipotensi dan capillary refill menurun
o Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)
o Tanda-tanda gagal nafas atau apneu
o Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
o Keterlibatan sistem saraf pusat:
16
Iritabilitas
Letargi
Penurunan refleks menghisap
Hipotonus atau hipertonus
III.8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding omfalitis antara lain:
- Granuloma umbilikus (granuloma yang dapat dilihat pada umbilikus)
- Patent vitello-intestinal duct
- Patent urachus (pembukaan fistel dengan discharge urin)
- Necrotizing enterocolitis (distensi abdomen, muntah, BAB berdarah)
- Sepsis general
- Jarang, anomaly appendiculo-omphalic
III.9. Diagnosis
Usap mikrobiologi dari umbilikus harus dikirim untuk kultur aerob dan
anaerob. Kultur darah harus disertakan pada saat yang tepat. Pada pemeriksaan
laboratorium darah, dapat ditemukan neutrofilia (kadang-kadang neutropenia).
Diagnostik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang berupa:
- Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing
enterokolitis. Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi
peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas). Multiple fluid levels
dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula dijumpai pada ileus.
- USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding
abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk
mendiagnosis abses intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses
hepar.
- USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal.
- Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus.
- MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.
17
III.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada omfalitis yaitu:
a. Farmakologi
- Antibiotik: ampiclox, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang
dikombinasi dengan gentamycin.
- Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan antibiotik berupa metronidazole.
- Terapi diberikan selama 10-14 hari.
- Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat diberikan
terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari.
b. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi:
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Cara penanganannya :
- Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau
membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman
dari tangan.
- Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang
bersih.
- Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan
antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon
2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali
pusat.
- Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area
1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
b. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Cara penanganannya :
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan
sensivitasi.
18
- Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti
Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit
dan selaput lendir.
- Cari tanda-tanda sepsis.
- Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali
pusat lokal atau terbatas.
III.11. Komplikasi
Patofisiologi komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan anatomi umbilikus.
Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri umbilikalis, vena umbilikalis, sistem
limfatik dinding abdomen, dan dengan penyebaran langsung ke daerah perbatasan.
Gambar 3. Patofisiologi komplikasi dari omfalitis
Komplikasi yang dapat terjadi pada omfalitis berupa :
- Necrotizing fasciitis
Necrotizing fasciitis adalah salah satu komplikasi serius yang
paling sering dilaporkan dari omfalitis, 1.8 – 12 terjadi dalam 26% dari
pasien. Telah tercatat terjadi pada 13.5% neonatus dengan omfalitis.
Kondisi ini dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang, tanpa
19
pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis kulit dan jaringan subkutan,
dan dalam beberapa kasus, mionekrosis.
Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing
fasciitis, tetapi dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini,
selulitis periumbilikalis dapat dikontrol dengan menggunakan antibiotik
parenteal spectrum luas. Rezim antibiotik harus selalu menyertakan
sebuah antianaerob seperti metronodazole.
Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement yang
cepat, menghapus semua jaringan yang mati, diikuti dengan perawatan
luka harian. Jika bayi terlalu sakit untuk anastesi umu, debridement
dapat dilakukan dengan menggunakan parasetamol parenteral atau
perrektal untuk analgesia. Luka yang dihasilkan nantinya akan
memerlukan penutupan sekunder (atau pencangkokan kulit jika cacat
besar). Namun, luka skrotum dapat sembuh dengan baik tanpa
penutupan sekunder atau pencangkokan kulit.
Gambar 4. Necrotising fasciitis awal yang dimulai dari umbilikus
- Evisceration
Evisceration intestinal merupakan komplikasi serius yang sering
dilaporkan. Yang biasanya mengalami eviscerasi adalah usus halus,
tetapi usus besar mungkin terlibat. Secara jarang, presentasi klinik dapat
timbul lama, dan dapat menjadi gangren.
20
Eviserasi intestinal ini harus ditutupi oleh kain kasa lembab yang
bersih, dan ditempatkan dalam kantong usus (atau dapat juga pada
kantong plastic transparan). Perawatan dilakukan untuk memastikan
bahwa usus tidak terpelintir.
Di bawah anastesi umum, usus dibersihkan dan dikembalikan ke
rongga peritoneal dan umbilikus diperbaiki. Jika terdapat gangrene
peritonitis atau usus, sebuah laparotomi perlu dilakukan untuk
mengeringkan dan membersihkan setiap abses rongga peritoneal.
Gambar 5. Evisceral intestinal
- Peritonitis
Peritonitis dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal.
Jika tidak terdapat abses, infeksi bisa diterapi dengan penggunaan
antibiotik intravena spectrum luas, dan operasi biasanya tidak
diperlukan. Jika abses intraperitoneal dikonfirmasi oleh USG, atau jika
tidak ada fasilitas untuk USG, maka laparotomi diperlukan. Abses
apapun dikeringkan dan rongga peritoneal dibersihkan.
- Abses
Abses dapat terjadi di berbagai tempat, namun sering
intraabdominal. Abses intraperitoneal dilakukan drainase dengan
laparotomi. Abses retroperitoneal dilakukan drainase dengan
21
pendekatan ekstraperitoneal, tetapi jika terletak anterior di
retroperitoneal tersebut, pendekatan intraperitoneal mungkin
diperlukan.
Abses hati harus benar-benar diketahui lokasinya dengan
ultrasonografi atau CT-scan. Abses disedot oleh jarum dengan lubang
yang lebar di bawah bimbingan pencitraan, dan rongga abses tersebut
diairi dengan normal saline. Hal ini dapat diulangi sekali lagi jika masih
terdapat abses. Dalam kasus-kasus sulit, atau kekambuhan setelah
aspirasi jarum, drainase terbuka mungkin diperlukan. Jika abses
multiple, antibiotik parenteral saja mungkin cukup, dan aspirasi /
drainase disediakan untuk kasus yang persisten. Abses dapat terletak di
dinding perut anterior atau di lokasi dangkal lainnya. Keadaan ini akan
membutuhkan drainase.
Komplikasi lanjut yang dapat terjadi yakni:
- Thrombosis vena porta
Portal vein thrombosis (PVT) adalah komplikasi dengan
konsekuensi serius. Meskipun komplikasi awal, konsekuensi utama
dihasilkan dalam jangka panjang. Dalam satu laporan dari 200 pasien
yang menjalani portosystemic shunt untuk hipertensi portal karena
PVT, 15% dari PVT diduga merupakan hasil dari omphalitis neonatal.
Trombosis dapat menghasilkan carvernoma, yang dapat menyebabkan
obstruksi empedu. Sebuah shunt portosystemic mungkin diperlukan jika
hipertensi portal meningkat.
- Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis adalah masalah umum pada anak-anak di
Afrika, dan beberapa adalah hasil dari melemahnya sikatriks umbilikus
dari omfalitis neonatus.
- Adhesi peritoneal
Adhesi peritoneal adalah hasil dari subklinis sebelumnya. Adhesi
dapat menyebabkan obstruksi usus, yang biasanya tidak bisa menerima
22
tindakan nonoperatif. Laparotomi dan lisis / eksisi adhesi biasanya
diperlukan. Setiap segmen usus iskemik perlu direseksi.
III.12. Prognosis
Omfalitis uncomplicated yang diterapi dengan baik biasanya sembuh tanpa
morbiditas serius. Namun, jika lambat diketahui dan pengobatan tertunda, angka
kematian bisa tinggi mencapai 7 – 15%. Morbiditas dan mortalitas yang serius
dapat terjadi akibat komplikasi seperti necrotizing fasciitis, peritonitis, dan
eviserasi. Thrombosis vena portal dapat berakibat fatal.
Kematian dapat mencapai 38 – 87 % mengikuti necrotizing fasciitis dan
mionekrosis. Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti prematuritas, kecil
masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses kelahiran yang sepsis,
terkait dengan prognosis yang buruk.
III.13. Pencegahan
Insiden omfalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan untuk
mereka yang lahir di rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan terutama
setelah melahirkan di rumah, bagaimanapun, kejadian cukup tinggi dan
dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang
mungkin dapat terjadi.
Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi kejadian omfalitis.
Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi utama dan merujuk
pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam pengaturan rumah sakit di
Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya digunakan untuk perawatan tali pusat.
Di negara lain, digunakan betadine, bacitracin dan silver sulfadiazine
direkomendasikan.
Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan medis,
tetapi hanya menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali pusat tersebut
kering dan lepas dengan sendirinya. Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan
kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun,
23
lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih
berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut bayi).
Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan
biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering
yang steril.
Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations
Population Fund (UNFPA), telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali pusat.
Bayi dari ibu yang tidak menggunakan prosedur tersebut, 13 kali lebih mungkin
untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu yang menggunakan
prosedur tersebut. Laporan yang sama juga tercatat bahwa bayi dari ibu yang tidak
mandi sebelum persalinan adalah 3.9 kali lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali
pusat dibandingkan bayi dari ibu yang dimandikan sebelum persalinan.
Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena air
kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat
bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil subjective yang diperoleh dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap bayi Nur, diperoleh diagnosis neonatus aterm dan tidak
ditemukan kelainan lainnya. Pada hari kedua pemeriksaan, ditemukan tali pusat
bau. Hal tersebut menunjukkan bahwa tali pusat tersebut terinfeksi, dimana
penyebab infeksi bukan karena ketuban berwarna hijau, tetapi kemungkinan besar
disebabkan oleh perawatan tali pusat yang kurang baik.
Pada hari pertama kelahiran, diberikan injeksi picyn sebagai profilaksis
untuk bayi karena air ketuban berwarna hijau. Pada hari kedua (ditemukan tali
pusat yang bau), diberikan picyn sebagai terapi antibiotik.
Picyn merupakan antibiotik yang mengandung sulfamicillin (ampicillin dan
sulbactam), diindikasikan untuk infeksi saluran nafas atas dan bawah, pneumonia
bacterial, UTI dan pielonefritis, infeksi intraabdomen, septicemia bakterialis,
kolesistitis, selulitis pelvic dan endometritis, infeksi kulit dan jaringan lunak,
infeksi tulang dan sendi, dan infeksi gonokokus. Diberikan dengan dosis 150
mg/kgBB/hari (untuk anak-anak), sedangkan untuk neonatus diberikan 1.5 – 3
gram, dapat diulang tiap 6-8 jam. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap penisilin.
Efek samping yang dapat timbul berupa gangguan pada gastrointestinal,
kemerahan pada kulit, gatal-gatal, kelainan pada darah, serta reaksi anafilaksis dan
superinfeksi.
Terapi lain yang diberikan untuk bayi Nur yaitu:
- Resusitasi
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkah awal
yang terdiri dari:
o Hangatkan bayi di bawah pemancar panas
o Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
o Isap lendir dari mulut kemudian hidung
25
o Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang
basah dengan yang kering
o Reposisi kepala bayi
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila bayi tidak bernafas, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP)
dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40-60 kali per menit
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila belum bernafas dan denyut jantung <60 kali per menit,
lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama
30 detik
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila denyut jantung <60 kali per menit, beri epinefrin dan lanjutkan
VTP dan kompresi dada
o Bila denyut jantung >60 kali per menit, kompresi dada dihentikan,
VTP dilanjutkan
o Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
o Selanjutnya lihat bagan (bagan algoritma asfiksia neonatal)
- Injeksi Neo K
Kandungan: Phytomenadione.
Indikasi: pencegahan dan pengobatan pada penyakit hemoragik pada
bayi baru lahir.
Efek samping: hiperbilirubinemia jika overdosis, reaksi hipersensitif
termasuk syok anafilaktik dan kematian.
Dosis: 0.5 – 1 mg intramuskular, 1—6 jam setelah kelahiran.
- ASI/PASI ad libitum
o ASI merupakan pilihan utama
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI, dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
26
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 gram per hari selama 30 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
- Termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia
di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.
Selain omfalitis, pada bayi Nur juga ditemukan kadar bilirubin direk dan
total yang meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi Nur mengalami
hiperbilirubinemia dimana keadaan tersebut ditatalaksana dengan fototerapi.
Prognosis pada bayi Nur adalah dubia ad bonam karena infeksi yang terjadi
masih merupakan infeksi tali pusat local dan tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi sistemik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ameh EA, Nmadu PT. 2002. Major Complications of Omphalitis in Neonates and
Infant.
Brook, Itzhak. 2002. Pediatric Anaerobic Infections. Diagnosis and Management.
Edisi ketiga. Washington DC: Georgetown University
Gary F Cunningham, etc. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
Farrer Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obsetri. Jakarta : EGC.
Sawardekar KP. 2004. Changing Spectrum of Neonatal Omphalitis. Pediatric Infectious Disease.
28