isi laporan

40
BAB I PENDAHULUAN Omfalitis adalah infeksi yang terjadi pada tali pusat. Omfalitis biasanya ditemukan sebagai selulitis superficial yang dapat menyebar ke seluruh dinding abdomen dan dapat berkembang menjadi mionekrosis, necrotizing fasciitis, atau penyakit sistemik. Omfalitis jarang ditemukan di negara-negara industry; bagaimanapun, omfalitis merupakan penyebab tersering pada mortalitas neonatus di daerah-daerah berkembang. Omfalitis merupakan penyakit predominan pada neonatus. Hanya sedikit kasus yang dilaporkan terjadi pada dewasa. Sekitar tiga perempat dari kasus omfalitis merupakan polimikrobial. Bakteri aerob ditemukan pada sekitar 85% dari infeksi, didominasi oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan Proteus mirabilis. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh organism gram-positif (seperti S. aureus dan Streptokokus grup A) sebagain penyebab terjadinya omfalitis. Hal tersebut juga diikuti oleh penelitian mengenai pengaruh bakteri gram negatif sebagai penyebab omfalitis. Penelitian ini menyarankan bahwa perubahan etiologi mungkin telah disebabkan oleh profilaksis tali 1

Upload: lembah-barokah

Post on 29-Oct-2015

698 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

omf

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

Omfalitis adalah infeksi yang terjadi pada tali pusat. Omfalitis biasanya

ditemukan sebagai selulitis superficial yang dapat menyebar ke seluruh dinding

abdomen dan dapat berkembang menjadi mionekrosis, necrotizing fasciitis, atau

penyakit sistemik. Omfalitis jarang ditemukan di negara-negara industry;

bagaimanapun, omfalitis merupakan penyebab tersering pada mortalitas neonatus

di daerah-daerah berkembang. Omfalitis merupakan penyakit predominan pada

neonatus. Hanya sedikit kasus yang dilaporkan terjadi pada dewasa.

Sekitar tiga perempat dari kasus omfalitis merupakan polimikrobial. Bakteri

aerob ditemukan pada sekitar 85% dari infeksi, didominasi oleh Staphylococcus

aureus, Streptococcus grup A, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan

Proteus mirabilis. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh organism gram-

positif (seperti S. aureus dan Streptokokus grup A) sebagain penyebab terjadinya

omfalitis. Hal tersebut juga diikuti oleh penelitian mengenai pengaruh bakteri

gram negatif sebagai penyebab omfalitis. Penelitian ini menyarankan bahwa

perubahan etiologi mungkin telah disebabkan oleh profilaksis tali pusat

menggunakan agen anti-stafilokokus seperti hexachlorophene.

Monitoring penyebab mikroba dari omfalitis merupakan hal yang pentig,

seperti tren masa kini yang kembali lagi ke perawatan kering tali pusat tanpa

memberikan antiseptik topikal secara rutin. Hal ini telah diterima dan didukung

oleh American Academy of Pediatrics (AAP), dimana mendukung erawatan

kering tali pusat setelah kelahiran.perawatan kering tali pusat mengarah ke

pemisahan awal tali pusat setelah kelahiran. Hal tersebut juga mengarah ke

laporan mengenai tali pusat yang basah dan bau.

1

Page 2: Isi Laporan

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. SUBJECTIVE

Telah lahir bayi secara spontan, jenis kelamin laki-laki, apgar score 8/9/10,

berat badan 2800 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada

30 cm, dengan air ketuban keruh. Pada tanggal 13 Desember 2012.

Usia di dalam kandungan: 38 minggu. Nama ibu: Nur Setiani.

II.2. OBJECTIVE

- Menangis kuat, gerakan aktif

- Muntah (-)

- Vital sign :

o Suhu : 36.9°C

o Nadi : 120 kali/menit

o RR : 44 kali/menit

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-)

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+), hepar/lien tidak teraba, tali pusat

segar (+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Genital :

o Laki-laki, anus (+)

2

Page 3: Isi Laporan

APGAR SCORE:

0 1 2 Apgar

score

1

menit

5

menit

10

menit

Tidak

ada

<100 >100 Denyut

jantung

2 2 2

Tidak

ada

Tidak

teratur

Baik Pernafasan 2 2 2

Lemah Sedang Baik Tonus otot 1 2 2

Tidak

ada

Meringis Menangis Peka

rangsang

2 2 2

Biru /

putih

Merah

jambu,

ujung

biru-biru

Merah

jambu

Warna 1 1 2

TOTAL 8 9 10

II.3. ASSESSMENT

- Neonatus aterm

II.4. PLANNING

Planning diagnostik:

- Gula darah anak

- Darah lengkap

Planning terapi:

- Injeksi Neo K 0.5 mg

- Resusitasi

- ASI/PASI ad libitum

- Termoregulasi

3

Page 4: Isi Laporan

Planning monitoring:

- Keadaan umum

- Vital sign

4

Page 5: Isi Laporan

II.5. Follow Up

Tanggal Subjective Objective Assessment Planning

14 Desember 2012 - Menangis kuat (+)

- Gerak aktif (+)

- ASI/PASI banyak

- Muntah (-)

- BAB/BAK normal

- Vital sign :

o Suhu : 36.4°C

o Nadi : 120 kali/menit

o RR : 44 kali/menit

- Berat badan : 2800 gram

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),

dispneu (-)

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler,

rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+),

- Neonatus aterm

- Omphalitis

Planning diagnostik:

-PCR

Planning terapi:

-ASI/PASI ad libitum

-Termoregulasi

-Injeksi picyn 2x150 mg

-Rawat tali pusat

Planning monitoring:

-Keadaan umum

-Vital sign

5

Page 6: Isi Laporan

hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Kulit: berkeriput

15 Desember 2012 - Menangis kuat (+)

- Gerak aktif (+)

- ASI/PASI banyak

- Muntah (-)

- BAB/BAK normal

- Vital sign :

o Suhu : 36°C

o Nadi : 128 kali/menit

o RR : 44 kali/menit

- Berat badan : 2800 gram

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),

dispneu (-)

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler,

- Neonatus aterm

- Omphalitis

- Hiper-

bilirubinemia

Planning diagnostik:

-Bilirubin direk

-Bilirubin total

Planning terapi:

-Infus D10 150 ml/24

jam

-ASI/PASI ad libitum

-Termoregulasi

-Injeksi picyn 2x150 mg

-Rawat tali pusat

Planning monitoring:

-Keadaan umum

-Vital sign

6

Page 7: Isi Laporan

rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+),

hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Kulit: Kramer IV

- Hasil lab:

- Bilirubin direk: 0.91 mg/dl

- Bilirubin indirek: 11.59 mg/dl

- Bilirubin total: 12.50 mg/dl

- CRP (+)

16 Desember 2012 - Menangis kuat (+)

- Gerak aktif (+)

- ASI/PASI banyak

- Muntah (-)

- BAB/BAK normal

- Vital sign :

o Suhu : 36.2°C

o Nadi : 128 kali/menit

o RR : 36 kali/menit

- Berat badan : 2900 gram

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),

dispneu (-)

- Neonatus aterm

- Omphalitis

- Hiper-

bilirubinemia

Planning diagnostik:

Planning terapi:

-Infus D10 150 ml/24

jam

-ASI/PASI ad libitum

-Termoregulasi

-Injeksi picyn 2x150 mg

7

Page 8: Isi Laporan

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler,

rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+),

hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Kulit : Kramer IV

- Hasil lab

- CRP (+)

-Fototerapi 1x24 jam

-Rawat tali pusat

Planning monitoring:

-Keadaan umum

-Vital sign

17 Desember 2012 - Menangis kuat (+)

- Gerak aktif (+)

- ASI/PASI banyak

- Muntah (-)

- BAB/BAK normal

- Vital sign :

o Suhu : 36.4°C

o Nadi : 125 kali/menit

o RR : 37 kali/menit

- Berat badan : 2800 gram

- Neonatus aterm

- Omphalitis

- Hiper-

bilirubinemia

Planning diagnostik:

- Bilirubin direk

- Bilirubin total

- DL

8

Page 9: Isi Laporan

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),

dispneu (-)

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler,

rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+),

hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Kulit : Kramer IV

Planning terapi:

-ASI/PASI ad libitum

-Termoregulasi

-Cefixim 2x1 gr

-Fototerapi 1x24 jam

-Rawat tali pusat

Planning monitoring:

-Keadaan umum

-Vital sign

18 Desember 2012 - Menangis kuat (+)

- Gerak aktif (+)

- ASI/PASI banyak

- Muntah (-)

- Vital sign :

o Suhu : 36.5°C

o Nadi : 122 kali/menit

- Neonatus aterm

- Omphalitis

- Hiper-

bilirubinemia

Planning diagnostik:

- Bilirubin direk

- Bilirubin total

- DL

9

Page 10: Isi Laporan

- BAB/BAK normal o RR : 36 kali/menit

- Berat badan : 2900 gram

- Kepala :

o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),

dispneu (-)

o Caput suksadeneum (-)

o Cephalhematom (-)

- Toraks :

o Simetris, retraksi dinding dada (-)

o Jantung : bunyi jantung I>II, regular

o Paru : suara nafas vesikuler,

rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : soefl, bising usus (+),

hepar/lien tidak teraba, tali pusat segar

(+)

- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

- Kulit : Kramer IV

- Hasil lab:

Planning terapi:

-ASI/PASI ad libitum

-Termoregulasi

-Cefixim 2x1 gr

-Fototerapi 1x24 jam

-Rawat tali pusat

Planning monitoring:

-Keadaan umum

-Vital sign

10

Page 11: Isi Laporan

- Bilirubin direk: 2.38 mg/dl

- Bilirubin total: 13 mg/dl

11

Page 12: Isi Laporan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Definisi

Omfalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya tali pusat,

pada bayi baru lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus, di antaranya

kombinasi dari tunggul tali pusat dan penurunan kekebalan yang ditemukan saat

infeksi. Hal ini jarang dilaporkan di luar masa neonatus. Variasi pada keadaan

kongenital merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi pada tali pusat.

Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai macam

komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah. Meskipun

kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi penyebab morbiditas

dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian lain di dunia, dimana

perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan kematian neonatus di Afrika,

terutama bagi bayi yang dilahirkan di rumah tanpa bidan yang terampil dan berada

pada kondisi yang tidak higienis.

Gambar 1. Proses lepasnya tali pusat

12

Page 13: Isi Laporan

Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam

15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi

yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat

penting untuk mencegah sepsis.

III.2. Epidemiologi

Omfalitis jarang terjadi di negara maju, dengan angka kejadian 0.2 – 0.7 %.

Untuk kejadian di negara berkembang, terjadi antara 2 – 7 dalam setiap 100

kelahiran hidup. Namun, kejadian ini bahkan lebih tinggi di masyarakat dengan

aplikasi praktek di rumah yang tidak steril. Rumah sakit berbasis penelitian

memperkirakan bahwa 2 – 54 bayi per 1000 kelahiran akan mengembangkan

kejadian omfalitis.

III.3. Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat menyebabkan omfalitis yakni:

- Penanganan tali pusat yang tidak pantas (misalnya aplikasi budaya

seperti pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk, atau minyak

sawit pada tali pusat).

- Infeksi sekunder:

o Ketuban pecah dini

o Ibu dengan infeksi

o Proses kelahiran yang tidak steril

o Prematuritas

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada

bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta

terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,

konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan

pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi

oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis

13

Page 14: Isi Laporan

dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas

masih rendah.

o Bayi berat lahir rendah

Merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.

o Ibu tidak mandi (mencuci perineum dengan air dan sabun) atau

mencukur sebelum proses kelahiran

- Faktor risiko lain:

o Neonatus dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau

imunodefisiensi atau yang dirawat di rumah sakit dan mengalami

prosedur invasif. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG

spesifik, khususnya terhadap Streptokokus atau Haemophilus

influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak

terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,

aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak

diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi

antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,

bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian

besar penurunan aktivitas opsonisasi.

o Sindrom kekurangan leukocyte adhesion (LAD) dan mobilitas

neutrofil.

III.4. Etiologi

Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:

- Bakteri aerob:

o Staphylococcus aureus (penyebab tersering)

Staphylococcus  aereus  ada  dimana-mana  dan  didapat

pada masa  awal kehidupan hampir  semua  bayi,  saat  lahir,  atau

selama masa perawatan.  Biasanya Staphylococcus aereus sering

dijumpai pada  kulit,  saluran  pernafasan,  dan  saluran  cerna

terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya  infeksi tali pusat

sebaiknya tali pusat tetap  dijaga kebersihannya,  upayakan tali

14

Page 15: Isi Laporan

pusat  agar tetap kering dan  bersih, pada saat  memandikan  di

minggu  pertama  sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke

dalam air mandinya karena akan menyebabkan      basahnya

tali   pusat    dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.

o Streptokokus grup A

o Escherichia coli

o Klebsiella

o Proteus

- Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis):

o Bacteroides fragilis

o Peptostreptococcus

o Clostridium perfringens

III.5. Patofisiologi

Tali pusat menyajikan substrat yang unik untuk kolonisasi bakteri, tanpa

penghalang normal pertahanan kulit, dan mengalami iskemia dan degradasi

sehingga tali pusat mengering dan lepas. Biasanya, daerah tali pusat menjadi

tempat kolonisasi bakteri patogen intrapartum atau segera setelah kelahiran.

Bakteri memiliki potensi untuk menyerang tali pusat, yang menyebabkan

terjadinya omfalitis.

Spektrum bakteriologis dalam omfalitis sedang mengalami perubahan,

dimana terjadi perubahan dalam perawatan tali pusat, penggunaan antibiotik,

resistensi bakteri, dan praktek-praktek lokal lainnya.

III.6. Klasifikasi

Klasifikasi infeksi tali pusat:

a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk,

dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan

15

Page 16: Isi Laporan

terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local

atau terbatas.

b. Infeksi tali pusat berat atau meluas

Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area

1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta

bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat

berat atau meluas.

Gambar 2. Infeksi Tali Pusat Berat

III.7. Gejala Klinik

Gejala klinik yang dapat ditemukan pada omfalitis yaitu:

- Gejala lokal:

o Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali

pusat.

o Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal

- Gejala sistemik:

o Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)

o Hipotensi dan capillary refill menurun

o Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)

o Tanda-tanda gagal nafas atau apneu

o Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.

o Keterlibatan sistem saraf pusat:

16

Page 17: Isi Laporan

Iritabilitas

Letargi

Penurunan refleks menghisap

Hipotonus atau hipertonus

III.8. Diagnosis Banding

Diagnosis banding omfalitis antara lain:

- Granuloma umbilikus (granuloma yang dapat dilihat pada umbilikus)

- Patent vitello-intestinal duct

- Patent urachus (pembukaan fistel dengan discharge urin)

- Necrotizing enterocolitis (distensi abdomen, muntah, BAB berdarah)

- Sepsis general

- Jarang, anomaly appendiculo-omphalic

III.9. Diagnosis

Usap mikrobiologi dari umbilikus harus dikirim untuk kultur aerob dan

anaerob. Kultur darah harus disertakan pada saat yang tepat. Pada pemeriksaan

laboratorium darah, dapat ditemukan neutrofilia (kadang-kadang neutropenia).

Diagnostik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang berupa:

- Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing

enterokolitis. Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi

peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas). Multiple fluid levels

dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula dijumpai pada ileus.

- USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding

abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk

mendiagnosis abses intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses

hepar.

- USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal.

- Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus.

- MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.

17

Page 18: Isi Laporan

III.10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada omfalitis yaitu:

a. Farmakologi

- Antibiotik: ampiclox, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang

dikombinasi dengan gentamycin.

- Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan antibiotik berupa metronidazole.

- Terapi diberikan selama 10-14 hari.

- Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat diberikan

terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari.

b. Nonfarmakologi

Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi:

a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Cara penanganannya :

- Biasakan  untuk  selalu  mencuci  tangan  sebelum  memegang atau

membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman

dari tangan.

- Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya

klorheksidin atau  iodium  povidon  2,5%)  dengan kain kassa yang

bersih.

- Olesi   tali   pusat   pada   daerah   sekitarnya   dengan   larutan

antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon

2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali

pusat.

- Anjurkan  Ibu  melakukan  ini  kapan  saja  bila memungkinkan.

Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area

1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.

b. Infeksi tali pusat berat atau meluas

Cara penanganannya :

- Lakukan pemeriksaan laboratorium   untuk pemeriksaan kultur dan

sensivitasi.

18

Page 19: Isi Laporan

- Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti

Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit

dan selaput lendir.

- Cari tanda-tanda sepsis.

- Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali

pusat lokal atau terbatas.

III.11. Komplikasi

Patofisiologi komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan anatomi umbilikus.

Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri umbilikalis, vena umbilikalis, sistem

limfatik dinding abdomen, dan dengan penyebaran langsung ke daerah perbatasan.

Gambar 3. Patofisiologi komplikasi dari omfalitis

Komplikasi yang dapat terjadi pada omfalitis berupa :

- Necrotizing fasciitis

Necrotizing fasciitis adalah salah satu komplikasi serius yang

paling sering dilaporkan dari omfalitis, 1.8 – 12 terjadi dalam 26% dari

pasien. Telah tercatat terjadi pada 13.5% neonatus dengan omfalitis.

Kondisi ini dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang, tanpa

19

Page 20: Isi Laporan

pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis kulit dan jaringan subkutan,

dan dalam beberapa kasus, mionekrosis.

Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing

fasciitis, tetapi dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini,

selulitis periumbilikalis dapat dikontrol dengan menggunakan antibiotik

parenteal spectrum luas. Rezim antibiotik harus selalu menyertakan

sebuah antianaerob seperti metronodazole.

Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement yang

cepat, menghapus semua jaringan yang mati, diikuti dengan perawatan

luka harian. Jika bayi terlalu sakit untuk anastesi umu, debridement

dapat dilakukan dengan menggunakan parasetamol parenteral atau

perrektal untuk analgesia. Luka yang dihasilkan nantinya akan

memerlukan penutupan sekunder (atau pencangkokan kulit jika cacat

besar). Namun, luka skrotum dapat sembuh dengan baik tanpa

penutupan sekunder atau pencangkokan kulit.

Gambar 4. Necrotising fasciitis awal yang dimulai dari umbilikus

- Evisceration

Evisceration intestinal merupakan komplikasi serius yang sering

dilaporkan. Yang biasanya mengalami eviscerasi adalah usus halus,

tetapi usus besar mungkin terlibat. Secara jarang, presentasi klinik dapat

timbul lama, dan dapat menjadi gangren.

20

Page 21: Isi Laporan

Eviserasi intestinal ini harus ditutupi oleh kain kasa lembab yang

bersih, dan ditempatkan dalam kantong usus (atau dapat juga pada

kantong plastic transparan). Perawatan dilakukan untuk memastikan

bahwa usus tidak terpelintir.

Di bawah anastesi umum, usus dibersihkan dan dikembalikan ke

rongga peritoneal dan umbilikus diperbaiki. Jika terdapat gangrene

peritonitis atau usus, sebuah laparotomi perlu dilakukan untuk

mengeringkan dan membersihkan setiap abses rongga peritoneal.

Gambar 5. Evisceral intestinal

- Peritonitis

Peritonitis dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal.

Jika tidak terdapat abses, infeksi bisa diterapi dengan penggunaan

antibiotik intravena spectrum luas, dan operasi biasanya tidak

diperlukan. Jika abses intraperitoneal dikonfirmasi oleh USG, atau jika

tidak ada fasilitas untuk USG, maka laparotomi diperlukan. Abses

apapun dikeringkan dan rongga peritoneal dibersihkan.

- Abses

Abses dapat terjadi di berbagai tempat, namun sering

intraabdominal. Abses intraperitoneal dilakukan drainase dengan

laparotomi. Abses retroperitoneal dilakukan drainase dengan

21

Page 22: Isi Laporan

pendekatan ekstraperitoneal, tetapi jika terletak anterior di

retroperitoneal tersebut, pendekatan intraperitoneal mungkin

diperlukan.

Abses hati harus benar-benar diketahui lokasinya dengan

ultrasonografi atau CT-scan. Abses disedot oleh jarum dengan lubang

yang lebar di bawah bimbingan pencitraan, dan rongga abses tersebut

diairi dengan normal saline. Hal ini dapat diulangi sekali lagi jika masih

terdapat abses. Dalam kasus-kasus sulit, atau kekambuhan setelah

aspirasi jarum, drainase terbuka mungkin diperlukan. Jika abses

multiple, antibiotik parenteral saja mungkin cukup, dan aspirasi /

drainase disediakan untuk kasus yang persisten. Abses dapat terletak di

dinding perut anterior atau di lokasi dangkal lainnya. Keadaan ini akan

membutuhkan drainase.

Komplikasi lanjut yang dapat terjadi yakni:

- Thrombosis vena porta

Portal vein thrombosis (PVT) adalah komplikasi dengan

konsekuensi serius. Meskipun komplikasi awal, konsekuensi utama

dihasilkan dalam jangka panjang. Dalam satu laporan dari 200 pasien

yang menjalani portosystemic shunt untuk hipertensi portal karena

PVT, 15% dari PVT diduga merupakan hasil dari omphalitis neonatal.

Trombosis dapat menghasilkan carvernoma, yang dapat menyebabkan

obstruksi empedu. Sebuah shunt portosystemic mungkin diperlukan jika

hipertensi portal meningkat.

- Hernia umbilikalis

Hernia umbilikalis adalah masalah umum pada anak-anak di

Afrika, dan beberapa adalah hasil dari melemahnya sikatriks umbilikus

dari omfalitis neonatus.

- Adhesi peritoneal

Adhesi peritoneal adalah hasil dari subklinis sebelumnya. Adhesi

dapat menyebabkan obstruksi usus, yang biasanya tidak bisa menerima

22

Page 23: Isi Laporan

tindakan nonoperatif. Laparotomi dan lisis / eksisi adhesi biasanya

diperlukan. Setiap segmen usus iskemik perlu direseksi.

III.12. Prognosis

Omfalitis uncomplicated yang diterapi dengan baik biasanya sembuh tanpa

morbiditas serius. Namun, jika lambat diketahui dan pengobatan tertunda, angka

kematian bisa tinggi mencapai 7 – 15%. Morbiditas dan mortalitas yang serius

dapat terjadi akibat komplikasi seperti necrotizing fasciitis, peritonitis, dan

eviserasi. Thrombosis vena portal dapat berakibat fatal.

Kematian dapat mencapai 38 – 87 % mengikuti necrotizing fasciitis dan

mionekrosis. Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti prematuritas, kecil

masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses kelahiran yang sepsis,

terkait dengan prognosis yang buruk.

III.13. Pencegahan

Insiden omfalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan untuk

mereka yang lahir di rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan terutama

setelah melahirkan di rumah, bagaimanapun, kejadian cukup tinggi dan

dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang

mungkin dapat terjadi.

Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi kejadian omfalitis.

Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi utama dan merujuk

pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam pengaturan rumah sakit di

Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya digunakan untuk perawatan tali pusat.

Di negara lain, digunakan betadine, bacitracin dan silver sulfadiazine

direkomendasikan.

Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan medis,

tetapi hanya menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali pusat tersebut

kering dan lepas dengan sendirinya. Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan

kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun,

23

Page 24: Isi Laporan

lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih

berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut bayi).

Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan

biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering

yang steril.

Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations

Population Fund (UNFPA), telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali pusat.

Bayi dari ibu yang tidak menggunakan prosedur tersebut, 13 kali lebih mungkin

untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu yang menggunakan

prosedur tersebut. Laporan yang sama juga tercatat bahwa bayi dari ibu yang tidak

mandi sebelum persalinan adalah 3.9 kali lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali

pusat dibandingkan bayi dari ibu yang dimandikan sebelum persalinan.

Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena air

kencing  tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat

bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.

24

Page 25: Isi Laporan

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil subjective yang diperoleh dan pemeriksaan yang

dilakukan terhadap bayi Nur, diperoleh diagnosis neonatus aterm dan tidak

ditemukan kelainan lainnya. Pada hari kedua pemeriksaan, ditemukan tali pusat

bau. Hal tersebut menunjukkan bahwa tali pusat tersebut terinfeksi, dimana

penyebab infeksi bukan karena ketuban berwarna hijau, tetapi kemungkinan besar

disebabkan oleh perawatan tali pusat yang kurang baik.

Pada hari pertama kelahiran, diberikan injeksi picyn sebagai profilaksis

untuk bayi karena air ketuban berwarna hijau. Pada hari kedua (ditemukan tali

pusat yang bau), diberikan picyn sebagai terapi antibiotik.

Picyn merupakan antibiotik yang mengandung sulfamicillin (ampicillin dan

sulbactam), diindikasikan untuk infeksi saluran nafas atas dan bawah, pneumonia

bacterial, UTI dan pielonefritis, infeksi intraabdomen, septicemia bakterialis,

kolesistitis, selulitis pelvic dan endometritis, infeksi kulit dan jaringan lunak,

infeksi tulang dan sendi, dan infeksi gonokokus. Diberikan dengan dosis 150

mg/kgBB/hari (untuk anak-anak), sedangkan untuk neonatus diberikan 1.5 – 3

gram, dapat diulang tiap 6-8 jam. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap penisilin.

Efek samping yang dapat timbul berupa gangguan pada gastrointestinal,

kemerahan pada kulit, gatal-gatal, kelainan pada darah, serta reaksi anafilaksis dan

superinfeksi.

Terapi lain yang diberikan untuk bayi Nur yaitu:

- Resusitasi

Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkah awal

yang terdiri dari:

o Hangatkan bayi di bawah pemancar panas

o Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi

o Isap lendir dari mulut kemudian hidung

25

Page 26: Isi Laporan

o Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok

punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang

basah dengan yang kering

o Reposisi kepala bayi

o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung

o Bila bayi tidak bernafas, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP)

dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan

kecepatan 40-60 kali per menit

o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung

o Bila belum bernafas dan denyut jantung <60 kali per menit,

lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama

30 detik

o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung

o Bila denyut jantung <60 kali per menit, beri epinefrin dan lanjutkan

VTP dan kompresi dada

o Bila denyut jantung >60 kali per menit, kompresi dada dihentikan,

VTP dilanjutkan

o Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi

o Selanjutnya lihat bagan (bagan algoritma asfiksia neonatal)

- Injeksi Neo K

Kandungan: Phytomenadione.

Indikasi: pencegahan dan pengobatan pada penyakit hemoragik pada

bayi baru lahir.

Efek samping: hiperbilirubinemia jika overdosis, reaksi hipersensitif

termasuk syok anafilaktik dan kematian.

Dosis: 0.5 – 1 mg intramuskular, 1—6 jam setelah kelahiran.

- ASI/PASI ad libitum

o ASI merupakan pilihan utama

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI, dan

nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

26

Page 27: Isi Laporan

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik

20 gram per hari selama 30 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali

seminggu.

- Termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan

suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother

care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia

di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk

o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

o Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.

Selain omfalitis, pada bayi Nur juga ditemukan kadar bilirubin direk dan

total yang meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi Nur mengalami

hiperbilirubinemia dimana keadaan tersebut ditatalaksana dengan fototerapi.

Prognosis pada bayi Nur adalah dubia ad bonam karena infeksi yang terjadi

masih merupakan infeksi tali pusat local dan tidak menunjukkan tanda-tanda

infeksi sistemik.

27

Page 28: Isi Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Ameh EA, Nmadu PT. 2002. Major Complications of Omphalitis in Neonates and

Infant.

Brook, Itzhak. 2002. Pediatric Anaerobic Infections. Diagnosis and Management.

Edisi ketiga. Washington DC: Georgetown University

Gary F Cunningham, etc. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Farrer Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obsetri. Jakarta : EGC.

Sawardekar KP. 2004. Changing Spectrum of Neonatal Omphalitis. Pediatric Infectious Disease.

28