isi bambu
DESCRIPTION
ISI BAMBUISI BAMBUISI BAMBUTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Tumbuhan bambu banyak ditemukan di daerah tropik di Benua Asia,
Afrika, dan Amerika, tetapi beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua
Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi
wilayah Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah Indoburma dianggap sebagai
daerah asal tumbuhan ini. Selain di daerah tropik, bambu juga menyebar ke
daerah subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran rendah sampai di dataran
tinggi. Indonesia mengenal 10 genus bambu dari 75 genus dan 1.500 spesies
bambu yang ada di seluruh dunia. Kesepuluh genus bambu yang terdapat di
Indonesia antara lain Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa,
Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan
Thyrsostachys. Tumbuhan bambu hidup merumpun, kadang-kadang ditemui
berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik
dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering menanam bambu disekitar
rumahnya untuk berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis bambu bercampur
ditanam di pekarangan rumah. Pada umumnya yang sering digunakan oleh
masyarakat di Indonesia adalah bambu tali (Gigantochloa apus), bambu betung
(Dendrocalamus asper), bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae) dan
bambu hitam (Gigantochloa atroviolaceae) (Krisdianto et al., 2000; Nadeak,
2009).
Bambu tergolong keluarga Poaceae atau disebut juga Giant Grass
(rumput raksasa), berumpun, dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang
tumbuh secara bertahap, mulai dari rebung, batang muda, dan sampai sudah
dewasa pada umur 4-5 tahun (Widnyana, 2007). Bambu adalah tumbuhan yang
1
mempunyai batang berbentuk buluh, beruas, berbuku-buku, berongga,
mempunyai cabang, berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol.
Bambu merupakan nama bagi kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu
atau perdu yang melempeng, dengan batang-batangnya yang biasanya tegak,
kadang memanjat, bercabang-cabang, umurnya panjang dapat mencapai 40–60
tahun. Buluhnya timbul dari buku-buku rimpang yang menjulur atau menjalar
pada pertumbuhannya yang kuat, rimpang bercabang-cabang banyak. Saat (waktu
yang tepat) bertaruk atau munculnya tunas berbeda-beda, ada jenis yang bertunas
pada awal musim hujan, pada masa musim hujan dan sebagian lagi pada akhir
musim hujan (Heyne, 1987; Nadeak, 2009). Bambu merupakan tumbuhan tahunan
dan dibedakan atas dua kelompok berdasarkan cara tumbuhnya. Pertama, jenis
yang tumbuhnya berumpun (simpodial) dan kedua, jenis yang tumbuhnya tidak
membentuk rumpun (monopodial). Ada juga yang bersifat intermediet. Tipe
rumpun di Indonesia umumnya adalah simpodial (Sutarno et al., 1996; Nadeak,
2009).
Akar rimpang terdapat di bawah tanah dan membentuk sistem
percabangan yang dapat dipakai untuk membedakan kelompok bambu. Bagian
pangkal akar rimpangnya lebih sempit daripada bagian ujungnnya dan setiap ruas
mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang
menjadi rebung yang kemudian memanjang dan akhirnya akan menghasilkan
buluh (Widjaja, 2001; Nadeak, 2009). Macam sistem perakaran akar rimpang ada
dua, yaitu pakimorf (ditunjukan oleh akar rimpangnya yang simpodial), dan
leptomorf (dicirikan oleh akar rimpangnya yang monopodial). Jenis-jenis bambu
asli Indonesia mempunyai sistem perakaran pakimorf, yang dicirikan oleh ruasnya
2
yang pendek dengan leher yang pendek juga. Setiap akar rimpang mempunyai
kuncup yang akan berkembang dan tumbuh menjadi akar rimpang baru yang
akhirnya bagian yang tumbuh ke atas membentuk rebung dan kemudian menjadi
buluh. Akar pakimorf bentuknya sering bervariasi, misalnya pada marga
Dinochloa dan Melocanna memiliki akar rimpang yang lehernya panjang tetapi
ruasnya pendek dan tanpa kuncup, sehingga buluh tampak agak berjauhan dan
tidak menggerombol (Nadeak, 2009).
Batang-batang bambu muncul dari akar-akar rimpang yang menjalar
dibawah lantai. Batang-batang yang sudah tua keras dan umumnya berongga,
berbetuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tumbuhan
bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m. Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan
dindingnya sampai 25 mm. Pada bagian tumbuhan terdapat organ-organ daun
yang menyelimuti batang yang disebut dengan pelepah batang. Biasanya pada
batang yang sudah tua pelepah batangnya mudah gugur. Pada ujung pelepah
batang terdapat perpanjangan tambahan yang berbetuk segi tiga dan disebut
subang yang biasanya gugur lebih dulu (Widjaja, 2001).
Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru muncul dari
permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari
kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung
dapat dibedakan untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan ciri
khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pepepahnya. Bulu
pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada pula yang coklat atau putih, misalnya
bambu cangkreh (Dinochloa scandens), sementara itu pada bambu betung
(Dendrocalamus asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat (Widjaja, 2001).
3
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada
setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan
ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun daun pelepah buluh.
Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu buluh ketika masih muda. Ketika
buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis bambu pelepahnya luruh,
tetapi pada jenis lain ada pula yang pelepahnya tetap menempel pada buluh
tersebut, seperti pada jenis bambu talang (Schizostachyum brachycladum)
(Widjaja, 2001).
Helai daun bambu mempunyai tipe pertulangan yang sejajar seperti
rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Daunnya
biasanya lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti pada bambu cendani
(Bambusa multiplex) dan bambu siam (Thyrsostachys siamensis). Helai daun
dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau
pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping
pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau tidak tampak. Pada
beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu kejur panjang,
tetapi ada juga yang gundul (Widjaja, 2001).
Kebun Raya Baturraden terletak di Desa Kemutug Lor, Kecamatan
Baturraden, Kabupaten Banyumas. Kebun Raya Baturraden memiliki fungsi
sebagai tempat konservasi berbagai spesies tumbuhan karena kelimpahan
tumbuhan masih sangat banyak. Koleksi tumbuhan yang terdapat di sana antara
lain famili Aracaceae, famili Orchidaceae, famili Pteridophyta, tumbuhan langka,
tumbuhan obat, tumbuhan bambu dan pembibitan tumbuhan. Tumbuhan yang
terdapat di Kebun Raya Baturraden sangat perlu mengalami pendataan agar tidak
4
mengalami kepunahan. Kebun Raya Baturraden juga digunakan sebagai tempat
rekreasi, penelitian, pendidikan lingkungan, dan ekowisata. Pelestarian flora yang
ada di Kebun Raya Baturraden akan melindungi kekayaan spesies secara ex situ
dalam bentuk kebun koleksi. Koleksi tumbuhan dapat menambah daya tarik
Kebun Raya Baturraden sebagai daerah tujuan wisata alam.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk melakukan
identifikasi, pendataan manfaat, dan pendataan ulang terhadap tumbuhan bambu
yang ada di Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas.
Manfaat Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat mengetahui dan
memahami karakteristik dari berbagai jenis tumbuhan bambu, mengetahui
manfaat berbagai jenis tumbuhan bambu yang ada di Kebun Raya Baturraden
Kabupaten Banyumas.
5
II. MATERI DAN CARA KERJA
1. Materi, Lokasi dan Waktu Praktik Kerja Lapangan
1.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan
mengenai “Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Bambu yang
Terdapat di Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas” adalah
kamera digital, kertas, alat tulis, buku identifikasi bambu, dan
Thallysheet Tumbuhan Bambu.
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah tumbuhan bambu yang
terdapat di Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas.
1.2. Lokasi dan Waktu Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan selama 14 hari,
dimulai tanggal 16-31 Januari 2013 di Kebun Raya Baturraden
Kabupaten Banyumas.
2. Cara Kerja
Praktik Kerja Lapangan dilakukan dengan cara ikut serta dalam
kegiatan yang diadakan oleh Kebun Raya Baturraden. Kegiatan yang
dilakukan meliputi persiapan, identifikasi dan pendataan manfaat
tumbuhan bambu, perawatan dan pendataan tumbuhan bambu yang
meliputi manfaat, jumlah rumpun tumbuhan bambu, serta kesesuaian
dengan data lama.
2.1. Persiapan praktik kerja lapangan
Tahap awal praktik kerja lapangan dengan memperkenalkan
lingkungan lokasi. Tahapan pengenalan lokasi sebagai tahap persiapan
6
praktik kerja lapangan. Pengenalan lokasi praktik kerja lapangan meliputi
pengenalan seluruh pegawai Kebun Raya Baturraden dan mengunjungi
seluruh wilayah konservasi tumbuhan. Setelah itu, pembuatan
Thallysheet Tumbuhan Bambu.
2.2. Identifikasi dan Pendataan Manfaat Tumbuhan Bambu
1. Karakteristik tumbuhan bambu yang belum diketahui nama
spesiesnya diamati dan dicatat sebagai data.
2. Data yang berisi karakteristik tumbuhan tersebut dibandingkan
dengan buku identifikasi yang ada di Kebun Raya Baturraden,
Fakultas Biologi dan internet.
3. Tumbuhan bambu diberi nama spesies yang sesuai dan dituliskan
pada papan nama.
4. Masing-masing dari tumbuhan bambu dicatat manfaatnya.
2.3. Perawatan dan Pendataan Tumbuhan Bambu
1. Tumbuhan bambu dirawat dengan cara menyiram tumbuhan secara
rutin agar kelembaban lingkungan selalu terjaga.
2. Papan nama dan lembar pengisian pendataan disiapkan.
3. Papan nama diberi nama spesies dan kode tumbuhan dengan benar.
4. Papan nama yang sudah berisi data dipasang di dekat tumbuhan
bambu tersebut dan data ditulis kembali pada lembar pengisian
pendataan sebagai catatan.
7
III. RENCANA KERJA HARIAN
Kegiatan Harian Mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Nama (NIM) : Tria Fauzi Prabandani Hakim (BIJ010160)
Judul PKL : Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Bambu yang
Terdapat di Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas
Lokasi : Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas
Waktu : 16-31 Januari 2013
Pembimbing : Drs. Sukarsa, M.Si.
Ita Kusumawati, S.Hut., M.Sc.
Tabel 1. Rencana Kerja HarianNo. Hari, Tanggal Kegiatan
1. Rabu, 16 Januari 2013 Observasi lingkungan.
2. Kamis, 17 Januari 2013 Persiapan identifikasi di lokasi.
3. Jumat, 18 Januari 20131. Identifikasi dan pendataan manfaat
tumbuhan bambu.2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
4. Sabtu, 19 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
5. Senin, 21 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
6. Selasa, 22 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
7. Rabu, 23 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
8. Kamis, 24 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat
8
tumbuhan bambu.2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
9. Jumat, 25 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
10. Sabtu, 26 Januari 2013 1. Identifikasi dan pendataan manfaat tumbuhan bambu.
2. Penulisan kode tumbuhan.3. Perawatan tumbuhan bambu.
11. Senin, 28 Januari 2013 Pendataan tumbuhan bambu (meliputi manfaat, jumlah individu, dan kesesuaian dengan data lama).
12. Selasa, 29 Januari 2013 Pendataan tumbuhan bambu (meliputi manfaat, jumlah individu, dan kesesuaian dengan data lama).
13. Rabu, 30 Januari 2013 Pendataan tumbuhan bambu (meliputi manfaat, jumlah individu, dan kesesuaian dengan data lama).
14. Kamis, 31 Januari 2013 Pendataan tumbuhan bambu (meliputi manfaat, jumlah individu, dan kesesuaian dengan data lama).
9
DAFTAR REFERENSI
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jilid I: 322-346.
Krisdianto, Sumarni G. dan Ismanto A. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Himpunan Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Bogor, Bogor.
Nadeak, M. N. 2009. Deskripsi Budidaya dan Pemanfaatan Bambu di Kelurahan Balumbang Jaya (Kecamatan Bogor Barat) dan Desa Rumpin (Kecamatan Rumpin), Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutarno, H., Hardijadi S. S. dan Sutiyono. 1996. Paket Model Partisipatif: Budidaya Bambu Guna Meningkatkan Produktivitas Lahan. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea, Bogor.
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bilologi. LIPI, Bogor
Widnyana, K. 2007. Bambu dengan Berbagai Manfaatnya. Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar, Denpasar.
10