ipi281790

10
1. Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta 2. Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta PENDAHULUAN Beberapa permasalahan utama di bidang kesehatan adalah penyakit degeneratif, kanker, kesehatan jiwa (gangguan jiwa) dan kecelakaan. Berdasarkan Departemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) tahun 2010 mem- ABSTRACT Background: Health education is a process in giving the health information so that a person can change their health behavior as expected. Some people are still treat the patients with mental disorders by binding, confining, and shackling. The families need a knowledge and information how to deal with the family members who have the mental disorder. Objective: to know the effect of a health education about the risk of violence behavior (RVB) toward family knowledge in treating the patients in the Mental Hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten. Methods: This research is experimental design with one group pre test - post test, The research subjects were the family members who treated the patients being visiting to the mental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten. The samples taken 30 people by using the accidental sampling method.The measurement instrument used questionnaires. The analysis of statistical data processing used the T test. Results: Pre test shown that 12 respondents (40%) having a good knowledge. Post test shown that 20 respondents (66%) having a good knowledge. The analysis of T test was obtained the result of P value (sig 2-tailed) about 0.008 compared with value about 0.05. P values was < value that indicates the average difference between before and after the respondents were given by the health education about RVB. Conclusion: There was an effect of a health education about RVB toward family knowledge in treating the patients in the mental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten. Keywords: Health education, RVB, knowledge, family. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah Nina Permata Sari 1) , Istichomah 2) perkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Berdasarkan data studi World Bank dibeberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa (Wirnata, 2012). 25

Upload: andhy-pratama

Post on 04-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

et

TRANSCRIPT

  • Pratami, E.K., & Kuswanti, I., Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum .... 25

    1. Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

    2. Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

    PENDAHULUAN

    Beberapa permasalahan utama di bidangkesehatan adalah penyakit degeneratif, kanker,kesehatan jiwa (gangguan jiwa) dan kecelakaan.Berdasarkan Departemen Kesehatan dan WorldHealth Organization (WHO) tahun 2010 mem-

    ABSTRACT

    Background: Health education is a process in giving the health information so that a personcan change their health behavior as expected. Some people are still treat the patients withmental disorders by binding, confining, and shackling. The families need a knowledge andinformation how to deal with the family members who have the mental disorder.

    Objective: to know the effect of a health education about the risk of violence behavior (RVB)toward family knowledge in treating the patients in the Mental Hospital RSJD of DR. RM.Soedjarwadi Klaten.

    Methods: This research is experimental design with one group pre test - post test, Theresearch subjects were the family members who treated the patients being visiting to themental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten. The samples taken 30 people by usingthe accidental sampling method.The measurement instrument used questionnaires. Theanalysis of statistical data processing used the T test.

    Results: Pre test shown that 12 respondents (40%) having a good knowledge. Post test shownthat 20 respondents (66%) having a good knowledge. The analysis of T test was obtained theresult of P value (sig 2-tailed) about 0.008 compared with value about 0.05. P values was < value that indicates the average difference between before and after the respondentswere given by the health education about RVB.

    Conclusion: There was an effect of a health education about RVB toward family knowledgein treating the patients in the mental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten.

    Keywords: Health education, RVB, knowledge, family.

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang ResikoPerilaku Kekerasan (RPK) Terhadap Pengetahuan Keluarga

    Dalam Merawat Pasien Di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. SoedjarwadiKlaten Jawa Tengah

    Nina Permata Sari1), Istichomah2)

    perkirakan tidak kurang dari 450 juta penderitagangguan jiwa ditemukan di dunia. Berdasarkandata studi World Bank dibeberapa negaramenunjukkan 8,1% dari kesehatan globalmasyarakat (Global Burden Disease) menderitagangguan jiwa (Wirnata, 2012).

    25

  • 26 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 01 Januari 2015

    Depertemen Kesehatan Republik Indonesiatahun 2010, menyatakan jumlah penderitagangguan jiwa di indonesia mencapai 2,5 jutayang terdiri dari pasien resiko perilaku ke-kerasan. Diperkirakan sekitar 60% menderitaresiko perilaku kekerasan di Indonesia(Wirnata, 2012). Proses globalisasi dan pesat-nya kemajuan teknologi informasi memberikandampak terhadap nilai-nilai sosial dan budayapada masyarakat.

    Permasalahan kesehatan saat ini yang palingbanyak dikeluhkan oleh masyarakat adalahkesehatan jiwa, hal ini disebabkan karenabeban kehidupan dan pikiran manusia yangsemakin berat.Masyarakat dihadapkan dalamberbagai permasalahan kehidupan yang sangatkompleks. Setiap orang mempunyai kemam-puan yang tidak sama untuk beradaptasi denganperubahan kondisi sosial budaya. Jika individukurang atau tidak mampu dalam beradaptasidengan perubahan tersebut, maka individuakan 2

    mengalami berbagai penyakit fisik maupunmental (timbul stress dan terjadi perilakukekerasan). Menurut Goldenberg (2004) citSuwarno (2014), keluarga klien dengan gang-guan jiwa tidak dapat menghindari penyakitmental tersebut yang dapat menjadi beban bagikeluarga. Keluarga memerlukan pengetahuandan informasi bagaimana cara menghadapianggota keluarga yang gangguan jiwa danketrampilan koping manghadapi masalah.

    Keluarga penderita gangguan jiwa umumnyasangat sedikit sekali yang memiliki kesadaranuntuk datang ke fasilitas kesehatan.Hal inidikarenakan keterbatasan fasilitas kesehatanyang ada di negeri ini.Keluarga dan masyarakatsering mengeluhkan adanya suatu beban ketikaada anggota keluarga atau masyarakat yangmengalami gangguan jiwa.Penderita yangsudah menjalani perawatan di rumah sakitsering mengalami kekambuhan karena kurang-nya pengetahuan keluarga dalam memberikanperawatan terhadap pasien gangguan jiwa dirumah.

    Pasien dengan gangguan jiwa baik yangdirawat maupun tidak dirawat, seharus di-pertimbangankan potensi untuk melakukanperilaku kekerasan.Pada penanganan masalahgangguan jiwa terdapat salah satu diagnosakeperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan.Resiko perilaku kekerasan adalah keadaandimana seseorang pernah atau mempunyairiwayat melakukan tindakan yang dapat mem-bahayakan diri sendiri atau orang lain ataulingkungan baik secara fisik atau emosional atauseksual dan verbal (Keliat, 2010). Tanda gejalayang ada adalah ada ide melukai, merencana-kan tindakan kekerasan, mengancam, penya-lahgunaan obat, depresi berat, marah, sikapbermusuhan/panik, bicara ketus, mengucapkankata-kata kotor, serta adanya riwayat perilakukekerasan.

    Resiko perilaku kekerasan merupakan salahsatu diagnosa yang memiliki resiko lebih tinggidibandingkan dengan yang lain karena jikapasien kambuh dapat membahayakan dirisendiri, orang lain, dan lingkungan. Data yangdiperoleh dari studi pendahuluan di bagianRekam Medis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi KlatenJawa Tengah, tercatat bahwa jumlah pasienrawat inap pada bulan Januari sampai denganSeptember 2012 adalah 789 pasien. Jumlahpasien rawat inap tersebut 515 pasien (65,27%)merupakan pasien ulangan atau kambuh.Jumlah kunjungan poli klinik jiwa dari bulanJanuari sampai September 2012 adalah 7.277pasien yang terdiri dari pasien baru 1.016 pasien(13,96%) dan ulangan 6.261 pasien (86,04%).Tingginya pasien ulangan dapat menimbulkankurangnya perawatan di rumah. Hal tersebutterdiri dari macam macam diagnosa kepe-rawatan yaitu Halusinasi, Resiko PerilakuKekerasan, Menarik Diri, Waham, DefisitPerawatan Diri, Resiko Bunuh Diri, Harga DiriRendah. Data diagnosa keperawatan menun-jukkan tingkat kejadian yang meningkat adalahdiagnosa resiko perilaku kekerasan denganpersentase bulan September 18,60 %, bulanOktober 19,64%.

    Data dari rekam medis juga menunjukkan

  • Sari, N.P., & Istichomah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku .... 27

    berdasarkan wawancara pihak rekam mediskeluarga pasien RPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten diperoleh keterangankeluarga pasien resiko perilaku kekerasanbelum memperoleh pendidikan kesehatantentang resiko perilaku kekerasan. Pada wa-wancara dengan 15 orang keluarga pasien RPKdi Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klatendiperoleh data 15 orang keluarga pasien RPKbelum memperoleh pendidikan kesehatantentang RPK, 13 orang keluarga pasien resikoperilaku kekerasan mengatakan ketika pasienkambuh dilakukan pengurungan di dalamkamar, 2 orang keluarga pasien resiko perilakukekerasan mengatakan bila pasien kambuhdilakukan pengikatan.

    Berdasarkan data diatas keluarga pasienresiko perilaku kekerasan masih belum tahucara penanganan pasien dengan benar. Keluar-ga masih melakukan tindakan mengurung danmengikat pasien ketika pasien kambuh. Haltersebut dilakukan agar tidak membahayakandiri pasien atau orang lain.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Pendidikan Kesehatan

    Menurut Undang-undang No.39 Tahun 2009yang dimaksud dengan kesehatan jiwa adalahupaya kesehatan jiwa ditujukan untuk men-jamin setiap orang dapat menikmati kehidupankejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan,tekanan, dan gangguan lain yang dapat meng-ganggu kesehatan jiwa.

    Kesehatan jiwa disini mengandung penger-tian seseorang dikatakan sehat jiwa apabilasecara individu merasa nyaman dengan ling-kungan dan dirinya sendiri.Lingkungan sangatberperan dalam kejadian gangguan jiwa baiksebagai faktor presipitasi ataupun faktor pre-disposisi.

    Pendidikan kesehatan adalah aplikasi ataupenerapan pendidikan di bidang kesehatandengan hasil yang diharapkan adalah perilakukesehatan atau perilaku untuk memelihara danmeningkatkan kesehatan yang kondusif

    (Notoatmojo, 2007). Pendidikan kesehatanmerupakan suatu proses memberikan masukanberupa informasi informasi kesehatan agarseseorang dapat merubah perilaku kese-hatannya sesuai yang diharapkan.

    Pendidikan kesehatan jiwa adalah strategiuntuk memampukan individu keluarga, komu-nitas, kelompok mengotrol kesehatan jiwa danfaktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan,kebiasaan dan pola hidup Widyatuti (2009) citSuryana (2012).

    Perawat wajib berperan sebagai pendidikkegiatan yaitu mendengar, memerintahkan,menyarankan, menjelaskan, mendiskusikandan membantu memutuskan.Dengan pendi-dikan kesetatan jiwa yang diberikan di klinikkeperawatan oleh perawat membuat pasiendan keluarga tahu, yakin, memutuskan danmelakukan informasi dan latihan yang di-berikan Widyatuti (2009) cit Suryana (2012).

    2. Resiko Perilaku Kekerasan

    Resiko perilaku kekerasan adalah keadaandimana seseorang pernah atau mempunyairiwayat melakukan tindakan yang dapat mem-bahayakan diri sendiri atau orang lain ataulingkungan baik secara fisik/emosional/seksualdan verbal (Keliat, 2010).

    Tanda gejala yang ada adalah ada ide me-lukai, merencanakan tindakan kekerasan,mengancam, penyalahgunaan obat, depresiberat, marah, sikap bermusuhan/panik, bicaraketus, mengucapkan kata-kata kotor, sertaadanya riwayat perilaku kekerasan (Keliat,2010).

    Cara penanganan resiko perilaku kekerasanuntuk keluarga pasien RPK adalah :

    1. Anjurkan klien untuk mengungkapkanperasaannya saat jengkel atau marah.

    2. Bantu klien mengidentifikasi penyebabmarah/jengkel.

    3. Bicarakan dengan klien akibat/kerugiandari cara yang dilakukan..

    4. Bantu klien untuk memilih cara yang paling

  • 28 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 01 Januari 2015

    tepat dan bantu klien mengidentifikasimanfaat cara yang dipilih. Bisa melakukantarik nafas dalam, jika sedang kesal/me-mukul bantal/kasur atau olah raga ataumelakukan pekerjaan yang memerlukantenaga.

    5. Anjurkan klien untuk mengatakan bahwadirinya sedang kesal/tersinggung/jengkel(saya kesal anda bicara seperti itu, sayamarah karena mama tidak memenuhikeinginan saya).

    6. Bantu klien untuk minum obat sesuaidengan yang diprogramkan oleh dokter.Benar nama, benar obat, benar waktu,benar dosis, benar cara.

    7. Anjurkan klien beribadah/berdoa: memintadiberi kesabaran oleh Tuhan, dan mengadukepada Tuhan tentang kejengkelan yangdialami.

    3. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan initerjadi satelah orang melakukan pengindraanpada suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).Dari pengalaman dan penelitian ternyataperilaku-perilaku yang didasari olehpengetahuan akan lebih langgeng dari padaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan(Wawan, 2010). Dalam teori pembelajaranSilberman (2006) cit Luthfiyah (2010), seseorangdapat mengingat 70% dalam sepuluh menitpertama pembelajaran, sedangkan dalamsepuluh menit terakhir mereka hanya dapatmengingat 20% materi pembelajaran.

    Pengetahuan diperoleh melalui inderapendengaran (telinga) dan indera penglihatan(mata).Pengetahuan seseorang terhadap objekmempunyai intensitas atau tingkatan berbeda-beda.Begitu juga pengetahuan keluarga dalammerawat pasien RPK biasanya mempengaruhikeputusan keluarga dalam merawat pasien.

    1) Tingkat pengetahuan

    4. Keluarga

    Menurut Friedman (1998) cit Suryana (2012),keluarga adalah sekumpulan orang denganikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yangbertujuan untuk menciptakan, mempertahan-kan budaya dan meningkatkan perkembanganfisik, mental, emosional serta sosial dari tiapanggota keluarga.

    A. Fungsi Keluarga Friedman (1998) cit Suryana(2012), mengidentifikasikan lima fungsidasar keluarga yaitu :

    1. Fungsi afektif

    Fungsi keluarga yang utama adalah untukmengajarkan segala sesuatu dan mem-persiapkan anggota keluarga dalamberhubungan dengan orang lain. Fungsiini dibutuhkan untuk perkembanganindividu dan psikososial anggota keluar-ga. Keluarga memberikan kenyamananemosional anggota, membantu anggotadan membentuk identitas dan memper-tahankan saat terjadi stress seperti :

    a) Saling mengasuh, cinta kasih, keha-ngatan, saling menerima dan men-dukung antar anggota keluarga.

    b) Saling menghargai ikatan dan iden-tifikasi. Ikatan antar anggota keluargadikembangkan melalui proses iden-tifikasi dan penyesuaian pada aspekkehidupan anggota keluarga.

    2. Fungsi sosialisasi

    Adalah fungsi mengernbangkan dantempat melatih anak untuk berkehi-dupan sosial sebelum meninggalkanrumah.Keluarga sebagai guru, mena-namkan kepercayaan, nilai, sikap, me-kanisme koping memberikan umpanbalik, memberikan petunjuk dalampemecahan masalah dan sosialisasiprimer anak-anak yang bertujuan untukmembantu mereka menjadi anggotamasyarakat yang produktif dan jugasebagai penghargaan status anggotakeluarga.

  • Sari, N.P., & Istichomah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku .... 29

    3. Fungsi reproduksi

    Keluarga berfungsi untuk mempertahan-kan generasi dan menjaga kelangsunganhidup masyarakat seperti keluarga me-lahirkan anaknya.

    4. Fungsi ekonomi

    Keluarga memiliki fungsi untuk meme-nuhi kebutuhan seluruh anggota keluargaseperti kebutuhan akan makan, pakaian,rumah.

    5. Fungsi keperawatan kesehatan

    Keluarga berfungsi untuk melaksanakanpratek asuhan keperawatan yaitu untukmencegah terjadinya gangguan kese-hatan dan merawat anggota keluargayang sakit.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eks-perimen dengan desain penelitian one grouppre test - post test, yaitu penelitian eksperimenyang sudah dilakukan observasi pertama (pretest) sehingga penguji dapat menguji peru-bahan-perubahan yang terjadi setelah adanyaperlakuan, tetapi dalam desain ini tidak adakelompok kontrol atau pembanding(Handayani, 2011). Populasi dalam penelitianini adalah anggota keluarga yang merawatpasien resiko perilaku kekerasan yang sedangberkunjung di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten pada bulan Januari sampaiDesember tahun 2012 yakni berjumlah 235pasien. 28

    Pengambilan sampel sesuai dengan pen-dapat Sugiyono (2011) penelitian eksperimenyang sederhana atau menggunakan kontrolmaka jumlah anggota sampel masing masingantara 10 s/d 20.Metode pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakan metodeaccidental sampling yakni semua respondenyang ditemui secara kebetulan sesuai dengankriteria.Pada saat penelitian sampel yangdiperoleh sebanyak 30 orang. Kriteria res-ponden dalam penelitian ini telah ditentukansebagai berikut :

    1. Anggota keluarga yang merawat pasien RPKyang berkunjung ke Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten.

    2. Keluarga pasien RPK yang bersedia menjadiresponden.

    3. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan yangmasih ada ikatan keluarga.

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Meitahun 2014 selama satu bulan di Poli Jiwa RSJDDr. RM. Soedjarwadi Klaten.Instrumen pene-litian yang digunakan berupa kuesionertertutup. Instrumen ini terdiri empat bagianyaitu : bagaian pertama berisi permohonanmenjadi responden, bagian kedua pernyataanbersedia menjadi responden, bagian ketigabiodata responden.

    HASIL PENELITIAN

    1. Gambaran Umum RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten

    RSJD Dr. RM. Soedjarwadi merupakan salahsatu rumah sakit jiwa pemerintah Provinsi JawaTengah yang berlokasi di Jalan Ki PandanaranKM.2 Klaten.RSJD Dr. RM. Soedjarwadi meru-pakan rumah sakit tipe B yang memberikanpelayanan kesehatan terutama untuk kese-hatan jiwa dan kesehatan masyarakat yangbersifat umum bagi masyarakat Klaten maupunluar Klaten. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi bedirisejak tanggal 23 Agustus 1953 sebagai KoloniOrang Sakit Jiwa (KOSJ), dimana pasien semulaberasal dari RSJ Mangunjayan Surakarta dan RSJKeramat Magelang.

    2. Karakteristik Responden

    Responden dalam penelitian ini adalahanggota keluarga yang merawat pasien RPKyang berkunjung ke Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten. Pada bagian ini diuraikandistribusi karakteristik anggota keluarga yangmenjadi responden, meliputi : umur, pen-didikan, pekerjaan, penghasilan.

  • 30 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 01 Januari 2015

    Berdasarkan analisis data penelitian yangtelah dilakukan, maka dapat diperoleh pem-bahasan hasil tentang pengetahuan keluargasebagai berikut : Dari 30 responden diperolehumur terbanyak yaitu diatas 40 tahun sebesar17 atau 57% dengan pendidikan terbanyak SMAsebesar 12 orang atau 40%. Mayoritas res-ponden bekerja sebanyak 27 orang atau 90%,berpenghasilan >500.000 ada 20 orang atau 67%.

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari30 responden diperoleh hasil pengetahuan

    dalam kategori baik sebelum dan sesudahdiberikan pendidikan kesehatan tentang RPK.Pada saat pre test ada 12 responden atau 40%yang mempunyai pengetahuan baik dan me-ningkat setelah diadakan post test yaitu 20responden atau 66% yang mempunyai penge-tahuan baik. Hal itu menunjukkan bahwaadanya peningkatan jumlah responden yangmemiliki pengetahuan baik yaitu meningkatsebanyak 8 responden.

    Berdasarkan diskripsi data pretes danprotest di atas, maka dapat dilakukan per-bandingan pada masing-masing nilai diskripsimean, median, dan modus. Hasil perbandingandapat diuraikan pada tabel 4.3 sebagai berikut ;

    Perbandingan Pengetahuan Keluarga Sebelum danSesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan TentangRPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi KlatenPada Bulan Mei Tahun 2014

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwaterdapat perbedaan rata-rata pengetahuanantara sebelum dan sesudah diberikan pen-dididkan kesehatan tentang RPK. Sebelumdiberikan pendidikan kesehatan tentang RPK(pre test) didapatkan rata-rata Cukup (64,83)dengan standar deviasi sebesar 20,160. Setelahdiberikan pendidikan kesehatan tentang PRK(post test) didapatkan rata-rata Baik (82,80)dengan standar deviasi 21,381. Hal itu menun-jukkan adanya peningkatan rata-rata sebesar17,97. Selain itu juga ada peningkatan pada nilaimedian, nilai modus, nilai minimal.

    Perbedaan pengetahuan keluarga antarasebelum dan sesudah dilakukannya pendidikankesehatan tentang RPK, sehingga dapat di-buktikan ada tidaknya pengaruh pendidikankesehatan tentang RPK terhadap pengetahuankeluarga.

  • Sari, N.P., & Istichomah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku .... 31

    Dari tabel di atas dapat diketahui t hitungsebesar 2,834 dengan t tabel 2,042 atau dengankata lain t hitung > t tabel sehingga H0 ditolakdan H diterima atau bisa ditarik kesimpulanada perbedaan rata-rata pengetahuan antarasebelum dan sesudah responden diberikanintervensi berupa pendidikan kesehatantentang resiko perilaku kekerasan. Hasil analisismenunjukkan nilai P (sig 2-tailed) sebesar 0,008yang dibandingkan dengan nilai sebesar 0,05.Nilai P < nilai sehingga menunjukkan adanyaperbedaan rata-rata antara sebelum dansesudah responden diberikan intevensi berupapendidikan kesehatan tentang resiko perilakukekerasan.Tanda negatif (-) pada t hitungmenunjukkan bahwa harga pre test lebih kecildibandingkan harga post test.

    1. Pengetahuan Keluarga Tentang RPKSebelum Pendidikan Kesehatan

    Pada data pre test nilai rata-rata penge-tahuan responden cukup (64,83). Res-ponden dengan tingkat pengetahuan baik40 %, cukup 30%, kurang 20%, tidak baik10%.Dari hasil tersebut didapatkan res-ponden dengan pengetahuan baik memilikilatar belakang pendidikan SMA. Hal inisesuai dengan teori Wawan (2010), pen-didikan dapat mempengaruhi seseorangtermasuk juga perilaku akan pola hidupterutama dalam memotivasi sikap untukberperan serta dalam pembangunan, pada

    umumnya makin tinggi pendidikan sese-orang makin mudah menerima informasi.

    Pengaruh pendidikan terhadap perilakuatau sikap seseorang yang ditunjukkan darihasil pretest diatas juga sesuai dengan hasilpenelitian dari Suryana (2012) yang menyim-pulkan bahwa ada hubungan yang bermaknaantara pendidikan kesehatan dengan perankeluarga dalam merawat pasien gangguanjiwa di Klinik Keperawatan Jiwa RS GrahasiaProvinsi DIY. Hal ini juga sesuai denganpenelitian Hastuti (2010) yaitu pendidikantentang obat yang mempengaruhi.

    kepatuhan seseorang untuk minum obatdi Klinik Keperawatan RS Grahasia DIY.

    Umur terbanyak dalam pre test yaitu >40tahun.Umur tersebut dalam teori tumbuhkembang termasuk kategori dewasa me-nengah sehingga bila diberikan intervensiberupa pendidikan kesehatan tentang RPKpada umur tersebut dapat mengaplikasikandengan baik. Hal ini sesuai dengan teoriHuclok (1998) cit Wawan (2010), semakincukup umur, tingkat kematangan dan ke-kuatan seseorang akan lebih matang dalamberfikir dan bekerja.

    Mayoritas pekerjaan responden adalahwiraswasta, sehingga mereka tidak memilikiwaktu luang untuk belajar tentang resikoperilaku kekerasan dan tidak dapat me-lakukan perawatan secara baik, sehingga

    Hasil Output SPSS Paired Sample T-Test pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan pendidikankesehatan tentang RPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Pada Mei 2014

  • 32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 01 Januari 2015

    sangat diperlukan adanya pendidikan kese-hatan tentang RPK.Hal ini sesuai denganWawan (2010) bahwa bekerja umumnyamerupakan kegiatan yang menyita waktu.

    2. Pengetahuan Keluarga Tentang RPKSetelah Pendidikan Kesehatan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwaresponden terbanyak adalah keluarga pa-sien RPK yang berkunjung ke poli jiwa RSJDDr. RM. Soedjarwadi Klaten pada kelompokumur e 40 tahun berjumlah 17 orang atausekitar 57%. Pada teori tumbuh kembangumur ini termasuk dalam kategori dewasamenengah sehingga dalam menerima pen-didikan kesehatan tentang RPK, respondendapat mengambil keputusan dalam peme-liharaan kesehatan pasien. Hal ini sesuaidengan Notoatmodjo (2010) yang menya-takan umur mempengaruhi bagaimanamengambil keputusan dalam pemeliharaankesehatannya, sedangkan menurut Huclok(1998) cit Wawan (2010) semakin cukupumur, tingkat kematangan dan kekuatanseseorang akan lebih matang dalam berfikirdan bekerja. Data penelitian menunjukkanbahwa responden terbanyak adalah ke-luarga pasien RPK dan berkunjung ke polijiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten ber-pendidikan SMA ada 12 responden atau 40%.Semakin tinggi pendidikan maka orangtersebut dapat lebih mudah dalam mene-rima pendidikan kesehatan tentang RPK, halini sesuai dengan Wawan (2010), pendidikandapat mempengaruhi seseorang termasukjuga perilaku akan pola hidup terutamadalam memotivasi sikap untuk berperanserta dalam pembangunan, pada umumnyamakin tinggi pendidikan seseorang makinmudah menerima informasi.

    Pada penelitian ini menunjukkan bahwaresponden terbanyak yang bekerja ada 27orang atau 90%.Orang yang bekerja me-mungkinkan untuk memperoleh informasiterbaru seluas-luasnya dari lingkungan kerjaatau bisa bertukar pikiran dan pendapatdengan banyak orang.

    Pada data post test nilai rata-rata penge-tahuan responden Baik (82,80). Respondenyang berpengetahuan baik 66 %, cukup 20%,kurang 7%, tidak baik 7%.Dari post test yangdilakukan ada peningkatan jumlah per-sentase dalam pengetahuan respondenpada kriteria dengan pengetahuan baik, haltersebut menunjukkan bahwa pengetahuanresponden meningkat setelah diberikanpendidikan kesehatan. Hasil post test inisesuai dengan teori Notoatmodjo (2007),pengetahuan merupakan suatu informasiatau fakta yang diperoleh dari proses belajardan pengalaman, hal itu bisa didapat mela-lui berbagai proses salah satunya denganpendidikan kesehatan. Pada penelitian inipendidikan kesehatan dilakukan untukmemberikan informasi dan pengetahuantentang RPK yang diharapkan dapat mem-berikan pengalaman belajar pada res-ponden.

    3. Pengaruh Pendidikan KesehatanTentang RPK Terhadap PengetahuanKeluarga Dalam Merawat Pasien

    Berdasarkan analisis pengujian hipotesismenggunakan bantuan program SPSS datapre test dan post test, diperoleh hasil bahwaH diterima, maka dapat ditarik kesimpulanbahwa ada pengaruh pendidikan kesehatantentang RPK terhadap pengetahuan ke-luarga dalam merawat pasien di Poli JiwaRSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten.

    Analisis menggunakan Paired Sample T-Test untuk membandingkan nilai pre testdengan nilai post test. Hasil pengujianmenunjukkan nilai P (sig 2-tailed) sebesar0,008 yang dibandingkan dengan nilai sebesar 0,05. Nilai P < nilai sehinggamenunjukkan adanya perbedaan pengeta-huan responden rata-rata antara sebelumdan sesudah responden diberikan pendi-dikan kesehatan tentang RPK.Hasil pene-litian juga menunjukkan pengetahuankeluarga meningkat dari sebelum dila-

  • Sari, N.P., & Istichomah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku .... 33

    kukannya pendidikan kesehatan tentangRPK dibandingkan setelah diberikan pen-didikan kesehatan tentang RPK, peningkatanpengetahuan itu dari 40% ke 66%.

    Penelitian ini juga menunjukkan bahwaadanya pengaruh pendidikan kesehatantentang RPK terhadap pengatahuan keluargadalam merawat pasien RPK. Hal ini sejalandengan teori pengetahuan Notoatmodjo(2007), bahwa pengetahuan merupakansuatu informasi atau fakta yang diperolehdari proses belajar dan pengalaman. 47

    Seseorang yang memperoleh informasilebih banyak maka pengetahuannya se-makin luas.

    Pada penelitian Hastuti (2010) yangberjudul Pengaruh Pendidikan TentangObat Terhadap Kepatuhan Minum Obat diKlinik Keperawatan Rumah Sakit GrhasiaProvinsi DIY mendapatkan hasil respondenyang memiliki nilai baik pada saat pre test37 orang (59,7%), post test 47 orang (75,8%).Data tersebut menunjukkan adanya pening-katan kepatuhan minum obat disebabkanpendidikan tentang obat, sehingga dapatdisimpulkan bahwa ada pengaruh pen-didikan tentang obat terhadap kepatuhanminum Obat. Pada penelitian ini respondenyang menunjukkan nilai baik saat pre test 12orang (40%), post test 20 orang (66%). Dataini menunjukkan adanya peningkatan pe-ngetahuan responden setelah dilakukanpendidikan kesehatan. Jadi kedua penelitianini memiliki persamaan hubungan variabelyaitu : Ada pengaruh pendidikan terhadapsikap dan pengetahuan responden.

    Pengaruh pendidikan kesehatan ter-hadap pengetahuan responden yang ditun-jukkan pada penelitian ini sebesar 26% jugasesuai dengan penelitian Suwarno (2014)bahwa Family Psychoeducation berpenga-ruh terhadap pengetahuan dan sikap ke-luarga dalam merawat klien gangguan jiwa.Pada kedua penelitian ini memiliki ke-samaan yaitu adanya pengaruh positif

    pemberian informasi pengalaman belajarterhadap peningkatan pengetahuan res-ponden.

    Pelaksanaan pendidikan kesehatan ten-tang RPK merupakan penyampaian informasisehingga mampu mempengaruhi penge-tahuan keluarga dengan nilai t-Test 2,834 dalammerawat pasien RPK.Pengetahuan keluargamengenai RPK sangat diperlukan agar keluargadapat merawat pasien dengan benar.

    keempat berisi kuesioner pengetahuankeluarga tentang RPK. Jumlah pertanyaanpada kuesioner pengetahuan keluargatentang RPK adalah 18 pertanyaan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilaksanakan di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten pada bulan Mei tahun 2013dapat ditarik kesimpulan :

    1. Pengetahuan keluarga sebelum dilaku-kannya pendidikan kesehatan tentangresiko perilaku kekerasan di Poli Jiwa RSJDDr. RM. Soedjarwadi Klaten adalah Baik(40%), Cukup (30%), Kurang (20%), Tidakbaik (10%).

    2. Pengetahuan keluarga setelah dilakukan-nya pendidikan kesehatan tentang resikoperilaku kekerasan di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten adalah Baik (66%),Cukup (20%), Kurang (7%), Tidak baik (7%).

    3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan ten-tang resiko perilaku kekerasan (RPK) ter-hadap pengetahuan keluarga dalam me-rawat pasien di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Klaten dengan nilai t-Test 2,834dan signifikasi 0,008.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anogara.(2007). Psikologi Kerja. Rineka Cipta.Jakarta.

    Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

  • 34 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 01 Januari 2015

    Handayani, Sri, Riyadi, Sujono. (2011). PedomanPenulisan Karya Tulis Ilmiah BidangKesehatan.SIP. Yogyakarta.

    Hastuti.(2010). Pengaruh Pendidikan Tentangobat Terhadap Kepatuhan MinumObat di Klinik Keperawatan RumahSakit Grhasia Provinsi DIY.Skripsi.Stikes Aisyiyah. Yogyakarta.

    Keliat, B., et al. (2010). Model PraktikKeperawatan Profesional Jiwa.EGC. Jakarta.

    Luthfiyah, I. (2010). Penerapan StrategiPembelajaran Aktif Model EveryOne Is Teacher Here UntukMeningkatkan Motivasi BelajarSiswa Kelas X Pada Mata PelajaranSosiologi Madrasah AliyahSingosari Malang. Skripsi.UINMaulana Malik Ibrahim Malang.Malang.

    Murwani, A. (2010). Asuhan KeperawatanKeluarga. Fitramaya.Yogyakarta.

    Notoatmodjo, S. (2007).Kesehatan MasyarakatIlmu dan Seni. Rineka Cipta.Jakarta.

    Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan danIlmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

    Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu PerilakuKesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

    Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi PenelitianKesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

    Sirait, J. (2009). Peran Keluarga TerhadapPananganan Penderita SkizofreniaDengan Resiko Perilaku Kekerasandi RS Dr. Sardjito Yogyakarta.Skripsi. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

    Sugiyono.(2007). Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta. Bandung.

    Sugiyono.(2011). Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung. 52