ipi261988
DESCRIPTION
ddvdvdvTRANSCRIPT
-
33
Gambaran Klinis Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Kariadi SemarangPeriode Januari Juni 2011Rosy Mutiara Tsani1, Kasno2
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang2 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
Latar Belakang : Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu infeksi kronik jaringan paru terutama menyerang parenkim paru danpenyebabnya adalah Mycobacterium Tuberculosae. TB Paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang telah lama dikenal oleh manusia.Penyakit kebanyakan menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi basil Tuberkulosis. Seiring dengan Penyakit Malaria dan HIV/AIDS,TB Paru menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam program MDGs (Millenium DevelopmentGoals).Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis TB Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari-Juni 2011Metode : Penelitian ini berupa penelitian observasional berbentuk retrospektif disajikan dalam bentuk deskriptif. Sampel menggunakanpenderita TB Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari Juni 2011. Data berupa data sekunder dari catatan medik pasien dibagian rawat jalan, kemudian dilakukan editing, koding dan tabulating.Hasil : didapatkan 140 penderita TB Paru yang diambil berdasarkan kriteria inklusi. Penderita perempuan lebih banyak dari penderita laki-laki. Penderita perempuan sebanyak 77 orang. Umur penderita terbanyak yaitu 21 35 tahun. Hasil anamnesis semua penderita didapatkanbatuk dua minggu atau lebih dan demam sub febris, terbanyak selanjutnya yaitu nyeri dada, batuk dara dan malaise. Pemeriksaan fisikditemukan tekanan darah normal sebanyak 118 penderita, nadi normal (30-40mmHg) 115 penderita, suhu tubuh 37,5 C 133 penderita, RR>21X/menit sebanyak 90 penderita, BMI 21X/menit as many as 90 patients, BMI
-
34
PENDAHULUANTuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu
infeksi kronik jaringan paru terutama menyerangparenkim paru dan penyebabnya adalahMycobacterium Tuberculosae.1.2 TB Parumerupakan suatu penyakit infeksi kronik yang telahlama dikenal oleh manusia. Penyakit kebanyakanmenyebar melalui droplet orang yang terinfeksibasil Tuberkulosis. Seiring dengan PenyakitMalaria dan HIV/AIDS, TB Paru menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadikomitmen global dalam program MDGs (MilleniumDevelopment Goals).3
Sampai saat ini di daerah tropik salah satunyaIndonesia frekuensi TB paru masih cukup tinggidan masih menjadi masalah kesehatan masyarakatyang utama.1.2
Pada tahun 2009 ditemukan insiden TB Parusebanyak 9.4 juta kasus dengan angka terendah 8.9juta dan angka tertinggi 9.9 juta dan sebanyak 137kasus per 100.000 populasi. Prevalensi kasus TBParu 14 juta dengan angka terendah 12 juta danangka tertinggi 16 juta, sebanyak 200 kasus per100.000 populasi. Dengan angka kematian 1.3 jutaper 100.000 populasi.4
Indonesia sekarang berada pada rankingkelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia.Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensiberjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlahkematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematianper tahunnya.5 Perkembangan kasus tuberculosisparu dengan BTA positif di Indonesia semakinmeingkat ditemukan prevalensi tuberkulosis 660kasus dari jumlah populasi 229.965.4
Di Indonesia pada tahun 2009 angkapenemuan kasus (CDR / Case Detection Rate)penderita tuberkulosis baru sebesar 73,1% danmengalami peningkatan 2% dibanding tahun 2008.Angka ini telah memenuhi target nasional yaitusebesar 70%. Sedangkan angka penemuan suspeksebanyak 8.003 orang dan mengalami penurunanbila dibanding dengan tahun 2008.3 Estimasiinsidensi TB Paru berjumlah 430,000 kasus baruper tahun. Jumlah kematian diperkirakan 61,000kematian per tahunnya.5 Menurut hasil Risdeskas2010 prevalensi suspek TB Paru di Indonesiasejumlah 2.728 per 100.000 penduduk.6
Angka prevalensi diagnosis TB Paru di JawaTengah pada tahun 2009/2010 mencapai 720 per100.000.6 CDR penderita Tuberkulosis denganBTA (+) baru tahun 2008 sebanyak 16.748penderita atau 47,97%, meningkat biladibandingkan dengan CDR tahun 2007 yaitusebesar 47,75%. Angka penemuan kasus ini masihrendah maka dari itu perlu di usahakanpeningkatannya.7
Penemuan suspek TB Paru di kota Semarangtahun 2009 yaitu sebanyak 8003 orang, angka inimengalami penurunan dibanding tahun 2008 yaitu
sebanyak 8511 orang. CDR TB Paru BTA +sebanyak 793 orang, mengalami peningkatan 43kasus diandingkan dengan tahun 2008 yaitusebanyak 750 orang, CDR tahun 2009 sebesar 50%mengalami peningkatan sebesar 2% biladibandingkan tahun 2008. Hal ini menunjukkanadanya peningkatan kinerja petugas dan sistempencatatan pelaporan kasus. Sedangkan CDR TBParu BTA + pada tahun 2007 sebanyak 747 orang.8..9.10
Penyakit TB Paru menyerang kepada sebagianbesar kelompok usia kerja produktif, penderita TBParu mayoritas dari kelompok sosial ekonomirendah. Dan juga angka kematian wanita karena TBlebih banyak dibanding karena kematian karenakehamilan, persalinan dan nifas.11
Penyebab utama meningkatnya masalah TBantara lain kemiskinan yang belum dapat diatasioleh pemerintah, kegagalan program TBdiakibatkan tidak memadianya organisasipelayanan tuberculosis, perubahan sosiodemografikdiakibatkan meningkatnya jumlah penduduk duniadan perubahan struktur umur dalam kependudukan,dampak dari meningkatnya pandemic HIV danyang terakhir tidak terlaksana dengan benarpenatalaksanaan kasus TB diantaranya diagnosisklinis dan panduan obat yang tidak standar dan jugagagal dalam menyembuhkan kasus TB yangdidiagnosa positif TB Paru.11
Sampai saat ini masalah TB masih terusmengalami peningkatan dan penyebab utamameningkatnya beban masalah TB antara lainkemiskinan yang masih menyebar di berbagaikelompok masyarakat seperti pada negaraberkembang, kegagalan program TB selama iniyang diakibatkan oleh tidak memadainya komitmenpolitik dan pendanaan, tidak memadainyaorganisasi pelayanan TB (pelayanan kurangterakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjaminpenyediaannya, tidak dilakukan pemantauan,pencatatan dan pelaporan yang standar, dansebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus(diagnosis dan paduan obat yang tidak standar,gagal menyembuhkan kasus yang telahdidiagnosis), salah persepsi terhadap manfaat danefektifitas BCG, Infrastruktur kesehatan yang burukpada negara-negara yang mengalami krisis ekonomiatau pergolakan masyarakat, perubahan demografikkarena meningkatnya penduduk dunia danperubahan struktur umur kependudukan, dampakpandemi HIV.11
Penegakkan diagnosis TB sangat bergantungbagaimana cara melihat dan mencermati gambaranklinis dengan bagaimana TB dengan baik danbenar. Gambaran klinis TB Paru tersebut antara laindari anamnesis pasien TB, pemeriksaan fisik,pemeriksaan specimen dahak mikroskopis, danpemeriksaan penunjang pemeriksaan radiologirongten paru.12
-
35
Seharusnya semua suspek TB Paru diperiksa 3spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru padaorang dewasa ditegakkan dengan ditemukannyakuman TB (BTA). Pada program TB nasional,penemuan BTA melalui pemeriksaan dahakmikroskopis merupakan diagnosis utama.Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan ujikepekaan dapat digunakan sebagai penunjangdiagnosis sepanjang sesuai denganindikasinya.Tidak dibenarkan mendiagnosis TBhanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaranyang khas pada TB paru, sehingga sering terjadioverdiagnosis.11
Penentuan diagnosis TB Paru sudahditetapkan sesuai standar Internasional menurutISTC (Internasional Standart Tuberculosis Care),akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak yangtidak sesuai standar ISTC. Pada saat ini pelayananDOTS disediakan di fasilitas pelayanan kesehatan.Di beberapa rumah sakit provinsi/kabupaten/kota,fasilitas pelayanan kesehatan belum tentu mudahdiakses oleh masyarakat. Oleh karenanya,diperlukan intervensi berbentuk pengembangan,ujicoba dan pelaksanaan pelayanan DOTS dimasyarakat melalui kemitraan dengan masyarakatsetempat. Dengan tersedianya pelayanan DOTSberbasis masyarakat, diharapkan dapat mengurangiketerlambatan diagnosis, meningkatkan dukungankepada PMO (Pengawasan Minum Obat) danpasien yang sedang menjalani pengobatan.5
Di RSUP Dr. Kariadi telah tersedia pelayananDOTS untuk TB Paru tetapi belum terlaksanadengan baik dan dari survey awal yang dilakukanpeneliti didapatkan bahwa jumlah pasien yangterdiagnosis TB Paru yang telah berobat jalan diRSUP Dr. Kariadi Semarang dari bulan Januari Juni tahun 2011 sebanyak 187 pasien. Sedangkanyang diambil dalam penelitian menurut kriteriainklusi penelitian sejumlah 140 pasien.
Gambaran klinis TB Paru di RSUP Dr.Kariadi Semarang dilihat dari rekam medis yaitudiambil dari pasien yang datang periksa kemudiandilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik laludidiagnosa menjadi tersangka atau suspek TB Parukemudiam diperiksa Foto Rontgen Thorak setelahdidapatkan hasilnya kemudian dilakukanpemeriksaan sputum BTA Sewaktu-Pagi-Sewaktu(S-P-S). Tetapi ada juga beberapa pasien yangdilakukan pemeriksaan sesuai standar ISTC.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perluditeliti tentang Gambaran Klinis TB Paru di RSUPDr. Kariadi Semarang Periode Januari Juni 2011.
METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan pendekatan retrospektifdisajikan dalam bentuk deskriptif, bertujuan untukmengetahui gambaran klinis TB Paru serta
membantu menegakkan diagnosa klinis pesien yangberobat jalan di RSUP Dr. Kariadi Semarangsehingga dapat diberikan terapi yang tepat.
Penelitian dilakukan mulai 11 October 11Desembber 2011 di Bagian Rekam Medis RawatJalan RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Data yang dikumpulkan adalah data sekunderyang diambil dari catatan medik. Sampel penelitianadalah penderita TB Paru yang berobat jalan diRSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari Juni2011.
Langkah awal penelitian ini adalahmengumpulkan catatan medik pasien dengan kodeA 16.2, sesuai dengan kode TB Paru padainternational Code Diseases X (ICD X).
Kriteria inklusi penderita TB Paru yang ditelitiyaitu berusia minimal 16 tahun yang menjalanirawat jalan di RSUP Dr. Kariadi Semarang danrekam medis lengkap. Variabel dalam penelitian iniadalah umur, jenis kelamin, hasil anamnesis, hasilpemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan mikroskopis,hasil pemeriksaan radiologis, komplikasi penyakit,penyakit penyerta dan diagnosis akhir. Data yangtelah dikumpulkan dan dicatat lalu dipilih sesuaikriteria inklusi. Kemudian data diolah dengan tahapediting, coding dan tabulating. Analisi datamenggunakan analisis univariat yaitu minimum,maksimum, rata-rata, simpangan baku, distribusifrekuensi dan persentase.
HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan penelitian yang dilakukan di
RSUP Dr. Kariadi Semarang, data awal surveypenelitian didapatkan data sebanyak 187 orangpenderita, tetapi setelah dilakukan pengambilandata di rekam medis rawat jalan berdasarkankriteria inklusi didapatkan 140 penderita RSUP Dr.Kariadi pada periode Januari Juni 2011.Selebihnya yaitu sejumlah 47 penderita tidakmemiliki catatan rekam medis yang lengkap.Rekam medis yang lengkap berjumlah 74,9 %.
Jenis KelaminDistribusi sampel menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Distribusi sampel menurut jenis kelaminJenis kelamin Jumlah (%)
Laki-laki 63 45,0Perempuan 77 55,0
Total 140 100,0
Tabel 1 menunjukkan penderita TB Parutersebut terdiri dari 63 penderita (45,0 %) berjenisklamin laki-laki, dan penderita perempuansebanyak 77 penderita (55,0 %). Kondisi ini sesuaidengan hasil penelitian WHO yang menyebutkanbahwa TB Paru lebih banyak menyerangperempuan.30
-
36
UmurTabel 2. Distribusi sampel menurut umur
Umur Jumlah (%)16-20 6 4,321-35 101 72,136-59 28 20,060-80 5 3,6
Total 140 100,0
Tabel 2 menunjukkan usia penderita TB Paruyang diteliti berdasarkan kriteria inklusi, ditemukanbahwa yang berusia 21-35 tahun yaitu sebanyak101 penderita dengan prosente 72,1 %. Penderitayang paling sedikit yaitu berusia 60-80 tahunsebanyak 5 penderita dengan prosentase 3,6 %, usia36-59 tahun sebanyak 28 penderita (20,0 %), danusia 16-21 tahun sebanyak 6 penderita (4,3 %). Halini sesuai dengan penelitian WHO dimanapenderita terbanyak yaitu usia produkif. Sehinggasangat berpengaruh bagi produktifitas kerja dalamprogram pembangunan negara republik Indonesia.31
Gambaran Khusus Data PenelitianHasil Anamnesis
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasilanamnesis yang paling banyak dikeluhkanpenderita TB Paru adalah batuk lebih dari duaminggu dan demam sub febris dengan prosentase100 % seperti dalam tabel 3 dibawah ini. Nyeridada sebanyak 139 penderita (99,3 %),selanjutnyabatuk darah sebanyak 138 penderita prosentasenya98,6 %. Selanjutnya keringat malam hari denganjumlah 135 penderita (96,4 %), malaise sebanyak136 penderita ( 97,1 %), nyeri dada sebanyak 124penderita (88,6 %), sesak nafas sebanyak 120penderita (85,7 %), penderita yang merasabadannya lemas berjumlah 100 penderita (71,4 %)dan dengan jumlah yang paling sedikit yaitu suaraserak 5 penderita dengan prosentase 3,6 %. WHOmenyatakan bahwa gejala TB yang penting adalahbatuk, batuk darah, nyeri dada dan demam.32 Bukupetunjuk TB untuk negara dengan prevalensi tinggimenyebutkan bahwa gejala TB yang terseringadalah batuk yang kadang berdarah, nyeri dada dangejala-gejala lain seperti penurunan berat badan,hilangnya nafsu makan, keringat malam, demamdan sesak napas.33
Tabel 3. Distribusi hasil anamnesisHasil anamnesis Jumlah (%)
1. Batuk lebih dari dua minggu 140 100,02. Batuk darah 138 98,63. Nyeri dada 139 99,34. Demam sub febris 140 1005. Keringat malam hari 135 96,46. Sesak nafas 120 85,77. Lemas 100 71,48. Malaise 136 97,19. Suara serak 5 3,6
Hasil Pemeriksaan FisikTabel 4 menunjukkan hasil pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan pasien, antara lain tampak
sakit 135 penderita (96,4 %), kesadaran penuh 140penderita (100,0 %), tekanan darah normalsebanyak 118 penderita (84,3 %), tekanan darahprehipertensi sebanyak 3 penderita (2,1 %) danhipertensi sebanyak 19 penderita (13,6 %). Nadinormal sejumlah 112 penderita (82,1 %), nadilemah 5 penderita (3,6 %), nadi kuat sejumlah 20penderita (14,3 %). Suhu tubuh normal sebanyak 11penderita, suhu tubuh sub febris sebanyak 100penderita (71,4 %). Frekuensi nafas normalsebanyak 49 penderita (35 %), nafas 14 X/menitsebanyak 1 penderita dan 21 X/menit sebanyak90 penderita (64,3). Berat badan penderita TB Paruterbanyak dengan BMI < 17 85 %), BMI > 25 yangpaling sedikit yaitu sebanyak 3 penderita (2,1 %).Pada pemeriksaan fisik pasien jarang menunjukkankelainan paru yang signifikan terutama kasus-kasusdini atau yang telah terinfiltrasi secara asimtomatik.Jika infiltratnya luas didapatkan perkusi redup dansuara napas bronkhial.1.16.23
Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik Jumlah (%)
1. Tampak sakit2. Kesadaran penuh
135140
96,4100,0
3. Tekanan darahNormal100/70 mmHg110/70 mmHg110/80 mmHg120/70 mmHg120/80 mmHgPrehipertensii130/88 mmHgHipertensi140/100mmHg160/101mmHg
4. Nadi 29 mmHg30 40 mmHg 41 mmHg
5. Suhu tubuh37 C37,5 C38 C
6. Frekuensi nafas 14 X/menit14 20 X/menit 21 X/menit
7. Berat BadanBMI 19BMI < 17BMI > 25BMI 35
1030283416
3
154
511520
2133
5
14990
12119
36
7,121,420,024,315,8
2,1
10,82,9
3,682,114,3
1,495,03,6
0,735,064,3
8,685,02,14,3
8. InspeksiKulit pucatKonjungtiva anemis
138138
98,698,6
9. PalpasiPembesaran KGBRetraksi otot interkostalPeningkatan vena jugular
1313415
9,395,812,1
10. AuskultasiSuara nafas bronchialSuara dasar vasikulerSuara tambahan wheezingSuara amforikRonkhi di apeks dan basal paru
3639171533
25,827,912,110,823,6
11. PerkusiRedupHipersonor
3632
25,822,9
-
37
Pemeriksaan mikroskopisPemeriksaan mikroskopis yang telah
dilakukan oleh pasien TB Paru dengan hasilterbanyak antara lain pemeriksaan Zeihl NelsenBTA, pengecetan Gram kuman batang Gram (+),Yeast Cell, Kimia klinik (SGOT, SGPT),Hematologi (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit,Lekosit) berjumlah 140 penderita (100,0 %) danjumlah yang paling sedikit yaitu pengecetan GramStreptococcus dengan jumlah 19 penderita (13, 6%) seperti yang terlihat pada tabel 5. DitemukanLED penderita TB Paru meningkat sejumlah 70pnderita perempuan pengalami peningkatan.Peninggian LED sering terjadi akibatmeningkatnya kadar globulin dan fibrinogen karenainfeksi akut local maupun sistemik tetapi LED yangnormal tidak menjadikan diagnosi TB Parutersingkirkan.34
Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan mikroskopisPemeriksaan mikroskopis Jumlah (%)
1. Pengecetan Zeihl Nelsena. BTA
SPS - - -SPS + - -SPS + + -
+ + +Tidak dipriksa BTA
b. Lekosit 10 /LP 10 /LPTidak dipriksa
23895
5
90455
1,427,167,9
3,6
64,332,13,6
1. Pengecetan Grama. Diplococcusb. Streptococcusc. Kuman bentuk batang Gram (+)
2019
101
14,213,672,1
3. Pengecetan Jamura. Yeast Cell 140 100,0
4. Kimia klinika. Glukosa puasa
80 109 mg/dl110 125 mg/dl>=126
b. Glukosa sewaktu74 106 mg/dl80 140 mg/dl141 179 mg/dl>=180 mg/dl
c. SGOT15 37 U/l< 15 U/l> 37 U/l
d. SGPT30 65 U/l< 30 U/l
1281
11
12531
11
1003010
10130
85,80,8
13,6
83,62,10,8
13,6
71,521,47,1
7,192,9
5. Hematologia. Hemoglobin
13.00 16.00 gr%< 13.00 gr%> 16.00 gr%
b. Eritrosit4.50 6.50 juta/mmk< 4.50 juta/mmk>6.50 juta/mmk
c. Hematokrit40 54 %< 40 %>54%
20120
0
30110
0
6130
4
14,385,8
0
21,478,6
0
4,392,92,9
Pemeriksaan mikroskopis Jumlah (%)d. Lekosit
4.00 11.00 ribu/mmk< 4.00 ribu/mmk>11.00 ribu/mmk
e. Laju Endap Darah (LED)NormalLaki-laki 0-15 mm/jamPerempuan 0-20 mm/jamMeningkatLaki-laki > 15 mm/jamPerempuan > 20 mm/jam
706010
37
6070
50,042,97,1
2,15,0
42,950,0
6. ImunologiTB ICT 100 71,4
Pemeriksaan RadiologiTabel 6. Distribusi hasil pemeriksaan penunjangradiologiPemeriksaan radiologi Jumlah (%)Foto Thorax1. Bercak seperti awan batas tidak tegas2. Kavitas bayangan berupa cincin
berdinding tipis3. Penebalan pleura4. Massa cairan di bawah paru5. Bayangan hitam radio-lusen di pleura6. Bercak padat densitas tinggi7. Bercak halus rata di lapangan paru8. Garis garis fibrotik
72
1922201126
51,5
13,615,814,20,70,71,44,3
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 72penderita yang memiliki gambaran foto thoraxbercak seperti awan berbatas tidak tegas denganprosentase (52,5 %), 22 penderita yang mempunyagambaran foto thorax penebalan pleura, 20penderita memiliki gambaran massa cairan dibawahparu, 19 penderita yang memiliki hasil foto thoraxberupa kavitas bayangan berupa cincin berdindingtipis, hasil gambaran radiologi yang paling sedikityaitu 1 orang yang memiliki gambaran berupabayangan hitam radiolusen dan bercak padatdensitas tinggi. Hal ini sesuai dengan buku yangmenyebutkan pada satu foto thorak dapatdidapatkan bermacam-macam bayangansekaligus.1.11
Komplikasi penyakitTabel 7. Distribusi sampel menurut komplikasipenyakit
Komplikasi Jumlah (%)Limfadenitis TB 2 1,4
Pleuritis 23 16,5Efusi pleura 21 15,0
TB miler 2 1,4Laringitis TB 19 13,6Fibrosis paru 1 0,7
Tanpa komplikasi 72 51,5Total 140 100,0
Tabel 7 menunjukkan hasil komplikasi yangdiderita penderita TB Paru yang ditemukan, 23penderita TB Paru dengan komplikasi Pleuritis(16,5 %), 21 penderita dengan komplikasi Efusipleura (15 %), 9 penderita yang mempunyaikomplikasi laringitis TB (13,6 %), 2 penderitadengan komplikasi Limfadenitis TB dan TB milier(1,4 %) dan dengan jumlah yang paling sedikit
-
38
yaitu 1 penderita yang memiliki komplikasi fibrosisparu (0,7 %). Sedangkan jumlah terbanyak yaitupenderita yang tidak memiliki komplikasi penyakitsebanyak 53 penderita dengan prosentase (37,9 %).Hal ini sesuai dengan buku yang menyebutkan TBParu jika tidak ditangani dengan beran bisamenimbulkan komplikasi penyakit, dan yang palingsering komplikasi dini diantaranya pleuritis, efusipleura dan laringitis. 1.1.17
Penyakit PenyertaTabel 8 menunjukkan jumlah penyakit
penyerta pada penderita TB Paru, 19 penderitadengan penyakit penyerta hipertensi denganprosentase (13,6 %), Diabetes mellitus 11 penderita(7,9 %), rematik 19 penderita (13,6 %), gout / asamurat 4 penderita (2,9 %), gastritis 15 penderita (10,8%), dan vertigo 20 penderita (14,3 %), sedangkanyang tidak terdeteksi adanya penyakit penyertasejumlah 52 penderita (37,1 %).
Tabel 8. Distribusi sampel menurut penyakitpenyerta
Penyakit penyerta Jumlah (%)Hipertensi 19 13,6
Diabetes Mellitus 11 7,9Rematik 19 13,6
Gout 4 2,9Gastritis 15 10,8Vertigo
Tanpa Penyakit Penyerta2052
14,337,1
Total 140 100,0
Diagnosis AkhirTabel 9. Distribusi sampel menurut hasil diagnosisakhir
Hasil diagnosisakhir Distribusi
Prosentase(%)
TB Paru BTA (+) 95 67,9TB Paru BTA (-) 45 32,1
Total 140 100,0
Tabel 9 menunjukkan jumlah penderita TBParu dengan diagnosis akhir. 95 penderita denganhasil diagnosis akhir TB Paru BTA (+) denganjumlah prosentase 67,9%, dan 45 penderita dengandiagnosis TB Paru BTA (-) dengan prosentase 32,1%. Menurut American Thoracic Society dan WHO1999 diagnosis TB Paru ditentukan denganmenemukan kuman Mycobacterium tuberculosaedalam sputum pasien atau jaringan paru pasiensecara biakan. Tetapi tidak semua pasien dapatmemberikan sediaan atau sputum dahak yangpositif karena pasien tidak bisa membatukkansputum atau dahaknya dengan baik dan benar danbisa juga dikarenkan kelainan paru pasien yangbelum berhubungan dengan bronkus pasien.1.32
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telahdibahas diatas, maka dapat diambil beberapakesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar (55%) penderita TB Paruberjenis kelamin permpuan yaitu sebanyak77 jiwa dan penderita terbanyak yaituberusia 21-35 tahun.
2. Hasil anamnesis semua penderitaterbanyak yaitu mengalami batuk lebihdari dua minggu dan demam sub febris.
3. Pemeriksaan fisik yang sangat terlihatyaitu BMI 17 pada pasien TB Paru yaitusebanyak 119 penderita (85 %), kulit pucatdan konjungtiva anemis sebanyak 138penderita (98,6 %) .
4. Pemeriksaan Sputum dahak didapatkanhasil BTA + sebanyak 95 penderita (67,9%)
5. Pemeriksaan radiologi pasien TB Paruditemukan batas bercak seperti awanberbatas tidak tegas sebanyak 72 penderita(51,4 %).
6. Komplikasi penyakit TB Paru terseringyaitu pleuritis sebanyak 23 penderita (16,4%), sedangkan 72 penderita yang tidakmemiliki komplikasi penyakit (51,4 %).
7. Penyakit penyerta vertigo 20 penderita (14,3 %) dan yang tidak mepunyai penyakitpenyerta sebanyak 52 penderita (37,1 %).
8. Diagnosis akhir pasienTB Paru yang telahdipriksa secara lengkap didapatkan hasilBTA + sebanyak 95 penderita (67,9 %)
SARANBagi RSUP Dr. Kariadi Semarang diusahakan
semua pasien yang datang periksa, dilakukananamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkapsehingga memudahkan dalam penentuan diagnosisTB Paru. Setiap suspek TB Paru harus dilakukanpemeriksaan sputum S-P-S. Jika pemeriksaansputum S-P-S belum terlihat hasilnya barudilakukan pemeriksaan Rontgen paru danpemeriksaan penunjang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA1. Amin, Zulkifli. Asril Bahar. 2010.
Tuberkulosis Paru. Dalam : Sudoyo, Aru W.Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. SimadibrataK, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam.Jilid II Edisi IV. PusatPenerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI: Jakarta.p.988-993
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Kementrian Kesehtana RI. Jakarta.
3. World Health Organization, 2010. GlobalTuberculosis Control. Inciden of Tuberculosis.WHO. Geneva
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di
-
39
Indonesia 2010-2014. Direktorat JenderalPengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan. Jakarta.
5. Anonim, 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta6. Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2008.Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. JawaTengah.
7. Dinkes Kota Semarang, 2009. Profil KesehatanKota Semarang Tahun 2009. Dinkes KotaSemarang. Semarang.
8. Dinkes Kota Semarang, 2008. Profil KesehatanKota Semarang Tahun 2008. Dinkes KotaSemarang. Semarang.
9. Dinkes Kota Semarang, 2007. Profil KesehatanKota Semarang Tahun 2007. Dinkes KotaSemarang. Semarang.
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2007. Pedoman Nasional PenenggulanganTuberkulosis. Edisi 2. Cetakan pertama.Jakarta.
11. Yunus F. Diagnostik tuberkulosis paru. Dalam:Yunus F, Rasmin M, Hudoyo A, S Boedi. Eds.Pulmonologi Klinik. Jakarta. Balai PenerbitFKUI, l992.p. 43-50
12. Perhimpunan dokter paru Indonesia, 2002.Pedoman diagnosis tuberculosis danpenatalaksaan di Indonesia. PDPI. Jakarta.
13. Crofton, Jhon, dkk. 2002. Tuberkulosis Klinis.Widya Medika. Edisi 2. Jakarta.
14. Sibuea.W Herdin, M.M Panggabean dan S.PGultom.2005. Ilmu Penyakit Dalam. Edisikedua:PT RINEA CIPTA.Jakarta
15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002. Pedoman Nasional PenenggulanganTuberkulosis. Edisi 2. Cetakan pertama.Jakarta.
16. Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep KlinisProses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.
17. Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah Brunner danSuddarth. Edisi 8.EGC : Jakarta.
18. Yunus F, dkk, 2002. Pulmonologi Klinik.Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
19. Aditama, TY, Zs Priyanti.2000. Tuberkulosisdiagnosis, terapi dan masalahnya. Edisi III.Jakarta: Lab. Mikobakteriologi RSUPPersahabatan.p. 12-20.
20. Depkes RI, 2006. Pedoman NasionalPenanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.Cetakan Pertama. Jakarta
21. Starck, E Jhon, dkk, 1990. Manual IlmuPenyakit Paru. Penerbit Binarupa, Jakarta.
22. Yunus F.1992. Diagnostik tuberculosis paru.Dalam: Yunus F, Ramin M, Hudoyo A, SBoedi. Eds. Pulmonolgi Klinik. Jakarta. BalaiPenerbit FKU.p. 12-20
23. Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana AsuhanKeperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.EGC: Jakarta.
24. Chiang I H, Suo J, Bai K J, Ping Lin T, TayLuh K, Jen Yu C, et al. 1997. Serodiagnosis ofTuberculosis. Am J Respir Crit Care Med ;156(3): 906-911.
25. Wijanarko P, Aditama TY, Suryatenggara W,Gardenia L, Oesrnan F, Silman S, dkk.1997.Peranan pemeriksaan antibodi terhadap antigen38 kilodalton Mvcobacterium tuberculosisdalam diagnosis TUBERKULOSIS PARUparu di RSUP Persahabatan Jakarta. Paru ;47(7): 322-8.
26. Prajoko I, Lulu M. 1994. Uji Peroksidase AntiPeroksidase pada penderita Tuberkulosis Paru.Paru ; 14 (1): 30-4.
27. Wilkins EGL. 1994. Serology forMycobacterium tuberculosis. In: Pre-CongressPost graduate Courses.p. 29-34.
28. Yunus F, dkk, 2002. Pulmonologi Klinik.Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
29. Tuberculosis Coalition for TechnicalAssistance, 2006. International Standards forTuberculosis Care (ISTC). The Hague:Tuberculosis Coalition for TechnicalAssistance.
30. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2001. Pedoman Nasional PenanggulanganTuberkulosis. Cetakan ke 6. Jakarta.
31. World Health Organization, 1998. Treatmentof Tuberculosis : Guidelines for NationalProgrammes, Second Edition.
32. World Health Organization, 1999. WHOExpert Committee on TB - 24th report. WHO :7 14. Geneva.
33. Rouillon A, Styblo K, Jentgenz H, 1986.Tuberculosis guide for high prevalencecountries. Aachen : Miseroor, : 5 - 6.
34. Aditama TY,2002. Tuberculosis, Diagnosis,Terapi dan Masalahnya. Yayasan PenerbitanIkatan Dokter Indonesia, Edisi IV.Jakarta.