i(ompas -...

2
I(OMPAS o Sabtu o Senin o Minggu o Se/asa Rabu o Kamis 0 Jumat 2(D 17 18 19 456 7 20 21 22 8 9 10 11 23 24 25 26 12 13 27 28 14 15 29 30 31 OJan OPeb OSep OOkt eNov ODes o Mar OApr OMei OJun OJu/ 0 Ags IkutMDGs atau Didikt ? Oleh DEDE MAR/ANA S ebagai mana sudah menjadi bagian dari D catatan sejarah bahwa sepuluh tahun lalu, tepatnya September 2000, kepala negara dan perwakilan dari 189 negara mendeklarasikan Tujuan () Pembangunan MiIenium (Millennium Development Goals/MDGs) dengan menempatkan manusia sebagai o fokus utama pembangunan dan mengartikulasi satu gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke dalam agenda pembangunan dan kemitraan global. Bagi negara-negara berkem- bang, termasuk Indonesia, MDGs digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program pembangunan yang kemudian dituangkan dalam Ren- cana Pembangunan Jangka Pan- jang 2005-2025, Rencana Pemba- ngunan Jangka Menengah Nasio- nal 2005-2009 dan 2010-2014, dan Rencana Kerja Tahunan ber- ikut dokumen anggarannya. Berlandaskan strategi pro- growth, pro-jobs, pro-poor dan pro-environment, alokasi dana da- lam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs terus me- ningkat setiap tahun. Di samping itu, kemitraan produktif pemerin- tah dengan organisasi masyarakat madani dan sektor swasta juga berkontribusi penting terhadap percepatan pencapaian MDGs. Membaca peta Kalau membaca naskah MDGs secara eksplisit, tekstual, dan ter- surat, bisa jadi kita akan merasa "GR" dan merasakan "nada hebat" terhadap MDGs. Tetapi, kita juga diajarkan untuk membaca teks tersebut secara implisit, tersirat, sebab negara- negara maju melalui MDGs pasti dan tentu "ada mau- nya". Jika demikian halnya, apa- kah alur dan lajurpembangunan di negara ini hanya sanggup memba- ea teks MDGs secara tersurat de- ngan konsekuensi hanya ikut tren pembangunan dan diam-diarn membiarkan segala kebijakan di- dikte oleh hegemoni negara-nega- ra maju melalui teks MDGs? Secara tersirat-implisit, seku- rangnya secara tersamar, MDGs merupakan sebuah kehendak "rak- sasa" agar negara berkembang da- pat dijadikankawasan investasi dan industri. Selain itu, juga dijadikan sebagai wilayah pemasaran produk, barang, dan jasa, dengan seluruh produksi dikendalikan secara ketat oleh imperium negara maju. Tentu saja negara-negara ber- kembang akan "takluk" sebab sa- Kliping Humas Unpad 2010 ngat bergantung pada belas kasih- an negara maju melalui pinjaman- nya. Namanya juga negara yang berutang. Maka, ia tidak bisa ma- cam-rnacam terhadap negara pemberi utang. Naskah MDGs kemudian diter- jemahkan ke dalam visi dan misi pembangunan nasional201O- 2014 yang dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejum- lah program prioritas: 1)reformasi birokrasi dan tata kelola, 2) pendi- dikan, 3) kesehatan, 4) penanggu- langan kemiskinan, 5) ketahanan pangan, 6) infrastruktur, 7) iklim investasi dan usaha, 8) energi, 9) lingkungan hidup dan bencana, 10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik, dan U) kebudayaan, kreativitas, dan ino- vasi teknologi. Bahkan, di samping itu pemerintah juga mencanang- kan melaksanakan visi dan misi tersebut melalui bidang politik, ekonomi, hukum, dan keamanan, serta bidang kesejahteraan rakyat. Negara-negara maju mengakui, Indonesia bersama China, India, Brasil, dan Afrika Selatan diun- dang masuk dalam kelompok" en- hanced engagement countries" atau negara yang keterlibatannya dengan negara-negara maju sema- kin ditingkatkan. Sejak 2008 Indo- nesiajuga tergabung dalam kelorn- pok G-20, yaitu 20 negara yang menguasai 85 persen pendapatan domestik bruto (PDB) dunia, yang memiliki peranan sangat penting dan menentukan dalam memben- tuk kebijakan ekonomi global.

Upload: duongthien

Post on 16-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I(OMPASo Sabtuo Senin o Mingguo Se/asa • Rabu o Kamis 0 Jumat

2(D17 18 19

456 720 21 22

8 9 10 1123 24 25 26

12 1327 28

14 1529 30 31

OJan OPeb OSep OOkt eNov ODesoMar OApr OMei OJun OJu/ 0Ags

IkutMDGs atauDidikt ?Oleh DEDE MAR/ANA

Sebagai mana sudah menjadi bagian dariD catatan sejarah bahwa sepuluh tahun lalu,tepatnya September 2000, kepala negara

dan perwakilan dari 189 negara mendeklarasikan Tujuan

()Pembangunan MiIenium (Millennium DevelopmentGoals/MDGs) dengan menempatkan manusia sebagai

o fokus utama pembangunan dan mengartikulasi satu gugustujuan yang berkaitan satu sama lain ke dalam agendapembangunan dan kemitraan global.

Bagi negara-negara berkem-bang, termasuk Indonesia, MDGsdigunakan sebagai acuan dalamperumusan kebijakan, strategi,dan program pembangunan yangkemudian dituangkan dalam Ren-cana Pembangunan Jangka Pan-jang 2005-2025, Rencana Pemba-ngunan Jangka Menengah Nasio-nal 2005-2009 dan 2010-2014,dan Rencana Kerja Tahunan ber-ikut dokumen anggarannya.

Berlandaskan strategi pro-growth, pro-jobs, pro-poor danpro-environment, alokasi dana da-lam anggaran pusat dan daerahuntuk mendukung pencapaianberbagai sasaran MDGs terus me-ningkat setiap tahun. Di sampingitu, kemitraan produktif pemerin-tah dengan organisasi masyarakatmadani dan sektor swasta jugaberkontribusi penting terhadappercepatan pencapaian MDGs.

Membaca petaKalau membaca naskah MDGs

secara eksplisit, tekstual, dan ter-

surat, bisa jadi kita akan merasa"GR" dan merasakan "nada hebat"terhadap MDGs. Tetapi, kita jugadiajarkan untuk membaca tekstersebut secara implisit, tersirat,sebab negara- negara maju melaluiMDGs pasti dan tentu "ada mau-nya". Jika demikian halnya, apa-kah alur dan lajurpembangunan dinegara ini hanya sanggup memba-ea teks MDGs secara tersurat de-ngan konsekuensi hanya ikut trenpembangunan dan diam-diarnmembiarkan segala kebijakan di-dikte oleh hegemoni negara-nega-ra maju melalui teks MDGs?

Secara tersirat-implisit, seku-rangnya secara tersamar, MDGsmerupakan sebuah kehendak "rak-sasa" agar negara berkembang da-pat dijadikankawasan investasi danindustri. Selain itu, juga dijadikansebagai wilayah pemasaran produk,barang, dan jasa, dengan seluruhproduksi dikendalikan secara ketatoleh imperium negara maju.

Tentu saja negara-negara ber-kembang akan "takluk" sebab sa-

Kliping Humas Unpad 2010

ngat bergantung pada belas kasih-an negara maju melalui pinjaman-nya. Namanya juga negara yangberutang. Maka, ia tidak bisa ma-cam-rnacam terhadap negarapemberi utang.

Naskah MDGs kemudian diter-jemahkan ke dalam visi dan misipembangunan nasional201O- 2014yang dirumuskan dan dijabarkanlebih operasional ke dalam sejum-lah program prioritas: 1) reformasibirokrasi dan tata kelola, 2) pendi-dikan, 3) kesehatan, 4) penanggu-langan kemiskinan, 5) ketahananpangan, 6) infrastruktur, 7) ikliminvestasi dan usaha, 8) energi, 9)lingkungan hidup dan bencana,10) daerah tertinggal, terdepan,terluar, dan pascakonflik, dan U)kebudayaan, kreativitas, dan ino-vasi teknologi. Bahkan, di sampingitu pemerintah juga mencanang-kan melaksanakan visi dan misitersebut melalui bidang politik,ekonomi, hukum, dan keamanan,serta bidang kesejahteraan rakyat.

Negara-negara maju mengakui,Indonesia bersama China, India,Brasil, dan Afrika Selatan diun-dang masuk dalam kelompok" en-hanced engagement countries"atau negara yang keterlibatannyadengan negara-negara maju sema-kin ditingkatkan. Sejak 2008 Indo-nesiajuga tergabung dalam kelorn-pok G-20, yaitu 20 negara yangmenguasai 85 persen pendapatandomestik bruto (PDB) dunia, yangmemiliki peranan sangat pentingdan menentukan dalam memben-tuk kebijakan ekonomi global.

Namun, secara diam-diam, ke-tika negara-negara kreditor me-nikmati "bunga utang" dari negaraberkembang sambil terus menci-trakan dirinya sebagai "negara pe-nyelamat" untuk negara-negaraberkembang, negara donor mem-biarkan negara berkembang me-ngelola sumber daya alamnya se-cara salah atau keliru. Dengan ha-rapan, ketika sumber daya alam-nya punah, ketergantungan negaraberkembang akan semakin besarterhadap negara donor.

Ini tentu sebuah strategi penja-jahan barn sebab kalau dulu men-jajah itu langsung mengeruk sum-ber daya alam negara berkembang,sekarang negara berkembang sen-diri yang dibiarkan merusak sum-ber daya alamnya. Jika sudah de-mikianhalnya, negara berkembangmenjadi tidak butuh ideologi, takpeduli Iagi terhadap kedaulatanrakyatnya. Maka, tidak aneh di ne-gara berkembang praktik ketidak-adilan semakin mewabah, korupsikian merajalela, dan pelanggaranhak asasi manusia serta perusakanlingkungan semakin menjadi-jadi.

Ikut arus atau tergerus?Dengan MDGs seakan negara-

negara berkembang dihadapkanpada dua pilihan: ikut arus MDGsatau tergerus? Padahal,jikanegaraberkembang memiliki pemimpinyangpunyaharga diri untukmem-pertahankan martabat negaranya,ada jalan ketiga yang bisa ditero-bos, yaitu "ikut arus MDGs tetapitidak hanyut". Artinya, kita memi-

liki peluang dan kesempatan un-tuk bisa menjadi negara yang tidakmenjadi korban MDGs sebab samasekali pemerintah di negara ini ti-dak memiliki alasan untuk selalubergantung pada utang luar nege-ri. Negara ini terlalu kaya untukmenyejahterakan rakyat. Karena-nya, sebuah kekeliruan yang anehkalau pemerintah selalu berutangpada negara asing.

Sejak 2000, program MDGs diIndonesia tidak melahirkan kuali-fag kesejahteraan masyarakat.Praktik korupsi tidak berkurangsebab hegemoni negara maju yang"menjual isu demokrasi- HAM-lingkungan hidup" adalah standarpertama. Standar keduanya, mere-ka, negara-negara maju, diam-di-am mencari negara-negara ber-kembang agar takluk pada skena-rionya. Artinya, mereka, negara-negara pemodal, selalu mengguna-kan standar ganda ketika mende-kati dan "mengerjai" setiap negaraberkembang.

Tidak kurang dari 2,2 miliarmanusia di planet bumi menjadipihak yang "terjajah" secara eko-nomi, politik, dan budaya sehinggatidak aneh di negara-negara ber-kembang muncul berbagai perso-alan krusial. Kondisi dan situasiinilah yang dimanfaatkan negara-negara donor untuk melakukanekspansi hegemoniknya. Salah sa-tu caranya, melalui kemasan me-narik yang disebut MDGs.

DEDE MARIANAGuru Besar Ilmu Pemerintahipl

Universitas Padjadjaran

l