inventarisasi tumbuhan liana yang …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...

12
INVENTARISASI TUMBUHAN LIANA YANG TERDAPAT DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU Nova Welda 1 , Destien Atmi Arisandy,M.Pd. 2 , Mareta Widiya,M.Pd.Si. 3 1 Mahasiswa Program Studi Pend. Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau 3 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan liana yang terdapat di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2017 di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu Purposive Sampel dilaksanakan pada 3 lokasi penelitian dengan 11 plot. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tumbuhan liana yang ditemukan di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau yaitu 3 Devisi, 11 Genus, dan 11 Spesies. Jenis tumbuhan liana dari Divisi Magnoliophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Asterales, Ranunculales, Rubiales, Dioscoreales, dan Vitales. Jenis tumbuhan liana dari Divisi Eukaryota terdiri dari 1 Ordo yaitu: Solanales. Selanjutnya Divisi Tracheophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Piperales, Ranunculales, Fahales, Cucurbitales, dan Arecales. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan liana pada penelitian ini adalah Temperatur (Suhu), Keasaman (pH), kelembaban. Kata Kunci : Inventarisasi, Tumbuhan Liana, Bukit Sulap. LATAR BELAKANG Indonesia suatu negara yang menghasilkan keragaman flora cukup melimpah yang terdapat di berbagai daerah seperti di Sumatera. Sumatera merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumber daya alam khususnya hutan ialah salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan sehingga ekosistem didalamnya harus tetap terjaga. Untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam tersebut dilakukan dengan membuat taman nasional yang khususnya di Sumatera yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dimana TNKS ini mencakup beberapa provinsi di Sumatera, seperti Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Bengkulu (Kausar 2010:133). Dalam hal ini Bukit Sulap yang berada di Kota Lubuklinggau termasuk kawasan TNKS yang dijadikan zona pemanfaatan dan pengembangan bagi ekosistem. Bukit Sulap yaitu hutan lindung yang di jadikan objek wisata mempunyai vegetasi yang bervariasi mulai dari lereng hingga puncak bukit. Bukit Sulap ini memiliki ketinggian ± 470 meter sehingga kawasan hutan hujan tropis memiliki kelembaban yang cukup tinggi (TNKS, 2013:8). Berdasarkan letak geografis dan kondisi yang tersebut di atas, diperkirakan kawasan wisata Bukit Sulap memiliki kekayaan tumbuhan liana yang cukup tinggi. Namun, hingga saat ini belum banyak data tentang keanekaragaman tumbuhan liana yang dilaporkan. Pemanfaatan Bukit Sulap sebagai sebuah kawasan hutan masih sebatas pemanfaatan kepariwisataan. Sehingga untuk inventarisasi data mengenai

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INVENTARISASI TUMBUHAN LIANA YANG TERDAPAT

DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU

Nova Welda1, Destien Atmi Arisandy,M.Pd.

2, Mareta Widiya,M.Pd.Si.

3

1Mahasiswa Program Studi Pend. Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau

2Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau

3Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan liana yang

terdapat di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan juni 2017 di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Pengambilan data pada

penelitian ini yaitu Purposive Sampel dilaksanakan pada 3 lokasi penelitian

dengan 11 plot. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

tumbuhan liana yang ditemukan di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau yaitu 3 Devisi,

11 Genus, dan 11 Spesies. Jenis tumbuhan liana dari Divisi Magnoliophyta terdiri

dari 5 Ordo yaitu: Asterales, Ranunculales, Rubiales, Dioscoreales, dan Vitales.

Jenis tumbuhan liana dari Divisi Eukaryota terdiri dari 1 Ordo yaitu: Solanales.

Selanjutnya Divisi Tracheophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Piperales,

Ranunculales, Fahales, Cucurbitales, dan Arecales. Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan liana pada penelitian ini adalah Temperatur (Suhu), Keasaman (pH),

kelembaban.

Kata Kunci: Inventarisasi, Tumbuhan Liana, Bukit Sulap.

LATAR BELAKANG

Indonesia suatu negara yang menghasilkan keragaman flora cukup melimpah

yang terdapat di berbagai daerah seperti di Sumatera. Sumatera merupakan salah

satu wilayah yang kaya akan sumber daya alam khususnya hutan ialah salah satu

sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan sehingga ekosistem didalamnya

harus tetap terjaga. Untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam tersebut

dilakukan dengan membuat taman nasional yang khususnya di Sumatera yaitu

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dimana TNKS ini mencakup beberapa

provinsi di Sumatera, seperti Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

dan Bengkulu (Kausar 2010:133). Dalam hal ini Bukit Sulap yang berada di Kota

Lubuklinggau termasuk kawasan TNKS yang dijadikan zona pemanfaatan dan

pengembangan bagi ekosistem.

Bukit Sulap yaitu hutan lindung yang di jadikan objek wisata mempunyai

vegetasi yang bervariasi mulai dari lereng hingga puncak bukit. Bukit Sulap ini

memiliki ketinggian ± 470 meter sehingga kawasan hutan hujan tropis memiliki

kelembaban yang cukup tinggi (TNKS, 2013:8). Berdasarkan letak geografis

dan kondisi yang tersebut di atas, diperkirakan kawasan wisata Bukit Sulap

memiliki kekayaan tumbuhan liana yang cukup tinggi. Namun, hingga saat ini

belum banyak data tentang keanekaragaman tumbuhan liana yang dilaporkan.

Pemanfaatan Bukit Sulap sebagai sebuah kawasan hutan masih sebatas

pemanfaatan kepariwisataan. Sehingga untuk inventarisasi data mengenai

tumbuhan liana sangat penting dilakukan untuk mengetahui bidang keilmuan

tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman hutan merupakan proses yang

dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun

abiotik. Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah

tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, liana,

herba dan semak belukar. Dengan demikian, tumbuhan liana termasuk kedalam

tumbuhan bawah pada ekosistem tumbuhan di hutan.

TINJAUAN UMUM TUMBUHAN LIANA

Liana merupakan spesies tumbuhan merambat. Tumbuhan ini memiliki

batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak mampu mendukung

tajuknya (Indriyanto, 2012:117). Liana merupakan tumbuhan yang merambat,

memanjat, atau menggantung. Menurut Iji, dkk (2015) istilah liana bukan

merupakan suatu pengelompokan dalam taksanomi tumbuhan melainkan suatu

pendeskripsian bagaimana suatu tanaman itu tumbuh. Liana merupakan tumbuhan

pemanjat, banyak ditemukan dihutan hujan tropis dan keberadaannya menambah

keragaman jenis pada struktur vertikal hutan hujan tropis (Setia, 2009:55).

Liana besar dihutan merupakan bagian vegetasi yang membentuk lapisan

tajuk hutan dan mampu mendesak tajuk pohon tempat bertumpu. Tajuk tumbuhan

liana juga mengisi lubang-lubang tajuk hutan di antara beberapa pohon dalam

tegakan hutan agar mendapatkan sinar matahari sebanyaknya, sehingga liana akan

memperapat dan mempertebal lapisan tajuk pohon penyangganya (Indriyanto,

2012:117). Tumbuhan liana merupakan salah satu ciri hutan tropika basah dengan

peran ekologis yang sangat besar tetapi terkadang berdampak negatif. Liana

menyumbang 2% dari bimasa per hektar dihutan tropis (Sirami, dkk. 2016:82-83).

Tumbuhan memanjat atau dikenal dengan nama liana adalah salah satu

jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis.

Liana merupakan tumbuhan yang tumbuh dengan cara menempel pada batang

pohon kemudian mendaki ke atas pohon tersebut. Tumbuhan ini menempel di

pohon inang tanpa menyerap sari-sari makanan. (Fitriana, 2008:44). Liana

merupakan tumbuhan merambat atau tidak dapat tumbuh tegak dengan sendiri

untuk mendukung pertumbuhannya, tumbuhan liana ini biasanya memanfaatkan

berbagai jenis pohon untuk merambat, tumbuhan liana sebagian dapat mencapai

lapisan tajuk dan menutupi tajuk inangnya.

CIRI-CIRI TUMBUHAN LIANA

Liana merupakan habitus tumbuhan yang dalam pertumbuhannya memerlukan

kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari.

Melimpahnya liana disuatu hutan dapat memenuhi pakan bagi hewan yang

menjadikan liana sebagai sumber pakan (Kasimin, 2014:3). Liana merupakan

tumbuhan memanjat, tidak dapat berdiri tegak tanpa penopang, tumbuhan liana ini

mempunyai diameter batang mencapai 15 cm dan panjang mencapai 70 m,

tumbuhan liana memanjat pohon lain sebagai penopangnya. Liana bersifat

komensal, yaitu mengambil keuntungan tetapi tidak merugikan tumbuhan

iinangnya (Setia, 2009:57-58).

Indriyanto (2012:92-93) tumbuhan liana sangat beranekaragam dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Perambat (leaners), yaitu liana yang tidak mempunyai perlengkapan

khusus untuk berpegangan pada tumbuhan penopang, contohnya

Plumbago capensis.

2. Liana berduri (Thorn lianas) yaitu liana yang mempunyai duri atau

penusuk pada batangnya untuk membantu liana menjangkau tumbuhan

penopangnya, contoh Bogainvillea sp.

3. Liana pembelit (Twiner) yaitu liana yang berupa herba (Herbaceous)

seluruh batangnya membelit mengelilingi batang tumbuhan penopangnya

contoh Ipomoea sp.

4. Liana bersulur (Tendril lianas) yaitu liana yang mempunyai sulur-sulur

yang dihasilkan secara khusus untuk membantu liana memanjat pada

tumbuhan penopang, contoh Cucurbitaceae sp dan Leguminosae sp.

Tumbuhan liana memanjat dan menopang pada batang tumbuhan lain

dengan bergelantungan atau melilit untuk mencapai suatu kanopi dengan

ketinggian tertentu (Setia, 2009:55). Tumbuhan liana membelit menggunakan

cabang pembelitnya berupa sulur daun, liana menggunakan sulur dahan agar dapat

memanjat pada pohon akan tumbuh dengan baik kondisi lingkungan yang lebih

lembab yakni 89% di dekatnya. Tujuan liana memanjat di pohon adalah untuk

mendapatkan sinar matahari yang cukup sebagai sumber utama pada proses

fotosintesis. Liana dan suhu 280 (Kasimin, 2014:7-8).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Deskriptif Kualitatif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan situasi atau peristiwa

tertentu dengan mengamati secara cermat dan hati-hati agar lebih akurat dan tepat

(Morissan, 2012:37). Data yang terkumpul diklasifikasikan menurut jenis, sifat,

atau kondisinya (Arikunto, 2010:3). Penelitian ini bersifat kualitatif karena data

yang telah terkumpul melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Margono, 2007:36).

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Bukit Sulap, Kelurahan Ulak surung

Kecamatan Lubuklinggau Utara II kota Lubuklinggau Propinsi Sumatera Selatan.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali raffia, alat tulis,

pasak, meteran, kamera, Hygrometer, Soil Tester, Thermometer, Peta lokasi

wilayah bukit sulap. Bahan penelitian semua jenis tumbuhan liana yang tersebar

di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.

PROSEDUR PENELITIAN

langkah-langkah kerja dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi pendahuluan untuk menentukan batas-batas lokasi penelitian

yang akan digunakan untuk penelitian di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.

20 m x 20 m

Area Objek Telkom

wisata pintu masuk

Salter 1 salter 2

2. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan, selanjutnya menghitung

luas wilayah yang akan di teliti, yaitu luas keseluruhan bukit sulap 210 ha

di ambil 0,2% sehingga luas lokasi penelitian adalah 0,42 ha atau 4200

(Simamora, 2013:33).

3. Menentukan luas 3 lokasi penelitian, terdiri lokasi A, B dan C yang akan

di amati seluas 0,42 ha = 4200 .

4. Menentukan lokasi penelitian A dibuat 4 plot, lokasi penelitian B dibuat

4 plot dan lokasi penelitian C dibuat 3 plot, jadi jumlah keseluruhan plot

ada 11 plot. Skema disajikan pada Gambar 3.1 dibawah ini

Area Objek Telkom

wisata pintu masuk

Salter 1 salter 2

Gambar 3.1 Skema Plot penelitian (Sumber: Desain Peneliti, 2017)

5. Mencatat nama tumbuhan liana yang ditemukan berdasarkan buku Flora

(Stennis, 2013)

6. Mengukur faktor lingkungan pada masing-masing lokasi yang meliputi

suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah. Untuk

mengetahui kandungan unsur tersebut, diambil sampel tanah pada masing

masing lokasi penelitian.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengambilan sampel tumbuhan dalam penelitian ini dengan penentuan

petak ukur (plot) untuk mempermudah peneliti dalam penelitian tumbuhan liana

di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau dengan menggunakan teknik sampel secara

purposive yaitu meletakkan plot pada bagian hutan yang dianggap paling

mewakili habitat-habitat liana yaitu dengan peletakan sejumlah plot yang

berukuran 20 x 20 m pada 3 lokasi di kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau

Plot 10

Plot 11

Plot 9

Plot 5

Plot 6

Plot 7

Plot 8

Plot 1 Plot 2

Plot 3

Plot 4

yang secara kasat mata terlihat memiliki banyak tumbuhan liana yang menutupi

dengan jenis yang berbeda (Asrianny, 2008:24).

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif

kualitatif untuk menggambarkan macam-macam serta manfaat tumbuhan liana

sebagai buku acuan yaitu buku Flora karangan G. C. C. J. van Steenis (2013).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bukit Sulap kota

Lubuklinggau, hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

Hasil observasi awal terlihat secara kasat mata oleh peneliti banyak terdapat

tumbuhan liana yang berada di bukit sulap karena tujuan saat dilakukan observasi

peneliti untuk mengetahui kondisi lapangan jadi peneliti belum melakukan

penelitian yang sebenarnya setelah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui sepesies yang terdapat dibukit sulap maka hasil penelitian

menunjukkan bahwa tumbuhan liana yang ditemukan di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau tersebut terdiri dari 11 family, 11 genus, 11 spesies.

Table 4.1

Jenis Tumbuhan Liana di Kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau

No Gambar Klasifikasi dan Ciri-ciri

1

Mikania (Mikania micrantha)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Mikania

Spesies : Mikania micrantha Kunth

(Chaniago, 2011:4)

2

Mantangan (Merremia peltata)

Kingdom : Plantae

Divisi : Eukaryota

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Family : Convolvulaceae

Genus : Merremia

Spesies : Merremia peltata

(Chaniago, 2011:44)

3

Sirih (Piper betle)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

(Chaniago, 2011:24)

4

Cincau rambat (Cyclea barbata)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ranunculales

Family : Menispermaceae

Genus : Cyclea

Spesies : Cyclea barbata

(Chaniago, 2011:34)

5

Brotowali (Tinospora crispa. L)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ranunculales

Family : Menispermaceae

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora crispa (L).

(Chaniago, 2011:53)

6

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fahales

Family : Fabaceae

Genus : Psophocarpus

Spesies : Psophocarpus tetragonolobus

(Chaniago, 2011:27)

7

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Family : Cucurbitaceae

Waluh atau Labu kuning (Cucurbita

moschata)

Genus : Cucurbita L.

Spesies : Cucurbita moschata

duchesne

(Chaniago, 2011:19)

8

Sembukan (Paederia scandens)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Family : Rubiaceae

Genus : Paederia

Spesies : Paederia scandens

(Chaniago, 2011:15)

9

Rotan (Calamus rotang L)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Calamus L.

Spesies : Calamus rotang L.

(Chaniago, 2011:12)

10

Uwi (Dioscorea hispida deenst)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Dioscoreales

Famili : Dioscoreaceae

Genus : Dioscorea

Spesies : D.hispida

(Chaniago, 2011:5)

11

Daun galing (Cayratia trifolia)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae

Genus : Cayratia

Spesies : Cayratia trifolia

(Restiani, 2013:5)

Tabel 4.1 Faktor Lingkungan Abiotik Pada Lokasi Penelitian A

Lokasi

Penelitian

pH

Tanah

Suhu

Udara ˚C Kelembaban

Udara % Kelembaban

Tanah %

A

7 29 72 2,5

7 31 75 1

7 30 77 1,5

7 29 77 1,4

B

6 27 73 2,1

6 28 73 1,4

6 28 75 1,8

6 27 80 1

C

5,5 27 71 1

5,5 28 71 1,5

5,5 27 72 1,5

Dari Tabel 4.5 Jenis tumbuhan liana yang dijumpai diberbagai

lingkungan terdapat lingkungan abiotik yang ikut mempengaruhinya.

Faktor abiotik yang terjadi pada lokasi penelitian C mempengaruhi

berlangsungnya kehidupan jenis tumbuhan liana di wilayah tersebut. Pada

lokasi penelitian C ini hanya ditemukan 5 jenis tumbuhan liana. pH pada

wilayah lokasi penelitian C adalah 5,5. Alat yang digunakan untuk

mengukur pH adalah Soil tester, suhu udara menggunakan Thermometer

dan kelembaban udara menggunakan Hygrometer. Suhu udara yang ada di

lokasi penelitian C 27˚C-28˚C, kelembaban udara 71%-72%, sedangkan

kelembaban tanah 1-1,5.

Perbandingan jenis tumbuhan liana yang terdapat pada setiap

lokasi yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7

Perbandingan tumbuhan liana pada setiap plot penelitian

No

Devisi

Ordo

Genus

Plot Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Magnoliophyta Asterales Mikania + + + + + + + + - - +

Ranunculales Tinospora - - - - - - - + + + +

Rubiales Paederia + - + + + + - + - + +

Dioscoreales Discorea - - + + + - - - - - -

Vitales Cayratia - - - - - - - - - + +

2 Eukaryota Solanales Merremia + + + + + + + + - + +

3 Tracheophyta Piperales Piper - - + + + - - - - - -

Ranunculales Cyclea + - - + - - - - - + +

Fahales Psophocarpus + + + + - + + - - - +

Cucurbitales Cucurbita L - + + + - - - - - - -

Arecales Calamus L - - - + + - - - + + +

Jumlah Genus Yang Ditemukan 6 5 8 10 7 5 4 4 2 6 8

Ket:

- = Tidak ditemukan

+ = Ditemukan

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa inventaris tumbuhan

liana di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau 3 Divisi, 11 Genus, dan 11 Spesies. Jenis

tumbuhan liana dari Divisi Magnoliophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Asterales,

Ranunculales, Rubiales, Dioscoreales, Vitales. Jenis tumbuhan liana dari Divisi

Eukaryota terdiri dari 1 Ordo yaitu: Solanales. Jenis tumbuhan liana dari Divisi

Tracheophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Piperales, Ranunculales, Fahales,

Cucurbitales, Arecales, Fabales.

PEMBAHASAN

Liana tumbuhan memanjat, merambat, dan melilit pada batang, cabang,

dan tajuk pohon untuk mendapatkan sinar matahari. Menurut Indriyanto

(2008:117), menjelaskan pengertian liana merupakan tumbuhan yang akarnya

melekat pada tanah, tetapi batang dan daunnya menjulang pada tumbuhan lain

untuk memperoleh sumber cahaya matahari, liana merupakan spesies tumbuhan

merambat, memiliki batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak

mampu mendukung tajuknya.

Tumbuhan liana sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan liana

yang sering ditemukan lokasi ini dengan pH tanah 7 sedangkan suhu udara yang

diukur peneliti berkisar 29°C -31°C sedangkan kelembaban berkisar 72-77%.

Menurut Daru (2014:96) jenis-jenis tanaman ini biasanya tumbuh baik pada

intensitas penyinaran sebesar 40-60%. Sapi pada umumnya merenggut tanaman

ini, bahkan beberapa diantaranya memiliki kandungan zat makanan yang

berkualitas. hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara

langsung mendapatkan sinar matahari sehingga tumbuhan sembung rambat mudah

menyebar sangat cepat (Kholifah, 2016:14).

Tumbuhan liana yang sedikit ditemukan pada lokasi A ini adalah sirih

(Piper Betle) di bandingkan liana yang lain. Jenis Piper betle akan tumbuh baik

dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi faktor ekologi yang

mempengaruhi pertumbuhan dari sirih antara lain adalah ketinggian tempat dan

jenis tanah. Umumnya sirih ini tumbuh baik didaerah yang tanahnya berpasir dan

dengan kondisi hutan yang tidak terlalu rapat (Hamidun, 2015:4).

Tumbuhan mantangan hidup dengan baik pada kondisi area terbuka, maka

semakin luas lahan yang terbuka di sekitar area pertumbuhan mantangan, spesies

ini kemungkinan akan semakin mendominasi (Yansen, 2013:21). Menurut

(Pengembara, 2014:137) bahwa salah satu faktor abiotik mantangan adalah

rendahnya tutupan kanopi hutan dan tingginya sinar matahari.

Pada umumnya tumbuhan rotan dapat tumbuh pada daerah berawa, tanah

kering, hingga tanah pegunungan dengan ketinggian 2900 meter di atas

permukaan laut. Curah hujan tumbuhan rotan antara 2000 mm - 4000 mm

pertahun dengan suhu udara berkisar 240°C –330°C ketinggian 101-150 mdpl

merupakan ketinggian yang paling banyak ditemukan spesies tumbuhan rotan

(Umar 2014:6).

Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu, kelembaban udara, intensitas

cahaya, pH tanah. Suhu yang diukur pada masing-masing ketinggian berkisar

antara 27°C-28°C menyatakan bahwa di dataran rendah khatulistiwa, suhu

biasanya berada pada kisaran 25°C sampai 30°C. Kisaran suhu di setiap habitat

rotan tersebut merupakan suhu optimum bagi rotan sehingga dapat mendukung

fotosintesis. Kisaran suhu optimal untuk fotosintesis bervariasi dengan spesies dan

ekotipe tetapi biasanya antara 18 dan 25°C untuk daerah sedang, dan kisaran

ekstrim antara -5 sampai 40°C bahwa kawasan dekat khatulistiwa terdapat variasi

musiman yang kecil dalam tekanan uap dan kelembaban udara rata - rata 80%.

Selain itu, pH tanah yang diukur oleh peneliti berkisar antara 5,5 C.

Hanafiah (2007) menyatakan bahwa tanaman tertentu menyukai kisaran

pH ideal tertentu pula. Pada kondisi pH 6,0-7,0 hampir semua jenis unsur hara

yang diperlukan tanaman berada dalam keadaan tersedia (available). Umar

(2014:8) menyatakan bahwa umumnya diperlukan pH optimum (antara pH 6

sampai pH 8) agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum, selain itu aktifitas

enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah (ekstrim).

Sedangkan pada umumnya tumbuhan liana dapat hidup pada suhu udara

15°C-32 °C, pH 5,6-7, kelembaban udara 70-80%, serta intensitas cahaya 70-1500

lux, kelembaban dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang sangat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan

keadaan lingkungan optimal bagi tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman

meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun, demikian pula

sebaliknya (Mukti, 2016:13).

Beberapa faktor abiotik yang sangat berperan penting dalam struktur dan

keragaman jenis tumbuhan liana misalnya faktor tipe hutan menurut Sirami

(2016:87) tipe hutan merupakan variabel yang menentukan penyebaran liana

berdasarkan cara hidup seperti memanjat, melilit, dan kepadatan jenis liana.

Kelembaban pada lingkungan hutan hujan tropis sangat diperlukan untuk

mendukung pertumbuhan liana. Menurut Mohmamad (2014:53) salah satu faktor

yang mempengaruhi hidup tumbuhan liana adalah intensitas cahaya yang tinggi.

Intensitas cahaya yang tinggi dihutan karena rendah tutupan kanopi pada hutan

tersebut. Selain itu intensitas cahaya juga dipengaruhi oleh daerah liana yang

tumbuh seperti pada puncak atau lereng gunung.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Jenis-jenis tumbuhan liana yang terdapat di bukit sulap kota lubuklinggau

yaitu: tumbuhan sembung rambat (Mikania micrantha), mantangan

(Merremia peltata), cincau rambat (Cyclea barbata), kecipir

(Psophocarpus tetragonolobus), sembukan (Paederia scandens), sirih

(Piper betle), waluh/labu kuning (Curcubita moschata), rotan (Calamus

Sp), brotowali (Tinospora Crispa L.), uwi (Dioscorea hispida), daun

galing (Cayratia trifolia)

2. Faktor lingkungan abiotik yang baik untuk tumbuhan liana secara umum

seperti pH tanah 5,6-7, kelembaban 70%-86%, dan suhu udara 15°C-32°

yang mempengaruhi jenis tumbuhan liana yang berada di kawasan Bukit

Sulap.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Asrianny, M. & Oka, N.P. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Liana

(Tumbuhan Memanjat) pada Hutan Alam di Hutan Pendidikan

Universitas Hasanuddin. Jurnal Perennial. Vol.5 No.1. 23-30.

Astari, R. 2013. Manajemen Pengelolaan Inventarisasi Guna Menunjang

Aktivitas Perbekalan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri

Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

Chaniago, Y. 2011. Mengenal Flora Dan Fauna Nusantara. Jakarta: CV. Rama

Edukasitama.

Daru, P. T. dkk. 2013. Potensi Hijauan Di Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai

Pakan Sapi Potong Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pastura. Vol. 3

No. 2 , 94 – 98.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Faiha, A. 2015. Apotek Hidup. Jakarta: Genius Publisher.

Fitriana, R. 2008. Mengenal Hutan. Bandung: CV. Putra Setia.

Hamidun, S. M. 2015. Keanekaragaman Jenis Liana Dan Lichen Di Dataran

Rendah Suaka Margasatwa Nantu. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo:

Universitas Negeri Gorontalo

Iji, S. 2015. Keanekaragaman Jenis Liana di Dataran Rendah Suaka Margasatwa

Nantu Kabupaten Gorontalo. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo:

Universitas Negeri Gorontalo.

Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. Bandar Lampung: PT. Bumi Aksara.

Irawati, H. 2014. Analisis Vegetasi Strata Pohon di Sepanjang Sempadan Sungai

Code Yogyakarta. Jurnal Bioedukatika. Vol.2 No.1. 11-15.

Islawati, 2016. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Kecamatan Lubuklinggau Timur

I. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: STKP-PGRI Lubuklinggau.

Kasimin, I. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jeni Liana di Kawasan

Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Skripsi

tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Kausar, 2010. Konflik Kepentingan Dibalik Konservasi Studi di Taman Nasional

Kerinci Sebelat (TNKS) Provinsi Jambi. Indonesia Journal of

Agricultural Economics (IJAE). Vol.2 No.1. Hlm 133-134.

Kholifah, S. 2013. Asosiasi Antara Gulma Dengan Serangga Diperkebunan The

Ptpn Xii Bantaran Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas

Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Lalu, S, 2007. Tumbuhan Menjalar Di Sekitar Kita. Bandung: CV. Geger Sunten.

Leksono, S. A. 2010. Ekologi. Bandung: Bayu Media.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mohammad, W., dkk. 2014. Keanekaragaman Jenis Liana Berkayu di Hutan

Dataran Rendah Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

Indonesia. Jurnal Biocelebes. Vol.8 No.2, 48-56.

Morissan, A.M. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Ningsih, H. 2009. Struktur Komunitas Pohon pada Tipe Lahan yang Dominan di

Desa Lubuk Beringin Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi tidak diterbitkan.

Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Pengembara, T. dkk. 2014. Laju Pertumbuhan Mantangan (Merremia Peltata L.

Merr.) Yang Tumbuh Melalui Regenerasi Vegetatif. Prosiding Seminar

Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela. Vol.1 No.3,

133-139.

Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, 2011. Malangnya

Hutanku. Jakarta: CV. Citraunggul Laksana.

Safitri, E. 2009. Identifikasi dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat di

Kecamatan Biru-Biru. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Setia, M.T. 2009. Peran Liana dalam Kehidupan Orang utan. Jurnal Vis Vitalis.

Vol.2 No.1. 78-13.

Simamora, H.T.T. dkk., 2013. Identifikasi Jenis Liana dan Tumbuhan

Penopangnya di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman. Jurnal Sylva Lestari. Vol.3 No.2. 31-42.

Sirami, V.E., dkk. 2016. Struktur Keragaman dan Asosiasi Komunitas Tumbuhan

Pemanjat Dengan Populasi Alam Merbau di Taman Wisata Alam

Gunung Meja Manokwari-Papua Barat. Jurnal J. Manusia dan

Lingkungan. Vol.23 No.1. 82-91.

Siregar, D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Steenis, V., dkk. 2013. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

TNKS, 2013. Desain Tapak Pengelolaan pariwisata Alam Zona Pemanfaatan

Bukit Sulap Taman Nasional Kerinci Seblat: Sungai Penuh Balai TNKS.

Umar, B.M. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Rotan (Calamus Sp) Di

Kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi

tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Wardono, S. 2010. Lingkungan Hidup. Jakarta: Pilar Bambu Kuning.

Wiryono, 2012. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu: Badan Penerbitan

Fakultas Pertanian.